55
i LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul RPTP : Perbaikan Budidaya Jagung Di Lahan Kering Di Provinsi Aceh 2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Aceh 3. Alamat Unit Kerja : Jalan P. Nyak Makam No. 27 Lampineung Banda Aceh - 23125 4. Sumber Dana : DIPA BPTP Aceh 2017 5. Status Penelitian : Baru 6. Penanggung Jawab : A. Nama : Fenty Ferayanti, SP, M.Si B. Pangkat / Golongan : Penata/ IIIc C. Jabatan Peneliti Muda 7. Lokasi : Provinsi Aceh 8. Agroekosistem : Lahan Kering 9. Tahun Mulai : 2017 10. Tahun Selesai : 2017 11. Output Tahunan : - Penerapan teknologi VUB jagung hibrida di lahan kering di Provinsi Aceh. - Terjadinya peningkatan produksi dan produktivitas lahan kering melalui sistem olah tanah dan mulsa sampah kota pada Jagung. - Data usahatani budidaya VUB hibrida dengan penerapan teknologi pada lahan kering di Provinsi Aceh. 12. Output Akhir : - Di adopsinya penerapan teknologi VUB jagung hibrida di lahan kering di Propinsi Aceh. - Tersedianya paket teknologi sistem olah tanah dan mulsa sampah kota di lahan kering spesifik lokasi dan berkelanjutan 13. Biaya : Rp. 210.000.000,- (dua ratus sepuluh juta rupiah). Mengetahui : Koordinator program Penanggung Jawab Kegiatan, Dr. Rachman Jaya NIP. 19740503 200003 1 001 Fenty Ferayanti,SP, M.Si NIP. 19770331 200212 2 001 Mengetahui : Kepala Balai Besar Menyetujui Kepala Balai Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA NIP. 19680415 199203 1 001 Ir. Basri A. Bakar, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001

LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

i

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP

:

Perbaikan Budidaya Jagung Di Lahan Kering Di Provinsi Aceh

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Aceh

3. Alamat Unit Kerja : Jalan P. Nyak Makam No. 27 Lampineung Banda Aceh - 23125

4. Sumber Dana : DIPA BPTP Aceh 2017

5. Status Penelitian : Baru 6. Penanggung Jawab : A. Nama : Fenty Ferayanti, SP, M.Si

B. Pangkat / Golongan : Penata/ IIIc

C. Jabatan Peneliti Muda

7. Lokasi : Provinsi Aceh

8. Agroekosistem : Lahan Kering

9. Tahun Mulai : 2017

10. Tahun Selesai : 2017

11. Output Tahunan : - Penerapan teknologi VUB jagung hibrida di lahan kering di Provinsi Aceh.

- Terjadinya peningkatan produksi dan produktivitas lahan kering melalui sistem olah tanah dan mulsa sampah kota pada Jagung.

- Data usahatani budidaya VUB hibrida dengan penerapan teknologi pada lahan kering di Provinsi Aceh.

12. Output Akhir : - Di adopsinya penerapan teknologi VUB jagung hibrida di lahan kering di Propinsi Aceh.

- Tersedianya paket teknologi sistem olah tanah dan mulsa sampah kota di lahan kering spesifik lokasi dan berkelanjutan

13. Biaya : :

Rp. 210.000.000,- (dua ratus sepuluh juta rupiah).

Mengetahui : Koordinator program

Penanggung Jawab Kegiatan,

Dr. Rachman Jaya NIP. 19740503 200003 1 001

Fenty Ferayanti,SP, M.Si NIP. 19770331 200212 2 001

Mengetahui : Kepala Balai Besar

Menyetujui Kepala Balai

Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA NIP. 19680415 199203 1 001

Ir. Basri A. Bakar, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001

Page 2: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya penyusunan laporan

akhir dari hasil pelaksanaan Perbaikan Budidaya Jagung Di Lahan Kering Di Provinsi Aceh

yang telah dilaksanakan dari bulan Maret – Desember 2017.

Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif seluruh

Dinas/Instansi yang terkait, petani kooperator dan penyuluh/peneliti yang ada di BPTP Aceh.

Namun demikian kami menyadari dalam pelaksanaan kegiatan ini masih banyak terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dimasa yang

akan datang.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini mulai dari

perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang dilanjutkan dengan penyusunan laporan akhir ini,

kami ucapkan terimakasih dan semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat adanya.

Banda Aceh, Desember 2017 Penanggung Jawab Kegiatan,

Fenty Ferayanti,SP, M.Si NIP. 19770331 200212 2 001

Page 3: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

iii

RINGKASAN

1 Judul : Perbaikan Budidaya Jagung Di Lahan Kering Di Provinsi Aceh

2 Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh

3 Lokasi : Provinsi Aceh

4 Agroekosistem : Lahan kering

5 Status (L/B) : Baru

6 Tujuan

:

- Penerapan teknologi VUB jagung hibrida di lahan kering

suboptimal di Provinsi Aceh.

- Mengkaji beberapa paket teknologi sistem olah tanah dan

mulsa sampah kota yang optimal pada lahan kering dan

spesifik lokasi.

- Rekomendasi sistem olah tanah dan mulsa sampah kota yang

adaptif spesifik lokasi dan berkelanjutan

- Data usahatani budidaya VUB hibrida dengan penerapan

teknologi pada lahan kering suboptimal di Provinsi Aceh

7 Keluaran

: - Meningkatnya produktivitas jagung hibrida melalui

penerapan teknologi VUB jagung di lahan kering di Propinsi

Aceh.

- Meningkatnya produksi dan produktivitas Jagung di lahan

kering spesifik lokasi serta berkelanjutan.

- Tersedianya paket teknologi sistem olah tanah dan mulsa

sampah kota spesifik lokasi dan berkelanjutan.

- Data usahatani budidaya VUB jagung dengan penerapan

teknologi pada lahan kering suboptimal di Propinsi Aceh

8 Prakiraan Manfaat : - Manfaat yang diperoleh dari pengkajian ini adalah

meningkatnya produktivitas jagung hibrida melalui

penerapan teknologi VUB jagung di lahan kering suboptimal

di Propinsi Aceh dan pemanfaatan lahan suboptimal untuk

peningkatan produksi dan produktivitas jagung hibrida

berbasis sistem bisnis di Propinsi Aceh.

- Meningkatnya produksi jagung akibat tersedianya teknologi

sistem olah tanah dan mulsa sampah kota pada lahan kering

yang adaptif spesifik lokasi dan berkelanjutan

9 Prakiraan Dampak : - Dengan meningkatnya produksi jagung melalui penerapan

teknologi sehingga meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani jagung berbasis sistem bisnis di

Provinsi Aceh

- Meningkatnya produksi secara meluas akibat tersedianya

teknologi sistem olah tanah dan mulsa sampah kota pada

lahan kering yang adaptif spesifik lokasi dan berkelanjutan .

Page 4: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

iv

10 Metodologi : Pengkajian ini dilaksanakan pada lahan milik petani di

Kabupaten Aceh Utara dengan luas ± 7 ha yang dimulai dari

bulan Maret hingga Desember 2017. Metode pengkajian

menggunakan rancangan split plot design dan RAK faktorial.

Teknologi yang diintroduksikan meliputi : penggunaan VUB

jagung, jarak tanam, penggunaan bahan organik (sampah kota),

pemupukan berdasarkan status hara tanah melalui uji tanah,

pengendalian gulma, hama dan penyakit secara PHT (Badan

Litbang Pertanian 2007). Untuk pengkajian yang menggunakan

rancangan split plot design, varietas merupakan petak

utama/main plot sedangkan 2 (dua) paket pemupukan sebagai

anak petak. Varietas yang digunakan yaitu :

V1 = Bima 15 V5 = Sukmaraga

V2 = Bima 19 V6 = Pioner

V3 = Bima 20 V7 = Bisi

V4 = Lamuru

Sedangkan 2 (dua) paket pemupukan yang akan digunakan

yaitu :

P1 = rekomendasi pemupukan petani setempat

P2 = rekomendasi pemupukan berdasarkan status hara tanah

(PUTK)

Untuk pengkajian yang menggunakan rancangan RAK faktorial,

terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu faktor sistem olah tanah yang

terdiri dari :

Po = Tanpa Olah Tanah

P1 = Olah Tanah Minimum (tanah diolah pada barisan tanaman)

Sedangkan faktor kedua yaitu dosis pemberian kompos, yang

terdiri dari :

Mo = Tanpa mulsa

M1 = Diberi mulsa sampah kota 5 ton/ha

M2 = Diberi mulsa sampah kota 10 ton/ha

Parameter pengamatan yang akan diambil yaitu tinggi

tanaman yang diukur pada saat panen, diameter tongkol

(cm),berat tongkol kering tanpa kelobot (g/tan), berangkasan

kering (g/tan),biji pipilan kering (g/tan),berat 1000 biji (g), hasil

pipilan kering dari ubinan. Analisis usahatani meliputi: 1)

penggunaan sarana produksi, 2) penggunaan tenaga kerja, dan

3) tingkat efisiensi usahatani dengan analisis finansial R/C ratio.

Analisis data dilakukan dengan analisis finansial untuk

mengetahui tingkat kelayakan usahatani jagung hibrida. Analisis

yang digunakan adalah analisis penerimaan dan pendapatan,

analisis imbangan penerimaan atas biaya (R/C) dan analisis

Page 5: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

v

imbangan pendapatan atas biaya (B/C). (Swastika 2004 dan

Malian 2004).

Data pendukung yang dikumpulkan yaitu preferensi

petani, curah hujan 5 tahun terakhir, pH tanah, kandungan

unsur hara tanah (N, P, K, C-organik), dan tekstur tanah.

Sampel tanah dianalisis di laboratorium sesuai dengan

parameter yang dibutuhkan. Data-data yang diperoleh dianalisis

dengan analisis ragam dan diteruskan dengan uji jarak

berganda Duncan pada taraf 5 %.

11 Hasil : Pada kegiatan penerapan teknologi budidaya jagung hibrida dan

komposit di lahan kering, hasil pengamatan terhadap

pertumbuhan vegetatif antar varietas pada pola introduksi dan

pola petani menunjukkan bahwa pada pola petani tinggi

tanaman tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 dan berbeda

nyata dengan varietas lainnya. Pada pengamatan diameter

tongkol, hasil tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 yang

tidak berbeda nyata dengan varietas Bima 15 dan Bima 19.

Sedangkan untuk pengamatan tinggi tongkol, hasil tertinggi

dijumpai pada varietas Bima 20 yang tidak berbeda nyata

dengan varietas Bima 15 dan Bima 19 dan Lamuru. Untuk pola

introduksi, tinggi tanaman tertinggi dijumpai pada varietas Bima

20 dan berbeda nyata dengan varietas lainnya. Pada

pengamatan diameter tongkol, hasil tertinggi dijumpai pada

varietas Bima 20 yang tidak berbeda nyata dengan varietas

Bima 15 dan Bima 19 dan berbeda sangat nyata dengan varietas

Lamuru, Sukmaraga, Pioner 32 dan Bisi 18. Sedangkan untuk

pengamatan tinggi tongkol, hasil tertinggi dijumpai pada

varietas Bima 20. Pada pengamatan bobot tongkol dengan

kelobot dan bobot tongkol kupasan pada pola introduksi dan

pola petani menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata,

dimana hasil tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 dan

berbeda nyata dengan varietas lainnya yaitu 6.2 ton/ha.

