33
LAPORAN KASUS BASALIOMA Oleh : Imanniar Galuh Purwandari NIM 112011101041 Disusun Untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik Madya di SMF Bedah RSUD dr. Soebandi Jember SMF BEDAH RSUD DR. SOEBANDI JEMBER

Lapsus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

basalioma

Citation preview

LAPORAN KASUS

BASALIOMA

Oleh :

Imanniar Galuh PurwandariNIM 112011101041Disusun Untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik Madya

di SMF Bedah RSUD dr. Soebandi Jember

SMF BEDAH RSUD DR. SOEBANDI JEMBERFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER2015

BAB 1. TINJAUAN PUSTAKAI. PENDAHULUAN

Basalioma atau yang dikenal juga sebagai karsinoma sel basal adalah salah satu keganasan pada kulit yang berasal dari sel-sel epidermis sepanjang lapisan basal. Insidens basalioma bebanding lurus dengan umur dan berbanding terbalik dengan jumlah pigmen melanin pada epidermis. Etiologinya mungkin multifaktorial, tetapi paparan terhadap cahaya matahari memegang peran penting. Sekitar 80 % dari basalioma terjadi pada daerah terbuka yang biasanya terpapar sinar matahari, seperti wajah, kepala, dan leher. Basalioma biasanya lambat berkembang dan jarang bermetastasis, tetapi dapat menyebabkan destruksi lokal yang signifikan secara klinis jika diabaikan atau diterapi secara tidak adekuat. II. INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI

Insiden basalioma diseluruh dunia sampai saat ini meningkat hingga 10% pertahun. Di Amerika Serikat, insidens tahunan adalah 900.000 kasus (550.000 pada laki-laki dan 350.000 pada perempuan). Insidens per 100.000 individu berkulit putih adalah 475 kasus pada laki-laki dan 250 kasus pada perempuan. Resiko terkena basalioma sepanjang hidup pada populasi kulit putih adalah 33-39 % pada laki-laki dan 23-28 % pada perempuan. Basalioma dapat terjadi pada umur berapa pun tetapi umumnya terjadi setelah umur 40 tahun. Insidens tertinggi terjadi pada orang dengan kulit cerah, jarang terjadi pada orang berkulit gelap. Rasio laki-laki dan perempuan untuk basalioma adalah 3 : 2.III. ANATOMI KULIT

Kulit terdiri atas dua lapisan dasar yaitu epidermis dan dermis. Epidermis merupakan bagian terluar yang mengandung empat tipe sel utama: keratinosit, melanosit, sel Langerhans, dan sel Merkel. Epidermis ini terbagi menjadi lima lapisan: stratum korneum, stratum lucidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Dermis lebih tebal daripada epidermis dan kaya akan elemen nonseluler jaringan konektif berupa kolagen, elastin, dan substansi dasar lainnya. Saraf, pembuluh darah, limfatik, serat otot, pilosebaseus, dan unit apokrin dan ekrin terdapat pada dermis.

. IV. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI 1. Radiasi sinar ultraviolet

Paparan kronik terhadap sinar matahari merupakan penyebab paling penting dan paling sering dari basalioma. Radiasi sinar UV gelombang pendek (290-320 nm) dipercaya mempunyai peran penting dalam pembentukan basalioma daripada radiasi sinar UV gelombang panjang (320-400 nm).

2. Radiasi sinar x juga berhubungan dengan terjadinya basalioma.

3. Terpapar arsen, bahan kimia yang bersifat karsinogenik baik dari makanan maupun dari pekerjaan berhubungan dengan perkembangan basalioma.

4. Keadaan imunosupresi, berhubungan dengan peningkatan resiko basalioma.

5. Xeroderma pigmentosum. Merupakan penyakit autosomal resesif, berawal dari perubahan pigmen kemudian berkembang menjadi basalioma, karsinoma sel squamous, dan melanoma maligna.

6. Sindrom BCC nevoid (sindrom Gorlin). Penyakit autosomal dominan yang terjadi pada umur muda dengan multipel basalioma. Odontogenik keratocyst, palmoplantar pitting, kalsifikasi intrakranial, dan anomali tulang iga dapat ditemui.

