38
No. Kode : LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH SUMBER (FS) PADI UNIT PENGELOLAAN BENIH SUMBER (UPBS) Oleh : Wawan Sulistiono, SP., MP. Agus Hadiarto, SP. Robinson Putra, SP. M. Seni Kulle, STP. Drs. M. Syukur. Musa Waraiya, SPt. Yayat Hidayat, SP. Munafri L Lagarutu BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU UTARA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2 0 1 1

LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

No. Kode :

LAPORAN AKHIR TAHUN 2011

PERBANYAKAN BENIH SUMBER (FS) PADI UNIT PENGELOLAAN BENIH SUMBER (UPBS)

Oleh :

Wawan Sulistiono, SP., MP. Agus Hadiarto, SP. Robinson Putra, SP. M. Seni Kulle, STP.

Drs. M. Syukur. Musa Waraiya, SPt. Yayat Hidayat, SP. Munafri L Lagarutu

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU UTARA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2 0 1 1

Page 2: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

LAPORAN AKHIR TAHUN 2011

PERBANYAKAN BENIH SUMBER (FS) PADI UNIT PENGELOLAAN BENIH SUMBER (UPBS)

Oleh :

Wawan Sulistiono, SP., MP. Agus Hadiarto, SP. Robinson Putra, SP. M. Seni Kulle, STP.

Drs. M. Syukur. Musa Waraiya, SPt. Yayat Hidayat, SP. Munafri L Lagarutu

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU UTARA

2 0 1 1

Page 3: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR 2011

1. Judul Kegiatan : Perbanyakan Benih Sumber (FS) Padi Unit

Pengelelolaan Benih Sumber (UPBS)

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara

3. Alamat Unit Kerja : Tidore Kepulauan – Maluku Utara

4. Penanggung Jawab

a. Nama : Wawan Sulistiono, SP., MP.

b. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk I/III.b

c. Jabatan

c.1. Struktural : -

c.2. Fungsional : c. Peneliti

5. Lokasi Kegiatan : Wasile, Halmahera Timur

6. Status Kegiatan : Baru

7. Tahun dimulai : 2011

8. Tahun ke- : I. 2011

II. -

9. Biaya Kegiatan TA.2010 : Rp. 206.119.000,- (Dua ratus enam juta seratus sembilan belas ribu rupiah)

Mengetahui, Kepala Balai

Penanggung Jawab Kegiatan

Dr. Ir. Moh. Ismail Wahab, MSc. NIP. 19650817 199103 1 002

Wawan Sulistiono, SP.,MP. NIP. 19780108 200801 1 009

Page 4: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

KATA PENGANTAR

Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber (FS) komoditas

padi di Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS) BPTP Maluku Utara adalah

progres kegiatan yang telah dicapai selama satu tahun anggaran 2011. Kegiatan

perbenihan padi ini menggunakan dana revisi anggaran, sehingga kemajuan fisik

di lapangan belum mencapai final (pascapanen). Namun demikian dengan

adanya tanaman di lapangan akan dapat mempertanggung jawabkan kegiatan ini

secara keseluruhan. Luas pertanaman di lapangan adalah sepuluh (10) hektar

dengan kelas benih yang digunakan adalah FS. Sementara itu, jenis varietas

yang ditangkarkan adalah Inpari 1, Inpari 6, Inpari 10, dan Inpari 13.

Yang melatar belakangi perbenihan padi di Maluku Utara khususnya di

Halmahera Timur adalah belum adanya kemandirian benih di daerah ini serta

pengenalan varietas unggul baru. Selama ini, benih padi yang digunakan petani

adalah benih buatan sendiri atau bantuan dari dinas. Sementara itu sumber

benih di lapangan yang ditangani baik oleh dinas atau swasta, berasal dari luar

provinsi. Hal ini berarti belum adanya unit pengelolaan benih sumber padi di

Maluku Utara. Oleh karena itu keberadaan unit produksi benih sumber (UPBS)

diharapkan mampu memenuhi kebutuhan benih di daerah untuk memenuhi

syarat enam (enam) tepat, diantaranya tepat waktu, jenis, volume, dan harga.

Kami berharap kegiatan produksi benih padi dapat membantu secara

signifikan masalah target produksi di lapangan (problem solving) dan kebijakan

pemda terkaid. Demikian juga dengan laporan ini, dapat bermanfaat bagi

pengguna dan pemangku kebijakan. Kritik dan saran atas kegiatan produksi

benih sumber padi sangat kami harapkan.

Sofifi, Desember 2011

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,

Dr. Ir. Ismail Wahab, MSi.

Page 5: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

RINGKASAN

Pemenuhan benih padi bermutu/bersertifikat di Maluku Utara masih jauh

memenuhi kelayakan sistem perbenihan. Sebagian besar (±80%) benih yang

dipakai petani adalah melalui sistem benih sendiri sehingga pertumbuhan dan

produksi rata-rata masih rendah. Disamping itu juga belum adanya institusi

pengelola benih yang menyediakan benih sumber bersertifikat. Menyikapi hal

tersebut, program perbenihan bermutu komoditas padi oleh BPTP Maluku Utara

merupakan salah satu dari bagian utama dalam rangka peningkatan

produktivitas padi di Maluku Utara.

Tujuan dari kegiatan perbanyakan benih sumber ini adalah menghasilkan

benih unggul bermutu padi berkelas SS. Keberadaanya diharapkan tepat

waktu di lapangan dan berkelanjutan untuk mendukung program strategis

peningkatan produksi padi di Maluku Utara. Pelaksaan produksi dilaksanakan di

lahan petani melalui sistem kerjasana dengan petani serta lahan sendiri. Lokasi

kegiatan ini adalah desa Mekarsari dan Bumirestu Kec. Wasile Kabupaten

Halmahera Timur. Dalam memenuhi kelayakan sertifikasi, pengawasan mulai di

lapangan sampai pasca panen bekerjasama dengan balai sertifikasi benih Prov.

Maluku Utara. Input produksi yang digunakan merupakan hasil analisa

kebutuhan di lapangan (AKL). AKL dilakukan melalui pengamatan lahan

langsung (uji kesuburan tanah) dan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi

serta hama penyakit yang dominan.

Benih yang diproduksi adalah benih Inpari 1, Inpari 6, Inpari 10, dan Inpari

13 dengan kelas benih FS. Target produksi benih yang dihasilkan adalah 4 ton

benih SS per ha. Pada lahan produksi 10 ha tersebut, ditargetkan menghasilkan

benih 40ton SS. Volume benih ini direncakan akan ditanam oleh petani

penangkar ataupun petani non penangkar dengan total luas 1600 ha dengan

catatan kebutuhan benih per ha 25kg, untuk selanjutnya dihasilkan kelas benih

ES. Sehingga ke depan kebutuhan benih padi di Maluku Utara dapat terpenuhi

secara mandiri (swasembada benih)

Kata Kunci: Benih bermutu, benih padi, peningkatan produksi, Halmahera Timur.

Page 6: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ……………………………………………………………………….. I Kata Pengantar ………………………………………………………………………………. ii Ringkasan ………………………………………………………………………………………. iii Daftar isi …………………………………………………........................................ iv Daftar Tabel …………………………………………………................................... v

Daftar Gambar …………………………………………………................................ vi

I PENDAHULUAN ………………………………………………….............................. 1

1.1. Latar Belakang …………………………………………………........................ 1 1.2. Justifikasi …………………………………………………............................... 2 1.3. Perumusan Masalah ……………………………….................................... 2 1.4. Tujuan ………………………….…………………………………………………........ 3 1.5. Perkiraan keluaran …………..…………………………………………………...... 3

II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………........................ 4 1.1. Teknik Produksi Benih Padi Inbrida ……………….............................. 4

1.2. Sertifikasi Benih ………………………………………………………................. 13

III METODOLOGI ………………………………………………………......................... 13 3.1. Waktu dan Tempat ……………………………………............................... 13 3.2. Alat dan Bahan ……………………………………………………………............. 13 3.3. Pelaksanaan Produksi …………………………………………....................... 14

IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………………................ 15 4.1. Hasil …………………………………………….......................................... 15

4.1.1. Penentuan calon petani/lahan …………….…………………………………… 15 4.1.2. Budidaya dan Teknik Produksi Benih Padi Inbrida …………………..... 16

4.2. Pembahasan……………………… 21

V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………................ 26 5.1. Kesimpulan ………………………………………………….............................. 26 5.2. Saran …………………………………………………...................................... 26

VI KINERJA HASIL PENGKAJIAN …………………………………………………........... 27 DAFTAR PUSTAKAN ……………………………………………………………………………….. 29

Page 7: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

DAFTAR TABEL

NO Tabel hal.

