LP NIFAS PATOL R 8

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    1/62

    1

    LAPORAN PENDAHULUAN

    DEPARTEMEN MATERNITAS

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA POST PARTUM

    PATOLOGIS DI RUANG 8 RSUD DR. SAIFUL ANWAR

    MALANG

    Oleh :

    Desak Gede Prema Wahini

    105070201131010

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2014

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    2/62

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    3/62

    3

    POST PARTUM

    1. Definisi PostPartum

    Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir

    ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

    nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).

    Masa nifas adalah masa pulih kembali dimulai dari persalinan selesai

    sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lamanya 6-8 minggu

    (Mochtar, 1998).

    Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan

    berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Wiknjosastro, 2002).

    Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami

    banyak perubahan, baik secara fisik maupu psikologis sebenarnya sebagian

    besar bersifat fisiologis, namun tidak menutup kemungkinan akan terjadi

    keadaan patologis.

    Masa nifas dibagi dalam 3 periode:

    a. Early post partum

    Dalam 24 jam pertama.

    b. Immediate post partum

    Minggu pertama post partum.

    c. Late post partum

    Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.

    2. Adaptasi PostPartum

    Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat

    fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan psikologis, yaitu:

    Adaptasi Fisik

    Sistem Reproduksi

    a. Uterus

    - Involusi uterus

    Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah

    melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta

    keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Dalam waktu 12 jam,

    tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilicus. Dalam

    beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    4/62

    4

    cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari

    pascapartum ke enam fundus normal akan berada dipertengahan

    antara umbilicus dan simpisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada

    abdomen pada hari ke-9 pascapartum.

    - Kontraksi

    Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah

    bayi lahir, diduga terjadi sebagai respons terhadap penurunan volume

    intrauterine yang sangat besar. Hemostasis pascapartum dicapai

    terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan

    oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormone oksitosin

    yang dilepas kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi

    uterus, mengkompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis.

    - Afterpains

    Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada

    umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering

    dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan

    sepanjang awal puerperium.

    Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus menurut Masa Involusi (Saleha,

    2009)

    Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat uterus

    Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari di bawah pusat 1000 gram

    1 Minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gram

    2 Minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gram

    6 Minggu Bertambah kecil 50 gram

    8 Minggu Normal 30 gram

    b. Lochea

    Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

    selama masa nifas. Lochea dibagi dalam beberapa jenis yaitu:

    - Lochea rubra (cruentra): lochea yang terdiri dari darah segar dan sisa-

    sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa,lanugo, dan

    mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.

    - Lochea sanguinolenta: lochea yang berwarna merah kuning berisi

    darah dan lendir, pada hari ke 3-7 pasca persalinan.

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    5/62

    5

    - Lochea serosa: lochea yang berwarna kuning, cairan tidak berdarah

    lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan. Lochea serosa mengandung

    terutama cairan serum, jaringan desidua, leukosit.

    - Lochea alba: lochea yang berupa cairan putih terdiri atas leukosit dan

    sel-sel desidua, setelah 2 minggu.

    - Lochea purulenta: apabila terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

    berbau busuk.

    c. Serviks

    Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan 18 jam pasca

    partum, servik memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan

    kembali ke bentuk semula, muara serviks yang berdilatasi 10 cm sewaktu

    melahirkan, menutup secara bertahap. Setelah persalinan bentuk serviks

    agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman,

    konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil.

    Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim. Setelah 2 jam

    dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui oleh 1 jari.

    d. Ligamen-ligamen

    Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

    persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan

    pulih kembali.

    e. Vagina

    Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke

    ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali

    terlihat pada sekitar minggu ke-4, walaupun tidak akan semenonjol pada

    wanita multipara

    f. Perineum

    Episiotomi : Penyembuhan dalam 2 minggu.

    g. Payudara

    Payudara mencapai maturasi yang penuh selama masa nifas kecuali jika

    laktasi disupresi, payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan

    mula mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status

    hormonal serta dimulainya laktasi. Payudara membesar karena

    vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin

    pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    6/62

    6

    berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu

    yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.

    Sistem Endokrin

    a. Hormon Plasenta

    Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-

    hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon human

    placental lactogen (hPL), estrogen, dan kortisol, serta placental enzyme

    insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula

    darah menurun secara bermakna pada masa puerperium. Kadar

    estrogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta

    keluar, kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu post partum.

    b. Hormon hipofisis dan fungsi ovarium

    Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan

    tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita

    menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Pada wanita

    tidak menyusui, ovulasi terjadi dini, yakni dalam 27 hari setelah

    melahirkan, dengan waktu rata-rata 70 sampai 75 hari. Pada wanita

    menyusui, waktu rata-rata terjadinya ovulasi sekitar 190 hari.

    Sistem Urinarius

    Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat

    spasme (kontraksi otot yang mendadak diluar kemaluan) sfingter dan edema

    leher buli buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin

    dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan

    dihasilkan dalam waktu 12 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta

    dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan

    mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis.

    Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

    Sistem Digestivus

    Kelebihan analgesia dan anestesi bisa memperlambat pengembalian tonus

    dan motilitas keadaan normal. Buang air besar secara spontan bisa tertunda

    selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa

    disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    7/62

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    8/62

    8

    Sistem Integumen

    Kloasma yang muncul pada masa kehamilan biasanya menghilang saat

    kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi diareola dan linea nigra tidak menghilang

    seluruhnya. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha dan

    panggul mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya.

    Sistem Neurologi

    Sakit kepala (headaches) saat Post Partum dapat disebabkan oleh beberapa

    hal, seperti : preeklamsi (PIH), stress, kehilangan cairan serebrospinal saat

    dilakukan spinal anesthesi. Tergantung pada penyebab dan tindakan, sakit

    kepala akan berkurang pada hari ke 1-3 Post Partum sampai beberapa

    minggu.

    Sistem Hematologi

    Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma,

    serta faktor-faktor pembekuan darah semakin meningkat. Pada hari pertama

    Post Partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikt menurun, tetapi darah

    akan mengental sehingga menigkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis

    yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000

    selama proses persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari Post Partum.

    Adaptasi Psikolog is

    Reva Rubin (1961) membagi menjadi 3 fase :

    - Fase taking in yaitu fase ketergantungan, hari pertama sampai dengan

    hari ketiga post partum, fokus pada diri sendiri, berperilaku pasif dan

    ketergantungan, menyatakan ingin makan dan tidur, sulit membuat

    keputusan.

    - Fase taking hold yaitu fase transisi dari ketergantungan kemandiri, dari

    ketiga sampai dengan kesepuluh post partum, fokus sudah ke bayi,

    mandiri dalam perawatan diri, mulai memperhatikan fungsi tubuh sendiri

    dan bayi, mulai terbuka dalam menerima pendidikan kesehatan.

    - Fase letting go yaitu fase dimana sudah mengambil tanggung jawab

    peran yang baru, hari kesepuluh sampai dengan enam minggu post

    partum, ibu sudah melaksanakan fungsinya, ayah berperan sebagai

    ayah dan berinteraksi dengan bay

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    9/62

    9

    3. Pathway Post Partum

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    10/62

    10

    PERDARAHANPOST PARTUM

    1. Definisi Perdarahan Post Partum

    Perdarahan post partum (PPP) adalah perdarahan setelah bayi lahir (Kala

    IV) sebelum atau pada saat setelah plasenta lahir, dengan jumlah lebih bari

    500 ml (Saleha, 2009).

    Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam

    massa 24 jam setelah anak lahir (Mochtar, 1998).

    Perdarahan post partum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah

    bayi lahir. Perdarahan masif dapat berasal dari tempat implantasi plasenta,

    robekan jalan lahir, dan jaringan sekitarnya (Prawirohardjo, 2008).

    Perdarahan post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

    - Perdarahan paska persalinan dini/ early HPP/ primary HPP adalah

    perdarahan berlebihan ( 600 ml atau lebih ) dari saluran genitalia yang

    terjadi dalam 12 - 24 jam pertama setelah melahirkan.

