14
Laporan Pendahuluan Praktikum Pengukuran JVP ( Jugular Venous Pressure) (Oleh: Lidia L.W Simatupang, 1006672636) 1. Pengertian Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau noninvasive. Pemantauan memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompakan darah. Pengkajian secara noninvasif dapat dilakukan melalui pemeriksaan, salah satunya adalah pemeriksaan vena jugularis (jugular venous pressure). 2. Tujuan Adapun tujuan dari pengukuran JVP antara lain: - Mengetahui ada tidaknya distensi vena jugular (JVD) - Memperkirakan tekanan vena sentral (central venous pressure) 3. Kompetensi dasar yang harus dimiliki Bila denyut vena jugularis telah ditemukan, maka tentukan tinggi pulsasi di atas level atrial dan bentuk gelombang pulsasi vena jugularis. Karena tidak mungkin dapat melihat atrium kanan, maka dianggap sama dengan tinggi pulsasi vena jugularis

LP CVP & JVP.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fhiudsyfuisdhvuidshvuidgyudusvbsudgfusyg

Citation preview

Page 1: LP CVP & JVP.doc

Laporan Pendahuluan Praktikum Pengukuran JVP

( Jugular Venous Pressure)

(Oleh: Lidia L.W Simatupang, 1006672636)

1. Pengertian

Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem

kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau noninvasive.

Pemantauan memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah,

jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompakan

darah. Pengkajian secara noninvasif dapat dilakukan melalui pemeriksaan,

salah satunya adalah pemeriksaan vena jugularis (jugular venous

pressure).

2. Tujuan

Adapun tujuan dari pengukuran JVP antara lain:

- Mengetahui ada tidaknya distensi vena jugular (JVD)

- Memperkirakan tekanan vena sentral (central venous pressure)

3. Kompetensi dasar yang harus dimiliki

Bila denyut vena jugularis telah ditemukan, maka tentukan tinggi pulsasi

di atas level atrial dan bentuk gelombang pulsasi vena jugularis. Karena

tidak mungkin dapat melihat atrium kanan, maka dianggap sama dengan

tinggi pulsasi vena jugularis di atas sudut manubriosternal. Tinggi sudut

manubriosternal di atas mid-right atrium selalu konstan, walaupun pasien

dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri. JVP yang normal adalah

kurang dari 4 cm di atas sudut manubriosternal.

Page 2: LP CVP & JVP.doc

4. Indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi

A. Indikasi

1. Pasien yang menerima operasi jantung sehingga status sirkulasi

sangat penting diketahui.

2. Pasien dengan distensi unilateral

3. Pasien dengan trauma mayor

4. Pasien yang sering diambil darah venanya untuk sampel tes

laboratorium

5. Pasien yang diberi cairan IV sangat cepat;

6. Gagal jantung kanan

7. Cor plumonal

8. Efusi perikardial atau tamponade

9. Obstruksi vena kava superior

10. Peningkatan pembuluh darah

B. Kontraindikasi

1. SVC sindrom

2. Infeksi pada area inseri

3. Koagulopati

4. Insersi kawat pacemaker

5. Disfungsi kontralateral diafragma

6. Pembedahan leher

C. Komplikasi yang mungkin terjadi

1. Hematoma local

2. Sepsis

3. Disritmia

4. Tamponade perikard

5. Bakteriemia

6. Emboli Udara

7. Pneumotoraks

5. Alat dan Bahan yang diperlukan

- 2 buah penggaris (skala sentimeter)

- Senter

Page 3: LP CVP & JVP.doc

6. Anatomi daerah

Vena Jugularis Interna karena terhubung langsung dengan vena cava

superior dan atrium kanan.

7. Aspek keamanan dan keselamatan yang perlu diperhatikan

- Posisi pasien, nyaman atau belum

- Memastikan leher dan thoraks telah terbuka

- Menghindari hiperekstensi atau fleksi leher

- Mengkaji tingkat kesadaran pasien

- Memasang restrain

8. Prosedur

- Atur klien pada posisi supine dan rileks

- Tempat tidur bagian kepala ditinggikan:

• 15° - 30° atau

• 30° - 45° atau

• 45° - 90° (pada klien yg mengalami peningkatan tekanan atrium

kanan yang cukup bermakna)

- Gunakan bantal untuk menopang kepala klien dan hindari fleksi leher

yang tajam untuk memastikan bahwa vena tidak teregang atau keriting,

pastikan bahwa leher dan toraks atas sudah terbuka

- Kepala menengok menjauhi arah pemeriksa

- Lepaskan pakaian yang sempit/menekan leher atau thorak bagian atas.