1. Rekomendasi pemupukan berdasarkan uji tanah menggunakan PUTS... 5

2. Varietas yang diproduksi oleh UPBS BPTP Malut pada lahan petani …….. 16

3. Karakter tanaman yang di roguing per fase pertumbuhan padi............... 21

4. Karakteristik varietas padi yang diproduksi oleh UPBS BPTP Malut.………. 24

Page 8: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

DAFTAR GAMBAR

NO Gambar hal.

1. Penyiangan gulma padi menggunakan penyiangan tipe landak……………. 7

2. Proses pengeringan benih padi menggunakan sinar matahari di Haltim …………. 9

3. Kemasan benih dengan kemasan plastik kedap udara …………..……………. 10

4. Blok lahan II dan III UPBS ……………………………..……………………………….. 15

5. Blok lahan I UPBS …………………………………………………………………………… 16

6. Varietas Inpari 6 dan Inpari 10 yang ditanam di lahan produksi ………….. 17

7. Varietas Inpari 1 dan Inpari 13 yang ditanam di lahan produksi ………….. 17

8. Sistem pengairan intermittent . Sistem tanam jajar legowo 2:1 18

9. Penyiangan gulma dengan sistem kimia dengan herbisida pratumbuh

dan penggunaan penyiang tipe landak ………………………………………………

19

10. Pemberian dolomit di lahan dan pemupukan I (KCl) …………………………… 19

11. Pupuk kandang yang diaplikasikan di persemaian ………………………………. 20

12. Perawatan tanaman sekaligus roguing yang dilakukan di fase vegetatif

awal di lahan produksi ……………………………………………………………………..

20

13 Pengembalian dan pembenaman jerami padi saat pengolahan tanah II

di lokasi produksi UPBS BPTP Malut …………………………………………………..

22

14 Sarasehan petani dengan Ka.Dinas Pertanian Kab. Haltim dan Kepala

BPTP Malut di areal devisi produksi UPBS BPTP Malut

27

15 Upaya percepatan adopsi teknologi varietas dan komponen PTT oleh

deta sharing ……………………………………………………………………………………

27

Page 9: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam pelaksanaan usaha tani padi, benih diposisikan sebagai salah satu

komponen yang penting menentukan produksi dan pendapatan petani.

Penggunaan benih bermutu dapat mengurangi jumlah pemakaian benih,

pertanaman menjadi seragam sehingga memiliki daya ketahanan terhadap gulma

dan serangan hama/penyakit. Kombinasi faktor ini dapat memberikan tambahan

hasil panen antara 5-20% (Anonimous, 2007). Benih berperan sebagai

penghantar teknologi yang terkandung dalam potensi genetik varietas kepada

petani. Sifat-sifat masing varietas seperti tekstur nasi, kadar amilosa, potensi

hasil, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta anjuran tanam akan

memberikan peluang preferensi yang lebih luas mulai dari pasar sampai petani,

serta produsen benih itu sendiri.

Penyediaan sumber benih menempati posisi strategis untuk memenuhi

kebutuhan yang semakin mendesak yang didasarkan oleh asas 6 tepat

(ketepatan jenis, volume dan waktu). Unit pengelolaan benih sumber (UPBS)

keberadaanya menjad urgent sebagai salah satu elemen sistem perbenihan yang

kuat dan berkelanjutan yang mampu menyediakan ketersediaan benih bermutu.

UPBS di tingkat BPTP dapat mengembangkan benih BS/FS untuk menghasilkan

benih FS/SS yang akan disebar ke produsen benih agar sampai ke petani

(Suyamto dkk, 2007).

BPTP Maluku Utara yang berperan sebagai element pengantar inovasi

teknologi badan Litbang Pertanian di Maluku Utara mengambil peranan dengan

mengusahakan unit pengelolaan benih sumber padi. Hal ini diharapkan mampu

membantu penyediaan benih padi bermutu spesifik lokasi dan mendukung

pencapaian target produksi serta produktivitas padi di Maluku Utara.

Page 10: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

1.2. Justifikasi

Pemanfaatan benih padi bermutu/bersertifikat oleh petani di Maluku Utara

belum dapat dihitung secara pasti. Dari laporan balai sertifikasi dan pengawasan

mutu benih Provinsi Maluku Utara, dapat disimpulkan bahwa belum terbentuk

sistem perbenihan yang mampu menyediakan benih sumber secara formal yang

memenuhi 25% kebutuhan petani. Penyediaan benih sebagian besar diusahakan

secara informal oleh petani sehingga tidak memiliki standar mutu benih yang

terjamin. Hal tersebut membuat potensi hasil dan sifat ketahanan terhadap hama

dan penyakit mengalami penurunan/segregasi sifat unggul (rerata produksi

belum mencapai 5 t/ha GKG).

Sebagai salah satu upaya mengatasi masalah diatas, dilakukan program

perbenihan bermutu komoditas padi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan

penggunaan benih unggul berkualitas/bersertifikat dan secara simultan

meningkatkan produktivitas padi di Maluku Utara. Upaya tersebut selaras dengan

kegiatan mendukung program peningkatan produksi beras nasional, dimana salah

satu komponen adalah penyediaan benih sumber yang menyangkut pengendalian

mutu benih. Unit pengelola benih sumber (UPBS) bersama dengan Balai

Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) memiliki tanggung jawab dalam

pengendalian mutu benih kelas FS, SS, dan ES (Sembiring H dan N. Widiarta,

2008). Dengan langkah ini diharapkan selain percepatan inovasi teknologi badan

litbang pertanian, juga membantu mengatasi masalah hambatan ketersediaan,

mutu, dan volume benih di Maluku Utara sehingga menjadi terpenuhi

berdasarkan asas enam tepat.

1.3. Perumusan Masalah

Benih adalah komponen materi genetik, dalam budidaya juga merupakan

komponen paket teknologi utama. Hal ini dilandaskan dengan materi genetik

yang baik (faktor genetik) yang dibawa dalam sebutir benih, akan terekspresikan

ciri/vigor tanaman yang baik pula. Dalam kondisi tekanan lingkungan yang

berbeda, sifat genetik benih tersebut akan berbeda pula dalam penampakan

fenotifnya. Oleh karena itu keberadaan spesifik lokasi menjadi penting terhadap

sifat fenotif tanaman untuk menghasilkan pertumbuhan dan produksi maksimal.

Perlunya produksi benih in situ selain memenuhi syarat enam tepat

seperti waktu, volume, harga, dan terutama jenis yang sesuai dengan lingkungan

Page 11: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

spesifik lokasi. Dari hal tersebut, pengusahaan benih dalam bentuk UPBS di lokasi

sentra pertanaman padi terutama di Halmahera Timur, akan menjadi upaya

memenuhi tantangan tersebut. Selain faktor diatas, perlunya perbanyakan benih

padi unggul di Maluku Utara (Halmahera TImur) karena daerah ini belum

mencapai swasembada benih serta terjadi palandaian produksi padi karena

penggunaan benih varietas lama yang ditanam secara terus menerus seperti

Cisantana. Hal ini dikhawatirkan menimbulkan resistansi hama tertentu karena

terpatahkan toleransi genetik serta menganggu keseimbangan lingkungan.

Berdasarkan beberapa kondisi tersebut, upaya pernbanyakan benih

sumber yang bermutu dan jenis VUB akan mengatasi masalah produksi dan

sekaligus perlindungan tanaman disamping meningkatkan pendapatan petani.

Ditingkat kebijakan, akan membantu program peningkatan produksi dan

pendapatan dan kesejahteraan petani.

1.4. Tujuan

Tujuan jangka panjang

Tujuan jangka panjang dari kegiatan ini adalah (1) menyediakan dan

mengembangkan sektor perbenihan formal yang efektif yang mampu mensuplai

minimal 50% kebutuhan benih padi di Maluku Utara melalui UPBS BPTP Maluku

Utara; (2) bekerja sama dengan petani/gapoktan penangkar benih padi,

memantapkan sistem kelembagaan perbenihan padi yang efektif dan mandiri

serta berkelanjutan di Maluku Utara; (3) memberi dukungan/menyediakan stok

benih bagi kegiatan peningkatan produksi padi bagi dinas terkaid di Maluku

Utara.

Tujuan tahun berjalan (2011)

Tujuan tahun berjalan (2011) kegiatan perbanyakan benih sumber UPBS

BPTP Malut adalah:1) Memproduksi benih sumber padi kelas SS yang

bersertifikat minimal 30 ton; 2) Mendistribusikan keseluruhan benih yang

dihasilkan ke pengguna; 3) Membina kelompok tani kooperatif penangkar benih

padi minimal dua gapoktan dalam sistem penangkaran.

