Upload
faishal-akbar
View
39
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/25/2018 laptut kelompok 1
1/34
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah-
Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan lancar dan menyusun laporan hasil
diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya.
ami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. !ina "estari, #p.P sebagai
tutor atas bimbingan beliau pada kami dalam melaksanakan diskusi ini. ami juga
mengucapkan terima kasih pada teman-teman yang ikut berpartisipasi dan membantu
kami dalam proses tutorial ini.
ami juga ingin meminta maa$ yang sebesar-besarnya atas kekurangan-kekurangan
yang ada dalam laporan ini. %al ini adalah semata-mata karena kurangnya pengetahuan
kami. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersi$at membangun
yang harus kami lakukan untuk dapat menyusun laporan yang lebih baik lagi di kemudian
hari.
Mataram, &' (pril &')*
Penyusun
1
5/25/2018 laptut kelompok 1
2/34
DAFTAR ISI
ata Pengantar +++++++++++++++++++++++++. )
a$tar si +++++++++++++++++++++++++++.. &
( / PEN(%0"0(N+++++++++++++++++++.... 1
).). #kenario++++++++++++++++++++++++. 1
).&.Learning Objective 2"34+++++..++++++++++. ++. 1
).1. Mind Map+++++++++++++++++++++++. *
( / PEM(%(#(N ++++.++++++++++++++++.. 5
( / PEN0T0P ++++++++++++++++++++++1&
esimpulan++++++++++++++++++++++++..1&
a$tar Pustaka+++++++++++++++++++++++++11
2
5/25/2018 laptut kelompok 1
3/34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. SKENARIO 1
#eorang anak laki 6 laki , usia 5 tahun mengalami diare intermiten, kelemahan, penurunan
berat badan dan pingsan. Pada pemeriksaan $isik didapatkan pasien tampak pucat,
konjungti7a anemis dan ada pembesaran hati 2hepatomegali4. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan /
- %emoglobin / 8,5 gr9d"
- :at besi serum / * ;mol9"
- T< / =8 ;mol9"
- >erritin / 8 ;g9"
- ?ambaran darah tepi / hipokrom mikrositik
1.2. LEARNING OBJECTIVES
). Tatalaksana anemia de$isiensi besi
&. iagnosis banding dari anemia de$isiensi besi
1. Tatalaksana non-$armakologis dan $armakologis dari penyakit anemia lainnya
1.3. MIND MAP
3
5/25/2018 laptut kelompok 1
4/34
BAB II
PEMBAHASAN
4
Laki, 5
Anemia Defisiensi
Px fisik : kulit pucat,
hepatomegali dan
konungti!a anemis
"emoglo#in : $,5 g%&dL'at #esi se%um : 4 (mol&L
)*B+ : $ (mol&L-e%%itin : $ (g&L
.am#a%an da%ah tepi : hipok%ommik%ositik
Anemia "ipok%om
/ik%osite%
Anemia
Penegakan
)halasemi Anemia
pidemiologi
tiologi
Patofisiologi
/anifestasi klinis
Penegakan
5/25/2018 laptut kelompok 1
5/34
1. KLASIFIKASI ANEMIA MENURUT
ETIOPATOGENESIS
(. (nemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
a. ekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit
a. (nemia de$isiensi besi
b. (nemia de$isiensi asam $olat
c. (nemia de$isiensi 7itamin )&
b. ?angguan penggunaan 2utilisasi4 besi
a. (nemia akibat penyakit kronik
b. (nemia sideroblastik
c. erusakan sumsum tulang
a. (nemia aplastik
b. (nemia mieloptisik
c. (nemia pada keganasan hematologi
d. (nemia diseritropoietik
e. (nemia pada sindrom mielodisplastik
(nemia akibat kekurangan eritropoietin / anemia pada gagal ginjal kronik
. (nemia akibat hemoragi
a. (nemia pasca perdarahan akut
b. (nemia akibat perdarahan kronik
5/25/2018 laptut kelompok 1
6/34
lasi$ikasi lain untuk anemia dapat dibuat berdasarkan gambaran mor$ologik dengan
melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepi. alam klasi$ikasi ini anemia dibagi menjadi
tiga golongan /
). (nemia hipokromik mikrositer, bila M
5/25/2018 laptut kelompok 1
7/34
2. ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROMIK
2.1. ANEMIA DEFISIENSI BESI
Etiologi
ekurangan >e dapat terjadi bila /
makanan tidak cukup mengandung >e
komposisi makanan tidak baik untuk penyerapan >e 2banyak sayuran, kurang
daging4
gangguan penyerapan >e 2penyakit usus, reseksi usus4
kebutuhan >e meningkat 2pertumbuhan yang cepat, pada bayi dan adolesensi,
kehamilan4
perdarahan kronik atau berulang 2epistaksis, hematemesis, ankilostomiasis4.