7. Sindrom Bazex. Merupakan penyakit genetik kromosom x-linked dominan yang ditandai dengan atropoderma, multipel basalioma, anhidrosis lokal, dan kongenital hipotrikosis.

8. Iritasi kronik atau ulserasi

9. Riwayat kanker kulit nonmelanoma sebelumnya meningkatkan resiko seseorang untuk terkena kanker kulit.V. PATOGENESIS

Dianggap berasal dari sel-sel pluripotensial (sel yang dapat berubah menjadi sel-sel lain) yang ada pada stratum basalis epidermis atau lapisan folikular. Sel ini diproduksi sepanjang hidup kita dan membentuk kelenjar sebasea dan kelenjar apokrin. Tumor tumbuh dari epidermis dan muncul di bagian luar selubung akar rambut, khususnya dan stem sel folikel rambut, tepat di bawah duktus glandula sebasea. Sinar UV menginduksi mutasi pada gen supresor tumor p53, yang terletak pada kromosom 17p. Sebagai tambahan, mutasi gen supresor tumor pada pita 9q22 yang meyebabkan sindrom nevoid basalioma, suatu keadaan autosomal dominan ditandai dengan timbulnya basalioma secara dini. Awalnya terjadi pada lapisan epidermis kulit, kemudian tumbuh pelan- pelan tanpa rasa sakit. Dengan pertumbuhan kulit baru yang mudah berdarah atau tidak dapat sembuh, maka diagnosa basalioma sudah dapat ditegakkan. Basalioma hampir tidak pernah menyebar. Tetapi, jika tidak diterapi, kemungkinan menyebar ke tulang ataupun jaringan terdekat. VI. GAMBARAN KLINISPredileksi basalioma adalah area yang sering terpapar sinar ultraviolet, terutama pada wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, periorbital) dan leher, kadang juga ditemukan dikulit kepala. Gambaran klasik basalioma memiliki tepi yang meninggi dan daerah tengah yang mengkilap seperi mutiara dengan telangiektasis. Dapat nampak bersisik dengan daerah atrofi atau parut akibat inflamasi kronik. Basalioma diklasifikasikan menjadi subtipe yang menggambarkan apakah basalioma tersebut agresif atau tidak. 1. Nodular

Bentuk ini paling sering dijumpai. Lesi biasanya tampak sebagai lesi tunggal. Paling sering mengenai wajah, terutama pipi, lipat nasolabial, dahi, dan tepi kelopak mata. Pada awalnya tampak papul atau nodul kecil, transparan seperti mutiara, berdiameter kurang dari 2 cm dengan tepi meninggi. Permukaannya tampak mengkilat, sering dijumpai adanya telangiektasia dan kadang-kadang dengan skuama yang halus atau krusta yang tipis. Lesi membesar secara perlahan dan suatu saat bagian tengah lesi menjadi cekung yang dapat berkembang menjadi ulkus rodens dengan destruksi jaringan di sekitarnya. Dengan trauma ringan mudah terjadi perdarahan.

2. Berpigmen

Gambaran klinisnya sama dengan yang tipe nodular. Bedanya, pada jenis ini berwarna coklat atau hitam berbintik-bintik atau homogen, yang secara klinis dapat menyerupai melanoma.3. Morfea / Fibrosing / sklerosing

Merupakan tipe basalioma agresif dan biasanya terjadi pada kepala dan leher. Lesi tampak sebagai plak sklerotik yang cekung, berwarna putih kekuningan dengan batas tidak jelas. 4. Superfisial

Lesi biasanya multipel, mengenai badan, dan sedikit kemungkinan untuk invasif. Secara klinis tampak sebagai plak transparan, eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk oval sampai ireguler dengan tepi berbatas tegas, sedikit meninggi.

Gambaran klinis yang jarang ditemukan adalah tumor metastase ke jaringan sekitar, ke kelenjar limfe regional dan destruksi terhadap tulang. Destruksi tulang sering ditemukan pada basalioma wajah dan kepala. VII. STADIUM DAN KLASIFIKASI Klasifikasi TNM digunakan sebagai sistem klasifikasi pada tumor

ganas kulit non melanoma. Klasifikasi TNM Tumor Ganas Kulit ( kecuali Melanoma Maligna ) : T: tumor primer

Tx: tumor primer tidak dapat dievaluasi

T0: tidak ditemukan tumor primer

Tis: karsinoma insitu

T1: tumor dengan ukuran terbesar tidak melebihi 2 cm.

