Upload
mahohara
View
228
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
REFERAT OBSTETRI
LETAK SUNGSANG
Oleh:
Pembimbing :
dr
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD JOMBANG
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Biasanya kejadian letak sungsang berkisar antara 2% sampai 3% bervariasi
di berbagai tempat. Meskipun kejadiannya kecil tetapi mempunyai penyulit yang
besar dengan angka kematian sekitar 20% sampai 30%.
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal merupakan
yang paling penting untuk menilai keberhasilan program kesehatan ibu dan anak.
Kematian perinatal pada letak sungsang dibanding dengan letak belakang kepala
rata-rata kali lebih banyak. Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena
persalinan presentasi bokong sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala.
Letak sungsang terjadi 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak
sungsang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang
terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28
minggu, terjadi 7% persalinan pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3%
persalinan pada kehamilan aterm.
Sebab kematian perinatal pada persalinan presentasi bokong yang
terpenting adalah prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna,
dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Trauma lahir pada
presentasi bokong banyak dihubungkan dengan usaha untuk mempercepat
persalinan dengan tindakan-tindakan untuk mengatasi macetnya persalinan.
Kehamilan dengan presentasi bokong merupakan kehamilan yang
memiliki risiko. Hal ini dikaitkan dengan abnormalitas janin dan ibu. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan kelainan letak presentasi bokong, diantaranya
paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka kejadian presentasi bokong jika
dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian terbanyak adalah pada ibu dengan
multigravida dibanding pada primigravida, sedangkan jika dihubungkan dengan
panggul ibu maka angka kejadian presentasi bokong terbanyak adalah pada
panggul sempit, dikarenakan fiksasi kepala janin yang tidak baik pada Pintu Atas
Panggul.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Persalinan letak sungsang adalah persalinan untuk melahirkan janin yang
membujur dalam uterus dengan bokong atau kaki pada bagian bawah dimana
bokong atau kaki akan dilahirkan terlebih dahulu daripada anggota badan lainnya.
- Letak sungsang merupakan letak longitudinaldengan bokong janin dikutub
bawah uterus
- Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian
yang terendah
- Letak sungsang adalah janin letak memanjang dalah rahim, jepala janin
berada di fundus dan bokong dibawah
Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang, ataupun letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah
air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat
lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih
luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di
segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada
kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan
pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi
kepala.
Faktor-faktor penyebab terjadinya letak sungsang antara lain:
- Gangguan akomodasi, misalnya kelainan bentuk rahim, tumor rahim, kehamilan
ganda, plasenta pada kornu, ekstensi tungkai janin, oligohidramnion
- Gerakan janin yang bebas, misalnya pada hidramnion, janin kecil atau
premature, grandemulti gravid
- Gangguan fiksasi kepala pada PAP, misalnya pada plasenta previa, tumor
panggul, kesempitan panggul, anensefalus atau hidrosefalus
Faktor predisposisi
Faktor-faktor yang memegang peran dalam terjadinya letak sungsang
adalah sebagai berikut:
1. Prematuritas karena bentuk rahim relative kurang lonjong, air ketuban
masih banyak dan kepala relative besar.
2. Hidramnion distensi rongga uterus oleh cairan amnion yang berlebihan
dapat menyebabkna presentasi bokong
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam PAP
4. Kelainan bentuk kepala yaitu hidrosefalus dan anensafalus karena kepala
kurang sesuai dengan PAP
Klasifikasi
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni:
1. Presentasi bokong murni (Frank Breech)
Yaitu fleksi ekstremitas bawah pada sendi paha dan ekstensi lutut sehingga
kaki terletak berdekatan dengan kepala. Dengan demikian pada
pemeriksaan hanya dapat diraba bokong.
2. Presentasi bokong lengkap (Complete Breech)
Yaitu satu atau kedua lutut lebih banyak dalam keadaan fleksi dari pada
ekstensi.
3. Presentasi bokong tidak lengkap (Incomplete Breech)
Yaitu satu atau kedua sendi paha tidak dalam keadaan fleksi dan satu atau
kedua kaki atau lutut terletak dibawah bokong, sehingga kaki atau lutut
bayi terletak paling bawah pada jalan lahir, terdiri dari:
Letak kaki: Kedua kaki terletak dibawah = letak kaki sempurna
Hanya satu kaki terletak dibawah = letak kaki tak sempurna
Letak lutut: Kedua lutut terletak paling rendah (letak lutut sempurna)
Hanya satu lutut terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna)
Diagnosis
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan
luar, dibagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni
kepala, dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba
bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat
digerakkan semudah kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa
kehamilannya terasa lain daripada kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh
dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah.
