21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tak ada seorang pun manusia yang menghendaki dirinya buta warna, namun tidak bisa di pungkiri dalam kehidupan nyata penderita buta warna memiliki keterbatasan untuk menempuh karir di bidang tertentu. Misalnya saja saat masuk fakultas keperawatan atau dalam pekerjaan tertentu seperti analis kimia dan sebagainya .Mereka memerlukan ketajaman pembedaan warna untuk menekunu ilmunya, yang tidak dapat dibedakan oleh orang yang menderita buta warna. Buta warna itu sendiri adalah ketidak mampuan seseorang untuk membedakan warna tertentu. Orang tersebut biasanya tidak buta semua warna melainkan hanya pada warna tertentu saja, meskipun demikian ada juga seseorang yang sama sekali tidak bisa melihat warna jadi hanya tampak hitam, putih dan abu-abu saja. Penyakit buta warna merupakan kelainan genetik atau turunan, tanda dan gejala seseorang menderita buta warna bisa diketahui saat dia masih balita. Penyebabnya adalah kerusakan pada sel kerucut di dalam retina, sehingga tidak mampu menangkap spektrum warna tertentu. Sehingga bisa dilakukan deteksi dini pada balita untuk mengetahui apakah dia menderita buta warna atau tidak. B. Rumusan masalah 1. Definisi dari buta warna ? 2. Klasifikasi dari buta warna ? 1

Lp Buta Warna

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pendahuluan Buta Warna

Citation preview

Page 1: Lp Buta Warna

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tak ada seorang pun manusia yang menghendaki dirinya buta warna, namun

tidak bisa di pungkiri dalam kehidupan nyata penderita buta warna memiliki keterbatasan

untuk menempuh karir di bidang tertentu. Misalnya saja saat masuk fakultas keperawatan

atau dalam pekerjaan tertentu seperti analis kimia dan sebagainya .Mereka memerlukan

ketajaman pembedaan warna untuk menekunu ilmunya, yang tidak dapat dibedakan oleh

orang yang menderita buta warna.

Buta warna itu sendiri adalah ketidak mampuan seseorang untuk membedakan

warna tertentu. Orang tersebut biasanya tidak buta semua warna melainkan hanya pada

warna tertentu saja, meskipun demikian ada juga seseorang yang sama sekali tidak bisa

melihat warna jadi hanya tampak hitam, putih dan abu-abu saja. Penyakit buta warna

merupakan kelainan genetik atau turunan, tanda dan gejala seseorang menderita buta

warna bisa diketahui saat dia masih balita. Penyebabnya adalah kerusakan pada sel

kerucut di dalam retina, sehingga tidak mampu menangkap spektrum warna tertentu.

Sehingga bisa dilakukan deteksi dini pada balita untuk mengetahui apakah dia menderita

buta warna atau tidak.

B. Rumusan masalah

1. Definisi dari buta warna ?

2. Klasifikasi dari buta warna ?

3. Jenis jenis buta warna ?

4. Etiologi dari buta warna ?

5. Patofisiologi dari buta warna ?

6. Pathway dari buta warna ?

7. Tanda dan Gejala dari buta warna ?

8. Pemeriksaan Buta Warna ?

9. Pencegahan Penyakit Buta Warna ?

10. Laporan pendahuluan dan askep buta warna ?

C. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah memenuhi tugas mata kuliah persepsi sensori tentang

“Buta Warna”.

1

Page 2: Lp Buta Warna

BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN BUTA WARNA

A. Definisi

Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Buta warna

juga dapat diartikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang disebabkan

ketidakmampuan sel-sel kerucut (cone cell) pada retina mata untuk menangkap suatu

spektrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya

Buta warna juga dapat diartikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang

disebabkan ketidak mampuan sel-sel kerucut (cone cell) pada retina mata untuk

menangkap suatu spektrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukan warna

yang sesungguhnya. Buta warna merupakan suatu kelainan yang diakibatkan oleh sel-sel

kerucut mata yang tidak mampu dalam menangkap suatu spektrum warna-warna tertentu.

B. Klasifikasi

Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama), deutros (kedua), dan

tritos (ketiga) yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3. Biru.

1. Anomalous trichromacy

Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat disebabkan

oleh faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomalous

trichromacy memiliki tiga sel kerucut yang lengkap, namun terjadi kerusakan

mekanisme sensitivitas terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut.