T2: tumor dengan ukuran terbesar antara 2-5 cm.

T3: tumor dengan ukuran lebih dari 5 cm.

T4: tumor menginvasi struktur ekstradermal dalam misalnya kartilago, otot skelet atau tulang.

N: kelenjar getah bening

Nx: kelenjar getah bening tidak dapat diperiksa

N0: tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional

N1: ada metastasis kelenjar limfe regional

M: metastasis jauh

Mx: tidak dapat diperiksa

M0: tidak ada metastasis jauh

M1: ada metastasis jauh

Stadium tumor ganas kulit non melanoma menurut American Joint Committee on Cancer tahun 2006 :StadiumTNM

0TisN0M0

IT1N0M0

IIT2N0M0

T3N0M0

IIIT4N0M0

Tiap TN1M0

IVTiap TTiap NM1

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis basalioma yaitu pemeriksaan histopatologis. Biopsi kulit sering diperlukan untuk memperkuat diagnosis dan menentukan gambaran histopatologi. Dari pemeriksaan ini dapat ditemukan :

Karsinoma sel basal tipe nodular : nukleus oval besar, hiperkromatik, dan sitoplasma sedikit. Bentuk sel seragam dan bila ada gambaran mitotik biasanya sedikit. Bentuk padat biasanya bergabung dengan pola berbentuk palisade di daerah perifer dan membentuk sarang-sarang. Biasanya ada peningkatan produksi musin di sekitar stroma dermis. Pembelahan sel, yang dikenal sebagai artefak retraksi biasanya muncul diantara sarang-sarang basalioma dan stroma, yang berkurang selama fiksasi dan pewarnaan.

Karsinoma tipe berpigmen : mengandung melanosit yang terdiri dari sitoplasma granula melanin dan dendrit.

Karsinoma sel basal tipe morfea : pola sarang pertumbuhannya tidak melingkar tapi membentuk untaian.

Karsinoma sel basal tipe superfisial : penampakannya seperti semak-semak sel basaloid yang berlekatan dengan epidermis. Sarang-sarang berbagai ukuran sering terlihat di dermis.

(a) (b)Gambaran histopatologi kulit normal(a). Basalioma (b).

Untuk basalioma yang metastasis atau yang berpenetrasi ke tulang dapat dilakukan pemeriksaan radiologi. Salah satunya adalah dengan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas yang tinggi untuk mendeteksi terjadinya destruksi tulang pada basalioma.

ab(a) Ulserasi supefisial dari tumor yang berpenetrasi ke lapisan superfisial

pada regio temporalis. (potongan axial)

(b) MRI potongan coronal. Gambaran destruksi tulang zygoma (panah),

tetapi tidak dapat dipastikan berasal dari tumor yang mengalami

penetrasi, sehingga dibutuhkan konfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi.IX. DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan gambaran klinis dan pemeriksaan histopatologis.X. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan basalioma tergantung dari jenis, lokasi, ukuran, dan pilihan atau keahlian operator yang akan melakukan pengobatan. Terapi yang dapat dilakukan adalah dengan nonbedah maupun pembedahan.

A. Penatalaksanaan non-bedah

Penatalaksanaan nonbedah meliputi radioterapi, terapi fotodinamik, dan immunomodulator topikal. Kemoterapi topikal dengan bahan immunomodulasi berguna pada beberapa kasus basalioma. Basalioma kecil dan superfisial mungkin berespon baik dengan terapi topikal. Sebagai tambahan, terapi topikal dapat digunakan sebagai profilaksis atau pemeliharaan pada pasien dengan multipel basalioma seperti sindroma basal sel nevus. 1. Radioterapi.

