Click here to load reader
Upload
philip-siregar
View
126
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
RM
Citation preview
Laporan Kasus
GANGGUAN MENTAL ORGANIK
Gangguan Mental Lainnya Akibat Kerusakan dan Disfungsi Otak
dan Penyakit Fisik
Gangguan Waham Organik (Lir-Skizofrenia)
(F.06.2)
Oleh :
Crashana Siregar
I1A008072
Pembimbing:
dr. H. Akhyar Nawi Husin, Sp.KJ
UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa
FK UNLAM-RSUD dr. H. M. Ansari Saleh
Banjarmasin
Oktober, 2012
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. J
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Antasan Kecil Barat no 113 RT 12 Banjarmasin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Suku : Arab
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Janda
MRS Tanggal : 4 Oktober 2012
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Diperoleh dari alloanamnesis dan autoanamanesis pada tanggal 4
Oktober 2012 pukul 14.00 WITA di bangsal jiwa RS dr.H.M. Ansyari Saleh
Banjarmasin. Alloanamnesis diperoleh dari pihak kepolisian dan kakak pasien.
Autoanamnesis didapatkan dari pasien sendiri, akan tetapi pasien agak susah
diajak berkomunikasi dengan baik.
A. KELUHAN UTAMA
Berdasarkan pihak kepolisian dan kakak pasien: mengamuk
1
Berdasarkan pasien : nyeri perut
KELUHAN TAMBAHAN
Penyalahgunaan zat
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Alloanamnesis dengan pihak kepolisian: Briptu Agung Kristiono
Os merupakan tahanan di polresta selama kurang lebih 3 bulan yang
lalu. Os ditemukan dalam penggrebekan di suatu kamar penginapan (Losmen
Kampung Melayu) bersama seorang perempuan dan seorang laki-laki. Bersamaan
dengan mereka, ditemukan shabu-shabu dan bong (alat penghisap shabu),
sehingga ketiganya ditahan di Polsek. Os sendiri ditahan di Polsek selama 4 hari,
sebelum akhirnya dipindahkan ke tahanan perempuan di Polresta. Pada hasil
pemeriksaan, ditemukan hasil tes urin positif amfetamin.
Selama 4 hari di Polsek, os mengalami kejang pada hari ke tiga.
Sebelumnya os terpeleset, terjatuh, dan kepalany terbentur ke kursi pemeriksaaan.
Saat kejang, tangan os kaku, mata terbuka namun tidak mendelik ke atas, serta
saat kejang pasien berteriak – teriak (sadar). Kejang berlangsung 15 menit dan
setelah keluarga pasien memberikan air minum dan minyak kayu putih, kejang
berhenti. Setelah kejang, os tertidur. Saat dipindahkan ke Polresta, os juga pernah
mengalami dua kali kejang dan mengamuk serta berteriak – teriak.
2 minggu SMRS, pihak kepolisian mendapat kiriman surat dari keluarga
os yang ada di Jakarta yang menyatakan bahwa os pernah dirawat di RS Ansari
2
Saleh bagian jiwa. Oleh karena itu, pihak kejaksaan mengamanatkan ke pihak
kepolisian untuk melakukan observasi dan visum di RS Ansari Saleh.
Alloanamnesis dengan kakak kandung pasien: Ny. Fatmah
Sehari – hari, os adalah orang yang suka bergaul, ramah, rajin beribadah,
dan suka membersihkan rumah. Saat ini os tidak mempunyai pekerjaan. Jika
keluhan datang, os tidak dapat tidur. Jika diberi makan, makanan tersebut akan
dibuang. Os sering nampak tertawa, menangis, dan menyanyi sendiri. Saat
berbicara dengan orang lain, os sering tidak nyambung. Selama di dalam penjara
(3 bulan), os berhenti meminum obat jiwa.
Autoanamnesis
Os datang dengan keluhan sakit perut, pusing, dan sakit kepala. Os
mengeluh sering lupa rakaat saat shalat dan mengeluhkan susah tidur sehingga
tidurnya tidak normal dan. Sejak kecil sampai sekarang os sering bermimpi
tentang ibunya yang mengajak dirinya untuk meninggal dunia. Os agak susah
diajak berkomunikasi karena tidak menjawab pertanyaan dengan jawaban yang
sesuai.
