Upload
lowita-fi-sakina
View
176
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORANPENDAHULUAN
NIFAS FISIOLOGIS
A. DEFINISI
Ada beberapa pengertian masa nifas, antara lain:
1. Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu berikutnya
2. Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir
persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi
Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut
puerperium, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan.
Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi.
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas yaitu
6-8 minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu:
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hami atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.
B. PERAWATAN DIRI IBU NIFAS SELAMA MASA NIFAS
1. Perawatan vulva atau perineum
Perineum yang dilalui seorang bayi umumnya mengalami peregangan,
lebam, dan trauma. Akibat normalnya bisa terasa ringan, bisa juga tidak. Rasa
sakit pada perineum akan semakin parah jika perineum robek atau disayat pisau
bedah. Seperti semua luka baru, area episiotomy atau luka sayatan membutuhkan
waktu untuk sembuh selama 7-10 hari. Rasa nyeri saja selama masa ini tidak
menunjukkan adanya infeksi, kecuali jika nyeri sangat parah.
Tujuan perawatan vulva atau perineum adalah untuk menjaga kebersihan
dan mencegah terjadinya infeksi. Rasa nyeri dan tidak nyaman di daerah
perineum dapat diatasi dengan menggunakan kompres dingin pada area
perineum setiap 2 jam sekali selama 24 jam pertama sesudah melahirkan.
Kompres hangatm duduk di dalam air hangat atau menggunakan lampu pemanas
selama 20 menit, 3x sehari juga dapat digunakan untuk meredakan
ketidaknyamanan. Menghindari tekanan di area perineum dengan berbaring
miring dan menghindari posisi duduk atau berdiri yang lama juga membantu
1
mengatasi ketidaknyamanan perineum. Sering melakukan latihan kegel sesudah
melahirkan akan merangsang peredaran darah di daerah perineum, mempercepat
penyembuhan dan meningkatkan kebugaran otot.
Menurut Danuatmaja (2003) cara melakukan perawatan perineum atau
vulva yaitu dengan mengganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam. Setelah ibu
selesai BAK atau BAB, ibu dapat mengalirkan atau membilas area perineum
dengan air hangat atau cairan antiseptic, kemudian mengeringkannya dengan
kain pembalut atau handuk dengan cara diteepuk-tepuk tetap dari arah muka ke
belakang.
2. Mobilisasi
Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi tergantung pada komplikasi
persalinan, nifas, atau sembuhnya luka. Jika tidak ada kelainan, mobilisasi dapat
dilakukan sedini mungkin, yaitu 2 jam setelah persalinan normal. Ini berguna untuk
memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea).
Mobilisasi haruslah dilakukan bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan miring ke
kanan dank e kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya ibu dapat mencoba untuk
duduk di tepi tempat tidur kemudian ibu bisa turun dari ranjang.
3. Diet
Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sehat seperti saat hamil.
Pedoman umum yang baik adalah 4 porsi setiap hari dari 4 kelompok makanan
dasr yaitu makanan harian, daging dan makanan yang mengandung protein, buah
dan sayuran, roti dan biji-bijian. Ibu yang menyusui perlu mengkonsumsi protein,
mineral dan cairan ekstra. Makanan ini juga bisa diperoleh dengan susu rendah
lemak dalam dietnya setiap hari. Ibu juga dianjurkan untuk mengkonsumsi
multivitamin dan suplemen zat besi.
Saat menyusui kebutuhan nutrisi meningkat 25% yaitu untuk produksi ASi
dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat 3x dari biasanya. Penambahan
kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari.
4. Eliminasi Urin
Kebanyakan wanita mengalami sulit BAK selama 24 jam pertama setelah
melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih mengalami trauma atau lebam
selama melahirkan akibat tertekan oleh janin sehingga ketika sudah penuh tidak
mampu untuk mengirim pesan agar mengosongkan isinya. Nyeri pada perineum
bisa menyebabkan rasa kejang pada uretra sehingga BAK menjadi sulit. Edema
perineum juga bisa mengganggu BAK.
Hal tersebut dapat diatasi dengan memperbanyak minum, bangun dari
tempat tidur dan berjalan segera setelah melahirkan akan membantu
2
mengosongkan kandung kemih. Tetapi sebaliknya, setelah seminggu persalinan,
umumnya wanita sering BAK dalam jumlah banyak. Ini terjadi karena cairan tubuh
yang berlebih akibat kehamilan mulai dikeluarkan. Hal ini dapat diatasi dengan
latihan kegel yang dapat membantu mengembalikan kebugaran otot dan kendali
terhadap aliran air kemih.