Prosedur ini perlu untuk kasus inoperabel atau post operasi mikro atau makroskopis, lebih penting lagi pada kasus rekuren dan residif. Teknik radiasi yang digunakan yaitu pengobatan standar terdiri dari sinar-x. Area radiasi adalah tumor yang kelihatan dan safety margin dengan range 0,5-1,5 cm, tergantung dari ukuran tumor. Jaringan di sekitarnya seperti mata termasuk palpebra dan glandula lakrimalis harus dilindungi. Dosis ditentukan oleh ukuran, lokasi, jaringan sekitar, dan tingkat radiosensitivitasnya. Dosis tunggal antara 1,8-5 Gy. Total maksimum dosis 50-74 Gy. 2. Terapi fotodinamik untuk basalioma telah digunakan lebih dari 20 tahun. Terapi ini efektif untuk basalioma superfisial. Tehnik ini menggunakan asam aminolaevulinic yang dibuat dalam emulsi 20 %, dan diberikan topikal pada lesi. Jaringan tumor menyerap metabolit porfirin ini dan menjadi fotosensitif terhadap konversinya yaitu protoporfirin IX yang menjadi fotodestruktif ketika dipaparkan pada sinar dengan panjang gelombang 620-670 nm. 85% basalioma superfisial yang diberikan terapi fotodinamik sembuh dengan hasil kosmetik yang sangat baik.

3. Immunomodulator topikal berupa Imiquimod 5% krim. Imiquimod bekerja dengan menginduksi respon imun seluler sehingga menyebabkan sekresi interferon gamma (IFN-g), interleukin 12, dan sitokin lainnya. Masuknya IFN ke dalam tumor akan menyebabkan perlekatan limfosit dengan CD 4+ serta membunuh sel tumor dengan regresi tumor. Basalioma superfisial yang diterapi dengan imiquimod sembuh hingga 85%. 5-Fluorourasil, sitostatik, diberikan secara topikal setiap hari selama 4-6 minggu (1-5% dalam bentuk krim atau salep). Sitostatik ini bekerja selektif terhadap tumor epidermal yang hiperproliferasi. Namun juga dapat mengiritasi kulit yang sehat sehingga harus diawasi penggunaannya.

B. Penatalaksanaan Bedah

Tujuan penatalaksanaan bedah pada basalioma adalah untuk mengangkat tumor sehingga tidak ada jaringan tumor yang dapat berkembang lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih terapi adalah jenis subtipe basalioma, lokasi dan ukuran tumor, umur pasien, kemampuan pasien untuk menoleransi pembedahan, serta biaya. Metode bedah yang banyak digunakan adalah kuretase dan elektrodesikasi, eksisi dengan pemeriksaan tepi tumor atau bedah mikrografik Mohs. Krioterapi kadang digunakan. Namun dari penelitian ditemukan bahwa pengobatan basalioma pada wajah adalah pembedahan metode mikrografik Mohs lebih baik dibanding metode pengobatan lain, dimana angka kekambuhan sangat minimal, tetapi kekurangannya biaya operasi lebih mahal dan waktu operasinya lebih lama.1. Kuretase dan elektrodesikasi

Merupakan pilihan terapi yang umumnya digunakan pada lesi dengan batas tidak tegas. Dapat digunakan sebagai penatalaksanaan basalioma nodular dengan ukuran kurang dari 2 cm dan basalioma superfisial dengan berbagai ukuran. Walaupun dilaporkan tingkat kesembuhan dengan metode ini lebih dari 90 %, tetapi rekurensi dilaporkan pada 30 % lesi dengan diameter lebih dari 3 cm. Karena tingkat rekurensi yang tinggi, luaran kosmetik yang kurang baik, dan kurangnya kontrol histologis, metode ini tidak diterima sebagai terapi utama pada basalioma.2. Biopsi eksisi

Metode ini menghasilkan tingkat kesembuhan lebih dari 90 %. Pada metode ini tumor diangkat seluruhnya hingga jaringan lemak subkutan dengan dikelilingi oleh jaringan normal. Literatur merekomendasikan batas 3 mm untuk basalioma kecil (2 cm), basalioma dengan batas yang tidak jelas, basalioma subtipe agresif, pasien dengan imunosupresi, sindroma basal sel nevus, dan xeroderma pigmentosum. Teknik operasinya adalah dengan menginsisi daerah tumor, dan langsung diperiksa histopatologi dibawah mikroskop dengan pewarnaan hematoxilin dan Eosin atau pewarnaan lainnya. Insisi lapis demi lapis, dan masing-masing diperiksa secara mikroskopik. Insisi sejauh 5-8 sentimeter dari batas jaringan yang histopatologinya masih tampak basalioma. Jika benar-benar jaringan basalioma sudah hilang dengan pemeriksaan mikroskopik, maka dilakukan bedah rekonstruksi untuk menutupi defek akibat insisi yang dilakukan. Operasi ini membutuhkan keahlian tersendiri dan membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding eksisi biasa dan biaya yang dibutuhkan lebih mahal. 4. Krioterapi