Os mengatakan bahwa ia datang ke rumah sakit, tapi tidak tau rumah sakit
apa dengan menggunakan sepeda motor yang dikendarai oleh keponakannya
(yang sebenarnya adalah polisi). Os sering marah dan tersinggung jika os
diganggu. Saat disinggung atau marah, os mendengar suara – suara yang
menyuruhnya untuk merusak barang, seperti memecahkan kaca. Os juga
mengaku pernah hendak bunuh diri karena melihat dan mendengar ada orang yang
3
yang menyuruh os untuk melakukannya. Os sering merasa curiga saat melihat
orang banyak berkumpul dan berbicara, os curiga orang – orang tersebut
membicarakannya. Os mengaku dirinya adalah anak tiri (padahal os adalah anak
kandung). Os selalu mengulang pernyataan “aku ni kada handak menyakiti orang
lain, aku kada apa-apa menyakiti diriku sorang”. Cerita os berputar – putar
sehingga sulit untuk ditangkap.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Alloanamnesis dengan kakak pasien: Ny. Fatmah
Sejak usia 16 keluarga mengeluhkan os sering mengamuk berupa
merusak barang, melukai orang lain, ataupun diri sendiri. Os pernah mencoba
bunuh diri dengan melompat dari gedung dan dilihat orang lain. Sejak kecil, setiap
kali ada masalah, os sering mengamuk. Saat kecil, os sering kejang dan saat kecil
terakhir kejang umur 10 tahun. Pada usai 16 tahun, os sering dikejar – kejar orang
gila. Sejak saat itu, os menangis selama 1 minggu dan mengalami gangguan tidur
sehingga os tidak tidur sampai os dibawa keluarga ke salah satu RSJ (keluarga
tidak mengingat RSJ mana) lalu os diopname selama 3 bulan.
Sewaktu pulang, os sudah lebih membaik dan rutin berobat jalan. Pada
usia 18 tahun, os dinikahkan os dinikahkan secara paksa oleh keluarga yang tidak
disukai os. Beberapa hari kemudian os namapak sering mengurung diri di kamar
mandi dan berteriak – teriak. Saat itu os tinggal di Jawa, karena keluarga merasa
kasihan os dibawa kembali ke Kalimantan.
4
Os sering bersitegang dengan teman-temannya dan sering mengamuk
sehingga beberapa kali masuk RSJ lagi. Obat tetap dikonsumsi rutin oleh os.
Tahun 1995, os menikah dengan suami yang dipilih oleh os sendiri namun pada
tahun 2000, suami os meninggal. Karena kejadian tersebut, os kembali masuk
RSJ.
Pada tahun 2009, os putus obat karena banyak keluarga os yang pindah
ke Jakarta sehingga kurang ada yang mengontrol os untuk minum obat. Beberapa
waktu kemudian, os pernah tiba-tiba keluyuran dan berbaring di jalanan
sehinggan kembali masuk ke RSJ.
Dulunya os pernah berdagang namun barang dagangan sering diberikan
secara cuma-cuma ke pembeli sehingga keluarga tidak mengijinkan os untuk
berdagang lagi. Dulunya os sering merenung, akan tetapi baik – baik saja dan
tidak mengamuk.
Autoanamnesis
Sejak kecil, os mengaku sering tidak naik kelas sehingga sering dipukuli
ibunya sampai kena kepala. Karena sering tidak naik kelas, os malu dengan
teman-temannya dan menjadi mudah tersinggung. Os mengaku pernah 2 kali
keguguran.
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Prenatal
Penderita dilahirkan dengan normal, spontan dan cukup bulan,
Penderita dilahirkan di rumah sakit, ditolong oleh bidan. Selama dalam
5
kandungan, ibu penderita tidak pernah menderita penyakit yang berat,
tetapi ibu os sering berteriak - teriak. Penderita merupakan anak yang
diharapkan.
2. Riwayat Masa Bayi (0-1 Tahun)
Riwayat pertumbuhannya normal seperti anak seusianya, tetapi
sering sakit, demam, dan kejang.
3. Riwayat masa Kanak-kanak (1-12 tahun)
Autonomy vs shame and doubt (1-3 tahun): tidak didapatkan data yang
cukup mendukung.
Initiative vs guilt (3-6 tahun): tidak didapatkan data yang cukup
mendukung.
Industry vs inferiority (6-11 tahun): tidak didapatkan data yang cukup
mendukung.
Riwayat pertumbuhannya selama masa kanak-kanak normal.
Penderita adalah anak yang ramah tetapi sering merenung.