Ei!"#iologi
iperkirakan 1'F penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 5'F
penderita ini adalah ( dan terutama mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil
dan menyusui. i ndonesia masih merupakan masalah gi@i utama selain
kekurangaan kalori protein, 7itamin ( dan yodium. Penelitian di ndonesia
mendapatkan pre7alensi ( pada anak balita sekitar 1'-*'F, pada anak sekolah
&5-15F sedangkan hasil #!T )DD& pre7alensi ( pada balita sebesar 55,5F.
( mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan
tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi serta
kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi belajar di sekolah.
P$to%i&iologi
5/25/2018 laptut kelompok 1
8/34
:at besi 2>e4 diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin 2%b4.
ekurangan >e mengakibatkan kekurangan %b. Galaupun pembuatan eritrosit
juga menurun, tiap eritrosit mengandung %b lebih sedikit dari pada biasa sehingga
timbul anemia hipokromik mikrositik.
Di$g'o&i&
I. A'$#'"&i&
). !iwayat $aktor predisposisi dan etiologi /
ebutuhan meningkat secara $isiologis
Masa pertumbuhan yang cepat
Menstruasi
n$eksi kronis
urangnya besi yang diserap
(supan besi dari makanan tidak adekuat
Malabsorpsi besi
Perdarahan
Perdarahan saluran cerna 2tukak lambung, penyakit
5/25/2018 laptut kelompok 1
9/34
adar besi serum 2SI4 menurun dan TIBCmeningkat , saturasi menurun
adar $eritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP)
meningkat
#umsum tulang / akti$itas eritropoitik meningkat
Di$g'o&i& B$'!i'g
(nemia hipokromik mikrositik /
Thalasemia 2khususnya thalasemia minor4 /
o %b (&meningkat
o >eritin serum dan timbunan >e tidak turun
(nemia karena in$eksi menahun /
o iasanya anemia normokromik normositik. adang-kadang terjadi anemia
hipokromik mikrositik
o >eritin serum dan timbunan >e tidak turun
eracunan timah hitam 2Pb4
o Terdapat gejala lain keracunan P
(nemia sideroblastik /
o
Terdapat ring sideroblastipada pemeriksaan sumsum tulang
P"'$t$l$)&$'$$'
I.M"!i)$#"'to&$
6
5/25/2018 laptut kelompok 1
10/34
Pemberian preparat besi 2$erosul$at9$ero$umarat9$eroglukonat4 dosis *-8 mg
besi elemental9kg 9hari dibagi dalam 1 dosis, diberikan di antara waktu makan.
Preparat besi ini diberikan sampai &-1 bulan setelah kadar hemoglobin normal.
(sam askorbat )'' mg9 )5 mg besi elemental 2untuk meningkatkan
absorbsi besi4.
II. B"!$,
0ntuk penyebab yang memerlukan inter7ensi bedah seperti perdarahan
karena divertic!l!" #ecel.