Merupakan teknik yang dapat digunakan pada lesi primer dengan ukuran < 2 cm dan subtipe nonagresif. Tingkat kesembuhan >95 % tetapi berhubungan dengan hipopigmentasi dan jaringan parut. Tidak ada kontrol histologis dengan metode ini, dan jaringan biasanya awalnya menjadi sangat edema. Tingkat rekurensi dilaporkan 3,7 7,5%. Lesi yang sangat besar mungkin membutuhkan flap atau skin graft untuk memperbaiki defek pada kulit setelah eksisi. Luas defek harus diperkirakan sebaik-baiknya, terutama jika defek berada di area yang sulit, agar hasil operasi sesuai dengan yang diinginkanXI. PROGNOSIS

Basalioma yang diterapi tidak menyeluruh dapat mengalami rekurensi. Daerah yang telah diterapi harus terus dipantau. Individu dengan basalioma memiliki resiko 30 % lebih besar untuk mendapatkan basalioma lain yang tidak berhubungan dengan lesi sebelumnya, jika dibandingkan dengan resiko pada populasi umum. BAB 2. LAPORAN KASUS

IDENTITAS PENDERITA

Nama: Ny. SJenis Kelamin: Perempuan Umur : 62 tahunPekerjaan: Ibu rumah tangga Suku: MaduraAgama: Islam Alamat

: Dukuh Dempok, WuluhanNo. Rekam Medik: 08.15.06Tgl. MRS: 8 Mei 2015Tgl. KRS: 15 Mei 2015Jumat, 8 Mei 2015, jam 15.00 WIB (H0 MRS)

ANAMNESIS

Keluhan Utama

:

Terdapat benjolan berwarna hitam di pipi kananRiwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan adanya bejolan di pelipis kanan ( 1 tahun yang lalu. Benjolan awalnya kecil, datar, berwarna hitam, bulat, tidak nyeri dan tidak gatal. Benjolan tersebut semakin bertambah besar, terasa nyeri dan gatal sehingga pasien sering menggaruknya dan mengelupas kulitnya sehingga benjolan tersebut akhirnya berubah menjadi bentukan yang tidak beraturan dan kadang berdarah. Riwavat Penyakit Dahulu: Hipertensi (-) Diabetes Mellitus (+) Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnyaRiwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Hipertensi (-) DM (-)Riwayat Pengobatan

: Glimepiride

PEMERIKSAAN FISIK

KU: Cukup

Kesadaran: AVPUVital Sign :TD : 120/70 mmHg

RR : 20 x/menit

N : 80 x/menit

t : 36,5CStatus generalis:

Kulit :

Ptekie (-) Purpura (-)Kepala:Mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung: tidak ada secret/bau/perdarahan

Telinga: tidak ada secret/bau/perdarahan

Mulut: bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat.

Leher: Dalam batas normal. Pembesaran kelenjar getah bening (-)Thoraks:Cor:

I: ictus cordis tidak tampak

P: ictus cordis teraba normal di ICS V MCL Sinistra

P: batas jantung ICS IV Parasternal dekstra sampai ICS V MCL sinistra

A: S1S2 tunggal, extrasistol (-), gallop (-), murmur (-)Pulmo:

I: Simetris, tidak ada retraksi, tidak ada ketertinggalan gerak

P: Fremitus raba normal

P: Sonor

A: Vesikuler +/+, Ronkhi -/- Wheezing -/-Abdomen:

I: flat, DC (-), DS (-)

A: bising usus (+) normal

P: tympani

P: soepel, nyeri (-)Ekstremitas:

Akral hangat + + Oedem - -

+ +

- -

Status Lokalis:Regio Zygoma Dextra:

Inspeksi: massa ukuran 3 x 2 cm tidak berambut, warna hitam, tidak berkilat (keruh), bagian tengah terdapat ulserasi, darah (-). Palpasi: padat kenyal, batasnya tegas, nyeri (+)Hasil Laboratorium (9 Mei):

