70
LAPORAN PENDAHULUAN (LP) HALUSINASI A. Pengertian Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/ persepsi palsu (Maramis, 2005). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007). Menurut Varcarolis (2006: 393), halusinasi dapat didefenisikan sebagai terganggunya proses sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. B. Penyebab 1. Faktor Predisposisi Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah: a. Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif

LAPORAN_PENDAHULUAN

  • Upload
    vera798

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/ persepsi palsu (Maramis, 2005).

Citation preview

Page 1: LAPORAN_PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

HALUSINASI

A.    Pengertian

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera

(Isaacs, 2002).

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien

mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra

tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi

melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/ persepsi palsu (Maramis, 2005).

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart,

2007).

Menurut Varcarolis (2006: 393), halusinasi dapat didefenisikan sebagai

terganggunya proses sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus.

B.     Penyebab

1.      Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

a.       Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon

neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-

penelitian yang berikut:

1)                  Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas

dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik

berhubungan dengan perilaku psikotik.

2)                  Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan

dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya

skizofrenia.

3)                  Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya

atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia

Page 2: LAPORAN_PENDAHULUAN

kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi

otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi

(post-mortem).

b.      Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan

kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi

gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang

hidup klien.

c.       Sosial Budaya

            Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:

kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan

yang terisolasi disertai stress.

2.      Faktor Presipitasi

      Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

a.       Biologis

            Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses

informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang

mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang

diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

b.      Stress lingkungan

            Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c.       Sumber koping

            Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

C.    Manifestasi Klinis

1.      Bicara, senyum dan tertawa sendiri

2.      Menarik diri dan menghindar dari orang lain

3.      Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata

4.      Tidak dapat memusatkan perhatian

Page 3: LAPORAN_PENDAHULUAN

5.      Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut

6.      Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung

(Budi Anna Keliat, 2005)

D.    Akibat

            Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri

sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C

suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat

membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain.

            Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri

sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :

            Data subjektif :

a.       Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam

b.      Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir

Data objektif :

a.       Wajah tegang, merah

b.      Mondar-mandir

c.       Mata melotot rahang mengatup

d.      Tangan mengepal

e.       Keluar keringat banyak

f.       Mata merah

E.     Penatalaksanaan

            Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

1.        Menciptakan lingkungan yang terapeutik

Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat

halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan

usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien

jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar

atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan

Page 4: LAPORAN_PENDAHULUAN

meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang

akan di lakukan.

Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian

dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding,

gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan

2.        Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan

rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi

instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta

reaksi obat yang di berikan.

3.        Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada

Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali

masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu

mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan

keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.

4.        Memberi aktivitas pada pasien

Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya

berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu

mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain.

Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.

5.        Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan

Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien

agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny

dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar

laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak

terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan

menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini

hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak

membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.

Page 5: LAPORAN_PENDAHULUAN

F.     Pohon Masalah

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Harga Diri Rendah

Perubahan sensori perseptual: halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

 

                                                                                 

G.    Asuhan Keperawatan

1.      Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal

MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan

alamat klien.

2.      Keluhan utama

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga

datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan

perkembangan yang dicapai.

Page 6: LAPORAN_PENDAHULUAN

3.      Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa

pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,

penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan

pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.

4.      Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB)

dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5.      Aspek psikososial

a)                  Genogram yang menggambarkan tiga generasi

b)                  Konsep diri

c)                  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok,

yang diikuti dalam masyarakat

d)                 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

6.      Status mental

Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,

afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat

kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

7.      Kebutuhan persiapan pulang

a)                     Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.

b)                     Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta

membersihkan dan merapikan pakaian.

c)                     Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

d)                    Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

e)                     Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

8.      Mekanisme koping

Page 7: LAPORAN_PENDAHULUAN

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus

internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab

kepada orang lain.

9.      Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,

pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

10.  Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

11.  Aspek medik

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,

psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.

12.  Daftar masalah keperawatan

a)                  Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b)                  Perubahan sensori perseptual : halusinasi

c)                  Isolasi sosial : menarik diri

H.    Analisa data

No Data Subyektif Data Obyektif

1.

2.

Klien mengatakan melihat atau mendengar sesuatu.

Klien tidak mampu mengenal tempat, waktu, orang.

Klien mengatakan merasa kesepian.

Klien mengatakan tidak dapat berhubungan sosial.

