32
STATUS PSIKIATRI 1. IDENTITAS PASIEN Nama : J Jenis Kelamin : Lelaki Umur : 33 tahun Agama : Islam Pendidikan : SD Kelas 4 Pekerjaan : Buruh Status perkawinan : Belum menikah Bangsa/suku : Indonesia/Jawa Alamat : Pancasari, Bantul No. RM : 367752 Tanggal masuk rumah sakit : 25 Agustus 2014 2. ALLOANAMNESIS Diperoleh dari 1 Nama Ibu R Umur 63 tahun Jenis kelamin Perempuan Alamat Pancasari, Bantul Pekerjaan Buruh tani Pendidikan SD Hubungan Ibu Lama Kenal Sejak pasien lahir

Long Case

Embed Size (px)

DESCRIPTION

long case

Citation preview

Buku Panduan

Keterampilan Medik Blok Kesehatan Jiwa

STATUS PSIKIATRI

1. IDENTITAS PASIENNama : JJenis Kelamin : LelakiUmur: 33 tahunAgama: IslamPendidikan : SD Kelas 4Pekerjaan: BuruhStatus perkawinan : Belum menikahBangsa/suku : Indonesia/Jawa

Alamat : Pancasari, BantulNo. RM : 367752Tanggal masuk rumah sakit : 25 Agustus 20142. ALLOANAMNESISDiperoleh dari1

NamaIbu R

Umur63 tahun

Jenis kelaminPerempuan

AlamatPancasari, Bantul

PekerjaanBuruh tani

PendidikanSD

HubunganIbu

Lama KenalSejak pasien lahir

Sifat PerkenalanDekat

Tempat WawancaraRumah pasien

2.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)

Pasien tak mau diajak ke rumah sakit, karena obat habis dan ingin meminta obat maka ibu pasien mengambilkan obat di RSPS. Pasien merasa tak ada keluhan berarti, saat ini pasien bisa menjalankan aktivitas sehari-hari secara lancar.2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang) AutoanamnesisPada awal tahun 2014 pasien mengatakan dibawa ke RSJ pakem karena mengamuk, pasien mengatakan dulu sering marah-marah dengan tetangga dan keluarga. Secara detail pasien tak ingat kapan gejala mulai muncul, yang diingat pasien adalah pernah dibawa ke RSJ pakem karena ngamuk. Pasien pernah mondok di RSJ sebanyak 1x selama kurang lebih 40 hari, dirumahsakit pasien diikat dan dikurung dalam ruang kusus.Saat ditanya gejala sebelum masuk rumahsakit pasien merasa tak ingat sama sekali, menurutnya keseharianya sebelum mondok pasien hanya bekerja disawah dan menggembalakan domba saja. Saat ini pasien hanya berbicara seperlunya saja, terlihat tak banyak bicara.Dahulu pasien sering melihat bayangan dirumah pasien dan hanya pasien sendiri yang bisa melihatnya, bayangan tersebut berwujud seperti gendruwo. Selain hal itu pasien juga mendengarkan bisikan-bisikan yang sangat mengganggunya, bisikanya tidak jelas. Hal tersebut hilang timbul dan berlangsung beberapa tahun, mulai hilang sejak minum obat.Pasien mengaku aktivitas yang disenangnginya adalah mendengarkan radio, khususnya untuk acara drama bahasa jawa dan makanan kesukaanya adalah tempe garit.

