66
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN OKSIGEN A. PENGERTIAN Oksigenasi adalah memberikan aliran gas O 2 lebih dari 21% pada tekanan atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. (http://athearobiansyah.blogspot.com ) Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel – sel tubuh. Secara normal elemen tersebut diperoleh dngan cara menghirup oksigen setiap kali bernapas. Penympaian O 2 kejaringan tubuh ditentukan oleh system respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hemaatologi. Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga diperlukan fungsi respirasi yang adekuat. Agar sel melakukan metabolisme untuk menghasilkan energi, sel memerlukan suplai oksigen dan nutrisi yang cukup pada tubuh. Nutrisi diperoleh dari asupan (intake) makanan dan cairan. Proses respirasi adalah proses keluar masuknya udarake paru – paru dan terjadipertukaran gas.

LP Kebutuhan Oksigen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lp

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN OKSIGEN

A. PENGERTIAN

Oksigenasi adalah memberikan aliran gas O2 lebih dari 21% pada

tekanan atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

(http://athearobiansyah.blogspot.com)

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses

metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel – sel

tubuh. Secara normal elemen tersebut diperoleh dngan cara menghirup

oksigen setiap kali bernapas. Penympaian O2 kejaringan tubuh ditentukan oleh

system respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hemaatologi. Dalam keadaan

biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau

sekitar 0,5 cc tiap menit.

Respirasi berperan dalam mempertahankan kelangsungan metabolisme

sel. Sehingga diperlukan fungsi respirasi yang adekuat. Agar sel melakukan

metabolisme untuk menghasilkan energi, sel memerlukan suplai oksigen dan

nutrisi yang cukup pada tubuh. Nutrisi diperoleh dari asupan (intake) makanan

dan cairan.

Proses respirasi adalah proses keluar masuknya udarake paru – paru

dan terjadipertukaran gas.

(Tarwoto & Wartonah,hal 9)

Respirasi juga berarti gabungan aktivitas mekanisma yang berperan

dalam proses suplai O2 ke seluruh tubuh dan pembuangan CO2 ( hasil

pembakaran sel).

(Iman Somantri, hal 1)

Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung kebutuhan.

Factor – factor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen yaitu:

1. Faktor Fisiologi

a. Menurunnya kemampuan mengikat oksigen seperti pada anemia

b. Menurunya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti pada

obstruksi saluran pernapasan bagian atas.

c. Hipovolemia, sehingga tekanan darah menurun yang nengakibatkan

terganggunya O2.

d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,

luka dll.

e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada

kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyakit

kronis seperti TBC paru.

2. Faktor Perkembangan

a. Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan

surfaktan.

b. Bayi dan toddler, adanya resiko infeksi saluran pernapasan akut.

c. Usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernapasan dan

merokok.

d. Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang

aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-

paru.

e. Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan

kemungkinan arteriosclerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru

menurun.

3. Faktor Perilaku

a. Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi

paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen

berkurang, diet tinggi lemak menimbullkan arteriosclerosis.

b. Exercise : akan meningkatkan kebutuhan oksigen.

c. Merokok : nikotin dapat menyababkan vasokontriksi pembuluh

darah perifer dan koroner.

d. Substance abuse (obat-obatan dan alcohol): menyebabkan intake

nutrisi/ Fe menurun mengakibatkan hemoglobin menurun, alcohol

menyebabkan depresi pusat pernapasan.

e. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat.

4. Faktor Lingkungan

a. Tempat kerja (polusi)

b. Suhu lingkungan

c. Ketinggian tempat dari permukaan laut.

B. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGEN

1) Untuk mempertahkan oksigen yang adekuat pada jaringan.

2) Untuk menurunkan kerja jantung.

3) Untuk menurunkan kerja paru-paru.

C. ANATOMI SISTEM PERNAPAS

1. Saluran Pernapasan Bagian Atas

a. Hidung

Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan

(kartilago). Terdiri dari bagian internal dan eksternal. Bagian

internal merupakan bagian rongga yang berlorong yang dipisahkan

menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi ventrikel yang

sempit, yang disebut septum. Rongga hidung mengandung rambut

(fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar terhadap

benda asing yang masuk.

Permukaan hidung (mukosa) terdapat epitel bersislia yang

mengandung sel goblet. Sebagai sel yang mengeluarkan lender

sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam

saluran pernapasan.

Hidung berfungsi sebagai saluran utnuk udara mengalir ked an

dari paru-paru. Dan juga berfungsi sebagai jalan napas, pengatur

kelembapan udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan

penyaring udara, indra penciuman, dan resonator suara. Reseptor

bau terletak pada cribiform palte, di dalamnya terdapat ujung saraf

cranial I (Nervus Olfactorius).

b. Sinus Paranasalis

Meruoakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Sinus

paranasalis termasuk empat pasang rongga bertualng yang dilapisi

oleh mukosa hidung dan epitel kolumnar bertingkat semu bersilia.

Yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan

sinus maxilaris (sesuai dengan letaknya). Sinus sebagai tempat

umum terjadinya infeksi.

Fungsi sinus:

1. Membantu menghangatkan dan humidifikasi.

2. Meringankan berat tulang tengkorak.

3. Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.

c. Faring

Merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (± 13 cm) yang

letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya

dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago)

krikoid. Penghubung hidung dan rongga mulut ke laring.

Faring dibagi menajdi 3 berdasarkan letaknya:

1. nasofaring (belakanng hidung).

2. Orofaring (belakang mulut)

3. Laringofarinng (belakang laring).

d. Laring

Atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang

menghubungkan faring dan trakea.

Fungsi utama laring yaitu untuk memungkinkan terjadinya

vokalisasi. Yaitu pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas

bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi prosesterjadinya

batuk.

Terdiri atas:

1. Epiglotis

Daun katup kartilago yang menutup dan membuka selama

menelan.

2. Glotis

Lubang antara pita suara dan laring.

