19
A. Definisi Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Asfiksia ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. B. Etiologi Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,

LP ASFIKSIA.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bayi asfiksia

Citation preview

Page 1: LP ASFIKSIA.doc

A. Definisi

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara

spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya

akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.

Asfiksia ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan

teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan

hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,

persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah

buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang

akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan

membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.

B. Etiologi

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi

darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang.

Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat

berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia

pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:

1. Faktor ibu

Preeklampsia dan eklampsia

Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

Partus lama atau partus macet

Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

2. Faktor Tali Pusat

Page 2: LP ASFIKSIA.doc

Lilitan tali pusat

Tali pusat pendek

Simpul tali pusat

Prolapsus tali pusat

3. Faktor Bayi

Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,

ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)

Kelainan bawaan (kongenital)

Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk

menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal

itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya

tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali

atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh

karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap

pertolongan persalinan.

C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis

Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan

persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama

kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan

mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan

kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan

penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak

dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi

bradikardi dan penurunan TD.

Page 3: LP ASFIKSIA.doc

Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan

asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis

respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an

aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama

pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi

perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :

1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi

jantung.

2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot

jantung.

3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap

tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru

dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan.

Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia

Tidak bernafas atau bernafas megap-megap

Warna kulit kebiruan

Kejang

Penurunan kesadaran

D. Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia /

hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan

dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat

perhatian yaitu :

1. Denyut jantung janin

Page 4: LP ASFIKSIA.doc

Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi

apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-

lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya

2. Mekonium dalam air ketuban

Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi

kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai.

Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan

indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

3. Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan

kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa

pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai

di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai

asfiksia.

E. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,

menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan

resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui

rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.

Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda

penting, yaitu :

Penafasan

Denyut jantung

Warna kulit

Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau

membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan

Page 5: LP ASFIKSIA.doc

menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera

ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan

positif (VTP).

Lima kriteria Skor Apgar:

Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim

Warna kulitseluruhnya

biru

warna kulit tubuh

normal merah

muda,

tetapi tangan dan

kaki kebiruan

(akrosianosis)

warna kulit tubuh,

tangan, dan kaki

normal merah muda,

tidak ada sianosis

Appearan

ce

Denyut jantung tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse

Respons refleks

tidak ada

respons

terhadap

stimulasi

meringis/

menangis lemah

ketika distimulasi

meringis/bersin/batuk

saat stimulasi saluran

napas

Grimace

Tonus ototlemah/

tidak adasedikit gerakan bergerak aktif Activity

Pernapasan tidak adalemah atau tidak

teratur

menangis kuat,

pernapasan baik dan

teratur

Respiratio

n

Keterangan : 0 – 3 : Asfiksia Berat, 4 – 6 : Asfiksia sedang, 7 – 10 :

Normal.

Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5,

bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5

Page 6: LP ASFIKSIA.doc

menit sampai skor mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk menilai

keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan

untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir

bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar)

F. KOMPLIKASI

Meliputi berbagai organ yaitu :

1. Otak : hipoksis iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis

2. Jantung dan paru-paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus,

perdarahan paru, edema paru

3. Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans

4. Ginjal : tubular nekrosis akut

5. Hematologi : DIC

G. PENATALAKSANAAN

Resusitasi :

A : Memastikan saluran nafas terbuka

- Meletakkan bayi pada posisi yang benar

- Menghisap mulut kemudian hidung, kalo perlu trakea

- Bila perlu masukkan pipa ET untuk memastikan jalan nafas terbuka

B : Memulai pernafasan

- Lakukan rangsang taktil untuk memulai pernafasan

- Bila perlu memakai ventilasi tekanan positip (VTP) menggunakan

sungkup dan balon atau pipa ET dan balon.

C : Mempertahankan sirkulasi darah

Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau

bila perlu menggunakan obat-obatan.

Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :

1. Tindakan umum

a) Pengawasan suhu

b) Pembersihan jalan nafas

Page 7: LP ASFIKSIA.doc

c) Rangsang untuk menimbulkan pernafasan

2. Tindakan khusus

a) Asfiksia berat

Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki

ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik

dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asfiksia

berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4

mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua

obat ini disuntikan kedalam intra vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi

obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung.