Saat ini kondisi sdr. J sudah membaik, sudah bisa di ajak sosialisasi dan sudah tidak marah-marah lagi. Pasien sudah tak mendengar bisikan - bisikan serta melihat bayangan lagi. AlloanamnesisSdr. J dulu merupakan anak yang mudah marah bila ada sesuatu yang tidak dituruti, putranya tersebut tak tamat sekolah dasar dan hanya sampai kelas 4. Ibu R mengatakan sdr. J tak melanjutkan sekolah karena ayahnya sakit.Ibu R membenarkan sdr. J masuk ke RSJ pakem, beliau mengatakan tahun 2014 sdr J masuk ke RSJ pakem selama 40 hari. Awalnya sdr J dibawa ke pakem karena sering ngamuk/marah tak jelas, jalan linglung kesana kemari katanya di ikuti genderuwo. Selain itu pasien juga kadang ngomong sendiri, dan berceita dia sedang di ajak bicara oleh seorang gendruwo. Sebelum dibawa ke pakem, ibu R sempat mencari obat ke dokter praktik dan puskesmas (pasien tak hafal macam obatnya), namun belum puas dengan hasilnya. Setelah itu ibu pasien membawanya ke sarjito untuk berobat rutin, disana sempat beberapa tahun. Ada perubahan yang bagus setelah diperiksakan rutin di sarjito, tapi setelah mengamuk kemarin pasien dirawat di RSJ pakem. Setelah pulang mondok keluarga pasien rutin mengambil obat di RSJ pakem, namun karena terlalu jauh keluarga menghendaki untuk mengambil obat di RSPS saja.Awalnya sebelum pasien punya gangguan jiwa seperti ini, sdr. J menjadi pendiam, mengurung diri dirumah (tahun 1999), malas bekerja disawah dan mulai jarang berkomunikasi dengan tetangga. Ibu pasien tak tahu kalau itu adalah tanda-tanda awal kelainan jiwa. Ibu R hanya membiarkanya saja karena harus kerja, sebelum sakit pasien biasanya bekerja disawah dan menggembala kambing. Untuk kegiatan sosial ibu pasien mengaku tak ada masalah berarti, dulunya pasien sering ronda dan kerja bakti di kampung. Ibu R menyangkal adanya masalah antara pasien dengan keluarga (adik, ayah, dan ibu). Ibu R secar jujur tak mengetahui kenapa pasien menjadi seperti itu, keseharianya pasien tak pernah bercerita tentang masalah keseharianya.Diakui oleh ibu R bahwa pasien saat itu aktivitasnya mulai jauh menurun, dia hanya mau ke ladang untuk menggembala kambing bila disuruh. Lama-lama sdr J menjadi pemarah, apabila ada sesuatu yang tak sesuai keinginan, sdr J mulai bicara dan senyum-senyum sendiri. Sejak saat itulah ibu R mulai sadar bahwa ada kelainan dalam diri pasien. Ibu R menceritakan kelainan-kelainan seperti apa saja yang pernah beliau jumpai pada pasien, mudah marah, sering ngomong sendiri, melihat gendruwo dan buto, jalan mondar-mandir tak jelas, sampai malas dalam beraktivitas. Dari beberapa gejala diatas yang paling ibu R takuti adalah saat pasien merasa marah, karena bisa merusak barang disekitarnya.Ibu R merasa bersyukur dengan kehidupan yang ada sekarang, beliau menerima keadaan dengan lapang dada. Tak ada keluh kesah terhadap keluarganya sekarang, Ibu R hanya berharap mereka dapat hidup dengan layak saja.

2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan Kemandirian) Sistem Saraf: nyeri kepala (-), demam (-)

Sistem Kardiovaskular: nyeri dada (-), edem kaki (-), jantung berdebar debar (-)Sistem Respirasi: sesak nafas (-), batuk (-), pilek(-)

Sistem Digestiva:BAB normal, mual (-), muntah (-), diare (-), sulit makan (-), Sakit perut (-)Sistem Urogenital: BAK normal

Sistem Integumentum: warna biru pada kuku (-), gatal pada kulit (-), biru-biru (-)

Sistem Muskuloskeletal : edema (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-), nyeri otot (-), kelemahan otot (-).