5. Defekasi
Menurut Mochtar (1998) pola defekasi atau BAB harus dilakukan 3-4 hari
setelah melahirkan. Tetapi hal ini terkadang masih sulit dilakukan karena
kebanyakan penderita mengalami obstipasi setelah melahirkan. Hal ini
disebabkan karena sewaktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, selain itu mempengaruhi peristaltic usus.
Fungsi defekasi dapat diatasi dengan makan makanan yang dapat merangsang
gerakan usus besar seperti buah dan sayuran. Gerakan usu juga akan aktif
dengan melakukan mobilisasi dini seperti bangun dari tempat tidur ataupun jalan-
jalan.
6. Perawatan Payudara
Untuk 24-72 jam pertama sesudah melahirkan, payudara akan
mengeluarkan kolostrum, yaitu suatu cairan kuning jernih yang merupakan susu
pertama untuk bayi. air susu yang lebih matang akan muncul antara hari ke-2
sampai ke-5. Pada saat ini payudara akan membesar (penuh, keras, panas, dan
nyeri) yang dpaat menimbulkan kesulitan dalam menyusui. Menyusui dengan
interval waktu yang sering akan dapat mencegah pembengkakan payudara atau
membantu meredakannya.
Bagi ibu yang menyusui bayinya, perawatan putting susu merupakan suatau
hal yang amat penting. Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap hari
selama mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini akan mengangkat
kolostrum yang kering atau sisa susu dan membantu mencegah akumulasi dan
msuknya bakteri bak ke putting susu maupun ke mulut bayi.
7. Pemeriksaan setelah persalinan
Pemeriksaan fisik yang umum mencakup pemeriksaan panggul yang
dilakukan untuk menilai pemulihan. Pada kunjungan ini juga dilakukan
pemeriksaan umum (TD, nadi, keluhan, dsb). Keadaan umum (suhu badan, selera
makan, dsb). Payudara (ASI, putting susu), dinding perut, perineum, kandung
kemih, rectum, serta secret yang keliar, seperti lokchea, fluor albus dan keadaan
alat-alat kandungan.
C. TUJUAN ASUHAN MASA NIFAS
3
Tujuan dari perawatan nifas ini adalah:
1. Memulihkan kesehatan umum penderita
a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b. Mengatasi anemia
c. Mencegah infeksi dengan memberikan kebersihan dan sterilisasi
d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar
peredaran darah
2. Mempertahankan kesehatan psikologis
3. Mencegah infeksi dan komplikasi
4. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)
5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas
selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang normal
D. KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS
Paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk mencegah,
mendeteksi, dan menangani masalah yang terjadi
Kunjungan Waktu Tujuan
I 6-8 jam
setelah
persalinan
1. Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan
dan rujuk jika perdarahan berlanjut
3. Member konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai cara mencegah perdarahan masa
nifas akibat atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah
hipotermia
7. Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus
mendampingi ibu dan bayi lahir selama 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil
II 6 hari
setelah
persalinan
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada
perdaraha abnormal, tidak ada bau
2. Menilai adanya demam
3. Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan,
4
cairan dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda penyulit
5. Member konseling apda ibu tentang asuhan pada bayi,
perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan
perawtaan bayi sehari-hari
III 2 minggu
setelah
persalinan
1. Sama dengan 6 hari setelah persalinan
IV 6 minggu
setelah
persalinan
1. Mengkaji tentaang kemungkinan penyulit pada ibu
2. Member konseling keluarga beren
E. PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS
Esty Yunitasari juga mengungkapkan beberapa perubahan fisiologis yang
terjadi pada ibu post partum, yaitu:
1. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil
Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr
Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan
berate uterus 750 gr.
Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengan pusat simpisis
dengan berat uterus 500 gr
Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis
dengan berat uterus 350 gr
Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus
50 gr
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut: (http://digilib.unimus.ac.id)
a. Iskemia miometrium
Disebabkan oleh retraksi dan kontraksi terus-menerus dari uterus setelah
pengeluaran sisa plasenta membuat uterus relative anemi dan menyebabkan
serat otot atrofi.
b. Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
sempat mengendur hingga 10x panjangnya dari semula dan 5x lebar dari
5
semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengrusakan
secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan. Hal ini disebabkan
karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
c. Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga
akan menekan pembuluh darah yang akan mengakibatkan berkurangnya
suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau
tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
2. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan
rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia manjadi lebih menonjol.
3. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-
5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun
tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
4. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan hormon
prolaktin setelah persalinan.
Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada hari ke-2 atau
hari ke-3 setelah persalinan.
Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
5. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat
spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami
kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat
menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo
6 minggu.
6
6. Sistem Gastrointestinal
Seringkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh
berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan
diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke
belakang.
7. Sistem Hematologi
Penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil.
Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa
nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah
tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat.
Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan
penekanan pada ambulasi dini.
8. Sistem Endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum.
Progesteron turun pada hari ke 3 post partum.
9. Sistem Musculosceletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4 – 8 jam post partum. Ambulasi dini sangat
membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
10. Sistem Integumen
Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hyperpigmentasi kulit. Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena
kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.
F. PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai
berikut (Huliana, M, 2003):
1. Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, focus perhatian ibu terutama
pada dirinya sendiri. Pengalaman secara persalinan sering berulang-ulang
diceritakan.
2. Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawab dalam merawat bayinya. Selain itu, perasaan ibu sangat sensitif
7
sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh sebab itu,
ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik
menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh
rasa percaya diri.
3. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Pada fase ini sudah ada keinginan tinggi untuk
merawat bayinya.
Symptoms of Postpartum Ilness from Cleveland Clinic (2004) and National
Mental Health Association (2003), dalam Roswiyani P. Zahra, menyimpulkan
beberapa tanda gejala dalam ketiga jenis depresi post partum sebagai berikut:
BabybluesPostpartum Depression
Postpartum Psychosis
Simtom fisik Kurang tidurHilang tenagaHilang nafsu makan atau sangat bernafsu untuk makanMerasa lelah setelah bangun tidur
Cepat lelahGangguan tidurSelera makan menurunSakit kepalaSakit dadaJantung berdebar-debarSesak nafasMual muntah
Menolak makanTidak mampu menghentikan aktifitasKebingungan akan kelebihan energi
Simtom emosional
Cemas dan khawatir berlebihanBingung Mencemaskan kondisi fisik secara berlebihanTidak percaya diriSedih Perasaan diabaikan
Mudah tersinggungPerasaan sedihHilang harapanMerasa tidak berdayaMood swingsPerasaan tidak adekuat sebagai ibuHilang minatPemikiran bunuh diriIngin menyakiti orang lain (termasuk bayi, diri sendiri, dan suami)Perasaan bersalah
Sangat bingungHilang ingatanTidak koherenHalusinasi
Simtom perilaku
Sering menangisHiperaktif atau senang berlebihanTerlalu sensitivePerasaan mudah tersinggungTidak peduli terhadap bayi
PanikKurang mamapu merawat diri sendiriEnggan melakukan aktivitas menyenangkanMotivasi menurunEnggan bersosialisasiTidak peduli pada bayiTerlalu peduli terhadap perkembangan bayiSulit mengendalikan perasaanSulit mengambil
CurigaTidak rasionalPreokupasi terhadap hal-hal kecil
8
keputusanG. PENGKAJIAN
1. Data umum klien
Initial klien & suami
Usia
Status perkawinan
Pekerjaan
Pendidikan terakhir
Initial suami
2. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
3. Pengalaman menyusui
4. Riwayat kehamilan saat ini
5. Riwayat persalinan
6. Riwayat ginekologi (masalah ginekologi, riwayat KB)
7. Data umum kesehatan saat ini
Status obstetric
Keadaan umum
Tanda-tanda vital
Pemeriksaan head to toe
H. PATHWAY
Proses persalinan
Robekan jalan lahir
Diskontinuitas jaringan
Pelepasan mediator inflamasi
Ambang nyeri menurun
Nyeri
Terbukanya port de entri kuman
Resiko infeksi