Pasien buta warna dapat melihat berbagai warna akan tetapi dengan interpretasi

berbeda daripada normal yang paling sering ditemukan adalah:

a. Trikromat anomali, kelainan terdapat pada short-wavelenght pigment (blue).

Pigmen biru ini bergeser ke area hijau.spectrum merah. pasien mempunyai ketiga

pigmen kerucut akan tetapi satu tidak normal, kemungkinan gangguan dapat

terletak hanya pada satu atau lebih pigmen kerucut. Pada anomali ini

perbandingan merah hijau yang dipilih pada anomaloskop berbeda dibanding

dengan orang normal.

b. Deutronomali, disebabkan oleh kelainan bentuk pigmen middle-wavelenght

(green). Dengan cacat pada hijau sehingga diperlukan lebih banyak hijau, karena

terjadi gangguan lebih banyak daripada warna hijau.

2

Page 3: Lp Buta Warna

c. Protanomali adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi kelainan terhadap

long-wavelenght (red) pigmen, sehingga menyebabkan rendahnya sensitifitas

warna merah. Artinya penderita protanomali tidak akan mempu membedakan

warna dan melihat campuran warna yang dilihat oleh mata normal. Penderita juga

akan mengalami penglihatan yang buram terhadap warna spektrum merah. Hal

ini mengakibatkan mereka dapat salah membedakan warna merah dan hitam.

2. Dichromacy

Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada

atau tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada kerucut,

seseorang yang menderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan

terhadap warna-warna tertentu.

Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak:

a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkan oleh tidak adanya

photoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap

warna merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1 % dari seluruh pria.

Keadaan yang paling sering ditemukan dengan cacat pada warna merah hijau

sehingga sering dikenal dengan buta warna merah - hijau..

b. Deutranopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan tidak

adanya photoreceptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam

membedakan hue pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination).

c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki short-wavelength

cone. Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan

warna biru dan kuning dari spektrum cahaya tanpak. Tritanopia disebut juga buta

warna biru-kuning dan merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai.

3. Monochromacy

Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki

sebuah pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya

mempunyai satu pigmen kerucut (monokromat rod atau batang). Pada monokromat

kerucut hanya dapat membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya

6/30. Pada orang dengan buta warna total atau akromatopsia akan terdapat keluhan

silau dan nistagmus dan bersifat autosomal resesif .

Bentuk buta warna dikenal juga :

a. Monokromatisme rod (batang) atau disebut juga suatu akromatopsia di mana

terdapat kelainan pada kedua mata bersama dengan keadaan lain seperti tajam

3

Page 4: Lp Buta Warna

penglihatan kurang dari 6/60, nistagmus, fotofobia, skotoma sentral, dan mungkin

terjadi akibat kelainan sentral hingga terdapat gangguan penglihatan warna total,

hemeralopia (buta silang) tidak terdapat buta senja, dengan kelainan refraksi

tinggi. Pada pemeriksaan dapat dilihat adanya makula dengan pigmen abnormal.

b. Monokromatisme cone (kerucut), di mana terdapat hanya sedikit cacat, hal yang

jarang, tajam penglihatan normal, tidak nistagmus .

C. Jenis jenis buta warna

Buta warna memiliki dua jenis yaitu:

1. Buta warna total

Seseorang dengan Buta warna total hanya melihat semua warna menjadi hitam dan

putih saja.

2. Buta warna parsial/sebagian.

penderita hanya akan mengalami kesulitan dalam membedakan warna-warna

tertentu.secara fisik seseorang dengan buta warna parsial terlihat sama saja dengan

ornag normal. Artinya,tidak ada kelainan fisik yang signifikan antara ornag normal

dengan penderita buta warna parsial. Selain itu penderita buta warna parsila juga tidak

merasakan sakit ketika melihat suatu objek dengan perpaduan warna,hanya saja

penderita buta warna melihat objek tersebut dengan warna yang berbeda dari ornag

normal walaupu perbedaan itu tidak terlalu signifikasi.

