Upload
rahmawatus
View
134
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
HIDROSEFALUS
A. PENGERTIAN
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan
maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang
meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan
serebrospinalis.
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi akumulasi CCS yang berlebihan
pada satu / lebih ventrikel dan ruang subarakhnoid.
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan tekanan intrakranial yang meninggi,
sehingga terdapat pelebaran ventrikel.
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang progresif pada system
ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan-jaringan serebral selama
produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili
arackhnoid.
Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang
meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor (Depkes
RI, 1989)
Hidrocefalus adalah kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala.
Biasanya di dalam sistem ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan liguor sehingga
menimbulkan peningkatan volume intravertikel (Setyanegara, 1998)
1
Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinalis di dalam kepala (CSS) dengan atau pernah
dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat ruangan tempat
mengalirnya CSS (Ngastiyah, 1997)
Hidrocefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi pembesaran sistem
ventrikular akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan
cerebrospinal (CSF: Cerebrospinal Fluid).(Ricard & Victor, 1992)
Jadi Hidrocefalus merupakan suatu keadaan patologik otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya cairan cerebrospinal.
B. ANATOMI FISIOLOGI
Cairan Serebro Spinal (CSS) ditemukan di ventrikel otak dan sisterna
dan ruang subarachnoid yang mengelilingi otak dan medula spinalis.
Seluruh ruangan berhubungan satu sama lain, dan tekanan cairan diatur
pada suatu tingkat yang konstan.
Fungsi Bantalan Cairan Serebrospinal
Fungsi utamanya adalah untuk melindungi sistem saraf pusat (SSP)
terhadap trauma. Otak dan cairan serebrospinal memiliki gaya berat
spesifik yang kurang lebih sama (hanya berbeda sekitar 4%), sehingga otak
terapung dalam cairan ini. Oleh karena itu, benturan pada kepala akan
menggerakkan seluruh otak dan tengkorak secara serentak, menyebabkan
tidak satu bagian pun dari otak yang berubah bentuk akibat adanya
benturan tadi.
Pembentukan, Aliran dan Absorpsi Cairan Serebrospinal
Sebagian besar CSS (dua pertiga atau lebih) diproduksi di pleksus
choroideus ventrikel serebri (utamanya ventrikel lateralis). Sejumlah kecil
dibentuk oleh sel ependim yang membatasi ventrikel dan membran
arakhnoid dan sejumlah kecil terbentuk dari cairan yang bocor ke ruangan
perivaskuler disekitar pembuluh darah otak (kebocoran sawar darah otak).
Pada orang dewasa, produksi total CSS yang normal adalah sekitar
21 mL/jam (500 mL/ hari), volume CSS total hanya sekitar 150 mL. CSS
mengalir dari ventrikel lateralis melalui foramen intraventrikular (foramen
2
Monroe) ke venrikel ketiga, lalu melewati cerebral aquaductus (aquaductus
sylvii) ke venrikel keempat, dan melalui apertura medialis (foramen
Magendi) dan apertura lateral (foramen Luschka) menuju ke sisterna
cerebelomedular (sisterna magna). Dari sisterna cerebelomedular, CSS
memasuki ruang subarakhnoid, bersirkulasi disekitar otak dan medula
spinalis sebelum diabsorpsi pada granulasi arachnoid yang terdapat pada
hemisfer serebral.
Sekresi Pleksus Koroideus
Pleksus koroideus adalah pertumbuhan pembuluh darah seperti
kembang kol yang dilapisi oleh selapis tipis sel. Pleksus ini menjorok ke
dalam kornu temporal dari setiap ventrikel lateral, bagian posteror ventrikel
ketiga dan atap ventrikel keempat.
