Upload
arya-milano
View
71
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lp
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN OKSIGEN
A. PENGERTIAN
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas O2 lebih dari 21% pada
tekanan atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
(http://athearobiansyah.blogspot.com)
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel – sel
tubuh. Secara normal elemen tersebut diperoleh dngan cara menghirup
oksigen setiap kali bernapas. Penympaian O2 kejaringan tubuh ditentukan oleh
system respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hemaatologi. Dalam keadaan
biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau
sekitar 0,5 cc tiap menit.
Respirasi berperan dalam mempertahankan kelangsungan metabolisme
sel. Sehingga diperlukan fungsi respirasi yang adekuat. Agar sel melakukan
metabolisme untuk menghasilkan energi, sel memerlukan suplai oksigen dan
nutrisi yang cukup pada tubuh. Nutrisi diperoleh dari asupan (intake) makanan
dan cairan.
Proses respirasi adalah proses keluar masuknya udarake paru – paru
dan terjadipertukaran gas.
(Tarwoto & Wartonah,hal 9)
Respirasi juga berarti gabungan aktivitas mekanisma yang berperan
dalam proses suplai O2 ke seluruh tubuh dan pembuangan CO2 ( hasil
pembakaran sel).
(Iman Somantri, hal 1)
Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung kebutuhan.
Factor – factor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen yaitu:
1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kemampuan mengikat oksigen seperti pada anemia
b. Menurunya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran pernapasan bagian atas.
c. Hipovolemia, sehingga tekanan darah menurun yang nengakibatkan
terganggunya O2.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka dll.
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyakit
kronis seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
b. Bayi dan toddler, adanya resiko infeksi saluran pernapasan akut.
c. Usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru.
e. Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosclerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang, diet tinggi lemak menimbullkan arteriosclerosis.
b. Exercise : akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin dapat menyababkan vasokontriksi pembuluh
darah perifer dan koroner.
d. Substance abuse (obat-obatan dan alcohol): menyebabkan intake
nutrisi/ Fe menurun mengakibatkan hemoglobin menurun, alcohol
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat.
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja (polusi)
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dari permukaan laut.
B. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGEN
1) Untuk mempertahkan oksigen yang adekuat pada jaringan.
2) Untuk menurunkan kerja jantung.
3) Untuk menurunkan kerja paru-paru.
C. ANATOMI SISTEM PERNAPAS
1. Saluran Pernapasan Bagian Atas
a. Hidung
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan
(kartilago). Terdiri dari bagian internal dan eksternal. Bagian
internal merupakan bagian rongga yang berlorong yang dipisahkan
menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi ventrikel yang
sempit, yang disebut septum. Rongga hidung mengandung rambut
(fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar terhadap
benda asing yang masuk.
Permukaan hidung (mukosa) terdapat epitel bersislia yang
mengandung sel goblet. Sebagai sel yang mengeluarkan lender
sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam
saluran pernapasan.
Hidung berfungsi sebagai saluran utnuk udara mengalir ked an
dari paru-paru. Dan juga berfungsi sebagai jalan napas, pengatur
kelembapan udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan
penyaring udara, indra penciuman, dan resonator suara. Reseptor
bau terletak pada cribiform palte, di dalamnya terdapat ujung saraf
cranial I (Nervus Olfactorius).
b. Sinus Paranasalis
Meruoakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Sinus
paranasalis termasuk empat pasang rongga bertualng yang dilapisi
oleh mukosa hidung dan epitel kolumnar bertingkat semu bersilia.
Yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan
sinus maxilaris (sesuai dengan letaknya). Sinus sebagai tempat
umum terjadinya infeksi.
Fungsi sinus:
1. Membantu menghangatkan dan humidifikasi.
2. Meringankan berat tulang tengkorak.
3. Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.
c. Faring
Merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (± 13 cm) yang
letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya
dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago)
krikoid. Penghubung hidung dan rongga mulut ke laring.
Faring dibagi menajdi 3 berdasarkan letaknya:
1. nasofaring (belakanng hidung).
2. Orofaring (belakang mulut)
3. Laringofarinng (belakang laring).
d. Laring
Atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea.
Fungsi utama laring yaitu untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi. Yaitu pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas
bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi prosesterjadinya
batuk.
Terdiri atas:
1. Epiglotis
Daun katup kartilago yang menutup dan membuka selama
menelan.
2. Glotis
Lubang antara pita suara dan laring.
3. Kartilago Tiroid
Kartialgo terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago
ini membentuk jakun (Addam's aple).
4. Kartilago krikoid
Cincin kartilago yang utuh di laring (terletsk di bawah
kartilago tiroid).
5. Kartilago Aritenoid
Digunakan pada pergerakan pita suara dan kartilago
tiroid.
6. Pita suara
Ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang
menghasilkan suara dan melekat pada lumen laring.
e. Trakhea
Disebut juga kantong tenggorok yang merupakan perpanjangan
dari alring pada ketinggian tulang vertebrae terokal ke-7 yang
bercaabang menjadi dua bronkus.
Ujung cabang trakea disebut carina. Trakea bersifat sangat
fleksibel, berotot, dengan pnjang 12 cm dengan cincin membentuk
huruf C.
i. Saluran Pernapasan Bagian Bawah
1. Bronkhus
Terbagi menjadi bagian kanan dan kiri. Yaitu bronchus lobaris
kanan ( 3 lobus) dan bronchus lobaris kiri ( 2 lobus). Bronchus
kanan lebih pendek, lebih besar, dan cenderung lebih vertical
daripada yang kiri. Sehingga benda asing lebih mudah masuk ke
dalam cabang sebelah kanan daripada cabang bronchus sebelah
kiri.
