Upload
rifqi-ardi-firmansyah
View
26
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
referat
Citation preview
BAB I
LAPORAN KASUS
I.1 Identitas
Nama : Tn. F
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Banjarsari-Sumberasih
Pekerjaan : Buruh bangunan
Tanggal MRS : 18 juni 2014
No. Reg EM : 191461
I.2 Anamnesa
Keluhan Utama : Benjolan di pelipatan paha kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Benjolan pada daerah pelipatan paha kanan sejak 3 tahun yang lalu. Benjolan dikatakan dapat
keluar masuk dan teraba kenyal. Benjolan awalnya kecil namun lama kelamaan bertambah
besar. Benjolan akan muncul terutama saat pasien berdiri lama, mengangkat benda berat dan
mengejan. Menurut pasien benjolan dapat dimasukkan kembali dengan jari pasien. Saat
benjolan keluar, pasien merasakan nyeri di daerah perut bawah seperti ditarik-tarik. Sejak 3
minggu yang lalu benjolan terasa lebih nyeri serta sulit didorong masuk, namun keesokan
harinya benjolan dapat dimasukkan kembali. Pasien tidak mengeluh mual dan muntah, BAK
serta BAB lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumya.
Tidak ada riwayat Hipertensi, Diabetes Mellitus, batuk lama, konstipasi lama.
1
Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat Alergi obat maupun makanan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah berkonsultasi ke dokter sebelumnya dan disarankan untuk operasi, namun
pasien menolak dengan alasan tidak memiliki biaya. Pasien pernah berobat ke puskesmas
dekat rumah dan diberi obat penghilang nyeri. Menurut pasien nyeri reda, namun benjolan
tetap keluar.
Riwayat Kebiasaan
Merokok (+)
Pasien terbiasa mengangkat beban berat (bahan bangunan) karena pasien bekerja
sebagai buruh bangunan.
I.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 4-5-6
Airway : Jalan Napas Bebas
Breathing :
Simetris
RR : 20 x/menit
Sesak : (-)
Suara Napas Tambahan : (-)
Circulation :
Tensi : 130/80
Nadi : 98 x/menit
Perfusi : merah, hangat, berkeringat
Suhu : 36,5 o C
2
Status Generalis
- Kepala – Leher
o Kepala : bentuk simetris
o Mata : Konjunctiva Anemi (-) sclera Icterus (-)
o Leher : Pembesaran KGB (-)
- Thorax :
o Jantung
Inspeksi : thrill (-), heave (-)
Palpasi : iktus kordis (-)
Perkusi : batas jantung kesan normal
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-)
o Paru
Inspeksi : retraksi (-), Gerakan dada simetris
Palpasi : fremitus raba simetris
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler (+), wheezing (-), ronchi (-)
- Abdomen
Inspeksi :Distensi (+), tidak ada tanda trauma, supel, datar,
simetris, tanda-tanda radang (-)
Palpasi :Nyeri tekan (-), defans muskuler (-), hepar dan lien
tidak teraba
Auskultasi :bising usus 10 x / menit ( Normal)
- Extremitas : akral hangat + + Edema - -
+ + - -
3
Status Lokalis
Regio Inguinal Dextra (dengan manipulasi test valsava)
Inspeksi : terlihat adanya benjolan dengan diameter ± 3 cm, tidak ada tanda-
tanda inflamasi.
Palpasi : teraba benjolan pada pelipatan paha kanan, dapat
dimasukkan dengan bantuan jari pemeriksa , konsistensi padat lunak,
suhu permukaan kulit normal (sama dengan daerah sekitar benjolan),
nyeri tekan (+), defans muskuler (-).
