27
LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF) NAMA : BEBBY ROSARIA ARTISTIKA NIM : 13160059 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

LP Congestive heart failure

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan pendahuluan tentangn Congestive heart failure

Citation preview

Page 1: LP Congestive heart failure

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL JANTUNG KONGESTIF

(CHF)

NAMA : BEBBY ROSARIA ARTISTIKA

NIM : 13160059

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2013

Page 2: LP Congestive heart failure

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL JANTUNG KONGESTIF

A. Pengertian

Gagal jantung, sering disebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung

untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen

dan nutrisi (Smeltzer & Bare, 2002)

Gagal jantung adalah keadaan patofisiologis ketika jantung sebagai pompa tidak

mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri penting dari definisi

ini adalah (1) gagal didefinisikan relative terhadap kebutuhan metabolic tubuh, dan (2)

penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Gagal

jantung kongestif adalah keadaan saat terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung

dan mekanisme kompensatoriknya (Price & Wilson, 2006)

Gagal jantung adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh

sesak napas dan fatik (saat istirahat atau aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur

atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan

terjadinya pengurangan pengisian-(disfungsi sistolik) dan/atau kontraktilitas miokardial

(disfungsi sistolik) (Sudoro Aru, dkk, 2009 dalam Nurarif dan Kusuma, 2013).

Gagal Jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan

sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian vena normal

(Muttaqin, 2009).

Gagal jantung adlah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung

sehingga jantung tidak mampu memompa darah unutk memenuhi kebutuhan metabolisme

jaringan dan / atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic

secara abnormal (Mansjoer dkk, 2009)

Congestive Heart Failure adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan

dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrient dan

oksigen secara adekuat ( Udjianti, 2010).

Page 3: LP Congestive heart failure

B. Etiologi (Price & Wilson, 2006)

1. Kelainan mekanik

a. Peningkatan beban tekanan

i. sentral (stenosisi aorta, dll)

ii. perifer (hipertensi sistemik, dll)

b. Peningkatan beban volume (regurgitasi katup, pirau, peningkatan beban awal, dll)

c. Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mitral atau trikuspidalis)

d. Tamponade pericardium

e. Pembatasan miokardium atau endokardium.

f. Aneurisme ventrikel

g. Dissinergi ventrikel

2. Kelainan miokardium (otot)

a. Primer

i. kardiomiopati

ii. miokarditis

iii. kelainan metabolic

iv. toksisitas (alkohol, kobalt)

v. presbikardia

b. Kelainan disdinamik sekunder (akibat kelainan mekanik)

i. deprivasi oksigen

ii. kelainan metabolic

iii. peradangan

iv. penyakit sistemik

v. penyakit paru obstruktif kronis

3. Perubahan irama jantung atau urutan hantaran

a. tenang (standstill)

b. fibrilasi

c. takikardia atau bradikardia ekstrim

d. asinkronitas listrik, gangguan konduksi.

Page 4: LP Congestive heart failure

C. Anatomi Fisiologi (Judha dan Erwanto, 2011)

1. Jantung yang berfungsi sebagai alat pemompa darah ke arteri dan selanjutnya ke

kapiler darah kemudian kembali ke jantung.

2. Pembuluh darah, merupakan jalan dari jantung keseluruh tubuh dan kembali kejantug.

3. Darah sebagai alat transport yang berfungsi mengangkut zat-zat yang diperlukan

tubuh.

Sistem sirkulasi terdiri atas sirkulasi sistemik /sirkulasi besar dan sirkulasi

paru/sirkulasi kecil.

Proses sirkulasi sistemik yaitu darah yang mengandung oksigen didistribusikan ke

seluruh tubuh yang berasal dari paru. Darah dari ventrikel kiri yang kaya akan oksigen

menuju aorta – arteri besar – cabang arteri – arteriol – kapiler – venula – vena kecil –

vena besar – vena kava (superior & inferior) – atrium kanan. Sejak dari venula inilah

warna darah berubah yang semula merah terang yang kaya akan oksigen (oksi o2)

menjadi merah gelap kurang oksigen tapi kaya akan karbon dioksida.