    - Perdarahan paska persalinan lambat / late HPP/ secondary HPP adalah

    perdarahan yang terjadi antara hari kedua sampai enam minggu paska

    persalinan.

    2. Epidemiologi Perdarahan Post Partum

    Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan

    bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2007 sebesar 228 per 10.000

    kelahiran hidup. Angka kematian ibu ini turun bila dibandingkan pada tahun

    2002 yang meiputi 307 per 10.000 kelahiran hidup (Kusumobroto et al, 2008).

    Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), penyebab kematian ibu

    disebabkan oleh perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, komplikasi

    masa nifas 8%, abortus 5%, emboli obstetri 3%, dan lain-lain (Depkes RI,

    2007).

    3. Etiologi dan Faktor Risiko Perdarahan Post Partum

    Berdasarkan penyebabnya : Atonia uteri (50-60%), Retensio plasenta (16-

    17%), Sisa plasenta (23-24%), Laserasi jalan lahir (4-5%), Kelainan darah

    (0,5-0,8%)

    Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu :

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    11/62

    11

    Penyebab perdarahan paska persalinan dini :

    - Perlukaan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, vagina dan

    perineum, luka episiotomi.

    - Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia

    uteri, retensi plasenta, Prolaps Uteri.

    - Gangguan mekanisme pembekuan darah.

    Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat: biasanya

    disebabkan oleh sisa plasenta atau bekuan darah, infeksi akibat retensi

    produk pembuangan dalam uterus sehingga terjadi sub involusi uterus.

    Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan faktor

    predisposisi terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut

    ditambah lagi dengan tidak maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi

    ibu selama hamil. Oleh karena itu faktor-faktor haruslah diketahui sejak awal

    dan diantisipasi pada waktu persalinan :

    -Trauma persalinan

    Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus

    diikuti dengan pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan

    pada jalan lahir dan segera dilakukan penjahitan dengan benar.

    -Kontraksi Uterus

    Pada kasus yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus

    diantisipasi dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan

    obat uterotonika serta pertolongan persalinan kala III dengan baik dan

    benar.

    -Jumlah darah sedikit

    Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan umum buruk,

    hipertensi saat hamil, pre eklampsia dan eklamsia.

    -Kelainan pembekuan darah

    Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal, sehingga perlu

    diantisipasi dengan hati-hati dan seksama.

    4. Patofisiologi Perdarahan Post Partum

    Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus terus melebar untuk

    meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus

    menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    12/62

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    13/62

    13

    5. Manifestasi KlinisPerdarahan Post Partum

    Gejala dan tanda Penyulit Diagnosa

    penyebab

    Uterus tidak berkontraksi

    dan lembek, Perdarahan

    segera setelah bayi lahir

    Syok, Bekuan darah pada

    serviks atau pada posisi

    terlentang akan menghambat

    aliran darah keluar

    Atonia uteri

    Darah segar mengalirsegera setelah anak lahir,

    Uterus berkontraksi dan

    keras, Plasenta lengkap

    Pucat, Lemah, Mengigil Robekan/Laserasi jalan

    lahir

    Plasenta belum lahir

    setelah 30 menit,

    Perdarahan segera, uterus

    berkontraksi dan keras

    Tali pusat putus akibat traksi

    berlebihan, Prolaps Uteri

    akibat tarikan, Perdarahan

    lanjutan

    Retensio

    plasenta

    Plasenta atau sebagian Uterus berkontraksi tetapi Tertinggalnya

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    14/62

    14

    selaput tidak lengkap,

    Perdarahan segera

    tinggi fundus uteri tidak

    berkurang

    sebagian

    plasenta

    Uterus tidak teraba, Lumen

    vagina terisi massa,

    Tampak tali pusat (bila

    plasenta belum lahir),

    Perdarahan segera, Nyeri

    sedikit/berat

    Neurogenik syok, Pucat dan

    limbung

    Prolaps Uteri

    6. Pemeriksaan Diagnostik Perdarahan Post Partum

    - Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri

    - Memeriksa plasenta dan ketuban: lengkap atau tidak

    - Eksplorasi kavum uteri: untuk mencari sisa plasenta dan ketuban,

    robekan rahim, dan plasenta succenturiata

    - Inspekulo: melihat robekan pada serviks, vagina, dan vaskular yang

    pecah

    - Pemeriksaan laboratorium: waktu perdarahan, hemoglobin, clot

    observation test.

    7. PenatalaksanaanPerdarahan Post Partum

    a. Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal

    b. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman

    c. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat

    d. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila

    dihadapkan dengan masalah dan komplikasi

    e. Atasi syok jika terjadi syok

    f. Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan

    pijatan uterus, beri uterotonika 10 IV dilanjutkan infus 20 ml dalam 500

    cc NS/RL dengan tetesan 40 tetes/menit).

    g. Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan

    robekan jalan lahir

    h. Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah.

    i. Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk

    j. Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan

    lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    15/62

    15

    ATONIA UTERI

    1. Definisi Atonia Uteri

    Atonia Uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang

    menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat

    implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawirohardjo, 2008).

    Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam

    15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir (Bobak,

    2004).

    2. Etiologi Atonia Uteri

    - Disfungsi uterus : atonia uteri primer merupakan disfungsi intrinsik uterus.

    - Penatalaksanaan yang salah pada plasenta, mencoba mempercepat kala

    III, dorongan dan pemijatan uterus mengganggu mekanisme fisiologis

    pelepasan plasenta dan dapat menyebabkan pemisahan sebagian

    plasenta yang mengakibatkan perdrahan.

    - Anestesi yang dalam & lama menyebabkan terjadinya relaksasi

    miometrium yang berlebihan, kegagalan kontraksi dan retraksi

    menyebabkan atonia uteri dan perdarahan Post Partum.

    - Over distensi uterus : uterus yang mengalami distensi secara berlebihan

    akibat keadaan bayi yang besar, kehamilan kembar, hidramion,

    cenderung mempunyai daya kontraksi yang jelek.

    - Kelemahan akibat partus lama : bukan hanya rahim yang lemah,

    cenderung berkontraksi lemah setelah melahirkan, tetapi juga ibu yang

    keletihan kurang bertahan terhadap kehilangandarah.

    - Multi paritas : uterus yang lemah banyak melahirkan anak cenderung

    bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan.

    - Mioma uteri : dapat menimbulkan perdarahan dengan mengganggu

    kontraksi dan retraksi uteri.

    3. Patofisiologis Atonia Uteri

    Perdarahan Post Partum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-serat

    miometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai

    darah pada tempat implantasi plasenta. Pada dasarnya perdarahan terjadi

    karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka. Pelepasan plasenta

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    16/62

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    17/62

    17

    6. Penatalaksanaan Atonia Uteri

    - Kenali dan tegakkan kerja atonia uteri

    - Sambil melakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika

    (oksitosin dan turunan ergot), lakukan masase fundus uteri dan

    merangsang puting susu.

    - Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir

    - Berikan transfusi darah bila sangat diperlukan

    - Lakukan uji beku darah untuk konfirmasi sistem pembekuan darah

    - Bila semua tindakan diatas telah dilakukan tetapi masih terjadi

    perdarahan lakukan tindakan spesifik

    Pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar:

    Kompresi bimanual internal yaitu uterus ditekan diantara telapak

    tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk

    menjempit pembuluh darah didalam miometrium.

    Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui dinding

    abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak

    tangan yang melingkupi uteus. Bila perdarahan berkurang kompresi

    diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi

    atau dibawa ke fasilitas kesehata rujukan.

    Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis dengan ujung

    jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut genggam tangan kanan

    kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan

    sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis, penekanan

    yang tepat akan menghetikan atau mengurangi, denyut arteri

    femoralis.