Klien mengatakan tidak berguna.

Tampak bicara dan ketawa sendiri.

Mulut seperti bicara tapi tidak keluar suara.

Berhenti bicara seolah mendengar atau melihat

sesuatu. Gerakan mata yang cepat.

Tidak tahan terhadap kontak yang lama.

Tidak konsentrasi dan pikiran mudah beralih saat

bicara.

Tidak ada kontak mata.

Ekspresi wajah murung, sedih.

Tampak larut dalam pikiran dan ingatannya sendiri.

Page 8: LAPORAN_PENDAHULUAN

3. Klien mengungkapkan takut.

Klien mengungkapkan apa yang dilihat dan

didengar mengancam dan membuatnya takut.

Kurang aktivitas.

Tidak komunikatif.

Wajah klien tampak tegang, merah.

Mata merah dan melotot.

Rahang mengatup.

Tangan mengepal.

Mondar mandir.

I.       Diagnosa

            Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut adalah :

1.                  Gangguan persepsi sosial: Halusinasi

2.                  Isolasi sosial: Menarik Diri

3.                  Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

J.      Intervensi

K.    Daftar Pustaka

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga

University Press.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan

Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).

Jakarta: EGC.

Page 9: LAPORAN_PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A.    Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun

orang lain. Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah

berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol

(Yosep, 2007).

Perilaku kekerasan merupakan suau bentuk perilaku yang bertujuan untuk

melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Budi Ana Keliat, 2005).

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk 

melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah

laku tersebut (Purba dkk, 2008).

B.     Penyebab

1.      Faktor Predisposisi

a.       Psikologis

Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat

timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa anak-anak yang

mendapat perilaku kekerasan cenderung saat dewasa menjadi pelaku perilaku

kekerasan

b.      Perilaku

Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan yang

diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan dijadikan

perilaku yang wajar

c.       Sosial Budaya

Page 10: LAPORAN_PENDAHULUAN

Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap

pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang wajar

d.      Bioneurologis

Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus frontal,

lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang terjadi

perilaku kekerasan

2.      Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan 

dengan (Yosep, 2009):

a.       Ekspresi diri, ingin menunjukkan  eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti

dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan

sebagainya.

b.      Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.

c.       Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak

membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan

dalam menyelesaikan konflik.

d.      Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya

sebagai seorang yang dewasa.

e.       Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme

dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.

f.       Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap

perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

C.    Manifestasi Klinis

Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan

adalah sebagai berikut:

1.                  Fisik

a.       Muka merah dan tegang

b.      Mata melotot/ pandangan tajam

c.       Tangan mengepal

Page 11: LAPORAN_PENDAHULUAN

d.      Rahang mengatup

e.       Postur tubuh kaku

2.                  Verbal

a.       Bicara kasar

b.      Suara tinggi, membentak atau berteriak

c.       Mengancam secara verbal atau fisik

d.      Mengumpat dengan kata-kata kotor

e.       Suara keras

3.                  Perilaku

a.       Melempar atau memukul benda/orang lain

b.      Menyerang orang lain

c.       Melukai diri sendiri/orang lain

d.      Merusak lingkungan

e.       Amuk/agresif

4.                  Emosi

a.       Tidak adekuat

b.      Tidak aman dan nyaman

c.       Rasa terganggu, dendam dan jengkel

d.      Tidak berdaya

e.       Bermusuhan

5.                  Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.

6.                  Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, 

menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.

7.                  Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

8.                  Perhatian

Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

Page 12: LAPORAN_PENDAHULUAN

D.    Akibat

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi

mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu

tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan

lingkungan.

E.     Penatalaksanaan

1.      Farmakologi

a.       Obat anti psikosis        : Phenotizin

b.      Obat anti depresi         : Amitriptyline

c.       Obat anti ansietas        : Diazepam, Bromozepam, Clobozam

d.      Obat anti insomnia      : Phneobarbital

2.      Terapi modalitas

a.       Terapi keluarga

Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien

dengan memberikan perhatian :

1)                  BHSP

2)                  Jangan memancing emosi klien

3)                  Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga

4)                  Beri kesempatan pasien mengemukakan pendapat

5)                  Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang

dialami

b.      Terapi kelompok

Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan social atau

aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien

karena masalah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang

lain.

c.       Terapi musik

Dengan music klien terhibur, rilek dan bermain untuk mengembalikan

kesadaran klien.

