15
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPOSPADIA KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi Hipospadia berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan“spadon“ yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374). Menurut referensi lain, hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretrayang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288). Hipospadiaadalah kelainan congenital berupa muara uretra yang terletak di sebelah ventral penis dansebelah proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bisa terletak pada glandular hinggaperineal. ( Purnomo, B, Basuki,2003). Hipospadia sering disertai kelainan bawaan yang lain, misalnya pada skrotum dapatberupa undescensus testis, monorchidism, disgenesis testis dan hidrokele. Pada penisberupa propenil skrotum, mikrophallus dan torsi penile, sedang kelainan ginjal dan ureterberupa fused kidney, malrotasi renal, duplex dan refluk ureter. 2. Etiologi Penyebab sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun ada

Lp Hipospadia

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPOSPADIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

A. KONSEP DASAR PENYAKIT1. DefinisiHipospadia berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti di bawah danspadon yang berarti keratan yang panjang.Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374).Menurut referensi lain, hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretrayang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288). Hipospadiaadalah kelainan congenital berupa muara uretra yang terletak di sebelah ventral penis dansebelah proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bisa terletak pada glandular hinggaperineal. ( Purnomo, B, Basuki,2003).Hipospadia sering disertai kelainan bawaan yang lain, misalnya pada skrotum dapatberupa undescensus testis, monorchidism, disgenesis testis dan hidrokele. Pada penisberupa propenil skrotum, mikrophallus dan torsi penile, sedang kelainan ginjal dan ureterberupa fused kidney, malrotasi renal, duplex dan refluk ureter.2. EtiologiPenyebab sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :a) Secara embriologis, hipospadia disebabkan oleh kegagalan penutupan yang sempurna pada bagian ventral lekuk uretra (Heffiner, 2005). b) Diferensiasi uretra pada penis bergantung androgen dihidrotestoteron (DHT). Defisiensi produksi testoteron (T), konversi T menjadi DHT yang tidak adekuat atau defisiensi lokal pada pengenalan androgen (kekurangan jumlah atau fungsi reseptor androgen) (Heffiner, 2005).c) Terdapat presdisposisi genetik non-Mendelian pada hipospadia, jika salah satu saudara kandung mengalami hipospadia, resiko kejadian berulang pada keluarga tersebut adalah 12%, jika bapak dan anak laki-lakinya terkena, maka resiko untuk anak laki-laki berikutnya adalah 25% (Heffiner, 2005).d) Kriptorkismus (cacat perkembangan yang ditandai dengan kegagalan buah zakar untuk turun ke dalam kandung buah zakar) terdapat pada 16% anak laki-laki dengan hipospadia (Heffiner, 2005).e) Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik (Muscari, 2005).f) Faktor eksogen antara lain pajanan pranatal terhadap kokain, alkohol, fenitoin, progestin, rubela, atau diabetes gestasional (Muscari, 2005).3. Patofisiologia. Kelainan terjadi akibat kegagalan lipatan uretra untuk berfusi dengan sempurna pada masa pembentukan saluran uretral embrionikb. Abnormalitas dapat menyebabkan infertilitas dan masalah psikologis apabila tidak diperbaiki (Muscari, 2005). Fungsi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai tapi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee , pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis (Anak-hipospadia). 4. Tanda dan Gejalaa. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawahpenis yang menyerupai meatus uretra eksternus.b. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagianpunggung penis.c. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus danmembentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.d. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.e. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.f. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.g. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.h. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).i. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.j. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar,mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.k. Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan mengangkat penis keatas.l. Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.m. Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.5. Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaantambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaanberikut untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada ginjal sebagai komplikasimaupun kelainan bawaan yang menyertai hipospadia:a. Rontgenb. USG sistem kemih kelaminc. BNO IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan kongenital ginjald. Kultur urine (Anak-hipospadia)6. Penatalaksanaan MedisPenatalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan pembedahan. Tujuan prosedur pembedahan pada hipospadia adalah :1. Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chordee2. Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis (Uretroplasti)3. Untuk mengembalikan aspek normal dari genitalia eksterna (kosmetik)Pembedahan dilakukan berdasarkan keadaan malformasinya. Pada hipospadia glanular uretra distal ada yang tidak terbentuk, biasanya tanpa recurvatum, bentuk seperti ini dapat direkonstruksi dengan flap lokal (misalnya, prosedur Santanelli, Flip flap, MAGPI [meatal advance and glanuloplasty], termasuk preputium plasty).Tujuan pembedahan : Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi sosial, serta Perbaikan untuk kosmetik pada penis.Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula, Teknik Horton dan Devine.1. Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap:a. Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan terowongan yang berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1 -2 tahun. Penis diharapkan lurus, tapi meatus masih pada tempat yang abnormal. Penutupan luka operasi menggunakan preputium bagian dorsal dan kulit penisb. Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut sudah lunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih) sampai ke glans, lalu dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk, luka ditutup dengan flap dari kulit preputium dibagian sisi yang ditarik ke bawah dan dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama dengan harapan bekas luka operasi pertama telah matang.2. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih besar dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi jenis distal (yang letaknya lebih ke ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit bagian punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki) kemudian dipindah ke bawah.Mengingat pentingnya preputium untuk bahan dasar perbaikan hipospadia, maka sebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan dilakukan berbarengan dengan operasi hipospadi.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATANA.1) Data Fokus Pengkajiana. Anamnesa Kaji biodata pasien Kaji riwayat masa lalu : antenatal, natal Kaji riwayat pengobatan ibu waktu hamil Kaji keluhan utama Kaji skala nyeri (post op.)b. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan genetalia. Inspeksi kelainan letak meatus uretra Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal. Kaji fungsi perkemihan Adanya lekukan pada ujung penis. Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi. Terbukanya uretra pada ventral Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, dysuria, drinage.c. Pemeriksaan Diagnostik Rontgen USG sistem kemih kelamin BNO IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan kongenital ginjal Kultur urine 2) Kemungkinan Diagnosa Keperawatana) Nyeri berhubungan dengan pembedahan.b) Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter.c) Risiko injuri berhubungan dengan pemasangan kateter atau pengangkatan kateter.d) Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan diagnosa, prosedurpembedahan dan perawatan setelah operasi.3) PerencanaanNoDignosa KeperawatanIntervensi

