LP Glaukoma_KMB.docx

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    1/23

    LAPORAN PENDAHULUAN

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GLAUKOMA

    disusun untuk memenuhi tugas program pendidikan ners stase KMB

    di Poli Mata RSD dr. Soebandi Jember

    Oleh:

    Ririn Halimatus Sadiah, S.Kep

    NIM 092311101048

    PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2014

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    2/23

    LAPORAN PENDAHULUAN

    ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA

    a.

    Pengertian

    Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik

    berupa tekanan intra okuler penggaungan pupil saraf optik dengan defek lapang

    pandangan mata. Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai

    dengan peningkatan tekanan intra okuler (Ilyas, 2004). Glaukoma adalah

    kerusakan penglihatan yang biasanya disebabkan oleh meningkatnya tekanan bola

    mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidak-

    seimbangan antara produksi dan pembuangan cairan dalam bola mata, sehingga

    merusak jaringanjaringan syaraf halus yang ada di retina dan di belakang bola

    mata (Klinik Mata Nusantara, 2008).

    b. Klasifikasi

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    3/23

    Gambar. Aliran normal aqueus humor

    1.

    Glukoma primer

    a) Glukoma sudut terbuka terjadi karena humor aqueus mempunyai pintu

    terbuka ke jaringan trabekular kelainannya berkenang lambat. Glaukoma

    Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang yang paling umum dijumpai.

    Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga resiko tinggi bila ada

    riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada usia dewasa dan

    berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

    Seringkali tidak ada gejala sampai terjadi kerusakan berat dari syaraf

    optik dan penglihatan terpengaruh secara permanen. Pemeriksaan mata

    teratur sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini. Glaukoma

    Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan pengobatan seumur hidup

    untuk menurunkan tekanan dalam mata dan mencegah kerusakan lebih

    lanjut (Klinik Mata Nusantara, 2008).

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    4/23

    Gambar. Aliran humor aqueus pada glaukoma sudut terbuka

    b) Glaukoma sudut tertutup terjadi karena ruang anterior menyempit,

    sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan

    menghambat humor aqoeus mengalir ke saluran schlemm. Glaukoma

    Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan karena keluhannya yang

    mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata hebat, pandangan kabur dan

    terlihat warna-warna di sekeliling cahaya. Beberapa pasien bahkan mual

    dan muntah-muntah. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk yang

    sangat serius dan dapat mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang

    singkat (Klinik Mata Nusantara, 2008).

    Gambar. Aliran humor aqueus pada glaukoma sudut tertutup

    2. Glaukoma sekunder

    Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes,

    trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata atau tablet

    yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan ekanan pada mata. Karena itu

    tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan

    tersebut (Klinik Mata Nusantara, 2008).

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    5/23

    3. Glaukoma kongenital

    Glaukoma yang terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal

    memfungsikan trabekular. Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran

    atau segera setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran

    pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya

    tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi,

    bagian depan mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya (Klinik Mata

    Nusantara, 2008).

    4.

    Glaukoma absolut

    Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka)

    dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan

    gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata

    dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan

    dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan

    pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris,

    keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.

    Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan

    siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata

    telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

    Berdasarkan lamanya :

    1. Glaukoma akut

    Penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang meningkat

    mendadak sangat tinggi.2. Glaukoma kronik

    Penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi

    kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.

    c. Anatomi dan Fisiologi

    Di dalam terdapat dua macam cairan :

    1. Aqueus humor

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    6/23

    Cairan ini berada di depan lensa.

    2. Vitreus humor

    Cairan penuh albumin berwarna keputih putihan seperti agar agar yang

    berada dibelakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina.