III. S*o(ti%
Makanan gi@i seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang
bersumber dari hewani 2lim$a,hati, daging4 dan nabati 2bayam, kacang-kacangan4
IV. L$i'-l$i' (*+*)$' &*/&"&i$li&0 (*+*)$' &"&i$li&$&i l$i''$
e sub bagian terkait dengan etiologi dan komplikasi 2?i@i, n$eksi,
Pulmonologi, ?astro-%epatologi, ardiologi 4
P"#$'t$*$'
I.T"($i
). Periksa kadar hemoglobin setiap & minggu
&. epatuhan orang tua dalam memberikan obat
1. ?ejala sampingan pemberian @at besi yang bisa berupa gejala gangguan
gastro-intestinal misalnya konstipasi, diare, rasa terbakar di ulu hati, nyeri
abdomen dan mual. ?ejala lain dapat berupa pewarnaan gigi yang bersi$at
sementara.
II. T*#/*, K"#/$'g
). Penimbangan berat badan setiap bulan
&. Perubahan tingkah laku
17
5/25/2018 laptut kelompok 1
11/34
1. aya konsentrasi dan kemampuan belajar pada anak usia sekolah dengan
konsultasi ke ahli psikologi
*. (kti$itas motorik
L$'g)$, P(o#oti%P("4"'ti%
0paya penanggulangan ( diprioritaskan pada kelompok rawan yaitu
("T(, anak usia sekolah, ibu hamil dan menyusui, wanita usia subur termasuk
remaja putri dan pekerja wanita. 0paya pencegahan e$ekti$ untuk menanggulangi
( adalah dengan pola hidup sehat dan upaya-upaya pengendalian $aktor
penyebab dan predisposisi terjadinya ( yaitu berupa penyuluhan kesehatan,
memenuhi kebutuhan @at besi pada masa pertumbuhan cepat, in$eksi
kronis9berulang pemberantasan penyakit cacing dan $orti$ikasi besi.
2.2. ANEMIA PADA PEN5AKIT KRONIS
(nemia sering dijumpai pada pasien dengan in$eksi atau in$lamasi kronis maupun
keganasan. (nemia ini umumnya ringan atau sedang, disertai oleh rasa lemah dan penurunanberat badan dan disebut sebagai anemia pada penyakit kronis. Pada umumnya anemia pada
penyakit kronis ditandai oleh kadar hb berkisar C-)) g9dl, kadar >e serum menurun disertai
T< yang rendah, cadangan >e yang tinggi dijaringan serta produksi sel darah merah
berkurang.
Etiologi !$' P$tog"'"&i&
"aporan9data akibat penyakit T, abses paru, endocarditis bakteri subakut, osteo"yelitis
dan in$eksi jamur kronik serta %A membuktikan bahwa hampir semua in$eksi supurati$
kronis berkaitan dengan anemia. erajat anemia sebanding dengan berat ringanyya gejala,
seperti demam , penurunan berat badan dan debilitas umum. 0ntuk terjadinya anemia
memerlukan waktu )-& bulan setelah in$eksi terjadi dan menetap, setelah terjadi
keseimbangan antara produksi dan penghancuran eritrosit dan %b menjadi stabil.
(nemia pada in$lamasi kronis secara $ungsional sama seperti in$eksi kronis, tetapi lebih
sulit karena terapi yang e$ekti$ lebih sedikit. Penyakit kolagen dan atriris rheumatoid
11
5/25/2018 laptut kelompok 1
12/34
merupakan penyebab terbanyak. Enteritis regional, colitis !lserati$ serta sindrom in$lamasi
lainnya juga dapat disertai anemia pada penyakit kronik.
Penyakit lain yang sering disertai anemia adalah kanker, walupun masih dalam stadium
dini dan asimtomatik, seperti pada sarcoma dan lim$oma. (nemia ini biasanya disebut
anemia pada kanker 2cancer releted ane"ia4
a. Pemendakan masa hidup eritrosit
iduga anemia terjadi merupakan bagian dari sindrom stress he"atologic, dimana
terjadi produksi sitokin yang berlebihan karena kerusakan jaringan akibat in$eksi,
in$lamasi atau kanker. #itokin tersebut dapat menyebabkan sekuetrasi makro$ag
sehingga mangikat lebih banyak @at besi, meningkatkan destruksi eritrosit di limpa,
menekan produksi eritropoetin oleh ginjal, serta menyebakan perangsangan yang
inadekuat pada eritropoesis di sumsum tulang. Pada keadaan lebih lanjut, malnutrisi
dapat menyebabkan penurunan trans$ormasi T* manjadi T1, menyebabkan hipotirod
$ungsional dimana terjadi penurunan kebutuhan %b yang mengangkut 3& sehingga
sintesis eritropetin-pun akhirnya berkurang.
