30
HIDROSEFALUS A. PENGERTIAN Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis. Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi akumulasi CCS yang berlebihan pada satu / lebih ventrikel dan ruang subarakhnoid. Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan- jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arackhnoid. 1

LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

HIDROSEFALUS

A. PENGERTIAN

Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan

maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang

meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan

serebrospinalis.

Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi akumulasi CCS yang berlebihan

pada satu / lebih ventrikel dan ruang subarakhnoid.

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan serebrospinal dengan tekanan intrakranial yang meninggi,

sehingga terdapat pelebaran ventrikel.

Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang progresif pada system

ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan-jaringan serebral selama

produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili

arackhnoid.

Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang

meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor (Depkes

RI, 1989)

Hidrocefalus adalah kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala.

Biasanya di dalam sistem ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan liguor sehingga

menimbulkan peningkatan volume intravertikel (Setyanegara, 1998)

1

Page 2: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan cerebrospinalis di dalam kepala (CSS) dengan atau pernah

dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat ruangan tempat

mengalirnya CSS (Ngastiyah, 1997)

Hidrocefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi pembesaran sistem

ventrikular akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan

cerebrospinal (CSF: Cerebrospinal Fluid).(Ricard & Victor, 1992)

Jadi Hidrocefalus merupakan suatu keadaan patologik otak yang

mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis sehingga terdapat pelebaran

ruangan tempat mengalirnya cairan cerebrospinal.

B. ANATOMI FISIOLOGI

Cairan Serebro Spinal (CSS) ditemukan di ventrikel otak dan sisterna

dan ruang subarachnoid  yang mengelilingi otak dan medula spinalis.

Seluruh ruangan berhubungan satu sama lain, dan  tekanan cairan diatur

pada suatu tingkat yang konstan.

Fungsi Bantalan Cairan Serebrospinal

Fungsi utamanya adalah untuk melindungi sistem saraf pusat (SSP)

terhadap trauma. Otak  dan cairan serebrospinal memiliki gaya berat

spesifik yang kurang lebih sama (hanya berbeda sekitar 4%), sehingga otak

terapung dalam cairan ini. Oleh karena itu, benturan pada kepala akan

menggerakkan seluruh otak dan tengkorak secara serentak, menyebabkan

tidak satu bagian pun dari otak yang berubah bentuk akibat adanya

benturan tadi.

Pembentukan, Aliran dan Absorpsi Cairan Serebrospinal

Sebagian besar CSS (dua pertiga atau lebih) diproduksi di pleksus

choroideus ventrikel  serebri (utamanya ventrikel lateralis). Sejumlah kecil

dibentuk oleh sel ependim yang membatasi ventrikel dan membran

arakhnoid dan sejumlah kecil terbentuk dari cairan yang bocor ke ruangan

perivaskuler disekitar pembuluh darah otak (kebocoran sawar darah otak).

Pada orang dewasa, produksi total CSS yang normal adalah sekitar

21 mL/jam (500 mL/ hari), volume CSS total hanya sekitar 150 mL. CSS

mengalir dari ventrikel lateralis melalui foramen intraventrikular (foramen

2

Page 3: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

Monroe) ke venrikel ketiga, lalu melewati cerebral aquaductus (aquaductus

sylvii) ke venrikel keempat, dan melalui apertura medialis (foramen

Magendi) dan apertura lateral (foramen Luschka) menuju ke sisterna

cerebelomedular (sisterna magna). Dari sisterna cerebelomedular, CSS

memasuki ruang subarakhnoid, bersirkulasi disekitar otak dan medula

spinalis sebelum diabsorpsi pada granulasi arachnoid yang terdapat pada

hemisfer serebral.

Sekresi Pleksus Koroideus

Pleksus koroideus adalah pertumbuhan pembuluh darah seperti

kembang kol yang dilapisi oleh selapis tipis sel. Pleksus ini menjorok ke

dalam kornu temporal dari setiap ventrikel lateral, bagian posteror ventrikel

ketiga dan atap ventrikel keempat.