Page 12: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

1.5. Perkiraan keluaran

Keluaran yang diharapkan dari perbanyakan benih sumber UPBS BPTP

Malut selama tahun berjalan adalah: (1) unit pengelolaaan benih sumber kelas

SS untuk komoditas padi sawah di kawasan Maluku Utara sebanyak 40 ton benih

kelas SS; (2) adanya perubahan sistem pemasaran benih bersertifikat di Maluku

Utara yang lebih efektif dan efisien memenuhi syarat 6 tepat, yang

menguntungkan bagi UPBS dan konsumen benih berdasarkan preferensi dan

spesifik lokasi Maluku Utara (3) BPTP Maluku Utara menjadi pemain/penentu

dalam produksi benih padi di Maluku Utara, (4) adanya kemitraan dengan

kelompok tani/petani penangkar benih padi (binaan) yang memiliki ketrampilan

perbenihan dan pasar, (5) Adanya kerjasama lebih baik dalam kebijakan

pertanian tanaman pangan pada tingkat pemda Kabupaten dan Provinsi. Dalam

hal kesepakatan pemenuhan benih dan tenaga pendamping inovasi teknologi

serta dalam bentuk lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teknik Produksi Benih padi Inbrida

Pembudidayaan tanaman untuk benih secara khusus memiliki perbedaan

dengan teknik budidaya untuk produksi non benih atau konsumsi. Terdapat

tahap-tahap tertentu yang harus dipenuhi dan disepakati oleh penangkar benih

dengan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Hal tersebut telah diamanatkan

dalam UU No12/1992 tentang sistem Budidaya Tanaman dan diperkuat oleh

Peraturan Pemerintah No.44/1995 tentang Perbenihan Tanaman (Nugraha dkk,

2008). Namun begitu, sistem pengelolaan tanaman secara umum memiliki

kesamaan dengan budidaya produksi yaitu pengelolaan tanaman secara terpadu

(prinsip PTT) untuk tercapainya produk yang berkualitas.

a) Penanaman.

Pada saat penanaman varietas dari suatu komoditi untuk sumber benih harus

mempertimbangkan kaidah;

(1) pemilihan lokasi : Areal yang dijadikan pilihan adalah sawah yang subur,

irigasi terjamin, bebas dari kekeringan dan banjir, bukan daerah endemik

Page 13: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

penyakit tertentu seperti kerdil kuning atau tungro, kesesuaian varietas

sebelumnya dengan yang akan ditangkarkan, serta mudah diakses. Ini berlaku

juga untuk persemaian;

(2) terpenuhi pengelolaan kebenaran varietas (teknik isolasi);

(3) teknis penanaman: Pengaturan jarak tanam menggunakan sistem legowo 4:1

atau 2:1. Hal ini bermanfaat untuk memudahkan roguing pada pertanaman serta

perawatan. Disamping itu untuk mengoptimalkan pertumbuhan produksi dengan

memperbanyak tanaman tepi (legowo 4:1) atau membuat semua tanaman

menjadi tanaman tepi (legowo 2:1). Teknik penanaman sesuai konsep PTT yaitu,

menggunakan benih muda umur 14-5 hari agar pembentukan anakan maksimal,

tanam 1-2 bibit per lubang tanam agar perkembangan rumpun maksimal, cabut

bibit langsung tanam tanpa pemotongan pucuk bibit karena menyebabkan

tanaman stres dan masuknya infeksi penyakit.

b) Pemupukan

Dalam menggunakan pupuk sebagai pensuplai unsur hara tanaman,

harus diberikan berdasarkan tingkat kebutuhan dan tepat waktu. Salah satu

pendekatan pemupukan adalah pengelolaan hara spesifik lokasi yaitu

memberikan pupuk N, P, K, S sesuai dengan kebutuhan tanaman (Fairhurst et al,

2007). Untuk mengestimasi kesuburan dan kebutuhan hara makro tanah dapat

menggunakan alat PUTS dan upaya penentuan takaran pupuk N adalah dengan

penggunaan bagan warna daun (BWD). Pemupukan yang dilakukan harus juga

memperhatikan kemampuan sumber daya petani, sumber daya lahan (pupuk

organik), ketersediaan pupuk di kawasan. Contoh rekomendasi pemupukan

berdasarkan uji PUTS:

Tabel 1. Rekomendasi pemupukan berdasarkan uji tanah menggunakan PUTS

Tahap-tahap pemupukan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Pemupukan I (pemupukan dasar). Waktu pemberiaan maksimal tanaman umur 7

No.

Lahan Kandungan Unsur hara Makro pH

N P K

1. Lahan 1 Rendah Sedang Sedang 6-7 (netral )

-kebutuhan 250kgUrea/ha 75kgSP-36/ha 50kgKCl/ha 2. Lahan 2 Rendah Tinggi Rendah 6-7 (netral )

-kebutuhan 250kgUrea/ha 50kg SP-36/ha 100kgKCl/ha 3. Lahan 3 Sangat tinggi Rendah Sedang 5-6 (agam

masam )

-kebutuhan 200kgUrea/ha 100kgSP-36/ha 50kgKCl/ha

Page 14: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

hari. Pupuk Urea diberikan 1/3 dosis, SP-36 100 % dosis, dan KCl 1/3 dosis.

Pemupukan II. Waktu pemupukan sekitar 30 HST. Dosis pupuk Urea sebanyak

1/3 dosis dan KCl 1/3 dosis. Pemupukan III. Waktu pemberian pada umur 45-50

HST. Dosis pupuk Urea dan KCl masing-masing 1/3 dosis yang merupakan sisa

dosis sebelumnya. Pada kondisi lahan cenderung bereaksi masam, disarankan

menggunakan ZA sebagai sumber N.

Bila pemupukan cukup dua (2 ) kali, maka pada pemupukan ke 2 dosis

yang diberikan adalah 2/3 nya. Pemberian pupuk kandang diberikan sebelum

pembuaatan lajur tanam setelah pengolahan ke 2. Dosis yang digunakan 2-5

ton/ha berupa pupuk kandang yang sudah matang atau pemberian kompos.

Diusahakan mengembalikan gabah/jerami dangan dikomposkan/diuraikan

terlebih dahulu.

Bila menggunakan BWD, saat pemupukan dasar BWD tidak perlu

digunakan. Penggukuran warna daun padi dengan BWD dimulai pada 21-28 hst,

dilanjutkan setiap 7-10 hari sekali sampai 50 hst. Dari hasil penelitian bila nilai

warna daun antara 2-3 dengan tingkat hasil yang diharapkan 6,0 t/ha GKG

diperlukan 100 kg urea/ha dengan catatan unsur hara P kan K terpenuhi. Bila

tingkat hasil disuatu tempat hanya 5 t/ha GKG, maka pupuk urea susulan yang

diberikan cukup 50 kg/ha. (Abdurrahman dkk, 2008).

c) Pemeliharaan

Pemeliharaan menyangkut (1) penyiangan dan (2) pengendalian hama

dan penyakit.

1. Penyiangan

Penyiangan dilakukan minimal dua kali, yaitu saat tanaman berumur 20-

25 HST dan saat tanaman padi umur 35-40 HST. Gulma yang mirip tanaman padi

seperti jejagoan (Echinochloa crus-galli dan E. colona), padi liar (Oryza

rufipogan) biasanya sulit dikendalikan dan akan tetap bersama tanaman padi

sampai panen. Oleh karena itu perlu penyiangan ke 3 secara manual dengan

membuang gulma tersebut dari areal pertanaman. Penyiangan dapat secara

kimiawi dengan penyemprotan herbisida pra atau pasca tumbuh, serta mekanik

dengan menggunakan alat gosrok.

Page 15: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

Gambar 1. Penyiangan gulma tanaman padi dengan menggunakan penyiang gosrok/tipe landak.

2. Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit berdasarkan penggendalian hama

secara terpadu. Dilakukan dengan menjaga kesetabilan ekosistem dengan tidak

memusnahkan musim alami hama seperti laba-laba, capung, burung, ataupun

belalang, serta dengan pengendalian kultur teknis yaitu penerapan good

agriculture practice. Monitoring hama dan penyakit juga diterakpan untuk

menentukan keputusan ambang ekonomi pengendalian.

d. Rouging/seleksi off type

Pada tahan rouging, petani penangkar didampingi tenaga dari BPSP atau

petani penangkar telah bersertifikat, dapat melakukan sendiri. Rouging dilakukan

pada tanaman dengan kriteria berikut: (1) tumbuh diluar jalur barisan, (2)

rumpun/tanaman yang tipe pertunasan awal menyimpang dari sebagian besar

rumpun-rumpun yang lain, (3) tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya

berbeda, (4) tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda, dan (5)

tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok). Rouging dilakukan

pada fase-fase berikut: (1) Stadia vegetatif awal (35-45 HST), (2) Stadia

vegetatif akhir (50-60 HST), (3) Stadia generatif awal/saat berbunga (85-95HST),

(4) Stadia generatif akhir/pemasakan biji (100-115 HST).