b. Penghancuran eritrosit
eberapa penilitian membuktikan bahwa masa hidup eritrosit memendek pada sekitar
&'-1' F pasien. e$ek ini terjadi pada ekstrakorpuskuler, karena bila eritrosit pasien
ditrans$usikan ke resipien normal, maka dapat hidup normal. (kti7asi makro$ag oleh
sitokin menyebabkan peningkatan daya $agositosis makro$ag tersebut dan sebagai bagian
dari $ilter limpa, menjadi kurang toleran terhadap perubahan9kerusakan minor dari
eritrosit.
c. Produksi eritrosit
?angguan metabolisme @at besi. adar besi yang rendah meskipun cadangan besi cukup
menunjukkan adanya gangguan metabolisme @at besi pada penyakit kronik. %al ini
memberikan konsep bahwa anemia dapat disebabkan oleh penurunan kemampuan >e
dalam sintesis %b.
>ungsi sumsum tulang. Meskipun sumsum tulang yang normal dapat mengkompensasi
pemendakan masa hidup eritrosit, diperlukan stimulus eritropoetin oleh hipoksia akibat
anemia. Pada penyakit kronik, kompensasi yang terjadi kurang dari yang diharapkan
akibat berkurangnya pelepasan atau menurunya respon terhadap eritropoetin.
12
5/25/2018 laptut kelompok 1
13/34
G$#/$($' Kli'i&
arena anemia yang terjadi umumnya derajat ringan dan sedang, sering kali gejalanya
tertutup oleh gejala penyakit dasarnya, karena kadar %b sekitar C-)) gr9dl umumnya
asimtomatik. Meskipun demikian apabila demam atau debilitas $isik meningkat, pengurangan
kapasitas transpor 3&jaringan akan memperjelas gejala anemianya atau memperberat keluhan
sebelumnya.
Pada pemeriksaan $isik umumnya hanya dijumpai konjungti7a yang pucat tanpa kelainan
yang khas dari anemia jenis ini, dan diagnosis biasanya tergantung dari hasil pemeriksaan.
P"#"(i)&$$' L$/o($t$(i*#
(nemia umumnya adalah normokrom-normosister, meskipun banyak pasien mempunyai
gambaran hipokrom dengan M
5/25/2018 laptut kelompok 1
14/34
&. &r!g'ind!ced "arro s!ppression atau dr!g'ind!ced he"olysis. Pada penekanan
sumsum tulang akibat obat, kadar besi serum tinggi. Pemeriksaan hitung retikulosit,
hepatoglobin, bilirubin "% dan tes
5/25/2018 laptut kelompok 1
15/34
e$ek anti in$lamasi dengan cara menekan produksi TN>-a dan inter$eron gamma.
ilain pihak pemberian eritropoetin akan menambah proli$erasi sel-sel kanker ginjal
serta meningkatkan rekurensi pada kanker kepala dan leher.
2.3 THALASSEMIA
T,$l$&&"#i$ Al%$ 6
Kl$&i%i)$&i 7-t,$l$&&"#i$
Empat jenis thalassemia klasik, kebanyakan pada orang (sia, adalah /
H-thalassemia-& trait dimana salah satu diantara empat lokus H-globin yang terdelesi,
H-thalassemia-) trait dimana dua lokus yang terdelesi,
penyakit %b% dengan 1 lokus yang terdelesi, dan
hydrops $etalis dengan %b artIs dimana semua lokus yang mengkode J-globin
mengalami delesi.