Sekresi cairan oleh pleksus koroideus terutama bergantung pada

transpor aktif dari ion natrium melewati sel epitel yang membatasi bagian

luar pleksus. Ion- ion natrium pada waktu  kembali akan menarik sejumlah

besar ion-ion klorida, karena ion natrium yang bermuatan positif akan

menarik ion klorida yang bermuatan negatif. Keduanya bersama sama

meningkatkan kuantitas osmotis substansi aktif dalam cairan

serebrospinal, yang kemudian segera menyebabkan osmosis air melalui

membran, jadi menyertai sekresi cairan tersebut. Transpor yang kurang

begitu penting memindahkan sejumlah kecil glukosa ke dalam cairan

serebrospinal dan ion kalium dan bikarbonat keluar dari cairan

serebrospinal ke dalam kapiler. Oleh karena itu, sifat khas dari cairan

serebrospinal adalah sebagai berikut: tekanan osmotik kira-kira sama

dengan plasma; konsentrasi ion natrium kira-kira sama dengan plasma;

klorida kurang lebih 15% lebih besar dari plasma; kalium kira-kira 40% lebih

kecil; dan glukosa kira-kira 30% lebih sedikit. Inhibitor carbonic anhidrase

(acetazolamide), kortikosteroid, spironolactone, furosemide, isoflurane dan

agen vasokonstriksi untuk mengurangi produksi CSS.

Absorpsi Cairan Serebrospinal Melalui Vili Arakhnoidalis

Absorpsi CSS melibatkan translokasi cairan dari granulasi arachnoid

ke dalam sinus venosus otak. Vili arakhnoidalis, secara mikroskopis adalah

penonjolan seperti jari dari membran arakhnoid ke dalam dinding sinus

3

Page 4: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

venosus. Kumpulan besar vili-vili ini biasanya ditemukan bersama-sama,

dan membentuk suatu struktur makroskopis yang disebut granulasi

arakhnoid yang terlihat menonjol ke dalam sinus. Dengan menggunakan

mikroskop elektron, terlihat bahwa vili ditutupi oleh sel endotel yang

memiliki lubang-lubang vesikular besar yang langsung menembus badan

sel. Telah dikemukakan bahwa lubang ini cukup besar untuk menyebabkan

aliran yang relatif bebas dari cairan serebrospinal, molekul protein, dan

bahkan partikelpartikel sebesar eritrosit dan leukosit ke dalam darah

vena. Sebagian kecil diabsorpsi di nerve root sleeves dan limfatik

meningen. Walaupun mekanismenya belum jelas diketahui, absorpsi CSS

ini tampaknya berbanding lurus terhadap tekanan intra kranial (TIK) dan

berbanding terbalik dengan tekanan vena serebral (Cerebral Venous

Pressure = CVP). Karena otak dan medula spinalis sedikit disuplai oleh

sistem limfatik, absorpsi melalui CSS merupakan mekanisme utama untuk

mengembalikan protein perivaskuler dan interstitiil ke dalam aliran darah.

Ruang Perivaskuler dan Cairan Serebrospinal

Pembuluh darah yang mensuplai otak pertama-tama berjalan

melalui sepanjang permukaan otak dan kemudian menembus ke dalam,

membewa selapis pia mater, yaitu membran yang menutupi otak. Pia

mater hanya melekat longgar pada pembuluh darah, sehingga terdapat

sebuah ruangan, yaitu ruang perivaskuler, yang ada di antara pia mater

dan setiap pembuluh darah. Oleh karena itu, ruang perivaskuler mengikuti

arteri dan vena ke dalam otak sampai arteriol dan venula, tapi tidak sampa

ke kapiler.

Fungsi Limfatik Ruang Perivaskuler

Sama halnya dengan di tempat lain dalam tubuh, sejumlah kecil

protein keluar dari parenkim kapiler ke dalam ruang interstitiil otak, karena

tidak ada pembuluh limfe dalam jaringan otak, protein ini meninggalkan

jaringan terutama dengan mengalir bersama cairan yang melalui ruang

perivaskuler ke dalam ruang subarakhnoid. Untuk mencapai ruang

subarakhnoid, protein akan mengalir bersama cairan serebrospinal untuk

diabsorpsi melalui vili arakhnoidalis ke dlam vena-vena serebral. Ruang

4

Page 5: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

perivaskuler, sebenarnya, merupakan sistem limfatik yang khusus untuk

otak.

