Upload
annisa-nisa
View
299
Download
37
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lalala
Citation preview
LOKAKARYA MINI I
PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG BOUGENVILLE IRNA AMBUN PAGI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
Rabu, 14 Mei 2014
Oleh :KELOMPOK EERFIANI DESTRIANTY, S. KEPFENNY F, S. KEP LOLY HIDAYATI, S.KEP
MAILA ANDRA SANTI, S. KEP
RASYIDAH, S. KEP
SARIE ANDHIKA PUTRI, S. KEPWIWIKE YANTI ELFISA, S. KEP
PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2014KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia sehingga kelompok dapat menyelesaikan Laporan Loka Karya Mini I di Ruang Bougenville IRNA Ambun Pagi RSUP Dr. M. Djamil Padang.Pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terima kasih pada Ibu pembimbing akademik, serta seluruh Ibu pembimbing klinik yang dengan penuh perhatian dan kesabaran mengarahkan dan membimbing kelompok dalam penyusunan makalah ini. Kelompok juga mengucapkan terima kasih pada perawat ruangan di Ruang Bougenville IRNA Ambun Pagi RSUP Dr. M. Djamil Padang yang telah memberi bimbingan selama mengikuti praktek profesi manajemen keperawatan ini.
Kelompok menyadari bahwa dalam penyusunan laporan lokakarya mini I ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk perbaikan di masa datang.
Kelompok berharap laporan lokakarya mini I ini dapat memberi manfaat bagi kelompok dan pembaca.
Padang, Mei 2014
Kelompok EBAB I
PENDAHULUANA. Latar BelakangMenurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan sarana pelayanan kesehatan perorangan secara keseluruhan yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Keselamatan pasien merupakan suatu variabel untuk mengukur dan mengevaluasi fasilitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Sejak malpraktik menggema di seluruh belahan bumi melalui berbagai media baik cetak, maupun elektronik hingga ke jurnal jurnal ilmiah ternama, dunia kesehatan mulai menaruh kepedulian yang tinggi terhadap isu keselamatan pasien (Nursalam, 2011).
The American Hospital Asosiation (AHA) Board of Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient safety) merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga menetapkan capaian-capaian peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai target utamanya. Tahun 2000, Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam TO ERR IS HUMAN, Building a Safer Health System melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse Event). Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World Alliance for Patient Safety, program bersama dengan berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit. Pada tahun 2004, WHO mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai negara ; Amerika, Inggris, Denmark dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2-16,6%. Data-data tersebut menjadikan pemicu berbagai negara untuk segera melakukan penelitian dan pengembangan sistim keselamatan pasien.Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan pasien di rumah sakit. Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang ada.Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan atau KTD yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit. KTD bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain beban kerja perawat yang tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat dan lain sebagainya (Nursalam, 2011). Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit, menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi risiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Kejadian Tidak Diharapkan / KTD (Kemenkes, 2012).