Bronchus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkhus segmental
dan bronchus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkhus segmental.
Segmen ini kemudian terbagi lagi menjadi subsegmen yang
dikelillingi jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik, dan saraf.
2. Bronkhiolus
Segmen bronkus bercabang menjadi bronkiolus yang
mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian jalan
napas.
3. Bronkhiolus Terminalis
Membentuk percabangan yang tidak mempunyai kelenjar lendir
dan silia.
4. Bronkhiolus Respiratory
Yang kemudian akan menjadi bronkiolus respiratory yang
dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi
dan jalan napas pertukaran gas.
5. Duktus Alveolar dan Sakus Alveolar
Bronchus respiratory kemudian mengarah ke dalam duktus
alveolar dan sakus alveolar. Yang kemudian menjadi alveoli.
6. Alveoli
Sebagai tempat pertukaran O2 dan CO2. terdapat sekitar 300
juta yang jika bersatu akan membentuk satu lembar dengan luas 70
m².
Terbagi atas 3 tipe:
a) Sel – sel alveolar tipe I: adalh sel epitel pembentuk
dinding.
b) Sel – sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara
metabolik dan mensekresi surfaktan.
c) Sel – sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang
merupakan sel – sel fagositosis.
7. Paru – paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak
dalam ronggga dada. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum
sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.
Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Paru kanan lebih besar
dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris. Paru kiri lebih
kecil dan terbagi menjadi 2 lobus. Lobus tersebut kemudian terbagi
menjadi beberapa segmen.
8. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan
jaringan elastic. Terbagi menjadi:
1. Pleura parietalis yaitu yang melapisi ronggga dada.
2. Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi setiap paru.
Di antara pleura tersebut ada bagian rongga yang berisi cairan tipis
pleura yang berfungsi memudahkan kedua permukaan bergerak
selama pernapasan san mencegah pemisahan toraks dengan paru –
paru.
Tekanan dalam pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer yang
bertujuan untuk mencegah kolaps paru.
Factor – factor yang mempengaruhi pernapasan bias berlangsung normal,
yaitu:
1. Suplai oksigen yang adekuat
Tempat tinggi tidak mengubah komposisi udara, tapi menyebabkan
tekanan O2 menurun. Reaksi awal yang timbul berupa tanda dan
gejala yang sama terlilhat pada setiap orang yang kekurangan
okskigen. Tandanya berupa: nyeri kepala, sesak, lemah, mual,
berkeringat, palppitasi, penglihatan kabur, pendengaran berkurang,
dan mengantuk pada kondisi hipoksia bera.
Oksigenasi dipengaruhi oleh:
a. Peningkatan ventilasi alveolus.
b. Penyesuaian komposisi asam basa darah dan cairan tubuh lain.
c. Peningkatan kapasitas pengangkutan O2 dan peningkatan curah
jantung.
2. Saluran udara yang utuh
Pernapasan bisa terganggu / tidak karena faaktor penghambat pada
saluran pernapasan (seperti adanya obstruksi).
3. Fungsi pergerakan dinding dada dan diafragma yang normal.
Gangguannya bisa disebabkan oleh fraktur iga atau luka tembus pada
dada.
4. Adanya alveoli dan kapiler yang bersama- sama berfungsi membentuk
unit pernapasan terminal dalam jumlah yang cukup.
5. Jumlah hemoglobin yang adekuat untuk membawa O2 pada sel tubuh.
6. Suatu system sirkulasi yang utuh dan pompa jantung efekif.
7. Berfungsinya pusat pernapasan.
2 FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
Bernapas/ pernapasan merupakan proses pertukaran udara diantara individu
dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup dan CO2 yang dibuang.
Pernapasan ini terjadi secara otomatis walau dapalm keadaan tertidur
sekalipun karena pengaruh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya,
pernapasan terdiri dari:
a. Pernapasan Luar
Adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan
darah dalam kapiler.
b. Pernapasan Dalam
Adalah pernapaasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel –
sel tubuh.
3 PROSES RESPIRASI EKSTERNAL
a. Ventilasi
Dimulai dari proses inspirasi dimana udara bergerak dari udara luar ke
dalam trakea, bronchus, bronkhiolus, dan alveoli. Selama ekspirasi, gas
yang terdapat dalam alveolus. Prosesnya sama seperti inspirasi dengan
alur balik.
Faktor yang mempengaruhi keluar masuknya udara paru – paru :
a. Perbedaan tekanan udara
Udara mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah. Saat inspirasi, pergerakan diafragma dan otot bantu
pernapasan lain memperluas rongga dada, sehingga menurunkan
terkanan dalam rongga dada sampai di bawah tekanan atmosfer. Yang
akan menyebabkan udara tertarik melalui trakea dan bronchus lalu
masuk hingga masuk ke dalam alveoli. Sedangkan saat ekspirasi
sebaliknya, diafragma relaksasi dan paru – paru mengempis, sehingga
terjadi penurunan luas riongga dada. Tekanan alveoli melebihi
tekanan atmosferm, sehingga udara terdesak keluar dari paru – paru
menuju ke atmosfer.
Resistensi jalan udara
Peningkatan tekanan cabang bronchus dan adanya benda asing dalam
saluran napas akan menyebabkan udara terhambat masuk ke dalam
alveolus.
b. Komplian paru –paru
Adalah kemampuan paru –paru untuk mengembang dan mengempis.
c. Difusi
Gas – gas melintasi membrane antara alveolar – kapiler yang tipis (<
0,5 mmHg) akibat selilsih tekanan parsial antara darah dan fase gas.