    Dalam hal ini cairan yang mengalami gangguan yang dihubungkan dengan

    penyakit glaukoma adalah aqueus humor, dimana cairan ini berasal dari badan

    sisiari mengalir ke arah bilik anterior melewati iris dan pupil dan diserap kembali

    kedalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang

    dikenal sebagai saluran schlemm. Secara normal TIO 10 -21 mmHg karena

    adanya hambatan abnormal terhadap aliran aqueus humor mengakibatkan

    produksi berlebih badan silier sehingga terdapat cairan tersebut. TIO meningkat

    kadangkadang mencapai tekanan 5070 mmHg.

    d. Etiologi

    1. Primer

    Terdiri dari:

    a. Akut

    Dapat disebabkan karena trauma.

    b. Kronik

    Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti Diabetes

    mellitus, arterisklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia

    tinggi dan progresif, Dari etiologi diatas dapat menyebabkan sudut bilik

    mata yang sempit.

    2. Sekunder

    Disebabkan penyakit mata lain seperti:a) Katarak

    Perubahan lensa

    b) Kelainan uvea

    c)

    Pembedahan

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    7/23

    e. Manifestasi Klinis

    Pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronik sudut

    terbuka) dapat tidak memberikan gejala sampai kerusakan penglihatan yang

    berat terjadi, sehingga dikatakan sebagai pencuri penglihatan. Berbeda pada

    glaukoma akut sudut tertutup, peningkatan tekanan TIO berjalan cepat dan

    memberikan gejala mata merah, nyeri dan gangguan penglihatan9.

    1) Peningkatan TIO

    Normal TIO berkisar 10-21 mmHg (rata-rata 16 mmHg). Tingginya TIO

    menyebabkan kerusakan saraf optik tergantung beberapa faktor, meliputi

    tingginya TIO dan apakah glaukoma dalam tahap awal atau lanjut. Secara

    umum, TIO dalam rentang 20-30 mmHg biasanya menyebabkan erusakan

    dalam tahunan. TIO yang tinggi 40-50 mmHg dapat menyebabkan

    kehilangan penglihatan yang cepat dan mencetuskan oklusi pembuluh

    darah retina.

    2)

    Halo sekitar cahaya dan kornea yang keruh

    Kornea akan tetap jernih dengan terus berlangsungnya pergantian cairan

    oleh sel-sel endotel. Jika tekanan meningkat dengan cepat (glaukoma akut

    sudut tertutup), kornea menjadi penuh air, menimbulkan halo di sekitar

    cahaya

    3) Nyeri. Nyeri bukan karakteristik dari glaukoma primer sudut terbuka

    4) Penyempitan lapang pandang

    Tekanan yang tinggi pada serabut saraf dan iskemia kronis pada saraf

    optic menimbulkan kerusakan dari serabut saraf retina yang biasanya

    menghasilkan kehilangan lapang pandang (skotoma). Pada glaukoma

    stadium akhir kehilangan lapang penglihatan terjadi sangat berat ( tunnelvision), meski visus pasien masih 6/6 .

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    8/23

    Gambar. Penglihatan tunnel visionpada penderita Glaukoma

    5) Perubahan pada diskus optik. Kenaikan TIO berakibat kerusakan optik

    berupa penggaungan dan degenerasi papil saraf optik

    6) Oklusi vena

    7)

    Pembesaran mata

    Pada dewasa pembesaran yang signifikan tidak begitu tampak. Pada anak-

    anak dapat terjadi pembesaran dari mata (buftalmus).

    1. Glaukoma primer

    a. Glaukoma sudut terbuka

    a) Kerusakan visus yang serius

    b)

    Lapang pandang mengecil dengan macammacam skotoma yang khas

    c) Perjalanan penyakit progresif lambat

    b. Glaukoma sudut tertutup

    a) Nyeri hebat didalam dan sekitar mata

    b) Timbulnya halo disekitar cahaya

    c) Pandangan kabur

    d) Sakit kepala

    e)

    Mual, muntah

    f) Kedinginan

    g) Demam bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang dapat

    sedemikian kuatnya sehingga keluhan mata (gangguan penglihatan,

    fotofobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.

    2. Glaukoma sekunder

    a) Pembesaran bola mata

    b)

    Gangguan lapang pandang

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    9/23

    c) Nyeri didalam mata

    3. Glaukoma kongenital

    Gangguan penglihatan

    f. Patofisiologi

    Tekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor dan

    aliran keluar akues humor dari mata. TIO normal 10-21 mmHg dan dipertahankan

    selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran akueos humor. Akueos

    humor di produksi didalam badan silier dan mengalir ke luar melalui kanal

    schlemm ke dalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi

    berlebih badan silier atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran

    keluar akueos melalui camera oculi anterior (COA).