D. Etiologi

Buta warna karena herediter dibagi menjadi tiga: monokromasi (buta warna

total), dikromasi (hanya dua sel kerucut yang berfungsi), dan anomalus trikromasi (tiga

sel kerucut berfungsi, salah satunya kurang baik). Dari semua jenis buta warna, kasus

yang paling umum adalah anomalus trikromasi, khususnya deutranomali, yang mencapai

angka 5% dari pria. Sebenarnya, penyebab buta warna tidak hanya karena ada kelainan

pada kromosom X, namun dapat mempunyai kaitan dengan 19 kromosom dan gen-gen

lain yang berbeda. Beberapa penyakit yang diturunkan seperti distrofi sel kerucut dan

akromatopsia juga dapat menyebabkan seseorang menjadi buta warna.

Gen buta warna terkait dengan dengan kromosom X (X-linked genes). Jadi

kemungkinan seorang pria yang memiliki genotif XY untuk terkena buta warna secara

turunan lebih besar dibandingkan wanita yang bergenotif XX untuk terkena buta warna.

Jika hanya terkait pada salah satu kromosom X nya saja, wanita disebut carrier atau

pembawa, yang bisa menurunkan gen buta warna pada anak-anaknya. Menurut salah satu

riset 5-8% pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta warna. Dan 99% penderita buta warna

4

Page 5: Lp Buta Warna

termasuk dikromasi, protanopia, dan deuteranopia . Dua gen yang berhubungan dengan

munculnya buta warna adalah OPN1LW (Opsin 1 Long Wave) opsin (pigmen visual),

yang menyandi pigmen merah dan OPN1MW (Opsin 1 Middle Wave), yang menyandi

pigmen hijau . Buta warna dapat juga ditemukan pada penyakit makula, saraf optik,

sedang pada kelainan retina ditemukan cacat relative penglihatan warna biru dan kuning

sedang kelainan saraf optik memberikan kelainan melihat warna merah dan hijau

E. Patofisiologi

Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya. Benda-

benda tertentu di lingkungan, misalnya matahari, api, dan bola lampu, memancarkan

cahaya. Pigmen-pigmen di berbagai benda secara selektif menyerap panjang gelombang

tertentu cahaya yang datang dari sumber-sumber cahaya, dan panjang gelombang yang

tidak diserap dipantulkan dari permukaan benda. Berkas-berkas cahaya yang dipantulkan

inilah yang memungkinkan kita melihat benda tersebut. Suatu benda yang tampak biru

menyerap panjang gelombang cahaya merah dan hijau yang lebih panjang dan

memantulkan panjang gelombang biru yang lebih pendek, yang dapat diserap oleh

fotopigmen di sel-sel kerucut biru mata, sehingga terjadi pengaktifan sel-sel tersebut.

Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut yang mempunyai pigmen terutama cis

aldehida A2. Penglihatan warna merupakan kemampuan membedakan gelombang sinar

yang berbeda. Warna ini terlihat akibat gelombang elektromagnetnya mempunyai

panjang gelombang yang terletak antara 440-700 .

Warna primer yaitu warna dasar yang dapat memberikan jenis warna yang

terlihat dengan campuran ukuran tertentu. Pada sel kerucut terdapat 3 macam pigmen

yang dapat membedakan warna dasar merah, hijau dan biru.

1. Sel kerucut yang menyerap long-wavelength light (red)

2. Sel kerucut yang menyerap middle- wavelength light (green)

3. Sel kerucut yang menyerap short-wavelength light (blue)

Ketiga macam pigmen tersebut membuat kita dapat membedakan warna mulai

dari ungu sampai merah. Untuk dapat melihat normal, ketiga pigmen sel kerucut harus

bekerja dengan baik. Jika salah satu pigmen mengalami kelainan atau tidak ada, maka

terjadi buta warna.Warna komplemen ialah warna yang bila dicampur dengan warna

primer akan berwarna putih. Putih adalah campuran semua panjang gelombang cahaya,

sedangkan hitam tidak ada cahaya ,Gelombang elektromagnit yang diterima pigmen akan

diteruskan rangsangannya pada korteks pusat penglihatan warna di otak. Bila panjang

gelombang terletak di antara kedua pigmen maka akan terjadi penggabungan warna.

5

Page 6: Lp Buta Warna

F. Pathway

Terlampir

G. Tanda dan Gejala

Tanda seorang mengalami buta warna tergandung pada beberapa factor; apakah

kondisinya disebabkan factor genetik, penyakit, dan tingkat buta warnanya; sebagian

atau total. Gejala umumnya adalah kesulitan membedakan warna merah dan hijau (yang

paling sering terjadi), atau kesulitan membedakan warna biru dan hijau (jarang

ditemukan).Gejala untuk kasus yang lebih serius berupa; objek terlihat dalam bentuk

bayangan abu-abu (kondisi ini sangat jarang ditemukan), dan penglihatan berkurang.