Secara organik tidak terdapat kelainan di sistem saraf, sistem kardivaskuler dan sistem respirasi. Tidak terdapat hambatan dalam fungsi sosial dan kemandirian. Secara sosial, saat ini sdr J sudah bisa bergaul dengan lingkungan sekitar, walaupun masih terbatas.2.4. Grafik Perjalanan PenyakitGejala Klinis

Mental Health Line/Time

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014Fungsi Peran2.5. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu

2.5.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit

Faktor Organik

Panas, kejang, dan trauma fisik sebelum mengalami gangguan di sangkal oleh narasumber. Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)Tidak ditemukan. Faktor Predisposisi

Penyakit herediter disangkal oleh narasumber. Faktor PresipitasiTidak tergali, keluarga dari pasien juga tak mengetahui penyebab secara jelas kenapa sdr J mengalami gangguan.2.5.2. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya Tidak ada. Riwayat Sakit Berat/Opname AlloanamnesisPernah dirawat di RSJ. Grasia 40 hari2.6. Riwayat Keluarga

2.6.1. Pola Asuh KeluargaPasien merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Keluarga memiliki pola asuh permisif. Pengawasan longgar dan membiarkan anak melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup, sedikit memberikan bimbingan dan bersifat hangat. Ibu pasien mengatakan bahwa tidak ada perilaku keras atau kasar yang diberikan oleh keluarga kepada anak-anak termasuk pasien.2.6.2. Riwayat Penyakit KeluargaDari hasil alloanamnesis dengan ibu dan tetangga pasien, beliau mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki kelainan serupa dengan pasien. 2.6.3. Silsilah Keluarga

Keterangan :

= Pasien

= Suspek Down Sydrom

= Meninggal

= Lelaki

= Perempuan

2.7. Riwayat Pribadi

2.7.1. Riwayat Kelahiran Ibu pasien mengatakan tidak ada masalah selama mengandung sdr J. Pasien lahir dengan dibantu dukun, pasien lahir normal tanpa kelainan. Ketika lahir bayi menangis spontan. Ibu pasien tidak mengingat tentang riwayat penyakit.2.7.2. Latar Belakang Perkembangan Mental Menurut pengakuan ibu pasien, perkembangan mental pasien sejak kecil sama dengan teman-teman sebayanya yang berada di sekitar tempat tinggal mereka, jadi kemungkinan sdr. J tidak mengalami keterbelakangan mental. Sifat sdr. J sejak kecil adalah orang yang mudah emosi.2.7.3. Perkembangan Awal

Ibu pasien tak mengingat bagaimana proses perkembangan awal pasien. Yang Ibu R ingat adalah pasien diberi ASI sampai 1 tahunan, dan tak ada keterlambatan perkembangan dibanding anak lainya. Tumbuh kembang seperti anak-anak pada umumnya.2.7.4. Riwayat Pendidikan SD

: Tak tamat, berhenti dikelas 4 SD karena ayahnya sakit. Tingkat prestasi waktu bangku SD tidak ditanyakan.2.7.5. Riwayat Pekerjaan : Sehari-hari pasien hanya bekerja sebagai buruh tani dan mendapat upah kurang lebih Rp. 10.000,00/hari, selain itu membantu keluarga dirumah mengurus ternaknya (kambing).2.7.6. Riwayat Perkembangan Seksual Pasien mengaku belum pernah berpacaran, saat ditanya tertarik dengan lawan jenis pasien tak menjawab, dan sampai saat ini status pasien masih lajang.2.7.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual Agama Islam Tidak menjalankan sholat maupun puasa Kecenderungan kearah fanatisme agama disangkal, pasien jarang mengikuti pengajiandan acara keagamaan.2.7.8. Riwayat Perkawinan dan PersahabatanBelum pernah menikah. Pasien tidak komunikatif (diam dan terlihat bingung) bila ditanya tentang perkawinan dan seks.2.7.9. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid) Pendiam Cenderung tertutup.2.7.10. Hubungan Sosial Menurut penjelasan dari ibu pasien hubungan sosial sdr J dengan teman-temannya pada saat di bangku sekolah baik. Begitu juga hubungan pasien dengan tetangga tempat tinggal juga baik. Dulu sebelum sakit, pasien sering ikut acara-acara dikampungya. Tetapi setelah pasien sakit, pasien jarang pergi keluar rumah, hanya mengurung diri dirumah. Setelah mendapat terapi pasien kini bisa bekerja sebagai buruh kasar, tapi aktivitas sosial tak kembali seperti sebelum sakit.2.7.11. Kebiasaan Menurut ibu pasien, pasien tidak pernah merokok, tidak minum alkohol, maupun obat-obatan terlarang. 2.7.12. Status Sosial Ekonomi : Keluarga sdr J merupakan keluarga yang kurang mampu. Sumber penghidupannya didapat dari uang hasil kerja orang tua dan dirinya sendiri yang hanya buruh tani di sawah tetangganya. Rumah pasien dihuni 6 orang terdiri dari 3 kamar tidur, satu kamar mandi, satu ruang tamu dengan 1 kursi (lincak) dan TV 14 inch, dan satu dapur serta ruang makan. Dinding terbuat dari tembok (tanpa plester), lantai hanya dari semen saja, atap rumah genteng merah saja tanpa eternit. Rumah tampak kotor, banyak debu, dan halamanya berserakan sampah dedaunan. Rumah pasien berada di pinggir sawah dan dipinggiran desa (Foto terlampir).