Sekresi cairan oleh pleksus koroideus terutama bergantung pada
transpor aktif dari ion natrium melewati sel epitel yang membatasi bagian
luar pleksus. Ion- ion natrium pada waktu kembali akan menarik sejumlah
besar ion-ion klorida, karena ion natrium yang bermuatan positif akan
menarik ion klorida yang bermuatan negatif. Keduanya bersama sama
meningkatkan kuantitas osmotis substansi aktif dalam cairan
serebrospinal, yang kemudian segera menyebabkan osmosis air melalui
membran, jadi menyertai sekresi cairan tersebut. Transpor yang kurang
begitu penting memindahkan sejumlah kecil glukosa ke dalam cairan
serebrospinal dan ion kalium dan bikarbonat keluar dari cairan
serebrospinal ke dalam kapiler. Oleh karena itu, sifat khas dari cairan
serebrospinal adalah sebagai berikut: tekanan osmotik kira-kira sama
dengan plasma; konsentrasi ion natrium kira-kira sama dengan plasma;
klorida kurang lebih 15% lebih besar dari plasma; kalium kira-kira 40% lebih
kecil; dan glukosa kira-kira 30% lebih sedikit. Inhibitor carbonic anhidrase
(acetazolamide), kortikosteroid, spironolactone, furosemide, isoflurane dan
agen vasokonstriksi untuk mengurangi produksi CSS.
Absorpsi Cairan Serebrospinal Melalui Vili Arakhnoidalis
Absorpsi CSS melibatkan translokasi cairan dari granulasi arachnoid
ke dalam sinus venosus otak. Vili arakhnoidalis, secara mikroskopis adalah
penonjolan seperti jari dari membran arakhnoid ke dalam dinding sinus
3
venosus. Kumpulan besar vili-vili ini biasanya ditemukan bersama-sama,
dan membentuk suatu struktur makroskopis yang disebut granulasi
arakhnoid yang terlihat menonjol ke dalam sinus. Dengan menggunakan
mikroskop elektron, terlihat bahwa vili ditutupi oleh sel endotel yang
memiliki lubang-lubang vesikular besar yang langsung menembus badan
sel. Telah dikemukakan bahwa lubang ini cukup besar untuk menyebabkan
aliran yang relatif bebas dari cairan serebrospinal, molekul protein, dan
bahkan partikelpartikel sebesar eritrosit dan leukosit ke dalam darah
vena. Sebagian kecil diabsorpsi di nerve root sleeves dan limfatik
meningen. Walaupun mekanismenya belum jelas diketahui, absorpsi CSS
ini tampaknya berbanding lurus terhadap tekanan intra kranial (TIK) dan
berbanding terbalik dengan tekanan vena serebral (Cerebral Venous
Pressure = CVP). Karena otak dan medula spinalis sedikit disuplai oleh
sistem limfatik, absorpsi melalui CSS merupakan mekanisme utama untuk
mengembalikan protein perivaskuler dan interstitiil ke dalam aliran darah.
Ruang Perivaskuler dan Cairan Serebrospinal
Pembuluh darah yang mensuplai otak pertama-tama berjalan
melalui sepanjang permukaan otak dan kemudian menembus ke dalam,
membewa selapis pia mater, yaitu membran yang menutupi otak. Pia
mater hanya melekat longgar pada pembuluh darah, sehingga terdapat
sebuah ruangan, yaitu ruang perivaskuler, yang ada di antara pia mater
dan setiap pembuluh darah. Oleh karena itu, ruang perivaskuler mengikuti
arteri dan vena ke dalam otak sampai arteriol dan venula, tapi tidak sampa
ke kapiler.
Fungsi Limfatik Ruang Perivaskuler
Sama halnya dengan di tempat lain dalam tubuh, sejumlah kecil
protein keluar dari parenkim kapiler ke dalam ruang interstitiil otak, karena
tidak ada pembuluh limfe dalam jaringan otak, protein ini meninggalkan
jaringan terutama dengan mengalir bersama cairan yang melalui ruang
perivaskuler ke dalam ruang subarakhnoid. Untuk mencapai ruang
subarakhnoid, protein akan mengalir bersama cairan serebrospinal untuk
diabsorpsi melalui vili arakhnoidalis ke dlam vena-vena serebral. Ruang
4
perivaskuler, sebenarnya, merupakan sistem limfatik yang khusus untuk
otak.