Tes Hernia :
- Finger Test : Tonjolan pada ujung jari
- Thumb Test : Keluar benjolan
- Zieman Test : Dorongan pada jari ke 2
I.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Darah
No Pemeriksaan Hasil Harga Normal
Darah Lengkap
1 Hb 14,7 L: 13-18, P: 12-16
g/dl
2 Leukosit 9.500 4.000 – 11.000/cm
3 Diff Count 1/-/7/58/31/3 0-2/0-1/1-3/45-
70/35-50/0-2%
4 Hematokrit 43 L: 40-54, P: 35-47%
5 Trombosit 319.000 150.000-450.000/
cmm
6 Gula darah acak/sewaktu 100 < 140 mg/dl
RFT
1 BUN 18 10-20 mg/dl
4
2 Creatinine 0,9 0,5-1,7 mg/dl
FAAL HEMOSTASIS
1 APTT 23,2 35-45 detik
2 PTT 14,1 10-15 detik
I.5 Diagnosa
Hernia Inguinalis Lateralis Reponible Dextra
I.6 Diagnosa Banding
- Hernia Inguinalis Medialis
- Hidrokel Testis
I.7 Planning
Motivasi Operasi – Hernia Repair
infus RL 20 tpm
Antibiotika profilaksis
Edukasi pasien
I.8 Physical Status : ASA I – Pasien mengalami gangguan fisiologis ringan dan tidak
mengalami penyakit sistemik serta gangguan fungsi dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
I.9 Perawatan IRNA Bedah ( Bougenville )
Pasien masuk IRNA Bedah (Bougenville) kiriman poli Bedah Umum tanggal 18 Juni 2014
pukul 12.15 WIB, dengan rencana operasi hernia repair pada hari Kamis tanggal 19 juni
2014.
Pre- Operasi
Waktu SOA Planning
Rabu, 18-6-2014 S : Pasien mengeluh nyeri
pada daerah inguinal dextra,
terutama saat berdiri
O :
- Infus RL 20 tetes/menit
- Rencana Operasi – Kamis
19 Juni 2014
Persiapan Operasi :
5
KU : cukup
Kesadaran kompos
mentis
K/L: a/i/c/d = -/-/-/-
TD 110/70 mmHg
RR: 18 x/mnt
N: 80 x/mnt
suhu axilla 36,5oC
Status lokalis :
Insp: Benjolan pada lipatan
paha kanan, tidak ada tanda-
tanda inflamasi.
Palpasi : Terasa ada massa
pada pelipatan paha kanan
dan skrotum, dapat
dimasukkan, nyeri tekan (+)
A : HIL reponible Dextra
- Lavement
- Puasa pre-operasi 8 jam
- Lengkapi inform consent
Durante Operasi
Diagnosa Pre-Operatif : Hernia Ingunalis Lateralis Reponible Dextra
Diagnosa Post- Operatif : Hernia Ingunalis Lateralis Reponible Dextra
Tindakan : Hernia repair
Tindakan Anestesi : Sub Arakhnoid Block (SAB)
Pasien dijahit dengan jahitan subkutikuler
6
BAB II
PEMBAHASAN
Dari anamnesis didapatkan :
Pasien mengeluh terdapat benjolan pada daerah pelipatan paha kanan.
Benjolan dapat keluar masuk dan teraba kenyal. Benjolan disertai rasa nyeri yang hilang
timbul saat benjolan keluar. Menurut pasien benjolan akan keluar ketika pasien mengangkat
beban berat maupun mengejan. Nyeri memberat pada saat pasien dalam posisi berdiri, rasa
nyeri hilang ketika benjolan dipaksa masuk dengan jari ditekan ke atas. Awalnya pasien
mengatakan bahwa benjolan timbul sejak tiga tahun yang lalu yang mana makin lama makin
membesar dan sejak tiga minggu ini nyeri dirasakan semakin memberat.
Dari hasil anamnesa di atas kita dapat memperkirakan suatu diagnosis yang mengarah ke
hernia. Berdasarkan lokasi benjolan, kemudian keadaan benjolan yang dapat dimasukkan
kembali dan riwayat pasien, kita bisa mengetahui bahwa ini merupakan hernia inguinalis
lateralis reponible.