2.7.13. Riwayat Khusus

Pengalaman militer (-)Urusan dengan polisi (-)2.8. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis Alloanamnesis : dapat dipercaya 2.9. Kesimpulan Alloanamnesis

Dari sejak kecil sdr J mudah marah bila ada sesuatu yg tak dituruti. Saat pasien menderita gangguan jiwa aktivitas sosialnya berkurang, misalnya dari sering ikut kerjabakti menjadi tidak.

Saat pasien mengalami gangguan jiwa, terdapat halusinasi visual dan auditorik.3. PEMERIKSAAN FISIK 3.1. Status Pasien3.1.1. Status Internus

Tanggal Pemeriksaan: 25 Agustus 2014 Keadaan Umum: Compos Mentis

Bentuk Badan: tidak ditemukan kelainan. Berat Badan: tidak dilakukan pengukuran Tinggi Badan: tidak dilakukan pengukuran Tanda Vital

Tekanan Darah: tidak dilakukan pengukuran Nadi

: 82 x/menit. Respirasi

: 18 x/menit. Suhu

: 36,4 C Kepala: Inspeksi wajah : tidak ditemikan adanya kelainan Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Leher: Inspeksi : leher tampak bersih.

JVP

: tidak dilakukan pemeriksaan Thorax

Sistem Kardiovaskuler: tidak dilakukan pemeriksaan Sistem Respirasi: wheezing (-), RBK (-), vesikuler (+) Abdomen

Sistem Gastrointestinal : bising usus (+) N, NT (-) Sistem Urogenital: tidak dilakukan pemeriksaan Ekstremitas

Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan Kelainan Khusus: (-)Kesan Status Internus: Dalam batas normal, meskipun ada beberapa pemeriksaan tidak dilakukan karena tidak tersedianya tempat untuk pemeriksaan.3.1.2. Status Neurologis

Kepala dan Leher: Dalam batas normal Tanda Meningeal: (-) Nervi Kranialis: tidak dilakukan. Kekuatan Motorik: Dalam batas normal Sensibilitas: Dalam batas normal Fungsi Saraf Vegetatif: Tidak dilakukan Refleks Fisiologis: tidak dilakukan Refleks Patologis: Hoffman-Trommner (-) Gerakan Abnormal: (-) Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-)Kesan Status Neurologis: pemeriksaan yang dilakukan dalam batas normal.3.1.3. Hasil Pemeriksaan Penunjang

Tanggal 25 Agustus 2014Tidak dilakukan3.2. Status PsikiatriTanggal Pemeriksaan: 25 Agustus 20143.2.1. Kesan Umum Laki-laki usia 33 tahun sesuai umur, tidak tampak gangguan jiwa, koperatif, rawat diri baik.NoStatus PsikiatriHasilKeterangan

1KesadaranKuantitatif : GCS = E4V5M6

Kualitatif : Compos mentisOS sadar penuh tanpa rangsang apapun dapat diajak berkomunikasi

2

Orientasi dan memori

Orang :BaikOS dapat mengenal orang dengan baik

Misalnya: tahu profesi peneliti sebagai dokter

Waktu :BaikOS dapat membedakan waktu pagi, siang, sore dan malam, mengenal tanggal penting dalam hidupnya (memori).