- Gunakan lampu senter dari arah miring untuk melihat bayangan

(shadows) vena jugularis. Identifikasi pulsasi vena jugular interna, jika

tidak tampak gunakan vena jugular eksterna.

Page 4: LP CVP & JVP.doc

- Tentukan titik tertinggi di mana pulsasi vena jugular interna/eksterna

dapat dilihat (Meniscus).

- Pakailah sudut sternum (sendi manubrium) sebagai tempat untuk

mengukur tinggi pulsasi vena. Titik ini ± 4 – 5 cm di atas pusat dari

atrium kanan.

- Gunakan penggaris.

Penggaris ke-1 diletakan secara tegak (vertikal), dimana salah

satu ujungnya menempel pada sudut sternum.

Penggaris ke-2 diletakan mendatar (horizontal), dimana ujung

yang satu tepat di titik tertinggi pulsasi vena (meniscus),

sementara ujung lainnya ditempelkan pada penggaris ke-1.

Angulus ludocivi (patokan jarak dari vena cava superior + 5 cm

/selanjutnya disebut R cm). Bila permukaan titik kolaps vena

jugularis berada 5cm di bawah bidang horizontal yang melalui

angulus ludovici, maka tekanan vena jugularis (CVP) sama

dengan R-5 cm H20, sedang bila titik kolapsnya berasa 2 cm

diatas berarti CVP R + 2 cm H20 Bila hasil CVP kiri dan kanan

berbeda, maka diambil CVP yang lebih rendah

- Ukurlah jarak vertikal (tinggi) antara sudut sternum dan titik tertinggi

pulsasi vena (meniscus)

- Nilai normal: kurang dari 3 atau 4 cm diatas sudut sternum, pada posisi

tempat tidur bagian kepala ditinggikan 30° - 45°

- Catat hasilnya.

Menulis dan Membaca Hasil

Misal = 5+2

5: adalah jarak dari atrium ka ke sudut manubrium

+2: hasilnya—meniscus

Page 5: LP CVP & JVP.doc

9. Hal-hal penting yang harus diperhatikan

1) Kebersihan diri perawat saat melakukan pengukuran

2) Privacy klien

3) Kenyamanan, keselatamatan dan keamanan pasien

4) Ketelitian dalam melakukan inpeksi dan pengukuran

5) Keruntutan prosedur dan tindakan

10. Hal-hal penting yang harus didokumentasikan

1) Tingkat kesadaran klien

2) Pernapasan klien

3) Suhu klien

4) Penampakan fisik klien : dilihat keabnormalan yang terjadi, misal

edema.

5) Bentuk, dan penampakan fisik vena jugularis

6) Hasil pengukuran :tekanan bilateral yang diperoleh

Daftar Pustaka

Potter&Perry.2005.Fundamental Keperawatan:Konsep,Proses, dan Praktik Vol.1.

(Ed. ke-4).Jakarta:EGC.

Rokhaeni H. 2001. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta: Bidang

Diklat RS Jantung Harapan Kita Altman: Nursing Skills.

Page 6: LP CVP & JVP.doc

Laporan Pendahuluan Praktikum Pengukuran CVP

( Central Venous Pressure)

(Oleh: Lidia L.W Simatupang, 1006672636)

1. Pengertian

Merupakan prosedur memasukkan kateter intravena yang fleksibel ke

dalam vena sentral klien dalam rangka memberikan terapi melalui vena

sentral. Ujung dari kateter berada pada superior vena cafa. (Ignativicius,

1999).

Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di

atrium kanan atau vena kava. Ini memberikan informasi tentang tiga

parameter volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus

vaskular. Tekanan vena central dibedakan dari tekanan vena perifer, yang

dapat merefleksikan hanya tekanan lokal.

2. Tujuan

Pemantauan hemodinamik secara invasif, yaitu dengan memasukkan

kateter ke dalam ke dalam pembuluh darah atau rongga tubuh

3. Kompetensi dasar yang harus dimiliki

- Mengetahui jenis-jenis kateter CVP berdasarkan lumennya yaitu

single, double, atau triple serta mengetahui perbedaan fungsi dan pada

kondisi apa pemakaiannya.

- Bahan dari kateter CVP yaitu Polyvinylchloride perlu diketahui untuk

mencegah alergi pada pasien.

- Mengetahui posisi-posisi yang aman dan nyaman dalam pemasangan

kateter CVP.

4. Indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi

Indikasi

Central Venous Pressure ( CVP ) diindikasikan untuk ;

- Pasien yang mengalami gangguan keseimbangan cairan.