Pada stadia generatif, roguing dilakukan juga pada tanaman yang

bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda, tanaman yang berbunga terlalu

cepat atau terlalu lambat, tanaman/rumpun yang terlalu cepat

matang/menguning (mencolok), serta tanaman/rumpun yang memiliki bentuk

Page 16: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

dan ukuran gabah, warna gabah, dan ujung gabah berbeda (Nugraha dkk,

2008).

e. Pengairan

Pengairan untuk padi sawah diupayakan diberikan secara tepat waktu

dan efisien. Sistem pengairan dilakukan berselang dengan saat pemberian air

secara macak-macak (tinggi muka air 5cm). Fase-fase pertumbuhan dimana

tanaman membutuhkan banyak air adalah (1) fase tanaman muda, (2) fase

anakan maksimum, (3) fase primordia, (4) fase pembungaan, dan (5) fase

pengisian biji (Fairhurst et al, 2007). Untuk diluar fase tersebut, sawah dapat

dikeringkan. Pemberian air secara macak-macak ternyata memenuhi tingkat

efisiensi. Dilaporkan dari hasil pegkajian BPTP Maluku Utara bahwa pemberian air

dengan ketinggian 5cm lebih efisien 8,00-8,67% dibanding pada pengenangan

10 cm dimana juga dipengaruhi oleh perbedaan varietas (Sulistiono dkk, 2009).

f. Panen

Waktu panen yang tepat ditandai dengan: (1) Bulir padi pada pertanaman

sudah memasuki masak fisiologi (malai berwarna kuning jerami) sekitar 90-95%,

(2) bulir padi pada malai sudah mengeras. Kondisi masak fisiologis antar varietas

dan musim ketika tanam berbeda. Pertanaman padi pada tanam pindah pada

musim hujan dicapai pada umur 30-42 hari setelah bunga merata. Padi di musim

kemarau berumur 26-36 hari setelah berbunga merata.

Lahan sawah yang akan dipanen dikeringkan. Tanaman biasanya siap

dipanen 4-6 pekan setelah berbunga rata. Pada saat itu, butiran benih telah

keras, kadar air sekitar 18-25%. Pemanenan dilakukan dengan memotong

tanaman dengan sabit bergerigi, menumpuk brangkasan dibagian sawah yang

kering dengan dialasi terpal. Selanjutnya, dirontokan dengan mesin perontok.

Proses panen harus memenuhi standar baku sertifikasi yang

diantaranya:

1. Mengeluarkan rumpun yang tidak seharusnnya dipanen

2. Menggunakan sabit bergerigi untuk mengurangi kehilangan hasil

3. Perontokan biji segera dilakukan setelah panen dengan tradisional (digeblok)

atau dengan tresher

4. Menghindari penumpukan terutama jika sampai terjadi fermentasi/panas

tinggi karena akan mematikan calon lembaga pada benih

Page 17: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

5. Melakukan pembersihan pendahuluan, mengukur kadar air gabah, memberi

label dengan identitas sekurang-kurangnya asal blok, nama varietas, berat,

kelas calon benih, dan tanggal panen (Nugraha dkk, (2008).

2.2. Prosesing

Tahapan prosesing terdiri dari (1) pengerigan, (2) pengemasan, dan

(3) pelabelan.

1. Pengeringan dan pembersihan benih

Benih yang ada segera dikeringkan. Hal ini penting untuk menekan laju

deteriorasi. Penundaan atau keterlambatan pengeringan akan menurunkan

viabilitas benih. Bila pengeringan dilakukan dengan sinar matahari, maka benih

dihamparkan di atas lantai jemur dengan ketebalan antara 5-10 cm dan frekuensi

pembalikan sekitar 2-3 jam sekali. Ini cukup efektif untuk mengeringkan benih

dengan aman tanpa merusak viabilitasnya. Kadar air akhir yang diharapkan

untuk benih padi adalah 11% untuk memungkinkan penyimpanan dalam suhu

kamar selama satu tahun. Dapat juga dengan kadar air di bawah 9% untuk

penyimpanan lebih lama yang mungkin diperlakukan untuk benih sumber (misal

kelas BS atau SS). Makin rendah kadar air benih, maka makin peka benih

terhadap kerusakan mekanis dan makin mahal biaya pengeringan yang harus

dikeluarkan, walaupunpun makin tinggi daya simpannya.

Gambar 2. Proses pengeringan benih padi menggunakan sinar matahari di Halmahera

Timur

Bila penyimpanan benih yang diperlukan hanya sekitar 6 bulan, maka

pengeringan sampai kadar air 11-12%. Benih juga perlu dikelola/dibersihkan.

Tahap ini dilakukan dengan membersihkan benih dari kotoran, biji gulma, benih yang

rusak dan memilih benih yang berisi penuh dan seragam. Teknik pengelolaan

Page 18: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

benih ini dapat dengan penampian atau seed blower (penampi benih). Tujuan

penampian benih ini untuk meningkatkan mutu fisik dengan membuang kotoran

dari lot benih.

2. Pengemasan

Benih yang sudah melalui tahap pengeringan dan penampian selanjutnya

dilakukan pengemasan. Tujuan pengemasan ini adalah untuk (1) memudahkan

pengelolaan benih, (2) memudahkan transportasi benih untuk pemasaran, (3)

memudahkan penyimpanan dengan kondisi yang memadai, (4) mempertahankan

viabilitas benih, (5) mengurangi deraan (tekanan/pengaruh) luar, (6)

mempertahankan kadar air benih (Kuswanto H., 2007). Pengemasan benih

dapat menggunakan karung atau kantong plastik (Gambar 3). Ukuran kemasan

disesuaikan dengan kebutuhan dan pertimbangan efisiensi distribusi. Untuk

menekan laju deteriorasi benih dapat menggunakan pengemasan benih dengan

kantong polyethilene atau polypropylene 0,08mm (grade 08) kedap udara

(Nugraha dkk, 2008). Pada kantong plastik/karung kemasan benih disertakan:

nama dan alamat produsen benih, jenis/varietas tanaman, nomor kelompok

benih, berat bersih, daya tumbuh dll (Sutopo, 2004).

Pada prinsipnya diperlukan bahan pengemas yang dapat menghambat

perubahan kadar air benih. Hal ini mengingat sifat benih akan selalu mencapai

kondisi equilibrium dengan kondisi sekitarnya. Oleh karena itu, untuk

penyimpanan benih dalam jangka waktu lama, pengemasan penggunakan bahan

moisture resistence. Bahan ini dapat mencegah masuknya uap air ke dalam

kemasan meskipun disimpan dalam ruangan dengan RH tinggi. Selain konsep

tersebut bahan pengemas harus memenuhi persyaratan antara lain: (1) mudah

didapat, (2) cukup kuat, (3) harga memadai, (4) mudah/dapat dicetak untuk

logo, merek, dan keterangan lainnya, (5) tidak beracun (Kuswanto H., 2007).

Gambar 3. Kemasan benih dengan kemasan plastik kedap udara

Page 19: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

3. Pelabelan

Tahapan kegiatan ini dimulai dengan pengambilan contoh benih untuk

pengujian benih di laboratorium. Benih yang telah lulus uji di laboratorium,

selanjutnya dilakukan pelabelan. Disaat pelabelan, perlu pengawasan

pemasangan label oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi benih (BPS2TP).

Pengawasan menyangkut kepastian telah lulus tahap lapangan, diketahui jumlah

benih untuk volume packing penjualan, dan kepastian kesesuaian jumlah label

dengan jumlah packing benih (Nugraha dkk, 2008).

Pemberian label benih kepada penangkar oleh Balai Pengawasan dan

Sertifikasi Benih sesuai dengan kelas benih yang disertifikasi dalam jumlah yang

cukup. Tiap kemasan benih ditempelkan satu (1) label. Pada setiap label akan

tercantup kata-kata BENIH BERSERTIFKAT dalam huruf cetak, selajutnya diikuti

dengan nama kelas benih sesuai warnanya. Benih kelas dasar warna label putih,

kelas pokok warna label ungu, dan kelas sebar warna label biru atau hijau.

Pada label benih yang dipasang disetiap kemasan benih memuat keterangan

mengenai : (1) Nama dan alamat produsen benih, (2) Jenis/varietas tanaman,

(3) Nomor kelompok benih, (4) Berat bersih, (5) Tanggal selesai pengujian, (6)

Kadar air, (7) Daya tumbuh dll (Sutopo, 2004).

2.3. Sertifikasi Benih

Sertifikasi benih mengacu pada peraturan Menteri Pertanian

No.39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Produksi, Sertifikasi, dan Peraturan

Benih Bina. Dalam memproduksi benih bina tersebut (FS, SS, ES) harus melalui

sertifikasi. Dimana adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap

benih yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi melalui pemeriksaan lapangan,

pengujian laboratorium, dan pengawasan serta memenuhi semua persyaratan

untuk diedarkan (Pasal 1 ayat 26). Sertifikasi terhadap benih bina yang

dihasilkan oleh penangkar benih diselenggarakan oleh instansi pemerintah yang

mempunyai tugas pokok dan fungsi pengawasan mutu dan sertifikasi benih

(Pasal 12 ayat 1). Untuk selanjutnya, hasil sertifikasi terhadap kelompok benih

yang telah memenuhi persyaratan, diterbitkan sertifikat (Hamidin dkk, 2010).