Page 5: LP Congestive heart failure

JANTUNG

Jantung merupakan organ otot berongga, berukuran sebesar kepalan tangan, terletak

dibagian tengah rongga toraks. Jantung terdiri dari atrium kanan dan kiri, serta ventrikel

kanan dan kiri, antara atrium kanan dan kiri dibatasi oleh annulus fibrosus. Pada Jantung

terdapat 4 katup, yaitu :

1. Katup arterioventrikular : katup antara atrium dan ventrikel. Antara atrium dan

ventrikel kiri disebut katup mitral, katup antara atrium dan ventrikel kanan disebut

katup trikuspidalis

2. Katup semilunaris : katup antara ventrikel kiri dan aorta disebut semilunaris aorta

(katup aorta) dan katup antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis disebut katup

semilunaris pulmonal (katup pulmonal)

Sistem Penghantar Jantung Jantung mempunyai kemampuan mencetuskan impuls

sendiri, sistem ini terdiri atas:

1. Simpul SA Node (sinoatrial): mencetuskan impuls 70-80 /menit dalam keadaan

normal sampai 200/ menit pada olahraga erat , kerusakan pada SA Node harus dibantu

dengan alat pacu jantung.

2. Simpul AV Node (atrioventrikular node): dalam keadaan normal hanya menerima dan

mengikuti irama dari simpul SA, namun apabila SA rusak maka akan mengambil alih

fungsi pencetus impuls, tetapi dengan frekwensi lebih rendah ,antara 40 – 60/ menit.

3. Bundle his : menyebar dari nodus AV, yang memasuki selubung fibrosa yang

memisahkan atrium dari ventrikel. Normalnya, nodus AV berkas his adalah satu-

satunya rute penyebaran impuls dari atrium ke ventrikel dan biasanya hanya dalam

arah anterior – yaitu dari atrium ke ventrikel.

4. Serabut purkinye : hantaran impuls melalui serabut purkinje cepat sekali. \serabut ini

berdiameter relative besar dan memberikan sedikit resistensi terhadap penyebaran

hantaran.

Page 6: LP Congestive heart failure

DARAH

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang

warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap bergantung pada banyaknya

oksigen dan karbondioksida di dalamnya. Darah yang banyak mengandung

karbondioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan

bernapas, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau metabolism di

dalam tubuh. Viskositas / kekntalan darah lebih kental daripada air yang mempunyai BJ 1,

041-1,067, temperature 380C, dan pH 7,35-7,45

Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa

jantung. Selama darah berada dalam pembuluh maka akan tetap encer, tetapi kalau ia

keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah

dengan jalan mencampurkan dalam darah tersebut sedikit obat anti pembekuan / sitras

natrikus. Dan keadaan ini sangat berguna apabiladarah tersebut diperlukan untuk tranfusi

darah.

Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak 1/13dari berat badan

atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama,

bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.

Darah terdiri dari dua bagian yaitu sel-sel darah ( eritrosit, leukosit, trombosit ) serta

plasma darah.

Fungsi Darah

1. Sebagai alat pengangkut (oksigen, karbondioksida, nutrisi, zat-zat yang tidak berguna

bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal).

2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap seranga penyakitdan racun dalam tubuh dengan

perantaraan leukosit dan antibody / zat-zat antiracun

3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.

Page 7: LP Congestive heart failure

PEMBULUH DARAH

Pembuluh darah berfungsi sebagai tempat mengalirnya darah dari jantung menyebar

ke seluruh jaringan tubuh kembali ke jantung. Pembuluh darah aorta sampai di arteriole

disebut pembuluh darah arteri. Sedangkan pembuluh darah venolus sampai dengan vena

cava disebut pembuluh drah vena.