Berdasarkan pengamatan mahasiswa tanggal 8 - 9 Mei 2014 di ruang Bougenvile IRNA Ambun Pagi RSUP Dr. M. Djamil terkait patient safety. Dari hasil observasi, diketahui bahwa di ruang Bougenville perawat sudah mengidentifikasi pasien secara benar sebelum melakukan tindakan medis, saat overan perawat belum optimal dalam melaksanakannya sesuai dengan SBAR, masih adanya perawat yang mencuci tangan tidak sesuai dengan enam langkah cara cuci tangan, dan masih adanya pasien baru yang belum dilakukan assesment resiko pasien jatuh. Untuk permasalahan tersebut mahasiswa merasa perlu mengadakan pertemuan dalam bentuk lokakarya mini dengan mengundang kepala ruangan Bougenvile IRNA Ambun Pagi RSUP Dr. M. Djamil beserta staf, pembimbing klinik dan pembimbing akademik.B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi masalah dan penyelesaian masalah (problem solving) yang berkaitan dengan patien safety di Ruang Bougenvile IRNA Ambun Pagi RSUP DR. M. Djamil Padang
2. Tujuan Khusus
Secara individu / kelompok mahasiswa dapat menunjukan kemampuan:
a) Mengidentifikasi masalah keperawatan yang berkaitan dengan patien safety yang ada di Ruang Bougenvile IRNA Ambun Pagi RSUP Dr. M. Djamil
b) Menentukan rumusan masalah yang berkaitan dengan patien safetyc) Ditentukannya prioritas masalah yang berkaitan dengan pasien safety di Ruang Bougenvile IRNA Ambun Pagi RSUP Dr. M. Djamil
d) Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah yang berkaitan dengan patien safety di Ruang Bougenvile IRNA Ambun Pagi RSUP Dr. M. Djamil
e) Membuat planning of action untuk pemecahan masalah yang berkaitan dengan patien safety di Ruang Bougenvile IRNA Ambun Pagi RSUP Dr. M. Djamil
C. Manfaat Penulisan1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi petugas kesehatan mengenai pentingnya pelaksanaan patient safety, sehingga dapat mengaplikasikan prosedur patient safety sesuai standar yang telah ada. Dengan demikian mutu pelayanan rumah sakit dapat ditingkatkan.2. Bagi Mahasiswa Praktek Profesi NersUntuk menambah pengetahuan mahasiswa praktek profesi Ners mengenai patient safety sehingga dapat menerapkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
BAB II
ANALISA SITUASI RUANGANI. Winshield Survey
Hasil winshield survey di ruangan Bougenvile IRNA Ambun Pagi RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 8 - 9 Mei 2014 terhadap proses manajemen pelayanan keperawatan adalah Patient safety. Patient safety merupakan suatu variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan (Nursalam, 2011).
Adapun tujuan patient safety secara internasional (International Patient Safety Goals, 2012) adalah:
1) Identify patients correctly (Mengidentifikasi pasien secara benar)
Berdasarkan pengamatan di Ruang Bougenvile IRNA Ambun Pagi RSUP DR. M.Djamil Padang dari tanggal 8 Mei 2014 didapatkan bahwa untuk gelang identitas pasien baru ada 2 warna gelang, yaitu gelang pink untuk wanita dan biru untuk laki-laki. Sedangkan untuk gelang merah, kuning, ungu, abu-abu, dan putih belum ada tersedia di Rumah sakit karena dalam proses pencetakan. Dan sebelum melakukan tindakan tindakan seperti memberikan obat, memberikan darah atau produk darah, mengambil spesimen darah, diberikan perawatan/ prosedur lainnya, perawat di ruang bougenvile sudah mengidentifikasi pasien terlebih dahulu.
2) Improve effective communication (Meningkatkan komunikasi yang efektif)
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan bahwa pelaksanaan komunikasi perawat dengan pasien sudah baik. Komunikasi perawat dengan dokter yang merawat pasien ada lewat telpon seluler. Perintah lisan atau hasil pemeriksaan yang disampaikan melalui telpon sudah dibacakan kembali oleh penerima perintah, hasil pemeriksaan tersebut serta perintah dan hasil pemeriksaan sudah dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah dan hasil pemeriksaan tersebut. Komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan dapat dipahami penerima, mengurangi kesalahan dan menghasilkan perbaikan keselamatan pasien.
Komunikasi perawat dengan perawat saat overan dinas belum maksimal. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada 2 shift dinas (shift malam ke shift pagi dan shift pagi ke shift sore), overan yang dilakukan belum sesuai dengan komunikasi SBAR. Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation). Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien, metode komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan handover ke pasien (Cemy, 2013). Namun, diruang boegenville penerapan SBAR belum sepenuhnya terlaksana.
Identifikasi masalah : Belum optimalnya komunikasi dalam overan berdasarkan SBAR3) Improve the safety of high-allert medications (Meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko tinggi)
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan bahwa obat- obatan high allert tersedia di Ruangan Bougenvile dan sudah diletakkan terpisah dari obat lain tetapi belum ada lemari khusus untuk obat high-allert. Untuk cairan infus diletakkan di dalam lemari yang berada di dekat nurse station. Dalam pemberian obat perawat di ruang Bougenvile IRNA Ambun Pagi sudah menggunakan prinsip 6 benar. 4) Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)
Berdasarkan pengamatan, didapatkan bahwa belum ada set making di Ruangan Bougenvile. Doktek atau perawat belum ada membuat tanda daerah anggota tubuh yang di operasi, hanya ada beberapa Dokter yang membuat daerah anggota tubuh yang akan di operasi di dalam follow up status pasien.
5) Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan seluruh petugas yang ada di ruang IRNA Bougenville Ambun Pagi RSUP DR M Djamil Padang telah mencuci tangan setelah melakukan tindakan invasif, tindakan yang berhubungan dengan cairan pasien, transfer pasien ke ruangan tetapi perawat jarang melaksanakan cuci tangan sebelum tindakan ke pasien. Penggunaan sabun cuci tangan dan protap cuci tangan yang ditetapkan oleh RSUP M. Djamil telah tersedia di washtafel. Namun, berdasarkan pengamatan, didapatkan 4 dari 5 petugas masih ada yang belum menerapkan 6 langkah cuci tangan.
Identifikasi masalah : Belum optimalnya pencegahan resiko infeksi dalam cuci tangan
6) Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh)
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hanya 19% pasien yang dilakukan penilaian dengan asessment resiko jatuh dalam waktu 4 jam dari pasien masuk RS. Dan penilaian asessment ulang resiko pada pasien yang beresiko tinggi jatuh dan pasien yang mengalami perubahan kondisi belum terlaksana dengan baik, dimana sebaiknya penilaian assessment ulang tersebut dilakukan 2x sehari, saat transfer pasien, adanya perubahan kondisi pasien, dan adanya kondisi jatuh pada pasien.
Identifikasi masalah : Belum optimalnya assesment resiko pasien jatuhII. KUESIONER
LEMBAR OBSERVASI CUCI TANGANNo. KategoriYaTidakKet
1. Mencuci tangan dengan langkah 6 benar
a. Ratakan sabun/handscrub dengan kedua telapak tangan dengan memutar berlawanan arah jarum jamb. Telapak tangan di atas punggung tangan kiri, gosok punggung tangan dan sela-sela jari kiri, gerakan maju mundur dan selanjutnya
c. Kedua telapak tangan saling berhadapan dan jari-jari saling menyilang, gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari dari bagian pangkal jari ke arah luar (ujung)
d. Kedua tangan saling menggenggam, jari-jari saling mengunci, punggung jari tangan satu pada telapak tangan lainnya saling menggosok
e. Telapak tangan kanan menggenggam ibu jari kiri, gosok secara memutar ibu jari kiri dan sela ibu jari dan telunjuk mnggunakan ibu jari dan telapak tangan kanan, lakukan sebaliknya
f. Gosokkan secara memutar ujung jari tangan kanan diatas telapak tangan kiri, posisi jari dalam keadaan rapat, lakukan sebaliknya
LEMBAR OBSERVASI OVERAN SBAR
NoPelaksanaanObservasi 1Observasi 2Observasi 3
YaTidakYaTidakYaTidak
1.Teknik komunikasi SBAR
a. Situasion
Nama Umur Tgl masuk Hari rawatan Diagnosa medis Masalah keperawatan b. Background
Keluhan utama Intervensi yang telah dilakukan Respon pasien Pemasangan alat intensif dan obat/ infusc. Asssesment Hasil pengkajian pasien terkini Tanda vital Pain score Tingkat kesadaran Resiko jatuh Status nutrisi Eliminasi Hasil investigasi yang abnormal Informasi klinik lain yang mendukungd. Recommendation
Rekomendasi NCP yang perlu dilanjutkan termasuk discharge planning Edukasi pasien atau keluarga
LEMBAR OBSERVASI ASSESSMEN PASIEN BARU
NoNama PasienJam MasukJam Assesment AwalAdaTidak ada
LEMBAR OBSERVASI ASSESSMENT PASIEN RESIKO JATUH
NoNama pasienKategori
resiko jatuhAsessment Harian
Asssesment 2 xSaat transferPerubahan kondisiKejadian jatuh
YaTidakYaTidakYaTidakYaTidak
SIKAPNoPernyataanSangat SetujuSetujuKurang SetujuTidak Setuju
1Saya mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien
2Sebelum melakukan prosedur aseptic saya mencuci tangan
3Mencuci tangan Setelah kontak dengan pasien merupakan hal yang penting
4Setelah kontak dengan lingkungan pasien sangat penting mencuci tangan.