Apabila diagnosis letak sungsang dalam pemeriksaan luar tidak dapat
dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau
banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
dalam. Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang
ditandai dengan adanya sacrum, kedua tuber ossis ischii, dan anus. Bila dapat
diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit.
Sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-
jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada
persalinan lama, bokong janin mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit
untuk membedakan bokong dengan muka.
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena
jari yang akan dimasukkan kedalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan
jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola
tanpa ada hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat
diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak
sempurna, hanya teraba satu kaki di samping bokong. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah:
1. Pemeriksaan Abdomen
a. Palpasi
Dengan perasat Leopold didapatkan;
Leopold I: Kepala janin yang keras dan bulat dengan
balotemen menempati bagian fundus uteri
Leopold II: Teraba punggung berada satu sisi dengan abdomen
dan bagian-bagian kecil berada pada sisi yang lain.
Leopold III: Bokong janin teraba di atas pintu atas panggul
selama engagement belum terjadi.
b. Auskultasi
Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah
sedikit diatas umbilikus, sedangkan bila ada engagement kepala janin,
denyut jantung janin terdengar dibawah umbilikus.
2. Pemeriksaan dalam
Untuk mengetahui bokong dengan pasti, kita harus meraba os sacrum,
tuber ossis ischii, anus.
3. Pemeriksaan Penunjang.
Apabila masih ada keraguan harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I. (Magnetic Resonance Imaging).
Mekanisme persalinan
Bokong masuk ke dalam rongga panggul dengan garis pangkal paha
melintang atau miring. Setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi
dalam, sehingga di pintu bawah panggul garis panggul paha menempati diameter
anteposterior dan trochanter depan berada dibawah symphisis. Kemudian terjadi
fleksi lateral pada badan janin, sehingga trochanter belakang melewati perineum
dan lahirlah seluruh bokong diikuti oleh kedua kaki.
Setelah bokong lahir terjadi putaran paksi luar dengan perut janin berada
di posterior yang memungkinkan bahu melewati pintu atas panggul dengan garis
terbesar bahu melintang atau miring. Terjadi putaran paksi dalam pada bahu,
sehingga bahu depan berada di bawah symphisis dan bahu belakang melewati
perineum. Pada saat tersebut kepala masuk ke dalam rongga panggul dengan
sutura sagitalis melintang atau miring. Di dalam rongga panggul terjadi putaran
paksi dalam kepala, sehingga muka memutar ke posterior dan oksiput kearah
symphisis. Dengan subocciput sebagai hipomoklion, maka dagu, mulut, hidung,
dahi, dan seluruh kepala lahir berturut-turut melewati perineum.
Ada perbedaan nyata antara kelahiran janin dalam presentasi kepala dan
kelahiran janin dalam letak sungsang. Pada presentasi kepala, yang lahir lebih
dahulu ialah bagian janin yang terbesar, sehingga bila kepala telah lahir, kelahiran
badan tidak memberi kesulitan. Sebaliknya pada letak sungsang , berturut-turut
lahir bagian-bagian yang makin lama makin besar, dimulai dari lahirnya bokong,
bahu, dan kemudian kepala. Dengan demikian meskipun bokong dan bahu telah
lahir, hal tersebut belum menjamin bahwa kelahiran kepala juga berlangsung
dengan lancar.
Penanganan
Jenis pimpinan persalinan sungsang:
1. Persalinan spontan
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini disebut
cara Bracht.
2. Manual aid
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi
dengan tenaga penolong
3. Ekstraksi sungsang
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong
B. Dalam kehamilan
Mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang
dihindarkan. Untuk itu bila pada waktu pemeriksaan antenatal dijumpai letak
sungsang, tertama pada primigravida, hendaknya diusahakan melakukan versi luar
menjadi presentasi kepala. Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara
34 dan 38 minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu
dilakukan, karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri,
sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit untuk berhasil karena janin sudah
besar dan jumlah air ketuban relatif berkurang.
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti,
sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Apabila bokong sudah
turun, bokong harus dikeluarkan lebih dahulu dari rongga panggul, tindakan ini
dilakukan dengan meletakkan jari-jari kedua tangan penolong pada perut ibu
bagian bawah untuk mengangkat bokong janin. Kalau bokong tidak dapat
dikeluarkan dari panggul usaha untuk melakukan versi luar tidak ada gunanya.