    Pada rumah sakit rujukan

    Ligasi arteri uterina dan ovarika

    Histerektomi

    Teknik KBI Teknik KBE

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    18/62

    18

    Teknik KAA

    Operatif

    - Ligasi arteri Iliaka Interna

    Identiffikasi bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk

    melakukannya harus dilakukan insisi 5-8 cm pada peritoneum lateral

    paralel dengan garis ureter. Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik

    ke medial kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal bifurkasio

    iliaka interna dan eksterna. Klem dilewatkan dibelakang arteri, dan

    dengan menggunakan benang non absobable dilakukan dua ligasi

    bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka interna.

    Identifikasi denyut arteri iliaka eksterna dan femoralis harus dilakukan

    sebelum dan sesudah ligasi. Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma

    vena iliaka yang dapat menyebabkan perdarahan.

    - Teknik B-Lynch

    Teknik B-Lynch dikenal juga dengan brace suture, ditemukan oleh

    Christopher B Lynch 1997, sebagai tindakan operatif alternative untuk

    mengatasi perdarahan pospartum akibat atonia uteri.

    - Histerektomi

    Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan

    jika terjadi perdarahan pospartum masif yang membutuhkan tindakan

    operatif. Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih

    banyak terjadi pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal.

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    19/62

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    20/62

    20

    2. Etiologi Retensio Plasenta

    - Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks;

    kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari

    uterus; serta pembentukan constriction ring.

    - Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta

    previa; implantasi di cornu; dan adanya plasenta akreta.

    - Kesalahan manajemen kala tiga persalinan , seperti manipulasi dari uterus

    yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan

    kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya

    yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta;

    serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.

    3. Patofisiologi Retensio Plasenta

    Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala 3 bisa

    disebabkan oleh adesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Pada proses

    kala 3 di dahului dengan tahap pelepasan atau separasi plasenta akan

    ditandai dengan perdarahan pervaginam sampai akhirnya terjadi ekspulsi dan

    plasenta lahir. Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas,

    maka tidak akan menimbulkan perdarahan. Namun jika sebagian plasenta

    telah terlepas maka pembuluh darah tempat implantasi plasenta terbuka dan

    menimbulkan perdarahan.

    4. Manifestasi Klinis Retensio Plasenta

    Gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan

    segera, kontraksi uterus baik.

    Gejala yang kadangkadang timbul : tali pusat putus akibat raksi berlebihan,

    inverse uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.

    5. Pemeriksaan Diagnostik Retensio Plasenta

    - Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri

    - Memeriksa plasenta dan ketuban: lengkap atau tidak

    - Eksplorasi kavum uteri: untuk mencari sisa plasenta dan ketuban,

    robekan rahim, dan plasenta succenturiata

    - Inspekulo: melihat robekan pada serviks, vagina, dan vaskular yang

    pecah

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    21/62

    21

    6. Penatalaksanaan Retensio Plasenta

    a. Retensio plasenta dengan separasi parsial

    - Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan

    yang akan diambil.

    - Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila ekspulsi

    tidak terjadi cobakan traksi terkontrol tali pusat.

    - Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan tetesan

    40/menit, bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400mg per rektal.

    - Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan manual

    plasenta secara hati-hati dan halus.

    - Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.

    - Lakukan transfusi darah bila diperlukan.

    - Berikan antibiotik profilaksis (ampicilin 2 gr IV/oral + metronidazole 1 g

    supp/oral).

    - Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok

    neurogenik

    b. Plasenta inkaserata

    - Tentukan diagnosis kerja

    - Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi serviks

    yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter untuk menghilangkan

    kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus oksitosin 20 Untuk 500

    NS atau RL untuk mengantisipasi gangguan kontraksi uterus yang

    mungkin timbul.

    - Bila bahan anestesi tidak tersedia tetapi serviks dapat dilalui oleh cunam

    ovum lakukan manuver sekrup untuk melahirkan plasenta. Untuk

    prosedur tersebut berikan analgesik (Tramadol 100 mg IV atau

    Pethidine 50 mg IV) dan sedatif (Diazepam 5 mg IV) pada tabung suntik

    yang terpisah

    - Manuver Sekrup:

    Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta

    tampak jelas.

    Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan

    spekulum

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    22/62

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    23/62

    23

    ROBEKAN JALAN LAHIR

    1. Definisi Robekan Jalan Lahir

    Robekan jalan lahir adalah robekan yang terjadi selama proses

    persalinan. Biasanya akibat episiotomi, robekan spontanperineum, trauma

    forseps atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi. Robekan yang

    terjadi bisa ringan (lecet, laserasi), luka episiotomi, robekan perineum spontan

    derajat ringansampai ruptur perinei totalis, robekan pada dinding vagina,

    forniks uteri, serviks, daerahsekitar klitoris, uretra, dan bahkan yang terberat

    adalah ruptura uteri (Prawirohardjo, 2008).

    Robekan Perineum

    Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan

    tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya

    terjadi di garis tengan dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu

    cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati

    pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia

    suboksipito bregmatika

    Perinium merupakan kumpulan berbagai jaringan yang membentuk

    perinium (Cunningham,1995). Terletak antara vulva dan anus, panjangnya

    kira-kira 4 cm (Prawirohardjo, 1999). Jaringan yang terutama menopang

    perinium adalah diafragma pelvis dan urogenital. Diafragma pelvis terdiri dari

    muskulus levator ani dan muskulus koksigis di bagian posterior serta selubung

    fasia dari otot-otot ini. Muskulus levator ani membentuk sabuk otot yang lebar

    bermula dari permukaan posterior ramus phubis superior, dari permukaan

    dalam spina ishiaka dan dari fasia obturatorius.

    Derajat robekan perineum:

    - Derajat I: Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum

    - Derajat 2: Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot

    perineum

    - Derajat 3: Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot

    perineum, otot sfingter ani

    - Derajat 4: Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot

    perineum, otot sfingter ani, dinding depan rectum

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    24/62

    24

    Robekan Dinding Vagina

    Perlukaan vulva sering terjadi pada waktu persalinan. Jika diperiksa

    dengancermat, akan sering terlihat robekan-robekan kecil pada labium minus,

    vestibulum, ataubagian belakang vulva. Jika robekan atau lecet hanya kecil

    dan tidak menimbulkanperdarahan banyak, tidak perlu dilakukan tindakan

    apa-apa. Tetapi jika luka robek agakbesar dan banyak berdarah, lebih-lebih

    jika robekan terjadi pada pembuluh darah didaerah klitoris, perlu dilakukan

    penghentian perdarahan dan penjahitan luka robekan.Luka robekan dijahit

    dengan catgut secara interuptus ataupun kontinu. Jika luka robekanterdapat di

    sekitar orifisium uretra atau diduga mengenai vesika urinaria,

    sebaiknyasebelum dilakukan penjahitan, dipasang dulu kateter tetap.

    Robekan Serviks

    Robekan kecil selalu terjadi dalam persalinan. Namun yang harus mendapat

    perhatianadalah robekan yang dalam, yang kadang bisa sampai mencapai

    forniks. Robekanbiasanya terdapat di pinggir samping serviks bahkan bisa

    sampai ke segmen bawah rahimdan membuka parametrium. Robekan

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    25/62

    25

    demikian bisa membuka pembuluh darah besar danmenimbulkan perdarahan

    yang hebat. Robekan seperti ini biasanya terjadi pada ekstraksiforsep dan

    letak sungsang. Bila robekan ini tidak dijahit, selain menimbulkan

    perdarahanhebat juga bisa dapat menyebabkan servisitis, parametritis, dan

    mungkin juga terjadipembesaran karsinoma serviks.

    2. Etiologi Robekan Jalan Lahir

    Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin,

    dan faktor persalinan pervaginam. Diantara faktor-faktor tersebut dapat

    diuraikan sebagai berikut :

    Faktor Ibu

    - Paritas

    Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai

    batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya

    (Oxorn, 2003). Pada primipara robekan perineum hampir selalu terjadi

    dan tidak jarang berulang pada persalinan berikutnya ( Sarwono, 2005 )

    - Meneran

    Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila

    pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus

    didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan

    dorongan dan memang ingin mengejang (Jhonson, 2004).