3. Kartilago Tiroid

Kartialgo terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago

ini membentuk jakun (Addam's aple).

4. Kartilago krikoid

Cincin kartilago yang utuh di laring (terletsk di bawah

kartilago tiroid).

5. Kartilago Aritenoid

Digunakan pada pergerakan pita suara dan kartilago

tiroid.

6. Pita suara

Ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang

menghasilkan suara dan melekat pada lumen laring.

e. Trakhea

Disebut juga kantong tenggorok yang merupakan perpanjangan

dari alring pada ketinggian tulang vertebrae terokal ke-7 yang

bercaabang menjadi dua bronkus.

Ujung cabang trakea disebut carina. Trakea bersifat sangat

fleksibel, berotot, dengan pnjang 12 cm dengan cincin membentuk

huruf C.

i. Saluran Pernapasan Bagian Bawah

1. Bronkhus

Terbagi menjadi bagian kanan dan kiri. Yaitu bronchus lobaris

kanan ( 3 lobus) dan bronchus lobaris kiri ( 2 lobus). Bronchus

kanan lebih pendek, lebih besar, dan cenderung lebih vertical

daripada yang kiri. Sehingga benda asing lebih mudah masuk ke

dalam cabang sebelah kanan daripada cabang bronchus sebelah

kiri.

Bronchus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkhus segmental

dan bronchus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkhus segmental.

Segmen ini kemudian terbagi lagi menjadi subsegmen yang

dikelillingi jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik, dan saraf.

2. Bronkhiolus

Segmen bronkus bercabang menjadi bronkiolus yang

mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang

membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian jalan

napas.

3. Bronkhiolus Terminalis

Membentuk percabangan yang tidak mempunyai kelenjar lendir

dan silia.

4. Bronkhiolus Respiratory

Yang kemudian akan menjadi bronkiolus respiratory yang

dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi

dan jalan napas pertukaran gas.

5. Duktus Alveolar dan Sakus Alveolar

Bronchus respiratory kemudian mengarah ke dalam duktus

alveolar dan sakus alveolar. Yang kemudian menjadi alveoli.

6. Alveoli

Sebagai tempat pertukaran O2 dan CO2. terdapat sekitar 300

juta yang jika bersatu akan membentuk satu lembar dengan luas 70

m².

Terbagi atas 3 tipe:

a) Sel – sel alveolar tipe I: adalh sel epitel pembentuk

dinding.

b) Sel – sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara

metabolik dan mensekresi surfaktan.

c) Sel – sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang

merupakan sel – sel fagositosis.

7. Paru – paru

Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak

dalam ronggga dada. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum

sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.

Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Paru kanan lebih besar

dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris. Paru kiri lebih

kecil dan terbagi menjadi 2 lobus. Lobus tersebut kemudian terbagi

menjadi beberapa segmen.

8. Pleura

Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan

jaringan elastic. Terbagi menjadi:

1. Pleura parietalis yaitu yang melapisi ronggga dada.

2. Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi setiap paru.

Di antara pleura tersebut ada bagian rongga yang berisi cairan tipis

pleura yang berfungsi memudahkan kedua permukaan bergerak

selama pernapasan san mencegah pemisahan toraks dengan paru –

paru.

Tekanan dalam pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer yang

bertujuan untuk mencegah kolaps paru.

Factor – factor yang mempengaruhi pernapasan bias berlangsung normal,

yaitu:

1. Suplai oksigen yang adekuat

Tempat tinggi tidak mengubah komposisi udara, tapi menyebabkan

tekanan O2 menurun. Reaksi awal yang timbul berupa tanda dan

gejala yang sama terlilhat pada setiap orang yang kekurangan

okskigen. Tandanya berupa: nyeri kepala, sesak, lemah, mual,

berkeringat, palppitasi, penglihatan kabur, pendengaran berkurang,

dan mengantuk pada kondisi hipoksia bera.

Oksigenasi dipengaruhi oleh:

a. Peningkatan ventilasi alveolus.

b. Penyesuaian komposisi asam basa darah dan cairan tubuh lain.

c. Peningkatan kapasitas pengangkutan O2 dan peningkatan curah

jantung.

2. Saluran udara yang utuh

Pernapasan bisa terganggu / tidak karena faaktor penghambat pada

saluran pernapasan (seperti adanya obstruksi).

3. Fungsi pergerakan dinding dada dan diafragma yang normal.

Gangguannya bisa disebabkan oleh fraktur iga atau luka tembus pada

dada.

4. Adanya alveoli dan kapiler yang bersama- sama berfungsi membentuk

unit pernapasan terminal dalam jumlah yang cukup.

5. Jumlah hemoglobin yang adekuat untuk membawa O2 pada sel tubuh.

6. Suatu system sirkulasi yang utuh dan pompa jantung efekif.

7. Berfungsinya pusat pernapasan.

2 FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN

Bernapas/ pernapasan merupakan proses pertukaran udara diantara individu

dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup dan CO2 yang dibuang.

Pernapasan ini terjadi secara otomatis walau dapalm keadaan tertidur

sekalipun karena pengaruh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya,

pernapasan terdiri dari:

a. Pernapasan Luar

Adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan

darah dalam kapiler.

b. Pernapasan Dalam

Adalah pernapaasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel –

sel tubuh.

3 PROSES RESPIRASI EKSTERNAL

a. Ventilasi

Dimulai dari proses inspirasi dimana udara bergerak dari udara luar ke

dalam trakea, bronchus, bronkhiolus, dan alveoli. Selama ekspirasi, gas

yang terdapat dalam alveolus. Prosesnya sama seperti inspirasi dengan

alur balik.