Setelah bokong keluar dari panggul, bokong ditahan dengan satu tangan, sedang
tangan yang lain mendorong kepala ke bawah sedemikian rupa, sehingga fleksi
tubuh bertambah. Selanjutnya kedua tangan bekerja sama unutk melaksanakan
putaran janin menjadi presentasi kepala. Selama versi dilakukan dan setelah versi
luar berhasil denyut jantung janin harus selalu diawasi. Sesudah janin berada
dalam keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk kedalam rongga
panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan yang ringan tanpa
mengadakan paksaan. Versi luar tidak ada gunanya dicoba bila air ketuban terlalu
sedikit, karena usaha tersebut tidak akan berhasil.
Kontraindikasi lain untuk melakukan versi luar ialah:
1. Panggul sempit
2. Perdarahan antepartum
3. Hipertensi
4. Hamil kembar
5. Placenta previa
Pada panggul sempit tidak ada gunanya melakukan versi luar, Karena
meskipun berhasil menjadi presentasi kepala, akhirnya perlu dilakukan seksio
sesarea. Tetapi bila kesempitan panggul hanya ringan, versi luar harus diusahakan
karena kalau berhasil akan memungkinkan dilakukan partus percobaan. Versi luar
pada perdarahan antepartum tidak bolah dilakukan, karena dapat menambah
perdarahan akibat lepasnya plasenta. Pada penderita hipertensi, usaha versi luar
dapat menyebabkan solusio plasenta, sedang pada kehamilan kembar, selain janin
yang lain dapat menghalangi usaha versi luar tersebut, yang lebih berbahaya ialah
bila janin terletak dalam satu kantong amnion kemungkinan tali pusat kedua janin
akan saling melilit.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding
perut, penggunaan narcosis dapat dipertimbangkan. Kerugian penggunaan
narcosis untuk versi luar antara lain: narcosis harus dalam, sebab dengan narcosis
ringan versi luar jauh lebih sulit dibandingkan bila penderita tetap dalam keadaan
sadar. Disamping itu, karena penderita telah merasakan sakit ada bahaya
kemungkinan digunakannya tenaga berlebihan dan dapat mengakibatkan lepasnya
plasenta.
B. Dalam persalinan
I. Jenis pimpinan persalinan pada presentasi bokong, antara lain:
a. Persalinan spontan. Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu
sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht.
b. Manual aid atau ekstraksi bokong parsial. Setelah bokong lahir spontan
sebatas umbilikus, lengan dan kepala dimanipulasi untuk melahirkan bayi.
Penggunaan cunam untuk melahirkan kepala termasuk kriteria ini.
c. Ekstraksi bokong. Janin dilahirkan seutuhnya dengan memakai tenaga
penolong.
Risiko kepala terjebak (head entrapment) pada aftercoming head akibat
tidak terjadinya moulage kepala, atau pembukaan serviks yang tidak lengkap.
Peristiwa ini terjadi pada 88/1000 persalinan. Risiko ini dapat dikurangi dengan
mempertahankan fleksi dengan menekan suprapubik eksternal dan tidak
melakukan ekstraksi.
Penyebab utama kematian perinatal tanpa kelainan kongenital : robekan
tentorium cerebelli akibat traksi pada hiperekstensi kepala, trauma pada medulla
spinalis. Hiperekstensi kepala pada persalinan presentasi bokong, menyebabkan
sudut antara geraham dan vertebra lebih dari 105 derajat. Prolapsus tali pusat juga
terjadi pada 0.5% persalinan dengan presentasi bokong murni; bokong sempurna
4-5%; kaki 10%.
Histerostomatomi atau insisi Duhressen : bila kepala terjebak akibat
pembukaan serviks uteri yag tidak lengkap. Dilakukan insisi pada daerah serviks
jam 2, jam 6 dan jam 10. Bahaya insisi ini adalah perdarahan dan pelebaran
robekan ke segmen bawah uterus.
Sirkumferensia abdomen dan sirkumferensia kepala janin relatif seimbang
pada kehamilan sebelum 36 minggu. Di atas 36 minggu, sirkumferensia kepala
lebih besar dari abdomen atau toraks.
Penatalaksanaaan persalinan pervaginam : 90% persalinan presentasi
bokong di Amerika Serikat dilakukan dengan sectio cesarea.