Usaha pernapasanbiasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan

1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau

frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-

100/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu

setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika

tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan

oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan

organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.

b) Asfiksia sedang

Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-

60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan,

ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi

diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan

membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah

dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding toraks dan

abdomen.

Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan

mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2

menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera

dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke

Page 8: LP ASFIKSIA.doc

mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut,

sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan

frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang

mungkin timbul.

Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat

terjasi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, intubasi

endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat

segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan

teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1. Sirkulasi

• Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah

60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).

• Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal

tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.

• Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.

• Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.

2. Eliminasi.

3. Makanan/ cairan

• Berat badan : 2500-4000 gram

• Panjang badan : 44-45 cm

• Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)

4. Neurosensori

• Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.

• Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap. Penampilan

asimetris (molding, edema, hematoma).

• Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan

abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)

5. Pernafasan

• Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.

Page 9: LP ASFIKSIA.doc

• Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.

• Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik

thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.

6.Keamanan

• Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan

distribusi tergantung pada usia gestasi).

• Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna

merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar

minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin,

petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan

berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi

telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak

mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit

kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)

Diagnosa Keperawatan

- Kerusakan  pertukaran   gas  berhubungan  dengan  ketidakseimbangan

perfusi ventilasi

- Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya hipovolemia

- Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi/ hiperventilasi

Intervensi Keperawatan

1. Kerusakan  pertukaran   gas  berhubungan  dengan

ketidakseimbangan perfusi ventilasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 30 menit

diharapkan pertukaran gas teratasi.

NOC : Status respiratorius : Pertukaran gas

Kriteria hasil :

1. Tidak sesak nafas

2. Fungsi paru dalam batas normal

Keterangan skala :

1 : Selalu Menunjukkan

2 : Sering Menunjukkan

3 : Kadang Menunjukkan

Page 10: LP ASFIKSIA.doc

4 : Jarang Menunjukkan

5 : Tidak Menunjukkan

NIC : Manajemen asam basa

Intervensi: :

1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi

sputum.

2) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri

3) Pantau hasil Analisa Gas Darah

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya

hipovolemia

Tujuan:

Menunjukan peningkatan perfusi sesuai secara individual

Kriteri hasil:

1.Status mental dalam keadaan normal

2.Irama jantung dan nadi perifer dalam batas normal

3.Tidak ada sianosis sentral atau perifer

4.Kulit hangat

5.Keluaran urine dan berat jenis dalam batas normal

Intervensi:

1.Mempertahankan output yang normal dengan cara mempertahankan

intake dan output

2.Kolaborasi dalam pemberian diuretik sesuai indikasi

3.Memonitor laboratorium urine lengkap

4.Memonitor pemeriksaan darah

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

hipoventilasi/hiperventilasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses

keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif.

NOC : Status respirasi : Ventilasi

Kriteria hasil :

1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.

2. Ekspansi dada simetris.

Page 11: LP ASFIKSIA.doc

3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.

4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.

Keterangan skala :

1 : Selalu Menunjukkan

2 : Sering Menunjukkan

3 : Kadang Menunjukkan

4 : Jarang Menunjukkan

5 : Tidak Menunjukkan

NIC : Manajemen jalan nafas

Intervensi :

1) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan

pengisapan lender.

2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.

3) Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi.

4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian

alan bantu

Nafas

5) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.

6) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.

Page 12: LP ASFIKSIA.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Fraser, Dian M. 2009. Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC.

2. Safrudin, Hamidah. 2009. Komunitas Kebidanan. Jakarta: EGC.

3. Khosim S, Indarso F, Irawan G, Hendrarto TW. 2006. Buku acuan

pelatihan pelayanan obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes

RI; 69-79.

4. Nurarif AH, Kusuma H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan

Diagnosa Medis, NANDA, dan NIC-NOC. Yogyakarta : Media Action.

Page 13: LP ASFIKSIA.doc