Hematologi

Hb

: 12,1 gr/dl

(13,0-16,0 gr/dL)

Lekosit

: 10,7 x 109 /L

(4,5 - 13,0 x 109/L)

Hematokrit

: 49,5 %

(37-49 %)

Trombosit

: 238 x 109 /L (150-450 x 109/L)LED

: 3/5 mm/jam

(0-15 mm/jam)

Hitung jenis

: 6/-/-/56/33/5 (0-4/0-1/3-5/54-62/25-33/2-6)

PPT penderita

: 10,0Kontrol

: 9,4

(Beda dengan kontrol < 2 detik)

APTT penderita

: 30,2Kontrol

: 25,1

(Beda dengan kontrol < 7 detik)Gula Darah Sewaktu: 230 mg/dLFaal Hati

SGOT

: 18 u/L

(10-35 u/L)

SGPT

: 11 u/L

(9-43 u/L)

Faal Ginjal

Serum Kreatinin

: 0,8 mg/dL

(0,6-1,3 mg/dl)

BUN

: 12 mg/dL

(6-20 mg/dl)

Hasil Pemeriksaan PA (3 April 2015) Makroskopis : benjolan hitam, di zygoma kanan ( 3x3 cm, mudah berdarah, batas tidak teratur Mikroskopis : didapatkan kelompok-kelompok sel-sel epitel yang keci-kecil dengan sedikit pleomorfik, solid anisositosis, inti bulat berkromatin kasar dengan bagian tepi terdapat sel-sel tersusun berderet Diagnosa Patologi: Basalioma pada kulit zygoma kananKESIMPULANKoagulasi dalam batas normal

Diagnosa patologi : Basalioma

ASSESMENT

BasaliomaPLANNING

Diagnostik: -

Terapetik: Pro wide exici Perbaikan DM : Glimepiride 2 mg 1-0-0Edukasi: Informed consentSabtu, 9 Mei 2015 (H1 MRS)

SUBJEKTIF : Benjolan pada pipi sebelah kiri berwarna hitamOBJEKTIF :

KU: Cukup Kesadaran: AVPUVital Sign :TD : 100/70 mmHg

RR : 18 x/menit

N : 70 x/menit

t : 36,4CGDA : 219 mg/dLStatus generalis:K/L

: a/i/c/d = -/-/-/-Thorak:C : S1S2 tunggal, E/G/M : -/-/-

P : Simetris, retraksi -/- , vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen: I: flat

A: bising usus (+) normal

P: tympani, pekak hepar (+)

P: soepel, nyeri tekan (-)

Ekstremitas:

Akral hangat + + Oedem - -

+ +

- -

Regio Zygoma Dextra:

Inspeksi: massa ukuran 3 x 2 cm tidak berambut, warna hitam, tidak berkilat (keruh), bagian tengah terdapat ulserasi, darah (-). Palpasi: padat kenyal, batasnya tegas, nyeri (+)ASSESMENT :

BasaliomaPLANNING :Terapetik: Pro wide excisi Glimepiride 1-0-0

Minggu, 10 Mei 2015 (H2 MRS)

SUBJEKTIF : Benjolan pada pipi sebelah kiri berwarna hitamOBJEKTIF :

KU: Cukup Kesadaran: AVPUVital Sign :TD : 110/70 mmHg

RR : 20 x/menit

N : 72 x/menit

t : 36,4CGDA : 219 mg/dLStatus generalis:K/L

: a/i/c/d = -/-/-/-Thorak:C : S1S2 tunggal, E/G/M : -/-/-

P : Simetris, retraksi -/- , vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen: I: flat

A: bising usus (+) normal

P: tympani, pekak hepar (+)

P: soepel, nyeri tekan (-)

Ekstremitas:

Akral hangat + + Oedem - -

+ +

- -

Regio Zygoma Dextra:

Inspeksi: massa ukuran 3 x 2 cm tidak berambut, warna hitam, tidak berkilat (keruh), bagian tengah terdapat ulserasi, darah (-). Palpasi: padat kenyal, batasnya tegas, nyeri (+)

ASSESMENT :

Basalioma

PLANNING :

Terapetik: Pro wide excisi

Glimepiride 1-0-0

Senin, 11 Mei 2015 (H3 MRS)

SUBJEKTIF : Benjolan pada pipi sebelah kiri berwarna hitamOBJEKTIF :