Fungsi utama pembuluh darah arteri untuk mendistribusikan darah yang kaya oksigen

dari jantung ke seluruh jaringan tubuh. Sedangkan fungsi utama pembuluh darah vena

mengalirkan darah yang membawa sisa metabolism dan karbondioksida dari jaringan

kembali ke jantung. Pada peredaran darah paru, pembuluh darah arteri mengandung darah

miskin oksigen dan banyak karbondioksida, sedangkan pembuluh vena mengandung

darah yang akaya oksigen.

D. Consept Map

(terlampir)

E. Tanda dan Gejala

1. Kriteria mayor

a. Paroksismal nocturnal dispnea

b. Distensi vena leher

c. Ronki paru

d. Kardiomegali

e. Edema paru akut

f. Gallop S3

g. Peninggian vena jugularis

h. Refluks hepatojugular

2. Kriteria minor

a. Edema ekstremitas

b. Batuk malam hari

c. Dipnea d’effort

d. Hepatomegali

e. Efusi pleura

Page 8: LP Congestive heart failure

f. Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal

g. Takikardia (>120/menit)

3. Mayor atau minor

Penurunan berat badan ≥4,5 kg dalam 5 hari pengobatan

Diagnosa gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor

(Masjoer, dkk, 2009).

Pada anak dan bayi (BS pelayanan kesehatan anak di Rumah Sakit )

1. Takikardia (denyut jantung > 160x/menit pada anak dibawah usia 12 bulan;

>120x/menit pada usia 12 bulan-5 tahun)

2. Hepatomegali, peningkatan tekanan vena jugularis dan edema perifer (tanda

kongestif)

3. Irama derap dengan crakles/ronki pada basal paru

4. Pada bayi-napas cepat (atau berkeringat, terutama saat diberi makanan, pada anak

yang lebih tua-edema kedua tungkai, tangan atau muka, atau pelebaran vena leher).

5. Telapak tangan sangat pucat terjadi bila gagal jantung disebabkan oleh anemia

(Sudoyo Aru, dkk, 2009 dalam Nurarif dan Kusuma, 2013.

Klasifikasi fungsional gagal jantung menurut New York Association (NYHA)

Kelas I : tidak ada keterbatasan aktivitas fisik . aktifitas fisik biasa tidak

menyebabkan keletihan atau dipsnea.

Kelas II : sedikit keterbatasan fisik. Merasa nyaman saat istirahat, tetapi aktifitas

fisik biasa menyebabkan keletihan atau dipsnea.

Kelas III : Keterbatasan nyata aktivitas fisik tanpa gejala. Gejala terjadi bukan saat

istirahat. Jika aktifitas fisik dilakukan, gejala meningkat.

Kelas IV : Tidak mampu melaksanakan aktifitas fisik tanpa gejala. Gejala terjadi

bahkan pada saat istirahat, jika aktifitas fisik dilakukan, gejala meningkat

(Sudoyo Aru, dkk, 2009 dalam Nurarif dan Kusuma, 2013.

Page 9: LP Congestive heart failure

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Doenges (2000), pemeriksaan diagnostik gagal jantung kongestif adalah:

1. EKG, hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan

pola mungkin terlihat. Distrimia, misalnya takikardia, fibrasi atrial, kenaikan segmen

ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah infark miokard menunjukan adanya

aneurisme ventrikuler (dapat menyebabkan gagal/disfungsi jantung).

2. Sonogram (ekokardiogram, ekokardiogram doople) : dapat menunjukan dimensi

pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katup, atau area penurunan

kontratilitas ventrikuler.

3. Scan jantung : tindakan penyuntikan fraksi dan mempekirakan gerakan dinding.

4. Katerisasi jantung : tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu

membedakan gagal jantung sisi kanan versus kiri, dan stenosis katup atau insufisiensi.

Juga mengkaji patensi arteri koroner. Zat kontras disuntikan kedalam ventrikel

menunjukan ukuran abnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas.

5. Rontgen dada : dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan

dilatasi/hipertorfi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan

peningkatan tekanan pulmonal.