Pada kegiatan sistem olah tanah dan kompos limbah

sampah kota perlakuan olah tanah minimum dan penambahan

kompos limbah sampah kota 10 ton/ha memiliki hasil tertinggi

untuk semua parameter pengamatan, dimana hasil/produksi

mencapai 4.9 ton/ha.

12 Jangka Waktu : 1 (Satu) Tahun

13 Biaya : Rp. 210.000.000,- (dua ratus sepuluh juta rupiah).

Page 6: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

vi

SUMMARY

1. Title : Improvement of Maize Cultivation on Dry Land in Aceh Province

2. Implementing Unit : Assessment Institute for Agricultural Technology of Aceh

3. Location : North Aceh District 4. Objectives

:

- Application of Maize hybrid varieties technology in suboptimal dry land in Aceh Province.

- the optimal package of soil municipal system and municipal solid waste technology on dry land and specific location

- Recommendations of a site-specific soil-specific and sustainable adaptive soil and urban waste mulch system

- Data on Maize hybrid varieties cultivation farming with application of technology on suboptimal dry land in Aceh Provinc

6. Expected output of the year : - Increased productivity of hybrid corn through the application of VUB corn technology in dry land in Aceh Province.

- Increased production and productivity of maize on site-specific dry land and sustainable.

- Availability of technology package of land system and soil mulch of specific location and sustainable municipal waste.

- VUB maize farming data with application of technology on suboptimal dry land in Aceh Province

7. Methodology : This assessment was carried out on farmers' land in Aceh Utara Regency with an area of ± 7 ha starting from March to December 2017. The assessment method used the design of split plot design and factorial RAK. Introduced technologies include: the use of corn VUB, plant spacing, organic matter use (municipal waste), fertilization based on soil nutrient status through soil test, weed control, pests and diseases by IPM (Agricultural Research Agency 2007). For assessment using split plot design, the variety is the main plot and 2 (two) fertilization packages as subplots. Varieties used are: V1 = Bima 15 V5 = Sukmaraga

Page 7: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

vii

V2 = Milky 19 V6 = Pioner V3 = Bima 20 V7 = Bisi V4 = Lamuru While 2 (two) fertilizer package that will be used are: P1 = fertilizer recommendation of local farmers P2 = fertilizer recommendation based on soil nutrient status (PUTK) For an assessment using factorial RAK design, it consists of 2 (two) factors, ie land system factors consisting of: Po = Without Land Sports P1 = Minimum Soil (the soil is processed on the line of plants) While the second factor is the dose of composting, which consists of: Mo = No mulch M1 = Given a municipal waste mulch 5 tons / ha M2 = Given mulch of city waste 10 tons / ha Observation parameters to be taken were plant height measured at harvest time, diameter of cob (cm), dry weight without dry weight (g / tan), dried (g / tan), dry powder (g / tan), weight 1000 seeds (g), dried powder results from tiles. Farming analysis includes: 1) use of production means, 2) labor usage, and 3) farm efficiency level with financial analysis R / C ratio. Data analysis was done with financial analysis to know the feasibility level of hybrid corn farming. The analysis used is revenue and income analysis, revenue balance analysis on cost (R / C) and cost-balance analysis on cost (B / C). (Swastika 2004 and Malian 2004). Supporting data collected were farmer preference, rainfall last 5 years, soil pH, soil nutrient content (N, P, K, C-organic), and soil texture. Soil samples were analyzed in the laboratory in accordance with required parameters. The data obtained were analyzed by multiform analysis and continued by Duncan multiple-range test at 5% level.

8. Outcome/Result : In the application of hybrid corn and composite cultivation technology in dry land, observations on vegetative growth among varieties on the pattern of introduction and farmer pattern shows that the highest pattern of farmers is found in Bima 20

Page 8: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

viii

varieties and significantly different with other varieties. In the observation of tuna diameter, the highest yield was found in the Bima 20 varieties which was not significantly different with the varieties of Bima 15 and Bima 19. As for the observation of tuna height, the highest yield was found in the Bima 20 variety which was not significantly different with the varieties of Bima 15 and Bima 19 and Lamuru . For the introductory pattern, the highest plant height is found in the Bima variety 20 and is significantly different from other varieties. In the observation of the tuna diameter, the highest yield was found in the Bima 20 varieties which were not significantly different from the varieties of Bima 15 and Bima 19 and differed significantly with Lamuru, Sukmaraga, Pioner 32 and Bisi 18 varieties. While for the observation of tuna height, the highest yield was found in varieties Bima 20. In observation of tongkol weights with weights and weights of tongkol kupasan on introduction pattern and farmer pattern showed that varieties had real effect, where the highest yield was found in Bima 20 varieties and significantly different with other varieties that is 6.2 ton / ha. In the case of land and waste composting systems, urban minimum wastewater treatment and the addition of municipal solid waste composter of 10 tons / ha have the highest yield for all observation parameters, where yields reach 4.9 tons / ha.

9. Duration : 1 (one) year 10. Proposed Budget : IDR.210.000.000,-

Page 9: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

ix

DAFTAR ISI

Hal LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………………………………. ii KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………… iii RINGKASAN…………………………………………………………………………………………….. v SUMMARY……………………………………………………………………………………………….. vii DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………….. x

I. I. PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1.1. Latar Belakang…..…………………………………………………………………...... 1.2. Dasar pertimbangan………………………………………………………………………. 1.3. Tujuan…………………………………………………………………………………………..

1.4. Keluaran yang diharapkan.……………………………………………………………… 1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak..……………….……………………………………

1 1 3 6 7 7

II. TINJAUAN PUSTAKA……………………..……………..………………… 1.3. Kerangka Teoritis…………………………………………………………………………...

8 8

III. METODOLOGI……………….…………………………………………………… 3.1 . Pendekatan (Kerangka Pikir)……………………… …………………..……….. 3.2 . Ruang Lingkup Kegiatan………..……………………………….………………. 3.3 . Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan…………………………………..

A. Bahan dan Alat…………………………………………………………………………. B. Metode Pelaksanaan Kegiatan…………………………………………………..

18 18 18 19 19 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………….………………….. 23 V. KESIMPULAN ……………….…………………………………………………… 38 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. 38 LAMPIRAN 1. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN………………… 39 LAMPIRAN 2. ANGGARAN…………………………………………………………. 40 LAMPIRAN 3. FOTO KEGIATAN…………………………………………………… 41

Page 10: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jagung merupakan tanaman pangan stategis sebagai bahan pangan, pakan, dan

bahan baku industri. Produksi jagung terus meningkat setiap tahun 5.6 % seiring dengan

meningkatnya produktivitas dan luas penanaman jagung, namun produksi dalam negeri

ternyata belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, yang meningkat 6.4% per

tahun. Secara umum, jagung ditanam pada lingkungan yang beragam yaitu berdasarkan

agroekologi, kesuburan tanah, ketersediaan pengairan/sumber air, musim tanam, dan

kemampuan modal petani. Keragaman yang sangat besar tersebut mengakibatkan

terjadinya keragaman produktivitas jagung (Karsyno, 2002).

Pada aspek yang lain, Kebutuhan jagung untuk industri pakan mencapai sekitar 4

juta ton/tahun (Zubachtirodin et al., 2007). Produktivitas jagung bergantung pada

varietas yang ditanam dan lingkungan tumbuhnya (Betran et al. 2003). Pertumbuhan

jagung akan baik bila hara dan cahaya tersedia dalam jumlah cukup dan sesuai dengan

kebutuhan tanaman selama pertumbuhan. Jagung hibrida maupun komposit

dibudidayakan pada berbagai tipe lahan dan jenis tanah. Jagung ditanam pada berbagai

agroekologi termasuk lahan kering/tegalan, lahan sawah irigasi, sawah irigasi sederhana,

dan sawah tadah hujan, yang umumnya dalam kondisi suboptimal. Budidaya jagung di

lahan kering seringkali menghadapi masalah kemasaman tanah, kesuburan tanah yang

rendah serta kekeringan (Miti et al. 2010).

Namun pada umumnya petani masih banyak yang berusahatani secara

konvensional (tradisional), belum maksimalnya penerapan pemupukan berimbang serta

pengaturan jarak tanam yang belum optimal. Peningkatan produktivitas jagung terus

dilakukan dengan upaya-upaya penerapan teknologi budidaya yang tepat spesifik lokasi.

Salah satu teknologi yang diterapkan untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah

penggunaan varietas unggul, rekomendasi pemupukan dan pengaturan jarak tanam

(sistem jajar legowo) dengan pendekatan PTT.

Page 11: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

2

Dalam budidaya jagung komponen teknologi penggunaan varietas unggul,

rekomendasi pemupukan dan pengaturan jarak tanam diperlukan untuk mendapatkan

hasil yang maksimal. Pemilihan varietas unggul yang akan ditanam harus

mempertimbangkan aspek tanah dan iklim (lingkungan), minat petani, potensi hasil

tinggi, tahan hama penyakit dan kekeringan serta berumur genjah. Varietas unggul

mempunyai peran besar dalam upaya peningkatan produktivitas karena berpotensi

memberikan hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit serta potensi produksi pakan

ternak (tebon) tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Di dalam konsep pemupukan berimbang, pemberian sejumlah pupuk untuk

mencapai ketersediaan hara - hara esensial yang seimbang dan optimum ke dalam tanah,

adalah untuk meningkatkan produktivitas dan mutu hasil pertanian; meningkatkan

efisiensi pemupukan; meningkatkan kesuburan dan kelestarian tanah; serta enghindari

pencemaran lingkungan dan keracunan tanaman. Diharapkan dengan pemupukan sesuai

status hara tanah, maka kebutuhan tanaman dan target hasil (neraca hara)bisa

tercapai. Adapun penentuan dosis pupuk yang sesuai status hara tanah dan kebutuhan

tanaman ditetapkan dengan uji tanah. Pengelolaan bahan organik dan pupuk hayati

dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pupuk anorganik.

Sedangkan komponen teknologi pengaturan jarak tanam diperlukan untuk

mendapatkan hasil yang maksimal. Teknologi ini diperlukan untuk mendapatkan tingkat

populasi yang optimal; mempermudah dalam perawatan; mendapatkan efek tambahan

pakan (pada tanam jajar legowo sisip); mengurangi kompetisi mendapatkan unsur hara

antar tanaman serta memaksimalkan penerimaan sinar matahari ke tanaman sehingga

proses fotosintesis dapat maksimal. Inovasi teknologi pengaturan jarak tanam salah

satunya adalah tanam jajar legowo. Kombinasi ukuran sistem tanam ini bervariasi antara

lain 80x40x20cm (1 biji per lubang tanam), 80x40x40 (2 Biji per lubang tanam),

100x40x40 (2 biji perlubang).