Tujuan sertifikasi benih tersebut adalah untuk melindungi keaslian

(keotentikan) dan kemurnian varietas selama proses produksi dan pemasaran,

agar potensi genetik dapat sampai secara utuh kepada penggunaannya (Nugraha

Page 20: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

dkk, 2008). Secara lebih luas, tujuan proses kegiatan tersebut adalah untuk

menjamin/pengendalian mutu benih.

Terdapat dua mekanisme pengendalian mutu formal yang dapat

diterapkan dalam produksi dan pemasaran benih di Indonesia, yaitu: (1)

sertifikasi benih dan (2) penerapan standarisasi dalam (a) sertifikasi sistem

manajemen dan (b) sertifikasi produk sesuai dengan persyaratan standar

masing-masing, ISO 9001 serta ISO/IEC Guide 65 dan standar benih padi (SNI

Benih padi). Dalam sertifikasi sistem manajemen, produsen benih diwajibkan

untuk menerapkan semua persyaratan sistem manajemen standar yang ada

dalam ISO 9001: 2000 yang telah diadopsi menjadi SNI 19-9001-2001. Standar

ISO atau SNI 9001 menerapkan lima persyaratan yaitu: (1) persyaratan sistem

manajemen, (2) persyaratan manajemen, (3) persyaratan sumber daya, (4)

persyaratan proses produksi, (5) persyaratan tindakan perbaikan yang disusun

dala 21 proses.

Dalam sertifikasi produk, sistem manajemen tidak akan disertifikasi.

Produsen benih membuktikan kemampuannya kepada LS Pro (Lembaga

Sertifikasi Produk) bahwa benih yang mereka hasilkan sesuai dengan standar

yang ditetapkan SNI (SNI Benih Padi). Output dari penilaian ini adalah

pengakuan formal dari pemerintah (yang diwakili oleh LS Pro terakreditasi)

terhadap kesesuaian produk. Perusahaan diberi hak untuk membubuhkan tanda

SNI pada produk yang dihasilkan sebagi cara untuk memberitahukan pengakuan

ini kepada pelanggan atau petani.

Secara ringkas prinsip-prinsip sertikasi benih harus memenuhi strandar

(ISTA 1971), yaitu:

1. Penerimaan varietas ke dalam skim sertifikasi.Hanya varietas yang resmi

telah dilepas yang dapat dimasukkan ke dalam skim. Persyaratan unik,

seragam, dan mantap perlu ditetapkan untuk memungkinkan para petugas

dapat mengidentifikasi varietas secara obyektif.

2. Penentuan kelas-kelas benih. Dua kelas benih, yaitu: (a) Benih penjenis yang

diproduksi di bawah tanggung jawab pemulia, dan (b) Benih bersertifikat

generasi pertama dan generasi berikutnya yang merupakan keturunan dari

benih penjenis.

Page 21: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

3. Penggendalian mutu dalam proses produksi benih penjenis dan benih

bersertifikat. Persyaratan di bawah ini menjadi pertimbangan dalam

pengendalian produksi:

- Pertanaman sebelumnya

- Isolasi tanaman

- Penyakit terbawa benih

- Gulma

- Inspeksi lapangan

- Standar minimum untuk kemurnian varietas

- Pengambilan contoh dan pengemasan

- Pengujian laboratorium secara resmi untuk kemurnian fisik dan daya

berkecambah

4. Pemberian sertifikat dan pemasangan label

5. Pelabelan ulang (relabelling) resealing di negara lain (untuk benih

ekspor/import)

6. Koordinasi diantara lembaga yang berwenang (Nugraha dkk, 2008).

III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan produksi benih sumber padi dilakukan mulai bulan Oktober s.d.

Desember 2011. Tempat produksi benih dilakukan di Desa Mekarsari dan

Bumirestu Kec. Wasile Kab. Halmahera Timur. Luas lahan yang digunakan adalah

10 ha lahan sawah irigasi. Pemilihan tempat di Halmahera Timur didasarkan

karena daerah ini adalah wilayah dengan luas lahan sawah terbesar di Maluku

Utara (sentra padi). Adapun pemilihan desa didasarkan atas kondisi lahan sawah

dan penerimaan petani. Sawah yang dipilih adalah yang beririgasi teknis

(kecukupan air), drainase bagus, bukan lahan beresiko asam-asaman, serta

diusahakan dalam satu hamparan dan mudah akses jalannya.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan produksi benih adalah hand traktor,

alat pertanian kecil (APK) seperti cangkul, parang, sabit, hand sprayer, penyiang

Page 22: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

tipe landak (osrok), alat tanam jajarlegowo (atajale), perontok power treaser.

Juga menggunakan alat pencatat data kegiatan dilapangan (ATK), alat

pascapanen seperti pengukur kadar air benih, timbangan, terpal, karung, serta

alat lainnya. Pada tahap pengemasan dibutuhkan alat pelekat kemasan/jahit

kemasan, kemasan plastik, serta alat-alat lainnya. Bahan yang digunakan adalah

varietas Inpari 1, Inpari 6, Inpari 10, dan Inpari 13. Pupuk yang digunakan

adalah ZA, SP-36, KCl, NPK Phonska, serta pupuk kandang. Untuk Mencegah

reaksi asam-asaman pada tanah sebelum penanaman disebar dolomit.

Digunakan juga ZnSO4 untuk menanggulangi tanaman tercekam asam-asaman.

3.3. Pelaksanaan Produksi

Untuk kegiatan produksi benih sumber FS padi, dilakukan seiring tahapan

kegiatan produksi benih di lapangan yang mencakup program budidaya, dan

sertifikasi lapangan, serta pelabelan. Pelaksanaan produksi dibagi dalam

beberapa tahap, yaitu : Persiapan, survey pendahuluan, produksi, dan analisis

data. Penjabaran masing-masing tahapan adalah sebagai berikut :

Persiapan:

Pada tahap persiapan kegiatan yang dilaksanakan meliputi: koordinasi tim

dan koordinasi dengan dinas pertanian Haltim serta balai sertifikasi benih (BPSB),

desk study tentang produksi benih sumber, persiapan bahan acuan pemilihan

calon petani/lahan.

Survey pendahuluan (pemilihan calon petani/lahan) :

Survey lapangan terdiri survei kajian kebutuhan dan peluang (KKP), KKP

yang dimaksud adalah mencatat kebutuhan dalam mencapai produksi optimal

dan peluang pencapaiannya. Peluang pencapaian dimaksud adalah penggunan

sumberdaya yang ada (teknologi dan input produksi). Hal lain adalah kendala

produksi yang menghambat serta pemecahannya, masalah daya sangga lahan

(kesuburan tanah). Faktor non teknis yang digali adalah penerimaan petani

terhadap penerapan inovasi teknologi dan kemampuan bekerjasama dengan unit

produksi UPBS BPTP Maluku Utara. Teknik yang digunakan dengan wawancara

Page 23: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

langsung dengan petani berdasarkan bahan tolok ukur/kreteria yang telah

disiapkan terlebih dulu.

Produksi :

Teknik budidaya mengacu pada teknk produksi padi spesifik lokasi Maluku

Utara. Pada Tahapan sertifikasi lapang mencakup sejarah lahan, rouging di umur

fase anakan, premordia, menjelang panen dan panen. Adapun tekniknya

mengacu pada ketentuan umum produksi benih padi inbrida yang antara lain

pemurnian calon varietas lain (CVL) dan tipe simpang serta sertifikasi lapang.

Analisa data dan pelaporan :

Data yang dikumpulkan adalah data produksi benih kelas SS per ha dan

total per luasan 10 ha, selanjutnya ditabulasi dalam bentuk laporan..

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Penentuan Lokasi dan Calon Petani.

Unit produksi benih sumber devisi produksi BPTP Maluku Utara belum

memiliki lahan sendiri. Oleh karena itu dalam produksi benih sumber di lapangan,

menggunakan lahan petani dengan sistem bagi hasil. Biaya produksi sepenuhnya

dari UPBS. Dalam operasional lapang guna pengawasan dan pendampingan

teknologi, UPBS menempatkan satu (1) tenaga deta sharing. Lahan total unit

produksi seluas 10 ha dengan menyebar di tiga lokasi dalam dua (2) desa yaitu

Bumirestu dan Mekarsari. Kec.Wasile, Kabutanten Halmahera Timur. Lokasi lahan

seperti dalam gambar 4 dan 5.

Gambar 4. Blok lahan II (kiri-3,5ha-) dan III (kanan-3ha-)

Page 24: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

Gambar 5. Lahan blok I di desa Mekarsari.

Lahan blok I seluas 3,5 ha. Pemilihan lahan didasarkan atas (1) respon

petani pada inovasi teknologi, (2) daya sangga lahan menyangkut kesuburan,

serangan OPT yang sebelumnya, produktivitas sebelumnya, terhindar dari

cekaman asam-asaman tanah, serta kemudahan akses dan irigasi.