Faktor yang mempengaruhi keluar masuknya udara paru – paru :

a. Perbedaan tekanan udara

Udara mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan

rendah. Saat inspirasi, pergerakan diafragma dan otot bantu

pernapasan lain memperluas rongga dada, sehingga menurunkan

terkanan dalam rongga dada sampai di bawah tekanan atmosfer. Yang

akan menyebabkan udara tertarik melalui trakea dan bronchus lalu

masuk hingga masuk ke dalam alveoli. Sedangkan saat ekspirasi

sebaliknya, diafragma relaksasi dan paru – paru mengempis, sehingga

terjadi penurunan luas riongga dada. Tekanan alveoli melebihi

tekanan atmosferm, sehingga udara terdesak keluar dari paru – paru

menuju ke atmosfer.

Resistensi jalan udara

Peningkatan tekanan cabang bronchus dan adanya benda asing dalam

saluran napas akan menyebabkan udara terhambat masuk ke dalam

alveolus.

b. Komplian paru –paru

Adalah kemampuan paru –paru untuk mengembang dan mengempis.

c. Difusi

Gas – gas melintasi membrane antara alveolar – kapiler yang tipis (<

0,5 mmHg) akibat selilsih tekanan parsial antara darah dan fase gas.

Tekanan O2 dalam atmosfer sama denagn tekanan laut (± 149 mmHg).

Saat inspirasi tekanan parsial ini mengalami penurunan ±103 mmHg

sebagai akibat dari udara yang tercampur dengan ruangn rugi anatomis

pada saluran udara dengan uap air.

Factor –faktor yang menyebabkan kecepatan difusi gas melalui membrane

paru – paru adalah:

a. Semakin besar perbedaan tekanan pada membrane maka semakin cepat

kecepatan difusi.

b. Semakin besar area membrane paru –paru, semakin besar kuantitas gas

yang dapat berdifusi melewati membrane dalam waktu tertentu.

c. Semakin tipis membrane semakin cepat difusi gas melalui membrane

tersebut ke bagian yang berlawanan.

d. Koefisien difusi secara langsungn berbanding lurus terhadap

kemampuan terlarut suatu gas dalam cairan paru – paru dan berbanding

terbalik terhadap ukuran molekul.

Nilai koefisien difusi O2 = 1, nitrogen = 0,53, dan CO2 = 20,3.

Perbandingan tersebut menggamvarkan bahwa CO2 paling mudah larut

dan N2 paling kurang dapat larut.

e. Transportasi

Meliputi :

1. Transpor oksigen dalam darah

Pengangkutan O2 ke jaringan tertentu tergantung pada:

Jumlah oksigen yang masuk paru –paru.

Pertukaran gas yang cukup.

Aliran darah ke jaringan.

Kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.

Dinamika reaksi Hb dengan O2 sangat memudahkan pengangkutan O2.

Hb adalah protein yang tersusun dari empat subunit, masing – masing

mengandung heme yang terikat pada rantai polipeptida.

Oksigen disalurkan dari paru-paru ke jaringan melalui dua cara yaitu

secara fisik larut dalam plasma atau secara kimia berikatan dengan Hb

tingkat jaringan disebut Heomoglobin tereduksi. Yang berwarna ungu

dan menyebabkan warna biru pada daerah vena (vena superficial).

2 .Transport karbondioksida dalam darah

Dilakukan dengan 3 cara yaitu:

10% secara fisik larut dalam plasma.

20% berikatan dengan gugus amino pada Hb dalam sel darah

merah. Hb yang beikatan dengan CO2 disebut

karbominohemoglobin.

70% ditranspor sebagai bikarbonat plasma.

Keseimbangan asam basa sangat dipengaruhi oleh fungsi paru – paru

serta homeostasis karbondioksida.

Untuk menyeimbangkan asam basa dalam tubuh, terdapat dua fase

yang berhubungan yaitu:

a. Asidosis disebut sebagai hiperventilasi.

Sekresi ion hydrogen tubulus harus cukup ditingkatkan untuk

mengabsorpsi bikarbonat dan bisa menambah jumlah bikarbonat

dalam darah.

Rangsangan paling penting utnuk meningkatkan sekresi ion

hydrogen oleh tubulus dalam keadaan asidosis:

Peningkatan PCO2 cairan ekstraseluler.

Peningkatan konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraselular

(penurunan pH).

Penurunan pH yang terjadi karena peningkatan PCO2 disebut

sebagai asidosis respiratorik. Atau disebut juga sebagai kegagalan

system pernapasan dalam membuang CO2 dari cairan tubuh.

Kerusakan pernapasan, peningkatan PCO2 arteri di atas 45 mmHg

denngan penurunan pH < 7,35.

Penyebabnya: penyakit obstruksi, restriksi paru, polimielitis,

penurunan aktivitas pusat pernapasan (trauma kepala, perdarahan,

narkotik, dll).

b. Alkalosis disebut sebagai hipoventilasi.

Pengurangan sekresi ion hydrogen oleh tubulus sampai sangat

rendah hinngga tidak terjadi reabsorpsi bikarbonat lengkap, yang

membuat ginjal mampu meningkatkan ekskresi bikarbonat.

Ketidakseimbangan asam basa alkalosis disebut sebagai alkalosis

respiratorik. Yang disebabkan akibat kehilanngan CO2 dari paru –

paru pada kecepatan yang lebih tinggi dari produksinya jaringan.

Hal ini meninbulkan PCO2 arteri < 35 mmHg, pH >7,45.

Penyebabnya: hiperventilasi alveolar, anxietas, demam,

meningitis, keracunan aspirin, pneumonia, dan emboli paru.

d) REFLEKS PERNAPASAN

a.Reflex Batuk (Cough)

Dimulai ketika terangsangnya bagian peka saluran pernapasan seperti

laring, trachea, dan bronchus. Rangsang ditangkap oleh sensor taktil dan

kemoreseptor aferen melallui nervus Vagus menuju medulla oblongata

(pusat pernapasan), misalnya benda asin. Kemudian pusat pernapasan

memerintahkan untuk melakukan reflex batuk agar benda itu keluar. Tubuh

merespon dengan menginspirasi udara ke paru – paru, menutupnya glottis

oleh epiglottis, menutup pita suara agar udara inspirasi tertahan di apru –

paru. Sehingga terjadi tekanan pada alveolus yang menyebabkan otot –otot

abdomen dan interkostalis interna berkontraksi dan terjadi ekspirasi

mendadak. Ekspirasi kuat membuat epiglotis dan pita suara terbuka

sehingga udara dengan cepat lewat bronchus dan trachea sehingga benda

asing itu keluar.

b. Reflex Bersin (Sneeze)

Berbalik dengan reflex batuk, rangsang ditangkap oleh reseptor taktil

hidung diteruskan Nervus Trigeminus dan dilanjutkan ke pusat pernapasan

di medulla oblongata.