Gangguan rasa nyaman
Kelahiran anggota keluarga baru
Menerima peran baru dalam keluarga
Perubahan menjadi orangtua
I. MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Gangguan rasa nyaman
3. Perubahan menjadi orangtua
4. Resiko infeksi
9
J. INTERVENSI
Nyeri akut
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien tidak mengalami
nyeri
Kriteria hasil :
klien melaporkan nyeri berkurang
klien mengatakan mampu mengontrol nyeri
klien mampu mengenali nyeri
INTERVENSI RASIONALLakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi nyeri, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Memudahkan menentukan inetrvensi selanjutnya
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Mengidentifikasi adanya nyeri pada klien
Kontrol tekanan darah klien Perubahan tekanan darah dapat mengindikasikan adanya reaksi dari pemberian obat-obatan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
Mengurangi faktor pencetus nyeri
Kurangi faktor presipitasi nyeri Apabila faktor pencetus berkurang maka intensitas nyeri akan berkurang
Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Dukungan dari keluarga dapat membantu klien mengatasi nyeri
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dada, relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin
Teknik non farmakologi yang benar akan membuat klien rileks dan nyaman sehingga dapat mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat Istirahat akan membuat klien merasa nyaman, sehingga nyeri dapat berkurang
Kolaborasi:Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, seperti
Penggunaan agens-agens farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
Gangguan Rasa Nyaman
Tujuan :
Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan gangguan rasa
nyaman berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
Klien menyatakan peningkatan rasa nyaman
Klien dapat beristirahat dengan cukup dan adekuat: tidur dalam 8 jam dan
menyatakan bangun dalam keadaan segar
Menyatakan kekakuan pada lengan kiri berkurang atau hilang
10
Menyatakan rasa tidak nyaman pada perut berkurang atau hilang
RR= 18-20 x/menit
INTERVENSI RASIONALMonitor cara klien mengatasi ketidaknyamanannya dan tentukan apa yang bisa meningkatkan atau menurunkan kenyamanan klien (posisi tidur, music, dsb)
Menentukan kemampuan pasien dalam mengontrol ketidaknyamanan secara mandiri dan menentukan cara yang efektif untuk meningkatkan kenyamanan
Review modifikasi atau tindakan yang didapatkan klien
Beberapa obat atau tindakanmempunyai efek samping ketidaknyamanan sehingga dapat ditentukan cara mengurangi efek sampingnya atau menurunkan kecemasan
Ajarkan/berikan tindakan nonfarmakologis yang sesuai untuk meningkatkan kenyamanan:a. Menggosok punggungb. Mengubah posisi tidurc. Kompres hangat
Membantu meningkatkan kenyamanan secara nonfarmakologis
Dorong klien untuk mendapatkan istirahat yang cukup
Untuk mencegah kelemahan
Perubahan Menjadi Orangtua
Tujuan :
Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan klien menunjukkan
perilaku ketahanan keterikatan perasaan antara orangtua dan bayi
Kriteria Hasil :
Secara verbal mengungkapkan perasaan positif terhadap bayi
Sentuhan, usapan, tepukan, ciumanm dan senyuman pada bayi
Berbicara pada bayi
Posisi berhadapan dan melakukan kontak mata
INTERVENSI RASIONALPantau “reaksi orangtua baru” terhadap bayi, observasi untuk perasaan jijik, takut atau kecewa dalam masalah jenis kelamin
Kekecewaan yang muncul dapat mengurangi rasa tanggung jawab orangtua dalam memelohara bayi
Tentukan pengetahuan orangtua terhadap kebutuhan perawatan dasar bayi/anak dan berikan informasi perawatan anak yang tepat, sesuai indikasi
Pengetahuan yang dimiliki orangtua kan menentukan perawatan yang diberikan orangtua kepada anak
Menunjukkan cara menyentuh bayi yang dilahirkan dan diisolasi
Orangtua baru biasanya masih memiliki rasa takut dan khawatir ketika akan menyentuh bayinya
Letakkan bayi pada tubuh ibu segera setelah kelahiran
Kontak kulit antara ibu dan bayi dapat meningkatkan kelekatan antara ibu dan bayi
Berikan kesempatan kepada ayah untuk memegang anak di area pelahiran
Meningkatkan pelekatan antara ayah dan bayi
11
Berikan penghilang nyeri untuk ibu Nyeri yang dirasakan ibu dapat mengganggu proses pelekatan antara ibu dan bayi
Berikan privasi keluarga selama melakukan interaksi dengan bayi baru lahir
Privasi yang diberikan dapat membuat keluarga merasa nyaman berinteraksi dengan BBL
Dukung orangtua untuk menyentuh dan bicara kepada bayi baru lahir