5Saya mencuci tangan Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
NoPernyataanSangat SetujuSetuju Kurang Setuju Tidak Setuju
1Situasion Ketika overan perawat Menyebutkan :
a. Nama pasien
b. Umur
c. Tgl masuk
d. Hari rawatan
e. Diagnosa medis
f. Masalah keperawatan saat overan
2BackgroundSaat overan disampaikan :
a. Keluhan utama pasien
b. Intervensi yang telah dilakukan perawat
c. Respon pasien
d. Terapi medis
3Asssesment
Setiap overan dinas menyebutkan:
Hasil pengkajian pasien terkini
Tanda vital
Skala nyeri
Tingkat kesadaran
Resiko jatuh
Status nutrisi
Eliminasi
Hasil penilaian abnormal
Informasi klinik lain yang mendukung
4RecommendationSetiap overan dinas disampaikan :
Rekomendasi NCP yang perlu dilanjutkan termasuk discharge planning
Edukasi pasien atau keluarga
Validasi Data
Sumber Data
NoMasalahObservasi Dokumentasi
KaruKatimPA
1. Belum optimalnya komunikasi dalam overan berdasarkan SBAR
2.Belum optimalnya pengurangan resiko infeksi dalam cuci tangan
3.Belum optimalnya assesment resiko pasien jatuh
Hasil Validasi DataA. Komunikasi Antar Perawat dalam Overan Berdasarkan SBAR 1. Observasi a. Situasion
Diagram 1.Distribusi Frekuensi Observasi Terhadap perawat Tentang Komunikasi Antar Perawat dalam Overan Berdasarkan SBAR tahap Situasion di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang.
Dari diagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap perawat tentang komunikasi antar perawat dalam overan berdasarkan SBAR tahap situasion di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang. Seluruh perawat (100%) tidak menyebutkan umur pasien, lebih dari separuh perawat (60%) tidak menyebutkan hari rawatan dan juga lebih dari separuh perawat (58 %) tidak menyebutkan masalah keperawatan saat overan.b. BackgroundDiagram 2.Distribusi Frekuensi Observasi Terhadap perawat Tentang Komunikasi Antar Perawat dalam Overan Berdasarkan SBAR tahap Background di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang.
Dari diagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap perawat tentang komunikasi antar perawat dalam overan berdasarkan SBAR tahap background di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang. Sebagian kecil perawat (46%) tidak menyebutkan intervensi keperawatan yang telah dilakukan pada saat overan.c. Assesment Diagram 3.Distribusi Frekuensi Observasi Terhadap perawat Tentang Komunikasi Antar Perawat dalam Overan Berdasarkan SBAR tahap Assesment di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil PadangDari diagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap perawat tentang komunikasi antar perawat dalam overan berdasarkan SBAR tahap assesment di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang. Sebagian besar perawat (86%) tidak menyebutkan skala nyeri pada pasien dengan diagnosa keperawatan nyeri pada saat overan.d. RecommendationDiagram 4.Distribusi Frekuensi Observasi Terhadap perawat Tentang Komunikasi Antar Perawat dalam Overan Berdasarkan SBAR tahap Recommendation di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang.
Dari diagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap perawat tentang komunikasi antar perawat dalam overan berdasarkan SBAR tahap Recommendation di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang. Sebagian kecil perawat (31%) tidak menyampaikan rekomendasi NCP saat overan.2. Sikap
a. Situasion
Diagram 5.Distribusi Frekuensi Sikap Perawat Tentang Komunikasi Antar Perawat dalam Overan Berdasarkan SBAR tahap Situasion di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang.