Tempat :BaikOS mengetahui dimana sekarang ia berada.

Misalnya: masih ingat dimana tempat kerjanya dahulu

Situasi :BaikOS dapat membedakan suasana di rumah sakit dan tempat lain.

3Sikap/Tingkah lakuKooperatifKooperatif : Dapat diajak bicara

4Penampilan/rawat diriCukupPasien mandi 2x sehari

5MoodDisforikOS memperlihatkan mimik yang kurang

6AfekTerbatas

Os menunjukkan penurunan itensitas perasaan yang sedang, tidak parah.

7

Pikiran

a. Bentuk pikiran : realistikApa yang diucapkan pasien sesuai dengan kenyataan.

b. Progresi Kuantitatif pikir

: cukup bicaraOS menjawab seperlunya jika ditanya. Tidak mempunyai inisiatif untuk bertanya dengan orang lain.

Kualitatif : relevan dan koheren

OS dapat dipahami bicaranya

c. Isi Pikir

waham (-)kemiskinan isi pikiran(-)

Tidak ada

8Hubungan JiwaBurukCukup sulit dibina hubunganya dengan pemeriksa

9PerhatianMudah ditarik mudah dicantumOS mau menjawab bila ditanyadan jawaban OS dapat dimengerti

10

Persepsi

Halusinasi :

Halusinasi auditorik (-)

Halusinasi visual (-)

Halusinasi penciuman (-)

Halusinasi pengecap (-)OS tak mendengar bisikan-bisikan dari telinganya

OS tak melihat bayangan bayangan yang tidak jelas

OS tak menghidu aroma yang tidak jelas.

OS tak mengecap rasa yang tidak jelas

11InsightDerajat 4OS menyadari bahwa dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak menyadari penyebab penyakitnya

3.2.2. Mood dan Interest Dalam batas normal Depresi Tak Ada Kecemasan Tidak ada Paranoid Tidak ada Iritabilitas/Sensitivitas Tidak ada3.2.3. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan Pasien saat ini bisa menghitung uang membaca sederhana.3.2.4. Gejala dan Tanda Lain yang Didapatkan Tidak ada3.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis3.3.1. KepribadianIntrovert 3.3.2. IQTidak dapat dilakukan tes.3.3.3. Lain-LainTidak ada.4. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA

4.1. Tanda-Tanda (Sign)a. Penampilan

Sikap baik, pakaian biasa, pasien tidak seperti orang sakit.b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Cara berjalan biasa, mampu menulis, duduk dan berdiri secara normal.c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)

Kualitas : Koheren, relevanKuantitas : bicara cukup

4.2. Gejala (Simtom)Saat ini pasien tak menunjukan gejala patologis, tapi dari anamnesis keadaan terdahulu ditemukan :a. Pasien berhalusinasi auditorik (namun tidak jelas apa yang pasien dengar)

b. Pasien berhalusinasi Visual (melihat gendruwo dan buto)c. Bentuk pikir tidak realistikd. Mudah ditarik mudah dicantum.e. Orientasi tak dapat dinilai (saat ini baik)4.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)Pada saat anamnesis, pasien terlihat lebih tenang dan dapat bercerita tentang dirinya, saat ini pasien tidak menunjukan gejala psikotik. Dari alloanamnesis dengan ibu pasien pasien ada riwayat halusinasi visual

halusinasi auditorik mudah marah

mengurung diri dikamar

malas beraktivitas

5. DIAGNOSIS BANDING- F20.0 Skizofrenia Paranoid

Diagnosis kerja F20.3 skizofrenia tak terinci Remisi6. PEMBAHASANPedoman menurut PPDGJ III