Selain menyalurkan cairan dan protein, ruang perivaskuler juga
menyalurkan partikel asing dari otak ke dalam ruang subarakhnoid.
Misalnya, ketika terjadi infeksi di otak, sel darah putih dan jaringan mati
infeksius lainnya dibawa keluar melalui ruang perivaskuler.
T ekanan Cairan Serebrospinal
Tekanan normal dari sistem cairan serebrospinal ketika seseorang
berbaring pada posisi horizontal, rata-rata 130 mm air (10 mmHg),
meskipun dapat juga serendah 65 mm air atau setinggai 195 mm air pada
orang normal.
Pengaturan Tekanan Cairan Serebsrospinal oleh Vili Arakhnoidalis
Normalnya, tekanan cairan serebrospinal hampir seluruhnya diatur
oleh absorpsi cairan melalui vili arakhnoidalis. Alasannya adalah bahwa
kecepatan normal pembentukan cairan serebrospinal bersifat konstan,
sehingga dalam pengaturan tekanan jarang terjadi faktor perubahan dalam
pembentukan cairan. Sebaliknya, vili berfungsi seperti katup yang
memungkinkan cairan dan isinya mengalir ke dalam darah dalam sinus
venosus dan tidak memungkinkan aliran sebaliknya. Secara normal, kerja
katup vili tersebut memungkinkan cairan serebrospinal mulai mengalir ke
dalam darah ketika tekanan sekitar 1,5 mmHg lebih besar dari tekanan
darah dalam sinus venosus. Kemudian, jika tekanan cairan serebrospinal
masih meningkat terus, katup akan terbuka lebar, sehingga dalam
keadaan normal, tekanan tersebut tidak pernah meningkat lebih dari
beberapa mmHg dibanding dengan tekanan dalam sinus. Sebaliknya,
dalam keadaan sakit vili tersebut kadang-kadang menjadi tersumbat oleh
partikel-partikel besar, oleh fibrosis, atau bahkan oleh molekul protein
plasma yang berlebihan yang bocor ke dalam cairan serebrospinal pada
penyakit otak. Penghambatan seperti ini dapat menyebabkan tekanan
cairan serebrospinal menjadi sangat tinggi.
5
Pengukuran Tekanan Cairan Serebrospinal
Prosedur yang biasa digunakan untuk mengukur tekanan cairan
serebrospinal adalah sebagai berikut : Pertama, orang tersebut berbaring
horizontal pada sisi tubuhnya, sehingga tekanan cairan spinal sama
dengan tekanan dalam ruang tengkorak. Sebuah jarum spinal kemudian
dimasukkan ke dalam kanalis spinalis lumbalis di bawah ujung terendah
medula spinalis dan dihubungkan dengan sebiuah pipa kaca. Cairan spinal
tersebut dibiarkan naik pada pipa kaca sampai setinggi-tingginya. Jika
nilainya naik sampai setinggi 136 mm di atas tingkat jarum tersebut,
tekanannya dikatakan 136 mm air atau, dibagi dengan 13,6 yang
merupakan berat jenis air raksa, kira-kira 10 mmHg.
Fungsi Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal mengelilingi ruang subaraknoid di sekitar otak dan
medulla spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel dalam otak.
Komposisi
Cairan serebrospinal menyerupai plasma darah dan cairan intersisial
(air,elektrolit,oksigan,karbondioksida, glukose, beberapa lekosit ( terutama
limfosit ) dan sedikit protein.