    Peningkatan tekanan intraokuler > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang

    seksama. Iskemia menyebabkan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.

    Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea

    sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan saraf optik dan retina adalah ireversibel

    dan hal ini bersifat permanen tanpa penangan, glaukoma dapat menyebabkan

    kebutaan. Hilangnya penglihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang

    pandang.

    g. Pemeriksaan Penunjang

    1. Pemeriksaan tekanan bola mata

    Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan

    tonometer. Dikenal beberapa alat tonometer seperti tonometer Schiotz dan

    tonometer aplanasi Goldman. Pemeriksaan tekanan bola mata juga dapat

    dilakukan tanpa alat disebut dengan tonometer digital, dasar pemeriksaannya

    adalah dengan merasakan lenturan bola mata (ballotement) dilakukan penekanan

    bergantian dengan kedua jari tangan (Ilyas, 2004).

    2. Oftalmoskopi

    Oftalmoskopi yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan

    saraf optik berdasarkan penilaian bentuk saraf optik. Rasio cekungan diskus (C/D)

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    10/23

    digunakan untuk mencatat ukuran diskus otipus pada penderita glaukoma. Apabila

    terdapat peninggian TIO yang signifikan, rasio C/D yang lebih besar dari 0,5 atau

    adanya asimetris yang bermakna antara kedua mata, mengidentifikasikan adanya

    atropi glaukomatosa

    3. Biomikroskopi

    Untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan pemeriksaan ini

    dapat ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma primer atau sekunder

    4. Gonioskopi

    Tes ini sebagai cara diagnostik untuk melihat langsung keadaan patologik

    sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata

    seperti benda asing (Ilyas, 2004).

    Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut (goniolens) di

    dataran depan kornea setelah diberikan lokal anestetikum. Lensa ini dapat

    digunakan untuk melihat sekeliling sudut bilik mata dengan memutarnya 360

    derajat (Ilyas, 2004).

    5. Pemeriksaan lapang pandang

    Penurunan lapang pandang akibat glaukoma itu sendiri tidak spesifik,

    karena gangguan ini dapat terjadi akibat defek berkas serat saraf yang dapat

    dijumpai pada semua penyakit saraf optikus, tetapi pola kelainan lapangan

    pandang, sifat progresivitasnya dan hubungannya dengan kelainan-kelainan

    diskus optikus adalah khas untuk penyakit ini (Ilyas, 2004).

    6. Uji lain pada glaukoma

    a) Uji Kopi

    Penderita meminum 1-2 mangkok kopi pekat, bila tekanan bola mata naik

    15-20 mmHg setelah minum 20-40 menit menunjukkan adanya glaukoma.

    b) Uji Minum Air

    Sebelum makan pagi tekanan bola mata diukur dan kemudian pasien

    disuruh minum dengan cepat 1 liter air. Tekanan bola mata diukur setiap

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    11/23

    15 menit. Bila tekanan bola mata naik 8-15 mmHg dalam waktu 45 menit

    pertama menunjukkan pasien menderita glaukoma.

    c)

    Uji Steroid

    Pada pasien yang dicurigai adanya glaukoma terutama dengan riwayat

    glaukoma simpleks pada keluarga, diteteskan betametason atau

    deksametason 0,1% 3-4 kali sehari. Tekanan bola mata diperiksa setiap

    minggu. Pada pasien berbakat glaukoma maka tekanan bola mata akan

    naik setelah 2 minggu.

    d)

    Uji Variasi Diurnal

    Pemeriksaan dengan melakukan tonometri setiap 2-3 jam sehari penuh,

    selama 3 hari biasanya pasien dirawat. Nilai variasi harian pada mata

    normal adalah antara 2-4 mmHg, sedang pada glaukoma sudut terbuka

    variasi dapat mencapai 15-20 mmHg. Perubahan 4-5 mmHg sudah

    dicurigai keadaan patologik.