4.1.2. Budidaya dan Teknik Produksi Benih Padi Inbrida

Dalam kegiatan ini menyangkut : penanaman varietas, budidaya tanaman,

dan tahapan sertifikasi lapang.

-Penanaman varietas:

Varietas yang ditanam terdiri empat (4) varietas yaitu Inpari 1, Inpari 6, Inpari

10, dan Inpari 13. Adapun sebaran varietas seperti dalam tabel 2.

Tabel. 2. Varietas yang diproduksi oleh UPBS BPTP Malut pada lahan petani. Blok Nama petani Varietas Luas (ha) Kelas benih Ket.

I Sihud Inpari 13 1 FS Pada varietas yang

berbeda diberlakukan isolasi jarak (2m)

Ahmad Inpari 6 0,5 FS Idris Inpari 1 0.75 FS

Ratno Inpari 6 0,5 FS Suripto Inpari 13 0,75 FS

3,5

II Sukardi Inpari 10 1 FS Rosikun Inpari 10 1 FS

Kartijah Inpari 10 0,5 FS Sukimin Inpari 10 0,5 FS

Kamsidi Inpari 10 0,5 FS

3,5

III Sumaji Inpari 1 1 FS Pada varietas yang

berbeda dengan menggunakan isolasi

waktu (> 14 hari)

Nuryanto Inpari 6 1 FS Ariyanto Inpari 6 1 FS

3

T O T A L L U A S (I+II+III) 10

Page 25: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

Gambar 6. Varietas Inpari 6 dan Inpari 10 yang ditanam di lahan produksi

Gambar 7. Varietas Inpari 1 dan Inpari 13 yang ditanam di lahan produksi. -Budidaya dengan sistem pengelolaan tanaman terpadu (PTT)

Teknik yang digunakan dalam budidaya padi adalah pengelolaan tanaman

terpadu (PTT). Komponen PTT yang digunakan adalah sistem tanam jajar legowo

tipe 2:1, pengkayaan bahan organik tanah dengan kotoran kambing 1,5 ton/ha,

pemberian dolomit, ZnSO4 untuk menangulangi hambatan keasaman tanah serta

dugaan keracuanan besi. Bibit yang ditanam adalah bibit muda dibawah 18 hari

setelah sebar, dengan jumlah tanam per lubang 2 bibit. Pengairan adalah sistem

intermitted (berselang).

Page 26: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

Gambar 8. Sistem pengairan intermittent (kiri). Sistem tanam jajar legowo 2:1 (kanan)

Terdapat tujuan/keuntungan pemberian air secara intermittent yaitu: (1)

Menghemat air irigasi sehingga areal yang diairi lebih luas; (2) Memberi

kesempatan akar tanaman memperoleh udara lebih lebih banyak sehingga dapat

berkembang lebih dalam. Akar yang dalam dapat menyerap unsur hara dan air

yang lebih banyak; (3) Mencegah timbulnya keracunan besi; (4) Mencegah

penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat perkembangan akar;

(5) Mengaktifkan jasad renik (mikroba tanah) yang bermanfaat; (6) Mengurangi

kerebahan; (7) Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif; (8)

Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen; (9)

Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah); (10)

Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama

WBC dan penggerek batang, serta mengurangi kerusakan tanaman karena

serangan hama tikus (Yulia dkk, 2008).

Pengendalian hama penyakit dilakukan secara terpadu antara mekanik

fisik dan kimia. Pada umur tanaman 18 hari setelah tanam (HST) hama yang

penting adalah serangan sundep. Oleh karena itu dilakukan monitoring ngengat

dan dilakukan pencarian telur penggerek batang. Hasil yang didapat dari

pengencarian kelompok telur penggerek, 4000 kelompok telur dalam 1 ha. Rata-

rata dalam satu kelompok telur terdiri 50-200 telur. Di persemaian, didapat 250

kelompok telur. Pada pengendalian gulma dilakukan secara kimia dan makanik.

Hal ini untuk efisiensi tenaga kerja untuk penggunaan herbisida dan perbaikan

aerase perakaran untuk penggunaan penyiang tipe landak.

Page 27: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

Gambar 9. Penyiangan gulma dengan sistem kimia dengan herbisida pratumbuh

dan penggunaan penyiang tipe landak. Pupuk yang digunakan disesuaikan dengan rekomendasi PUTS dan

kondisi tanah. Untuk lahan gejala asam-asaman digunakan pupuk ZA sebagai

sumber N, dengan penambahan pupuk kandang 1,5 ton/ha dan pemberian

dolomit untuk menaikkan pH tanah. Dosis dan waktu pemupukan adalah

pemupukan I umur 2 MST dengan pupuk 80kg ZA, 100kg SP-36 dan 100kg KCl.

Pemupukan II saat umur 4 MST dengan dosis dan macam pupuk 90kg ZA dan

50kg NPK Phonska. Pemupukan III dilakukan 7 MST dengan pupuk 80kg ZA dan

50kg NPK Phonska. Pupuk kandang dan dolomit diberikan sebelum setelah

pengolahan tanah II dan sebelum tanam. Pemberian ZnSO4 diaplikasikan secara

semprot saat umur tanaman 17, 28, dan 32 hst dengan dosis 0,5% ZnSO4.

Gambar 10. Pemberian dolomit di lahan dan pemupukan I (KCl).

Pemberian pupuk kandang juga diberikan di tahap persemaian selain di

lahan yang siap tanam. Dosis pemberian di persemaian adalah 1kg/m2 (Gambar

11).

Page 28: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

Gambar 11. Pupuk kandang yang diaplikasikan di persemaian. -Roguing/seleksi off type

Dalam produksi benih sumber padi inbrida, salah satu tahap penting

adalah roguing. Roguing adalah kegiatan untuk membuang tipe simpang

(rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologinya menyimpang dari ciri-ciri

rumpun tanaman varietas yang sedang diproduksi), campuran varietas lain dan

membuang tanaman lain.

Disamping itu, tanaman yang terinfeksi oleh stem borer atau penyakit

tanaman lainnya seperti tungro juga harus dibuang pada saat roguing. Roguing

minimal dilakukan 3 kali: fase vegetatif, fase generatif awal dan menjelang

panen.

Gambar 12. Perawatan tanaman sekaligus roguing yang dilakukan di fase vegetatif awal di lahan produksi.

Beberapa karakter tanaman perlu diperhatikan saat roguing diantaranya

seperti yang tertera dalam tabel 3.

Page 29: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

Tabel 3. Karakter tanaman yang di roguing per fase pertumbuhan padi

No Fase Pertumbuhan Tanaman Karakter yang perlu diperhatikan

1 Tanaman vegetatif Warna daun, Sudut daun, warna pelepah, warna kaki (pelepah bagian bawah)

2 Fase awal berbunga Sudut daun bendera, jumlah malai/rumpun

3 Fase pematangan biji Warna gabah, bentuk gabah, keberadaan bulu pada ujung gabah.

4 Fase panen Kerontokan, bentuk dan ukuran gabah

4.2. Pembahasan

Penentuan calon lahan dan petani dalam unit produksi merupakan

salah satu langkah penting dan strategis dalam pencapaian target produksi dan

mutu benih bersertifikat. Lahan yang digunakan dimana telah memenuhi kriteria

calon lokasi produksi benih sumber seluas 10 ha didesa Bumirestu dan Mekarsari

Kec Wasile, Halmehara Timur.

Lahan yang digunakan adalah lahan yang telah memenuhi kriteria

pencapaian produksi maksimal. Syarat tersebut diantaranya: lahan tidak

bermasalah dengan cekaman asam-asaman yang menyebabkan tanaman

keracunan logam berat sehingga pertumbuhannya kerdil menguning. Lahan ini

dijumpai di daerah cekungan, lahan yang drainase buruk (air selalu

menggenang). Tanah ini cenderung memiliki kandungan unsur hara makro (N, P,

dan K) serta bahan organik, dan unsur hara mikro Zn dan SO4 relatif rendah

(Gamal dkk, 2006). Oleh karena itu, selain pemilihan lahan yang tanahnya relatif

sehat, juga dilakukan pemberian beberapa input produksi yang dapat

menurunkan hambatan faktor pembatas tersebut. Input produksi yang diberikan

berupa pupuk kandang (1,5-3ton/ha), pupuk kimia N yang tidak bereaksi masam

dan mengandung sulfur yaitu ZA, pemberian KCl dengan dosis 100kg/ha, serta

SP-36 100kg/ha. Pemberian pupuk tersebut diharapkan mengatasi kendala

hambatan produksi. Hal ini dikarenakan belum optimalnya hasil tanaman padi di

lahan sawah di berbagai daerah dapat disebabkan oleh kahat hara belerang (S),

seng (Zn), dan tembaga (Cu) (Anonimous, 2006).