KU: Cukup Kesadaran: AVPUVital Sign :TD : 120/70 mmHg

RR : 18 x/menit

N : 76 x/menit

t : 36,8CGDA : 198 mg/dL

GDP : 130 mg/dLStatus generalis:K/L

: a/i/c/d = -/-/-/-Thorak:C : S1S2 tunggal, E/G/M : -/-/-

P : Simetris, retraksi -/- , vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen: I: flat

A: bising usus (+) normal

P: tympani, pekak hepar (+)

P: soepel, nyeri tekan (-)

Ekstremitas:

Akral hangat + + Oedem - -

+ +

- -

Regio Zygoma Dextra:

Inspeksi: massa ukuran 3 x 2 cm tidak berambut, warna hitam, tidak berkilat (keruh), bagian tengah terdapat ulserasi, darah (-). Palpasi: padat kenyal, batasnya tegas, nyeri (+)

ASSESMENT :

Basalioma

PLANNING :

Terapetik: Pro wide excisi

Glimepiride 1-0-0 Edukasi : puasa pre opSelasa, 12 Mei 2015 (H4 MRS)

SUBJEKTIF : Benjolan pada pipi sebelah kiri berwarna hitam

OBJEKTIF :

KU: Cukup Kesadaran: AVPUVital Sign :TD : 110/70 mmHg

RR : 20 x/menit

N : 70 x/menit

t : 36,5CGDA : 196 mg/dL

GDP : 130 mg/dLStatus generalis:K/L

: a/i/c/d = -/-/-/-Thorak:C : S1S2 tunggal, E/G/M : -/-/-

P : Simetris, retraksi -/- , vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen: I: flat

A: bising usus (+) normal

P: tympani, pekak hepar (+)

P: soepel, nyeri tekan (-)

Ekstremitas:

Akral hangat + + Oedem - -

+ +

- -

Regio Zygoma Dextra:

Inspeksi: massa ukuran 3 x 2 cm tidak berambut, warna hitam, tidak berkilat (keruh), bagian tengah terdapat ulserasi, darah (-). Palpasi: padat kenyal, batasnya tegas, nyeri (+)ASSESMENT :

Basalioma

PLANNING :

Terapetik: Pro wide excisi (hari ini) Glimepiride 1-0-0Laporan Operasi (12 Mei 2015)

Nama

: Ny. SUmur

: 62 TahunAlamat

: Dukuh Dempok, WuluhanNo. Rekam Medik: 08.15.06dr. Bedah

: dr. Ulfa Elfiah, Sp. BP.dr. Anestesi

: dr. Wiwik, Sp.AnMacam operasi: BesarSifat

: ElektifUraian Pembedahan:

Informed consent (+)

Menggunakan general anestesi

Teknik:

1. Desinfeksi lapangan operasi dan mempersempit lapangan operasi dengan doek steril 2. Wide excisi basalioma3. Menutup defek dengan dilakukan flap4. Rawat Perdarahan5. Tutup luka operasi Terapi post-operasi: Inf. RL 1000 cc/24 jam Injeksi ceftriaxon 2x1 gr Injeksi antrain 3x1 ampul Sadar baik ( Diet bebas TKTPRabu, 13 Mei 2015 (H4 MRS, H1 post OP)SUBJEKTIF: Tidak ada keluhanOBJEKTIF:

KU: Cukup

Kesadaran: AVPU Vital Sign :TD : 120/60 mmHg

RR : 18 x/menit

N : 72 x/menit

t : 36,6CStatus generalis:K/L

: a/i/c/d = -/-/-/-

Thorak: C : S1S2 tunggal, E/G/M : -/-/-

P : Simetris +/+, retraksi -/-, ketertinggalan gerak -/-, vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen: I: flat

A: bising usus (+) normal

P: tympani, pekak hepar (+)

P: soepel, nyeri tekan (-) regio inguinal dekstra, defans

muskular (-)

Ekstremitas:

Akral hangat + + Oedem - -

+ +

- -

Regio Zygoma Dextra

Inspeksi: dressing (+) bersihPalpasi: nyeri (-)

ASSESMENT :

Basalioma post wide excisi + flap H1PLANNING :