    Faktor Janin

    - Berat Badan Bayi Baru Lahir

    Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram

    (Rayburn, 2001). Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko

    trauma persalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus

    brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu

    seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn, 2001).

    - Presentasi

    Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu

    memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu (Dorland,1998).

    Presentasi digunakan untuk menentukan bagian yang ada di bagian

    bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam.

    Macam-macam presentasi dapat dibedakan menjadi presentasi muka,

    presentasi dahi, dan presentasi bokong.

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    26/62

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    27/62

    27

    manual yang tepat dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh

    tubuh bayi untuk mencegah laserasi.

    4. Patofisiologi Robekan Jalan Lahir

    Trauma jalan lahir seperti episiotomi yang lebar, laserasi perineum, dan

    robekan vagina serta serviks juga menyebabkan perdarahan karena

    terbukanya pembuluh darah.

    5. Manifestasi Klinis Robekan Jalan Lahir

    Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi

    rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari

    perlukaan jalan lahir (Depkes RI, 2004). Tanda-tanda yang mengancam

    terjadinya robekan perineum antara lain :

    - Kulit perineum mulai melebar dan tegang.

    - Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap

    - Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan

    pada mukosa vagina.

    - Bila kulit perineum pada garis tengah mulai robek, di antara fourchette

    dan sfingter ani.

    6. Pemeriksaan Diagnostik Robekan Jalan Lahir

    - Memeriksa plasenta dan ketuban: lengkap atau tidak

    - Eksplorasi kavum uteri: untuk mencari sisa plasenta dan ketuban,

    robekan rahim, dan plasenta succenturiata

    - Inspekulo: melihat robekan pada serviks, vagina, dan vaskular yang

    pecah

    7. Penatalaksanaan Robekan Jalan Lahir

    Ruptur peritonium dan robekan dinding vagina

    - Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber

    perdarahan

    - Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptik

    - Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan

    benang yang dapat diserap

    - Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    28/62

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    29/62

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    30/62

    30

    2. Etiologi Inversio Uteri

    Ada beberapa faktor penyebab yang mendukung untuk terjadinya suatu

    inversio uteri yaitu:

    - Pengeluran plasenta secara manual

    - Peningkatan tekanan intrabdominal, seperti batuk-batuk, bersin, mengejan

    dan lain-lain.

    - Kesalahan penanganan pada kala uri, yaitu penekanan fundus uteri yang

    kurang tepat, Prasat Crede, penarikan tali pusat yang kuat, penggunaan

    oksitosin yang kurang bijaksana

    - Partus presipitatus

    - Gemelli

    - Abnormalitas uterus (Plasenta adhesive, Tali pusat pendek, Anomali

    kongenital (uterus bikornus), Kelemahan dinding uterus, Implantasi

    plasenta pada fundus uteri (75% dari inversio spontan), Riwayat inversio

    uteri sebelumnya)

    - Kondisi fungsional uterus (Relaksasi myometrium, Gangguan mekanisme

    kontraksi uterus, Pemberian MgSO4,Atonia uteri)

    3. Patofisiologi Inversio Uteri

    Penyebab terjadinya inversio uteri belum dapat diketahui sepenuhnya

    dengan pasti dan dianggap ada kaitannya dengan abnormalitas dari

    miometrium. Inversio uteri sebagian dapat terjadi apontan dan lebih sering

    terjadi karena prosedur tindakan persalinan dan kondisi ini tidak selalu dapat

    dicegah.

    Berdasarkan etiologinya inversio uteri dibagi menjadi dua, yaitu inversio

    uteri nonobstetri dan inversio uteri puerperalis. Pada inversio uteri nonobstetri

    biasanya diakibatkan oleh perlengketan mioma uteri submukosa yang terlahir,

    polip endometrium dan sarkoma uteri. yang menarik fundus uteri ke arah

    bawah yang dikombinasikan dengan kontraksi miometrium yang terus

    menerus mencoba mengeluarkan mioma seperti benda asing.

    Faktor-faktor predisposisi terjadinya inversio uteri pada yang berasal dari

    kavum uteri antara lain; 1. Keluarnya tumor dari kavum uteri yang mendadak,

    2. Dinding uterus yang tipis, 3. Dilatasi dari serviks uteri, 4. Ukuran tumor, 5.

    Ketebalan tangkai dari tumor, 6. Lokasi tempat perlekatan tumor.

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    31/62

    31

    Pada inversio uteri purperalis dapat terjadi secara spontan, tetapi lebih

    sering disebabkan oleh pertolongan persalinan yang kurang baik. Bila terjadi

    spontan, lebih banyak didapatkan pada kasus-kasus primigravida terutama

    yang mendapat MgSO4 IV untuk terapi PEB dan cenderung untuk berulang

    pada kehamilan berikutnya. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan

    abnormalitas uterus atau kelainan kongenital uterus lain. Keadaan lain yang

    dapat menyebabkan inversio uteri yaitu pada grandemultipara, atau pada

    keadaan atonia uteri, kelemahan otot kandungan, atau karena tekanan intra

    abdomen yang meningkat, misalnya ada batuk, mengejan ataupun dapat pula

    terjadi karena tali pusat yang pendek. Pada kasus inversio uteri komplit

    hampir selalu akibat konsekuensi dari tarikan tali pusat yang kuat dari

    plasenta yang berimplantasi di fundus uteri.

    Inversio uteri karena tindakan atau prosedur yang salah baik kala II

    ataupun kala III sangat dominan disebabkan oleh faktor penolong (4/5 kasus).

    Dibuktikan bahwa lebih banyak kasus didapatkan oleh tenaga tidak

    terlatih/dukun beranak dan hampir tidak pernah oleh ahli kebidanan selama

    prakteknya mendapatkan kasus inversio uteri. Harer dan Sharkly

    mendapatkan 76% kasus disebabkan oleh teknik penanganan persalinan

    yang salah.

    4. Manifestasi Klinis Inversio Uteri

    Inversio uteri sering kali tidak menampakkan gejala yang khas, sehingga

    dignosis sering tidak dapat ditegakkan pada saat dini.Syok merupakan gejala

    yang sering menyertai suatu inversio uteri. Syok atau gejala-gejala syok

    terjadi tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terjadi, oleh karena itu

    sangat bijaksana bila syok yang terjadi setelah persalinan tidak disertai

    dengan perdarahan yang berarti untuk memperkirakan suatu inversio

    uteri.Syok dapat disebabkan karena nyeri hebat, akibat ligamentum yang

    terjepit di dalam cincin serviks dan rangsangan serta tarikan pada peritoneum

    atau akibat syok kardiovaskuler.6,14,29

    Perdarahan tidak begitu jelas, kadang-kadang sedikit, tetapi dapat pula

    terjadi perdarahan yang hebat, menyusul inversio uteri prolaps dimana bila

    plasenta lepas atau telah lepas perdarahan tidak berhenti karena tidak ada

    kontraksi uterus. Perdarahan tersebut dapat memperberat keadaan syok yang

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    32/62

    32

    telah ada sebelumnya, bahkan dapat menimbulkan kematian. Dilaporkan 90%

    kematian terjadi dalam dua jam postpartum akibat perdarahan atau syok.

    Pada pemeriksaan palpasi, didapatkan cekungan pada bagian fundus

    uteri, bahkan kadang-kadang fundus uteri tidak dijumpai dimana seharusnya

    fundus uteri dijumpai pada pemeriksaan tersebut. Pada pemeriksaan dalam

    teraba tumor lunak di dalam atau di luar serviks atau di dalam rongga vagina,

    pada keadaan yang berat (komplit) tampak tumor berwarna merah keabuan

    yang kadang-kadang plasenta masih melekat dengan ostium tuba dan

    endometrium berwarna merah muda dan kasar serta berdarah.