Produksi
Cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus koroid yaitu jaring-jaring kapiler
berbentuk bunga kol yang menonjol dari pia mater ke dalam dua ventrikel otak
Sirkulasi
Cairan bergerak dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikuler ( foramen
munro ) menuju ventrikel ketiga otak,kemudian mengalir melalui akuaduktus
serebral ( Sylvius ) menuju ventrikel keempat cairan mengalir melalui tiga
lubang langit-langit ventrikel keempat kemudan bersirkulasi melalui ruang
subaraknoid. Setelah mencapai ruang subaraknoid,maka cairan serebrospinal
akan bersirkulasi sekitar otak dan medulla spinalis,lalu keluar menuju sistem
vaskular. Sebagian besar cairan serebrospinal direabsorpsi ke dalam darah
melalui struktur khusus yang dinamakan villi araknoidalis kedalam sinus vena
pada dura mater dan kembali ke aliran darah tempat asal produksi cairan
tersebut.
Fungsi
Cairan serebrospinal berfungsi sebagai bantalan untuk jaringan lunak otak dan
6
medulla spinalis,juga sebagai media pertukaran nutrien dan zat buangan antara
darah dan otak serta medulla spinalis. Secara klinis cairan serebrospinal dapat
diambil untuk pemeriksaan melalui prosudur pungsi lumbal , yaitu jarum
berongga diinsersi ke dalam ruang subaraknoid di antara lengkung saraf
vertebra lumbal ke tiga dan ke empat.
C. PENYEBAB
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah
satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan
tempat absorbsi dalam ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi
dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada
bayi dan anak ialah :
1) Kelaina bawaan ( kongenital )
Stenosis aquaductus sylvii merupakan penyebab yang paling sering pada
bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama
sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala
Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan
pertama setelah lahir.
Spina bifida dan kranium bifida Biasanya berhubungan dengan sindrom
Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata
dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum
sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
Syndrom Dandy-Walker Merupakan atresia congenital foramen luscha
dan mengendie dengan akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran
sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang
besar di daerah losa posterior.
Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2) Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis
terlihat penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan
daerah lain. penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.
3) Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat
aliran CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV
/ akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari
7
cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan
kraniofaringioma.
4) Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan
dengannya, berdasarkan :
Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes ( overt hydrosefalus ) dan
hidrosefalus tersembunyi ( occult hydrosefalus ).
Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non
komunikans.
Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi vertikal, hidrosealus
eksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid diatas
permukaan korteks. hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami
obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrosefalus
simptomatik dan asimptomatik. hidrosefalus arrasted menunjukkan keadaan
dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut
sudah tidak aktif lagi. hidrosefalus ex: vacuo adalah sebutan bagi kasus
ventrikulomegali yang diakibatkan atropi otak primer, yang biasanya terdapat
pada orang tua.
TIPE
Menurut Ngatiyah (1997) Hidrocefalus pada bayi dapat dibagi menjadi dua yaitu
1. Konginetal : Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan
2. Di dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan
penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala
yang menyerang otak dan pengobatannya tidak tuntas.
Menurut Ngastiyah (1997) Hidrocefalus dapat dibagi dua yaitu:
1. Hidrocefalus obstruksi ---> Tekanan CSS yang tinggi disebabkan oleh
obstruksi pada salah satu tempat antara pembentukan oleh plexus
8
koroidalis dan keluranya dari ventrikel IV melalui foramen lusckha dan
magendie.
2. Hidrocefalus komunikans--->Bila tekanan CSS yang meninggi tanpa
penyumbatan sistem ventrikel.
E. PATOFISIOLOGI
CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus koroidalis
kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piameter dan
arakhnoid yang meliputi seluruh Susunan Saraf Pusat ( SSP ). Cairan likuor
serebrospinalis terdapat dalam satu sistem, yakni sistem internal dan eksternal.
Orang dewasa : jumlah normal CSS = 90 – 150 ml
Anak umur 8-10 th : 100-140 ml
Bayi : 40-60 ml
Neonatus : 20-30 ml
Prematur kecil : 10-20 ml
Hidrosefalus secara teori terjadi sebagai akibat dari 3 mekanisme, yaitu :
1) Produksi likuor yang berlebihan
2) Peningkatan resistensi aliran likuor
3) Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi 3 mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan
intrakranial sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan
absorbsi. mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung
berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosefalus. dilatasi ini sebagai
berikut :
1) kompresi sistem serebrovaskuler
2) redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler
3) Perubahan mekanis dari otak
4) Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis
5) Hilangnya jaringan otak
6) Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid.
gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus.
Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan
meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya
mempertahankan resorbsi yang seimbang.
9
Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai 2 konsekuensi, yaitu
peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler
intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas
yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan
sinus vena yang relatiuf tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini
tergantung dari komplikasi tengkorak.
F. TANDA DAN GEJALA
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada awitan dan derajat
ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS. gejala yang menonjol
merupakan refleks adanya hipertensi intrakranial. manifestasi klinis dari
hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Awitan hidrosefalus terjadi pada masa neonatus
Meliputi pembesaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm dan
pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahuin pertama
kehidupan. kranium terdistensi dalan semua arah, tetapi terutama pada daerah
frontal. tampak dorsum nasi lebih dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang,
sutura masih terbuka bebas. tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis, vena-
vena disis samping kepala tampak melebar dan berkelok.
b. Awitan hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak
Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai
manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat
disertai keluhan penglihatan ganda ( diplopia ) dan jarang diikuti penurunan
visus. secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien
hidrosefalus dibawah usia 2 tahun adalah pembsaran normal. makrokrania
biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya, yaitu :
a) Fontanela yang sangat tegang
b) Sutura kranium tampak atau teraba melebar
c) Kulit kepala livin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial
menonjol
d) Fenomena “ matahari tenggelam “ ( sunset phenomenom )
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besr
dibandingkan denghan bayi. Gejalanya mencakup :
Nyeri kepala
Muntah
10
Gangguan kesadaran
Pada kasus lanjut : gejala batang otak akibat hernia tonsiler (bradikardini
aritmia respirasi)
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan fisik:
Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting
untuk melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
Transiluminasi
Pemeriksaan darah:
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
Pemeriksaan cairan serebrospinal:
Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau
meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan
ada infeksi sisa
Pemeriksaan radiologi:
X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan
sekaligus mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya
H. KOMPLIKASI
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses
otak
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8. Kematian
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
11
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit
menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
I. PENATALAKSANAAN
Farmakologis:
Mengurangi volume cairan serebrospinalis:
Acetazolamide 25 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3 dosis. Dosis dapat
dinaikkan 25 mg/KgBB/hari (Maksimal 100 mg/KgBB/hari)
Furosemide 1 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3-4 dosis
Catatan: Lakukan pemeriksaan serum elektrolit secara berkala untuk
mencegah terjadinya efek samping.
Bila ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika sesuai kuman penyebab.
Pembedahan:
12
Bagan Penatalaksanaan Hidrosefalus Darto Saharso 2006
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining”
yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan
bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian
sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
13
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis
dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid
(diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan
tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarakhnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal (Holter, 1992; Scott, 1995;Anthony JR,
1972)
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural (Rasohoff, 1954)
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi (Maston, 1951)
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung
melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang
memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini
merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti
sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya
infeksi sekunder dan sepsis.
4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah
diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah
kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu
selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah
perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di
kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit
hingga tidak terlihat dari luar.
5. pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan
jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. VRIES (1978)
mengembangkan fiberoptik yang dilengkapi perawatan bedah mikro dengan
sinar laser sehingga pembedahan dapat dipantau melalui televisi.
J. PENCEGAHAN
Sebelum menikah, pasangan calon pengantin harus memeriksakan
kondisi kesehatannya untuk mencegah kelainan bawaan pada bayi saat
hamil nanti.
14
Sesudah menikah, khususnya selama masa kehamilan, harus dilakukan
pemeriksaan kehamilan secara teratur ke dokter agar dapat diketahui
bagaimana kesehatan janin yang dikandung dan kemungkinan
terjadinya hidrosefalus.