Provinsi Aceh merupakan salah satu propinsi yang memiliki lahan kering yang luas

yaitu ± 562.789 ha (BPS, 2014), yang sebagian besarnya merupakan lahan kering

suboptimal yang dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian khususnya jagung . Luas

Page 12: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

3

tanam tanaman jagung di Propinsi Aceh ± 52.3 26 dengan produksi mencapai ± 202.319

ton, masih sangat jauh jika dibandingkan dengan daerah sentra produksi jagung lainnya

di Sumatera yaitu Lampung (± 1.801.556 ton). Untuk meningkatkan produksi jagung di

Aceh dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu memanfaatkan lahan

suboptimal sebagai lahan untuk budidaya jagung hibrida dengan menerapkan teknologi

budidaya yang tepat. Penggunaan VUB jagung hibrida dan komposit, rekomendasi

pemukan yang berimbang dan pengaturan jarak tanam yang diusahakan di lahan

suboptimal diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan produksi untuk

memenuhi kebutuhan jagung di Aceh.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut Kementerian Pertanian telah

mencanangkan beberapa program aksi berupa upaya peningkatan kapasitas produksi

jagung akan dilakukan melalui: (a) peningkatan produktivitas, (b) perluasan areal tanam,

(c) peningkatan efisiensi produksi, (d) penguatan kelembagaan petani, (e) peningkatan

kualitas produk, (f) peningkatan nilai tambah dan perbaikan akses pasar, (g)

pengembangan unit usaha bersama, (h) perbaikan permodalan, (i) pewilayahan

komoditas atas dasar, ketersediaan, nilai tambah, daya saing, dan pendapatan, serta (j)

pengembangan infrastruktur dan pengaturan tataniaga dan insentif usaha. Untuk dapat

melaksanakan strategi tersebut diperlukan dukungan kebijakan harga, tataniaga, subsidi,

pembiayaan, investasi, dan moneter, standarisasi, dan karantina (Badan Litbang

Pertanian, 2013).

1.2. Dasar Pertimbangan

Provinsi Aceh merupakan salah satu propinsi yang memiliki lahan kering yang luas

yaitu ± 562.789 ha (BPS, 2015), yang sebagian besarnya merupakan lahan kering

suboptimal dengan tipe berbukit yang dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian

khususnya jagung. Sebagai salah satu provinsi penghasil jagung di Indonesia dengan

produksi jagung yang masih tergolong rendah dibanding provinsi lain di Indonesia karena

perluasan areal dan produksi jagung tidak menunjukkan angka yang cukup berarti. Pada

tahun 2014 produksi jagung di Kabupaten Aceh Tenggara 122.331 ton, luas panen 28.634

ha dengan produktifitas 42.72 kw/ha. Kabupaten Aceh Selatan 45.166 ton, luas panen

Page 13: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

4

10.572 ha dengan produktifitas 42.72 kw/ha. Kabupaten Bireuen 3.584 ton, luas panen

839 ha dengan produktifitas 42.71 kw/ha dan Kabupaten Pidie Jaya 572 ton, luas panen

134 ha dengan produktifitas 42.68 kw/ha (BPS, 2015).

Peningkatan produksi jagung dapat dicapai dengan menggunakan varietas unggul

baru, pemupukan yang optimum, dan pengaturan populasi tanam. Upaya tersebut

didukung dengan kebijakan Kementerian Pertanian pada tahun 2014 dengan target

penanaman jagung hibrida mencapai 75% (Sutarjo et al, 2013). Di Indonesia, sekitar

43% pertanaman jagung ditanam pada musim kemarau (Kasryno dalam Zubachtirodin,

2007). Ketersediaan air pada musim kemarau sangat menentukan keberhasilan

pertanaman jagung. Pada musim kemarau, tanaman jagung seringkali mengalami

kekeringan. Pada tahun 2010, pertanaman jagung yang mengalami kekeringan mencapai

sekitar 33.000 ha (Direktorat Perlindungan Tanaman, 2012).

Adaptabilitas/toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat diperoleh

dari mekanisme penghindaran (escape) dari cekaman. Penanaman varietas unggul

berumur genjah dapat menghindari cekaman kekeringan dan dapat digunakan untuk

meningkatkan intensitas pertanaman. Varietas unggul yang adaptif pada kondisi lahan

suboptimal diperlukan untuk meningkatkan produksi. Varietas unggul tertentu memiliki

komponen adaptasi pada lahan suboptimal. Varietas unggul dapat diperoleh melalui

program pemuliaan tanaman yang berkelanjutan (Banziger et al., 2000; O’Neill et al.,

2004).

Dalam pertanian maju, benih berperan sebagai pengantar teknologi yang

terkandung dalam potensi genetik varietas kepada petani. Varietas Unggul baru (VUB)

merupakan komponen teknologi utama dalam peningkatan produktivitas tanaman jagung

(Badan Litbang Pertanian 2009). Peningkatan produktivitas jagung dapat dilakukan

dengan memadukan varietas unggul jagung hibrida dan komposit menggunakan

teknologi inovatif yang lebih berdaya saing melalui pendekatan model Pengelolaan

Tanaman Terpadu jagung (Erawati et al., 2013).

Dengan berkembangnya jagung hibrida dan komposit, petani cenderung

menggunakan pupuk urea lebih banyak dari yang direkomendasi. Karena itu sudah

Page 14: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

5

selayaknya jumlah pupuk yang digunakan oleh para petani harus berdasarkan jumlah

pupuk yang diperlukan tanaman untuk mencapai hasil sesuai potensi hasil varietas yang

digunakan. Varietas dengan potensi hasil yang rendah (berumur genjah) kebutuhan

pupuknya akan lebih sedikit dibanding dengan jenis hibrida ataupun bersari bebas

dengan potensi hasil 6 yang tinggi. Dengan demikian diperlukan uji tanah baik ditinjau

dari kondisi fisik (physical properties) dan dari segi kesuburan kimia (chemical properties).

Demikian pula penggunaan pupuk organik pada tanaman jagung sudah perlu

mendapatkan perhatian, dan biomas tanaman jagungpun dapat dimanfaatkan untuk

pakan ternak bagi petani yang memelihara ternak.

Populasi tanaman sangat tergantung dengan varietas, lingkungan pertumbuhan

tingkat kesuburan tanah dan distribusi curah hujan / ketersediaan air. Untuk jagung

hibrida pada umumnya jarak tanam yang digunakan adalah 75 X 25 cm (satu tanaman /

lubang) pada musim hujan dan 75 X 20 (satu tanaman / lubang) pada musim kemarau ,

untuk memudahkan oprasi alat penyiang ataupun alsin pembuat alur. Pada MK 2 dengan

priode tumbuh yang relative singkat, yang lebih banyak ditanam adalah jagung bersari

bebas dengan umur genjah (Gumarang). Untuk itu jarak tanam dapat lebih ditingkatkan

dengan pengaturan jarak tanam yang lebih rapat, yaitu 70 X 20 cm satu tanaman/lubang.

Seiring dengan pergeseran paradigma pengembangan pertanian intensif di lahan

basah sebagai penopang utama kebutuhan pangan nasional, maka pengembangan

pertanian di lahan kering merupakan alternatif yang sangat penting. Mengingat

rentannya lahan kering terhadap kerusakan (degradasi) baik dari segi biofisik lahan

maupun kondisi sosial ekonomi masyarakat, maka pengelolaan lahan kering harus

berazaskan pada kelestarian lingkungan yaitu dengan pemahaman yang paripurna

terhadap sifat dan ciri agroekosistem wilayah dan karakteristik sosial-ekonomi dan

budaya masyarakat setempat. Hal ini penting agar tujuan pengelolaan pertanian lahan

kering dapat tercapai. Tujuan dimaksud bukan saja semata-mata untuk meningkatkan

kualitas biofisik lahan dan produktivitasnya, tetapi juga dapat berimplikasi terhadap

kesinambungan peningkatan pendapatan petani dengan wawasan agribisnis disertai

dukungan pembangunan infrastruktur ekonomi.

Page 15: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

6

Percepatan peningkatan produksi jagung nasional melalui peningkatan

produktivitas dan peningkatan intensitas tanam (IP) dari 1-2 kali menjadi 3-4 kali tanam

(IP400) dilakukan dengan pemanfaatan varietas berumur super dan ultra genjah.

Pembentukan populasi dasar dilaksanakan di KP. Maros, dengan materi genetik yang

MS6(RRS)C0 sebagai tetua betina dan varietas Gumarang sebagai tetua jantan.

Persilangan dilakukan dengan metode plant to plant. Hasil persilangan diperoleh 200

tongkol dengan persilangan diri (selfing).

Pada lahan kering khususnya untuk tanaman jagung, pemberian bahan organik

sangat besar sekali manfaatnya, karena sebagian besar lahan pertanian intensif di

Indonesia berkadar bahan organik rendah (Badan Litbang Pertanian, 2005). Bahan

organik ini dalam tanah akan mengalami dekomposisi dan menghasilkan humus dan

humus ini merupakan sumber hara bagi tanaman terutama N,P,K dan beberapa unsur

hara mikro yang sangat dibuuhkan oleh tanaman. Bahan organik sangat penting artinya

bagi pertumbuhan tanaman dan sebagai pengendali berbagai sifat fisis tanah, penyangga

ketersediann hara dan perbaikan struktur tanah (Sutidjo, 1992; Ahmad, 1993). Akibat

pemberian bahan organik kepadatan tanah menjadi rendah, porositas tanah meningkat,

dapat mencegah kehilangan air tanah melalui pengikisan maupun evaporasi (Foth, 1988;

Tan, 1991).

1.3. Tujuan

- Penerapan teknologi VUB jagung hibrida di lahan kering suboptimal di Provinsi Aceh.

- Mengkaji beberapa paket teknologi sistem olah tanah dan mulsa sampah kota yang

optimal pada lahan kering dan spesifik lokasi.

- Rekomendasi sistem olah tanah dan mulsa sampah kota yang adaptif spesifik lokasi

dan berkelanjutan

- Data usahatani budidaya VUB hibrida dengan penerapan teknologi pada lahan kering

suboptimal di Provinsi Aceh.

Page 16: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

7

1.4. Keluaran Yang DiHarapkan

- Meningkatnya produktivitas jagung hibrida melalui penerapan teknologi VUB jagung di

lahan kering di Propinsi Aceh.

- Meningkatnya produksi dan produktivitas Jagung di lahan kering spesifik lokasi serta

berkelanjutan.

- Tersedianya paket teknologi sistem olah tanah dan mulsa sampah kota spesifik lokasi

dan berkelanjutan.

- Data usahatani budidaya VUB jagung dengan penerapan teknologi pada lahan kering

suboptimal di Propinsi Aceh .

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

1.5.1. Perkiraan Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari pengkajian ini adalah meningkatnya produktivitas

jagung hibrida melalui penerapan teknologi VUB jagung di lahan kering suboptimal di

Propinsi Aceh dan pemanfaatan lahan suboptimal untuk peningkatan produksi dan

produktivitas jagung hibrida berbasis sistem bisnis di Propinsi Aceh.

1.5.2. Perkiraan Dampak

Dampak dari pengkajian ini adalah dengan meningkatnya produksi jagung melalui

penerapan teknologi sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani

jagung di Provinsi Aceh.