6. Enzim hepar : meningkatkan dalam gagal/kongesti hepar.

7. Elektrolit : mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal,

terapi diuretik.

8. Oksimetri nadi : saturasi oksigen mungkin rendah, terutama GJK akut memperbutuk

PPOM atau GJK kronis.

9. AGD (Analisa Gas Darah) : gagal ventrikel kiri di tandai dengan alkalosis respiratorik

ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)

10. BUN, kreatinin : peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal. Kenaikan

baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.

11. Albumin/transferin serum : mungkin menurun sebagai akibat penurunan pemasukan

protein atau penurunan sintesis protein dalam hepar yang mengalami kongesti.

12. Kecepatan sedimentasi (ESR) : mungkin meningkat, menandakan reaksi inflamasi

akut.

Page 10: LP Congestive heart failure

13. Pemeriksaan tiroid : penigkatan aktifitas tiroid menunjukan hiperaktifitas tiroid

sebagai pre-pencetus GJK.

G. Komplikasi

1. Efusi pleura: dihasilkan dari peningkatan tekanan kapiler. Transudasi cairan terjadi

dari kapiler masuk ke dalam ruang pleura. Efusi pleura biasanya terjadi pada lobus

bawah darah.

2. Aritmia: pasien dengan gagal jntung kongestif mempunyai risiko untuk mengalami

aritmia, biasanya disebabkan karena tachiaritmias ventrikuler yang akhirnya

menyebabkan kematian mendadak.

3. Trombus ventrikuler kiri: pada gagal jntung kongestif akut dan kronik, pembesaran

ventrikel kiri dan penurunan kardiac output beradaptasi terhadap adanya pembentukan

thrombus pada ventrikel kiri. Ketika thrombus terbentuk, maka mengurangi

kontraktilitas dari ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen dan lebih jauh gangguan

perfusi. Pembentukan emboli dari thrombus dapat terjadi dan dapat disebabkan dari

Cerebrivaskular accident (CVA).

4. Hepatomegali: karena lobus hati mengalami kongestif dengan darah vena sehingga

menyebabkan perubahan fungsi hati. Kematian sel hati, terjadi fibrosis dan akhirnya

sirosis.

H. Penatalaksanaan

Pendekatan terapi pada gagal jantung dalam hal ini disfungsi sistolik dapat berupa:

1. Penatalaksanaan umum tanpa obat-obatan:

a. Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab dan bagaimana mengenal serta upaya

bila timbul keluhan dan dasar pengobatan

b. Istirahat, olahraga, aktifitas sehari-hari, edukasi aktifitas social serta rehabilitasi.

c. Edukasi pola diet, control asupan garam, air dan kebiasaan alcohol

d. Monitor berat badan, hati-hati dengan kenaikan berat badan yang tiba-tiba

e. Mengurangi berat badan pada pasien dengan obesitas

f. Hentikan kebiasaan merokok

Page 11: LP Congestive heart failure

g. Pada perjalanan jauh dengan pesawat, ketinggian, udara panas, dan humiditas

memerlukan perhatian khusus.

h. Konseling mengenai obat, baik efek samping dan menghindari obat-obatan

tertentu seperti NSAID, antiaritmia kelas I, verapamil, diltiazem, dihidripirin efek

cepat, antidepresan trisiklik, steroid

2. Pemakain obat-obatan

a. Angiotensin-converting enzim inhibitor/penyekat enzim konversi angiotensin

b. Diuretic

c. Penyekat beta

d. Antagonis reseptor aldosteron

e. Antagonis angiotensin II

f. Glikosida jantung

g. Vasodilator agents (nitrat/hidralazin)

h. Nesiritid merupakan peptic natriuretik tipe

i. Obat inotropik positif, dobutamin, milrinon, enoksimon

j. Calcium sensitizer, levosimendan

k. Antikoagulan

l. Anti aritmia

m. Oksigen

3. Pemakaian alat dan tindakan bedah

i. Revaskularisasi (perkutan, bedah)

j. Operasi katup mitral

k. Kardiomioplasti

l. Aneurismektomi

m. Eksternal cardiac support

n. Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventricular

o. Implantable cardioverter defibrillators (ICD)

p. Heart transplantation, ventricular assist devises, artificial heart

q. Ultrafiltrasi, hemodialisa

Page 12: LP Congestive heart failure

I. Pengkajian Keperawatan

1. Aktivitas/Istirahat

Gejala : keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada

dengan aktifitas, dispsnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga.