Tekanan O2 dalam atmosfer sama denagn tekanan laut (± 149 mmHg).
Saat inspirasi tekanan parsial ini mengalami penurunan ±103 mmHg
sebagai akibat dari udara yang tercampur dengan ruangn rugi anatomis
pada saluran udara dengan uap air.
Factor –faktor yang menyebabkan kecepatan difusi gas melalui membrane
paru – paru adalah:
a. Semakin besar perbedaan tekanan pada membrane maka semakin cepat
kecepatan difusi.
b. Semakin besar area membrane paru –paru, semakin besar kuantitas gas
yang dapat berdifusi melewati membrane dalam waktu tertentu.
c. Semakin tipis membrane semakin cepat difusi gas melalui membrane
tersebut ke bagian yang berlawanan.
d. Koefisien difusi secara langsungn berbanding lurus terhadap
kemampuan terlarut suatu gas dalam cairan paru – paru dan berbanding
terbalik terhadap ukuran molekul.
Nilai koefisien difusi O2 = 1, nitrogen = 0,53, dan CO2 = 20,3.
Perbandingan tersebut menggamvarkan bahwa CO2 paling mudah larut
dan N2 paling kurang dapat larut.
e. Transportasi
Meliputi :
1. Transpor oksigen dalam darah
Pengangkutan O2 ke jaringan tertentu tergantung pada:
Jumlah oksigen yang masuk paru –paru.
Pertukaran gas yang cukup.
Aliran darah ke jaringan.
Kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
Dinamika reaksi Hb dengan O2 sangat memudahkan pengangkutan O2.
Hb adalah protein yang tersusun dari empat subunit, masing – masing
mengandung heme yang terikat pada rantai polipeptida.
Oksigen disalurkan dari paru-paru ke jaringan melalui dua cara yaitu
secara fisik larut dalam plasma atau secara kimia berikatan dengan Hb
tingkat jaringan disebut Heomoglobin tereduksi. Yang berwarna ungu
dan menyebabkan warna biru pada daerah vena (vena superficial).
2 .Transport karbondioksida dalam darah
Dilakukan dengan 3 cara yaitu:
10% secara fisik larut dalam plasma.
20% berikatan dengan gugus amino pada Hb dalam sel darah
merah. Hb yang beikatan dengan CO2 disebut
karbominohemoglobin.
70% ditranspor sebagai bikarbonat plasma.
Keseimbangan asam basa sangat dipengaruhi oleh fungsi paru – paru
serta homeostasis karbondioksida.
Untuk menyeimbangkan asam basa dalam tubuh, terdapat dua fase
yang berhubungan yaitu:
a. Asidosis disebut sebagai hiperventilasi.
Sekresi ion hydrogen tubulus harus cukup ditingkatkan untuk
mengabsorpsi bikarbonat dan bisa menambah jumlah bikarbonat
dalam darah.
Rangsangan paling penting utnuk meningkatkan sekresi ion
hydrogen oleh tubulus dalam keadaan asidosis:
Peningkatan PCO2 cairan ekstraseluler.
Peningkatan konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraselular
(penurunan pH).
Penurunan pH yang terjadi karena peningkatan PCO2 disebut
sebagai asidosis respiratorik. Atau disebut juga sebagai kegagalan
system pernapasan dalam membuang CO2 dari cairan tubuh.
Kerusakan pernapasan, peningkatan PCO2 arteri di atas 45 mmHg
denngan penurunan pH < 7,35.
Penyebabnya: penyakit obstruksi, restriksi paru, polimielitis,
penurunan aktivitas pusat pernapasan (trauma kepala, perdarahan,
narkotik, dll).
b. Alkalosis disebut sebagai hipoventilasi.
Pengurangan sekresi ion hydrogen oleh tubulus sampai sangat
rendah hinngga tidak terjadi reabsorpsi bikarbonat lengkap, yang
membuat ginjal mampu meningkatkan ekskresi bikarbonat.
Ketidakseimbangan asam basa alkalosis disebut sebagai alkalosis
respiratorik. Yang disebabkan akibat kehilanngan CO2 dari paru –
paru pada kecepatan yang lebih tinggi dari produksinya jaringan.
Hal ini meninbulkan PCO2 arteri < 35 mmHg, pH >7,45.
Penyebabnya: hiperventilasi alveolar, anxietas, demam,
meningitis, keracunan aspirin, pneumonia, dan emboli paru.
d) REFLEKS PERNAPASAN
a.Reflex Batuk (Cough)
Dimulai ketika terangsangnya bagian peka saluran pernapasan seperti
laring, trachea, dan bronchus. Rangsang ditangkap oleh sensor taktil dan
kemoreseptor aferen melallui nervus Vagus menuju medulla oblongata
(pusat pernapasan), misalnya benda asin. Kemudian pusat pernapasan
memerintahkan untuk melakukan reflex batuk agar benda itu keluar. Tubuh
merespon dengan menginspirasi udara ke paru – paru, menutupnya glottis
oleh epiglottis, menutup pita suara agar udara inspirasi tertahan di apru –
paru. Sehingga terjadi tekanan pada alveolus yang menyebabkan otot –otot
abdomen dan interkostalis interna berkontraksi dan terjadi ekspirasi
mendadak. Ekspirasi kuat membuat epiglotis dan pita suara terbuka
sehingga udara dengan cepat lewat bronchus dan trachea sehingga benda
asing itu keluar.
b. Reflex Bersin (Sneeze)
Berbalik dengan reflex batuk, rangsang ditangkap oleh reseptor taktil
hidung diteruskan Nervus Trigeminus dan dilanjutkan ke pusat pernapasan
di medulla oblongata.