Page 17: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

2.1.1. Klasifikasi Tanaman Jagung (Zea mays L).

Menurut Rukmana (2009), jagung merupakan tanaman berumah satu

(monoecious), bunga jantan (staminate) terbentuk pada malai dan bunga betina

(tepistila) terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi masih dalam

satu tanaman. Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80 - 150 hari. Paruh pertama dari

siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap

pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi, meskipun tanaman

jagung umumnya berketinggian antara 1 m sampai 3 m, ada varietas yang dapat

mencapai tinggi 6 m. Berdasarkan hal tersebut, maka klasifikasi jagung dijelaskan sebagai

berikut :

Devisi : Spermatophyta

Sub Devisi : Angiospermae

Kelas : Monocotiledoneae

Ordo : Graminales

Famili : Poasceae

Sub Famili : Pamicoidae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

Jagung berasal dari daerah tropis, tapi karena banyak tipe jagung dengan variasi

sifat-sifat yang dimilikinya dan sifat sifat adaptasi yang tinggi maka jagung dapat

menyebar luas dan dapat hidup baik diberbagai tipe iklim. Berdasarkan morfologinya,

tanaman jagung terbagi atas :

a. Akar

Page 18: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

9

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m,

meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Tanaman jagung mempunyai akar

serabut dengan tiga jenis akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait

atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio.

Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah

dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti 10-18 hari setelah berkecambah. Akar

adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku diujung mesokotil, kemudian

akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus keatas antara 7-10

buku, semuanya dibawah permukaan tanah. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa

muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga

tegaknya tanaman. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal

hanya sedikit berperan dalam pengambilan air dan hara. Akar kait atau penyangga adalah

akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku diatas permukaan tanah. Fungsi dari

akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang.

Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air (WcWilliams et al, 1999).

b. Batang

Batang jagung beruas-ruas yang jumlahnya bervariasi antara 8-12 ruas. Panjang

berkisar antara 60-300 cm tergantung dari tipe jagung. Batang jagung berwarna hijau

sampai keunguan, berbentuk bulat dengan penampang melintang selebar 125 – 250 cm.

Batang berbuku – buku yang dibatasi oleh ruas – ruas. Batang jagung tidak bertulang

tetapi padat dan terisi oleh bekas bekas pembuluh sehingga memperkuat tegaknya

tanaman. Batang jagung beruas-ruas yang jumlahnya bervariasi antara 10-14 ruas,

umumnya tak berkecambah, panjang batang berkisar antara 60-300 cm tergantung dari

jenis jagung (Effendi,1990).

c. Daun

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang antara pelepah dan

helai daun terdapat ligula yang transparan yang mempunyai telinga daun (auriculae)

jumlah daun jagung tanaman bervariasi antara 12-18 helai (Muhadjir,1998). Ligula ini

berbulu dan berlemak, fungsi ligula adalah mencegah air masuk kedalam kelopak daun

Page 19: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

10

dan batang, tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin

dan ada yang berambut (Purwono dan Hartono, 2006). Daun jagung muncul dari buku-

buku batang, sedangkan pelepah daun menyelubungi ruas batang untuk memperkuat

batang. Panjang daun bervariasi antara 30-150 cm dan lebar 4-15 cm dengan ibu tulang

daun yang sangat keras dan terdapat lidah daun (ligula).

d. Bunga

Bunga jagung terdiri dari dua macam yaitu bunga jantan dan bunga betina yang

terpisah (diklin) dalam satu tanaman (Monoecious). Bunga betina berwarna putih

panjang dan biasa disebut rambut jagung. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol

tumbuh dari buku, diantara batang dan pelepah daun (ketiak daun). Bunga jantan hanya

memiliki benang sari saja berbentuk malai, keluar dari ujung batang dan warnanya putih

kekuning-kuningan dan beraroma khas. Bunga jantan cenderung siap untuk penyerbukan

2 – 5 hari lebih dini dari bunga betinanya (Protandri) (Muhadjir, 1988).

e. Biji

Tanaman jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung

mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada

jenisnya. Pada umumnya jagung memiliki barisan biji yang melilit secara lurus atau

berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian

utama yaitu kulit biji, endosperm dan embrio (Rukmana, 2009).

2.1.2. Syarat Tumbuh

Tanaman jagung dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi,

pada lahan sawah atau tegalan. Suhu optimal antara 21-34 C, pH tanah antara 5,6 – 7,5

dengan ketinggian antara 50-600 m dpl. Tanaman jagung membutuhkan sekitar 100-140

mm/bulan. Oleh karena itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan

penyebarannya. Penanaman diulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/ bulan.

(Badan penelitian dan pengembangan pertanian, 2008).

Tanah berdebu yang kaya unsur hara dan humus amat cocok untuk tanaman

jagung. Di samping itu, tanaman jagung toleran terhadap berbagai jenis tanah, misalnya

Page 20: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

11

tanah andosol dan latosol, asalkan memiliki keasaman tanah (pH) yang memadai untuk

tanaman tersebut. Tingkat asaman tanah yang paling ideal untuk tanaman jagung adalah

pada pH 6,8 (Rukmana, 2009). Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan

ketersediaan air dalam kondisi baik.

Kemiringan tanah yang optimum untuk tanaman jagung yakni maksimum 8%. Hal

ini dikarenakan kemungkinan terjadi erosi tanah yang sangat kecil. Pada daerah dengan

tingkat kemiringan 5-8%, sebaiknya dilakukan pembuatan teras. Tanah dengan

kemiringan lebih dari 8% kurang sesuai untuk penanaman jagung (Purwono dan Hartono,

2006).

2.2. Varietas Unggul Hibrida

Untuk mengasilkan varietas unggul diperlukan pemilihan benih penjenis jagung

yang unggul (Martodireso, 2002). Dalam pemuliaan/ produksi benih ada empat macam

benih yang penting diperhatikan yaitu breeder seed, foundation seed, registered/ parent

seed dan commercial seed. Jagung hibrida merupakan generasi pertama atau F1 dari

persilangan antara dua galur. Jagung hibrida dapat diperoleh dari hasil seleksi kombinasi

atau biasa disebut hibridisasi. Hibridisasi merupakan perkawinan silang antara tanaman

satu dengan tanaman yanglain dalam satu spesies untuk mendapatkan genotipe (sifat-

sifat dalam) yang unggul. Hal ini dapat menciptakan suatu jenis atau spesies baru yang

dapat meningkatkan produksi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta

berumur pendek. Penggunaan tipe hibrida selain meningkatkan hasil, jagung hibrida juga

memberikan beberapa keuntungan lain yaitu lebih toleran terhadap hama penyakit, lebih

tanggap terhadap pemupukan, pertanaman dan tongkol lebih seragam (Warisno, 2009).

2.3. Rekomendasi Pemupukan Berimbang

Secara tehnis, upaya peningkatan produksi dan produktivitas jagung dapat

ditempuh dengan menerapkan teknologi dengan pendekatan pengelolaan tanaman

terpadu (PTT). Dalam pengembangannya pengelolaan tanaman terpadu pada komoditi

jagung lebih dititk beratkan pada penggunaan pemupukan berimbang spesifik lokasi yang

tujuan utamanya adalah meningkatkan produksi serta menjaga kelestarian lingkungan.

Page 21: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

12

Pemupukan spesifik lokasi memiliki arti suatu upaya menambah/menyediakan semua

hara penting untuk kebutuhan tanaman jagung sehingga tanaman dapat tumbuh optimal.

Oleh karna itu, pemupukan merupakan faktor penentu keberhasilan budidaya jagung.

Pemberian pupuk, baik pupuk organik maupun anorganik, pada dasarnya bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan oleh tanaman, mengingat hara dari dalam

tanah umumnya tidak tercukupi.

Efisiensi pemupukan mutlak diperlukan dalam budidaya jagung karena

menentukan produktivitas tanamandan pendapatan yang akan diperoleh. Pemupukan

dengan efisiensi yang tinggi dapat dicapai dengan penggunaan pupuk secara berimbang.

Tanaman jagung membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap melalui tanah.

Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering kekurangan, sehingga

disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut

hara sekunder. Hara primer dan sekunder lazim disebut hara makro. Hara Fe, Mn, Zn,

Cu, B, Mo, dan Cl diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit, disebut hara mikro. Unsur

C, H, dan O diperoleh dari air dan udara.

Beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat

diserap tanaman antara lain adalah total pasokan hara, kelembaban tanah dan aerasi,

suhu tanah, dan sifat fisik maupun kimia tanah. Keseluruhan faktor ini berlaku umum

untuk setiap unsur hara.

Pola serapan hara tanaman jagung dalam satu musim mengikuti pola akumulasi

bahan kering. Sedikit N, P, dan K diserap tanaman pada pertumbuhan fase 2, dan serapan

hara sangat cepat terjadi selama fase vegetatif dan pengisian biji. Unsur N dan P terus-

menerus diserap tanaman sampai mendekati matang, sedangkan K terutama diperlukan

saat silking. Sebagian besar N dan P dibawa ke titik tumbuh, batang, daun, dan bunga

jantan, lalu dialihkan ke biji. Sebanyak 2/3-3/4 unsur K tertinggal di batang. Dengan

demikian, N dan P terangkut dari tanah melalui biji saat panen, tetapi K tidak.

Page 22: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

13

2.4. Pengaturan Jarak Tanam

Perbaikan budi daya jagung dapat melalui penerapan teknologi budi daya dan

penggunaan varietas unggul (Sania et al. 2002; Gunarto et al. 1986). Penerapan teknologi

pemupukan berdasarkan uji tanah, pengapuran, penggunaan varietas unggul,

pengaturan jarak tanam, dan perbaikan pola tanam dapat meningkatkan hasil dan

mengurangi biaya produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi usahatani (Ardi et al.

1986; Indrianto 1994; Nursyamsi et al. 1996; Nursyamsi et al. 2002; Soepratini dan

Sholeh 1986; Maemunah dan Iskandar 2002). Akil et al. (2005) melaporkan bahwa

dengan pengaturan jarak tanam dan populasi jagung dapat memberikan hasil cukup

tinggi, berkisar 5, 1-5, 3 t biji/ha.

2.5. Sistem Olah Tanah

Pengelolaan sumberdaya lahan untuk mendukung pertanian berkelanjutan perlu

diawali dengan kegiatan persiapan lahan melalui teknologi olah tanah dan sistem

budidaya pertanian untuk mengurangi pengaruh buruk dari pengolahan tanah biasa dan

tetap mempertahankan kondisi tanah agar dapat ditanami dan teknologi olah tanah

tersebut merupakan komponen penting dalam pembangunan pertanian (Alfons, 2006).

Olah tanah konservasi merupakan teknologi penyiapan lahan yang menganut

kepada prinsip konservasi tanah dan air yang tujuannya untuk mengatasi dan

mengendalikan terjadinya degradasi kesuburan tanah terutama pada lahan-lahan

marginal, sehingga produktivitas lahan dapat dipertahankan dan berkelanjutan

(Simatupang, 2006). Selanjutnya Sarno (2006) mengatakan dengan meningkatnya

kesuburan tanah pada sistim olah tanah konservasi erat kaitannya dengan adanya

pendaurulangan internal hara melalui pemanfaatan gulma in situ dan pencucian hara. Hal

ini diperkuat oleh Gonggo, Hermawan dan Anggraeni (2005), pengolahan tanah tanpa

didukung dengan tindakan konservasi tanah menyebabkan menurunnya produktivitas

tanah secara cepat, sehingga sistim olah tanah berperan penting dalam usaha menekan

erosi dan aliran permukaan (Widiyono, 2005) dan perhatian kepada sistim olah tanah

Page 23: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

14

minimum suatu cara untuk mengurangi biaya produksi tanaman, mengurangi kebutuhan

energi mekanis dan tenaga kerja serta menjaga kelembaban tanah (Tas, 2008).