Terdapat pula bentuk J-thalassemia nondelesi
T$/"l Kl$&i%i)$&i Kli'i& 7-T,$l$&&"#i$
Kl$&i%i)$&i G"'oti 89: Ti'g)$t K"$($,$'
Si'!(o# 7-T,$l$&&"#i$8;:
7-C$((i"( &il"'t -777 Sil"'t
7-T,$l$&&"#i$ t($it -7-7< --77 Ri'g$'
P"'$)it H/H -7-- Ri'g$'-&"!$'g< $'"#i$ ,"#olti=
H!(o& %"t$li& ---- L"t$l
H/ Co'&t$'t S(i'g g"'ot"& 77=&77 Sil"'t-Ri'g$'
15
5/25/2018 laptut kelompok 1
16/34
P$t,o,&iolog
Pasien dengan H-thalassemia mengalami penurunan produksi rantai H-globin, relati$
terhadap rantai K-globin, dengan pembentukan bandan inkulsi K*2%b%4.
#el darah merah yang membawa badan inklusi ini dihancurkan lebih cepat oleh sistem
retikuloendotelial, sehingga memperpendek masa hidup sel darah merah. %al ini
mengakibatkan anemia yang dikompensasi oleh peningkatan produksi sel darah merah.
M$'i%"&t$&i Kli'i& 7 -T,$l$&&"#i$
H-Thalassemia-& trait merupakan silent carrier dan bersi$at asimtomatik.
H-Thalassemia-) trait sama seperti K-thalassemia minor.
(nak dari pasangan hetero@igot H-thalassemia-& trait dan H-thalassemia-) trait bisa
mengalami keadaan yang lebih berat yaitu penyakit %b%.
%etero@igot yang mengalami delesi kedua gen yang berada pada kromosom yang sama
2delesi cis4 lebih banyak pada orang siadan#editerania daripada kehomo@igotan untuk
H-thalassemia-& trait 2delesi trans4. eduanya menghasilkan mikrositosis dan hipokromia
yang asitomatik.
Pada penyakit %b%, produksi %b( hanya &5-1'F dari normal. Pada $etus terjadi
akumulasi beberapa rantai K yang tidak berpasangan. Pada orang dewasa rantai K yang
tidak berpasangan berakumulasi dan cukup soluble untuk membentuk tetramer K * yang
disebutH/H.
%b% membentuk inklusi pada eritroblas dan endapan-endapan pada sel darah merah
dalam sirkulasi.
Pasien dengan penyakit %b% mengalami thalassemia intermedia yang ditandai dengan
anemia hemolitik dari moderat-berat, namun dengan eritropoiesis ine$ekti$ yang lebih
ringan. #ur7i7al sampai usia dewasa muda tanpa menjalani trans$usi sering ditemukan.
entuk homo@igot dari H-thalassemia-) dengan delesi cis 2hidrops $etalis4 menyebabkan
ketiadaan sintesis H-globin secara total.
%emoglobin yang dihasilkan pada masa embriogenik tidak memiliki makna $isiologis.
1$
5/25/2018 laptut kelompok 1
17/34
elebihan -globin membentuk tetramer yang disebut H/ Barts > yang memilikia$initas terhadap 3&yang sangat tinggi.
%al ini menyebabkan hampir tidak ada 3& yang dikirimkan ke jaringan $etus,
mengakibatkan as$iksia jaringan, edema 2hidrops $etalis4, gagal jantung kongesti$, dan
kematian dalam uterus.
H-Thalassemia-& trait sering terjadi pada keturunan a$rika 2)5-&'F4. elesi cis H-
thalassemia-) sangat jarang ditemukan, sehingga yang paling banyak adalah H-
thalassemia-& dan bentuk trans dari H-thalassemia-), sedangkan penyakit %b% dan
hydrops $etalis hampir tidak pernah ditemukan.
#ekarang telah diketahui terkadang beberapa pasien dengan myelodisplasia atau
erythroleukemia memproduksi klon sel darah merah yang mengandung %b%. >enomena ini
diakibatkan oleh mutasi pada jalur (T!L yang mempengaruhi "
globin.