TujuanTindakanRasional

1. Nyeri berhubungan dengan pembedahan.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .. 24jam tingkat kenyamanan klien dapat meningkat dengan kriteria hasil : - skala nyeri klien berkurang- klien rileks

a. Pemberian analgetik sesuai programb. Perhtikan setiap saat yaitu posisi kateter tetap atau tidakc. Monitor adanya kink-kink (tekukan pada kateter) atau kemacetand. Pengaturan posisi tidur sesuai kebutuhannyaa. analgetik untuk menghilangkan nyerib. untuk mengetahui apakah kateter masih apda temapatnya atau tidakc. tekukan pada kateter akan menghambat jalannya urin ke urine bagd. untuk membuat pasien lebih nyaman

2. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .. 24jam infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil : -a. Pemberian air minum yang adekuatb. Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran)c. Monitor tanda-tanda vitald. Kaji urine, drainage, purulen, bau, warnae. Gunakan teknik aseptik untuk perawatan kateterf. Pemberian antibiotik sesuai programa. Mempertahankan hidrasi dan aliran urine baikb. Untuk mengetahui jika ada penurunan aliran urine scara tiba-tiba yang dapat mengindikasikan abstuksi/disfungsic. Indikator keseimbangan cairan untuk menunjukan tingkat hidrasi dan keefektifan terapid. Urin dapat agak kemerahmudaan, yang seharusnya jenih sampai 2-3harie. untuk menurunkan resiko infeksif. antibiotik dapat membunuh kuman penyebab infeksi

3. Risiko injuri berhubungan dengan pemasangan kateter atau pengangkatan kateter.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .. 24jam injury tidak terjadi dengan kriteria hasil :

a. Pastikan kateter terbalut dengan benar dan tidak lepasb. Gunakan restrain atau pengaman yang tepat pada saat tidur atau gelisah.c. Hindari alat-alat tenun atau yang lainnya yang dapat mengkontaminasi kateter dan penis.a. memastikan agar kateter tidak terlepasb. agar klien tidak jatuh saat tidur atau gelisahc. agar kateter tidak terkontaminasi dengan kuman yang ada dialat tenun

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan diagnosa, prosedur pembedahan dan perawatan setelah operasi.Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .. 24jam klien dan keluarga paham dengan prosedure pembedahan, diagnosa dan perawatan setalah operasi dengan kriteria hasil : - klien bisa menyebutkan kembali apa yang telah dijelaskana. Kaji tingkat pemahaman klien dan keluarga.b. Gunakan gambar-gambar atau boneka untuk menjelaskan prosedur, pemasangan kateter menetap, mempertahankan kateter, dan perawatan kateter, pengosongan kantong urin, keamanan kateter, monitor urine, warna dan kejernihan, dan perdarahan.c. Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan, efek samping dan dosis serta waktu pemberian.d. Ajarkan untuk ekspresi perasaan dan perhatian tentang kelainan pada penis.e. Ajarkan keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan sebelum dan sesudah operasi (pre dan post)a. untuk mengetahui sejauh mana klien dan keluarga mengetahui tentang diagnosa, prosedur pembedahan dan perawatan pasca operasib. suapaya klien dan keluarga bisa lebih mudah memahami tatacara perawatan kateter dan pengosongan urine bagc. agar klien dan keluarga mengetahui bagaimana cara pemberian serta dosis obat yang harus diberikan dirumahd. agar keluarga juga bisa membantu klien selama perawatan pre dan op di rumah

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Marion dkk. (2000). Nursing outcomes classification (NOC). MosbySuriadi SKp, dkk. (2001). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : Fajar InterpratamaMansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media Aesculapius.McCloskey, Joanne C. (1996). Nursing interventions classification (NIC). MosbyPrice, Sylvia Anderson. (1995). Pathofisiologi. Jakarta: EGCPurnomo, B Basuki. (2000). Dasar dasar urologi. Jakarta : InfomedikaSantosa, Budi. (2005-2006). NANDA. Prima MedikaStaf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN PASIEN HIPOSPADIADiajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB II

Disusun oleh : ANISA FAHSATingkat : 2 B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNGJURUSAN KEPERAWATAN BANDUNGJalan Dr. Otten Nomor 32 Bandung