Reflex ini bermanfaat utnuk mengeluarkan benda asing dari rongga hidung
atau saluran napas bawah.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru –paru yang
sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang
kecil dan jalan napas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan
masa kanak – kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan
proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thoraks
diasumsikan berbentuk oval. Sampai lanjut usia akan terjadi perubahan
pada thoraks dan pola napas.
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin, dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin
tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga semakin sedikit oksigen yang
dapat dihirup individu. Sebagai respon panas, pembuluh darah perifer akan
berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit.
3. Gaya Hidup
Aktivitas dan latihan fisik meningkatkan laju, kedalaman pernapasan dan
denyut jantung.
4. Status Kesehatan
Orang yang sehat system kardiovaskuler dan pernapsan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
5. Narkotika
Seperti morfin dapat menurunkan laju dan kedalaman pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan di medulla. Sehingga bila memberikan obat-
obatan narkotik analgetik perawat harus memantau laju dan kedalaman
pernapasan.
6. Perubahan / Gangguan pada Fungsi Pernapasan
Kondisi yang berpengaruh pada pernapasan:
1. Pergerakan udara ke luar atau ke
dalam paru –paru.
2. Difusi O2 dan Co2 antara alveoli
dan kapiler paru.
3. Transport O dan O2 dari dank e
sel jaringan melallui darah.
7. Perubahan Pola Napas.
Pernapasan normal dilakukan tanpa usaha. Bernapas yang sulit disebut
dypsnoe (sesak napas). Kadang – kadang terdapat pernapasan cuping
hidung. Orthopnoe yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada
posisi duduk dan erdiri seperti pada penderita asma.
8. Obstruksi Jalan Napas
Obstruksi lengkap atau sebagian dapat terjadi sepanjang salluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah.
Obstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok
selama inhalasi (inspirasi).
e) MEKANISME PERNAPASAN
1. Pernapasan Dada
Yaitu pernapsan yang melibatkan otot antara tulanng rusuk.
Mekanismenya berupa:
a. Fase inspirasi berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga
rongga dada membesar, akibatnya tekanan rongga dada kecil daripada
tekanan di luarnya sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
b. Fase ekspirasi sebagi fase relaksasi otot antar tulang rusuk ke posisi semula
sehingga rongga dada mengecil. Tekanan rongga dada besar dan udara di
dalamnya yang kaya CO2 keluar.
2. Pernapasan Perut
Yaitu pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktivitas otot –otot
diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanismenya:
a. Fase inspirasi, dimana otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma
mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil
sehingga udara luar masuk.
b. Fase ekspirasi, dimana terjadi relaksasi otot diafragma (kembali ke
posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan
tekanan menjadi lebihy besar, akibatnya udara keluar dari paru – paru.
f) PERUBAHAN FUNGSI PERNAPASAN
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh meningkatkan jumlah O2 dari paru – paru, agar
pernapasan lebih cepat dan dalam. Hal ini disebabkan oleh:
a. Kecemasan
b. Infeksi/sepsis
c. Keracunan obat – obatan.
d. Ketidakseimbangan asam basa seperti asidosis metabolic.
Tanda dan gejala berupa: napas pendek, nyeri dada,
menurunnyakonsentrasi, disorientasi, dan tinnitus.
2. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi slveolar tidak adekuat memenuhi penggunaan O2
untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Seperti apda atelektaksis (kolaps
paru).
Tanda dan gejala berupa: nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi,
kardiakdisritmia, ketidakseimbangan elektrolit, kejanng, dan kardiak
arrest.
3. Hipoksia
Yaitu suatu kondisi ketidakcukupan O2 di dalam tubuh yang diinspirasi
sampai jaringan. Disebabkan olleh:
a. Menurunnya Hb.
b. Berkurangnya konsentrasi oksigen jika di pegunungan.
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen seperti pada keracunan.
d. Menurunnya difusi O2 seperti pada pneumonia.
e. Menurunnya perfusi jaringan, seperti syok.
f. Kerusakan/ gangguan ventilasi.
Tanda hipoksia : kelelahan, kecemasan, menurunnya konsentrasi, nadi
meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, dan
clubbing.
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAPASAN.
1. Metode Morfologis
a. Radiologi
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil
terhadap jalannya sinar X sehingga memberi bayangan yang sangat
memancar. Bagian padat udara akan memberikan udara bayangan yang
lebih padat karena sulit ditembus sinar X. benda yang padat member
kesan warna lebih putih dari bagian berbentuk udara.
b. Bronkoskopi
Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trachea dan
cabang utamanya. Biasanya digunakan untuk memastikan karsinoma
bronkogenik, atau untuk membuang benda asing. Setelah tindakan ini
pasien tidak bolelh makan atau minum selama 2 -3 jam sampai tikmbul
reflex muntah. Jika tidak, pasien mungki9n akan mengalami aspirasi ke
dalam cabanga trakeobronkeal.
c. Pemeriksaan Biopsi
Manfaat biopsy paru –paru terutama berkaitan dengan penyakit paru
yang bersifat menyebar yang tidak dapat didiagnosis dengan cara lain.
d. Pemerikasaan Sputum
Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi berbagai
penyakit pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan organisme
penyebab penyakit berbagai pneumonia, bacterial, tuberkulosa, serta
jamur. Pemeriksaan sitologi eksploitatif pada sputum membantu proses
diagnosis karsinoma paru. Waktu yang baik untuk pengumpulan sputum
adalah pagi hari bangun tidur karena sekresi abnormal bronkus
cenderung berkumpul waktu tidur.