Page 13: LAPORAN_PENDAHULUAN

F.      Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Perilaku kekerasan

 

                                                                                           PPS: Halusinasi

 

Regimen terapeutik

inefektif

Harga Diri Rendah

Kronis

Isolasi Sosial

Koping keluarga tidak

efektif

Berduka disfungsional

G.    Askep

1.      Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal

MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan

alamat klien.

2.      Keluhan utama

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga

datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan

perkembangan yang dicapai.

3.      Faktor predisposisi

Page 14: LAPORAN_PENDAHULUAN

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa

pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,

penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan

pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.

4.      Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB)

dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5.      Aspek psikososial

a)                  Genogram yang menggambarkan tiga generasi

b)                  Konsep diri

c)                  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok,

yang diikuti dalam masyarakat

d)                 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

6.      Status mental

Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,

afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat

kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

7.      Kebutuhan persiapan pulang

a)                  Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.

b)                  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta

membersihkan dan merapikan pakaian.

c)                  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

d)                 Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

e)                  Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

8.      Mekanisme koping

a)                  Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata

masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara

Page 15: LAPORAN_PENDAHULUAN

normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada

obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya

adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

b)                  Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya

yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia

mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa

temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.

c)                  Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke

alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak

disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil

bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,

sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.

d)                 Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,

dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya

sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan

memperlakukan orang tersebut dengan kasar.

e)                  Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada

obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan

emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat

hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain

perang-perangan dengan temannya.

13.  Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,

pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

14.  Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

15.  Aspek medik

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,

psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.

Page 16: LAPORAN_PENDAHULUAN

16.  Daftar masalah keperawatan

a)      Perilaku kekerasan

b)      Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

c)      Perubahan persepsi sensori: halusinasi

d)     Harga diri rendah kronis

e)      Isolasi social

f)       Berduka disfungsional

g)      Penatalaksanaan regimen teurapeutik inefektif

h)      Koping keluarga inefektif

H.    Intervensi

I.       Daftar Pustaka

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2003

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., 2005, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (terjemahan), Widya

Medika, Jakarta

Keliat, B.A., 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Stuart dan sundeen. 2004. Buku Saku Keperawatan Jiwa : Jakarta. EGC

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga

University Press.

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

ISOLASI SOSIAL

Page 17: LAPORAN_PENDAHULUAN

A.    Pengertian

Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau

merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang

lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 2008).

Isolasi social adalah suatu sikap individu menghindari diri dari interaksi

dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilanngan hubungan akrab dan tidak

mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan

(Yosep, 2009, hlm.229).

Isolasi social adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan

atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

(Keliat dan Kemat, 2009, hlm. 93).

B.     Penyebab

1.      Faktor Predis Posisi

Beberapa faktor pendukung yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :

a.       Faktor Perkembangan

Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu /

pengasuh kepada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat

terbentuknya rasa percaya.

b.      Faktor komunikasi dalam keluarga

Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk

mengembangkan gangguan tingkah laku. Sikap bermusuhan / hostilitas. Sikap

mengancam dan menjelek – jelekkan anak. Ekspresi emosi yang tinggi. Orang tua

atau anggota keluarga sering berteriak, marah untuk persoalan kecil / spele, sering

menggunakan kekerasan fisik untuk mengatasi masalah, selalu mengkritik,

mengkhayalkan, anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya

tidak memberi pujian atas keberhasilan anak .

c.       Faktor sosial budaya

Page 18: LAPORAN_PENDAHULUAN

Isolasi sosial atau mengasingkan diri lingkungan merupakan faktor

pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Contoh : Individu yang berpenyakit

kronis, terminal, menyandang cacat atau lanjut usia. Demikianlah kebudayaan yang

mengizinkan seseorang untuk tidak keluar ruman (pingit) dapat menyebabkan isolasi

sosial.

d.      Faktor biologi

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa, insiden

tertinggi skizofrenia di temukan pada keluarganya yang anggota keluarga menderita

skizofrenia.