Terapetik: Inf. RL 1000 cc/24 jam Injeksi ceftriaxon 2x1 gr Injeksi antrain 3x1 ampul Diet BebasKamis, 14 Mei 2015 (H5 MRS, H2 post OP)SUBJEKTIF: -OBJEKTIF:

KU: Cukup

Kesadaran: AVPUVital Sign :TD : 110/70 mmHg

RR : 20 x/menit

N : 76 x/menit

t : 36,7 C

Status generalis:K/L

: a/i/c/d = -/-/-/-

Thorak: C : S1S2 tunggal, E/G/M : -/-/-

P : Simetris +/+, retraksi -/-, ketertinggalan gerak -/-, vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen: I: flat

A: bising usus (+) normal

P: tympani, pekak hepar (+)

P: soepel, nyeri tekan (-) regio inguinal dekstra, defans

muskular (-)

Ekstremitas:

Akral hangat + + Oedem - -

+ +

- -

Regio Mammae Dekstra:

Inspeksi: dressing (+) bersih Palpasi: nyeri (-)

ASSESMENT :

Basalioma post wide excisi + flap H2PLANNING :

Terapetik: Inf. RL 500 cc/24 jam Injeksi ceftriaxon 2x1 gr Injeksi antrain 3x1 ampul Diet BebasJumat, 15 Mei 2015 (H6 MRS, H3 post OP)SUBJEKTIF: -OBJEKTIF:

KU: Cukup

Kesadaran: AVPUVital Sign :TD : 100/70 mmHg

RR : 20 x/menit

N : 72 x/menit

t : 36,8 C

Status generalis:K/L

: a/i/c/d = -/-/-/-

Thorak: C : S1S2 tunggal, E/G/M : -/-/-

P : Simetris +/+, retraksi -/-, ketertinggalan gerak -/-, vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen: I: flat

A: bising usus (+) normal

P: tympani, pekak hepar (+)

P: soepel, nyeri tekan (-) regio inguinal dekstra, defans

muskular (-)

Ekstremitas:

Akral hangat + + Oedem - -

+ +

- -

Regio Mammae Dekstra:

Inspeksi: dressing (+) bersih Palpasi: nyeri (-)

ASSESMENT :

Basalioma post wide excisi + flap H3PLANNING :

Aff infus Pasien boleh KRS Diet BebasDAFTAR PUSTAKA

1. Culliford, A. and Alexes Hazen. Dermatology for plastic surgeons. In: Grabb and Smiths plastic surgery. 6th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p.111-2

2. Hubert, D.M. and Benjamin Chang. Basal cell and squamous cell carcinoma. In: Practical plastic surgery. Texas: Landes Bioscience; 2007.

3. Ramsey ML. Skin Malignancies,Basal cell carcinoma [Online]. 2008 December 18 Available from:URL:http://www.emedicine.medscape.com/article/1296383-overview

4. Stawiski MA. Tumor kulit. Dalam: Price SA, Wilson LM, editors. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 4. buku 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1994. hal. 1299-1301

5. Bader RS. Basal cell carcinoma [Online]. 2008 August 7. Available from: URL:http://www.emedicine.com/derm/topic214.htm6. Wasiaatmadja SM, Rata IG. Anatomi kulit dan tumor kulit. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 3. Jakarta: FK UI; 1999. hal.67. Wong CS, Strange RC, Lear JT. Basal cell carcinoma [Online]. Available from: URL:http://bmj.bmjjournals.com/cgi/contaent/full/327/7418/7948. Anonym. Basal cell carcinoma [Online]. Available from:URL:http://www. DermNet NZ.com.htm9. Sjamsuhidajat R, Jong W. Bedah plastik. Dalam: Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2003. hal. 331

10. Smeets NW. Surgical excision vs Mohs' micrographic surgery for basal-cell carcinoma of the face: randomised controlled trial. [Online] 2004 November. Available from:URL: /das/journal/view/0/N/15119303?issn=&source=MI11. Berman, K. MD, PhD, Associate. Basal cell carcinoma [Online] 2008 May 2. Available from:URL: /das/journal/view/0/N/15119303?issn=&source=MI12. Rubin, I et al. Basal-cell carcinoma [Online] 2005 November 24 [cited 2009 Juni 15];[5 screens]. Available from:URL: beta.nejm.org

EMBED PBrush