Gangguan persepsi warna dapat dideteksi dengan menggunakan table warna khusus yang

disebut dengan Ishuhara Test Plate. Pada setiap gambar terdapat angka yang dibentuk

dari titik-titik berwarna. Gambar digantung di bawah pencahayaan yang baik dan pasien

diminta untuk mengidentifikasi angka yang ada pada gambar tersebut. Ketika pada tahap

ini ditemukan adanya kelainan, test yang lebih detail laggi akan diberikan.

H. Pemeriksaan Buta Warna

1. Oftalmoskop

Suatu alat dengan system pencahayaan khusus, untuk melihat bagian dalam mata

terutama retina dan struktur terkaitnya

2. Tes Penglihatan Warna

a. Uji ishara

dengan memakai sejumlah lempeng polikromatik yang berbintik, warna primer

dicetak diatas latar belakang mosaic bintik-bintik serupa dengan aneka warna

sekunderyang membingungkan, bintik-bintik primer disusun menurut pola (angka

atau bentuk geometric) yang tidak dapat dikenali oleh pasien yang kurang persepsi

warna

b. Uji Pencocokan Benang

pasien diberi sebuah gelendong benang dan diminta untuk mengambilgelendong

yang warnanya cocok dari setumpuk gelendong yang berwarna-warni

3. Tes Sensitivitas Kontras

Adalah kesanggupan mata melihat perbedaan kontras yang halus, dimana pada pasien

dengan gangguan pada retina, nervus optikus atau kekeruhan media mata tidak

sanggup melihat perbedaan kontras tersebut

4. Tes Elektrofisiologik

a. Elektroletingrafi (ERG)

6

Page 7: Lp Buta Warna

Untuk mengukur respon listrik retina terhadap kilatan cahaya bagian awal respon

flash ERG mencerminkan fungsi fotoreseptor sel krucut dan sel batang

b. Tro okulografi (EOG)

untuk mengukur potensial korneoretina tetap. Kelainan EOG terutama terjadi

pada penyakit secara dipus mempengaruhi epitel pigmen retina dan fotoreseptor.

I. Pencegahan Penyakit Buta Warna

Usaha awal yang dilakukan dalam tahap mempertinggi nilai kesehatan tanpa masa

a. Sebelum sakit yaitu:

1) Perbaikan keturunan dengan meningkatan kondisi lingkungan seperti nutrisi yang

bergizi,kondisi lingkungan yang tidak tercemar,pendidikan yang memadai.

2) Konsultasi dengan orang-orang yang ahli di bidang hereditas sebelum melakukan

pernikahan.

3) Mengkuti pendidikan kesehatan ataupun penyuluhan tentang kenali penyakit

genetika lebih dini agar dapat mempelajari tentang buta warna ataupun

kekurangan dirinya dan cara mengatasinya.

4) Ajarkan kepada anak-anak (atau orang yang dicintai) tentang situasi yang

sebenarnya. Jadilah terbuka untuk keluarga,terutama kepada anak-anak. Bantulah

mereka memahami tentang buta warna yang di derita. Ini akan sangat membuat

hidup penderita lebih mudah dan ini juga akan membuat mereka ekstra sensitif

dalam berbagai cara.

b. Pencegahan masa sakit

1. Mengenal dan mengetahui penyakit pada tingkat awal (Early diagnosa),dapat

dilakukan dengan cara:

Melakukan pendeteksian secara dini terhadap penyakit buta warna dengan bantuan

tes warna citra ishihara. Dengan pengaklasifikasian warna berdasarkan nilai

hue,instensity,dan saturation(HIS) dapat digunakan untuk memoditifikasi warna

citra tersebut secara proporsional sesuai dengan tingkat buta warna seseorang.

2. Mengadakan pengobatan yang tepat dan segera (promt treatment),dapat dilakukan

dengan:

Pengobatan awalnya yaitu dengan mengasosiasikan penderita buta warna dengan

objek tertentu tanpa kesulitan.misalnya mengahafalkan warna rambu-rambu lalu

lintas. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan

kemampuan yang diakibatkan suatu penyakit(Disability limitation).