Dari diagram di atas diketahui nilai frekuensi sikap perawat tentang komunikasi antar perawat dalam overan berdasarkan SBAR tahap situasion di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang. Seluruh perawat (100%) setuju menyebutkan item pada tahap situasionb. Background
Diagram 6.Distribusi Frekuensi Sikap Perawat Tentang Komunikasi Antar Perawat dalam Overan Berdasarkan SBAR tahap Background di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang.
Dari diagram di atas diketahui nilai frekuensi sikap perawat tentang komunikasi antar perawat dalam overan berdasarkan SBAR tahap background di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang. Sebagian besar perawat setuju menyebutkan seluruh item pada tahap background, hanya sebagian kecil perawat (10%) yang kurang setuju yaitu pada poin menyebutkan terapi medis.c. Assesment
Diagram 7. Distribusi Frekuensi Sikap perawat Tentang Komunikasi Antar Perawat dalam Overan Berdasarkan SBAR tahap Assesment di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil PadangDari diagram di atas diketahui nilai frekuensi sikap perawat tentang komunikasi antar perawat dalam overan berdasarkan SBAR tahap assesment di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang. Sebagian besar perawat setuju menyebutkan item pada tahap assesment pada saat overan. Hanya sebagian kecil perawat (8%) yang kurang setuju menyebutkan item tanda vital dan skala nyeri saat overan.d. RecommendationDiagram 8.Distribusi Frekuensi Sikap Perawat Tentang Komunikasi Antar Perawat dalam Overan Berdasarkan SBAR tahap Recommendation di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang.
Dari diagram di atas diketahui nilai frekuensi sikap perawat tentang komunikasi antar perawat dalam overan berdasarkan SBAR tahap Recommendation di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang. Seluruh perawat (100%) setuju menyampaikan item pada tahap Recommendation B. Pengurangan Resiko Infeksi
a. Observasi pelaksanaan cuci tangan dengan teknik 6 langkahDiagram 9.Distribusi Frekuensi Observasi Terhadap Perawat Tentang pelaksanaan cuci tangan dengan teknik 6 langkah di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang.
Dari diagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi perawat sudah cuci tangan dengan 6 langkah belum maksimal dilakukan, dimana yang jarang dilakukan perawat adalah langkah ke 5 (75%), langkah ke 4 ( 42%), dan langkah ke 6 ( 42%). Sedangkan langkah cuci tangan yang paling sering dilakukan adalah langkah pertama (92%).b. Angket sikap perawat dalam 5 momen cuci tangan
Diagram 10.Distribusi Frekuensi Sikap Perawat Tentang pelaksanaan cuci tangan dalam 5 momen cuci tangan di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang.
Dari diagram di atas diketahui seluruh perawat (100%) mempunyai sikap positif terhadap pelaksanaan 5 momen cuci tangan diruang Bougenville IRNA Ambun pagi RSUP Dr. M Djamil Padang.C. Assesment Pasien Resiko JatuhDiagram 10.Distribusi Frekuensi Observasi Assesment Pasien Resiko Jatuh di Bougenvile Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang.
Dari diagram di atas diketahui lebih dari separuh perawat (67%) tidak sesuai standar RS dalam melaksanakan assessment resiko jatuh pada pasien baru.A. Rumusan Masalah
No.MasalahData
1.