2.      Faktor Presipitasi

Stresor presipitas terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor Internal

maupun eksternal meliputi.

a.       Stressor sosial budaya

Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya

penurunan stabilitas keluarga seperti : perceraian, berpisah dengan orang yang

dicintai kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat

dirumah sakit atau dipenjara . 

b.      Stressor Giokimic

Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta traktus saraf

dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia

c.       Stressor biologic dan lingkungan sosial

Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi

akibat interaksi antara individu, lingkungan, maupun biologis.

d.      Stressor psikologis

Kecemasan yang tertinggi akan menyebabkan menurunya kemampuan

individu untuk berhubungan dengan orang lain. Ego pada klien psikotik mempunyai

kemampuan terbatas untuk mengatasi stres. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah

serius antara hubungan ibu dan anak pada fase sinibiotik sehingga perkembangan

psikologis individu terhambat.

Page 19: LAPORAN_PENDAHULUAN

1)                  Hubungan ibu dan anak

Ibu dengan kecemasan tinggi akan mengkomunikasikan kecemasannya pada

anak, misalnya dengan tekanan suara yang tinggi, hal ini membuat anak bingung,

karena belum dapat mengklasifikasikan dan mengartikan pasien tersebut.

2)                  Dependen versus Interdependen

Ibu yang sering membatasi kemandirian anak, dapat menimbulkan konflik, di

satu sisi anak ingin mengembangkan kemandiriannya.

C.    Manifestasi Klinis

1.      Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.

2.      Menghidar dari orang lain (menyendiri)

3.      Klien tampak memisahkan diri dari orang lain misalnya pada saat makan.

4.      Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.

5.      Komunikasi kurang / tidak ada.

6.      Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.

7.      Tidak ada kontak mata : klienlebih sering menunduk.

8.      Mengurung diri di kamar / tempat terpisah, klien kurang dalam mobilitas.

9.      Menolak berhubungan dengan orang lain.

10.  Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah

tangga sehari-hari tidak dilakukan.

D.    Akibat

Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan

persepsi sensori halusinasi (Townsend, M.C, 1998 : 156). Perubahan persepsi sensori

halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau

persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan

atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S, 1995:421).

Menurut Maramis (1998:119) halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang

apapun dari panca indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun

yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.

E.     Penatalaksanaan

Page 20: LAPORAN_PENDAHULUAN

1.      Farmakoterapi

2.      Terapi fisik ECT (Elektro Compution Teraphy)

3.      Terapi psikologi

4.      Terapi social

5.      Bila serangan pertama

a)      Membangkitkan dan diagnosis

b)     Pemeriksaan psikologi

c)    Pemeriksaan kimia rutin, skrinning, roksikologi, VDRL dan uji fungsi tiroid

d)    Elektroensefologram (untuk menyingkirkan epilepsy logus temperralit, neoplasma)

(Buku saku psiatri, penerbit buku kedokteran EGC)

F.     Pohon Masalah

                        Gangguan sensori persepsi :Halusinasi

                                                 Isolasi Sosial

 

                        Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

G.    Askep

1.      Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal

MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan

alamat klien.

2.      Keluhan utama

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga

datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan

perkembangan yang dicapai.

3.      Faktor predisposisi

Page 21: LAPORAN_PENDAHULUAN

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa

pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,

penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan

pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.

4.      Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB)

dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5.      Aspek psikososial

e)                  Genogram yang menggambarkan tiga generasi

f)                   Konsep diri

g)                  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok,

yang diikuti dalam masyarakat

h)                  Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

6.      Status mental

Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,

afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat

kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

7.      Kebutuhan persiapan pulang

f)                   Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.

g)                  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta

membersihkan dan merapikan pakaian.

h)                  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

i)                    Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

j)                    Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

8.      Mekanisme koping

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus

internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab

kepada orang lain.

9.      Masalah psikososial dan lingkungan

Page 22: LAPORAN_PENDAHULUAN

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,

pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

10.  Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

11.  Aspek medik

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,

psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.

12.  Daftar masalah keperawatan

a)      Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

b)      Isolasi sosial

c)      Gangguan konsep diri : harga diri rendah

H.    Intervensi

I.       Daftar Pustaka

Marlindawani, Jeney, 2002, Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah

Psikososial dengan gangguan jiwa

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah

Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan

Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

Page 23: LAPORAN_PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A.    Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan

sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya

jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Deficit perawatan diri pada pasien dengan gagguan jiwa merupakan deficit

peraatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir  sehingga kemampuan

untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun (Keliat dan akemat 2007).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

B.     Penyebab

1.      Faktor prediposisi

a.       Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan

inisiatif terganggu.

b.      Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan

diri.

c.       Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

d.      Sosial

Page 24: LAPORAN_PENDAHULUAN

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.

Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2.      Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan

motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami

individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene

adalah:

a.       Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri

misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihan dirinya.

b.      Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan

akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

c.       Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat

gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

d.      Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik

dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia

harus menjaga kebersihan kakinya.

e.       Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

f.       Kebiasaan seseorang

Page 25: LAPORAN_PENDAHULUAN

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan

diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain- lain.

g.      Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan

perlu bantuan untuk melakukannya

C.    Manifestasi Klinis

1.      Fisik:

-          Badan bau, pakaian kotor

-          Rambut dan kulit kotor

-          Kuku panjang dan kotor

-          Gigi kotor disertai mulut yang bau

-          Penampilan tidak rapi

2.      Psikologis

-          Malas, tidak ada inisiatif

-          Menarik diri, isolasi diri

-          Merasa tak berdaya, rendah diri, dan merasa hina

3.      Social

-          Interaksi kurang

-          Kegiatan kurang

-          Tidak mampu berprilaku sesuai norma

-          Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat , gosok gigi dan

mandi tidak mampu mandiri

D.    Akibat

Dampak yang ditimbulkan dengan keadaan defisit perawatan diri seperti 

pasien dikucilkan di dalam keluarga atau masyarkat sehingga terjadi isolasi sosial dan

bahkan kehilangan kemampuan dan motivasi dalam melakukan perawatan terhadap

tubuhnya.

Page 26: LAPORAN_PENDAHULUAN

E.     Penatalaksanaan

1.      Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri

-          Bina hubungan saling percaya

-          Bicarakan tentang pentingnya kebersihan

-          Kuatkan kemampuan klien merawat diri

2.      Membimbing dan menolong klien merawat diri

-          Bantu klien merawat diri

-          Ajarkan keterampilan secara bertahap

-          Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

3.      Ciptakan lingkungan yang mendukung

-          Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan perawatan diri

-          Dekatkan peralatan agar mudah dijangkau oleh klien

-          Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman

F.     Pohon Masalah

Defisit perawatan diri

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Isolasi sosial

Kebersihan diri tidak adekuat (BAB/BAK, Makan minum dan berdandan)

 

Page 27: LAPORAN_PENDAHULUAN

G.    Askep

1.      Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal

MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan

alamat klien.

2.      Keluhan utama

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga

datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan

perkembangan yang dicapai.

3.      Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa

pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,

penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan

pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.

4.      Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB)

dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5.      Aspek psikososial

a)                  Genogram yang menggambarkan tiga generasi

b)                  Konsep diri

c)                  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok,

yang diikuti dalam masyarakat

d)                 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

6.      Status mental

Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,

afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat

kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

7.      Kebutuhan persiapan pulang

a)                  Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.

Page 28: LAPORAN_PENDAHULUAN

b)                  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta

membersihkan dan merapikan pakaian.

c)                  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

d)                 Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

e)                  Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

8.      Mekanisme koping

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus

internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab

kepada orang lain.

9.      Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,

pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

10.  Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

11.  Aspek medik

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,

psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.

12.  Daftar masalah keperawatan

a)      Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

b)      Isolasi Sosial

c)      Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK

H.    Intervensi

I.       Daftar Pustaka

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2003

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah

Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Page 29: LAPORAN_PENDAHULUAN

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta :

Prima Medika.

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

HARGA DIRI RENDAH

A.    Pengertian

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh

dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dengan ideal diri (Stuart, 2005)

Harga diri rendah adalah cenderung untuk memilih dirinya negative dan

merasa lebih rendah dari orang lain (Hamid Achir Yani, 2005)

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan

tidak dapat bertanggung jawab pada kehidupannya sendiri (Yoeddhas, 2010)

B.     Penyebab

1.      Faktor Predisposisi

a.       Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang lain, harapan orang tua

yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung

jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.

b.      Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks, tuntutan peran

kerja, harapan peran kultural.

c.       Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak percayaan orang

tua tekanan dari kelompok sebaya, perubahan dalam stuktural sosial.