    Tetapi hal ini dibedakan dengan tumor / mioma uteri submukosa yang

    terlahir, pada mioma uteri yang terlahir, fundus uteri masih dapat diraba dan

    berada pada tempatnya serta jarang sekali mioma submukosa ditemukan

    pada kehamilan dan persalinan yang cukup bulan atau hampir cukup bulan.

    Pada kasus inversio uteri yang kronis akan didapatkan gangren dan

    strangulasi jaringan inversio oleh cincin serviks.

    5. Pemeriksaan Diagnostik Inversio Uteri

    Untuk menegakkan diagnosis inversio uteri didapatkan tanda-tanda

    a. Pada penderita pasca persalinan ditemukan :

    - Nyeri yang hebat

    - Syok / tanda-tanda syok, dengan jumlah perdarahan yang tidak sesuai

    - Perdarahan

    - Nekrosis / gangren / strangulasi

    b. Pada pemeriksaan dalam didapatkan :

    - Bila inversio uteri ringan didapatkan fundus uteri cekung ke dalam

    - Bila komplit, di atas simfisis uterus tidak teraba lagi, sementara di

    dalam vagina teraba tumor lunak

    - Kavum uteri tidak ada (terbalik)

    6. Penatalaksanaan Inversio Uteri

    Mengingat bahaya syok dan kematian maka pencegahan lebih diutamakan

    pada persalinan serta menangani kasus secepat mungkin setelah diagnosis

    ditegakkan.

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    33/62

    33

    Pencegahan

    - Dalam memimpin persalinan harus dijaga kemungkinan timbulnya

    inversio uteri, terutama pada wanita dengan predisposisinya.

    - Jangan dilakukan tarikan pada tali pusat dan penekanan secara Crede

    sebelum ada kontraksi.

    - Penatalaksaan aktif kala III dapat menurunkan insiden Inversio Uteri.

    - Tarikan pada tali pusat dilakukan bila benar-benar plasenta sudah lepas.

    Pengobatan

    - Perbaikan keadaan umum dan atasi komplikasi

    - Reposisi

    Pada kasus yang akut biasanya dicoba secara manual dan bila gagal

    dilanjutkan metode operatif, sedangkan pada kasus yang subakut dan

    kronis biasanya dilakukan reposisi dengan metode operatif. Reposisi

    manual yaitu mendorong endometrium ke atas masuk kedalam vagina

    dan terus melewati serviks samapai tangan masuk kedalam uterus pada

    posisi normalnya. Reposisi manual dapat dilakukan dengan cara Jones,

    Johnson, OSullivan.

    - Operatif

    Dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras menyebabkan manuver

    di atas tidak bisa dikerjakan, maka lakukan laporotomi untuk reposisi

    dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi bila uterus sudah mengalami

    infeksi dan nekrosis. Metode operatif dibagi menjadi 2 yaitu

    transabdominal (cara Huntington, Haulstain) dan transvaginal (cara

    Spinelli, Kustner, Subtotal histerektomi)

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    34/62

    34

    ASUHAN KEPERAWATAN

    PERDARAHAN POST PARTUM

    A. Pengkajian

    Keadaan Umum Ibu

    - Jam pertama : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit

    - 24 jam pertama : tiap 4 jam

    - Setelah 24 jam : tiap 8 jam

    - Tanda-tanda vital

    Pemeriksaan Fisik

    1. Lochea

    Lochea rubra warna merah kehitaman

    2. Vagina

    Dari vagina dapat dilihat ada tidaknya perdarahan, jumlah

    perdarahan dan ada / tidaknya fluor albus

    3. Uterus

    Biasanya uterus lama kelamaan akan mengecil dan biasanya

    apabila ibu baru post partum tinggi uterus adalah 1 jari bawah pusat

    4. Perineum

    Terdapat perobekan alami atau akibat episiotomi sehingga ini dapat

    menyebabkan nyeri

    5. Cervix

    Biasanya ibu nifas, keadaan cervixnya menganga seperti corong

    berwarna merah kehitaman, konsistensi lunak dan biasanya ada

    perobekan

    6. Payudara

    Biasanya ibu nifas, payudaranya tegang dan membesar, puting

    susu menonjol, dan ini sebelumnya harus mendapatkan perawatan

    payudara agar tidak terjadi infeksi, lecet dan bendungan ASI

    B. Diagnosa Keperawatan

    1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

    pervaginam

    2. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan

    pervaginam

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    35/62

    35

    3. Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan dan personal hygiene

    kurang adekuat

    C. Intervensi

    1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

    pervaginam

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1x24 jam

    volume cairan adekuat

    Kriteria hasil:

    - TTV dalam batas normal (TD: 110-120/70-80 mmHg, N: 70-90

    x/mnt),

    - Input dan output seimbang

    - Tidak terjadi penurunan kesadaran

    - Tidak terjadi tanda-tanda syok hipovolemik

    Tindakan Rasional

    2. Tidurkan pasien dengan posisi

    kaki lebih tinggi sedangkan

    badannya tetap terlentang

    3. Monitor tanda vital

    4. Monitor intake dan output

    setiap 5-10 menit

    5. Evaluasi kandung kencing

    6. Lakukan masage uterus

    dengan satu tangan serta

    tangan lainnya diletakan

    diatas simpisis.

    7. Batasi pemeriksaan vagina

    dan rektum

    8. Bila tekanan darah semakin

    turun, denyut nadi makin

    lemah, kecil dan cepat, pasien

    merasa mengantuk,

    perdarahan semakin hebat,

    segera kolaborasi : Berikan

    infus atau cairan intravena

    1. Dengan kaki lebih tinggi akan

    meningkatkan venous return dan

    memungkinkan darah keotak dan

    organ lain

    2. Perubahan tanda vital terjadi bila

    perdarahan semakin hebat

    3. Perubahan output merupakan tanda

    adanya gangguan fungsi ginjal

    4. Kandung kencing yang penuh

    menghalangi kontraksi uterus

    5. Massage uterus merangsang

    kontraksi uterus dan membantu

    pelepasan placenta, satu tangan

    diatas simpisis mencegah terjadinya

    Prolaps Uteri

    6. Trauma yang terjadi pada daerah

    vagina serta rektum meningkatkan

    terjadinya perdarahan yang lebih

    hebat, bila terjadi laserasi pada

    serviks / perineum atau terdapat

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    36/62

    36

    9. Berikan uterotonika (bila

    perdarahan karena atonia

    uteri)

    10. Berikan antibiotik

    11. Berikan transfusi whole blood

    (bila perlu)

    hematom

    7. Cairan intravena mencegah

    terjadinya shock

    8. Uterotonika merangsang kontraksi

    uterus dan mengontrol perdarahan

    9. Antibiotik mencegah infeksi yang

    mungkin terjadi karena perdarahan

    pada subinvolusio

    10. Whole blood membantu

    menormalkan volume cairan tubuh.