Tanda : gelisah, perubahan status mental, tanda vital berubah pada aktivitas

2. Sirkulasi

Gejala : riwayat hipertensi, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit katup

jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia, syok septik, bengkak pada kaki, telapak

kaki, abdomen, “sabuk terlalu ketat” (pada gagal bagian kanan)

Tanda : TD : mungkin rendah (gagal pemompaan) normal (GJK tingan atau kronis),

atau tinggi (kelebihan beban cairan). Tekanan nadi: mungkin sempit, menunjukan

penurunan volume sekuncup. Frekuensi jantung : takikardia (gagal jantung kiri).

Irama jantung: distrimia, misalnya fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel

prematur/takikardia, blok jantung. Bunyi jantung : S3 (gallop) adalah diagnostik : S4

dapat terjadi : S1 dan S2 mungkin melemah. Murmur sistolik dan diastolik dapat

menandakan adanya stenosis katup atau insufisiensi. Nadi : nadi perifer berkurang :

perubahan dalam kekuatan denyutan dapat terjadi : nadi sentral mungkin kuat

misalnya nadi jugularis, karotis, abdominal terlihat. Warna : kebiruan, pucat atau

sianotik dengan pengisian kapiler lambat. Hepar : pembesaran / dapat teraba reflek

hepatojugularis. Bunyi napas : krekels, ronchi. Edema : mungkin dependen, umum,

atau pitting khususnya pada ekstrimitas

3. Integritas Ego

Gejala : ansietas, kuatir, takut, stres yang berhubungan dengan penyakit/keprihatinan

finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis).

Tanda : berbagai manifestasi prilaku, misalnya ansietas, marah, ketakutan, mudah

tersinggung.

4. Eliminasi

Gejala : penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari (nokturia),

diare/konstipasi.

5. Makanan/Cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan signifikan,

Page 13: LP Congestive heart failure

pembengkakan pada ekstrimitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi

garam/makanan yang telah di proses, lemak, gula dan kafein, penggunaan diuretik.

Tanda : penambahan berat badan cepat, distensi abdomen, (asites) edema (umum,

dependen, tekanan, pitting)

6. Hygiene

Gejala: keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktifitas perawatan diri.

Tanda : penampilan menandakan kelalian perawtan personal

7. Neurosensori

Gejala : kelemahan, pening, episode pingsan.

Tanda : letargi, kusut pikir, disorientasi, perubahan prilaku, mudah tersinggung.

8. Nyeri/Kenyamanan

Gejala : nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas, sakit

Tanda : tidak senang, gelisah, fokus menyempit (menarik diri), perilaku melindungi

diri.

9. Pernapasan

Gejala : dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk, atau dengan beberapa bantal, batuk

dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit paru kronis, penggunaan

bantuan pernapasan, misalnya oksigen atau medikasi

Tanda : pernapasan : takipnea, napas dangkal, pernapasan labored, penggunaan otot

aksesori pernapasan, nasal flaring. Baruk : kering/nyaring/nonproduktif atau mungkin

batuk terus menerus dengan/tanpa pembentukan sputum. Sputum : mungkin bersemu

darah merah muda/berbuih (edema pulmunal). Bunyi nafas : mungkin tidak terdengar,

dengan krakles basilar dan mengi. Fungsi mental : mungkin menurun letargi,

kegelisahan. Warna kulit : pucat atau sianosis.

10. Keamanan

Gejala : perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus otot, kulit lecet.