2.      Faktor Presipitasi 

Page 30: LAPORAN_PENDAHULUAN

a.       Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian

yang mengancam kehidupannya.

b.      Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana

individu  mengalaminya sebagai frustasi

c.       Transisi Peran situasi adalah terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota

keluarga melalui kelahiran dan kematian

d.      Transisi peran sehat sakit akibat pergeseran dari keadaan sehat ke sakit dicetuskan

oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran bentuk, penampilan, fungsi tubuh,

perubahan fisik berhubungan dengan tumbang normal moral dan prosedur medis

keperawatan

C.    Manifestasi Klinis

Menurut Suliswati, 2005 tanda dan gejala harga diri rendah yaitu :

1.       Merasa dirinya lebih rendah dari orang lain

2.       Mengkritik diri sendiri dan orang lain

3.       Gangguan dalam berhubungan

4.       Rasa diri penting yang berlebihan

5.       Perasaan tidak mampu

6.       Rasa bersalah

7.       Pandangan hidup yang pesimis

8.       Penolakan terhadap kemampuan personal

9.       Menarik diri secara social

10.   Khawatir dan menarik diri dari realitas

D.    Akibat

Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak

mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi

sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah

laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial

(DEPKES RI, 1998 : 336).

Page 31: LAPORAN_PENDAHULUAN

E.     Penatalaksanaan

Penatalaksanaan klien dengan harga diri rendah meliputi:

a.       Farmakologi.

b.      Terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku, terapi

keluarga, terapi spiritual, terapi lingkungan, terapi aktivitas kelompok yang tujuannya

adalah memperbaiki perilaku klien dengan harga diri rendah.

c.       Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi (kembali memfungsikan) dan

perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam

kehidupan bermasyarakat.

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) penatalaksanaan pada klien dengan

gangguan konsep diri berfokus pada tingkat penilaian kognitif terhadap kehidupan

yang terdiri dari :

1.      Persepsi

2.      Kesadaran klien akan emosi dan perasaan

3.      Menyadari masalah dan perubahan sikap

Prinsip asuhan keperawatan yang diberikan terlihat dari kemajuan klien

meningkatkan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya yaitu :

1.      Meluaskan kesadaran diri yaitu dengan meningkatkan hubungan keterbukaan dan

saling percaya.

2.      Menyelidiki dan mengeksplorasi diri (self exploration) yaitu membantu klien untuk

menerima perasaan dan pikirannya.

3.      Perencanaan realita  (realita planing) membantu klien bahwa hanya saja di yang

dapat merubah bukan rang lain.

4.      Tanggung jawab bertindak (comitment to action) membantu klien melakukan

tindakan yang perlu untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan respon

adaptif.

F.     Pohon Masalah

Defisit Perawatan Diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Page 32: LAPORAN_PENDAHULUAN

Gangguan interaksi sosial

Isolasi sosial : menarik diri

Penurunan motivasi merawat diri

 

                                                                                                    Core Problem

Gangguan citra tubuh

 

G.    Askep

1.      Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal

MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan

alamat klien.

2.      Keluhan utama

Page 33: LAPORAN_PENDAHULUAN

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga

datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan

perkembangan yang dicapai.

3.      Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa

pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,

penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan

pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.

4.      Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB)

dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5.      Aspek psikososial

a)                  Genogram yang menggambarkan tiga generasi

b)                  Konsep diri

c)                  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok,

yang diikuti dalam masyarakat

d)                 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

6.      Status mental

Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,

afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat

kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

7.      Kebutuhan persiapan pulang

a)                  Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.

b)                  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta

membersihkan dan merapikan pakaian.

c)                  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

d)                 Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

e)                  Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

8.      Mekanisme koping

Page 34: LAPORAN_PENDAHULUAN

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus

internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab

kepada orang lain.

9.      Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,

pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

10.  Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

11.  Aspek medik

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,

psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.

12.  Daftar masalah keperawatan

a)      Isolasi social: Menarik Diri

b)      Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

c)      Perilaku Kekerasan

d)     Koping Individu Tidak Efektif

e)      Perubahan Persepsi Sensori

f)       Tidak Efektifnya Penatalaksanaan regimen terapeutik

g)      Koping Keluarga Tidak Efektif

H.    Intervensi

I.       Daftar Pustaka

Keliat,Budi A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.

Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta:

Nuha Medika Press.

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar & Aplikasi Laporan Pendahuluan & Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosa. Jakarta : Salemba

Medika

Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

Page 35: LAPORAN_PENDAHULUAN

WAHAM

A.    Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-

menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)

Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan

walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal.

(Stuart dan sundeen, 2004)

Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan

dalam kenyataan. (Harold K, 2004)

B.     Penyebab

1.      Faktor Predisposisi

         Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem syaraf yang

berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.

         Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan korteks limbic.

         Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin, dan glutamat.

         Virus : paparan virus influensa pada trimester III

         Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

2.      Faktor Presipitasi

         Proses pengolahan informasi yang berlebihan

         Mekanisme penghantaran listrik abnormal

         adanya gejala pemicu

C.    Klasifikasi Waham

1.      Waham Agama

Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkjan secra

berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan

2.      Waham Kebesaran

Page 36: LAPORAN_PENDAHULUAN

      Keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuan yang disampaikan secara

berulang yang tidak sesuai kenyataan

3.      Waham Somatik

Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya yang disampaikan secara berulang

yang tidak sesuai kenyataan

4.      Waham Curiga

Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha

merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang yang tidak

sesuai kenyataan

5.      Waham Sisip Fikir

Klien yakin bahwa ada fikiran orang lain yang disisipkan/dimasukkan kedalam

fikiran yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan

6.      Waham Nihilistik

Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak didunia/meninngal yang disampaikan

secara berulang yang tidak sesuai kenyataan

7.      Waham Siar Fikir

Klien yakin bahwa ada orang lain mengetahui apa yang dia butuhkan walaupun

dia tidak menyatakan pada orang tersebut apa yang dinyatakan secara berulang dan

tidak sesuai kenyataan

D.    Manifestasi Klinis

Menurut Azis (2003), tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan

waham, yaitu:

1.                  Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,

kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai

kenyataan

2.                  Klien tampak tidak mempunyai orang lain

3.                  Curiga

4.                  Bermusuhan

Page 37: LAPORAN_PENDAHULUAN

5.                  Merusak (diri, orang lain, lingkungan)

6.                  Takut, sangat waspada

7.                  Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas

8.                  Ekspresi wajah tegang

9.                  Mudah tersinggung

E.     Akibat

Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang

lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang

kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

F.     Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkunganResiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Kerusakan komunikasi verbalKerusakan komunikasi verbal

                                                                                                  

Perubahan isi pikir: wahamPerubahan isi pikir: waham

Gangguan konsep diri: harga diri rendahGangguan konsep diri: harga diri rendah

Core problemCore problem

 

G.    Askep

1.      Identitas klien

Page 38: LAPORAN_PENDAHULUAN

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal

MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan

alamat klien.

2.      Keluhan utama

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga

datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan

perkembangan yang dicapai.

3.      Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa

pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,

penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan

pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.

4.      Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB)

dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5.      Aspek psikososial

a)                  Genogram yang menggambarkan tiga generasi

b)                  Konsep diri

c)                  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok,

yang diikuti dalam masyarakat

d)                 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

6.      Status mental

Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,

afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat

kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

7.      Kebutuhan persiapan pulang

a)                  Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.

Page 39: LAPORAN_PENDAHULUAN

b)                  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta

membersihkan dan merapikan pakaian.

c)                  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

d)                 Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

e)                  Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

8.      Mekanisme koping

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus

internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab

kepada orang lain.

9.      Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,

pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

10.  Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

11.  Aspek medik

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,

psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.

12.  Daftar masalah keperawatan

a)      Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b)      Kerusakan komunikasi : verbal

c)      Perubahan isi pikir : waham

d)     Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

H.    Intervensi

I.       Daftar Pustaka

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2003

Santoso, Budi. 2005 – 2006. Panduan Diagnosa Nanda. Jakarta : Prima Medika.

Stuart, G.W. dan Sundden, S.J. ( 2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta :

Page 40: LAPORAN_PENDAHULUAN

EGC

Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 2006

Yosep Iyus, 2009, Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung : Refika Aditama

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

RESIKO BUNUH DIRI

A.    Pengertian

Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk

menyakiti diri sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa (Stuart dan

Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009).

Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri

kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk mewujudkan

hasratnya untuk mati. Perilaku bbunuh diri ini meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau

ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri

(Clinton, 1995 dalam Yosep, 2010).

Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah

pada kematian (Gail w. Stuart, 2007. Dikutip Dez, Delicious, 2009.)

Page 41: LAPORAN_PENDAHULUAN

Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri

untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu

untuk memecahkan masalah yang dihadapi. (Jenny., dkk. (2010). Asuhan

Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa ).