Pada masa bayi dan balita, hidrosefalus sering terjadi akibat infeksi otak
yang mengganggu peredaran cairan otak karena TBC otak atau infeksi
bakteri, virus, tumor dan jamur.
Lindungi selalu kepala anak dari cedera yang mungkin saja bisa
berakibat yang membahayakan kesehatan anak.
Anda sebagai orang tua juga perlu untuk selalu memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak secara teratur melalui Kartu Menuju
Sehat (KMS) atau Kartu Ibu dan Anak (KIA). Lakukan pemeriksaan rutin
dengan mengukur lingkar kepala setiap bulannya. Hal ini merupakan cara
deteksi awal yang paling mudah dilakukan untuk mengetahui terjadinya
hidrosefalus. Apabila ukuran lingkar kepala tidak berkembang sebagaimana
mestinya, jangan ragu untuk memeriksanya ke dokter anak untuk segera
ditindaklanjuti.
K. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian.
Anamnesa.
Insiden hidrosefalus: 5,8 per 10.000 kelahiran hidup
o Hidrosefalus dengan spinabifida terdapat kira-kira 3-4 per 1000
kelahiran hidup
o Type hidrosefalus obstruksi terdapat 99 % kasus pada anak-anak.
Riwayat kesehatan masa lalu:
o Terutama adanya riwayat luka/trauma kepala atau infeksi serebral
Riwayat kehamilan dan persalinan :
o Kelahiran yang prematur
o Neonatal meningitis
o Perdarahan subaracnoid
o Infeksi intra uterin
15
o Perdarahan perinatal, trauma/cidera persalinan.
Pemeriksaan Fisik
o Biasanya adanya myelomeningocele, pengukuran lingkar kepala
(Occipitifrontal)
o Pada hidrosefalus didapatkan :
Tanda-tanda awal:
Mata juling
Sakit kepala
Lekas marah
Lesu
Menangis jika digendong dan diam bila berbaring
Mual dan muntah yang proyektil
Melihat kembar
Ataksia
Perkembangan yang berlangsung lambat
Pupil edema
Respon pupil terhadap cahaya lambat dan tidak sama
Biasanya diikuti: perubahan tingkat kesadaran,
opistotonus dan spastik pada ekstremitas bawah
Kesulitan dalam pemberian makanan dan menelan
Gangguan cardio pulmoner
Tanda-tanda selanjutnya:
Nyeri kepala diikuti dengan muntah-muntah
Pupil edema
Strabismus
Peningkatan tekanan darah
Denyut nadi lambat
Gangguan respirasi
Kejang
Letargi
Muntah
Tanda-tanda ekstrapiramidal/ataksia
Lekas marah
Lesu
Apatis
16
Kebingungan
Sering kali inkoheren
Kebutaaan
Diagnosa keperawatan
1. Perfusi jaringan tidak efektif: serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial,
hipervolemia.
2. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pusat persepsi sensori.
3. Kerusakan intregritas kulit b.d penurunan mobilitas fisik, defisiensi sirkulasi.
4. Resiko defisit volume cairan b.d mual, muntah, anoreksia.
5. Perubahan proses keluarga b.d perubahan status kesehatan anggota keluarga.
6. Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit, perawatan, komplikasi serta
perawatan di rumah b.d kurang informasi.
7. Resiko infeksi b.d pemasangan shunt.
8. Kurang pengetahuan tentang b.d kurangnya informasi.
9. Nyeri akut b/d agen injuri fisik.
Rencana Keperawatan
1. Perfusi jaringan tidak efektif: serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial,
hipervolemia.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam :
Tekanan intrakranial 0-15 mmHg.
Perfusi otak lebih dari 50 mmHg.
Terpeliharanya status neurologis.
Tanda vital stabil (120/80mmHg)
Kaji status neurologis yang berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan
tekana intrakranial, terutama GCS.
Monitor tanda-tanda vital:TD, nadi, respirasi, suhu, minimal tiap 15 menit
sampai keadaan pasien stabil.