Tanpa pengolahan tanah (no tillage) merupakan sistem penanaman langsung

tanpa didahului pengolahan tanah. Sistem tanpa olah tanah memerlukan herbisida untuk

pengendalian gulma sebelumnya. Penggunaan herbisida Isopropilamine Glifosfat

biasanya mempersingkat waktu persiapan lahan, menurunkan biaya produksi dan

mempertahankan produktivitas lahan pertanian serta mengendalikan gulma sebelumnya

(Gonggo, Hermawan dan Anggraeni, 2003).

Pengolahan tanah merupakan manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan

untuk menciptakan keadaan tanah yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.

Umumnya pengolahan tanah dilakukan oleh petani, namun cara tersebut banyak

memerlukan tenaga kerja, biaya dan waktu (Widiyono, 2005). Pengolahan tanah secara

sempurna dapat menyebabkan terbentuknya struktur primer sehingga tanah menjadi

padat dan terhambatnya pertumbuhan akar (Kay, 1995) dan meningkatkan kehilangan

bahan organik karena tanah lebih mudah tererosi (Champbell dan Jansen, 1995),

menurunnya kadar air tanah, menurunnya kandungan fauna tanah yang sangat berguna

bagi proses biologi tanah dan pada akhirnya menurunkan kesuburan tanah (Karlen,

1995).

Pengolahan tanah konvensional (traditional tillage) berupa pencangkulan sedalam

15-20 cm sebanyak dua kali diikuti penggarukan sampai rata memerlukan waktu, tenaga

dan biaya yang besar. Pengolahan tanah lebih dari satu kali disertai dengan selang waktu

tertentu dapat menekan pertumbuhan gulma, sebab setiap pengulangan pengolahan

tanah akan membunuh gulma yang telah tumbuh. Saat dilakukan pengolahan tanah,

lahan dalam keadaan terbuka, tanah dihancurkan oleh alat pengolah, sehingga agregat

tanah mempunyai kemantapan rendah, tetapi jika pada saat tersebut terjadi hujan, tanah

dengan mudah dihancurkan. Dengan demikian Mursito dan Kawiji (2007) menyatakan

tujuan pengolahan tanah untuk memberikan lingkungan tumbuh yang optimum bagi

perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman, mengendalikan gulma dan

memungkinkan infiltrasi air, sehingga air tersedia bagi tanaman.

Page 24: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

15

2.6. Bahan Organik

Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen,

fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang

dapat ditahan di dalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya

bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua

kegiatan biokimia akan terhenti (Doeswono, 1983).

Bahan tersebut dapat berupa pupuk organik, yang proses perubahannya dapat

terjadi secara alami atau buatan. Bahan organik merupakan bahan penting dalam

menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah.

Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang sangat baik dan merupakan

sumber dari unsur hara tumbuhan. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi

dari sebagian besar organisme tanah. Bahan organik dapat diperoleh dari residu tanaman

sepert akar, batang, daun gugur yang dikembalikan ke tanah 5% tetapi pengaruhnya

terhadap sifat-sifat tanah. Adapun fungsi bahan organik adalah:

1. Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah.

2. Sumber unsur hara N, P, K, unsur mikro dan lain-lain.

3. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.

4. Menambah kemampuan tanah untuk menyerap unsur-unsur hara (Kapasitas tukar

kation tanah menjadi tinggi).

5. Sumber energi bagi mikroorganisme.

Bahan organik tidak mutlak dibutuhkan di dalam nutrisi tanaman, tetapi untuk

nutrisi tanaman yang efisien, peranannya tidak boleh ditawar lagi. Sumbangan bahan

organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan pengaruhnya terhadap sifat-sifat

fisik, kimia dan biologis dari tanah. Mereka memiliki peranan kimia di dalam menyediakan

N, P dan K untuk tanaman peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas organisme

mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan

lainnya.

Page 25: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

16

Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan

organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan

untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan

cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Hewan-hewan tanah

tergantung pada bahan organik untuk makanan dan mendukung kondisi fisik yang

diinginkan dengan mencampur tanah membentuk alur-alur. Sejak perang dunia ke dua,

terdapat suatu peningkatan yang besar hasil tanaman pada beberapa negara. Hasil

tanaman yang lebih besar terutama dimana hanya biji-bijian saja yang dipanen, sisa-sisa

tanaman lebih banyak dikembalikan ke lahan dan disini lebih banyak penutupan oleh

tanaman selama musim pertumbuhan.

Perlu dipelajari juga faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan nitrogen

tanah, faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase.

Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik

terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin ke bawah kadar

bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang

terkonsentrasi di lapisan atas. Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah

hujan. Makin ke daerah dingin, kadar bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi

yang sama kadar bahan organik dan N bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-

rata turun 100 oC. Bila kelembaban efektif meningkat, kadar bahan organik dan N juga

bertambah. Hal itu menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah. Tekstur

tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar bahan

organik dan N tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan oksidasi

yang baik sehingga bahan organik cepat habis. Pada tanah dengan drainase buruk,

dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi aerasi yang buruk. Hal ini

menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik.

Disamping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah juga

mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang

rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling berkaitan, sehingga sukar menilainya

sendiri (Hakim, 1986).

Page 26: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

17

Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan

bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah,

yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk

granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil.

Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui

penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang

relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah

dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian

pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas)

bertambah akibat terbentuknya agregat.

Page 27: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

18

III. METODOLOGI

3.1 Pendekatan (Kerangka Pemikiran)

Kajian ini merupakan kegiatan lapangan yang bersifat partisipatif dan kemitraan

antara peneliti/penyuluh BPTP Aceh, PPL, petani, kelompok tani serta melibatkan instansi

terkait yaitu Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Aceh Utara, BPP Kecamatan

serta lembaga desa lainnya.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

- Koordinasi, identifikasi permasalahan dan kendala dalam penerapan teknologi VUB

jagung serta peluang mengatasinya

- Penentuan lokasi dan calon petani kooperator

- Fokus identifikasi dilakukan terhadap : Karakterisasi lokasi, mencakup validasi peta

desa, peta topografi dan hidrologi, peta usaha industri rumah tangga, peta

sumberdaya, kalender musim, rangking matriks, sejarah budidaya jagung hibrida,

penggunaan tenaga kerja berdasarkan gender, dan arus sumberdaya.

- Penentuan petak /plot perlakuan sesuai dengan perlakuan yang sudah ditentukan

dan pelaksanaan kegiatan penerapan teknologi VUB jagung

- Temu lapang untuk mensosialisasikan hasil kegiatan penerapan teknologi VUB jagung

3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan

A. Bahan dan alat yang digunakan

Bahan tanaman yang digunakan yaitu terdiri atas benih jagung hibrida varietas Bima

15, Bima 19, Bima 20, Lamuru, Sukmaraga, Pioner dan Bisi. Pupuk dasar yaitu pupuk

organik 3 ton/ha, urea 450 kg/ha dan NPK 325 kg/ha. Pemupukan urea dilakukan dengan

Bagan Warna Daun (BWD) pada umur vegetatif. Uji signifikan menggunakan ANOVA dan

Uji Duncan pada taraf nyata 5% (Gomes and Gomes 2007). Pestisida yang dipakai adalah

Furadan 3G,Curacron, Antractol, Dithane M - 45, Decis, Agrimec, Proclaim, Kelhtane, dan

Page 28: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

19

Agrept. Sedangkan alat yang digunakan adalah gembor, ajir, cangkul, kored, meteran,

timbangan analitik, timbangan kasar, sprayer, tali rafia, plastik, label, dan jangka sorong.

B. Metode Pelaksanaan Kegiatan

Pengkajian ini dilaksanakan pada lahan milik petani di Kabupaten Aceh Utara

dengan luas ± 7 ha yang dimulai dari bulan Maret hingga Desember 2017. Metode

pengkajian menggunakan rancangan split plot design dan RAK faktorial. Teknologi yang

diintroduksikan meliputi : penggunaan VUB jagung, jarak tanam, penggunaan bahan

organik (sampah kota), pemupukan berdasarkan status hara tanah melalui uji tanah,

pengendalian gulma, hama dan penyakit secara PHT (Badan Litbang Pertanian 2007).

Untuk pengkajian yang menggunakan rancangan split plot design, varietas merupakan

petak utama/main plot sedangkan 2 (dua) paket pemupukan sebagai anak petak.

Varietas yang digunakan yaitu :

V1 = Bima 15 V5 = Sukmaraga

V2 = Bima 19 V6 = Pioner

V3 = Bima 20 V7 = Bisi

V4 = Lamuru

Sedangkan 2 (dua) paket pemupukan yang akan digunakan yaitu :

P1 = rekomendasi pemupukan petani setempat

P2 = rekomendasi pemupukan berdasarkan status hara tanah (PUTK)

Masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 (tiga) kali. Denah

perlakuan dapat dilihat sebagai berikut :

Page 29: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

20

Untuk pengkajian yang menggunakan rancangan RAK faktorial, terdiri dari 2 (dua) faktor

yaitu faktor sistem olah tanah yang terdiri dari :

Po = Tanpa Olah Tanah

P1 = Olah Tanah Minimum (tanah diolah pada barisan tanaman)

Sedangkan faktor kedua yaitu dosis pemberian kompos, yang terdiri dari :

Mo = Tanpa mulsa

Page 30: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

21

M1 = Diberi mulsa sampah kota 5 ton/ha

M2 = Diberi mulsa sampah kota 10 ton/ha

Varietas yang digunakan yaitu Bima 15, masing-masing kombinasi perlakuan

diulang sebanyak 4 (empat) kali. Denah perlakuan dapat dilihat sebagai berikut :

Parameter pengamatan yang akan diambil yaitu tinggi tanaman yang diukur pada

saat panen, diameter tongkol (cm),berat tongkol kering tanpa kelobot (g/tan),

berangkasan kering (g/tan),biji pipilan kering (g/tan),berat 1000 biji (g), hasil pipilan

kering dari ubinan. Analisis usahatani meliputi: 1) penggunaan sarana produksi, 2)

penggunaan tenaga kerja, dan 3) tingkat efisiensi usahatani dengan analisis finansial R/C

ratio. Analisis data dilakukan dengan analisis finansial untuk mengetahui tingkat

kelayakan usahatani jagung hibrida. Analisis yang digunakan adalah analisis penerimaan

dan pendapatan, analisis imbangan penerimaan atas biaya (R/C) dan analisis imbangan

pendapatan atas biaya (B/C). (Swastika 2004 dan Malian 2004).

Page 31: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

22

Data pendukung yang dikumpulkan yaitu preferensi petani, curah hujan 5 tahun

terakhir, pH tanah, kandungan unsur hara tanah (N, P, K, C-organik), dan tekstur tanah.