    2. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan

    pervaginam

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam

    perfusi jaringan kembali normal

    Kriteria hasil :

    - TD, nadi darah arteri, Hb/Ht dalam batas normal

    - CRT < 2 detik, akral hangat

    Tindakan Rasional

    1. Perhatikan Hb atau Ht

    sebelum dan sesudah

    kehilangan darah. Kaji status

    nutrisi, tinggi, dan berat badan

    2. Pantau TTV, catat derajat, dan

    durasi hipovolemik

    3. Perhatikan tingkat kesadaran

    dan adanya perubahan

    perilaku

    4. Kaji warna dasar kuku mukosa

    mulut, gusi, dan lidah serta

    perhatikan suhu kulit

    5. Kaji payudara setiap hari,

    perhatikan ada atau tidaknya

    laktasi dan perubahan ukuran

    payudara

    1. Nilai bandingan membantu

    menentukan beratnya kehilangan

    darah

    2. Peningkatan frekuensi pernafasan

    dapat menunjukkan upaya untuk

    mengatasi asidosis metabolik

    3. Perubahan sensorium adalah

    indikator dini hipoksia, sianosis

    tanda lanjut mungkin tidak tampak

    sampai kadar PO2 turun dibawah

    50 mmHg

    4. Sirkulasi pembuluh darah perifer

    yang menurun mengakibatkan

    sianosis dan suhu kulit dingin

    5. Kerusakan hipofisa anterior

    menurunkan kadar prolaktin,

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    37/62

    37

    6. Berikan terapi oksigen sesuai

    kebutuhan

    mengakibatkan tidak adanya ASI,

    dan akhirnya menurunkan jaringan

    kelenjar payudara

    6. Memaksimalkan ketersediaan

    oksigen untuk transpor sirkulasi ke

    jaringan

    3. Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan dan personal hygiene

    kurang adekuat

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

    infeksi tidak terjadi

    Kriteria hasil :

    - TTV dalam batas normal

    - Tidak adanya pus pada perineum

    - Luka jahit pada perineum baik dan tidak perdarahan

    Tindakan Rasional

    1. Observasi TTV

    2. Lakukan vulva Hygiene tiap

    selesai BAK dan BAB

    3. Berikan penjelasan pada klien

    tentang cara melakukan vulva

    hygiene dengan benar

    4. Catat adanya tanda lemas,

    kedinginan, anoreksia, kontraksi

    uterus yang lembek, dan nyeri

    panggul

    5. Monitor involusi uterus dan

    pengeluaran lochea

    6. Perhatikan kemungkinan infeksi

    di tempat lain

    7. Kolaborasi dengan dokter dalam

    pemberian Antibiotik

    1. Untuk mengetahui tanda-tanda

    adanya infeksi

    2. Meminimalkan terjadinya infeksi

    3. Melatih personal hygiene

    4. Tanda-tanda tersebut merupakan

    indikasi terjadinya bakterimia,

    shock yang tidak terdeteksi

    5. Infeksi uterus menghambat

    involusi dan terjadi pengeluaran

    lokea yang berkepanjangan

    6. Mencegah terjadinya infeksi.

    7. Infeksi di tempat lain

    memperburuk keadaan

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    38/62

    38

    INFEKSI POST PARTUM

    1. Definisi Infeksi Post Partum

    Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah

    persalinan. Suhu 38 C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 Post

    Partum dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari (Fairer, 2001)

    Infeksi pueperalis adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi

    setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 380 C

    atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan

    mengecualikan 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2009)

    Istilah infeksi puerperium mencakup semua peradangan yang disebabkan

    oleh masuknya kuman-kuman atau bakteri ke dalam alat-alat genitalia pada

    waktu persalinan dan nifas.

    Infeksi puerperium dapat dibagi dalam dua golongan berikut.

    - Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan

    endometrium

    - Penyebaran melalui vena, saluran limfe (sistemik, dan melalui

    permukaan endometrium)

    Jenis-Jenis InfeksiPost Partum (Prawirohardjo, 2009)

    - Metritis

    Adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu

    penyebab terbesar kematian ibu. Infeksi uterus pada saat pasca

    persalinan dikenal sebagai endometritis, endomiometritis, dan

    endoparametritis.

    - Infeksi Payudara

    Adalah infeksi payudara sesudah persalinan

    Mastitis : payudara tegang/indurasi dan kemerahan

    Abses payudara: terdapat masa padat, mengeras dibawah kulit

    yang kemerahan

    - Selulitis Parametrium

    Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi

    dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu

    disertai dengan rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    39/62

    39

    pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan

    sellulitis pelvika.

    - Abses Pelvis

    Pada keadaan yang sangt jarang selulitis parametrium yang terjadi

    akan meluas dan menjadi abses pelvis

    - Peritonitis

    Adalah infeksi pada peritoneum sesudah persalinan. Peritonitis

    merupakan penyulit yang kadang terjadi pada penderita pascaseksio

    sesarea yang mengalami metritis disertai nekrosis dan dehisensi insisi

    uterus.

    - Tromboflebitis

    Adalah perluasan infeksi nifas yang paling sering terjadi yaitu

    perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran

    darah di seanjang vena atau cabang-cabangnya.

    Pelviotromboflebitis

    Mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum,

    yaitu vena ovarika, vena uterina, dan vena hipogastrika

    Tromboflebitis femoralis

    Mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena femoralis,

    vena poplitea, dan vena safena

    2. Etiologi Infeksi Post Partum

    a. Organisme penyebab

    Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti

    eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain

    dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang

    terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang

    sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuinan-

    kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :

    - Streptococcus haemoliticus anaerobic

    Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini

    biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak

    suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).

    - Staphylococcus aureus

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    40/62

    40

    Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan

    sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan

    orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya

    menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi

    sebab infeksi umum.

    - Escherichia Coli

    Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi

    terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini

    merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius

    - Clostridium Welchii

    Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat

    berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadipada abortus kriminalis dan

    partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.

    b. Cara terjadinya infeksi nifas

    Infeksi dapat terjadi sebagai berikut:

    - Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada

    pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada

    dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung

    tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak

    sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.

    - Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi

    bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau

    petugas kesehatan lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut

    petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker

    dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar

    bersalin.

    - Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal

    dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-

    kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk

    kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk

    merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.

    - Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting,

    kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    41/62

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    42/62

    42

    4. Manifestasi Klinis Infeksi Post PartumInfeksi perineum , vulva, vagina ,dan serviks :

    - Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, kadang-

    kadang perih saat berkemih.

    - Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu

    sekitar 38 derajat selsius dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka yang

    terinfeksi, tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam

    bisa naik sampai 39-40 derajat selsius, kadang-kadang disertai menggigil.

    Endom etri t is :

    - Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan

    selaput ketuban yang disebut lokiometra dan dapat menyebabkan

    kenaikan suhu.

    - Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.

    Peri tonit is :

    - Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan

    kecil, perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire.

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    43/62

    43

    - Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit

    muka dingin; terdapat fasies hippocratica.

    - Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat

    peritonitis umum.

    - Peritonitis yang terbatas : pasien demam, perut bawah nyeri tetapi

    keadaan umum tidak baik.

    - Bisa terdapat pembentukan abses.

    Selul i t is p elvik :

    - Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri

    atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya

    selulitis pelvika.

    - Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya.

    - Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di

    sebelah uterus.

    - Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu

    yang mula-mula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.

    - Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.

    Tanda dan gejala infeksi Post Partum (Prawirohardjo, 2009)

    Gajala dan Tanda

    yang selalu didapat

    Gejala lain yang

    mungkin didapat

    Kemungkinan

    diagnosa

    Nyeri perut bagian

    bawah, lokhia yang

    purulen dan berbau,

    uterus tegang dan

    subinvolusi

    Perdarahan pervaginam,

    syok, peningkatan sel

    darah putih terutama

    polimorfonuklear lekosit

    Metritis

    (Endometritis/

    Endomiometritis)

    Nyeri perut bagian

    bawah, pembesaran

    perut bagian bawah,

    demam yang terus-

    menerus

    Dengan antibiotik tidak

    membaik, pembengkakan

    pada adneksa atau kavum

    douglas

    Abses Pelvik

    Nyeri perut bagian

    bawah, bising usus

    tidak ada

    Perut yang tegang

    (rebound tenderness),

    anoreksia/muntah

    Peritonitis

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    44/62

    44

    Nyeri payudara dan

    tegang

    Payudara yang mengeras

    dan membesar (pada

    kedua payudara),

    biasanya terjadi antara

    hari 3-5 pasca persalinan

    Bendungan pada

    payudara

    Nyeri payudara dan

    tegang/bengkak

    Ada inflamasi yang

    didahului bendungan,

    kemerahan yang batasnya

    jelas pada payudara,

    biasanya hanya satu

    payudara, biasanya terjadi

    antara 3-4 minggu pasca

    persalinan

    Mastitis

    Nyeri pada luka/irisan

    dan tegang/indurasi

    Luka/irisan pada perut dan

    perineal yang

    mengeras/indurasi, keluar

    pus, kemerahan

    Selulitis pada luka

    (perineal/abdominal)

    Luka mengeras disertai

    dengan pengeluaran

    cairan serous atau

    kemerahan dari luka,

    tidak ada/sedikit

    erithema dekat luka

    insisi

    Abses atau

    hematoma pada

    luka insisi

    Disuria Nyeri dan tegang pada

    daerah pinggang, nyeri

    suprapubik, uterus tidak

    mengeras, menggigil

    Infeksi pada traktus

    urinarius

    Demam yang tinggi

    walau mendapat

    antibiotika, menggigil

    Ketegangan pada otot

    kaki, komplikasi pada

    paru, ginjal, persendian,

    mata, dan jaringan

    subkutan

    Thrombosis vena

    yang dalam (deep

    vein thrombosis)

    Thromboflebitis:

    PelviotromboflebitisF

    emoralis

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    45/62

    45

    5. Pemeriksaan Diagnostik Infeksi Post Partum

    - Jumlah sel darah putih: normal atau tinggi dengan pergeseran diferensial

    ke kiri

    - Laju endapan darah (LED) dan jumlah sel darah merah sangat meningkat

    dengan adanya infeksi.