Berdasarkan teori, Hernia Inguinalis Lateralis (HIL) adalah hernia yang mana
penonjolan yang ada keluar melalui annulus internus menuju kanalis inguinalis-annulus
eksternus dan keluar menuju skrotum.
Dari riwayat penyakit dahulu diketahui bahwa pasien tidak memiliki riwayat batuk
lama, konstipasi berat, tidak pernah mengalami gangguan buang air besar atau berkemih,
namun pekerjaannya berhubungan dengan pekerjaan fisik berat, pasien tidak memiliki alergi
obat. Dari riwayat pekerjaan diketahui pasien memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan
aktivitas fisik yang berat, yang akan meningkatkan tekanan intraabdomen, dimana hal ini
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya hernia.
Hasil dari pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan status lokalis
Regio Inguinal Dextra
Inspeksi : terlihat adanya benjolan dengan diameter ± 3 cm, tidak ada tanda-
tanda inflamasi.
Palpasi : teraba benjolan pada pelipatan paha kanan, dapat
7
dimasukkan dengan bantuan jari pemeriksa , konsistensi padat lunak,
suhu permukaan kulit normal (sama dengan daerah sekitar benjolan),
nyeri tekan (+), defans muskuler (-).
Tes Hernia :
- Finger Test : Tonjolan pada ujung jari
- Thumb Test : Keluar benjolan
- Zieman Test : Dorongan pada jari ke 2
Dari status lokalis pada hasil pemeriksaan fisik di atas dimana juga mencakup tes spesifik
untuk hernia dapat disimpulkan bahwa pasien menderita hernia inguinalis lateralis .
Pada pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan lab darah ditemukan:
No Pemeriksaan Hasil Harga Normal
Darah Lengkap
1 Hb 14,7 L: 13-18, P: 12-16
g/dl
2 Leukosit 9.500 4.000 – 11.000/cm
3 Diff Count 1/-/7/58/31/3 0-2/0-1/1-3/45-
70/35-50/0-2%
4 Hematokrit 43 L: 40-54, P: 35-47%
5 Trombosit 319.000 150.000-450.000/
cmm
6 Gula darah acak/sewaktu 100 < 140 mg/dl
RFT
1 BUN 18 10-20 mg/dl
2 Creatinine 0,9 0,5-1,7 mg/dl
FAAL HEMOSTASIS
1 APTT 23,2 35-45 detik
2 PTT 14,1 10-15 detik
8
Pada pemeriksaan laboratorium semuanya dalam batas normal. Dan tidak ada tanda-tanda
infeksi pada pasien ini.
Pada penatalaksanaan:
- Infus RL 20 tetes per menit
- Antibiotika sebagai profilaksis
- Hernia repair dilakukan dengan cara herniotomi yaitu membuka dan memotong
kantong hernia, mengembalikan isi hernia ke cavum abdominalis disusul dengan
hernioraphy yaitu mengikat leher hernia dan menggantungkan pada conjoint tendon
supaya tidak keluar masuk lagi, hernioplasty yaitu memberi kekuatan pada dinding
perut sehingga tidak residif dengan cara mengikatkan conjoint tendon ke ligamentum
inguinale pada pasien ini dilakukan dengan menggunakan mesh.
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Hernia Inguinalis Lateralis/Indirek/
Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis/lateralis/internus dan mengikuti jalanya
spermatic cord di canalis inguinalis dan dapat melalui annulus inguinalis subkutan (externus)
sampai di skrotum.