2. Metode Fisiologis
Tes fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan:
a. Volume Alun Napas (Tidal Volume – TV)
Yaitu volume udara yang keluar masuk paru pada keadaan istirahat
(±500ml).
b. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume – IRV)
Yaitu volume udara yang masih dapat masuk paru pada inspirasi
maksimal setelah inspirasi secara biasa. L = ±3300 ml, P = ±1900 ml.
c. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume – ERV)
Yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari paru melalui
kontraksi otot ekspirasi setelah ekspirasi biasa. L = ± 1000 ml, P = ± 700
ml.
d. Volume Residu (Residu Volume – RV)
Yaitu udara yang masih tersisa dlam paru setelah ekpsirasi maksimal. L
= ± 1200 ml, P = ±1100 ml.
Kapasitas pulmonal sebagai hasil penjumnlahan dua jenis volume atau
lebih dalam satu kesatuan.
e. Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity – IC)
Yaitu jumlah udara yang dapat dimasukkan ke dalam paru setelah akhir
ekspirasi biasa (IC = IRV + TV)
f. Kapasitas Residu Fungsional (Fungtional Residual Capacity – FRC)
Yaitu jumlah udara paru pada akhir respirasi biasa (FRC = ERV + RV)
g. Kapasitas Vital (Vital Capacity – VC)
Yaitu volume udara maksimal yang dapat masuk dan keluar paru selama
satu siklus pernapasan yaitu setelah inspirasi dan ekspirasi maksimal
(VC = IRV + TV + ERV)
h. Kapasitas Paru – paru Total (Total Lung Capacity – TLC)
Yaitu jumalh udara maksimal yang masih ada di paru – paru (TLC = VC
+ RV). L = ± 6000 ml, P = ± 4200 ml.
i. Ruang Rugi (Anatomical Dead Space)
Yaitu area disepanjang saluran napas yangvtidak terlibat proses
pertukaran gas (±150 ml). L = ± 500 ml.
j. Frekuensi napas (f)
Yaitu jumalh pernapsan yang dilakukan permenit (±15 x/menit).
Secara umum, volume dan kapasitas paru akan menurun bila seseorang
berbaring dan meningkat saat berdiri. Menurun karena isi perut menekan
ke atas atau ke diafragma, sedangkan volume udara paru menungkat
sehingga ruangan yang diisi udara berkurang.
k. Analisis Gas Darah (Analysis Blood Gasses – ABGs)
Sampel darah yang digunakan adalah arteri radialis (mudah diambil).
SUMBER PUSTAKA
http://athearobiansyah.blogspot.com/2008/03/asuhan-keperawatan-kebutuhan-
oksigenasi.html.
Tarwoto & Wartonah. 2003. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Yeni Kustanti, Christina. 2006. Pemeriksaan Fisik Thoraks. Yogyakarta: AKPER
Bethesda
Somantri, Iman. 2008. KMB: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol. 1. Jakarta:
EGC
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Identitas pasien, mencakup:
Nama
Alamat
Umur
Status
Agama
Suku bangsa/bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Tempat/tanggal lahir
No. CM
Diagnose medis
Identitas penanggungjawab:
Nama
Alamat
Tempat/tanggal lahir
Status
Agama
Suku bangsa/bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Hubungan dangan pasien
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Yang biasa muncul pada psien dengan ganguan siklus O2 dan CO2
antara lain: batuk, peningkatan produksi sputum, dipsnea,
hemoptisis, wheezing, stridor, dan nyeri dada.
Batuk (Cough)
Yang perlu dikaji yaitu lamanya, bagaimana timbulnya,
hubungannya dengan aktivitas, adanya sputum atau dahak.
Peningkatan produksi sputum; meliputi warna, konsistensi, bau,
jumlah karena hal itu menunjukkan keadaan dari proses
patologis. Jika ada infeksi sputum akan berwarna kuning atau
hijau, putih atau kelabu, dan jernih. Jika edema paru, sputum
berwarna merah muda karena mengandung darah dalam jumlah
yang banyak.
Dipsnea
Merupakan persepsi kesulitan bernapas/ napas pendek dan
sebagai perasaan subjektif pasien. Yang perlu dikaji, apakah
pasien sesak saat berjalan, dll.
Hemoptisis
Yaitu darah yang keluar melalui mulut saat batuk.
Keadaan ini biasanya menandakan adanya kelainan berupa
bronchitis kronis, bronkhiektasis, TB-paru, cystic fibrosis,
upper airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia,
kanker paru, dan abses paru.
Chest pain
Nyeri dada bisa berkaitan dengan masalah jantung seperti
gangguan konduksi (disritmia), perubahan kardiak output,
kerusakan fungsi katup, atau infark, dll. Paru tidak memiliki
saraf yang sensitive terhadap nyeri tapi saraf itu dimiliki oleh
iga, otot, pleura parietal, dan percabangan trakheobronkhial.
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Ditanyakan:
1) Riwayat merokok, yaitu sebagi penyebab utama kanker paru – paru,
emfisema, dan bronchitis kronis. Anamnesa harus mencakup:
Usia mulai merokok secara rutin
Rata – rata jumlah rokok yang dihisap setiap hari.
Usai menghentikan kebiasaan merokok.