Sampel tanah dianalisis di laboratorium sesuai dengan parameter yang dibutuhkan. Data-

data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam dan diteruskan dengan uji jarak

berganda Duncan pada taraf 5 %.

Page 32: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Kegiatan

4.1.1. Kabupaten Aceh Utara

Kabupaten Aceh Utara merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 125

meter diatas permukaan laut, terletak pada posisi 04.46.000 - 05.00. 400 Lintang Utara

dan 6.52.000 - 97.31.000 Bujur Timur, dengan luas wilayah 3.296,86 km² yang terbagi

menjadi 27 Kecamatan yang tersebar dari 70 Kemukiman dan 852 Desa. Batas-batas

administrasi wilayah Kabupaten Aceh Utara adalah sebagai berikut :

❖ Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Lhokseumawe & Selat Malaka

❖ Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur

❖ Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah

❖ Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bireuen

Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Aceh Utara

Page 33: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

24

Adapun pembagian wilayah administrasi Kabupaten Aceh Utara berikut luasnya

dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Luas Daerah Kabupaten Aceh Utara Menurut Kecamatan, 2016

No. Kecamatan Luas (Km2) Desa

1. Sawang 384.65 39

2. Nisam 114.74 29

3. Nisam Antara 84.38 6

4. Banda Baro 42.35 9

5. Kuta Makmur 151.32 39

6. Simpang Kramat 79.78 16

7. Syamtalira Bayu 77.53 38

8. Geureudong Pase 269.28 11

9. Meurah Mulia 202.57 50

10. Matang Kuli 56.94 49

11. Paya Bakong 418.32 39

12. Pirak Timu 67.70 23

13. Cot Girek 189.00 24

14. Tanah Jambo Aye 162.98 47

15. Langkahan 150.52 23

16. Seunuddon 100.63 33

17. Baktiya 158.67 57

18. Baktiya Barat 83.08 26

19. Lhoksukon 243.00 75

20. Tanah Luas 30.64 57

21. Nibong 44.91 20

22. Samudera 43.28 40

23. Syamtalira Aron 28.13 34

24. Tanah Pasir 20.38 18

25. Lapang 19.27 11

26. Muara Batu 33.34 24

27. Dewantara 39.47 15

Jumlah/Total 3,296.86 852 Sumber : BPS - Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara (Aceh Utara dalam Angka, 2016)

Berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut), dataran di Kabupaten Aceh

Utara terdiri dari : 0 m - 100 m = 4,69 %, 101 m - 500 m = 3,52 %, 501 m -1000 m =

84,98 % dan 1.001 m keatas = 6,81 %. Kabupaten Aceh Utara pada umumnya beriklim

Page 34: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

25

tropis dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau

berkisar antara bulan Januari -Juni. Musim hujan, biasanya berkisar antara bulan Agustus

sampai Desember, dengan curah hujan rata – rata per tahun 1402 mm3. Tentang

keadaan curah hujan di Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Rata - rata Curah Hujan, Hari Hujan dan Penyinaran Matahari di Kabupaten Aceh Utara 2016

BULAN Curah Hujan

(mm) Hari Hujan

(hari) Penyinaran

Matahari (%)

1 2 3 4

Januari 183 17 74

Februari 66 12 77

Maret 2 5 78

April 51 15 57

Mei 45 8 71

Juni 95 13 72

Juli 72 14 56

Agustus 119 17 65

September 207 21 56

Oktober 97 21 50

November 327 23 51

Desember 138 21 71

Sumber : BPS - Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara (Aceh Utara dalam Angka, 2016).

Suhu udara rata-rata di Kabupaten Aceh Utara berkisar antara 31,6° C – 34,8° C.

Kabupaten Aceh Besar juga mengalami musim kemarau dan hujan. Rata – rata suhu

udara, tekanan udara dan kelembaban di Kabupaten Aceh Utara dapat di lihat pada Tabel

4 berikut :

Tabel 4. Rata - rata suhu udara, tekanan udara dan kelembaban di Kabupaten Aceh Utara tahun 2016.

Page 35: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

26

BULAN Suhu Udara

(oC)

Tekanan Udara

(mb)

Kelembaban Nisbi

(%)

Januari 31,8 1,011 85

Februari 31,6 1,011 81

Maret 33,3 1,011 82

April 33,6 1,009 80

Mei 34,8 1,009 83

Juni 34,4 1,009 82

Juli 34,0 1,009 82

Agustus 33,4 1,009 83

September 34,0 1,010 85

Oktober 32,4 1,011 85

November 32,0 1,011 88

Desember 32,2 1,009 85

Sumber : BPS - Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara (Aceh Utara dalam Angka, 2016).

Jagung merupakan salah satu komoditi andalan di Kabupaten Aceh Utara dalam

menunjang perekonomian petani dan daerah. Saat ini jagung telah menggantikan

komoditi kedelai yang semakin hari semakin berkurang minat petani dalam menanam

kedelai akibat harga yang tidak menentu. Luas tanam, luas panen, produksi dan

produktivitas jagung menurut kecamatan di Kabupaten Aceh Utara dapat di lihat pada

Tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas jagung menurut kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016

Page 36: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

27

No.

Kecamatan Luas Tanam (ha)

Luas Panen (ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Ton/ha)

1. Sawang 19 8 40.04 50.05

2. Nisam 245 116 642.41 55.38

3. Nisam Antara 139 55 287.16 52.21

4. Banda Baro 50 26 250.55 50.11

5. Kuta Makmur 441 0 0 0

6. Simpang Kramat 400 302 1,522.38 50.41

7. Syamtalira Bayu 20 2 91.44 45.72

8. Geureudong Pase 486 398 2,163.93 54.37

9. Meurah Mulia 92 0 0 0

10. Matang Kuli 24 2 8.67 43.36

11. Paya Bakong 57 0 0 0

12. Pirak Timu 94 0 0 0

13. Cot Girek 90 48 220 46

14. Tanah Jambo Aye 11 5 20 40

15. Langkahan 84 5 20 40

16. Seunuddon 3 0 0 0

17. Baktiya 42 19 82 43

18. Baktiya Barat 35 12 50 42

19. Lhoksukon 68 60 267 45

20. Tanah Luas 107 38 174 46

21. Nibong 43 34 154 45

22. Samudera 615 3 13 43

23. Syamtalira Aron 12 0 0 0

24. Tanah Pasir 0 0 0 0

25. Lapang 1 0 0 0

26. Muara Batu 21 2 9 44

27. Dewantara 17 1 3 32

Jumlah/Total 1,762 426 1,923.40 45.15 Sumber : BPS - Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara (Aceh Utara dalam Angka, 2016).

Page 37: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

28

4.1.2. Kecamatan Sawang

Sawang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Aceh utara

dengan luas 384,65 km2, terdiri dari 39 desa dan ibu kota Kecamatan terletak di Gampong

Sawang. Batas-batas administrasi wilayah Kecamatan Sawang adalah sebagai berikut :

❖ Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Muara Batu

❖ Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Nisam Antara dan Kabupaten Bener

Meriah

❖ Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Nisam Antara dan Kabupaten

Bener Meriah

❖ Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bireuen dan Kecamatan Bener

Meriah

Gambar 2. Peta Wilayah Kecamatan Sawang

4.2. Hasil Yang Diperoleh

Kegiatan Perbaikan Budidaya Jagung Di Lahan Kering Di Provinsi Aceh diawali

dengan melakukan koordinasi dan survey calon lokasi kegiatan dan calon petani

kooperator yang akan terlibat dalam kegiatan ini. Koordinasi dilakukan dengan dinas

Page 38: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

29

terkait dalam hal ini Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Aceh Utara. Dari hasil survey

lokasi di beberapa kecamatan sentra penanaman jagung, ditetapkan Desa Tanjong

Keumala, Kecamatan Sawang sebagai lokasi kegiatan dan kelompok tani Bungong

Tanjong sebagai kelompok tani pelaksana kegiatan ini.

Gambar 3. Lahan tempat pelaksanaan kegiatan

Selanjutnya dilakukan pembersihan dan penyiapan lahan serta penanaman

jagung hibrida sesuai dengan petunjuk teknis yang telah disusun sebagai pedoman

pelaksanaan kegiatan di lapangan. Penyiapan lahan yaitu tanpa olah tanah (TOT), lahan

yang ditumbuhi sisa tanaman dan gulma dapat disemprot dengan herbisida golongan

paraguat ataupun jenis Glyphosat, tergantung dari kondisi gulma di lokasi tersebut. Satu

minggu setelah disemprot benih sudah dapat ditugal. Pada lahan kering pembuatan

saluran drainase diperlukan untuk mengalirkan air, terutama pada musim hujan, karena

tanaman jagung peka terhadap kelebihan air. Kemudian pembuatan petak perlakuan

dengan ukuran : panjang = 7 m, lebar 4 m. jarak antara perlakuan 1 m dan jarak antara

ulangan 1.2 m.

Kemudian dilanjutkan dengan penanaman tujuh varitas unggul jagung yaitu Bima

15, Bima 19, Bima 20, Lamuru, Sukmaraga, Pioner, dan Bisi. Menggunakan benih

bermutu dan berlabel. Perlakuan benih (seed treatment) menggunakan metalaksil untuk

mencegah penyakit bulai. Populasi tanaman sekitar 66.600 -75.000 tanaman/ha, benih

ditanam dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm (1 biji per lubang) atau 70 cm x 40 cm (2

biji per lubang).

Page 39: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

30

Gambar 4. Penanaman 7 Varietas Jagung Hibrida

Pemupukan pertama dilakukan 15 hari setelah tanam (HST) dengan dosis

berdasarkan PUTK. Untuk pola rekomendasi didasarkan pada hasil analisa tanah

berdasarkan PUTK, sedangkan untuk pola petani yaitu dosis yang digunakan oleh petani.

Hasil analisa tanah berdasarkan PUTK pada lahan yang akan digunakan diperoleh hasil

unsur P sedang, unsur K sedang,bahan organik rendah dan pH agak masam. Berdasarkan

hasil tersebut maka dosis pemupukan N, P dan K yang akan digunakan sebagai

rekomendasi pemupukan spesifik lokasi yaitu NPK 300 kg/ha, SP36 75 kg/ha dan Urea

200 kg/ha.

A. PENERAPAN TEKNOLOGI VUB JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN KERING DIPROVINSI

ACEH

Keragaan Agronomis

Pertumbuhan vegetatif berpengaruh sangat penting untuk perkembangan pada

fase generatif. Pertumbuhan vegetatif yang optimal akan mendorong pertumbuhan

generatif yang optimal sehingga akan diperoleh hasil yang tinggi. Pengamatan tinggi

tanaman merupakan salah satu parameter utama untuk mengetahui tingkat adaptasi

suatu varietas pada suatu agroekosistem.

Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan vegetatif antar varietas pada pola

introduksi dan pola petani menunjukkan bahwa pada pola petani tinggi tanaman tertinggi

dijumpai pada varietas Bima 20 dan berbeda nyata dengan varietas lainnya. Pada

Page 40: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

31

pengamatan diameter tongkol, hasil tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 yang tidak

berbeda nyata dengan varietas Bima 15 dan Bima 19. Sedangkan untuk pengamatan

tinggi tongkol, hasil tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 yang tidak berbeda nyata

dengan varietas Bima 15 dan Bima 19 dan Lamuru. Untuk pola introduksi, tinggi tanaman

tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 dan berbeda nyata dengan varietas lainnya.