    - Hemoglobin/hematokrit mengalami penurunan pada keadaan anemia

    - Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraservikal atau

    drainase luka atau pewarnaan gram uterus mengidentifikasi organisme

    penyebab

    - Urinalisis dan kultur mengesampingkan infeksi saluran kemih

    - Ultrasonografi menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang

    tertahan melokalisasi abses perineum

    - Pemeriksaan bimanual: menentukan sifat dan lokal nyeri pelvis, massa

    atau pembentukan abses, serta adanya vena-vena dengan trombosis

    6. Penatalaksanaan Infeksi Post Partum

    a. Pencegahan

    Masa kehamilan

    Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia,

    malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang

    diderita ibu.

    Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi

    yang perlu.

    Koitus pada hamil tuahendaknya dihindari atau dikurangi dan

    dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban.

    Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.

    Selama persalinan

    Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga

    supaya persalinan tidak berlarut-larut.

    Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.

    Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam

    maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan

    menjaga sterilitas.

    Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang

    hilang harus segera diganti dengan tranfusi darah.

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    46/62

    46

    Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan

    mulut dengan masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak

    diperbolehkan masuk ke kamar bersalin.

    Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci

    hama.

    Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada

    indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah

    pecah.

    Selama nifas

    Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu

    pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat

    kandungan harus steril.

    Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan

    khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.

    Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari

    pertama dibatasi sedapat mungkin.

    b. Penanganan medis

    Suhu diukur dari mulut setidaknya 4x sehari

    Berikan terapi antibiotik prokain penisilin 1,2-2,4 juta unit 1M penisilin

    G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6 jam 1M

    ditambah dengan ampisilin kapsul 4x250 mg per oral

    Perhatikan diet ibu: diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP)

    Lakukan transfusi darah bila perlu

    Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam

    rongga peritoneum.

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    47/62

    47

    ASUHAN KEPERAWATAN

    INFEKSI POST PARTUM

    A. Pengkajian

    Pengkajian awal

    a. Dimulai sejak kehamilan yang meliputi keadaan prenatal dan setelah

    persalinan berlangsung

    - G, P, Ab

    - Usia kehamilan dalam minggu

    - Penyakit kehamilan yang menyertai jika ada

    - Lama proses persalinan

    b. Perawatan dan kemajuan selama 1 jam Post Partum

    - HPP

    - Preeklampsia

    - Depresi mental

    - Keadaan umum ibu

    - Kontraksi dan tinggi fundus uterus

    - Warna, jumlah, dan bau lokia

    - Peritonium

    - Rektum

    - Apakah vesica urinaria penuh atau tidak

    c. Pada waktu pengkajian dilihat bagaimana status emosi ibu,

    pengetahuan ibu tentang self care, perawatan bayi, dan sosial budaya.

    Pengkajian selanjutnya

    Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi

    dengan

    mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi:

    a. Keadaan umum dan tanda-tanda awal

    - Aktivitas/istirahat: malaise, letargi (persalinan lama, stressor Post

    Partum multiple)

    - TTV: nadi > 100x/menit, pernafasan cepat dan dangkal (berat atau

    proses sistemik), serta suhu 38 0C atau lebih

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    48/62

    48

    b. Sistem vaskular

    - Perdarahan diobservasi setiap 2 jam selama 8 jam. 1 jam pertama

    kemudian tiap 8 jam berikutnya

    - Tekanan darrah diawasi setiap 8 jam

    - Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak, dan merah

    - Hemoroid diobservasis etiap 8 jam terhadap besar dan

    kekenyalannya

    c. Sistem reproduksi

    - Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat kali Post Partum,

    kemudian setiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uterus

    dan posisinya serta konsistensinya.

    - Lokia diobservasis etiap 8 jam terhadap warna, banyak, dan bau

    - Perineum diobservasi setiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi

    luka jahitan dan apakah ada jahitan yang lepas

    - Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak

    - Payudara dilihat apakah ada edema atau tidak

    d. Traktus urinarius

    Diobservasi setiap 2 jam selama 2 hari pertama, meliputi miksi

    lancar/tidak, spontan/tidak

    e. Traktus gastrointestinal

    - Observasi terhadap nafsu makan, anoreksia, mual/muntah, haus,

    dan membran mukosa kering

    - Apakah ada obstipasi, diare, bising ususmungkin tidak ada bila

    terjadi paralisis usus

    - Distensia abdomen, nyeri lepas (peritonitis)

    f. Nyeri/ketidaknyamanan

    - Nyeri lokal, disuria, dan ketidaknyamanan abdomen

    - Afterpain atau berat/lama, nyeri abdomen bawah atau uterus serta

    nyeri tekan dengan guarding (endometritis)

    g. Status psikologis/psikososial

    - Ansietas jelas (peritonitis)

    - Status sosial ekonomi rendah dengan stressor bersamaan

    B. Diagnosa Keperawatan

    1. Nyeri Akut berhubungan dengan pelepasan mediator inflamasi

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    49/62

    49

    2. Hipertermia berhubungan dengan infeksi mikroorganisme

    3. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

    C. Intervensi

    1. Nyeri Akut berhubungan dengan pelepasan mediator inflamasi

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam nyeri dapat

    berkurang

    Kriteria Hasil:

    - Pasien mengatakan nyeri berkurang

    - Pasien tidak terlihat cemas dan tidak menunjukkan tanda-tanda

    nyeri

    - Tanda-tanda vital dalam batas normal (RR: 16-20 x/menit,

    Nadi: 60-100 x/menit)

    Tindakan Rasional

    Monitoring

    1. Tentukan lokasi, sifat, dan

    skala nyeri

    2.Monitor tanda-tanda vital

    1.Menentukan intensitas nyeri untuk

    membantu dalam pemberian intevensi

    yang tepat

    2.Peningkatan tanda-tanda vital dapat

    menunjukkan terjadinya nyeri

    Intervensi Mandiri

    1.Berikan lingkungan yang tenang

    2.Berikan kompres hangat lokal

    1.Membuat klien merasa lebih rileks

    2.Kompres hangat meningkatkan

    vasodilatasi, meningkatkan sirkulasi

    pada area yang sakit, dan

    meningkatkan kenyamanan lokal

    Kolaboratif

    1.Kolaborasikan pemberian

    analgesic, sesuai dengan

    kebutuhan

    2.Kolaborasikan dengan ahli gizi

    pemberian makanan yang mudah

    di cerna

    1.Mengurangi nyeri

    2.Mencegah timbulnya respons nyeri

    Pendidikan untuk pasien /

    keluarga 1.Mengurangi nyeri selain dengan

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    50/62

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    51/62

    51

    3. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

    Tujuan: Dalam 2x24 jam pasien memahami setiap informasi yang

    diberikan

    Kriteria hasil :

    -Pasien mengatakan memahami informasi yang diberikan

    -Pasien mampu menerapkan informasi yang diberikan

    Tindakan Rasional

    Monitoring

    1.Monitor respons pasien selama

    pemberian informasi

    1.Mengetahui saat pasien tidak fokus

    Intervensi Mandiri

    1.Berikan pertanyaan dan minta

    pasien untuk mengulang informasi

    yang telah diberikan selama proses

    diskusi

    2.Berikan kesempatan untuk pasien

    bertanya

    1.Mengetahui sejauh mana pasien

    mampu memahami informasi yang

    diberikan

    2.Memberikan kesempatan bagi

    pasien untuk lebih memahami

    informasi

    Kolaboratif

    1.Kolaborasikan dengan ahli

    mengenai pemberian informasi

    sesuai dengan kebutuhan pasien

    1.Menambah pengetahuan pasien

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    52/62

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    53/62

    53

    atau bulan dimana para wanita yang mengalami hal ini kadang tidak

    menyadari bahwa yang sedang dialaminya merupakan penyakit.