4. Riwayat Masa Remaja
Identity vs Role Diffusion (11 tahun-akhir). Penderita adalah anak
yang mudah bergaul dengan teman sebayanya. Os sering mengamuk saat
memiliki masalah yang dirasa berat.
5. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah SD pada umur 6 tahun, sering tidak naik kelas
sehingga tidak menyelesaikan sekolah dasar.
6. Riwayat Pekerjaan
6
Pasien tidak bekerja.
7. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah 2 kali, yang pertama berpisah. Suami yang
keduam meninggal. Os tidak memiliki anak.
E. RIWAYAT KELUARGA
Genogram:
Herediter: : Paman pasien memiliki keluhan yang sama dengan pasien
Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
Pasien :
Istri pasien :
Orang tua pasien meninggal :
Anak Pasien :
F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
X X
X X X X
7
Pasien tinggal dengan kakanya.
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Pasiena merasa dirinya sakit kepala dan perut, tetapi tidak merasa
sakit jiwa. Os mengaku datang ke rumah sakit untuk berobat.
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pada 4 Oktober 2012, seorang wanita berumur 45 tahun
berambut ikal hitam, menggunakan kaos warna hitam dan celana
jeans biru tua. Os berkulit gelap, penampilan tampak kurang rapi.
Saat ditanya oleh pemeriksa maka pasien menjawab dengan
lambat, suara keras, tidak nyambung. Pasien bersikap kurang
kooperatif, terdapat kontak antara pasien dan pemeriksa yang tidak
wajar dan tidak dapat dipertahankan.
Saat ditanya hari ini hari apa, tanggal berapa, siang atau
malam, pasien tidak menjawab pertanyaan yang diajukan tetapi
berkata – kata yang lain.
Pasien ditanya ini sedang berada dimana, dan menjawab ini di
Rumah Sakit.
Pasien ditanyakan diantar oleh siapa, pasien menjawab diantar
oleh keponakannya yang sebenarnya adalah polisi.
8
Pasien tidak mengetahui bahwa dirinya adalah seorang pasien
jiwa (sedang sakit).
Konsentrasi pasien tidak baik.
Saat diminta menyebutkan kata meja, buku, kertas dan diminta
mengulang kemudian ditanyakan hal lain dan diminta mengulang,
pasien mampu mengulang kata-kata tersebut.
Saat ditanyakan mengenai pernah mendengar bisikan, melihat
bayangan, merasa sesuatu atau tubuh pasien maupun lingkungan
pasien berubah, pasien menjawab ada bayangan orang yang
menyuruhnya untuk merusak barang dan bunuh diri.
2. Kesadaran
Composmentis
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Hiperaktif
4. Pembicaraan
Inkoheren, tidak relevan. Suara keras, menjawab lambat, tetapi tidak
berkesinambungan.
5. Sikap terhadap Pemeriksa
Kurang kooperatif
6. Kontak Psikis
Kontak ada, tidak wajar, dan tidak dapat dipertahankan.
9
B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN EKSPRESI AFEKTIF
KESERASIAN SERTA HIDUP EMOSI
1. Afek (mood) : hiperthym
2. Ekspresi afektif : gelisah
3. Keserasian : appropriate
4. Hidup emosi
Stabilitas : tidak stabil
Pengendalian : tidak terkendali
Sungguh-sunnguh/tidak : tidak sungguh-sungguh
Empati : tidak dapat dirabarasakan
Dalam-dangkal : tidak normal
Arus emosi : cepat
C. FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran : composmentis
2. Orientasi
- Waktu : baik
- Tempat : baik
- Orang : terganggu
- Situasi : terganggu
3. Konsentrasi : terganggu
4. Daya Ingat :
Jangka pendek : terganggu
10
Jangka panjang : terganggu
Segera : terganggu
5. Intelegensi dan Pengetahuan Umum : sesuai umur (pendidikan: SD)
6. Pikiran abstrak : terganggu
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi :
o Auditorik dan visual : ada
o Ilusi : tidak ada
2. Depersonalisasi dan derealisasi : tidak ada
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas : pasien menjawab pertanyaan dengan
lambat dari pemeriksa dan tidak nyambung.
b. Kontinuitas : jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan
c. Hendaya berbahasa : ada
2. Isi Pikir
a. Preocupasi : (+), ingin mengakhiri hidupnya, ingin melukai
orang lain
b. Gangguan pikiran : waham (+), waham curiga, waham
kebesaran
11
F. PENGENDALIAN IMPULS
Penderita tidak mampu mengendalikan emosi.