    e)

    Uji Kamar Gelap

    Pada uji ini dilakukan pengukuran tekanan bola mata dan kemudian pasien

    dimasukkan ke dalam kamar gelap selama 60-90 menit. Pada akhir 90

    menit tekanan bola mata diukur. 55% pasien glaukoma sudut terbuka akan

    menunjukkan hasil yang positif, naik 8 mmHg.

    f) Uji provokasi pilokarpin

    Tekanan bola mata diukur dengan tonometer, penderita diberi pilokarpin

    1% selama 1 minggu 4 kali sehari kemudian diukur tekanannya (Ilyas,

    2004).

    h.

    Penanganan

    1) Supresi PembentukanAquoeus humor

    a) Penghambat adrenergik beta (beta blocker)

    (i)

    Timolol maleat 0,25% dan 0,5%

    (ii)Betaksolol 0,25% dan 0,5%

    (iii)Levobunolol 0,25% dan 0,5%

    (iv)

    Metipranolol 0,3%

    Efek samping : hipotensi, bradikardi, sinkop, halusinasi, kambuhnya

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    12/23

    asma, payah jantung kongestif.

    Kontraindikasi utama pemakaian obat-obat ini adalah penyakit

    obstruksi jalan napas menahun, terutama asma dan defek hantaran

    jantung.2

    b) Apraklonidi

    Suatu agonis adrenergik 2 yang menurunkan pembentukan Aquoeus

    humor tanpa efek pada aliran keluar (Vaughan & Eva, 2000).

    c) Inhibitor karbonat anhidrase2

    (i)

    Asetazolamid dosis 125-250 mg sampai 3x sehari peroral atau 500

    mg sekali atau 2x sehari atau secara IV (500 mg). Pemberian obat ini

    timbul poliuria.

    Efek samping : anoreksi, muntah, mengantuk, trombositopeni,

    granulositopeni, kelainan ginjal.

    (ii) Diklorfenamid

    Metazolamid

    Untuk glaukoma kronik apabila terapi topikal tidak memberi hasil

    memuaskan dan pada glaukoma akut dimana tekanan intraokular yang

    sangat tinggi perlu segera dikontrol.

    2) Fasilitasi Aliran Keluar Aquoeus humor

    a) Obat parasimpatomimetik2

    (1)Pilokarpin : larutan 0,5-6% diteteskan beberapa kali sehari, gel 4%

    sebelum tidur.

    (2)Demekarium bromide 0,125% dan 0,25%

    (3)Ekotiopat iodide 0,03%-0,25%

    Meningkatkan aliran keluar Aquoeus humor dengan bekerja padajalinan trabekular melalui kontraksi otot siliaris.

    Semua obat parasimpatomimetik menimbulkan miosis disertai

    meredupnya penglihatan, terutama pada pasien katarak.

    b)

    Epinefrin 0,25-2%

    Diteteskan sekali atau 2x sehari, meningkatkan aliran keluar aquoeus

    humor dan sedikit banyak disertai penurunan pembentukan Aquoeus

    humor .

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    13/23

    c) Dipifevrin

    Suatu prodrug epinefrin yang dimetabolisasi secara intraokular menjadi

    bentuk aktifnya.

    3)

    Penurunan Volume Korpus Vitreum

    a) Obat-obat hiperosmotik

    Darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar dari korpus vitreum

    dan terjadi penciutan korpus vitreumselain itu juga terjadi penurunan

    produksi Aquoeus humor . Penurunan volume korpus vitreumbermanfaat

    dalam pengobatan glaukoma sudut tertutup akut dan glaukoma maligna

    yang menyebabkan pergeseran lensa kristalina ke depan (disebabkan oleh

    perubahan volume korpus vitreumatau koroid) dan menyebabkan

    penutupan sudut (glaukoma sudut tertutup sekunder)

    b) Gliserin (gliserol)

    4) Miotik, Midriatik & Sikloplegik

    Konstriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan glaukoma sudut

    tertutup akut primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil

    penting dalam pengobatan penutupan sudut akibat iris bomb karena sinekia

    posterior.