Pada pengamatan diameter tongkol, hasil tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 yang

tidak berbeda nyata dengan varietas Bima 15 dan Bima 19 dan berbeda sangat nyata

dengan varietas Lamuru, Sukmaraga, Pioner 32 dan Bisi 18. Sedangkan untuk

pengamatan tinggi tongkol, hasil tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20.

Tabel 6. Rata-rata Pertumbuhan Tanaman Jagung Hibrida dan Komposit pada Pola

Introduksi dan Pola Petani kegiatan Penerapan Teknologi Vub Jagung Hibrida

Di Lahan Kering Provinsi Aceh

VARIETAS

POLA PETANI POLA INTRODUKSI

Tinggi Tanaman

(cm)

Diameter Tongkol

(cm)

Tinggi/Jarak Tongkol

(cm)

Tinggi Tanaman

(cm)

Diameter Tongkol

(cm)

Tinggi/Jarak Tongkol

(cm)

BIMA 15 169.2a 2.8b 119.0b 200.3b 3.3a 130.0a

BIMA 19 177.6c 2.9b 120.0b 201.3b 3.4a 135.0b

BIMA 20 185.8d 3.1c 121.0b 215.2c 3.6b 139.0c

LAMURU 173.4b 2.2a 119.7b 202.8b 3.1a 138.3c

SUKMARAGA 173.4b 2.2a 112.3a 202.8b 3.0a 138.1c

PIONER 165.3a 2.3a 113.0a 180.0a 3.0a 137.0c

BISI 167.0a 2.2a 118.5b 189.8b 3.0a 133.5a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (uji T 0,05).

Adanya perbedaan tinggi tanaman disebabkan oleh sifat genetik dan karakteristik

serta kemampuan adaptasi dari masing-masing varietas yang berbeda terhadap

lingkungannya (Ermanita et al., 2004). Selanjutnya menurut Zulaiha et al., (2012),

perbedaan tinggi tanaman antar varietas dipengaruhi oleh struktur genetik dan

Page 41: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

32

lingkungan tumbuh yaitu sinar matahari, tanah dan air, sedangkan keragaman

penampilan menunjukkan bahwa faktor genetik mempunyai pengaruh yang nyata untuk

beradaptasi sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Selain itu

pengaruh genetik merupakan pengaruh keturunan yang dimiliki oleh setiap varietas

sedangkan pengaruh lingkungan merupakan pengaruh yang ditimbulkan oleh habitat dan

kondisi lingkungan (Kuruseng & Kuruseng 2008).

Perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada masing-masing varietas

mengindikasikan adanya perbedaan vigor pertumbuhan, semakin tinggi tanaman maka

akan semakin efisien dalam memanfaatkan cahaya matahari sehingga dapat

menghasilkan fotosintat yang lebih banyak yang berguna untuk pertumbuhan vegetatif

dan generatif tanaman jagung (Vivianthi, 2012).

Jarak tongkol tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 dan berbeda nyata dengan

varietas lainnya. Meskipun tinggi kedudukan tongkol pada masing – masing varietas

memilki nilai rata-rata yang berbeda tetapi secara umum letak tongkol pada batang relatif

sama yakni sekitar setengah dari tinggi tanaman, hal ini menyebabkan tanaman lebih

efektif dalam mengakumulasi hasil fotosintesis terutama dari daun yang letaknya di atas

posisi tongkol. Yasin dan Zubachtirodin (2004) menyatakan bahwa sifat ideal bagi

tanaman jagung, yakni tongkol berada pada posisi tengah yakni sekitar setengah dari

tinggi tanaman.

Komponen Hasil

Pada pengamatan bobot tongkol dengan kelobot dan bobot tongkol kupasan pada

pola introduksi dan pola petani menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata, dimana

hasil tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 dan berbeda nyata dengan varietas lainnya.

Page 42: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

33

Tabel 7. Rata-rata Pertumbuhan Tanaman Jagung Hibrida dan Komposit pada Pola Introduksi dan Pola Petani kegiatan Penerapan Teknologi VUB Jagung Hibrida Di Lahan Kering Provinsi Aceh.

VARIETAS

POLA PETANI POLA INTRODUKSI

Tongkol + Klobot

(Gr)

Tongkol Kupasan

(Gr)

Pipilan Kering (Gr)

1000 Butir (Gr)

Hasil (Ton/Ha)

Tongkol + Klobot (Gr)

Tongkol Kupasan

(Gr)

Pipilan Kering (Gr)

1000 Butir (Gr)

Hasil (Ton/Ha)

BIMA 15 272.1d 250.1c 112.2a 47.7a 4.4a 399.1d 377.1c 138.2a 57.7a 5.5a

BIMA 19 281.3e 259.3c 120.2b 49.5a 4.8a 402.4e 380.4c 146.2b 59.5a 5.8a

BIMA 20 326.8f 304.8d 129.2c 50.7a 5.1b 469.7f 447.7d 155.2c 65.7c 6.2b

LAMURU 229.5c 207.5b 114.7a 49.5a 4.5a 349.5c 327.4b 140.7a 55.5a 5.6a

SUKMARAGA 217.5a 195.5a 115.2a 50.1a 4.6a 277.5a 255.5a 141.2a 55.4a 5.6a

PIONER 221.2b 199.2a 118.9b 49.8a 4.7a 261.5a 239.5a 144.9b 54.8a 5.7a

BISI 280.6e 258.6c 120.0b 48.2a 4.8a 300.0b 278.0a 146.0b 52.9a 5.8

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (uji T 0,05).

Page 43: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

34

Sarief (1986) menyatakan bahwa tersedianya unsur hara yang cukup pada saat

pertumbuhan menyebabkan aktivitas metabolisme tanaman akan lebih aktif sehingga

proses pemanjangan dan diferensiasi sel akan lebih baik yang akhirnya dapat mendorong

peningkatan bobot buah. Menurut Susilowati (2001) Hasil tanaman jagung ditentukan

oleh bobot segar tongkol per tanaman. Semakin tinggi bobot tongkol per tanaman maka

akan diperoleh hasil yang semakin tinggi.

Pengamatan terhadap bobot 1000 biji pada pola introduksi menunjukkan bahwa

varietas berpengaruh terhadap bobot 1000 biji, dimana yang tertinggi dijumpai pada

varietas Bima 20. Bobot pipilan kering pada pola introduksi dan pola petani menunjukkan

bahwa varietas berpengaruh terhadap bobot pipilan kering, dimana hasil tertinggi di

jumpai pada varietas Bima 20. Pada pengamatan produksi (ton/ha) menunjukkan bahwa

varietas berpengaruh nyata terhadap hasil, dimana produksi tertinggi dijumpai pada

varietas Bima 20.

Ekspresi fenotipe yang berbeda ini kemudian ditampilkan secara berbeda

merupakan variasi genetik dari masing - masing varietas. Genotip yang berbeda akan

memberikan tanggapan yang berbeda bila ditanam pada lingkungan yang sama,

demikian sebaliknya. Menurut Welsh (1991), dalam Haris dan Askari, (2008), jika terdapat

perbedaan antara individu pada lingkungan yang sama dan dapat diukur, maka

perbedaan ini berasal dari variasi genotipe masing – masing tanaman tersebut.

Efisiensi penggunaan cahaya matahari yang lebih tinggi melalui fotosintesis

menyebabkan hasil tanaman yang diperoleh juga meningkat, dalam hal ini adalah biji

jagung yang dihasilkan. Ukuran biji tergantung pada faktor-faktor yang mengendalikan

penyediaan asimilat untuk pengisian biji. Lebih sedikit cahaya yang diterima oleh daun

menyebabkan laju asimilat lebih lambat sehingga berpengaruh paling besar terhadap

hasil biji (Goldswothy dan Fisher, 1992). Jumlah baris biji dan jumlah biji serta berat biji

yang dihasilkan akan menentukan produksi biji pipilan yang dihasilkan baik secara

kualitas maupun kuantitas. Gardner et al., (2008) menambahkan bahwa semakin tinggi

hasil fotosintesis, semakin besar pula penimbunan cadangan makanan yang

ditranslokasikan ke biji dengan asumsi bahwa faktor lain seperti cahaya, air, suhu dan

Page 44: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

35

hara dalam keadaan optimal. Selain itu, hasil tanaman sangat dipengaruhi oleh sifat

genetik dan kemampuan interaksinya terhadap lingkungan tumbuh yang berbeda-beda.

Menurut Takdir et al., (1998), bahwa hasil biji jagung dipengaruhi oleh interaksi

antara genotipe dengan lingkungan, adanya interaksi genotipe dengan lingkungan

disebabkan oleh kemampuan genotipe yang berbeda dalam memanfaatkan kondisi

lingkungan. Kemampuan produksi tanaman jagung merupakan resultante dari beberapa

faktor komponen produksi seperti jumlah baris biji dan berat biji yang dihasilkan yang

digambarkan pada hasil akhir berupa produksi biji pipilan kering. Jumin (2005),

menyatakan bahwa produksi suatu tanaman merupakan resultante dari proses

fotosintesa, penurunan asimilat akibat respirasi dan translokasi bahan kering ke dalam

hasil tanaman.

Besar kecilnya tongkol berpengaruh terhadap jumlah biji, hal ini berkaitan dengan

tongkol yang besar maka semakin besar ruang untuk tumbuh dan berkembangnya biji

jagung. Perbedaan penampilan dari masing-masing varietas hibrida terutama perbedaan

pada beberapa peubah pengamatan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Pengaruh genetic merupakan pengaruh keturunan yang dimiliki oleh setiap galur

sedangkan pengaruh lingkungan adalah pengaruh yang ditimbulkan oleh habitat dan

kondisi lingkungan. Gardner et al., (1991) menyatakan bahwa faktor lingkungan dapat

menyebabkan gagalnya penyerbukan, serangan hama penyakit dan persaingan unsur

hara, air, sinar matahari.

Gen-gen yang beragam dari masing-masing varietas mempunyai karakter yang

beragam pula. Selain itu, lingkungan memberikan peranan dalam penampakan karakter

yang terkandung dalam gen tersebut sehingga penampilan suatu gen masih labil yang

menyebabkan sering terdapat tanaman sejenis tapi dengan karakter yang berbeda

(Mahdiannoor & Nurul Istiqomah, 2015). Hal ini sejalan dengan Pandia et al., (2013),

bahwa respon genotif terhadap faktor lingkungan ini dapat terlihat dalam penampilan

fenotipik dari tanaman bersangkutan.

Page 45: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

36

B. SISTEM OLAH TANAH DAN KOMPOS PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING

PROVINSI ACEH

Respon yang berbeda antara perlakuan varietas jagung hibrida Bima 15

ditunjukkan terhadap sifat tinggi tanaman, diameter tongkol, tinggi tongkol, bobot

tongkol dengan klobot, bobot tongkol kupasan, bobot pipilan kering bobot 1000 butir biji,

dan hasil.