Monitor tingkat kesadaran, sikap reflek, fungsi motorik, sensorik tiap 1-2 jam.-
Naikkan kepala dengan sudut 15-450, tanpa bantal (tidak hiperekstensi atau
fleksi) dan posisi netral (posisi kepala sampai lumbal ada dalam garis lurus).
Anjurkan anak dan orang tua untuk mengurangi- aktivitas yang dapat
17
menaikkan tekanan intrakranial atau intraabdominal, misal: mengejan saat
BAB, menarik nafas, membalikkan badan, batuk.
Monitor tanda kenaikan tekanan intrakranial, misalnya: iritabilitas, tangis, sakit
kepala, mual muntah.
Monitor intake output cairan setiap hari.-
2. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pusat persepsi sensori. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan:
Tanda vital normal.-
Orientasi baik.-
GCS lebih dari 13.-
Tekanan intrakranial- <10 mmHg.
Refleks fisiologis (+).-
Kaji tingkat kesadaran dan respon.- Refleks patologis (-). -
Ukur vital sign, status neurologis.-
Monitor tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial seperti iritabilitas, tangis
melengking, sakit kepala, mual muntah.-
Ukur lingkar kepala dengan meteran/ midline.-
Lakukan terapi auditori dan stimuli taktil.-
3. Kerusakan intregritas kulit b.d penurunan mobilitas fisik, defisiensi sirkulasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan:
Eritema (-).-
Kulit kepala turgor baik, utuh.-
Monitor kondisi fontanella mayor tiap 4 jam.- Luka (-). -
Ubah posisi tiap 2 jam, pertimbangkan perubahan posisi kepala tiap 1 jam.-
Gunakan lotion atau minyak dan lindungi posisi daerah kepala dari
penekanan.-
Letakkan kepala pada bantal karet atau gunakan water bed jika perlu.-
Gunakan penggantian alat tenun dari bahan yang lembut.-
Stimuli daerah kepala setiap perubahan posisi.-
Pertahankan nutrisi sesuai program terapi.-
4. Resiko defisit volume cairan b.d mual, muntah, anoreksia. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan:
Hidrasi adekuat.-
Turgor kulit baik.-
Membran mukosa lembab.-
18
Tanda vital normal.-
Monitor intake output makanan dan cairan.- Urin output 0,5-1 cc/ kgBB/ jam. -
Ukur dan observasi tanda vital.-
Catat jumlah, frekuensi dan karakter muntah.-
Timbang BB tiap hari.-
Kaji tanda-tanda dehidrasi.-
5. Perubahan proses keluarga b.d perubahan status kesehatan anggota
keluarga. Setelah dilakukan tindakan keperawatan:
Keluarga partisipasi dalam perawatan dan pengobatan.-
Keluarga memberikan sentuhan, perasaan senang dan bicara pada anaknya.-
Keluarga mampu mengidentifikasi perilaku negatif dan cara mengatasinya.
Beri kesempatan pada keluarga atau orang tua untuk mendiskusikan-
masalah.
Beri dorongan sikap penerimaan terhadap anak (misal dipeluk, berbicara dan
menyenangkan anak).-
Bantu orang tua untuk ikut merawat anaknya, libatkan orang tua sebanyak
mungkin.-
Jelaskan setiap prosedur perawatan dan pengobatan.-
Dorong sikap positif dari orang tua, beri penjelasan tentang sifat negatif.-
Diskusikan sikap yang mengindikasikan frustasi, ajarkan cara menyelesaikan
masalah dengan strategi koping yang baru.-
Hubungi konsultan jika perlu.-
6. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan, komplikasi b.d kurang
informasi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga mampu:
Ungkapkan pengertian rencana perawatan. Menerima kenyataan terhadap
anaknya.-
Demonstrasikan perawatan yang diperlukan.-
Mengetahui tanda infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial.-
Menjelaskan pengobatan yang diberikan, minum obat sesuai rencana dan
Jelaskan semua prosedur dan pengobatan,-mengerti efek samping. kehadiran
perawat diperlukan bila ada informasi oleh team kesehatan lain untuk memperkuat
penjelasan.