Selain menyalurkan cairan dan protein, ruang perivaskuler juga

menyalurkan partikel asing dari otak ke dalam ruang subarakhnoid.

Misalnya, ketika terjadi infeksi di otak, sel darah putih dan jaringan mati

infeksius lainnya dibawa keluar melalui ruang perivaskuler.

T ekanan Cairan Serebrospinal

Tekanan normal dari sistem cairan serebrospinal ketika seseorang

berbaring pada posisi horizontal, rata-rata 130 mm air (10 mmHg),

meskipun dapat juga serendah 65 mm air atau setinggai 195 mm air pada

orang normal.

Pengaturan Tekanan Cairan Serebsrospinal oleh Vili Arakhnoidalis  

Normalnya, tekanan cairan serebrospinal hampir seluruhnya diatur

oleh absorpsi cairan melalui vili arakhnoidalis. Alasannya adalah bahwa

kecepatan normal pembentukan cairan serebrospinal bersifat konstan,

sehingga dalam pengaturan tekanan jarang terjadi faktor perubahan dalam

pembentukan cairan. Sebaliknya, vili berfungsi seperti katup yang

memungkinkan cairan dan isinya mengalir ke dalam darah dalam sinus

venosus dan tidak memungkinkan aliran sebaliknya. Secara normal, kerja

katup vili tersebut memungkinkan cairan serebrospinal mulai mengalir ke

dalam darah ketika tekanan sekitar 1,5 mmHg lebih besar dari tekanan

darah dalam sinus venosus. Kemudian, jika tekanan cairan serebrospinal

masih meningkat terus, katup akan terbuka lebar, sehingga dalam

keadaan normal, tekanan tersebut tidak pernah meningkat lebih dari

beberapa mmHg dibanding dengan tekanan dalam sinus. Sebaliknya,

dalam keadaan sakit vili tersebut kadang-kadang menjadi tersumbat oleh

partikel-partikel besar, oleh fibrosis, atau bahkan oleh molekul protein

plasma yang berlebihan yang bocor ke dalam cairan serebrospinal pada

penyakit otak. Penghambatan seperti ini dapat menyebabkan tekanan

cairan serebrospinal menjadi sangat tinggi.

5

Page 6: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

Pengukuran Tekanan Cairan Serebrospinal

Prosedur yang biasa digunakan untuk mengukur tekanan cairan

serebrospinal adalah sebagai berikut : Pertama, orang tersebut berbaring

horizontal pada sisi tubuhnya, sehingga tekanan cairan spinal sama

dengan tekanan dalam ruang tengkorak. Sebuah jarum spinal kemudian

dimasukkan ke dalam kanalis spinalis lumbalis di bawah ujung terendah

medula spinalis dan dihubungkan dengan sebiuah pipa kaca. Cairan spinal

tersebut dibiarkan naik pada pipa kaca sampai setinggi-tingginya. Jika

nilainya naik sampai setinggi 136 mm di atas tingkat jarum tersebut,

tekanannya dikatakan 136 mm air atau, dibagi dengan 13,6 yang

merupakan berat jenis air raksa, kira-kira 10 mmHg.

Fungsi Cairan serebrospinal

Cairan serebrospinal mengelilingi ruang subaraknoid di sekitar otak dan

medulla spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel dalam otak.

Komposisi

Cairan serebrospinal menyerupai plasma darah dan cairan intersisial

(air,elektrolit,oksigan,karbondioksida, glukose, beberapa lekosit ( terutama

limfosit ) dan sedikit protein.

Produksi

Cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus koroid yaitu jaring-jaring kapiler

berbentuk bunga kol yang menonjol dari pia mater ke dalam dua ventrikel otak

Sirkulasi

Cairan bergerak dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikuler ( foramen

munro ) menuju ventrikel ketiga otak,kemudian mengalir melalui akuaduktus

serebral ( Sylvius ) menuju ventrikel keempat cairan mengalir melalui tiga

lubang langit-langit ventrikel keempat kemudan bersirkulasi melalui ruang

subaraknoid. Setelah mencapai ruang subaraknoid,maka cairan serebrospinal

akan bersirkulasi sekitar otak dan medulla spinalis,lalu keluar menuju sistem

vaskular. Sebagian besar cairan serebrospinal direabsorpsi ke dalam darah

melalui struktur khusus yang dinamakan villi araknoidalis kedalam sinus vena

pada dura mater dan kembali ke aliran darah tempat asal produksi cairan

tersebut.