ANATOMI KANALIS INGUINALIS
Batas kanalis inguinalis
Dinding anterior : aponeurosis m.obliqus externus abdominis
10
Dinding posterior : fascia transversa
Lantai : Permukaan superior lig.inguinalis dan lig lacunae
Atap : tepi bebas m.obliqus internus dan tepibebea m.transversus
abdominalis
Medial : conjoint tendon (gabungan tendon m.obliqus internus dan
m.transversus abdominalis)
Berisi :
Funiculus spermaticus
AV spermatica
N.Ilioinguinal
N.Iliofemoral
Pintu canalis
Annulus inguinalis internus ( sebelah kraniolateral): bagian terbuka dari fascia
transversalis dan apponeurosis m.transversus abdominis.
Annulus inguinalis eksternus (sebelah medial bawah): bagian terbuka dari
apponeurosis m.obliqus eksternus
Bagian-bagian hernia
Kantong hernia
Isi hernia
Pintu hernia
Leher hernia
Locus minoris
ETIOLOGI
Kausa:
1. Kongenital
11
Hernia kongenital sempurna : Karena adanya defek pada tempat-
tempat tertentu.
Hernia congenital tak sempurna : Bayi dilahirkan normal (kelainan
belum tampak) tatapi mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu
(predisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir akan terjadi hernia
melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intra
abdomen.
2. Akuisital
FAKTOR PENYEBAB HERNIA:
Tekanan intra abdomen yang tinggi, misalnya sering mengejan, batuk,
menangis.
Konstitusi tubuh, misalnya orang kurus dan orang gemuk.
Banyaknya preperitoneal fat.
Distensi dinding perut.
Cicatrix.
Penyakit yang melemahkan otot-otot dinding perut
3.4 KLASIFIKASI
Berdasarkan klinis
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Dapat direposisi tanpa
operasi.
b. Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat kembali ke
cavum abdominal kecuali dengan bantuan operasi. Tidak ada keluhan rasa
nyeri atau tanda sumbatan usus. Jika telah mengalami perlekatan organ
disebut hernia akreta.
c. Hernia strangulata: hernia dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi
viscera yang terperangkap dalam kantung hernia (isi hernia). Pada keadaan
sebenarnya gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai,
dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.
12
d. Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap, terjepit oleh cincin hernia,
tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, dan sudah disertai tanda-tanda
ileus mekanis (usus terjepit sehingga aliran makanan tidak bisa lewat).
3.5 PATOFISIOLOGI
Hernia inguinalis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8 dari
kehamilan,terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penuruna testis itu akan
menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tinjolan peritoneum yang disebut
dengan procesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam
beberapa hal sering belum menutup, karena testis kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan,
maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka sebagian,maka akan imbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena
prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis congenital. Biasanya
hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding
rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dari jaringan tubuh
mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena
daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk, batuk kronis, bersin yang kuat dan
mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka
kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya suatu jaringan tubuh dan
keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat
trauma, hipertropi prostat, acites, kehamilan, obesitas, dan kelainan congenital dan dapat
terjadi pada semua.
13
DIAGNOSA HERNIA
Anamnesa:
Timbul benjolan di lipat paha yang hilang timbul. Pada keadaan lanjut dapat menetap
(irreponibilis), kecuali pada hernia inguinalis medialis tidak terjadi irreponibilis.
Penonjolan timbul jika tekanan intra abdominal naik.
Benjolan dapat hilang jika pasien tiduran atau dimasukkan dengan tangan (manual).
Dapat terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada hernia inkaserata.
Nyeri pada keadaan strangulasi.
Terdapat faktor-faktor predisposisi
Pemeriksaan fisik:
Benjolan pada lipat paha atau scrotum dengan batas atas tidak jelas, bising usus (+),
transluminasi (-).
Lateral terhadap vasa epigastrika inferior.
Finger test:
Dengan jari telunjuk/kelingking scrotum di invaginasikan menyelusuri anulus externus
sampai dapat mencapai canalis inguinalis à suruh mengejan
Bila dorongan/tekanan pada ujung jari à HIL
Bila dorongan/tekanan pada medial jari à HIM
Gambar 3 Pemeriksaan finger test
Ziemen test:
Bila hernia kanan periksa dengan tangan kanan
Bila hernia kiri periksa dengan tangan kiri
Cara : - Jari ke 2 , diatas anulus int.