Reflex ini bermanfaat utnuk mengeluarkan benda asing dari rongga hidung

atau saluran napas bawah.

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN

1. Tahap Perkembangan

Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru –paru yang

sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang

kecil dan jalan napas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan

masa kanak – kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan

proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thoraks

diasumsikan berbentuk oval. Sampai lanjut usia akan terjadi perubahan

pada thoraks dan pola napas.

2. Lingkungan

Ketinggian, panas, dingin, dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin

tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga semakin sedikit oksigen yang

dapat dihirup individu. Sebagai respon panas, pembuluh darah perifer akan

berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit.

3. Gaya Hidup

Aktivitas dan latihan fisik meningkatkan laju, kedalaman pernapasan dan

denyut jantung.

4. Status Kesehatan

Orang yang sehat system kardiovaskuler dan pernapsan dapat

menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

5. Narkotika

Seperti morfin dapat menurunkan laju dan kedalaman pernapasan ketika

depresi pusat pernapasan di medulla. Sehingga bila memberikan obat-

obatan narkotik analgetik perawat harus memantau laju dan kedalaman

pernapasan.

6. Perubahan / Gangguan pada Fungsi Pernapasan

Kondisi yang berpengaruh pada pernapasan:

1. Pergerakan udara ke luar atau ke

dalam paru –paru.

2. Difusi O2 dan Co2 antara alveoli

dan kapiler paru.

3. Transport O dan O2 dari dank e

sel jaringan melallui darah.

7. Perubahan Pola Napas.

Pernapasan normal dilakukan tanpa usaha. Bernapas yang sulit disebut

dypsnoe (sesak napas). Kadang – kadang terdapat pernapasan cuping

hidung. Orthopnoe yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada

posisi duduk dan erdiri seperti pada penderita asma.

8. Obstruksi Jalan Napas

Obstruksi lengkap atau sebagian dapat terjadi sepanjang salluran

pernapasan di sebelah atas atau bawah.

Obstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok

selama inhalasi (inspirasi).

e) MEKANISME PERNAPASAN

1. Pernapasan Dada

Yaitu pernapsan yang melibatkan otot antara tulanng rusuk.

Mekanismenya berupa:

a. Fase inspirasi berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga

rongga dada membesar, akibatnya tekanan rongga dada kecil daripada

tekanan di luarnya sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

b. Fase ekspirasi sebagi fase relaksasi otot antar tulang rusuk ke posisi semula

sehingga rongga dada mengecil. Tekanan rongga dada besar dan udara di

dalamnya yang kaya CO2 keluar.

2. Pernapasan Perut

Yaitu pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktivitas otot –otot

diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanismenya:

a. Fase inspirasi, dimana otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma

mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil

sehingga udara luar masuk.

b. Fase ekspirasi, dimana terjadi relaksasi otot diafragma (kembali ke

posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan

tekanan menjadi lebihy besar, akibatnya udara keluar dari paru – paru.

f) PERUBAHAN FUNGSI PERNAPASAN

1. Hiperventilasi

Merupakan upaya tubuh meningkatkan jumlah O2 dari paru – paru, agar

pernapasan lebih cepat dan dalam. Hal ini disebabkan oleh:

a. Kecemasan

b. Infeksi/sepsis

c. Keracunan obat – obatan.

d. Ketidakseimbangan asam basa seperti asidosis metabolic.

Tanda dan gejala berupa: napas pendek, nyeri dada,

menurunnyakonsentrasi, disorientasi, dan tinnitus.

2. Hipoventilasi

Terjadi ketika ventilasi slveolar tidak adekuat memenuhi penggunaan O2

untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Seperti apda atelektaksis (kolaps

paru).

Tanda dan gejala berupa: nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi,

kardiakdisritmia, ketidakseimbangan elektrolit, kejanng, dan kardiak

arrest.

3. Hipoksia

Yaitu suatu kondisi ketidakcukupan O2 di dalam tubuh yang diinspirasi

sampai jaringan. Disebabkan olleh:

a. Menurunnya Hb.

b. Berkurangnya konsentrasi oksigen jika di pegunungan.

c. Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen seperti pada keracunan.

d. Menurunnya difusi O2 seperti pada pneumonia.

e. Menurunnya perfusi jaringan, seperti syok.

f. Kerusakan/ gangguan ventilasi.

Tanda hipoksia : kelelahan, kecemasan, menurunnya konsentrasi, nadi

meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, dan

clubbing.

PEMERIKSAAN DIAGNOSIS PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERNAPASAN.

1. Metode Morfologis

a. Radiologi

Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil

terhadap jalannya sinar X sehingga memberi bayangan yang sangat

memancar. Bagian padat udara akan memberikan udara bayangan yang

lebih padat karena sulit ditembus sinar X. benda yang padat member

kesan warna lebih putih dari bagian berbentuk udara.

b. Bronkoskopi

Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trachea dan

cabang utamanya. Biasanya digunakan untuk memastikan karsinoma

bronkogenik, atau untuk membuang benda asing. Setelah tindakan ini

pasien tidak bolelh makan atau minum selama 2 -3 jam sampai tikmbul

reflex muntah. Jika tidak, pasien mungki9n akan mengalami aspirasi ke

dalam cabanga trakeobronkeal.

c. Pemeriksaan Biopsi

Manfaat biopsy paru –paru terutama berkaitan dengan penyakit paru

yang bersifat menyebar yang tidak dapat didiagnosis dengan cara lain.

d. Pemerikasaan Sputum

Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi berbagai

penyakit pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan organisme

penyebab penyakit berbagai pneumonia, bacterial, tuberkulosa, serta

jamur. Pemeriksaan sitologi eksploitatif pada sputum membantu proses

diagnosis karsinoma paru. Waktu yang baik untuk pengumpulan sputum

adalah pagi hari bangun tidur karena sekresi abnormal bronkus

cenderung berkumpul waktu tidur.