Beri dorongan pada orang tua untuk- mengekspresikan perasaan dan harapan
dan partisipasi dalam perawatan anaknya dengan perasaan yang menyenangkan.
Bantu orang tua untuk dapat menerima kenyataan tentang perubahan dan
19
perkembangan anaknya.-
Yakinkan orang tua bahwa anak membutuhkan kasih sayang dan keamanan.-
Demonstrasikan perawatan yang diperlukan (bagaimana mengecek fungsi shunt,
posisi anak), berikan kesempatan untuk mengulang.-
Beri penjelasan tentang pengobatan.-
Berikan dafatar nomor telepon team kesehatan untuk dapat digunakan bila muncul
masalah.-
PASCA OPERASI
1. Gangguan persepsi sensori b.d infeksi pemasangan shunt. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan:
Mengembalikan fungsi persepsi sensori dan komplikasi dapat dicegah atau
Kaji reaksi pupil dan-seminimal mungkin tidak akan terjadi. kesimetrisan, vital
sign, tingkat kesadaran, kepekaan, kemampuan neuromuskuler.
Ukur lingkar kepala dan awasi ukuran fontanella.-
Atur posisi daerah kepala yang tidak dilakukan operasi jangan pada posisi
shunt.-
Ukur tanda vital.-
Atur anak tetap terlentang dengan posisi 15-450, akan meningkatkan dan
melancarkan aliran balikdaerah vena kepala sehingga mengurangi edema dan
mencegah terjadinya kenaikan TIK.
Ukur suhu dan atur s-uhu lingkungan sesuai indikasi, batasi pemakaian
selimut, kompres bila suhu tinggi.
2. Resiko infeksi b.d pemasangan shunt. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan:
Status imun normal.-
Kontrol status infeksi.-
Kontrol faktor resiko.-
Penyembuhan luka, ILO (-).-
Ukur vital sign tiap 4 jam.- Abses otak, meningitis (-). -
Gunakan teknik aseptik dalam perawatan.-
Observasi luka operasi.-
Lakukan perawatan luka bekas operasi sesuai instruksi.-
Kolaborasi: antibiotik, pemeriksaan AL, kultur dan sesnsitivitas tes.-
20
3. Kerusakan integritas kulit b.d prosedur pembedahan. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan:
Incisi sembuh tanpa ada eritema.-
Kaji lokasi incisi adanya robekan permukaan kulit, pus, darah.- Luka kering dan
bersih.
Ukur vital sign tiap 4 jam.-
Perhatikan teknik aseptik dan septik saat penggantian balutan.-
Observasi tanda-tanda peningkatan TIK karen infeksi akibat pemasangan
infus.-
Jaga kebersihan kulit pasien tetap bersih dan kering.
4. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah b.d kurangnya informasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan: Orang tua mampu ungkapkan
pengertian rencana- perawatan. Orang tua dapat mendemonstrasikan
kemampuan merawat di rumah.-
Kaji tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua pasien.- Orang tua
mengerti tentang cara pewngobatab di rumah. - Beri penjelasan tentang
hidrosefalus dan prosedur pembedahannya pada orang tua.- Libatkan orang
tua pada perawatan pasca operasi.- Jelaskan pada orang tuatentang tanda
dan gejala infeksi CSF dan kegagalan shunt.-
DAFTAR PUSTAKA
Peter Paul Rickham. 2003. Obituaries. BMJ 2003: 327: 1408-doi: 10.1136/
bmj.327.7428.1408.
21
Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victor’s Principles Of
Neurology: Eight Edition. USA.
http://id.scribd.com/doc/89237697/Hidrocepalus diakses tgl 13 jan 2013. Jam
9.55 PM
http://id.scribd.com/doc/104407130/Askep-Pada-Pasien-Hydrocepalus. diakses
tgl 13 jam 2013 jam 9.55
22