2) Pengobatan saat ini dan masa lalu
3) Alergi
4) Temapt tinggal
d. Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan pengkajian ini:
Penyakit infeksi tertentu seperti TBC ditularkan melalui orang ke
orang.
Kelainan alergi seperti asma bronchial, menujukkan suatu predisposisi
keturunan tertentu. Asma bisa juga terjdi akibat konflik kelurga.
Pasien bronchitis kronis mungkin bermukim di daerah yang tingkat
polusi udaranya tinggi. Polusi ini bukan sebagai penyebab timbulnya
penyakit tapi bisa memperberat.
e. Genogram
f. Riwayat kesehatan lingkungan.
3. POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON)
a. Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan
b. Pola aktivitas dan latihan
c. Pola istirahat tidur
d. Pola nutrisi - metabolic
e. Pola eliminasi
f. Pola kognitif perceptual
g. Pola konsep diri
h. Pola koping
i. Pola seksual – reproduksi
j. Pola peran hubungan
k. Pola nilai dan kepercayaan
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Data klinik, meliputi:
1) TTV
2) KU
b. Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
1) Mata
Konjungtiva pucat (karena anemia)
Konjungitva sianosis ( karena hipoksemia)
Konjungtiva terdapat pethecia ( karena emboli lemak atau
endokarditis)
2) Kulit
Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah
perifer).
Sianosis secara umum (hipoksemia)
Penurunan turgor (dehidrasi)
Edema
Edema periorbital
3) Jari dan kuku
Sianosis
Clubbing finger
4) Mulut dan bibir
Membran mukosa sianosis
Bernapas dengan mengerutkan mulut.
5) Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung, deviasi sputum, perforasi, dan
kesimetrisan.
6) Vena Leher
Adanya distensi/ bendungan.
7) Dada
a) Inspeksi
Pemeriksaan mulai dada posterior sampai yang lainnya, pasien
harus duduk.
Observasi dada pada sisi kanan atau kiri serta depan atau
belakang.
Dada posterior amati adanya skar, lesi, dan masa serta gangguan
tulang belakang (kifosis, skoliosis, dan lordosis)
Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada.
Observasi pernapasan seperti pernapasan hidung, atau pernapasan
diafragma serta penggunaan otot bantu pernapasan.
Observasi durasi inspirasi dan ekspirasi. Ekspirasi yang panjang
menandakan adanya obstruksi jalan napas seperti pada pasien
Chronic Airflow Limitation (CAL)/ Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD).
Kaji konfigurasi dada.
Kelainan bentuk dada:
Barrel chest
Akibat overinflation paru pada pasien emfisema.
Funnel chest
Missal pada pasien kecelakaan kerja yaitu depresi bagian
bawah sternum.
Pigeon chest
Akibat ketidaktepatan sternum yang mengakibatkan
peningkatan diameter AP.
Kofiskoliosis
Misal pada pasien osteoporosis dan kelainan musculoskeletal.
Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan
dinding dada mengindikasikan adanya penyakit paru/ pleura.
Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inpsirasi
yang mengindikasikan adanya obstruksi jalan napas.
b) Palpasi
Untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui tactil
premitus (vibrasi).
c) Perkusi
Mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan
pengembangan (ekskursi) diafragma. Ada dua suara perkusi yaitu:
Suara perkusi normal:
Resonan (sonor) : dihasilkan pada jaringan paru normal,
umumnya bergaung dan bernada rendah.
Dullness : dihasilkan di atas jantung atau paru.
Tympany : dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
Suara perkusi abnormal:
Hiperesonan : lebih rendah dari resonan seperti paru
abnormal yang berisi udara.
Flatness : nada lebih tinggi dari dullness seperti perkusi
pada paha, bagian jaringan lainnya.
d) Auskultasi
Suara napas normal
Bronchial/ tubular sound seperti suara dalam pipa, keras,
nyaring, dan hembusan lembut.
Bronkovesikuler sebagai gabungan antara suara napas
bronchial dengan vesikuler.
Vesikuler terdengar lembut, halus, sperti hembusan angin
sepoi – sepoi.
Jenis suara tambahan
Wheezing : suara nyaring, musical, terus – menerus akibat
jalan napas yang menyempit.
Ronchi : suara mengorok karena ada sekresi kental dan
peningkatan produksi sputum.
Pleural friction rub : suara kasar, berciut, dan seperti
gessekan akibat inflamasi dim pleura, nyeri saat bernapas.
Crakles :
Fine cracles : suara meletup akibat melewati daerah
alveoli, seperti suara rambut digesekkan.
Coars cracles: lemah, kasar, akibat ada cairan di jalan
saluran napas yang besar. Berubah jika pasien batuk.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(i) Tes untuk menentukan keadekuatan system konduksi jantung.
EKG
Exercise stress test
(ii) Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah.
Echocardiography
Kateterisasi jantung
Angiografi
(iii) Tes untuk mengetahui ventilasi dan oksigenasi
Tes fungsi paru – paru dengan spirometri.
Tes astrup
Oksimetri
Pemeriksaan darah lengkap.
(iv) Melihat struktur system pernapasan
X- Ray thoraks
Bronkhoskopi
CT scan paru
(v) Menentukan sel abnormal/ infeksi system pernapasan
Kultur apus tenggorok
Sitologi
Specimen sputum (BTA)
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnose yang lazim muncul pada pasien dengan gangguan system
pernapasan yaitu:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Kerusakan pertukaran gas
4. Disfungsi respon penyapihan ventiler
5. Intoleransi aktivitas
6. Resiko aspirasi
7. PERENCANAAN
NO. Dx TUJUAN
NOC
INTERVENSI
NIC
1. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama … x 24 jam
diharapkan bersihan jalan napas
efektif sesuai dengan criteria:
Respiratory status : airway
patency (0410)
041004 Frekuensi napas dalam
rentang normal
041005 Irama napas dalam
rentang normal
041006 Mampu mengeluarkan
sputum dari jalan napas
041007 Bebas dari peningkatan
suara napas
Respiratory status : Ventilation
(0403)
040305 Mudah dalam bernapas
040310 Tidak terjadi peningkatan
suara napas.