7

Page 8: Lp Buta Warna

Langkah-langkah pencegahan ataupun usaha yang bisa dilakukan untuk

mengurangi kecatatan akibat buta warna,antara lain:

1. Menggunakan kacamata lensa warna.

Tujuannya,agar penderita dapat membedakan warna dengan lebih mudah. Cara

ini terbuktif efektif pada beberapa penderita. Menggunakan kacamata dengan

lensa yang dapat mengurangi cahaya silau. Biasanya penderita buta warna dapat

cahaya tidak terlalu terang atau menyilaukan. Jika tidak dapat melihat warna

sama sekali (buta dapat total),penderita dianjurkan menggunakan kacamata

lensa gelap dan mempunyai pelindung cahaya pada sisinya. Suasana lebih gelap

diperlukan karena sel rod ,yaitu sel yang hanya bisa membedakan warna

hitam,putih, dan abu-abu,bekerja dengan lebih baik pada kondisi cahaya yang

suram.

2. Rehabilitasi(Rehabilitation)

Rehabilitasi yang bisa dilakukan terhadap penderta buta warna yaitu ada 4

bentuk rehabilitasi antara lain:

a. Rehabilitasi fisik

Rehabilitas fisik yaitu dengan seseorang yang karena menderita buta perlu

mendapatkan rehabilitas dengan terapi pengobatan atau terapi warna khusus

bagi penderita buta warna. Agar dapat mengasosiasikan warna pada objek

tertentu

b. Rehabilitas mental

Rehabilitas mental yaitu dengan melakukan komunikasi secara personal

terutama bagi anggota keluarga.dengan berkomunikasi dapat membantu

meningkatkan kepercayaan dirinya sehingga dapat masuk dalam lingkunagan

masyarakat terutama lingkungan pekerjaan nanntinya.

c. Rehabilitas sosial vokasional

Rehabilitas sosial vokasional yaitu dengan memberikan kedudukan akan

pekerjaan yang sesuai dengan kondisi penderita buta warna misalnya

pekerjaan dibidang seni,sastra,wirausahawan.

8

Page 9: Lp Buta Warna

BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN BUTA WARNA

A. Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, alamat,

tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa medis.

b. Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan,

pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.

c. Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan dengan

klien, dan status kesehatan.

2. Keluhan Utama

Keluhan utama klien dengan buta warna adalah salah dalam menginterpetasikan

warna tertentu yang dilihatnya.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

klien tidak bisa dan kesulitan membedakan warna tertentu yang dilihatnya.

b. Riwayat penyakit sebelumnya

Buta warna dapat juga disebabkan oleh penyakit pada kelainan makula (retinitis

sentral dan degenerasi makula sentral), serta saraf optik.

c. Riwayat penyakit keluarga

Penyebab buta warna yang sering terjadi dikarenakan oleh faktor keturunan atau

kongenital.

4. Pemeriksaan Fisik Mata

a. Tes penglihatan warna: uji ishihara,tidak bisa membaca warna dengan benar

b. Pemeriksaan tajam penglihatan (visus dasar)

c. Pemeriksaan anatomik dilakukan dengan cara objektif

a) Inspeksi: perhatikan tanda-tanda nyata (adanya pembengkakan, kemerahan dan

tumor)

b) Palpasi: untuk menentukan adanya tumor, rasa sakit (nyeri tekan), keadaan dan

tahanan intra okuler.

d. Pemeriksaan Diagnostik

a) ERG: defisiensi salah satu sel kerucut

b) Oftalmoskop :Retina berwarna kuning-merah dengan bercak-bercak hitam.

9

Page 10: Lp Buta Warna

B. Dignosa keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d defek penglihatan warna

2. Resiko terhadap cedera b.d kurangnya interpretasi warna

3. Harga diri rendah b.d Gangguan konsep diri

10

Page 11: Lp Buta Warna

C. Intervensi

NO DIAGNOSA NOC NIC

1 Gangguan

sensori persepsi

(penglihatan) b.d

defek

penglihatan

warna

DS :

o Keluhan tidak

dapat

membedakan

warna tertentu

o Keluhan silau

pada cahaya

terang

DO:

o Interpretasi

warna rendah

o Tidak dapat

menyebutkan

angka dalam

buku ishihara

Fungsi sensori :

penglihatan

Indikator :

1. Ketajaman

penglihatan pusat

(kiri dan kanan)

2. Ketajaman

penglihatan sekitar

(kiri dan kanan)