    Apabila penutupan sudut disebabkan oleh penutupan lensa ke

    anterior, sikloplegik (siklopentolat dan atropine) dapat digunakan untuk

    melemaskan otot siliaris sehingga mengencangkan aparatus zonularis dalam

    usaha untuk menarik lensa ke belakang.

    5) Terapi Bedah & Laser

    a) Iridektomi & Iridotomi Perifer

    Indikasi:Pembedahan ini dilakukan untuk glaukoma dalam fase

    prodomal, glaukoma akut yang baru terjadi atau untuk tindakanpencegahan pada mata sebelahnya yang masih sehat. Teknik: pada

    prinsipnya dibuat lubang di bagian perifer iris, untuk menghindari

    hambatan pupil. Iridektomi ini biasanya dibuat di sisi temporal atas.

    Sumbatan pupil paling baik diatasi dengan membentuk komunikasi

    langsung antara kamera anterior dan posterior sehingga beda tekanan di

    antara keduanya menghilang. Hal ini dapat dicapai dengan laser

    neodinium : YAG atau argon (iridotomi perifer) atau dengan tindakan

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    14/23

    bedah iridektomi perifer. Walaupun lebih mudah dilakukan, terapi laser

    memerlukan kornea jernih dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan

    intraokular yang cukup besar, terutama apabila terdapat penutupan sudut

    akibat sinekia luas. Iridotomi laser YAG adalah terapi pencegahan yang

    digunakan pada sudut sempit sebelum terjadi serangan penutupan sudut.

    b)

    Trabekuloplasti Laser

    Penggunaan laser untuk menimbulkan luka bakar melalui suatu

    goniolensa ke jalinan trabekular dapat mempermudah aliran akueus

    karena efek luka bakar tersebut pada jalinan trabekular dan kanalis

    Schlemm serta terjadinya proses-proses selular yang meningkatkan fungsi

    jalinan trabekular. Teknik ini dapat diterapkan bagi bermacam-macam

    bentuk glaukoma sudut terbuka.

    c) Bedah Drainase Glaukoma

    Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme

    drainase normal, sehingga terbentuk akses langsung Aquoeus humor dari

    kamera anterior ke jaringan subkonjungtiva atau orbita, dan dapat dibuat

    dengan trabekulotomi atau insersi selang drainase. Trabekulotomi telah

    menggantikan tindakan-tindakan drainase full-thickness. Penyulit utama

    trabekulotomi adalah kegagalan bleb akibat fibrosis jaringan episklera.

    Penanaman suatu selang silikon untuk membentuk saluran keluar

    permanen bagi Aquoeus humor adalah tindakan alternatif untuk

    mata yang tidak membaik dengan trabekulotomi atau kecil

    kemungkinannya berespons terhadap trabekulotomi.

    Sklerostomi laser holmium adalah satu tindakan baru yang

    menjanjikan sebagai alternatif bagi trabekulotomi. Goniotomi adalahsuatu teknik yang bermanfaat untuk mengobati glaukoma kongenital

    primer, yang tampaknya terjadi sumbatan drainase Aquoeus humor di

    bagian dalam jalinan trabekular.

    d)

    Tindakan Siklodestruktif

    Kegagalan terapi medis dan bedah dapat menjadi alasan untuk

    mempertimbangkan tindakan destruksi korpus siliaris dengan laser atau

    bedah untuk mengontrol tekanan intraokular. Krioterapi, diatermi,

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    15/23

    ultrasonografi mata tepat di sebelah posterior limbus untuk menimbulkan

    kerusakan korpus siliaris dibawahnya.

    Pertama-tama harus diingat bahwa glaukoma akut merupakan masalah

    pembedahan. Pengobatan dengan obat harus dilakukan sebagai tindakan

    pertolongan darurat bahwa tugas mereka di daerah adalah memberi

    pengobatan secepatnya, kemudian merujuknya ke rumah sakit yang ada

    fasilitas untuk pembedahan mata. Pengobatan dengan obat-obatan:

    1)

    Miotik: yang paling mudah didapat adalah pilokarpin 2 - 4 % tetes mata

    yang diteteskan tiap menit 1 tetes selama 5 menit, kemudian disusul 1 tetes

    tiap jam sampai 6 jam.