Fungsi

Cairan serebrospinal berfungsi sebagai bantalan untuk jaringan lunak otak dan

6

Page 7: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

medulla spinalis,juga sebagai media pertukaran nutrien dan zat buangan antara

darah dan otak serta medulla spinalis. Secara klinis cairan serebrospinal dapat

diambil untuk pemeriksaan melalui prosudur pungsi lumbal , yaitu jarum

berongga diinsersi ke dalam ruang subaraknoid di antara lengkung saraf

vertebra lumbal ke tiga dan ke empat.

C. PENYEBAB

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah

satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan

tempat absorbsi dalam ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi

dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada

bayi dan anak ialah :

1) Kelaina bawaan ( kongenital )

Stenosis aquaductus sylvii merupakan penyebab yang paling sering pada

bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama

sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala

Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan

pertama setelah lahir.

Spina bifida dan kranium bifida Biasanya berhubungan dengan sindrom

Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata

dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum

sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.

Syndrom Dandy-Walker Merupakan atresia congenital foramen luscha

dan mengendie dengan akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran

sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang

besar di daerah losa posterior.

Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah

2) Infeksi

Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis

terlihat penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan

daerah lain. penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.

3) Neoplasma

Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat

aliran CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV

/ akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari

7

Page 8: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan

kraniofaringioma.

4) Perdarahan

Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat

menyebabkan fibrosis leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain

penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

D. KLASIFIKASI

Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan

dengannya, berdasarkan :

Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes ( overt hydrosefalus ) dan

hidrosefalus tersembunyi ( occult hydrosefalus ).

Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.

Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.

Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non

komunikans.

Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi vertikal, hidrosealus

eksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid diatas

permukaan korteks. hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami

obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrosefalus

simptomatik dan asimptomatik. hidrosefalus arrasted menunjukkan keadaan

dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut

sudah tidak aktif lagi. hidrosefalus ex: vacuo adalah sebutan bagi kasus

ventrikulomegali yang diakibatkan atropi otak primer, yang biasanya terdapat

pada orang tua.

TIPE

Menurut Ngatiyah (1997) Hidrocefalus pada bayi dapat dibagi menjadi dua yaitu

1. Konginetal : Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan

2. Di dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan

penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala

yang menyerang otak dan pengobatannya tidak tuntas.

Menurut Ngastiyah (1997) Hidrocefalus dapat dibagi dua yaitu:

1. Hidrocefalus obstruksi ---> Tekanan CSS yang tinggi disebabkan oleh

obstruksi pada salah satu tempat antara pembentukan oleh plexus

8

Page 9: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

koroidalis dan keluranya dari ventrikel IV melalui foramen lusckha dan

magendie.

2. Hidrocefalus komunikans--->Bila tekanan CSS yang meninggi tanpa

penyumbatan sistem ventrikel.

E. PATOFISIOLOGI

CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus koroidalis

kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piameter dan

arakhnoid yang meliputi seluruh Susunan Saraf Pusat ( SSP ). Cairan likuor

serebrospinalis terdapat dalam satu sistem, yakni sistem internal dan eksternal.

Orang dewasa : jumlah normal CSS = 90 – 150 ml

Anak umur 8-10 th : 100-140 ml

Bayi : 40-60 ml

Neonatus : 20-30 ml

Prematur kecil : 10-20 ml

Hidrosefalus secara teori terjadi sebagai akibat dari 3 mekanisme, yaitu :

1) Produksi likuor yang berlebihan

2) Peningkatan resistensi aliran likuor

3) Peningkatan tekanan sinus venosa

Konsekuensi 3 mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan

intrakranial sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan

absorbsi. mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung

berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosefalus. dilatasi ini sebagai

berikut :

1) kompresi sistem serebrovaskuler

2) redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler

3) Perubahan mekanis dari otak

4) Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis

5) Hilangnya jaringan otak

6) Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial

Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid.

gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus.

Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan

meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya

mempertahankan resorbsi yang seimbang.

9

Page 10: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai 2 konsekuensi, yaitu

peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler

intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas

yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan

sinus vena yang relatiuf tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini

tergantung dari komplikasi tengkorak.

F. TANDA DAN GEJALA

Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada awitan dan derajat

ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS. gejala yang menonjol

merupakan refleks adanya hipertensi intrakranial. manifestasi klinis dari

hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu :

a. Awitan hidrosefalus terjadi pada masa neonatus

Meliputi pembesaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm dan

pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahuin pertama

kehidupan. kranium terdistensi dalan semua arah, tetapi terutama pada daerah

frontal. tampak dorsum nasi lebih dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang,

sutura masih terbuka bebas. tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis, vena-

vena disis samping kepala tampak melebar dan berkelok.

b. Awitan hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak

Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai

manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat

disertai keluhan penglihatan ganda ( diplopia ) dan jarang diikuti penurunan

visus. secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien

hidrosefalus dibawah usia 2 tahun adalah pembsaran normal. makrokrania

biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya, yaitu :

a) Fontanela yang sangat tegang

b) Sutura kranium tampak atau teraba melebar

c) Kulit kepala livin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial

menonjol

d) Fenomena “ matahari tenggelam “ ( sunset phenomenom )

Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besr

dibandingkan denghan bayi. Gejalanya mencakup :

Nyeri kepala

Muntah

10

Page 11: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

Gangguan kesadaran

Pada kasus lanjut : gejala batang otak akibat hernia tonsiler (bradikardini

aritmia respirasi)

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan fisik:

Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting

untuk melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal

Transiluminasi

Pemeriksaan darah:

Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus

Pemeriksaan cairan serebrospinal:

Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau

meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan

ada infeksi sisa

Pemeriksaan radiologi:

X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.

USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.

CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan

sekaligus mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya

H. KOMPLIKASI

1. Peningkatan TIK

2. Kerusakan otak

3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses

otak

4. Emboli otak

5. Obstruksi vena kava superior

6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik

7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan

8. Kematian

Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)

1. Peningkatan TIK

2. Pembesaran kepala

11

Page 12: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

3. kerusakan otak

4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen

5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit

menurun

6. Kerusakan jaringan saraf

7. Proses aliran darah terganggu

I. PENATALAKSANAAN

Farmakologis:

Mengurangi volume cairan serebrospinalis:

Acetazolamide 25 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3 dosis. Dosis dapat

dinaikkan 25 mg/KgBB/hari (Maksimal 100 mg/KgBB/hari)

Furosemide 1 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3-4 dosis

Catatan: Lakukan pemeriksaan serum elektrolit secara berkala untuk

mencegah terjadinya efek samping.

Bila ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika sesuai kuman penyebab.

Pembedahan:

12

Page 13: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

Bagan Penatalaksanaan Hidrosefalus Darto Saharso 2006

Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining”

yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan

bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian

sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:

13

Page 14: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis

dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid

(diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.

2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan

tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarakhnoid

3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:

a. Drainase ventrikule-peritoneal (Holter, 1992; Scott, 1995;Anthony JR,

1972)

b. Drainase Lombo-Peritoneal

c. Drainase ventrikulo-Pleural (Rasohoff, 1954)

d. Drainase ventrikule-Uretrostomi (Maston, 1951)

e. Drainase ke dalam anterium mastoid

f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung

melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang

memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini

merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti

sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya

infeksi sekunder dan sepsis.

4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah

diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah

kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu

selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah

perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di

kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit

hingga tidak terlihat dari luar.

5. pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan

jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. VRIES (1978)

mengembangkan fiberoptik yang dilengkapi perawatan bedah mikro dengan

sinar laser sehingga pembedahan dapat dipantau melalui televisi.

J. PENCEGAHAN

Sebelum menikah, pasangan calon pengantin harus memeriksakan

kondisi kesehatannya untuk mencegah kelainan bawaan pada bayi saat

hamil nanti.