3. Lapang pandang

pusat (kiri dan

kanan)

4. Lapang pandang

sekitar (kiri dan

kanan)

5. Respon untuk

rangsangan

penglihatan

Kompensasi tingkah

laku penglihatan

Indikator:

1. Monitor gejala dari

kemunduran

penglihatan dan

bentuk defisiensi buta

warna yang dialami

2. Posisikan sendiri

untuk kebaikan

penglihatan

3. Menggunakan cahaya

Peningkatan komunikasi : defisit

penglihatan

Aktivitas :

1. Catat reaksi pasien terhadap

rusaknya penglihatan (misal,

depresi, menarik diri, dan menolak

kenyataan)

2. Menerima reaksi pasien terhadap

defisiensi penglihatan warna yang

dimiliki

3. Andalkan penglihatan pasien yang

tersisa sebagaimana mestinya.

Terapi kegiatan

Aktivitas :

1. Tentukan komitmen pasien untuk

meningkatkan frekuensi dan/atau

jangkauan kegiatan

2. Bantu untuk menemukan makna

diri melalui aktivitas yang biasa

(misalnya bekerja) dan/atau aktivitas

liburan yang disukai

3. Bantu memilih kegiatan yang sesuai

dengan kemampuan fisik, psikologi,

dan social

4. Bantu untuk memfokuskan pada apa

yang dapat dilakukan pasien bukan

pada kelemahan pasien

5. Bantu mengidentifikasi dan

memperoleh sumber daya yang

diperlukan untuk kegiatan yang

11

Page 12: Lp Buta Warna

yang adekuat

4. Menggunakan

kacamata Kacamata

dengan lensa yang

memiliki filter warna

khusus

dikehendaki.

2. Resiko terhadap

cedera b.d

kurangnya

interpretasi

warna

DS :

Keluhan klien

salah dalam

membedakan

warna yang

membuat ia

cidera

DO :

Klien mengalami

cedera saat

melakukan

aktivitasnya.

Risk Control

Indikator :

1 Kontrol faktor resiko

bahaya lingkungan

2 Mengembangkan

strategi kontrol resiko

3 Mengatur strategi

kontrol bahaya yang

diperlukan

4 Menyatakan resiko

5 Modifikasi gaya

hidup untuk

menurunkan resiko

6 Menghindari paparan

ancaman kesehatan

7 Berpartisipasi dlm

skrining utk

mengidentifikasi

risiko.

Environment Management

Aktivitas :

1 Sediakan lingkungan yang aman

untuk klien

2 Ingatkan klien untuk tetap

menggunakan kacamata dengan

lensa yang berfilter warna khusus

yang memungkinkan klien untuk

menginterpretasikan warna dengan

baik dan dapat menghindari diri

dari cidera

3 Menganjurkan keluarga untuk

menemani klien.

4 Memindahkan barang-barang yang

dapat membahayakan

5 Berikan penjelasan pada pasien dan

keluarga atau pengunjung adanya

perubahan status kesehatan dan

penyebab penyakit.

3 Harga diri

rendah b.d

Gangguan

konsep diri

DS:

o Merasa malu

dengan orang

lain

Body image

Indikator :

1. Menerima bagian

tubuh yang

mengalami gangguan

2. Puas dengan

penampilan tubuh

3. Puas dengan fungsi

Self estem enhancement

Aktivitas :

1 Monitor pernyataan pasien tentang

dirinya

2 Bantu pasien untuk meningkatkan

penilaian dirinya terhadap

penghargaan dirinya

3 Bantu pasien untuk meningkatkan

12

Page 13: Lp Buta Warna

DO:

o Tampak

murung

o Menarik diri

o Perasaan (-)

terhadap

tubuh

tubuh kepercayaan dirinya

4 Berikan dorongan kuat untuk

pasien

5 Dorong kontak mata dalam

komunikasi dengan semua orang

6 Berikan pendidikan kesehatan

kepada keluarga

7 Berikan pendidikan kesehatan pada

klien tentang penyakit

DAFTAR PUSTAKA

13

Page 14: Lp Buta Warna

Maryam RS,ekasari,MF,dkk .2008.mengenal usia lanjut dan perawatannya.Jakarta:salemba

medika

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/definisi-buta-warna-mekanisme tanda.html#ixzz3oFtUXEUw

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23511/4/Chapter%20II.pdf

14