    2) Carbonic anhidrase inhibitor: yang biasa dipakai adalah tablet

    asetazolamid, @ 250 mg, 2 tablet sekaligus, kemudian disusul tiap 4 jam 1

    tablet sampai 24 jam.

    3)

    Obat hiperosmotik: yang paling mudah adalah larutan gliserin, 50 % yang

    diberikan oral. Dosis 1-1,5 gram/kgBB (0,7-1,5 KgBB). Untuk praktisnya

    dapat dipakai 1 cc per KgBB

    4)

    Gliserin ini harus diminum sekaligus. Tidak banyak gunanya jika diminum

    sedikit demi sedikit. Karena gliserin ini terlalu manis hingga dapat

    menyebabkan rasa mual pada penderita, boleh diteteskan jeruk nipis agar

    terasa seperti air jeruk. Obat lain yang hiperosmotik tetapi tidak mudah

    didapat di daerah pedesaan adalah manitol 20 % yang diberikan perinfus +

    60 tetes per menit.

    5) Morfin: suntikan 10-15 mg mengurangi rasa sakit dan mengecilkan pupil.

    Hasil pilokarpin adalah miosis yang karenanya melepaskan iris darijaringan trabekulum. Sudut bilik mata depan akan terbuka. Daya kerja

    Asetazolamid adalah mengurangi pembentukan aqueous humor. Gliserin

    dan manitol mempertinggi daya osmosis plasma.

    Obat-obatan di atas dapat diberikan bersama-sama, tetapi hanya

    merupakanpengobatan darurat dan jangka pendek. Pembedahan harus tetap

    direncanakan. Dalam hal ini sering kali menolak suatu operasi berhubung

    matanya sudah dirasakan lebih nyaman setelah mendapatkan obat-obatan.

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    16/23

    Karenanya sejak semula penderita dan keluarganya sudah harus diberitahu

    akan perlunya pembedahan. Pengobatan dengan sinar laser pada glaukoma

    dapat dilakukan untuk tindakan nonbedah iridektomi. Sebelum pembedahan,

    tiap glaukoma akut harus diobati terlebih dahulu. Dengan cara seperti tersebut

    di atas tekanan bola mata yang tadinya sangat tinggi diturunkan dahulu

    sampai di bawah 25 mmHg. Apabila mata masih terlalu merah dapat ditunggu

    sampai mata lebih putih, dan kemudian penderita dibedah (Vaughan & Eva,

    2000).

    i. Komplikasi

    Jika penanganan glaukoma pada penderita terlambat dapat mengakibatkan

    sinekia anterior perifer dimana iris perifer melekat pada jalinan trabekula dan

    menghambat aliran aquoeus humor keluar. Lensa yang membengkak mendorong

    iris lebih jauh kedepan yang akan menambah hambatan pupil dan pada gilirannya

    akan menambah derajat hambatan sudut. Serangan glaukoma yang hebat dan

    mendadak seringkali menyebabkan atrofi papil saraf optik (Vaughan & Eva,

    2000).

    j. Prognosis

    Tanpa pengobatan, glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan total.

    Apabila obat tetes anti glaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular pada mata

    yang belum mengalami kerusakan glaukomatosa luas, prognosis akan baik.

    Apabila proses penyakit terdeteksi dini sebagian besar pasien glaukoma dapat

    ditangani dengan baik. Pada glaukoma kongenital untuk kasus yang tidak diobati,

    kebutaan timbul dini. Mata mengalami peregangan hebat dan bahkan dapat ruptur

    hanya akibat trauma ringan (Ilyas, 2004).

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    17/23

    ASUHAN KEPERAWATAN

    A. Pengkajian

    1. Anamnesis

    Anamnesis meliputi data demografi, yang meliputi : Umur, glaukoma primer

    terjadi padaindividu berumur > 40 tahun. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan

    akibatglaukoma paling sedikit 5 kali dari kulit putih, pekerjaan,terutama yang

    beresiko besar mengalami trauma mata.