2. Metode Fisiologis

Tes fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan:

a. Volume Alun Napas (Tidal Volume – TV)

Yaitu volume udara yang keluar masuk paru pada keadaan istirahat

(±500ml).

b. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume – IRV)

Yaitu volume udara yang masih dapat masuk paru pada inspirasi

maksimal setelah inspirasi secara biasa. L = ±3300 ml, P = ±1900 ml.

c. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume – ERV)

Yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari paru melalui

kontraksi otot ekspirasi setelah ekspirasi biasa. L = ± 1000 ml, P = ± 700

ml.

d. Volume Residu (Residu Volume – RV)

Yaitu udara yang masih tersisa dlam paru setelah ekpsirasi maksimal. L

= ± 1200 ml, P = ±1100 ml.

Kapasitas pulmonal sebagai hasil penjumnlahan dua jenis volume atau

lebih dalam satu kesatuan.

e. Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity – IC)

Yaitu jumlah udara yang dapat dimasukkan ke dalam paru setelah akhir

ekspirasi biasa (IC = IRV + TV)

f. Kapasitas Residu Fungsional (Fungtional Residual Capacity – FRC)

Yaitu jumlah udara paru pada akhir respirasi biasa (FRC = ERV + RV)

g. Kapasitas Vital (Vital Capacity – VC)

Yaitu volume udara maksimal yang dapat masuk dan keluar paru selama

satu siklus pernapasan yaitu setelah inspirasi dan ekspirasi maksimal

(VC = IRV + TV + ERV)

h. Kapasitas Paru – paru Total (Total Lung Capacity – TLC)

Yaitu jumalh udara maksimal yang masih ada di paru – paru (TLC = VC

+ RV). L = ± 6000 ml, P = ± 4200 ml.

i. Ruang Rugi (Anatomical Dead Space)

Yaitu area disepanjang saluran napas yangvtidak terlibat proses

pertukaran gas (±150 ml). L = ± 500 ml.

j. Frekuensi napas (f)

Yaitu jumalh pernapsan yang dilakukan permenit (±15 x/menit).

Secara umum, volume dan kapasitas paru akan menurun bila seseorang

berbaring dan meningkat saat berdiri. Menurun karena isi perut menekan

ke atas atau ke diafragma, sedangkan volume udara paru menungkat

sehingga ruangan yang diisi udara berkurang.

k. Analisis Gas Darah (Analysis Blood Gasses – ABGs)

Sampel darah yang digunakan adalah arteri radialis (mudah diambil).

SUMBER PUSTAKA

http://athearobiansyah.blogspot.com/2008/03/asuhan-keperawatan-kebutuhan-

oksigenasi.html.

Tarwoto & Wartonah. 2003. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika

Yeni Kustanti, Christina. 2006. Pemeriksaan Fisik Thoraks. Yogyakarta: AKPER

Bethesda

Somantri, Iman. 2008. KMB: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol. 1. Jakarta:

EGC

Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

1. IDENTITAS

Identitas pasien, mencakup:

Nama

Alamat

Umur

Status

Agama

Suku bangsa/bangsa

Pendidikan

Pekerjaan

Tempat/tanggal lahir

No. CM

Diagnose medis

Identitas penanggungjawab:

Nama

Alamat

Tempat/tanggal lahir

Status

Agama

Suku bangsa/bangsa

Pendidikan

Pekerjaan

Hubungan dangan pasien

2. RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan utama

Yang biasa muncul pada psien dengan ganguan siklus O2 dan CO2

antara lain: batuk, peningkatan produksi sputum, dipsnea,

hemoptisis, wheezing, stridor, dan nyeri dada.

Batuk (Cough)

Yang perlu dikaji yaitu lamanya, bagaimana timbulnya,

hubungannya dengan aktivitas, adanya sputum atau dahak.

Peningkatan produksi sputum; meliputi warna, konsistensi, bau,

jumlah karena hal itu menunjukkan keadaan dari proses

patologis. Jika ada infeksi sputum akan berwarna kuning atau

hijau, putih atau kelabu, dan jernih. Jika edema paru, sputum

berwarna merah muda karena mengandung darah dalam jumlah

yang banyak.

Dipsnea

Merupakan persepsi kesulitan bernapas/ napas pendek dan

sebagai perasaan subjektif pasien. Yang perlu dikaji, apakah

pasien sesak saat berjalan, dll.

Hemoptisis

Yaitu darah yang keluar melalui mulut saat batuk.

Keadaan ini biasanya menandakan adanya kelainan berupa

bronchitis kronis, bronkhiektasis, TB-paru, cystic fibrosis,

upper airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia,

kanker paru, dan abses paru.

Chest pain

Nyeri dada bisa berkaitan dengan masalah jantung seperti

gangguan konduksi (disritmia), perubahan kardiak output,

kerusakan fungsi katup, atau infark, dll. Paru tidak memiliki

saraf yang sensitive terhadap nyeri tapi saraf itu dimiliki oleh

iga, otot, pleura parietal, dan percabangan trakheobronkhial.

b. Riwayat kesehatan sekarang

c. Riwayat kesehatan terdahulu

Ditanyakan:

1) Riwayat merokok, yaitu sebagi penyebab utama kanker paru – paru,

emfisema, dan bronchitis kronis. Anamnesa harus mencakup:

Usia mulai merokok secara rutin

Rata – rata jumlah rokok yang dihisap setiap hari.