- Digunakan sebagai pedoman penggantian cairan pada kasus

hipovolemi

Page 7: LP CVP & JVP.doc

- Mengkaji efek pemberian obat diuretik pada kasus-kasus overload

cairan

- Sebagai pilihan yang baik pada kasus penggantian cairan dalam

volume yang banyak

Komplikasi

- Adapun komplikasi dari pemasangan kanulasi CVP al :

- 1. Perdarahan.

- 2. Tromboplebitis (emboli thrombus,emboli udara, sepsis).

- 3. Pneumothorak, hematothorak, hidrothorak.

- 4. Pericardial effusion.

- 5. Aritmia

- 6. Infeksi

5. Alat dan Bahan yang diperlukan

- Kateter CVP sesuai ukuran

- Needle intriducer

- Syringe

- Mandrin (guidewire)

- Duk steril

6. Anatomi daerah

Pemasangan kateter CVP dapat dilakukan secara perkutan atau dengan

cutdown melalui vena sentral atau vena perifer, seperti vena basilika, vena

sephalika, vena jugularis interna/eksterna dan vena subklavia.

Vena subklavikula

Page 8: LP CVP & JVP.doc

7. Aspek keamanan dan keselamatan yang perlu diperhatikan

- Memelihara alat-alat selalu steril

- Memantau tanda dan gejala komplikasi yg dpt terjadi pada saat

pemasangan spt gg irama jtg, perdarahan

- Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedurdilakukan

8. Prosedur

Teknik pemasangan yang sering digunakan adalah teknik Seldinger,

caranya adalah dengan menggunakan mandarin yang dimasukkan melalui

jarum, jarum kemudian dilepaskan, dan kateter CVP dimasukkan melalui

mandarin tersebut. Jika kateter sudah mencapai atrium kanan, mandarin

ditarik, dan terakhir kateter disambungkan pada IV set yang telah

disiapkan dan lakukan penjahitan daerah insersi.

Langkah Pemasangan :

1. Siapkan alat

2. Lakukan cuci tangan steril

3. Gunakan sarung tangan steril

4. Tentukan daerah yang akan dipasang ; vena yang biasa digunakan

sebagai tempat pemasangan adalah vena subklavia atau internal jugular.

5. Posisikan pasien trendelenberg, atur posisi kepala agar vena jugularis

interna maupun vena subklavia lebih terlihat jelas, untuk mempermudah

pemasangan.

6. Lakukan desinfeksi pada daerah penusukan dengan cairan antiseptic

7. Pasang duk lobang yang steril pada daerah pemasangan.

8. Sebelum penusukan jarum / keteter, untuk mencegah terjadinya emboli

udara, anjurkan pasien untuk bernafas dalam dan menahan nafas.

9. Masukkan jarum / kateter secara gentle, ujung dari kateter harus tetap

berada pada vena cava, jangan sampai masuk ke dalam jantung.

10. Setelah selesai pemasangan sambungkan dengan selang yang

menghubungkan dengan IV set dan selang untuk mengukur CVP.

11. Lakukan fiksasi / dressing pada daerah pemasangan , agar posisi

kateter terjaga dengan baik.

12. Rapikan peralatan dan cuci tangan kembali

Page 9: LP CVP & JVP.doc

13. Catat laporan pemasangan, termasuk respon klien (tanda-tanda vital,

kesadaran, dll ), lokasi pemasangan, petugas yang memasang, dan

hasil

pengukuran CVP serta cairan yang digunakan.

14. Setelah dipasang, sebaiknya dilakukan foto rontgent dadauntuk

memastikan posisi ujung kateter yang dimasukkan, serta memastikan

tidak adanya hemothorax atau pneumothorax sebagai akibat dari

pemasangan.

15. Tempat lain yang bisa digunakan sebagai tempat pemasangan CVP

adalah vena femoralis dan vena fossa antecubiti.

9. Hal-hal penting yang harus diperhatikan

- Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan klinis

klien.

- Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.

- Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.

- Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda komplikasi

(spt. Emboli udara, balon pecah, aritmia, kelebihan cairan,hematom,

infeksi,penumotorak, rupture arteri pulmonalis, & infark pulmonal).

- Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan cara

memantau gelombang tekanan pada monitor dan melakukan

pemeriksaan foto toraks.

10. Hal-hal penting yang harus didokumentasikan

Page 10: LP CVP & JVP.doc

- Keluhan nyeri, napas sesak, rasa tidak nyaman

- Frekuensi napas, suara napas

- Tanda kemerahan / pus pada lokasi punksi

- Adanya gumpalan darah / gelembung udara pada cateter

- Kesesuaian posisi jalur infus set

- Tanda-tanda vital, perfusi

- Tekanan CVP

- Intake dan out put

- ECG Monitor

DAFTAR PUSTAKA

Anna Owen. 1997. Pemantauan Perawatan Kritis. EGC. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa Keperawatan .EGC. Jakarta.