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosal : terganggu
2. Uji Daya nilai : terganggu
3. Penilaian Realita : terganggu, dalam hal daya tilikan diri, empati
(tidak dapat dirabarasakan), gangguan persepsi (halusinasi auditori
dan visual)
H. TILIKAN
Derajat 1 : merasa dirinya tidak sakit.
I. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Tidak dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
1. STATUS INTERNUS
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Gizi : baik
Tanda vital : TD = 110/80 mmHg
N = 80 x/menit
RR = 19x/menit
T = 36,5oC
12
Kepala
Kulit : warna sawo matang.
Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak pucat, sclera
tidak ikterik, pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
Telinga : bentuk normal, sekret tidak ada, serumen minimal
Hidung : bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada tumor,
kotoran hidung minimal
Mulut : bentuk normal dan simetris, mukosa bibir tidak kering dan
tidak pucat, pembengkakan gusi tidak ada dan tidak mudah berdarah,
lidah tidak tremor.
Leher : Pulsasi vena jugularis tidak tampak, tekanan tidak
meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Thoraks
Inspeksi : simetris
Palpasi : fremitus vokal simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi : tampak datar
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : timpani
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar-lien-massa tidak teraba.
Ekstemitas : pergerakan bebas, tonus baik, atropi (-)
13
Superior : edema -/- parese -/- tremor -/-
Inferior : edema -/- parese -/- tremor -/-
2. STATUS NEUROLOGIKUS
N I – XII : dalam batas normal
Gejala rangsang meningeal : dalam batas normal
Gejala TIK meningkat : dalam batas normal
Refleks Fisiologis : dalam batas normal
Refleks patologis : dalam batas normal
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan NAPZA
Amfetamin : non reaktif
Benzodiazepin : non reaktif
Opiat : non reaktif
Tetrahidroksil Cannabinol : non reaktif
Pemeriksaan Kimia Klinik
GDP : 119
Ureum : 19,7
Kreatinin : 0,9
SGOT : 21
SGPT : 22
Kolesterol total: 315
Trigliserid : 113
14
HDL : 40
LDL : 252,4
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Alloanamnesa
Pasien mengalami gangguan jiwa sejak masa remaja berupa sering
mengamuk saat ada masalah. Os ditangkap pihak kepolisian karena didapati di
kamar hotel dengan shabu-shabu dan bong (alat penghisap shabu).. Pasien tampak
sering gelisah. Pasien suka tertawa sendiri, bahkan mengamuk dan menyakiti diri
sendiri.
Autoanamnesa
Perilaku dan aktivitas psikomotor hiperoaktif, afek hiperthym, ekspresi
afektif labil dan gelisah, kontak ada, tidak wajar, tidak dapat dipertahankan,
empati tidak dapat dirabarasakan, ada halusinasi audio dan visual, taraf dapat
dipercaya, penilaian realitas terganggu dan tilikan derajat 2.
SOSIAL/KELUARGA
Stressor : masalah keluarga, pendidikan , dan kriminal.
VII. DAFTAR MASALAH
1. ORGANOBIOLOGIK
Demam. Hasil pemeriksaan kolesterol total: 315. Nilai normal: 120-
200 mg/dl
15
2. PSIKOLOGIK
Afek hiperthym, ekspresi afektif yang gelisah, empati tidak dapat
dirabarasakan, taraf tidak dipercaya, dan tilikan derajat 2.
3. SOSIAL/KELUARGA
Stressor dalam keluarga karena masalah keluarga, pendidikan , dan kriminal.
VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
1. AKSIS I : F 20.0 dd F 20.5
2. AKSIS II : none
3. AKSIS III : dyspepsia, hiperkolesterolnemia
4. AKSIS IV : Masalah berkaitan dengan pendidikan, keluarga,
interaksidengan hukum / kriminal
5. AKSIS V : GAF scale 50-41
IX. RENCANA TERAPI
Farmakoterapi : Simvastatin 20 mg 1x1
Psikoterapi : Suportif terhadap penderita dan keluarga dengan cara
sugesti.