14

Page 15: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

Sesudah menikah, khususnya selama masa kehamilan, harus dilakukan

pemeriksaan kehamilan secara teratur ke dokter agar dapat diketahui

bagaimana kesehatan janin yang dikandung dan kemungkinan

terjadinya hidrosefalus.

Pada masa bayi dan balita, hidrosefalus sering terjadi akibat infeksi otak

yang mengganggu peredaran cairan otak karena TBC otak atau infeksi

bakteri, virus, tumor dan jamur.

Lindungi selalu kepala anak dari cedera yang mungkin saja bisa

berakibat yang membahayakan kesehatan anak.

Anda sebagai orang tua juga perlu untuk selalu memantau

pertumbuhan dan perkembangan anak secara teratur melalui Kartu Menuju

Sehat (KMS) atau Kartu Ibu dan Anak (KIA). Lakukan pemeriksaan rutin

dengan mengukur lingkar kepala setiap bulannya. Hal ini merupakan cara

deteksi awal yang paling mudah dilakukan untuk mengetahui terjadinya

hidrosefalus. Apabila ukuran lingkar kepala tidak berkembang sebagaimana

mestinya, jangan ragu untuk memeriksanya ke dokter anak untuk segera

ditindaklanjuti.

K. ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian.

Anamnesa.

Insiden hidrosefalus: 5,8 per 10.000 kelahiran hidup

o Hidrosefalus dengan spinabifida terdapat kira-kira 3-4 per 1000

kelahiran hidup

o Type hidrosefalus obstruksi terdapat 99 % kasus pada anak-anak.

Riwayat kesehatan masa lalu:

o Terutama adanya riwayat luka/trauma kepala atau infeksi serebral

Riwayat kehamilan dan persalinan :

o Kelahiran yang prematur

o Neonatal meningitis

o Perdarahan subaracnoid

o Infeksi intra uterin

15

Page 16: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

o Perdarahan perinatal, trauma/cidera persalinan.

Pemeriksaan Fisik

o Biasanya adanya myelomeningocele, pengukuran lingkar kepala

(Occipitifrontal)

o Pada hidrosefalus didapatkan :

Tanda-tanda awal:

Mata juling

Sakit kepala

Lekas marah

Lesu

Menangis jika digendong dan diam bila berbaring

Mual dan muntah yang proyektil

Melihat kembar

Ataksia

Perkembangan yang berlangsung lambat

Pupil edema

Respon pupil terhadap cahaya lambat dan tidak sama

Biasanya diikuti: perubahan tingkat kesadaran,

opistotonus dan spastik pada ekstremitas bawah

Kesulitan dalam pemberian makanan dan menelan

Gangguan cardio pulmoner

Tanda-tanda selanjutnya:

Nyeri kepala diikuti dengan muntah-muntah

Pupil edema

Strabismus

Peningkatan tekanan darah

Denyut nadi lambat

Gangguan respirasi

Kejang

Letargi

Muntah

Tanda-tanda ekstrapiramidal/ataksia

Lekas marah

Lesu

Apatis

16

Page 17: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

Kebingungan

Sering kali inkoheren

Kebutaaan

Diagnosa keperawatan

1. Perfusi jaringan tidak efektif: serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial,

hipervolemia.

2. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pusat persepsi sensori.

3. Kerusakan intregritas kulit b.d penurunan mobilitas fisik, defisiensi sirkulasi.

4. Resiko defisit volume cairan b.d mual, muntah, anoreksia.

5. Perubahan proses keluarga b.d perubahan status kesehatan anggota keluarga.

6. Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit, perawatan, komplikasi serta

perawatan di rumah b.d kurang informasi.

7. Resiko infeksi b.d pemasangan shunt.

8. Kurang pengetahuan tentang b.d kurangnya informasi.

9. Nyeri akut b/d agen injuri fisik.

Rencana Keperawatan

1. Perfusi jaringan tidak efektif: serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial,

hipervolemia.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam :

Tekanan intrakranial 0-15 mmHg.

Perfusi otak lebih dari 50 mmHg.

Terpeliharanya status neurologis.

Tanda vital stabil (120/80mmHg)

Kaji status neurologis yang berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan

tekana intrakranial, terutama GCS.