Dalam PPDGJ III Dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis skizofrenia harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jalas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala=gejala itu kurang tajam atau jelas).1. Salah satu dari:

thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau

thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;

2. Salah satu dari:

delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; atau

(tentang dirinya : secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus;

delusional perception : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

3. Halusinasi auditorik:

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau

Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau

Jenis suara halusinasi lain yang berasala dari salah satu bagian tubuh

4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala ini yang harus selalu ada secara jelas:

5. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;

6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;

7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

8. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal); Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatau, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.Skizofrenia tak terinci (F 20.3)Pedoman diagnosis

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia

Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik.

Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.

Diagnosis Banding

Skizofrenia paranoid (F 20.0)

Pedoman Diagnostik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Sebagai tambahan :

Halusinasi dan/ atau waham yang harus menonjol;

Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung atau tawa Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan, dipengaruhi, keyakinan bahwa dia sedang dikejar-kejar Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG7.1. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)

Tidak perlu dilakukan karena pasien tidak mnunjukkan gejala-gejala patologik pada organ.

8. DIAGNOSISAKSIS I : (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)

F20.3 Skizofrenia Tak terinci AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental)

Tidak AdaAKSIS III (Kondisi Medik Umum)

Tidak adaAKSIS IV (Stressor Psikososial)

Tidak adaAKSIS V (Fungsi Secara Global)

GAF 60-51 Gejala sedang, disabilitas sedang9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAANFarmakoterapiRisperidone 2 x 2 mg

Psikoterapi

Ventilasi

: memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati dan keinginannya supaya pasien merasa lega.

Konselling

: memberikan nasehat dan pengertian kepada pasien mengenai penyakitnya dan cara menghadapinya agar pasien mengetahui kondisi dirinya.

Sosioterapi

: memberikan penjelasan kepada keluarga pasien dan orang sekitar agar member dukungan kepada pasien. Dukungan moral dan suasana kondusif sehingga membantu proses penyembuhan.

10. PROGNOSIS FAKTOR PREMORBIDIndikatorPada PasienPrognosis

1. Faktor kepribadian

2. Faktor genetik

3. Pola asuh

4. Faktor organik

5. Dukungan keluarga

6. Sosioekonomi

7. Faktor pencetus

8. status perkawinan

9. Kegiatan spiritualintrovertTidak ada

Permisittidak ada

Ada

Ekonomi kurang

Tidak ada

Tak kawinJelekJelekBaik

JelekBaik

Baik

jelek

Jelek

jelekjelek

FAKTOR MORBID10. Onset usia

11. Perjalanan penyakit

12. Jenis penyakit13. Respon terhadap terapi

14. Riwayat disiplin minum obat

15. Riwayat disiplin kontrol

16. Riwayat peningkatan gejala

17. BeraktivitasDewasa muda

KronikSkizofreniaBaik

Baik

Baik

Tidak

MeningkatJelek

JelekJelek

Baik

baik

Baik

Baik

Baik

Kesimpulan prognosis: Dubia ad malam

11. RENCANA FOLLOW UPMemantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas obat, dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang diberikan. Pastikan pasien mendapat psikoterapi.

LONG CASE

SKIZOFRENIA TAK TERINCI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh :Nora Eka Nugraha20090310150Dokter Penguji :

dr. Vista Nurasti P,Sp.KJ

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

2014

HALAMAN PENGESAHANSKIZOFRENIA TAK TERINCI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti

Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun Oleh:

Nora Eka Nugraha

20090310150

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal 28 Agustus 2014

Oleh :

Dokter Penguji

dr.Vista Nurasti P, Sp.KJ EMBED Word.Picture.8

EMBED Word.Picture.8

62

Fakultas Kedokteran UII

_1470731618.doc

_1470731619.doc