Sebenarnya, sectio cesarea juga merupakan risiko morbiditas dan
mortalitas ibu yang lebih tinggi daripada persalinan pervaginam.
Prosedur pertolongan persalinan pervaginam padapresentasi bokong,
antara lain:
1. Pertolongan persalinan spontan (Bracht):
1. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan.
2. Tahap kedua: fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut, fase di
mana bayi harus dilahirkan cepat karena talipusat terjepit oleh
kepala bayi di pintu atas panggul (batas waktu 8 menit).
3. Tahap ketiga: fase lambat, lahirnya mulut sampai seluruh kepala.
Kepala harus dilahirkan lambat untuk menghindari terjadinya
perdarahan intrakranial (ruptura tentorium cerebelli) akibat
dekompresi yang mendadak.
4. Teknik: hiperlordosis badan bayi
Teknik
- Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memerhatikan
sekali lagi untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran
janin harus selalu disediakan cunam piper.
- Posisi ibu litotomi, sedangkan penolong berdiri di depan vulva. Ketika
timbul His maka ibu disuruh mengejan dengan merangkul kedua pangkal
paha. Pada waktu bokong mulai membuka vulva disuntikkan 2-5 unit
oksitosis intramuscular.
- Episiotomi dikerjakan pada saat bokong dicekam secara Bracht yaitu
kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari
lain memegang panggul.
- Pada setiap his ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan
tampak sangat teregang, tali pusat dikendorkan terlebih dahulu.
- Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin didekatkan
ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu
punggung janin didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti
gerakan tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut hanya
disesuaikan dengan gaya berat badan janin, bersamaan dengan
dilakukannya gerakan hiperlordosis ini sesorang asisten melakukan
ekspresi Kristeller pada fundus uterus, sesuai dengan sumbu panggul.
Maksud ekspresi Kristeller ini ialah:
o Agar tenaga mengejan lebih kuat, sehingga fase cepat dapat segera
diselesaikan
o Menjaga agar kepala janin tetap dalam posisi fleksi
o Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uterus dan
kepala janin sehingga tidak terjadi lengan menjungkit
- Dengan gerakan hiperlorodosis ini berturut-turut lahir pusar, perut, bahu,
dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.
- Janin yang baru lahir diletakkan di perut ibu. Seorang asisten segera
menghisap lendir dan bersamaan itu penolong memotong tali pusat.
Keuntungan :
1. Tangan penolong tidak masuk jalan lahir, sehingga mengurangi risiko
infeksi.
2. Mendekati persalinan fisiologik, mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :
1. 5-10% mengalami kegagalan.
2. Tidak dilakukan pada panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku
(primipara), nuchal arm (lengan menjungkit).
2. Prosedur Manual Aid (Partial Breech Extraction)
A. Indikasi:
1. Bila pertolongan secara Bracht gagal.
Efektif, karena sejak semula direncanakan pertolongan dengan manual aid.
B. Tahapan:
1. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan memakai tenaga penolong secara
klasik (Deventer), Mueller atau Lovset.
a. Teknik cara klasik
Melahirkan bahu dan lengan secara klasik adalah melahirkan bahu dan
lengan belakang lebih dahulu, karena lengan belakang berada di ruangan
yang lebih luas (sakrum), baru kemudian melahirkan lengan depan yang
berada di bawah simfisis. Bila lengan depan sukar, maka lengan depan
diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke
arah belakang dan kemudian lengan belakang ini dilahirkan.
b. Teknik cara Mueller
Melahirkan bahu dan lengan cara Mueller adalah melahirkan bahu dan
lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan
bahu dan lengan belakang.
c. Teknik cara Lovset
Prinsip persalinan cara Lovset adalah memutar badan janin dalam
setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi cunam ke bawah
sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir di
bawah simfisis.
Keuntungan :
1. Sederhana dan kegagalan jarang
2. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga risiko
infeksi minimal.
Menolong persalinan letak bokong dengan tarikan ringan sampai
skapula lahir. Sampai batas ini ini tubuh bayi diputar sehingga
diameter biakromialis dalam posisi anteroposterior. Sebatas aksilla
bahu siap dilahirkan. Traksi berlebihan untuk melahirkan bahu
menyebabkan lengan tertinggal di atas kepala dan tersangkut
lengannya di leher (nuchal arm). Untuk itu penolong meletakkan dua
jari sepanjang humerus dan mengusapkan ke muka dan dada bayi
sampai lahir lengan tersebut sambil didorong ke atas. Humerus bayi
harus displint dengan jari penolong dan bukan digaet. Nuchal arm
kadang-kadang dapat dibebaskan dengan memutar badan bayi searah
dengan jari bayi menunjuk, sehingga tangan yang menjungkit dapat
terbebas melewati muka bayi.