14
- Jari ke 3 , diatas anulus ext.
- Jari ke 4 , diatas fossa ovalis
Hasil à bila dorongan pada :
- Jari ke 2 à HIL
- Jari ke 3 à HIM
- Jari ke 4 à H. Femoralis
Gambar 4 Pemeriksaan ziemen test
Thumb test:
Bila hernia kanan periksa dengan tangan kiri
Bila hernia kiri periksa dengan tangan kanan
Ibu jari ditekankan pada anulus int. (kurang lebih pertengahan Sias-
Tub.Pubicum, 1.5 cm diatas lig.inguinale) penderita disuruh mengejan
Bila tidak keluar benjolan à HIL
Bila keluar benjolan à HIM , H. Femoralis
Gambar 5 Pemeriksaaan thumb test
PENATALAKSANAAN
15
Prinsip: mencegah inkaserasi atau strangulasi semua hernia harus direpair, kecuali hernia
direk yang kecil.
Konservatif:
Terapi ini angka kekambuhanya cukup tinggi:
1. Reposisi
Pada pasien yang takut operasi/anak-anak dengan hernia irreponibel dapat
dicoba dengan cara: bagian hernia dikompres dingin beri valium 10 mg,
pasien posisi trendelenburg (supine dengan kepala lebih rendah dari pada
badan), lakukan reposisi manual.
2. Sabuk hernia
Digunakan jika pasien menolak operasi dan pintu hernia kecil.
Juga dipakai setelah reposisi berhasil.
Operatif:
Pada keadaan strangulasi/inkaserata dilakukan operasi cito namum keadaan
umum diperbaiki terlebih dahulu.
Tujuan:
Reposisi hernia
Menutup pintu hernia
Mencegah residif dengan memperkuat dinding perut
Operasi pada hernia inguinalis lateralis
Irisan kulit pada hernia inguinalis ini disebut inguinal incision, dua jari cranial dan sejajar
ligamentum inguinale mulai dari pertengahan. Dan ini sesuai dengan anulus inguinalis
internus. Panjang irisan tergantung dari besarnya hernia (tergantung kebutuhan), biasanya 5-8
cm. Pada anastesi lokal dilakukan infiltrasi procain kurang lebih tidak melebihi 20 cc. Setelah
kulit dibuka, subkutis dan jaringan lemak disiangi sampai tampak aponeurosis muskulus
obliqus eksternus yang merupakan dinding depan kanalis inguinalis. Kira-kira 2 cm cranial
ligamentun inguinale. Irisan ke medial sampai membuka anulus inguinalis eksternus.
Di dalam kanalis inguinalis terdapat funiculus spermaticus dibungkus muskulus cremaster.
Otot ini disiangi sampai funikulus spermaticus kelihatan. Funiculus dibersihkan atau
16
dicanthol sampai ke lateral dengan kain kasa, dan kantong peritoneum akan timbul di sebelah
caudomedialnya. Kantong ini dijepit dengan dua buah pinset sirurgik dan diangkat, kemudian
dibuka dengan memperhatikan agar isi hernia (usus) tidak terpotong. Kantong yang terbuka
lalu dijepit dengan klem Mickuliks sehingga usus tampak jelas. Kemudian usus dikembalikan
ke cavum abdominalis dengan rnelebarkan irisan pada kantong ke proksimal sampai leher
hernia. Sisa kantong sebelah distal dibiarkan dalam skrotum pada hernia yang besar (karena
bisa menimbulkan banyak pendarahan), sedang hernia yang kecil sisa kantong tersebut
dibuang. Kemudian leher dijahit ikat. Puntung ini kemudian ditanamkan di bawah conjoint
tendon dan digantungkan. Selanjutnya karena locus minoris resistantiae masih ada, perlu
dilakukan hernioplasty.