Usai menghentikan kebiasaan merokok.

2) Pengobatan saat ini dan masa lalu

3) Alergi

4) Temapt tinggal

d. Riwayat kesehatan keluarga

Tujuan pengkajian ini:

Penyakit infeksi tertentu seperti TBC ditularkan melalui orang ke

orang.

Kelainan alergi seperti asma bronchial, menujukkan suatu predisposisi

keturunan tertentu. Asma bisa juga terjdi akibat konflik kelurga.

Pasien bronchitis kronis mungkin bermukim di daerah yang tingkat

polusi udaranya tinggi. Polusi ini bukan sebagai penyebab timbulnya

penyakit tapi bisa memperberat.

e. Genogram

f. Riwayat kesehatan lingkungan.

3. POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON)

a. Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan

b. Pola aktivitas dan latihan

c. Pola istirahat tidur

d. Pola nutrisi - metabolic

e. Pola eliminasi

f. Pola kognitif perceptual

g. Pola konsep diri

h. Pola koping

i. Pola seksual – reproduksi

j. Pola peran hubungan

k. Pola nilai dan kepercayaan

4. PEMERIKSAAN FISIK

a. Data klinik, meliputi:

1) TTV

2) KU

b. Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:

1) Mata

Konjungtiva pucat (karena anemia)

Konjungitva sianosis ( karena hipoksemia)

Konjungtiva terdapat pethecia ( karena emboli lemak atau

endokarditis)

2) Kulit

Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah

perifer).

Sianosis secara umum (hipoksemia)

Penurunan turgor (dehidrasi)

Edema

Edema periorbital

3) Jari dan kuku

Sianosis

Clubbing finger

4) Mulut dan bibir

Membran mukosa sianosis

Bernapas dengan mengerutkan mulut.

5) Hidung

Pernapasan dengan cuping hidung, deviasi sputum, perforasi, dan

kesimetrisan.

6) Vena Leher

Adanya distensi/ bendungan.

7) Dada

a) Inspeksi

Pemeriksaan mulai dada posterior sampai yang lainnya, pasien

harus duduk.

Observasi dada pada sisi kanan atau kiri serta depan atau

belakang.

Dada posterior amati adanya skar, lesi, dan masa serta gangguan

tulang belakang (kifosis, skoliosis, dan lordosis)

Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan

pergerakan dada.

Observasi pernapasan seperti pernapasan hidung, atau pernapasan

diafragma serta penggunaan otot bantu pernapasan.

Observasi durasi inspirasi dan ekspirasi. Ekspirasi yang panjang

menandakan adanya obstruksi jalan napas seperti pada pasien

Chronic Airflow Limitation (CAL)/ Chronic Obstructive

Pulmonary Disease (COPD).

Kaji konfigurasi dada.

Kelainan bentuk dada:

Barrel chest

Akibat overinflation paru pada pasien emfisema.

Funnel chest

Missal pada pasien kecelakaan kerja yaitu depresi bagian

bawah sternum.

Pigeon chest

Akibat ketidaktepatan sternum yang mengakibatkan

peningkatan diameter AP.

Kofiskoliosis

Misal pada pasien osteoporosis dan kelainan musculoskeletal.

Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan

dinding dada mengindikasikan adanya penyakit paru/ pleura.

Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inpsirasi

yang mengindikasikan adanya obstruksi jalan napas.

b) Palpasi

Untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi

abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui tactil

premitus (vibrasi).

c) Perkusi

Mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan

pengembangan (ekskursi) diafragma. Ada dua suara perkusi yaitu:

Suara perkusi normal:

Resonan (sonor) : dihasilkan pada jaringan paru normal,

umumnya bergaung dan bernada rendah.

Dullness : dihasilkan di atas jantung atau paru.

Tympany : dihasilkan di atas perut yang berisi udara.

Suara perkusi abnormal:

Hiperesonan : lebih rendah dari resonan seperti paru

abnormal yang berisi udara.

Flatness : nada lebih tinggi dari dullness seperti perkusi

pada paha, bagian jaringan lainnya.

d) Auskultasi

Suara napas normal

Bronchial/ tubular sound seperti suara dalam pipa, keras,

nyaring, dan hembusan lembut.

Bronkovesikuler sebagai gabungan antara suara napas

bronchial dengan vesikuler.

Vesikuler terdengar lembut, halus, sperti hembusan angin

sepoi – sepoi.

Jenis suara tambahan

Wheezing : suara nyaring, musical, terus – menerus akibat

jalan napas yang menyempit.

Ronchi : suara mengorok karena ada sekresi kental dan

peningkatan produksi sputum.

Pleural friction rub : suara kasar, berciut, dan seperti

gessekan akibat inflamasi dim pleura, nyeri saat bernapas.

Crakles :

Fine cracles : suara meletup akibat melewati daerah

alveoli, seperti suara rambut digesekkan.

Coars cracles: lemah, kasar, akibat ada cairan di jalan

saluran napas yang besar. Berubah jika pasien batuk.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

(i) Tes untuk menentukan keadekuatan system konduksi jantung.

EKG

Exercise stress test

(ii) Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah.

Echocardiography

Kateterisasi jantung

Angiografi

(iii) Tes untuk mengetahui ventilasi dan oksigenasi

Tes fungsi paru – paru dengan spirometri.

Tes astrup

Oksimetri

Pemeriksaan darah lengkap.