Di$g'o&i&
#eseorang dengan J-thalasemia trait memiliki hipoor"ia dan "irositosis,
biasanya tanpa anemia. "e7el %b(&dan %b> normal
Pada masa sekarang ini teknologi N( dapat di gunakan untuk menganalisis
secara langsung gen yang mengkode J-globin atau -globin pada pasien yang diduga
mengalami thalassemia syndrome.
Pendekatan ini dapat digunakan untuk diagnosis prenatal sindrom talassemia
yang berat, yang bisa dilakukan saat minggu ke-)* kehamilan pada sel cairan amnion dan
saat minggu ke-)' padasel vili chorionic. 2 1 4
Prosedur ini memiliki resiko kesalahan sekitar )-5F. ?enoti$ hydrops $elais
2--9--4 bisa diperlihatkan dengan ketiadaan secara total gen J-globin dalam N( pada
pemeriksaan gen spesi$ik J-globin. 2 1, * .4
P"'$t$l$)&$'$$'
elesi satu 2JJ9- J4 atau dua 2-J9- J, --9 JJ4 gen J-globin bersi$at asimtomatik dan tidak
membutuhkan terapi.
1
5/25/2018 laptut kelompok 1
18/34
0ntuk penyakit %b% 2delesi tiga gen 2--9-J4 diberikan asam $olat ) mg secara oral daily
untuk mengkopensasi kehilangan asam $olat akibat peningkatan penghancuran sel darah
merah. >
#plenektomi diindikasikan bila terjadi eksesi$ anemia dan kebutuhan trans$usi.2 1 4
#elainitu, pasien dengan penyakit %b% juga harus menghindari pengunaan obat besi dan obat
oksidati$ seperti sul$onamid. 12
THALASEMIA BETA
Etiologi
#ebagian besar thalassemia disebabkan oleh mutasi basa, sedangkan delesi gen jarang
menjadi etiologi thalassemia . 1?
a. M*t$&i/ 1?
Mutasi sekuensi promotor yang normalnya mengendalikan inisiasi dan kecepatan
transkripsi, yang menyebabkan penurunan transkripsi gen globinThalassemia .
Mutasi sekuensi pengkode 2eO. perubahan ) nukleotida di salah satu ekson yangmenyebabkan terbentuknya kodon terminasi sehingga translasi m!N( -globin
berhenti dan menghasilkan -globin yang non$ungsional Thalassemia '4.
Mutasi yang menyebabkan kelainan pemrosesan m!N( 2&"/$/ t"(&"(i'g t,$l$&&"#i$
@4.
Paling sering terjadi di intron, tapi bisa juga terjadi di ekson.
Mutasi yang mengubah splice j!nction normal, tidak dapat disambung kembali
oleh en@im sehingga seluruh m!N( menjadi abnormal. m!N( yang abnormal
akan diuraikan di nukleusThalassemia '.
Mutasi di intron yang jauh dari splice j!nctiondapat disambungkan ekembali
oleh en@im, sehingga ada m!N( yang normal dan abnormal Thalassemia .
/. D"l"&i >
1
5/25/2018 laptut kelompok 1
19/34
elesi dengan hilangnya semua kluster gen atau bagian ssubstansial elemen regulasi 6
"
elesi struktural besar kluster gen 6 globin.
elesi elemen krusial 6 promoter
Kl$&i%i)$&i >
Kl$&i%i)$&i G"'oti" K"$($,$'9
@ t,$l$&&"#i$ #i'o( 9 #ilent
@ t,$l$&&"#i$ i't"(#"!i$ 9', 9, 9' ', %bE9' Moderate - se7ere
@ t,$l$&&"#i$ #$o( '9' ' #e7ere
9 K"t/
Sil"'t / normal atau kelainan hematologi minimal
Mil! / le7el hemoglobin normal atau sedikit menurun dengan anemia mikrositik
hipokromik
Mo!"($t" / anemia hemolitik, ikterus, splenomegali, trans$usi reguler belum
diperlukan.