Pemberian stimulasi berupa rangsangan dan sentuhan akan membuat bayi tumbuh dan berkembang dengan baik
Resiko Infeksi
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam resiko infeksi tidak
menjadi aktual
Kriteria hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Klien menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Klienmenunjukkan perilaku hidup sehat
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
INTERVENSI RASIONALPantau tanda/gejala infeksi (missal.suhu tubuh, denyut jantung, pembuangan, penampilan luka, sekresi, penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan, malaise)
Mengetahui tanda infeksi secara dini memungkinkan pencegahan terhadap infeksi dan mengurangi keparahan infeksi yg mungkin sudah terjadi
Kaji faktor yg meningkatkan serangan infeksi (missal.usia lanjut, tanggap imun rendah, dan malnutrisi)
Faktor pemberat dapat mengakibatkan infeksi berkembang leboh cepat
Pantau hasil laboratorium (DPL, hitung granulosit absolut, hasil-hasil yg berbeda, protein serum, dan albumin)
Perubahan hasil laboratorium mengidentifikasikan adanya infeksi
Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yg benar
Cuci tangan dengan benar dapat mencegah transmisi organism
Ajarkan kepada pasien dan keluarganya tanda/gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya ke pusat kesehatan
Perubahan hasil laboratorium dapat mengindikasikan adanya infeksi
Berikan terapi antibiotic bila diperlukan Mencegah infeksi
12
TANDA BAHAYA NIFAS
1. Perdarahan vagina yang keluar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak
2. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
3. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati atau masalah pengelihatan
5. Pembengkakan di wajah atau di tangan
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil (BAK)
7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, atau terasa sakit
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
9. Rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan di kaki
10. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau dirinya sendiri
Dalam sumber lain juga disebutkan beberapa tanda bahaya nifas, diantaranya:
1. Perdarahan Pervagina
a. perdarahan ≥ 500 cc pasca salin dalam 24 jam
b. setelah anak dan plasenta lahir
perkiraan pendarahan kadang bercampur amnion, urine, darah.
akibat kehilangan darah bervariasi anemi
perdarahan dapat terjadi lambat waspada terhadap shock
2. Infeksi Nifas
Semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman ke dalam alat–alat genital
pada waktu persalinan dan nifas. Faktor predisposisi infeksi nifas:
partus lama
tindakan operasi persalinan
tertinggalnya plasenta, selaput ketuban, bekuan darah
pendarahan antepartum dan post partum
anemia
ibu hamil dengan infeksi (endogen)
manipulasi penolong (eksogen)
infeksi nosokomial
bakteri colli
3. Demam nifas / febris purpuralis
Kenaikan suhu tubuh ≥ 38 c selama 2 hari dan pada 10 hari pertama pp dengan
mengecualikan hari 1 (pengukuran suhu 4x / 24 jam oral/rektal). Faktor predisposisi:
pertolongan persalinan kurang steril
13
partus lama / kasep
malnutrisi
anemi
4. Rasa Sakit Waktu Berkemih
Gejala sistitis:
kencing sakit
nyeri tekan diatas simpisis
5. Mastitis
Peradangan pada mamae, kuman masuk melalui luka pada putting susu
suhu > 38 c
terjadi minggu ke 2 pp
bengkak keras, kemerahan, nyeri tekan
6. Tromboflebitis / Flegmasia Alba Dolens
Inflamasi vena femoralis dengan pembentukan pembekuan darah
odem pada paha bagian atas dan tungkai
nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha serta pada betis
suhu badan meningkat, menggigi
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. 2009. Uku Ajar Asuhan Kebidanan nifas normal. Jakarta. EGCNANDA Intl. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2002-2014. Jakarta.
EGC.Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Diterjemahkan oleh: Widyawati, dkk. Jakarta. EGC.Yunitasari, Esty. Asuhan Keperawatan Postpartum.
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/ASUHAN%-20KEPERAWATAN%20POST%20PARTUM.pdf. Diakses tanggal 8 Desember 2010. Pukul 8.46 WIB.
Zahra, Roswiyani P. 2010. Depresi Pasca Melahirkan (Postpartum Depression). http://www.psikologi.tarumanagara.ac.id/s2/wp-content/uploads/2010/09/39-postpartum-depression-roswiyani-p-zahra-mpsi.pdf. Diakses tanggal 8 Desember 2010. Pukul 8.44 WIB.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-perbedaanp-5102-3-bab2.pdf
16