Hernioplasty ada bermacarn-macam menurut kebutuhannya:
1. Ferguson
Yaitu funiculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari musculus obliqus externus dan
internus abdominis dan muskulus obliqus internus dan transversus dijahitkan pada
ligamenturn inguinale dan meletakkan funiculus spermaticus di dorsal, kemudian aponeurosis
muskulus obliqus externus dijahit kembali sehingga tidak ada lagi kanalis inguinalis.
2. Bassini
Muskulus obliqus internus dan muskulus transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum
inguinale. Funikulus spermaticus diletakkan ventral dari muskulus tadi tetapi dorsal dari
aponeurosis muskulus obliqus eksternus sehingga kanalis inguinalis kedua muskuli tadi
memperkuat dinding belakang dari kanalis inguinalis, sehingga locus minoris resistantiae
hilang.
17
Metode bassini
3. Halstedt
Di lakukan untuk memperkuat atau menghilangkan locus minonis resistentiae. Ketiga
muskulus, muskulus obliqus eksternus abdominis, muskulus obliqus internus abdominis,
muskulus obliqus transversus abdominis, funikulus spermatikus diletakkan di sub kutis.
4. Shouldice
Membuka lantai inguinalis dan mengimbrikasi fascia transversalis dengan teknik jahitan
kontinyu.
5. Lichtenstein
Setelah funikulus spermatikus diangkat dari dinding posterior kanalis inguinalis dan kantong
hernia telah diikat dan dipotong, lembaran polypropylene mesh dengan ukuran 8 x 6 cm
dipasang dan dipaskan pada daerah yang terbuka. Mesh dijahit dengan benang polypropylene
monofilamen 3.0 secara kontinyu. Sepanjang tepi bawah mesh dijahit mulai dari tuberkulum
pubikum, ligamentum lakunare, ligamentum inguinalis. Tepi medial dijahit ke sarung rektus.
18
Tepi superior dijahit ke aponeurosis atau muskulus obliqus internus dengan jahitan satu-satu.
Bagian lateral mesh dibelah menjadi dua bagian sehingga mengelilingi funikulus spermatikus
pada cincicn internus dan kedua bagian mesh yang terbelah taadi di silangkan dan di fiksasi
ke ligamentum inguinalis dengan jahitan. Jahit aponeurosis obliqus eksternus.
Metode lichtenstein
KOMPLIKASI
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak
dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis ireponibel. Pada keadaan
ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan
ireponibel adalah omemtum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat
menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibel
dari pada usus halus.
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk.
Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler (proses
strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan kasus
strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kmbung, muntah, dan obstipasi. Pada
strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan
pasien menjadi gelisah.
PROGNOSIS
19
Dari hernia jenis ini baik. Insidens residif bergantung pada umur, letak hernia, teknik
hernioplastik atau herniotomi yang dipilih.
Sebenarnya residif lebih banyak terjadi pada hernia inguinalis medialis dibandingkan hernia
inguinalis lateralis. Penyebab hernia inguinalis residif antara lain:
Kelemahan pada saat melakukan identifikasi kantong hernia
Terjadinya infeksi pada luka operasi
Kondisi yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan intra abdominal
Kesalahan tehnik operasi,misalnya ketegangan penjahitan serta terjadinya kekurangan
dalam menutup annulus inguinalis internus.
DAFTAR PUSTAKA
20
1. R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong, Buku – Ajar Ilmu Bedah, ed 2, 2005, Jakarta: EGC
2. Arief Mansjoer et al, 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Jakarta: Media
Aesculapius
3. Soelarto Reksoprodjo. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Universitas Indonesia, 2007,
Binarupa Aksara: 134-135
4. Bagian SMF Ilmu Bedah, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Ed 4, 2010, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
5. Sabiston, D.C., Jr, M.D. 2004. Sabiston Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
21