    Selain itu harus diketahui adanya masalah mata sebelumnya atau pada saat

    itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya

    dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma (terutama yangmengenai mata), penyakit lain yang sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia

    tinggi)

    Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai dengan bicara

    cepat, mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitif, dan berduka karena

    kehilangan penglihatan.

    2. Pemeriksaan Fisik

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    18/23

    a. Neurosensori

    Gangguan penglihatan (kabur/ tidak jelas), sinar terang dapatmenyebabkan

    silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan

    kerja dengan dekat/ merasa diruang gelap (katarak), tampak lingkaran cahaya/

    pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotfobia (galukoma akut)

    bahan kaca mata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.

    Tanda : pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berwarna,

    peningkatan air mata. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan

    oftalmaskop untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus

    optikus menjadi lebih luas dan dalampada glaukoma akut primer, karena anterior

    dangkal, Aqueus humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.

    Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat

    menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.

    Pemeriksaan melalui inspeksi, untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera

    kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil, sedang yang gagal bereaksi terhadap

    cahaya.

    b. Nyeri/ kenyamanan

    Ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba- tiba /

    berat menetap atautekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).

    3. Pemeriksaan Diagnostik

    a. Kartu snellen / mesin telebinoklear

    Digunakan untuk mengetahui ketajaman mata dan sentral penglihatan

    b. Lapang penglihatan

    Terjadi penurunan disebabkan oleh CSV, masa tumor pada hipofisis / otak, karotis

    patofisiologis, arteri serebral atau glaukoma.

    c. Pengukuran tonografi

    Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 1225 mmHg)

    d. Pengukuran gonoskopi

    Membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup

    e. Tes provokatif

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    19/23

    Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal / hanya

    meningkat ringan.

    f. Pemeriksaan aftalmoskop

    Menguji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema,

    perdarahan retina dan mikroaneurisma.

    g. Darah lengkap, LED

    Menunjukkan anemia sistemik / infeksi

    h. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid

    Memastikan arterosklerosis, PAK

    i. Tes toleransi glukosa

    Menentukan adanya DM

    B. Diagnosa Keperawatan

    1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler

    2.

    Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan hilangnya pandangan

    perifer

    3. Ansietas b.d Penurunan ketajaman penglihatan, Kurang pengetahuan tentang

    prosedur pembedahan

    3. Gangguan citra diri berhubungan dengan kebutaan

    C. Intervensi Keperawatan

    No

    .

    DiagnosaKeperawatan

    Tujuan danKriteria Hasil

    Intervensi Rasional

    1. Nyeri b.d

    peningkatan

    TIO

    Setelah dilakukan

    tindakan

    keperawatanselama 1 x 24 jamdiharapakan nyerihilang/ berkurang

    dengan KriteriaHasil: Klien dapat

    mengidentifikasi penyebabnyeri

    Klienmenyebutkanfaktor-faktor

    a.Kaji tipe,

    intensitas, dan

    lokasi nyeri

    b.Pantau derajatnyeri mata setiap

    30 mentit selamamasa akut

    c.Pertahankanistirahat di tempat

    tidur dalam

    ruangan yang

    a.Mengenal berat

    ringannya nyeri

    dan menentukanterapi

    b.Untukmengidentifikasi

    kemajuan ataupenyimpanandari hasil yangdiharapkan.

    c.Mengurangirangsanganterhadap syarafsensori danmengurangi TIO

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    20/23

    yang dapatmeningkatkannyeri

    Klien mampu

    melakukantindakan untukmenguranginyeri.

    tenang dan gelapdengan kepaladitinggikan 30atau dalam posisi

    nyamand.