Rehabilitasi : sesuai bakat dan minat penderita
X. PROGNOSIS
Diagnosis penyakit : dubia ad malam
Perjalanan penyakit : dubia ad malam
Ciri kepribadian : dubia ad malam
16
Stressor psikososial : dubia ad malam
Riwayat herediter : dubia ad malam
Usia saat menderita : dubia ad malam
Pendidikan : dubia ad malam
Perkawinan : dubia ad malam
Ekonomi : dubia ad bonam
Lingkungan sosial : dubia ad malam
Organobiologi : dubia ad malam
Pengobatan psikiatrik : dubia ad bonam
Ketaatan berobat : dubia ad bonam
Kesimpulan : malam
XI. DISKUSI
Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat
suatu patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit
cerebrovaskuler, intoksifikasi obat). Sedangkan gangguan fungsional adalah
gangguan otak dimana tidak ada dasar organik yang dapat diterima secara umum
(contohnya Skizofrenia. Depresi). Dari sejarahnya, bidang neurologi telah
dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut organik dan Psikiatri
dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut fungsional.
Gangguan mental organik adalah gangguan mental yang berkaitan
dengan penyakit / gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri.
Termasuk di antaranya adalah gangguan mental simtomatik, di mana pengaruh
17
terhadap otak merupakan akibat sekunder dari penyakit / gangguan sistemik di
luar otak (ekstraserebral).
Sindrom otak organic (SOO) ialah gangguan jiwa yang psikotik atau
nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan
fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama
mengenai otak (meningo-ensefalitis, gangguan pembuluh darah otak, tumor otak,
dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (misalnya tifus,
endometritis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoxikasi, dan sebagainya).
Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar
mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang
menyebabkan. Bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu,
maka lokalisasi inilah yang menentukan gejala dan sindrom, bukan penyakit yang
menyebabkannya. Gejala utama sindrom otak organic akut ialah kesadaran yang
menurun dan sesudahnya terdapat amnesia pada sindrom otak organic menahun
ialah demensia.
Trauma kapitis dapat merupakan faktor pencetus (precipitating factor)
bagi skizoprenia atau psikosa manic-depresif pada orang yang mempunyai
predisposisi untuk ini, atau dapat mengaktivasi demensia paralitika.
Gangguan jiwa yang dapat timbul secara akut karena rudapaksa kepala
ialah: sindrom komosio, trauma traumatikum dan sindrom Korsakow. Gangguan
jiwa yang menhaun mungkin primer karena trauma kapitis (perubahan
kepribadian atau keadaan defek pasca trauma seperti ensefalopatia traumatikum
18
atau “punch drunk” dan epilepsia traumatikum), mungkin juga sekunder
(psikonerosa).
Pada pasien ini kemungkinan yang terjadi adalah koma traumatikum.
Terjadi pada komosio yang hebat, pada kontusio atau laserasio serebri yaitu yang
lama, dari beberapa jam sampai ebebrapa hari. Bila koma berlangsung lebih dari
24 jam biasanya sudah merupakan suatu kontusio yang berat. Sesudah koma
mungkin terjadi stupor, mungkin juga penderita menjadi gelisah atau
kesadarannya tetap tidak begitu tenang dan pelan – pelan baru menjadi baik atau
ia masuk ke dalam sindrom Korsakow.
Sindrom Korsakow memiliki gejala – gejala berupa konfabulasi,
disorientasi, dan gangguan penerapan dan ingatan yang baru. Sering terdapat
gejala – gejala bercampuran dan pembagian tidak berbatas jelas.
Gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa yang
dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya
penyakit, cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak Disfungsi ini
dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa yang langsung atau
diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit
sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem
tubuh.
Gambaran utama:
1. Gangguan fungsi kognitif,
Misalnya, daya ingat (memory), daya pikir (intellect), daya belajar
(learning)
19
2. Gangguan sensorium,
Misalnya, ganggau kesadaran (consciousness) dan perhatian
(attention)
3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang:
- Persepsi (halusinasi)
- Isi pikiran (waham delusi)
- Suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira, cemas).
Berdasarkan anamnesa yang dilakukan secara alloanamnesa dan
autoanamnesa serta pemeriksaan status mental, menunjukkan bahwa penderita
berdasarkan kriteria diagnostik dari PPDGJ III, didiagnosa sebagai Gangguan
Mental Lainya Akibat Kerusakan dan Disfungi Otak dan Penyakit Fisik,
Gangguan Waham Organik (Lir-Skizofrenia) (F.06.2). Pedoman diagnostik untuk
Gangguan Mental Organik telah memenuhi yaitu:
- Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit fisik
sistemik yang diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental yang
tercantum
- Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau beberapa
bulan) antara perkembangan penyakit yang mendasari dengan timbulnya
sindrom mental
- Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau
dihilangkannya penyebab yang mendasarinya
20
- Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari
sindrom mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau
pengaruh stress sebagai pencetus)
Pasien ini berusia 26 tahun gejalanya muncul kurang lebih 2 minggu
yang lalu, dan sebelumnya penderita normal. Ini berarti merupakan serangan yang
pertama kalinya. Pada pasien ini, memnuhi kriteria umum pertama, kedua, dan
keempat.