Komunikasi terapeutik antar perawat saat overan dengan metode SBAR
Observasi : Dari hasil observasi yang dilakukan tanggal 10 11 Mei 2014, komunikasi antar perawat saat overan belum berjalan efektif. Sebagian perawat belum mengaplikasikan komunikasi terapeutik dengan sesama perawat pada saat overan yang sesuai dengan metode SBAR Dari 3 kali observasi pada saat overan, didapatkan data :
Situasi, sebanyak 100% menyebutkan nama 100% tidak menyebutkan umur pasien 80% ada menyebutkan tanggal masuk 60% tidak ada menyebutkan rawatan hari 74 % ada menyebutkan diagnose medis 58% tidak ada menyebutkan masalah keperwatan Background, sebanyak: 69% ada menyebutkan keluhan utama pasien 46% tidak ada menyebutkan intervensi yang telah dilakukan pada pasien 70% ada menyebutkan respon pasien 76% ada menyebutkan pemasangan alat intensif dan obat atau infuse Assesment, sebanyak: 33% ada menyebutkan hasil pengkajian pasien 86% tidak ada menyebutkan skala nyeri (diagnose nyeri) Recommendation, sebanyak: 31% tidak ada menyebutkan rekomendasi NCP yang perlu dilanjutkan termasuk discharge planning 79%% ada menyebutkan edukasi pada pasien atau keluargaAngket : Dari hasil angket yang dilakukan tanggal 10 11 Mei 2014, didapatkan Situasi, sebanyak 100% sangat setuju menyebutkan nama 100% setuju menyebutkan umur 100% setuju menyebutkan tanggal masuk 100% setuju menyebutkan rawatan hari 100% setuju ada menyebutkan diagnose medis 100% menyebutkan masalah keperwatan Background, sebanyak: 100% setuju menyebutkan keluhan utama pasien 100% sangat setuju menyebutkan intervensi yang telah dilakukan pada pasien 100% sangat setuju ada menyebutkan respon pasien 10% kurang setuju menyebutkan pemasangan alat intensif dan obat atau infuse Assesment, sebanyak: 100% setuju menyebutkan hasil pengkajian pasien 8% kurang setuju menyebutkan tanda vital pasien 8% kurang setuju menyebutkan skala nyeri (diagnose nyeri) 100% setuju menyebutkan tingkat kesadaran pasien 100% setuju menyebutkan resiko jatuh 100% setuju melaporkan status nutrisi 100% setuju menyebutkan eliminasi pasien 100% menyebutkan hasil investigasi yang abnormal 100% tidak menyebutkan informasi klinik lain yang mendukung Recommendation, sebanyak: 100% ada menyebutkan rekomendasi NCP yang perlu dilanjutkan termasuk discart planning 100% ada menyebutkan edukasi pada pasien atau keluarga
2.Pengurangan risiko infeksi dalam cuci tanganObservasi :
Dari hasil observasi yang dilakukan tanggal 10 11 Mei 2014, pelaksanaan pengurangan risiko infeksi dengan melakukan cuci tangan dengan teknik 6 langkah belum optimal dilaksanakan, dimana didapatkan data : 42% perawat tidak ada cuci tangan dengan langkah ke 4 75% perawat tidak ada cuci tangan dengan langkah ke 5 42% perawat ada cuci tangan dengan langkah ke 6Angket :
Dari hasil angket yang dilakukan tanggal 10 11 Mei 2014, diketahui seluruh perawat (100%) mempunyai sikap positif terhadap pelaksanaan 5 momen cuci tangan
3. Mengurangi risiko pasien jatuh Observasi :
Dari hasil observasi yang dilakukan tanggal 10 11 Mei 2014, assesment tentang risiko pasien jatuh belum optimal dilakukan, dimana 67% tidak ada dilakukan assessment pada pasien baru.
Alternatif Penyelesaian Masalah
1. Belum optimalnya pelaksanaan komunikasi dalam overan
2. Belum optimalnya Pengurangan Resiko Infeksi Dalam Cuci Tangan
3. Belum optimalnya assesment risiko pasien jatuh
Prioritas Masalah (SWOT)
NoMasalah KeperawatanS
KEKUATANW
KELEMAHANO
PELUANGT
ANCAMAN
1.Belum optimalnya assesment resiko pasien jatuh Adanya motivasi dan sosialisasi yang terus dilakukan oleh kepala ruangan pada bawahannya. Adanya blangko assesment resiko pasien jatuh yang telah tersedia Adanya poster tentang pasien safety di ruangan Kurangnya kesadaran akan pentingnya assesment risiko pasien jatuh
Perawat lebih banyak berfokus pada rekomendasi medis Adanya mahasiswa FKEP yang sedang praktek profesi manajemen keperawatan.
Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa FKEP dengan perawat ruangan.