040313 Tidak terjadi sesak napas
Airway Suctioning (3160)
Pastikan kebutuhan oral/
tracheal suctioning
Auskultasi suara napas
sebelum dan sesudah
suctioning
Informasikan pada klien dan
keluarga tentang suctioning
Minta klien napas dalam
sebelum suction dilakukan
Berikan oksigen dengan
menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suction
nasotrakheal
Monitor status oksigen
Ajarkan keluarga bagaimana
cara melakukan suction
Hentikan suction dan berikan
oksigen apabila menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2
040315 Tidak ada napas pendek.
040318 Perkusi napas dalam
rentang normal.
040319 Auskultasi suara napas
dalam rentang normal.
Aspiration Control (1918)
191801 Mampu mengidentifikasi
factor resiko
191802 Mencegah factor resiko.
Airway management (3140)
Buka jalan napas, gunakan
teknik chin lyft atau jaw
thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan oksigenasi
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan napas
Pasang alat bantu napas oral
atau nasopharyngeal bila
perlu
Lakukan terapi fisioterapi
dada bila perlu
Keluarkan secret dengan
batuk atau suction
Ajarkan cara batuk efektif
Auskultasi suara napas, catat
adanya penurunan dan
peningkatan suara napas
Berikan humidifikasi bila
perlu
Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan cairan
Monitor status respirasi dan
oksigenasi bila perlu
2. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama….X24
Airway management (3140)
Buka jalan napas, gunakan
jam diharapkan pola napas
efektif dengan criteria :
Respiratory status : airway
patency (0410)
041004 Frekuensi napas dalam
rentang normal
041005 Irama napas dalam
rentang normal
041006 Mampu mengeluarkan
sputum dari jalan napas
041007 Bebas dari peningkatan
suara napas
Respiratory status : Ventilation
(0403)
040305 Mudah dalam bernapas
040310 Tidak terjadi peningkatan
suara napas.
040313 Tidak terjadi sesak napas
040315 Tidak ada napas pendek.
040318 Perkusi napas dalam
rentang normal.
040319 Auskultasi suara napas
dalam rentang normal.
Vital signs status (0802)
080201 Suhu dalam rentang
normal
teknik chin lyft atau jaw
thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan oksigenasi
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan napas
Pasang alat bantu napas oral
atau nasopharyngeal bila
perlu
Lakukan terapi fisioterapi
dada bila perlu
Keluarkan secret dengan
batuk atau suction
Ajarkan cara batuk efektif
Auskultasi suara napas, catat
adanya penurunan dan
peningkatan suara napas
Berikan humidifikasi bila
perlu
Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan cairan
Monitor status respirasi dan
oksigenasi bila perlu
Vital sign monitoring (6680)
Monitor TD, nadi, suhu dan
pernapasan
Monitor pola napas tidak
080202 Nadi apical dalam
rentang normal
080203 Nadi radial dalam
rentang normal
080204 Frekuensi napas dalam
rentang normal
080205 TD systole dalam rentang
normal
080206 TD diastole dalam
rentang normal
normal (kusmaul, apnea, dll)
Monitor warna, temperature,
dan kelembaban kulit
Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan vital sign
3. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ….X 24
jam diharapkan pertukaran gas
baik dengan kriteria :
Electrolyte dan acid/ base
balance (0600)
060001 Frekuensi jantung
dalam rentang
normal
060002 Irama jantung dalam
rentang normal
060003 Frekuensi napas dalam
rentang normal
060004 Irama napas dalam
rentang normal
060005 Serum sodium dbn
Airway management (3140)
Buka jalan napas, gunakan
teknik chin lyft atau jaw
thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan oksigenasi
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan napas
Pasang alat bantu napas oral
atau nasopharyngeal bila
perlu
Lakukan terapi fisioterapi
dada bila perlu
Keluarkan secret dengan
batuk atau suction
Ajarkan cara batuk efektif
Auskultasi suara napas, catat
adanya penurunan dan
060006 Serum potassium dbn
060007 Serum chloride dbn
060008 Serum calcium dbn
060009 Serum magnesium
dbn
060010 Serum pH dbn
060011 Serum albumin dbn
060012 Serum kreatinin dbn
060013 Serum bikarbonat dbn
060016 Tidak ada penurunan
mental
Respiratory status : gas
exchange (0402)
040201 Status mental dalam
rentang normal
040202 Mudah dalam
bernapas
040203 Tidak terjadi sesak
napas
040204 Tidak ada sesak
dengan bantuan
040206 Tidak terjadi sianosis
040207 Tidak terjadi somnolen
peningkatan suara napas
Berikan humidifikasi bila
perlu
Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan cairan
Monitor status respirasi dan
oksigenasi bila perlu
040208 PaO2 dbn
040209 PaCO2 dbn
040214 Perfusi ventilasi
seimbang
4. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama … x 24
jam diharapkan penyapihan
ventilasi spontan baik dengan
criteria:
Respiratory status : gas
exchange (0402)
040201 Status mental dalam
rentang normal
040202 Mudah dalam bernapas
040203 Tidak terjadi sesak
napas
040204 Tidak ada sesak
dengan bantuan
040206 Tidak terjadi sianosis
040207 Tidak terjadi somnolen
040208 PaO2 dbn
040209 PaCO2 dbn
040210 pH arteri dbn
Mechanical Ventilation (3300)
Monitor kelelahan otot
pernapasan
Monitor bahaya gagal
napas
Gunakan teknik
penenangan bila perlu
Catat perubahan ventilasi
setiap 24 jam bila perlu
Guanakan teknik asepsis
bila perlu
Hentikan NGT selam
suction dalam 30 – 60
menit sebelum fisioterapi
dada
Monitor efek samping dari
aliran ventilasi seperti
infeksi, barotraumas, dan
penurunan curah jantung
Beri fisioterapi dada bila
perlu
040211 Kejenuhan O2 dbn
040213 Fotorontgen dada
terakhir dalam
rentang normal
040214 Perfusi ventilasi
seimbang
Respiratory status : Ventilation
(0403)
040301 Frekuensi pernapasan
dalam rentang normal
040302 Irama pernapasan dalam
rentang normal
040303 Tidak ada napas dalam
040304 Kesimetrisan ekspansi
dada
040305 Mudah dalam bernapas
040310 Tidak terjadi peningkatan
suara napas.