Dengan penambahan pupuk organik 5 – 10 ton/ha disertai dengan olah tanah

minimun dan pengaturan jarak tanam dapat memperbaiki tinggi tanaman, diameter

batang, diameter tongkol, tinggi tongkol, bobot tongkol dengan klobot, bobot tongkol

kupasan, bobot pipilan kering bobot 1000 butir biji, dan hasil. Hal ini diperkuat dari hasil

penelitian Al-Kaisi dan Yin (2003). Penambahan pupuk organik dapat menyediakan

ketersediaan bahan organik tanah, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah serta aktifitas

organisme di dalam tanah. Perbaikan ini akan berakibat terhadap penyediaan unsur hara

dan penyediaan air di dalam tanah menjadi lebih baik. Peningkatan jumlah populasi

tanaman berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sampai tingkat

tertentu, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimal pada awal

pertumbuhan (Sudiana, 2007).

Hasil penelitian Fattah (2010), menyatakan bahwa pupuk organik berperan dalam

menyediakan unsur hara mineral dan asam amino bagi tanaman, mengembalikan

keseimbangan tanah dan mempertahankan unsur hara lebih lama sehingga dapat

mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Rata – rata komponen pertumbuhan

dan komponen hasil disajikan pada Tabel 8.

Page 46: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

37

Tabel 8. Rata-rata Tinggi Tanaman, Diameter Tongkol, Tinggi Tongkol, Tongkol Dengan Klobot, Bobot Tongkol Kupasan, Bobot Pipilan Kering Bobot 1000 Butir Biji, dan Hasil/produksi Kegiatan Sistem Olah Tanah Dan Kompos Pada Tanaman Jagung Di Lahan Kering Provinsi Aceh.

KODE

PERLAKUAN

PARAMETER PENGAMATAN

TINGGI

TANAMAN

(CM)

DIAMETER

TONGKOL

(CM)

TINGGI/JARAK

TONGKOL

(CM)

TONGKOL +

KLOBOT (GR)

TONGKOL

KUPASAN

(GR)

PIPILAN

KERING

(GR)

1000

BUTIR

(GR)

HASIL

(TON/HA)

P0M0 173.7a 4.9a 83.9a 185.1a 163.1a 122.2a 57.7a 3.9a

P0M1 175.8a 5.0a 85.1a 187.9a 165.9a 130.2b 59.5a 4.2b

P0M2 182.0b 5.1a 88.3b 204.7b 182.7b 139.2c 60.7b 4.5b

P1M0 188.3b 5.3b 89.4b 188.5a 167.5a 143.9d 62.0b 4.6b

P1M1 192.7c 5.4b 90.7c 217.5c 195.5c 147.2e 64.4c 4.7b

P1M2 195.2d 5.5b 92.9c 229.5d 207.5d 154.7f 65.5c 4.9c

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (uji T 0,05).

Page 47: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

38

IV. KESIMPULAN

Dari hasil yang diperoleh pada kegiatan Perbaikan Budidaya Jagung Lahan

Kering di Provinsi Aceh menunjukkan bahwa :

- Penerapan teknologi pemupukan spesifik lokasi dalam perbaikan budidaya jagung

hibrida dan komposit di lahan kering dapat meningkatkan produksi jagung hibrida

dan komposit. Varietas Bima 20 menunjukkan produksi paling tinggi (6,2 ton/ha).

- Penambahan bahan organik dalam bentuk kompos limbah sampah kota 10 ton/ha

serta pengolahan tanah minimun dapat meningkatkan produksi jagung hibrida

Bima 15 yaitu 4.9 ton/ha.

Page 48: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

39

V. DAFTAR PUSTAKA

Al-Kisi, M.M., Yin, X. 2003. Effect of Nitrogen Rate, Irrigation Rate and Plant Population on Corn Yield and Water Use Efficiency. Am. J. Agron. 95:1475-1482.

Badan Litbang Pertanian. 2009. Statistik Badan Litbang Pertanian 2009: sumberdaya,

program dan hasil penelitian.Jakarta: Badan Litbang Pertanian. Betran, F.J., D. Beck, M. Banziger, and G.O. Edmeades.2003. Genetic analysis of

inbred and hybrid grainyield under stress and non-stress environments intropical maize. Crop Sci. 43: 807-817.

BPS Aceh. 2015. Aceh Dalam Angka Tahun 2015. Banda Aceh. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 2012. Luasserangan OPT utama, banjir dan

kekeringan pada tanaman jagung Rerata 5 Tahun (2006-2010), Tahun 2010 dan 2011. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta.

Erawati, B., T., R., Herawati, N., & Widiastuti, E. 2013. Peran PTT Jagung Dalam

Peningkatan Produksi Dan Finansial: Kasus Di Desa Donggobolo Kecamatan Woha Kabupaten Bima NTB. Seminar Nasional Serealia. 2013 : 267 - 278.

Fattah. 2010. Efektifitas Pupuk Organik Saputra Nutrient pada Tanaman Jagung. Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan. Dalam: Prosiding Pekan Serealia Nasional : 1-7.

Foth, H.D. 1984. Foundamental of Soil Science. Gadjah Mada University, Yogyakarta. Gardner, F.P., R.B. Peace & R.L. Mitchell, 1991.Fisiologi Tanaman Budidaya

(EdisiTerjemahan oleh Herawati Susilo danSubiyanto). Universitas Indonesia Press.Jakarta. 428 p.

Goldsworthy, P.R., dan N.M Fisher. 1992. The Physiology Of Tropical Field Crops

(Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik, Terjemahan Tohari). Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 428 hal.

Haris Kuruseng Dan M. Askari Kuruseng, 2008. Pertumbuhan dan Produksi Berbagai

Varietas Tanaman Jagung Dua Dosis Pupuk. Jumin, H., B. 2005. Dasar-dasar agronomi. Edisi Revisi. Raja Grafindo Perkasa.

Jakarta. 250 hal. Kasyrno, F. 2002. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Jagung Dunia Selama Empat

Decade yang lalu dan Implikasinya bagi Indonesia. Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Agribisnis Jagung. Bogor Badan Litbang Pertanian.

Page 49: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

40

Kuruseng, H., & Kuruseng, M., A. 2008. Pertumbuhan Dan Produksi Berbagai Varietas Tanaman Jagung Pada Dua Dosis Pupuk Urea, Jurnal Agrisistem, 4 (1) : 26 - 36.

Mahdiannoor & Nurul Istiqomah. 2015. Pertumbuhna Dan Hasil Dua Varietas Jagung

Hibida Sebagai Tanaman Sela Dibawah Tegakan Karet. ZIRAA’AH, 40 (1) : 46-53.

Miti F., P. Tongoona, and J. Derera. 2010. S1 selectionof local maize landraces for low

soil nitrogen tolerance in Zambia. African Journal of Plant Science, Vol. 4(3):67-81.

Pandia, A., Bangun, M., K., & Hasyim, H. 2013. Respon Pertumbuhandan Produksi

Beberapa Varietas Tanaman Jagung Terhadap Pemberian Pupuk N dan K. Jurnal Online Agroekoteknologi, 1 (3) : 348 - 361.

Sudiana, I.M. 2007. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Hasil Biji, Kadar Protein Kasar,

Serat Kasar dan Ekstrak Bebas Nitrogen Brangkasan Beberapa Varietas Jagung Ungul di Lahan Kering (Tesis). UNUD Denpasar.

Susilowati. 2001. Pengaruh pupuk kalium terhadap pertumbuhan dan hasil jagung

manis (Zea mays saccharata Stury). Jurnal Budidaya Pertanian. Vol. 7(1):36-45.

Sutardjo, Sulastri, Nawfetrias, W. 2012. Optimasi Produksi Empat Varietas Jagung

Hibrida Di Kertosono Kabupaten Nganjuk. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 14 (1) : 74 - 80.

Tan, 2008. Pengolahan Tanah dan Dinamika Tanah. http://www.teknoperta.co.cc/.

Hal: 1-22. Vivianthi, E. L. 2012. Penampilan 21 Hibrida Silang Tunggal Yang Dirakit Menggunakan

Varietas Jagung Lokal Pada Kondisi Input Rendah, Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 1 (3) : 153 - 158.

Zubachtirodin, MS. Pabbage, dan Subandi. 2007. Wilayah Produksi dan Potensi

Pengembangan Jagung. Dalam Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Zubachtirodin, MS. Pabbage, dan Subandi. 2007. Wilayah Produksi dan Potensi

Pengembangan Jagung. Dalam Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Page 50: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

41

LAMPIRAN 1. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANA

No Nama Lengkap Pendidikan Bidang

Kepakaran Jabatan

Fungsional Waktu

1. Fenty Ferayanti,SP.MSi

S2 Budidaya Peneliti Muda

30

2. Idawanni,SP.MSi S2 Budidaya Peneliti Muda 20

3. Abdul Azis, SPi.MP S2 Farming Sistem

Peneliti Madya

10

4. Ir. Chairunas,MS S2 Budidaya Peneliti Madya

10

5. Ahmad IB SPMA - Teknisi 10

6. M.Ramlan, SP S1 Budidaya Teknisi 10

7. Darna Maulida Putri SPMA - Administrasi 10

Page 51: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

42

LAMPIRAN 2. ANGGARAN KEGIATAN

1. Belanja Bahan

- Bahan pendukung kegiatan, pelatihan, temu lapang

- Konsumsi, pelatihan, temu lapang

2 KALI

200 OH

25.000.000,-

50.000,-

50.000.000,-

10.000.000,-

Total……1 60.000.000,-

2. Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi

ATK dan Komputer Supplies 1 PAKET 3.000.000,- 3.000.000,-

Bahan utama, saprodi (benih, pupuk, obat-obatan)

2 KALI 41.000.000,- 82.000.000,-

Total……2 85.000.000,-

3. Honor Output Kegiatan

Upah Harian Lepas 300 OH 100.000,- 30.000.000,-

Total……3 30.000.000,-

4. Belanja Perjalanan Biasa

Perjalanan ke daerah dalam rangka pelasanaan kegiatan

20 OP 1.500.000,- 30.000.000,-

Total……4 33.000.000,-

5. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota

Biaya Transport dan Uang Saku Peserta Temu Lapang

100 OH 50.000,- 5.000.000,-

Total……5 4.500.000,-

6. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

Perjalanan Pelaksanaan Kegiatan 1 OP 1.000.000,- 1.000.000,-

Perjalanan Pelaksanaan Kegiatan 2 OH 2.000.000,- 4.000.000,-

Total……6 5.000.000,-

7. Belanja Jasa Profesi

Narasumber 4 OJ 500.000,- 2.000.000,-

Total……7 2.000.000,-

Total 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7…………….. 210.000.000,-

Page 52: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

43

LAMPIRAN 3. FOTO KEGIATAN

LOKASI KEGIATAN DI DESA TANJONG KEUMALA KECAMATAN

SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA

Page 53: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

44

SAAT PENANANAM JAGUNG HIBRIDA DAN KOMPOSIT

Page 54: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

45

Page 55: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

46

PERTUMBUHAN JAGUNG HIBRIDA DAN KOMPOSIT

PELATIHAN BUDIDAYA JAGUNG HIBRIDA DAN KOMPOSIT

TEMU LAPANG KEGIATAN PERBAIKAN BUDIDAYA JAGUNG

DI LAHAN KERING PROVINSI ACEH