Adanya motivasi dari kepala ruangan kepada perawat untuk melakukan assesment resiko pasien jatuh. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang profesional. Adanya pasien yang berisiko tinggi jatuh
Adanya UU perlindungan Konsumen (UU No 8 tahun 1999) yang menyebabkan konsumen lebih kritis dan berani dalam mengkritisi pelayanan keperawatan
POA (Planning Of Action)NoMasalahRencana KegiatanTujuanSasaranWaktu/ TglTempat P. Jawab
1.Belum optimalnya assesment resiko pasien jatuhPersamaan persepsi
Desiminasi ilmuRole play
Evaluasi Menyamakan persepsi perawat dan mahasiswa tentang assessment resiko jatuhBerbagi informasi tentang pelaksanaan assessment resiko jatuh sesuai standar RS
Menerapkan pelaksanaan assessment sesuai standar RS
Melihat kemampuan dan motivasi perawat sebelum dan sesudah pelaksanaa desiminasi ilmu dan role playPerawat dan mahasiswaPerawatPerawatPerawat14 Mai 201417-18 Mai 2014
17-18 Mai 2014
19-20 Mai 2014Ruang Pertemuan BougenvilleRuang rawatan pasien dan counter perawat
Ruang rawatan pasien
Counter perawatPembibing klinik dan pembimbing akademik
Mahasiswa FKEP UNANDMahasiswa FKEP UNANDMahasiswa FKEP UNAND
Belum membudayanya perawat dalam membuat assesment resiko pasien jatuh
MATERIAL
Belum optimalnya perawat dalam mengkaji risiko pasien jatuh
Belum adanya petunjuk teknis berupa booklet yang dimiliki masing-masing perawat tentang assessment pasien resiko jatuh
EMBED MSGraph.Chart.8 \s
Kurangnya perawat membuat dokumentasi assessment pasien dengan resiko jatuh
Belum optimalnya assesment risiko pasien jatuh
MAN (PERAWAT)
MARKET
EMBED MSGraph.Chart.8 \s
Banyaknya rekomendasi medis yang akan dilakukan oleh perawat
METHOD
Belum membudayanya cuci tangan & handscrub dengan teknik 6 langkah
Perawat lebih banyak melakukan tindakan cuci tangan & handscrub hanya dengan
2-3 langkah saja
Belum optimalnya perawat dalam melaksanakan cuci tangan & handscrub dengan teknik 6 langkah
Tidak semua perawat menerapkan 6 langkah cuci tangan & handscrub yang benar
Banyaknya tindakan invasif yang akan dilakukan
Pekerjaan perawat yang membutuhkan tindakan yang segera
MARKET
Belum optimalnya penerapan Pengurangan Resiko Infeksi Dalam Cuci Tangan
METHOD
MAN (PERAWAT)
MATERIAL
Sebagian perawat belum optimal mengaplikasikan komunikasi SBAR pada saat overan
Memakan waktu yang lama untuk penerapan komunikasi SBAR
MAN (PERAWAT)
Kurang efektifnya penerapan komunikasi SBAR
MATERIAL
Belum optimalnya pelaksanaan komunikasi SBAR
Belum tersedianya poster SOP komunikasi SBAR yang ditempel di ruangan perawat
MARKET
METHOD
_1461500642.xls
_1461505354.xls
_1461507454.xlsChart1
0.333
0.667
Assesment pasien baru
Sheet1
Assesment pasien baru
sesuai33.3%
Tidak sesuai66.7%
3rd Qtr1.4
4th Qtr1.2
To resize chart data range, drag lower right corner of range.
_1462436463.xls
_1461506036.xls
_1461506311.xls
_1461504258.xls
_1461504771.xlsChart1
928langkah 1
8317langkah 2
7525langkah 3
5842langkah 4
2575langkah 5
5842langkah 6
ya
tidak
Column1
Sheet1
yatidakColumn1
langkah 1928
langkah 28317
langkah 37525
langkah 45842
langkah 52575
langkah 65842
To resize chart data range, drag lower right corner of range.
_1461501171.xlsChart1
100
0
menyebutkan nama pasien
sikap perawat tentang cuci tangan
Sheet1
menyebutkan nama pasien
positif100
negatif0
To resize chart data range, drag lower right corner of range.
_1461499676.xls
_1461499910.xls
_1461481703.xls