B.     Penyebab

1.      Faktor predisposisi

Lima factor predisposisi yang penunjang pemahaman perilaku destruktif diri

sepanjang siklus kehidupan (Fitria, 2009):

a.       Diagnosa Psikiatrik. Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya

dengan bunuh diri mempunyai ganggguan jiwa (ganggan afektif, penyalagunaan zat,

dan skizofrenia).

b.      Sifat Kepribadian. Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan risiko bunuh

diri adalah antipasti, impulsive, dan depresi.

c.       Lingkungan Psikososial. Diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan

dukungan social, kejadian-kkejadian negative dalam hidup, penyakit kronis,

perpisahan, atau bahkan perceraian.

d.      Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan

faktor penting yang dpaat menyebabkan seseorang melakukan tinfdakan bunuh diri.

e.       Faktor Biokimia. Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri

terdapat peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin,

adrenalin, dan dopamine yang dapat dilihat dengan EEG.

Menurut Iyus Yosep (2010), terdapat beberapa factor yang berpengaruh dalam

bunuh diri, anatara lain:

a.       Faktor mood dan biokimia otak.

b.      Faktor riwayat gangguan mental.

c.       Faktor meniru, imitasi, dan factor pembelajaran.

d.      Faktor isolasi sosial dan human relations.

e.       Faktor hilangnya rasa aman dan ancaman kebutuhan dasar.

f.       Faktor religiusitas.

Page 42: LAPORAN_PENDAHULUAN

2.      Faktor Presipitasi

Perilaku destruktif dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan yang dialami

oleh individu. Pencetusnya seringkali kejadian hidup yang memalukan, melihat atau

membaca melalui media tentang orang yang melakukan bunuh diri ataupun

percobaan bunuh diri (Fitria, 2009).

C.    Manifestasi Klinis

Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009) :

1.      Mempunyai ide untuk bunuh diri.

2.      Mengungkapkan keinginan untuk mati.

3.      Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.

4.      Impulsif.

5.      Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).

6.      Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.

7.      Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis

mematikan).

8.      Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan

mengasingkan diri).

9.      Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis

dan menyalahgunakan alcohol).

10.  Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).

11.  Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan

dalam karier).

12.  Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.

13.  Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).

14.  Pekerjaan.

15.  Konflik interpersonal.

16.  Latar belakang keluarga.

17.  Orientasi seksual.

Page 43: LAPORAN_PENDAHULUAN

18.  Sumber-sumber personal.

19.  Sumber-sumber social.

20.  Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

D.    Akibat

Resiko yang mungkin terjadi pada klien yang mengalami krisis bunuh diri

adalah mencederai diri dan lingkungan dengan tujuan mengakhiri hidup. Perilaku

yang muncul meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk melakukan

tindakan yang mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri sendiri.

E.     Penatalaksanaan

Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar

pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan

pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak

selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan perawatan tidak

tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan kriteria yang

mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau

terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak adanya

hubungan beratnyagangguan badaniah dengan gangguan psikologik. Penting sekali

dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya. Untuk pasien

dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi, obat obat terutama anti

depresan dan psikoterapi.

F.     Pohon Masalah

BUNUH DIRI

RISIKO BUNUH DIRI

ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH KRONIS

Page 44: LAPORAN_PENDAHULUAN

(Fitria, 2009)

G.    Askep

1.      Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal

MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan

alamat klien.

2.      Keluhan utama

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga

datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan

perkembangan yang dicapai.

3.      Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa

pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,

penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan

pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.

4.      Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB)

dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5.      Aspek psikososial

a)                  Genogram yang menggambarkan tiga generasi

b)                  Konsep diri

c)                  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok,

yang diikuti dalam masyarakat

d)                 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

6.      Status mental

Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,

afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat

kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

Page 45: LAPORAN_PENDAHULUAN

7.      Kebutuhan persiapan pulang

a)                  Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.

b)                  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta

membersihkan dan merapikan pakaian.

c)                  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

d)                 Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

e)                  Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

8.      Mekanisme koping

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus

internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab

kepada orang lain.

9.      Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,

pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

10.  Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

11.  Aspek medik

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,

psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.

12.  Daftar masalah keperawatan

a)      Risiko bunuh diri.

b)      Bunuh diri.

c)      Isolasi sosial.

d)     Harga diri rendah.

(Fitria, 2009).

H.    Intervensi

I.       Daftar Pustaka

Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:

EGC.

Page 46: LAPORAN_PENDAHULUAN

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Untuk 7 Diagnosis

Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial

dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Sujono & Teguh. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Graha Ilmu.