Sementara itu menurut Wahyuni S (2011), pemilihan lokasi untuk

produksi benih sumber padi inbrida, dilakukan dengan mempertimbangkan:

1. Lokasi subur dengan air irigasi dan saluran drainase baik

Page 30: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

2. Bersih dari sisa-sisa tanaman/varietas lain

3. Bersih dari gangguan hama/penyakit

4. Sedapat mungkin satu lokasi ditanami oleh satu varietas yang sama. Bila tidak

mungkin, maka pengolahan tanah dilakukan secara sempurna untuk iradikasi

tanaman voluntir yang berasal dari gabah yang jatuh dari pertanaman musim

sebelumnya.

Sementara itu, pemberian unsur hara melalui pupuk harus mengacu

pada spesifik lokasi/kebutuhan tanah/tanaman. Sebagai contoh pupuk yang

diberikan pada kondisi lahan yang diduga terdapat gejala tanah masam seperti

hanya unsur K (pupuk KCl), dan ZA. Unsur K berperan penting dalam fotosintesis

karena secara langsung meningkatkan fotosintesis dan indeks luas daun, serta

meningkatkan translokasi hasil fotosintesis keluar daun dan ada korelasi positip

dengan peningkatan jumlah dan panjang akar tanaman (Gardner et al, 1991).

Disamping itu, unsur ini relatif rendah ditanah yang menunjukkan gejala asam-

asaman. Pemberian pupuk kandang sebagai bahan organik tanah memberikan

pengaruh pada kearah perbaikan sifat-sifat tanah (fisik, kimia dan biologi). Bahan

organik memberikan hampir semua unsur yang dibutuhkan tanaman dalam

perbandingan yang relatif seimbang, walaupun kadarnya kecil (Winarso, 2005).

Bahan organik juga menggunakan kompos dari pengembalian jerami padi. Di

lahan produksi dilakukan pengembalian jerami padi.

Gambar 13. Pengembalian dan pembenaman jerami padi saat pengolahan tanah II di lokasi produksi UPBS BPTP Malut.

Penggunaan jerami padi sebagai bahan organik telah sering diteliti dan

pada umumnya memberikan pengaruh yang positif. Dari penelitian Juliardi dan

Supriyatno (1995) dalam Karim M (2007), menunjukkan bahwa pemberian bahan

Page 31: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

orgaik (jerami padi) dikombinasikan dengan pupuk N meningkatkan hasil gabah

sebanyak 9,4% pada MKI dan 6,1% pada MKII dibanding tanpa pemberian

bahan organik (jerami padi).

Pada sistem tanam jajar legowo tipe 2:1 yang diterapkan, akan

meningkatkan efek tanaman tepi dan mempermudah perawatan. Beberapa

manfaat sistem tanam jajar legowo adalah (1) Meningkatkan populasi tanaman.

Populasi tanaman di sistem jajar legowo 4:1 adalah 200.000 rumpun bahkan

untuk jajar legowo 2:1 (12,5x 25cm) mencapai 213.000 rumpun. Populasi ini

lebih tinggi 133% dari sistem tanam tegel 25 x 25 cm yang sebesar 160 rumpun;

(2) Meningkatkan efek tanaman tepi. Tanaman menjadi lebih berkembang

maksimal yaitu jumlah anakan produktif dan jumlah malai; (3) Meningkatkan

intersepsi cahaya dan turbulensi udaya hal ini penting untuk menjaga fotosintesis

dan respirasi sehingga didapatkan laju asimilasi bersih yang optimal; (4)

Memudahkan dalam perawatan dan pengendalian hama/penyakit; (5)

Memudahkan dalam panen dan proses rouging untuk produksi benih sumber.

Ditekankan lebih jauh bahwa tanam jajar legowo dianjurkan di daerah endemis

hama penyakit atau di lahan sawah yang keracunan besi (Anonimous, 2006;

Baehaki, 2011).

Varietas adalah salah satu komponen teknologi yang sangat penting.

Masing-masing varietas yang dilepas memiliki karakteristik, potensi, dan alasan

dilepas. Penanaman varietas Inpari 1, Inpari 6, Inpari 10, dan Inpari 13 di unit

produksi UPBS BPTP Maluku Utara memiliki alasan tersendiri disamping alasan

pelepasan varietas secara umum. Sebagai contoh adalah peningkatan indeks

pertanaman (IP). Untuk meningkatkan indeks pertanaman menjadi IP 300-400

diperlukan varietas genjah. Di Halmahera Timur IP tanaman padi masih 200.

Peningkatan IP sangat perpeluang menggingat lahan sawah adalah irigasi teknis

dan terdapat varietas genjah dan produksi tinggi. Menurut laporan Wawan dkk

(2009), penggunaan varietas Dodokan dan Tukad Petanu dengan sistem sisipan

dapat meningkatkan IP menjadi 400 dengan hasil rerata Tukad Petanu 4,5 ton

GKG dan Dodokan 3,7 ton/ha. Disebutkan lebih lanjut, walaupun belum

maksimal, capaian ini sudah menunjukkan jalan pencapaian peningkatan IP

menjadi 300-400 di Wasile Halmahera Timur.

Pada aspek faktor cekaman biotik yang mempengaruhi produksi,

perhatian pada endemis penyakit dan hama menjadi faktor utama. Di daerah

Page 32: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

sentra produksi padi Halmahera Timur, merupakan daerah endemik tungro. Hal

ini dikarenakan adanya pemakain satu jenis varietas yang terus menerus seperti

Cisantana dan IR-64. Terdapat manfaat pergiliran varietas antar musim tanam

diantaranya: (1) Varietas dipilih berdasarkan kesesuaian dengan musim tanam

dan pola tanam, sehingga produktivitas antar musim tetap tinggi; (2) pergiliran

varietas antar musim dengan varietas berbeda “susunan gen-nya” akan berfungsi

sebagai penyangga bagi pembentukan biotipe hama dan strain penyakit; (3)

Pergiliran varietas yang terencana akan memudahkan dalam penyiapan benih

agar tepat jenis, tepat waktu, dan tepat mutu (Satoto, 2011).

Preferensi petani dengan varietas yang lama memang masih menjadi

kendala dan perlu perlu pengarahan. Hal ini karena varietas baru (VUB) adalah

memiliki karakteristik khusus baik sisi terhadap agroklimat maupun kimia-rasa

serta merupakan perbaikan dari varietas sebelumnya. Berikut ini karakteristik

varietas yang diproduksi oleh UPBS BPTP Maluku Utara (Tabel 4):

Tabel 4. Karakteristik varietas padi yang diproduksi oleh UPBS BPTP Malut. Varietas Rerata hasil Potensi

hasil

Tekstur nasi dan sifat

kimia lain

Alasan Utama dilepas:

Inpari 1 7,3 t/ha 10 t/ha Pulen, kadar amilosa

22%, Indeks

glikemik 50,4

genjah (108hari), tahan

HDB, perbaikan IR64

untuk ketahanan terhadap HDB, tahan

wereng coklat biotipe2.

Inpari 6 6,82 t/ha 12 t/ha Sangat pulen, kadar

amilosa 18%, Indeks glikemik 66,2

Genjah (118hari), agak

tahan wereng coklat biotipe 2 dan 3, tahan

terhadap HDB patotipe III, IV dan VIII.

Inpari 10 4,08 t/ha 7,0 t/ha Pulen, kadar amilosa

22%,

Genjah, cocok ditanam

dilahan sawah dengan

sistem irigasi berselang 5-7 hari sekali.

Inpari 13 6,6 t/ha 8,0 t/ha Pulen, kadar amilosa

25,2g, indeks

glikemik 45

Sangat genjah, tahan

terhadap WBC biotipe

1, 2, dan 3.

(Satoto, 2011).

Untuk menunjang keberhasilan benih bermutu/bersertifikasi, diperlukan

teknik pemurnian varietas dari campuran varietas lain (CVL) dan tipe simpang

serta tanaman terinfeksi hama/penyakit tertentu. Dalam tahap ini diperlukan

langkah pemurnian dan kontrol semenjak di lapangan. Langkah dimaksud adalah

Page 33: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

isolasi baik jarak dan waktu dan rouging. Varietas yang berbeda seperti di blok I

yang terdiri varietas Inpari !, Inpari 13, dan Inpari 6, serta blok III yaitu Inpari 1

dan 6 menggunakan isolasi waktu. Isolasi waktu idealnya antar varietas adalah

30 hari didasarkan atas perbedaan waktu berbunga. Ini diperlukan untuk

menghindari terjadinya penyerbukan silang. Untuk isolasi jarak antar varietas

adalah 2m (Wahyuni S, 2011).