Monitor tanda-tanda vital:TD, nadi, respirasi, suhu, minimal tiap 15 menit

sampai keadaan pasien stabil.

Monitor tingkat kesadaran, sikap reflek, fungsi motorik, sensorik tiap 1-2 jam.-

Naikkan kepala dengan sudut 15-450, tanpa bantal (tidak hiperekstensi atau

fleksi) dan posisi netral (posisi kepala sampai lumbal ada dalam garis lurus).

Anjurkan anak dan orang tua untuk mengurangi- aktivitas yang dapat

17

Page 18: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

menaikkan tekanan intrakranial atau intraabdominal, misal: mengejan saat

BAB, menarik nafas, membalikkan badan, batuk.

Monitor tanda kenaikan tekanan intrakranial, misalnya: iritabilitas, tangis, sakit

kepala, mual muntah.

Monitor intake output cairan setiap hari.-

2. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pusat persepsi sensori. Setelah

dilakukan tindakan keperawatan:

Tanda vital normal.-

Orientasi baik.-

GCS lebih dari 13.-

Tekanan intrakranial- <10 mmHg.

Refleks fisiologis (+).-

Kaji tingkat kesadaran dan respon.- Refleks patologis (-). -

Ukur vital sign, status neurologis.-

Monitor tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial seperti iritabilitas, tangis

melengking, sakit kepala, mual muntah.-

Ukur lingkar kepala dengan meteran/ midline.-

Lakukan terapi auditori dan stimuli taktil.-

3. Kerusakan intregritas kulit b.d penurunan mobilitas fisik, defisiensi sirkulasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan:

Eritema (-).-

Kulit kepala turgor baik, utuh.-

Monitor kondisi fontanella mayor tiap 4 jam.- Luka (-). -

Ubah posisi tiap 2 jam, pertimbangkan perubahan posisi kepala tiap 1 jam.-

Gunakan lotion atau minyak dan lindungi posisi daerah kepala dari

penekanan.-

Letakkan kepala pada bantal karet atau gunakan water bed jika perlu.-

Gunakan penggantian alat tenun dari bahan yang lembut.-

Stimuli daerah kepala setiap perubahan posisi.-

Pertahankan nutrisi sesuai program terapi.-

4. Resiko defisit volume cairan b.d mual, muntah, anoreksia. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan:

Hidrasi adekuat.-

Turgor kulit baik.-

Membran mukosa lembab.-

18

Page 19: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

Tanda vital normal.-

Monitor intake output makanan dan cairan.- Urin output 0,5-1 cc/ kgBB/ jam. -

Ukur dan observasi tanda vital.-

Catat jumlah, frekuensi dan karakter muntah.-

Timbang BB tiap hari.-

Kaji tanda-tanda dehidrasi.-

5. Perubahan proses keluarga b.d perubahan status kesehatan anggota

keluarga. Setelah dilakukan tindakan keperawatan:

Keluarga partisipasi dalam perawatan dan pengobatan.-

Keluarga memberikan sentuhan, perasaan senang dan bicara pada anaknya.-

Keluarga mampu mengidentifikasi perilaku negatif dan cara mengatasinya.

Beri kesempatan pada keluarga atau orang tua untuk mendiskusikan-

masalah.

Beri dorongan sikap penerimaan terhadap anak (misal dipeluk, berbicara dan

menyenangkan anak).-

Bantu orang tua untuk ikut merawat anaknya, libatkan orang tua sebanyak

mungkin.-

Jelaskan setiap prosedur perawatan dan pengobatan.-

Dorong sikap positif dari orang tua, beri penjelasan tentang sifat negatif.-

Diskusikan sikap yang mengindikasikan frustasi, ajarkan cara menyelesaikan

masalah dengan strategi koping yang baru.-

Hubungi konsultan jika perlu.-

6. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan, komplikasi b.d kurang

informasi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga mampu:

Ungkapkan pengertian rencana perawatan. Menerima kenyataan terhadap

anaknya.-

Demonstrasikan perawatan yang diperlukan.-

Mengetahui tanda infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial.-

Menjelaskan pengobatan yang diberikan, minum obat sesuai rencana dan

Jelaskan semua prosedur dan pengobatan,-mengerti efek samping. kehadiran

perawat diperlukan bila ada informasi oleh team kesehatan lain untuk memperkuat

penjelasan.