11. Interaksi sosial

Gejala : penurunan keikutsertaan dalam aktifitas sosial yang biasa di lakukan.

12. Pembelajaran/pengajaran

Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya penyekat

saluran kalsium

Page 14: LP Congestive heart failure

Tanda : bukti tentang ketidakberhasilan untuk meningkatkan.

J. Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas.

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.

3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan

oksigen

K. Intervensi Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas.

NOC:

- Cardiac pump effectiveness

- Circulation status

- Vital sign status

Kriteria Hasil:

- Tanda vital dalam batas normal (TD: 110-120/70-80 mmHg)

- Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan.

- Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada ascites

- Tidak ada penurunan kesadaran.

NIC:

Cardiac Care:

- Evaluasi adanya nyeri dada(intensitas, lokasi, durasi)

- Catat adanya disritmia jantung

- Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output

- Monitor status kardiovaskuler

- Monitor status pernapasan yang menandakan gagal jantung

Page 15: LP Congestive heart failure

- Monitor balance cairan

- Monitor adanya perubahan tekanan darah

- Anjurkan untuk menurunkan ansietas

- Kolaborasi pemberian antiaritmia.

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.

NOC:

- Pain Level

- Pain control

- Confort level

Kriteria Hasil:

- Mampu mengontrol nyeri

- Melaporkan bahwa nyeri berkurang

- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)

- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NIC:

- Lakukan pengakajian nyeri secara komprehensif meliputi PQRST

- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyaman

- Gunakan teknik komunikasi terapeutik

- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

- Ajarkan teknik nonfarmakologi (distraksi dan napas dalam)

- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.

- Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi

NOC:

- Respiratory status: ventilation

- Respiratory status: airway patency

- Vital sign status

Kriteria Hasil:

- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih.

- Menunjukkan jalan napas yang paten

Page 16: LP Congestive heart failure

- TTV dalam batas normal (TD:110-120/70-80 mmHg)

NIC:

- monitor TTV

- jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan

- Lakukan fisiotherapi dada jika perlu

- Auskultasi jalan napas, catat adanya suara napas tambahan

- Pertahankan jalan napas yang paten

- Monitor sianosis perifer

- kolaborasi pemasangan oksigen

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

NOC:

- Electrolit and acid base balance

- Fluid balance

- Hydration

Kriteria Hasil:

- terbebas dari edema, efusi, anasarka

- bunyi napas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu

- terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+)

- menjelaskan indicator kelebihan cairan

NIC:

- pertahankan catatan intake dan output yang diperlukan

- monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolalitas urin)

- pasang urin catheter jika diperlukan

- monitor vital sign

- kaji lokasi dan luas edema

- monitor status nutrisi

- monitor tekanan darah ortostatik dan perubahan irama jantung

- monitor adanya distensi vena leher, rinchi, edema perifer dan penambahan BB.

Page 17: LP Congestive heart failure

- kolaborasi pemberian diuretic

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan

oksigen

NOC:

- Energy concervation

- Activity tolerance

- Self care: ADLs

Kriteria Hasil:

- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi

dan RR.

- Mampu melakukan ADLs secara mandiri.

- Mampu berpindah tanpa batuan.

- Status kardiopulmonari adekuat

- TTV normal.

NIC:

Activity Therapy

- Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.

- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.

- Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas.

- Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek.

- Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

- Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan program terapi

yang tepat.

Page 18: LP Congestive heart failure

Daftar Pustaka

Doengoes, M. E. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakrta : EGC

Herdman, T. H. (2012). Diagnosis Keperawatan ; Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta :

EGC

Judha, M. & Erwanto, R. (2011). Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Mansjoer, dkk. (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Muttaqin, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.

Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan beradsarkan Diagnosa Medis

& NANDA NIC-NOC. Mediaction Publishing

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.

Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (Eds.). (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddarth (Vol. 2). Jakarta: EGC.

Udjianti, W. J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.

Page 19: LP Congestive heart failure

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(……………………………….) (………………………………)