Namun demikian dalam pelaksaaan produksi di lahan, isolasi waktu tidak

menggunakan perbedaan waktu 30 hari. Hal ini dikarenakan tanaman padi

adalah tanaman menyerbuk sendiri sebelum sekam membuka sempurna,

sehingga kemungkinan menyerbuk silang sangat kecil (Satoto, 2011). Hal ini

didukung oleh Udin dkk, 2009, bahwa isolasi waktu tanam agar agar waktu

pembungaannya berbeda sekitar 10-20 hari sudah memadai.

Rouging yang dilakukan didasarkan atas karekater tanaman untuk tiap

varietas terhadap tipe simpang dan varietas lain. Proses rouging dilakukan saat

fase vegetatif harus memperhatikan karakter tanaman: 1) tumbuh diluar jalur

barisan, (2) rumpun/tanaman yang tipe pertunasan awal menyimpang dari

sebagian besar rumpun-rumpun yang lain, (3) tanaman yang bentuk dan ukuran

daunnya berbeda, (4) tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda,

dan (5) tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda /mencolok (Udin dkk,

2009). Ciri karakter tersebut harus dicabut dan dibuang dari areal pertanaman.

Tahapan mulai dari pemilihan lokasi perbanyakan benih sumber, teknik

budidaya yang tepat untuk tercapainya produksi maksimal, proses/tahapan

sertifikasi lapang yaitu teknik isolasi dan rouging adalah beberapa hal yang

sangat penting dijaga untuk keberhasilan proses perbenihan. Diharapkan hal

tersebut akan menghasilkan produk yang bermutu dengan volume yang

maksimal. Keberadaan benih yang dihasilkan menjadi memenuhi syarat enam (6)

tepat yang diantaranya tepat jenis (varietas) karena telah adaptif spesifik lokasi

dan preferensi petani, tepat harga karena dibuat areal sentra produksi padi

sehingga beban biaya tranportasi menjadi tiada/terkurangi, tepat mutu, dan

tepat volume. Diharapkan target benih yang dicanangkan sebesar 4 ton benih SS

bersertifikat per ha, total 40 ton benih kelas SS terpenuhi.

Page 34: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan yang telah dicapai dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemilhan lokasi (lahan) sesuai dengan dengan pertimbangan

lahan produksi benih sumber padi Inbrida. Hal ini ditandai dengan

petumbuhan tanaman terakhir tumbuh normal dengan vigor

bagus.

2. Penggunaan teknologi spesifik lokasi untuk sistem perbenihan

sangat penting dalam pemenuhan pencapaian mutu benih dan

volume benih yang dihasilkan.

3. Varietas Inpari 1, Inpari 6, Inpari 10 dan Inpari 13 yang

diproduksi pertumbuhannya bagus dicirikan dengan vigor tanaman

yang optimal. Hal ini selain faktor genetik varietas, diduga kuat

karena pengaruh input produksi yang diterapkan. Di lapangan

tidak ditemukan adanya gangguan serangan hama HDB, WBC dan

penggerek batang diatas ambang batas serta gangguan

keracunan besi/asam-asaman. Apabila kondisi optimal tersebut

kontinyu, maka target produksi benih sumber kelas SS sebanyak

40 ton akan terpenuhi.

4. Penerimaan petani/kelompok tani dan dinas terkaid baik-sangat

baik terhadap sistim perbenihan padi Inbrida.

5. Inovasi teknologi berjalan dengan adanya sistem perbanyakan

benih sumber padi di lokasi Halmahera Timur.

5.2. Saran

1. Diperlukan pengawasan lapang yang lebih intensif untuk mencapai

standar mutu benih di lapangan.

2. Perlu koordinasi yang lebih intensif dengan BPSB serta dinas

pertanian kabupaten dan Provinsi. Khususnya kabupaten

Halmahera Timur untuk menampung volume benih yang

dihasilkan.

3. Perlu pembinaan terhadap petani penangkarbenih padi secara

lebih intensif agar dapat menjadi petani penangkar mandiri dari

hasil benih produksi UPBS BPTP Malut.

Page 35: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN

Dari hasil kegiatan produksi benih sumber padi yang sedang berjalan

berpengaruh positif, diantaranya adalah:

1. Memberikan ruang kepada petani sekitarnya untuk lebih cepat

menyerap dan menerima informasi dan teknologi terkait budidaya

padi yang baik. Kesempatan ini ada ketika ada kunjungan tim

selanjutnya melakukan sarasehan.

Gambar 14. Sarasehan petani dengan Ka.Dinas Pertanian Kab. Haltim (duduk tengah) dan Kepala BPTP Malut (kanan) di areal devisi produksi UPBS BPTP Malut.

2. Inovasi teknologi lebih cepat sampai ke petani (diseminasi inovasi

teknologi). Contohnya seperti sistim tanam jajar legowo 2:1,

penggunaan varietas unggul yang bersertifikat, pengelolaan hara

tanah (pemberian pupuk kandang), perlakuan tanah asam-asaman,

tanam serempak, sistem pengairan, dan kelembagaan petani.

Gambar 15. Upaya percepatan adopsi teknologi varietas dan komponen PTT oleh deta sharing.

Page 36: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

3. Mendukung program pencapaian produksi dan produktivitas tanaman

padi yang dicanangkan oleh dinas pertanian Kabupaten terutama

Halmahera Timur, dan secara umum Provinsi Maluku Utara. UPBS

berperan dalam penyediaan stok benih unggul padi bersertifikat.

Page 37: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

Daftar Pustaka

Anonimous, 2006. Inovasi Teknologi Unggulan Tanaman Pangan Berbasis Agroekosistem Mendukung Prima Tani. Badan Litbang Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Jakarta.

Anonimous, 2007. Penggunaan Benih Bermutu. www.puslittan.bogor.[ 17 April

2011].

Abdurrahman S., Sembiring H., dan Suyamto. 2008. Pemupukan Tanaman Padi. Padi Inovasi Teknologi Produksi. Buku. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Tibang Deptan RI. Jakarta.

Baehaki, 2011. Beberapa Temuan Kekeliruan SL-PTT. Episode: Kendala, Peluang, dan Harapan. Materi Ilmiah dalam koordinasi SL-PTT Padi dan UPBS. Balai Besar Padi. Sukamandi.

Fairhurst T., Witt C., Burest R., and Dobermann A.-Penyunting-., Widjono A.-

penerjemah., 2007. Padi. Panduan Praktis Pengelolaan Hara. Buku.

Badan Litbang Deptan RI. Jakarta.

Gamal P., Suwono F., Kasijadi, D.P., Saraswati, Sutrisno O., 2006. Teknologi Produksi Padi di lahan Sawah Bergejala Asam-asaman. Info Teknologi Pertanian. No.09. BPTP Jatim. Malang.

Gardner F.P., Pearce R.B., Mitchell R.L.terjemahan Susilo H., 1991. Fisiologi

Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta. Hamidin E. dkk, 2010. Sertifikasi Benih. Laboratorium Teknologi Benih Jurusan

Budidaya Pertanian. www.Scribd.com [ 24 April 2011].

Karim M., Sumarno, Suyamto., 2007. Jerami Padi. Pengelolaan dan Pemanfaatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Kuswanto H., 2007. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan dan Penyimpanan

Benih. Kanisius. Jogjakarta.

Nugraha U.S, Sri Wahyuni M., dan Yamin Samaullah. 2008. Produksi Benih

Komersial. Sistem Perbenihan. Padi: Inovasi Teknologi Produksi. Buku

2. Balai Besar Padi. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Satoto, 2011. Pengenalan Tipe Varietas dan Program Pemuliaan Padi di BB Padi. Materi Ilmiah dalam koordinasi SL-PTT Padi dan UPBS. Balai Besar Padi. Sukamandi.

Sembiring H dan N. Widiarta, 2008. Inovasi Teknologi Padi Menuju Swasembada Beras Berkelanjutan. Prosiding Simposium V Tanaman Pangan.

Page 38: LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber

Inovasi Teknologi Tanaman Tanam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Sulistiono W., Syahbudin H., Hakim O. R., M. Seni Kulle., Yayat H., Wardono

H.P., Musyadik, 2009. Peningkatan Produksi varietas Dodokan dan

Tukad Petanu Menuju IP Padi 400 di Wasile Halmahera Timur.

Laporan Akhir Tahun. Pengkajian BPTP Maluku Utara. Sofifi.

Suyamto dkk, 2007. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Jagung. Badan

Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Sutopo L., 2004. Teknologi Benih-Ed. Revisi. RajaGrafindo Persada.Jakarta.

Udin S., Wahyuni S., Samaullah M.Y., Ruskandar A., 2009. Sistem Perbenihan Padi. Padi. Inovasi Teknologi Produksi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Wahyuni S, 2011. Teknik Produksi Benih Sumber Padi. Materi Ilmiah dalam

Koordinasi SLPTT Padi dan UPBS. Balai Besar Padi. Sukamandi. Winarso S., 2005. Kesuburan Tanah. Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava

Media. Yogyakata.

Yulia P., Junita B., Bambang W., 2008. Teknologi Budidaya Padi. Balai Besar

Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.