(iv) Melihat struktur system pernapasan

X- Ray thoraks

Bronkhoskopi

CT scan paru

(v) Menentukan sel abnormal/ infeksi system pernapasan

Kultur apus tenggorok

Sitologi

Specimen sputum (BTA)

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Adapun diagnose yang lazim muncul pada pasien dengan gangguan system

pernapasan yaitu:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif

2. Pola napas tidak efektif

3. Kerusakan pertukaran gas

4. Disfungsi respon penyapihan ventiler

5. Intoleransi aktivitas

6. Resiko aspirasi

7. PERENCANAAN

NO. Dx TUJUAN

NOC

INTERVENSI

NIC

1. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama … x 24 jam

diharapkan bersihan jalan napas

efektif sesuai dengan criteria:

Respiratory status : airway

patency (0410)

041004 Frekuensi napas dalam

rentang normal

041005 Irama napas dalam

rentang normal

041006 Mampu mengeluarkan

sputum dari jalan napas

041007 Bebas dari peningkatan

suara napas

Respiratory status : Ventilation

(0403)

040305 Mudah dalam bernapas

040310 Tidak terjadi peningkatan

suara napas.

040313 Tidak terjadi sesak napas

Airway Suctioning (3160)

Pastikan kebutuhan oral/

tracheal suctioning

Auskultasi suara napas

sebelum dan sesudah

suctioning

Informasikan pada klien dan

keluarga tentang suctioning

Minta klien napas dalam

sebelum suction dilakukan

Berikan oksigen dengan

menggunakan nasal untuk

memfasilitasi suction

nasotrakheal

Monitor status oksigen

Ajarkan keluarga bagaimana

cara melakukan suction

Hentikan suction dan berikan

oksigen apabila menunjukkan

bradikardi, peningkatan

saturasi O2

040315 Tidak ada napas pendek.

040318 Perkusi napas dalam

rentang normal.

040319 Auskultasi suara napas

dalam rentang normal.

Aspiration Control (1918)

191801 Mampu mengidentifikasi

factor resiko

191802 Mencegah factor resiko.

Airway management (3140)

Buka jalan napas, gunakan

teknik chin lyft atau jaw

thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk

memaksimalkan oksigenasi

Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan napas

Pasang alat bantu napas oral

atau nasopharyngeal bila

perlu

Lakukan terapi fisioterapi

dada bila perlu

Keluarkan secret dengan

batuk atau suction

Ajarkan cara batuk efektif

Auskultasi suara napas, catat

adanya penurunan dan

peningkatan suara napas

Berikan humidifikasi bila

perlu

Atur intake cairan untuk

mengoptimalkan

keseimbangan cairan

Monitor status respirasi dan

oksigenasi bila perlu

2. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama….X24

Airway management (3140)

Buka jalan napas, gunakan

jam diharapkan pola napas

efektif dengan criteria :

Respiratory status : airway

patency (0410)

041004 Frekuensi napas dalam

rentang normal

041005 Irama napas dalam

rentang normal

041006 Mampu mengeluarkan

sputum dari jalan napas

041007 Bebas dari peningkatan

suara napas

Respiratory status : Ventilation

(0403)

040305 Mudah dalam bernapas

040310 Tidak terjadi peningkatan

suara napas.

040313 Tidak terjadi sesak napas

040315 Tidak ada napas pendek.

040318 Perkusi napas dalam

rentang normal.

040319 Auskultasi suara napas

dalam rentang normal.

Vital signs status (0802)

080201 Suhu dalam rentang

normal

teknik chin lyft atau jaw

thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk

memaksimalkan oksigenasi

Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan napas

Pasang alat bantu napas oral

atau nasopharyngeal bila

perlu

Lakukan terapi fisioterapi

dada bila perlu

Keluarkan secret dengan

batuk atau suction

Ajarkan cara batuk efektif

Auskultasi suara napas, catat

adanya penurunan dan

peningkatan suara napas

Berikan humidifikasi bila

perlu

Atur intake cairan untuk

mengoptimalkan

keseimbangan cairan

Monitor status respirasi dan

oksigenasi bila perlu

Vital sign monitoring (6680)

Monitor TD, nadi, suhu dan

pernapasan

Monitor pola napas tidak

080202 Nadi apical dalam

rentang normal

080203 Nadi radial dalam

rentang normal

080204 Frekuensi napas dalam

rentang normal

080205 TD systole dalam rentang

normal

080206 TD diastole dalam

rentang normal

normal (kusmaul, apnea, dll)

Monitor warna, temperature,

dan kelembaban kulit

Identifikasi kemungkinan

penyebab perubahan vital sign

3. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ….X 24

jam diharapkan pertukaran gas

baik dengan kriteria :

Electrolyte dan acid/ base

balance (0600)

060001 Frekuensi jantung

dalam rentang

normal

060002 Irama jantung dalam

rentang normal

060003 Frekuensi napas dalam

rentang normal

060004 Irama napas dalam

rentang normal

060005 Serum sodium dbn

Airway management (3140)

Buka jalan napas, gunakan

teknik chin lyft atau jaw

thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk

memaksimalkan oksigenasi

Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan napas

Pasang alat bantu napas oral

atau nasopharyngeal bila

perlu

Lakukan terapi fisioterapi

dada bila perlu

Keluarkan secret dengan

batuk atau suction

Ajarkan cara batuk efektif

Auskultasi suara napas, catat

adanya penurunan dan

060006 Serum potassium dbn

060007 Serum chloride dbn

060008 Serum calcium dbn

060009 Serum magnesium

dbn

060010 Serum pH dbn

060011 Serum albumin dbn

060012 Serum kreatinin dbn

060013 Serum bikarbonat dbn

060016 Tidak ada penurunan

mental

Respiratory status : gas

exchange (0402)

040201 Status mental dalam

rentang normal

040202 Mudah dalam

bernapas

040203 Tidak terjadi sesak

napas

040204 Tidak ada sesak

dengan bantuan

040206 Tidak terjadi sianosis

040207 Tidak terjadi somnolen

peningkatan suara napas

Berikan humidifikasi bila

perlu

Atur intake cairan untuk

mengoptimalkan

keseimbangan cairan

Monitor status respirasi dan

oksigenasi bila perlu

040208 PaO2 dbn

040209 PaCO2 dbn

040214 Perfusi ventilasi

seimbang

4. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama … x 24

jam diharapkan penyapihan

ventilasi spontan baik dengan

criteria:

Respiratory status : gas

exchange (0402)

040201 Status mental dalam

rentang normal

040202 Mudah dalam bernapas

040203 Tidak terjadi sesak

napas

040204 Tidak ada sesak

dengan bantuan

040206 Tidak terjadi sianosis

040207 Tidak terjadi somnolen

040208 PaO2 dbn

040209 PaCO2 dbn

040210 pH arteri dbn

Mechanical Ventilation (3300)

Monitor kelelahan otot

pernapasan

Monitor bahaya gagal

napas

Gunakan teknik

penenangan bila perlu

Catat perubahan ventilasi

setiap 24 jam bila perlu

Guanakan teknik asepsis

bila perlu

Hentikan NGT selam

suction dalam 30 – 60

menit sebelum fisioterapi

dada

Monitor efek samping dari

aliran ventilasi seperti

infeksi, barotraumas, dan

penurunan curah jantung

Beri fisioterapi dada bila

perlu

040211 Kejenuhan O2 dbn

040213 Fotorontgen dada

terakhir dalam

rentang normal

040214 Perfusi ventilasi

seimbang

Respiratory status : Ventilation

(0403)

040301 Frekuensi pernapasan

dalam rentang normal

040302 Irama pernapasan dalam

rentang normal

040303 Tidak ada napas dalam

040304 Kesimetrisan ekspansi

dada

040305 Mudah dalam bernapas

040310 Tidak terjadi peningkatan

suara napas.

040313 Tidak terjadi sesak napas

040315 Tidak ada napas pendek.

040318 Perkusi napas dalam

rentang normal.

040319 Auskultasi suara napas

dalam rentang normal.

Beri suction berdasarkan

peningkatan suara dan atau

peningkatan tekanan

ventilasi.

Tingkatkan intake cairan

dan nutrisi secara adekuat.

Mechanical Ventilation

Weaning (3310)

Monitor penurunan

kapasitas vital, dll

berdasarkan ketentuan

Monitor status cairan dan

elektrolit secara optimal

Kolaborasi dengan tim

medis lain tentang

pemenuhan nutrisi pasien

serta ketentuan dietnya.

Posisikan pasien dengan

baik untuk ventilasi otot

dan peningkatan diafragma.

Beri suction pada jalan

napas jika dibutuhkan

Beri fisioterapi dada jika

perlu

Monitor tanda kelelahan

otot respirasi, hipoksemia,

dan hipoksia jaringan saat

proses penyapihan

Gunakan teknik relaksasi

jika perlu

Beritahu pasien tentang

pengaturan perubahan

peningkatan dari kerja

napas bila perlu.

5. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama … x 24

jam diharapkan tidak terjadi

intoleransi aktivitas sesuai

criteria:

Activity Tolerance (0005)

000502 Frekuensi jantung

dalam rentang normal

saat merespon

aktivitas

000503 Frekuensi napas dalam

rentang normal saat

merespon aktivitas

000504 TD sistolik dalam

rentang normal saat

melakukan aktivitas

000505 TD diastolic dalam

rentang normal saat

melakukan aktivitas

000507 Tidak ada perubahan

warna kulit

Self – care : Activites of Daily

Energy Management (0180)

Kaji perasaan verbal

tentang kecukupan energy

Kaji penyebab kelelahan

seperti nyeri, pengobatan,

dll

Monitor intake nutrisi

secara adekuat sebagai

sumber energy

Konsultasi dengnan ahli

diet tentang cara

peningkatan intake dengan

makanan tinggi energy

Monitor laporan pola tidur

pasien serta lamanya tidur

berapa jam

Batasi stimulasi lingkungan

seperti cahaya dan

kebisingan untuk relaksasi

Anjurkan bedrest atau

batasi kegiatan seperti

meningkatkan waktu

Living (ADL) (0300)

030001 Tidak dibantu makan

030002 Tidak dibantu

berpakaian

030003 Tidak dibantu toileting

030004 Tidak dibantu mandi

030005 Tidak dibantu

perawatan

030006 Tidak dibantu hygiene

030007 Tidak dibantu oral

hygiene

030008 Tidak dibantu

ambulasi : berjalan

030009 Tidak dibantu

ambulasi : pindah

kursi roda

030010 Tidak dibantu menukar

kegiatan

periode tidur / istirahat

Ajarkan pada pasien atau

keluarga tanda – tanda

kelelahan dan anjurkan

mengurangi aktivitas.

6. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama … x 24

jam diharapkan tidak terjadi

resiko aspirasi dengan criteria:

Infection status (0703)

070307 Tidak demam

Aspiration Precaution (3200)

Monitor kemampuan batuk

reflex, reflex muntah, dll

Monitor status paru – paru

Kaji jalan napas

Posisikan dengan tinggi 900

070309 Tidak ada nyeri

070310 Tidak ada

limfadenopati

070311 Tidak ada malaise

070320 Tidak ditemukan

kolonisasi bakteri

dalam darah

070321 Tidak ada kolonisasi

bakteri dalam sputum

070324 Tidak ada kolonisasi

bakteri dalam urin

Risk Control (1902)

190202 Mampu memonitor

resiko factor

lingkungan'

190203 Mampu memonitor

resiko factor

kebiasaan diri

190206 Mempunyai keinginan

untuk strategi

pengontrolan resiko

190208 Mampu

mengidentifikasi gaya

hidup untuk

mengurangi factor

resiko

atau lebih jika

memungkinkan

Beri makanan sedikit demi

sedikit bertahap

Cek NG atau residual

gastroytomy sebelum

feeding

Informasikan bahwa

makanan / cairan yang

lebih menjadi lobus

sebelum ditelan

Tinggikan kepala selama

30 – 40 menit setelah

makan.

Beri pengobatan dalam

bentuk elixir (minuman).

190217 Mampu memonitor

perubahan status

kesehatan.