Pedoman diagnostik untuk gangguan waham organik adalah:
- Kriteria umum F.06
- Disertai: waham yang menetap atau berulang (waham kejar, tubuh
berubah, cemburu, penyakit, kematian dirinya atau orang lain)
- Halusinasi, gangguan proses pikir, atau fenomena katatonik
tersendiri, mungkin ada
- Kesadaran dan daya ingat tidak terganggu
Pada pasien ini memenuhi kritera pertama, kedua, ketiga. Kriteria
keempat sulit dievaluasi. Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad malam,
karena walaupun ketaatan berobat dan pengobatan psikiatriknya baik, namun
dilihat dari penyakitnya yang baru pertama kali muncul dan kecurigaan adanya
gangguan pada serebrovaskular akibat dari trauma kapitis yang dialami serta
riwayat herediter, diagnosis penyakit, perjalanan penyakit, stressor psikososial,
dan pola keluarga yang buruk sehingga prognosanya kemungkinan mengarah ke
arah yang lebih buruk.
21
Penderita ini dianjurkan untuk mendapat terapi psikofarmaka dengan
injeksi klorpromazin 100 mg jika perlu. Pasien juga mendapat terapi medika
mentosa per oral klorpromazin 3x100 mg/hari yang merupakan obat anti psikotik
yang berguna untuk menghindari terjadinya gejala peningkatan aktivitas fisik dan
mental, kurang tidur serta ditambah dengan haloperidol 3x5mg, yang juga
sebagai anti psikotik yang mempunyai efek sedasi lemah dan membantu
menghilangkan pikiran-pikiran tentang waham dan halusinasi serta ilusi yang
mengganggu penderita. Selain itu juga diberikan trihexyphenidyl 3x2 mg untuk
mencegah munculnya efek samping gejala Parkinson yaitu bradikinesia dan
tremor.
Mekanisme kerja obat antipsikosis adalah memblokade dopamine pada
reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal sehingga efek samping obat anti psikosis adalah:
1) sedasi dan inhibisi psikomotor,
2) gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolonergik berupa mulut
kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur;
3) gangguan endokrin
4) gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, dan sindrom
Parkinson),
5) hepatotoksik. Sindrom Parkinson: tremor, bradikinesia, rigiditas.
Efek samping ini ada yang cepat dan ditolerir oleh pasien, ada yang
lambat, dan ada yang sampai membutuhkan obat simptomatis untuk meringankan
penderitaan pasien. Efek samping obat antipsikosis salah satunya hepatotoksik
22
maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah terutama
untuk memeriksa fungsi hati (SGOT, SGPT) dapat juga dari pemeriksaan fisik,
tanda ikterik, palpasi hepar. Pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda
hepatotoksik dari pemeriksaan fisik.
Usulan terapi selanjutnya yang dapat diajukan bila penderita telah agak
tenang adalah psikoterapi untuk menguatkan mental penderita terutama dalam
menghadapi masalah. Juga diperlukan rehabilitasi yang disesuaikan dengan bakat
dan minat penderita. Rehabilitasi yang disesuaikan dengan bakat dan minat
penderita.
Psikoterapi dianjurkan pemberian support pada penderita dan keluarga
agar mempercepat penyembuhan penderita dan untuk rehabilitasi disesuaikan
dengan psikiatrik sehingga bisa dipilih metode yang sesuai.
Usulan rencana berikutnya adalah pemeriksaan CT scan kepala untuk
mengetahui apakah ada kelainan pada struktur cerebrovaskular pasien.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis, edisi ketujuh, jilid satu. Binarupa Aksara, Jakarta 1997.
hal 502-540.
2. Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ-III, editor Dr,
Rusdi Maslim.1993.
3. Maslim, rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ketiga.
BagianIlmu Kedokteran Jiwa FK Unika Ama Jaya. Jakarta, 2007.
4. Maramis WF, Maramis AA. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi 2.
Surabaya: Airlangga University Press: 2009.
24