    Berikanlingkungan yangnyaman

    e. Anjurkan tehnikrelaksasi.

    f. Kolaborasitentang

    pemberiananalgesic

    d.Stress dan sinarmenimbulkanTIO yangmencetuskannyeri

    e.Keadaan rileksdapatmenguranginyeri.

    f. untukmengurangi nyeri

    2. Penurunan

    persepsisensori visual /penglihatanb.d serabutsaraf oleh

    karenapeningkatan

    TIO

    Setelah dilakukan

    tindakankeperawatanselama 1 x 24 jamdiharapakanpeningkatan

    persepsi sensoridapat berkurang

    dengan KriteriaHasil:

    Klien dapatmeneteskanobat matadengan benar

    Kooperatifdalam tindakan

    Menyadarihilangnyapengelihatansecara

    permanen Tidak terjadi

    penurunanvisus lebihlanjut

    a. Kaji dan catat

    ketajamanpenglihatan

    b. Kaji tingkatdeskripsifugnsional

    terhadappenglihatan dan

    perwatanc. Sesuaikan

    lingkungandengankemampuanpenglihatan

    d. Kaji jumlah dantipe rangsanganyang dpatditerima klien

    e. Observasi TTV

    f. Kolaborasidengan tim medisdalam pemberianterapi

    a. Menentukan

    kemampuanvisual

    b. Memberikankeakuratanterhadap

    penglihatan danperawatan

    c.

    Meningkatkanself care danmengurangiketergantungan

    d. Meningkatkanrangsanganpada waktukemampuanpenglihatabnmenurun

    e. Mengetahuikondisi dan

    perkembanganklien secaradini

    f. Untukmempercepatproses

    penyembuhan

    3. Ansietas b.dPenurunanketajamanpenglihatan,

    Kurang

    Setelah dilakukantindakankeperawatanselama 1 x 24 jam

    diharapakan Cemas

    a. Hati-hatipenyampaianhilangnyapenglihtan secara

    permanen

    a. Jika klien belumsiap akanmenambahkecemasan

    b.

    Mengekspresika

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    21/23

    pengetahuantentangprosedurpembedahan

    klien dapatberkurang denganKriteria Hasil: Berkurangnya

    perasaan gugup

    Posisi tubuhrileks

    Mengungkapkan pemahamantentang rencanatindakan

    b. Berikankesempatan klienmengekspresikantentang

    kondisinyac.

    Pertahankankondisi yangrileks

    d. Observasi TTV

    e. Siapkan belditempat tidurdan instruksikanklienmemberikan

    tanda bila mohonbantuan

    f. Kolaborasidengan tim medisdalam pemberianterapi

    n perasaanmembantu Kxmengidentifikasi sumber cemas

    c. Rileks dapatmenurunkancemas

    d. UntukmengetahuiTTV danperkembangannya

    e. Denganmemberikanperhatian akanmenambah

    kepercayaanklien

    f. Diharapkandapatmempercepat

    prosespenyembuhan

    4. Resiko cederab/d penurunan

    lapangpandang

    Setelah dilakukantindakan

    keperawatanselama 1 x 24 jam

    diharapakan Klientidak mengalamicedera denganKriteria Hasil: Klien mampu

    mendemontrasikan tentangkewaspadaankecemasan

    Klien memintabantuanpetugas saat

    memenuhikebutuhan.

    a. Orietasikan klienterhadap

    lingkungan ketikatiba.

    b.

    Lakukanmodifikasilingkungan untukmeindahkansemua bahaya:

    Singkirkanrintanganpada temparlalu lalang

    Sungkirkangulungan darikaki

    Singkirkanbarang-barang yangmungkindapatmencederai

    klien.c. Serahkan

    benda-bendatermasuk belpemanggil, alat

    bantu ambulasi

    a. Mengurangikecelakaan atau

    cidera

    b.

    Menimalkantingkat ciderayang berasaldari gangguanini

    c. Mengurangiresiko terjatuh

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    22/23

    kepada kliend. Bantu klien dan

    keluargamengevaluasi

    lingkunganrumah terhadapbahaya yangmungkinterjadi.

    d. Mempertahankan yang amansetelah pulang.

  • 8/10/2019 LP Glaukoma_KMB.docx

    23/23

    DAFTAR PUSTAKA

    Brunner & Suddarth. 2002.Keperawata Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC.

    Ilyas S. 2004.Ilmu Penyakit Mata.Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

    Mansjoer, Arif. 1999.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi III Jilid 1. Jakarta : FKUI.

    Vaughan DG, Eva RP, Asbury T. 2000. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Widya

    Medika. Jakarta.