S"4"(" / anemia jelas dengan keterhantungan trans$usi, hematopoietik ekstramedullar,
retardasi pertumbuhan, abnormalitas tulang, dan hemosiderosis.
16
5/25/2018 laptut kelompok 1
20/34
P$tog"'"&i&
27
Hepatosplenomegali
Eritriblast
normal
RBC
normal
Sintesis
Relatif
Thalassemia
(eritroblastabnormal)
Sel darah matang
abnormal
Eritropoiesis
inefektif
RBC
hipokromi
k
Kerusakan organ
organ akibat
o!erload besi"
#estruksi di
lien $ hepar
%&E'%
%noksia
aringan
*eningkatan
eritropoietin
*eningkatan
eritropoiesis
Transfusi
berkurang
Ekspansi
sumsum
tulang
Hemokromatos
is sekunder
#eformitas
tulang+ resiko
fraktur+ penipisan
tulang
*en,erapan
besi
'onopoli
nutrisi
Kelaparan
aringan
*eningkatan
resiko infeksi
Keterlambatan
perkembangan
seksual
#isfungsi
endokrin
Retardasi
pertumbuha
n
5/25/2018 laptut kelompok 1
21/34
K"(*&$)$' o(g$' $)i/$t o4"(lo$! /"&i/
"i7er / $ibrosis Q sirosis
#el beta-pankreas / M
Pituitari, testis Q o7arium/ retardasi pertumbuhan, hipogonadisme hipogonadotropik
Paratiroid / hipokalsemia Q osteoporosis
Rantung / aritmia, myokarditis, gagal jantung yang tidak
terdeteksi.
M$'i%"&t$&i Kli'i& 3
1. @ T,$l$&&"#i$ Ho#oigot #$o(0 Cool"& A'"#i$
Pada anak, gejala biasanya berasal dari anemia hemolitik progresi$ dengan
kelemahan dan dekompensasi jantung selama 8 bulan kedua kehidupan bila tidak
diterapi.
>atigue, na$su makan menurun, lethargy
>acies thalassemic, $raktur patologis, hepatosplenomegali yang nyata, dan caceOia di
beberapa negara berkembang.
Pucat, hemosiderosis, dan jaundice menyebabkan tampakan coklat kehijauan.
Perluasan ruang medulla 2ekspansi besar-besaran sumsum tulang di wajah dan
kepala4, hematopoiesis ekstramedula dan peningkatan besar kebutuhan kalori.
erusakan organ akibat o7erload besi dari peningkatan penyerapan Q trans$usi.
2. @ T,$l$&&"#i$ i't"(#"!i$
Terdapat hiperplasia medula, hemosiderosis nutrisional, splenomegali, dan
komplikasi lainnya.
21
5/25/2018 laptut kelompok 1
22/34
%ematopoiesis ekstramedulla di kanal 7ertebra akan menekan spinal cord dan
menyebabkan gejala neurologis.
(nemia mikrositik hipokrom dengan %b S C g9d".
#plenektomi mungkin belum diperlukan, mengingat peningkatan resiko in$eksi dan
hipertensi pulmoner.
3. @ T,$l$&&"#i$ #i'i#$ @?@0 @@
?ejalanya lebih parah dari thalasemia trait, tetapi lebih ringan dari thalassemia
intermedia.
Terapi mungkin belum diperlukan, hanya harus dimonitor akumulasi besi pada
pasien.
>. T,$l$&&"#i$ t($it
#ering salah didiagnosis sebagai anemia de$isiensi besi.
esar !< tersirkulasi persisten, dengan peningkatan %b> dan %b(&.
(da juga trait yang silent.
@-T,$l$&&"#i$ #i'o(
(nemia minimal dengan hwmatokrit
antara &=F - *'F.
M
5/25/2018 laptut kelompok 1
23/34
@-T,$l$&&"#i$ M$o(
(nemia parah
%ematokrit dapat kurang dari )'F bila
tanpa trans$usi.
%T sangat abnormal, poikilositosis
parah, hipokrom, mikrositik, sel target,
stippling baso$ilik, dan !