040313 Tidak terjadi sesak napas
040315 Tidak ada napas pendek.
040318 Perkusi napas dalam
rentang normal.
040319 Auskultasi suara napas
dalam rentang normal.
Beri suction berdasarkan
peningkatan suara dan atau
peningkatan tekanan
ventilasi.
Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi secara adekuat.
Mechanical Ventilation
Weaning (3310)
Monitor penurunan
kapasitas vital, dll
berdasarkan ketentuan
Monitor status cairan dan
elektrolit secara optimal
Kolaborasi dengan tim
medis lain tentang
pemenuhan nutrisi pasien
serta ketentuan dietnya.
Posisikan pasien dengan
baik untuk ventilasi otot
dan peningkatan diafragma.
Beri suction pada jalan
napas jika dibutuhkan
Beri fisioterapi dada jika
perlu
Monitor tanda kelelahan
otot respirasi, hipoksemia,
dan hipoksia jaringan saat
proses penyapihan
Gunakan teknik relaksasi
jika perlu
Beritahu pasien tentang
pengaturan perubahan
peningkatan dari kerja
napas bila perlu.
5. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama … x 24
jam diharapkan tidak terjadi
intoleransi aktivitas sesuai
criteria:
Activity Tolerance (0005)
000502 Frekuensi jantung
dalam rentang normal
saat merespon
aktivitas
000503 Frekuensi napas dalam
rentang normal saat
merespon aktivitas
000504 TD sistolik dalam
rentang normal saat
melakukan aktivitas
000505 TD diastolic dalam
rentang normal saat
melakukan aktivitas
000507 Tidak ada perubahan
warna kulit
Self – care : Activites of Daily
Energy Management (0180)
Kaji perasaan verbal
tentang kecukupan energy
Kaji penyebab kelelahan
seperti nyeri, pengobatan,
dll
Monitor intake nutrisi
secara adekuat sebagai
sumber energy
Konsultasi dengnan ahli
diet tentang cara
peningkatan intake dengan
makanan tinggi energy
Monitor laporan pola tidur
pasien serta lamanya tidur
berapa jam
Batasi stimulasi lingkungan
seperti cahaya dan
kebisingan untuk relaksasi
Anjurkan bedrest atau
batasi kegiatan seperti
meningkatkan waktu
Living (ADL) (0300)
030001 Tidak dibantu makan
030002 Tidak dibantu
berpakaian
030003 Tidak dibantu toileting
030004 Tidak dibantu mandi
030005 Tidak dibantu
perawatan
030006 Tidak dibantu hygiene
030007 Tidak dibantu oral
hygiene
030008 Tidak dibantu
ambulasi : berjalan
030009 Tidak dibantu
ambulasi : pindah
kursi roda
030010 Tidak dibantu menukar
kegiatan
periode tidur / istirahat
Ajarkan pada pasien atau
keluarga tanda – tanda
kelelahan dan anjurkan
mengurangi aktivitas.
6. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama … x 24
jam diharapkan tidak terjadi
resiko aspirasi dengan criteria:
Infection status (0703)
070307 Tidak demam
Aspiration Precaution (3200)
Monitor kemampuan batuk
reflex, reflex muntah, dll
Monitor status paru – paru
Kaji jalan napas
Posisikan dengan tinggi 900
070309 Tidak ada nyeri
070310 Tidak ada
limfadenopati
070311 Tidak ada malaise
070320 Tidak ditemukan
kolonisasi bakteri
dalam darah
070321 Tidak ada kolonisasi
bakteri dalam sputum
070324 Tidak ada kolonisasi
bakteri dalam urin
Risk Control (1902)
190202 Mampu memonitor
resiko factor
lingkungan'
190203 Mampu memonitor
resiko factor
kebiasaan diri
190206 Mempunyai keinginan
untuk strategi
pengontrolan resiko
190208 Mampu
mengidentifikasi gaya
hidup untuk
mengurangi factor
resiko
atau lebih jika
memungkinkan
Beri makanan sedikit demi
sedikit bertahap
Cek NG atau residual
gastroytomy sebelum
feeding
Informasikan bahwa
makanan / cairan yang
lebih menjadi lobus
sebelum ditelan
Tinggikan kepala selama
30 – 40 menit setelah
makan.
Beri pengobatan dalam
bentuk elixir (minuman).