3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dengan cara Mauriceau-Veit-Smellie,
Najouk, Wigand Martin-Winckel, Prague terbalik, atau dengan cunam
Piper
Cara Mauriceau-Veit-Smellie
Tangan penolong dimasukkan dalam jalan lahir, jari tengah
dimasukkan dalam mulut, jari telunjuk dan jari manis mencekam fossa
kanina, sedangkan jari lain mencekam leher. Badan bayi diletakkan di atas
lengan bawah penolong, seperti menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari
tengah penolong dari lengan yang lain mencekam leher bayi dari arah
punggung, mempertahankan posisi leher dan mencegah terjadinya defleksi
atau hiperekstensi kepala.
Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke arah bawah
dan pembantu penolong melakukan ekspresi Kristeller. Bila suboksiput
tampak di bawah simfisis, kepala dielevasi ke arah atas dengan suboksiput
sebagai sumbu (hipomoklion), sehingga lahir kepala seluruhnya.
Cara Najouk
Kedua tangan penolong mencekam leher bayi dari arah depan dan
belakang. Kedua tangan penolong menarik bahu curam ke bawah, dan
asisten membantu mendorong kepala bayi ke arah bawah, dari tekanan
suprasimfisis.
Cara Prague terbalik
Cara ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di
belakang dekat sakrum dan muka bayi menghadap simfisis.
Satu tangan penolong mencekam leher dari arah bawah dan punggung
bayi diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong lain
memegang kedua pergelangan kaki. Kaki ditarik ke atas bersamaan
dengan tarikan pada bahu bayi, sehingga perut bayi mendekati perut ibu.
Dengan laring sebagai sumbu (hipomoklion), kepala bayi dapat dilahirkan.
Cunam Piper
Cunam Piper memiliki lengkung kepala dan lengkung panggul
yang panjang, dapat dipergunakan untuk melahirkan kepala yang
menyusul, ditarik ke bawah. Indikasi cunam ini setara dengan
pertolongan pengeluaran kepala cara Mauriceau.
3. Ekstraksi pada
letak sungsang
Teknik ekstraksi kaki (Pinard)
1. Tangan penolong masuk mencari bokong, pangkal paha sampai lutut,
mengabduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi
fleksi. Tangan yang di luar menekan fundus ke arah bawah. Setelah kaki
bawah fleksi, pergelangan kaki dipegang dan dituntun keluar dari vagina
sampai batas lutut.
2. Kedua tangan penolong memegang betis, kaki ditarik curam ke bawah
sampai pangkal paha lahir.
3. Pangkal paha ditarik curam ke arah bawah sampai trochanter depan lahir,
disusul trochanter belakang dan bokong lahir.
4. Untuk melahirkan bayi seterusnya, tangan penolong memegang femuro-
pelvik dan ditarik curam ke bawah sampai umbilikus lahir. Untuk
melahirkan bahu, lengan dan kepala dilakukan pertolongan secara manual
aid.
Teknik ekstraksi bokong
1. Dilakukan pada presentasi bokong murni (frank breech) dan bokong
sudah berada di dasar panggul. Jari telunjuk penolong yang searah
dengan bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
diletakkan pada lipat paha. Lipat paha ditarik curam ke bawah.
2. Setelah trochanter depan dilahirkan, maka jari telunjuk yang lain
segera mengait lipat paha belakang, dan ditarik curam ke bawah
sampai bokong lahir.
3. Tangan penolong memegang femuro-pelvik bayi dan melahirkan bayi
dengan cara manual aid.
C. Syarat partus pervaginam pada letak sungsang
janin tidak terlalu besar
tidak ada suspek CPD
tidak ada kelainan jalan lahir
Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau
multipara dengan riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih
dianjurkan.
D. Syarat pimpinan mengejan kala II pada persalinan letak sungsang
1. pembukaan lengkap
2. bokong terletak di Hodge III atau lebih
3. ketuban ditunggu pecah sendiri, atau dipecahkan bila pembukaan lengkap
4. hati-hati prolaps tali pusat
5. hati-hati "aftercoming head".