Beri dorongan pada orang tua untuk- mengekspresikan perasaan dan harapan

dan partisipasi dalam perawatan anaknya dengan perasaan yang menyenangkan.

Bantu orang tua untuk dapat menerima kenyataan tentang perubahan dan

19

Page 20: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

perkembangan anaknya.-

Yakinkan orang tua bahwa anak membutuhkan kasih sayang dan keamanan.-

Demonstrasikan perawatan yang diperlukan (bagaimana mengecek fungsi shunt,

posisi anak), berikan kesempatan untuk mengulang.-

Beri penjelasan tentang pengobatan.-

Berikan dafatar nomor telepon team kesehatan untuk dapat digunakan bila muncul

masalah.-

PASCA OPERASI

1. Gangguan persepsi sensori b.d infeksi pemasangan shunt. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan:

Mengembalikan fungsi persepsi sensori dan komplikasi dapat dicegah atau

Kaji reaksi pupil dan-seminimal mungkin tidak akan terjadi. kesimetrisan, vital

sign, tingkat kesadaran, kepekaan, kemampuan neuromuskuler.

Ukur lingkar kepala dan awasi ukuran fontanella.-

Atur posisi daerah kepala yang tidak dilakukan operasi jangan pada posisi

shunt.-

Ukur tanda vital.-

Atur anak tetap terlentang dengan posisi 15-450, akan meningkatkan dan

melancarkan aliran balikdaerah vena kepala sehingga mengurangi edema dan

mencegah terjadinya kenaikan TIK.

Ukur suhu dan atur s-uhu lingkungan sesuai indikasi, batasi pemakaian

selimut, kompres bila suhu tinggi.

2. Resiko infeksi b.d pemasangan shunt. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan:

Status imun normal.-

Kontrol status infeksi.-

Kontrol faktor resiko.-

Penyembuhan luka, ILO (-).-

Ukur vital sign tiap 4 jam.- Abses otak, meningitis (-). -

Gunakan teknik aseptik dalam perawatan.-

Observasi luka operasi.-

Lakukan perawatan luka bekas operasi sesuai instruksi.-

Kolaborasi: antibiotik, pemeriksaan AL, kultur dan sesnsitivitas tes.-

20

Page 21: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

3. Kerusakan integritas kulit b.d prosedur pembedahan. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan:

Incisi sembuh tanpa ada eritema.-

Kaji lokasi incisi adanya robekan permukaan kulit, pus, darah.- Luka kering dan

bersih.

Ukur vital sign tiap 4 jam.-

Perhatikan teknik aseptik dan septik saat penggantian balutan.-

Observasi tanda-tanda peningkatan TIK karen infeksi akibat pemasangan

infus.-

Jaga kebersihan kulit pasien tetap bersih dan kering.

4. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah b.d kurangnya informasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan: Orang tua mampu ungkapkan

pengertian rencana- perawatan. Orang tua dapat mendemonstrasikan

kemampuan merawat di rumah.-

Kaji tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua pasien.- Orang tua

mengerti tentang cara pewngobatab di rumah. - Beri penjelasan tentang

hidrosefalus dan prosedur pembedahannya pada orang tua.- Libatkan orang

tua pada perawatan pasca operasi.- Jelaskan pada orang tuatentang tanda

dan gejala infeksi CSF dan kegagalan shunt.-

DAFTAR PUSTAKA

Peter Paul Rickham. 2003. Obituaries. BMJ 2003: 327: 1408-doi: 10.1136/

bmj.327.7428.1408.

21

Page 22: LP hidorsefalus-Rahmawatus S.doc

Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victor’s Principles Of

Neurology: Eight Edition. USA.

http://id.scribd.com/doc/89237697/Hidrocepalus diakses tgl 13 jan 2013. Jam

9.55 PM

http://id.scribd.com/doc/104407130/Askep-Pada-Pasien-Hydrocepalus. diakses

tgl 13 jam 2013 jam 9.55

22