E. Penyulit atau komplikasi yang mungkin terjadi:
1. Sufokasi : bila sebagian besar badan janin sudah lahir, terjadilah
pengecilan rahim sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan
menimbulkan anoksia janin. Akibatnya darah, mucus, cairan amnion dan
mekonium akan diaspirasi.
2. Prolaps tali pusat
3. Asfiksia
4. Kerusakan jaringan otak
5. Fraktur pada tulang-tulang bayi : humerus, klavikula, femur, dislokasi
bahu, tulang kepala
6. Cedera pleksus brakialis, hematoma otot-otot.
II. Persalinan perabdominam (Sectio Cesaria / SC).
Persalianan presentasi bokong dengan Sectio Cesaria merupakan cara yang
terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan presentasi
bokong secara pervaginam, memberi trauma yang sangat berarti bagi janin, yang
gejala-gejalanya akan tampak pada waktu persalinan maupun dikemudian hari.
Namun hal ini tidak berarti bahwa semua presentasi bokong harus harus
dilahirkan secara perabdominam. Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan
bawa presentasi bokong harus dilahirkan secara perabdominam, antara lain;
1. Primigravida tua,
2. Nilai sosial janin tinggi,
3. Riwayat persalinan yang buruk,
4. Taksiran berat janin besar 3500 kg,
5. Dicurigai terdapat kesempitan panggul
6. Prematuritas.
Sebelum melakukan pertolongan persalinan sebaiknya dilakukan penilaian
persalinan sungsang. Metode penilaian yang lazim dipakai adalah dari Zatuchni-
Andros.
0 1 2
Paritas Primi Multi
Umur kehamilan > 39 mg 38 minggu <37 minggu
TBJ >3630 g 3629-3176 g <3176
Pernah letak sungsang tidak 1x >2x
Pembukaan serviks <2 cm 3 cm >4cm
Station < -3 -2 ≤ -1
Arti nilai :
≤ 3: persalinan per abdominan
4: evaluasi kembali secara cermat, khususnya BB janin, bila nilai tetap dapat
dilahirkan pervaginam
>5: dilahirkan pervaginam
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Biasanya kejadian letak sungsang berkisar antara 2% sampai 3% bervariasi
di berbagai tempat. Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena
persalinan presentasi bokong sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala.
Dalam diagnosis untuk menentukan apakah letak sungsang bisa
didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik maupun penunjang. Kemudian
dalam penanganannya terbagi dalam 2 hal antara lain yaitu sewaktu dalam
kehamilan dan yang kedua adalah dalam persalinan.
Saran
Masyarakat terutama ibu hamil hendaknya sudah dijelaskan tentang
kondisi kehamilan dan hal-hal yang akan terjadi. Sehingga ibu perlu control rutin
ke bidan maupun ke dokter spesialis supaya tau kondisi janinnya apakah normal
ataukah adakah kelainan. Salah satunya yaitu kelainan letak sungsang.
DAFTAR PUSTAKA
Angsar,M.D., Setjalilakusuma,L., Persalinan sungsang, dalam Ilmu Bedah
Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2000,
hal;104-122
Benson,R.C., Current Obstetric and Gynecologic Diagnostic and treatment, 3rd
ed, Lange Medical Publication, Maruzen Asia, Singapore,1980
Collea,J.V., Malpresentation and Cord Accident, in; Pernoll,M.L., Benson,R.C.,
Current Obstetric and Gynecologic Diagnostic and treatment, Appleton
and longer, LA,1987
Cunningham, F.G., Mac.Donald, P.C., Gant, N.F., Distosia karena kelainan pada
presentasi, posisi atau perkembangan janin , Obstetri Williams (22th ed),
Suyono, J., Hartono, A., ( Alih Bahasa ), Jakarta : EGC, 2006
Martohoesodo,S., Hariadi,R., Distokia karena kelainan letak serta bentuk janin,
dalam Ilmu Kebidanan Edisi III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2002, hal;595-636
Prawirohardjo, Sarwono . 2008 . Ilmu Kebidanan . Jakarta : Bina Pustaka
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal . Jakarta : Tri Dasa Printer
Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed 4, Vol 1. EGC : Jakarta.
Yuliawati, S., Analisis Faktor-Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Terjadinya
Kematian Perinatal di Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali tahun 1998-
2000, Tesis FK UGM, Yogyakarta, 2001