    Post Partum psychosis

    Post Partum psychosis, dalam kondisi seperti ini terjadi tekanan jiwa

    yang sangat berat karena bisa menetap sampai setahun dan bisa juga selalu

    kambuh gangguan kejiwaannya setiap pasca melahirkan.

    2. Epidemiologi Gangguan Psikologis Post Partum

    Kejadian post partum blues sering terjadi pada 50-70 % wanita setelah

    melahirkan. Depresi post partum terjadi dalam 10-15 % wanita pada populasi

    umum. Depresi Post Partum paling sering terjadi dalam 4 bulan pertama

    setelah melahirkan, tetapi dapat trejadi kapan pun pada tahun pertama.

    Wanita yang menderita satu episode depresi mayor setelah melahirkan

    memiliki risiko kekambuhan sekitar 25%. Insiden psikosispost partum sekitar

    1-2 per 1000kelahiran. Rekurensi dalam masakehamilan 20-30%.

    Gejala psikosispost partum muncul beberapa hari sampai 4-6 minggupost

    partum.

    3. Etiologi dan Faktor Risiko Gangguan Psikologis Post Partum

    Post Partum Blues

    a. Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progesteron,

    prolaktin, dan estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara

    bermakna setelah melahirkan. Ternyata estrogen memiliki efek supresi

    aktifasi enzim nonadrenalin maupun serotonin yang berperan dalam

    suasana hati dan kejadian depresi.

    b. Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan

    emosi seperti payudara bengkak, nyeri jahitan, dan rasa mules.

    c. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional

    yang kompleks

    d. Faktor umur dan paritas (jumlah anak)

    e. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan

    f. Stress yang dialami wanita itu sendiri seperti ASI tidak keluar, frustasi

    karena bayi tidak mau tidur dan menangis, stress melihat bayi sakit, rasa

    bosan dengan hidup yang dijalaninya

    http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/kelahiran/http://www.lusa.web.id/category/askeb-i-kehamilan/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/category/askeb-i-kehamilan/http://www.lusa.web.id/tag/kelahiran/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/
  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    54/62

    54

    g. Takut kehilangan bayi karena rasa memiliki bayi yang terlalu dalam

    h. Kelelahan pacsa melahirkan

    i. Faktor lingkungan berupa kondisi lingkungan sekitar yang tidak

    mendukung juga dapat menyebabkan ibu sedih dan emosi. Lingkungan

    bisa diartikan sebagai orang tua, mertua, tetangga atau bahkan suami

    atau ayah bayi sendiri.

    j. Stress dala keluarga misalnya faktor ekonomi memburuk, persoalan

    dengan suami, problem dengan mertua dan orang tua

    k. Perubahan peran yang dialami ibu

    l. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti status

    perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan jiwa

    sebelumnya

    Post Partum Depresi

    a. Karakteristik ibu yang meliputi, wanita yang mempunyai sejarah pernah

    mengalami depresi, wanita yang berasal dari keluarga yang kurang

    harmonis, wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari suami atau

    orangorang terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan

    b. Faktor umur.

    Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan

    persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan

    tersebut untuk menjadi seorang ibu.

    c. Faktor pengalaman.

    Depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan

    primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang

    berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi

    dirinya dan dapat menimbulkan stres.

    d. Faktor selama proses persalinan.

    Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang

    digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik

    yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula

    trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang

    bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin.

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    55/62

    55

    e. Faktor dukungan sosial.

    Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan

    pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak

    berkurang.

    Post Partum Psychosis

    a. Adanya riwayatkeluarga penderita kelainan psikiatri

    b. Riwayat ibu menderita penyakit psikiatri sebelumnya

    c. Adanya masalahkeluarga dan perkawinan

    4. Patofisiologi Gangguan Psikologis Post Partum

    Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga

    mengakibatkan adanya perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi

    kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi

    terhadap banyinya, berada dibawah tekanan untuk dapat menyerap

    pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahunya dan

    perawatan untuk banyinya, dan merasa tanggung jawab yang luar biasa

    untuk menjadi seorang ibu. Ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan

    sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk

    bimbingna dan pembelajaran.

    5. Manifestasi Klinis Gangguan Psikologis Post Partum

    Post Partum Blues

    - Cemas tanpa sebab

    - Reaksi depresi, sedih dan disforia

    - Labilitas perasaan

    - Mudah menangis, merasa sedih, kesal

    - Tidak percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu

    - Cenderung menyalahkan diri sendiri

    - Gangguan tidur dan nafsu makan

    - Kelelahan

    - Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat pula gembira

    - Sensitif

    - Mudah tersinggung (iritabilitas)

    - Perasaan bersalah

    http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/
  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    56/62

    56

    - Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya

    Post Partum Depression

    - Perubahan mood

    - Gangguantidur dan pola makan

    - Perubahan mental danlibido

    - Dapat pula muncul pobhia, ketakutan menyakiti diri sendiri atau

    bayinya

    Post Partum Psychosis

    - Gaya bicara yang keras

    - Menarik diri dari pergaulan

    - Cepat marah

    - Gangguantidur

    6. Pemeriksaan Diagnostik Gangguan Psikologis Post Partum

    Untuk melakukan skrining gangguaan mood atau depresi, dapat digunakan

    alat bantu berupa Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) yaitu

    kuisioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas

    perubahan suasana depresi selama 7 hari pasca persalinan. Pertanyaan-

    pertanyaan berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan

    bersalah, serta mencakup hal-hal yang terdapat pada Post Partum blues.

    Kuisioner ini terdiri dari 10 pertanyaan dimana setiap pertnyaan memiliki 4

    pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih 1 sesuai

    dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca persalinan saat ini.

    Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan

    dalam 5 menit. Alat ini juga telah teruji validitasnya. Edinburgh Postnatal

    Depression Scale dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca

    persalinan dan bila hasilnya meragukan dapat diulang pengisiannya 2

    minggu kemudian.

    7. Penatalaksanaan Gangguan Psikologis Post Partum

    Post Partum Blues

    a. Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin

    diungkapkan

    b. Bicarakan rasa cemas yang dialami

    http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/libido/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/libido/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/
  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    57/62

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    58/62

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    59/62

    59

    menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi. Selain

    itu klien takut BAB atau BAK karena jahitannya robek atau nyerinya

    bertambah.

    k. Pola istirahat dan tidur

    Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena

    merasakan nyeri pada perineum.

    l. Pola aktivitas dan latihan

    Biasanya klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan terbatas,

    misalnya makan, minum, duduk dan biasanya klien dengan nyeri perineum

    terjadi keterbatasan aktivitas.

    m. Pola sensori dan kognitif

    Pada pola sensori klien mengalami nyeri pada perineum akibat luka jahitan

    dan nyeri perut akibat involusi uteri. Pada pola kognitif terjadi pada ibu

    primipara yang mengalami kecemasan atas nyeri yang dialaminya.

    n. Pola persepsi dan konsep diri

    Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehailannya lebih

    menjelang persalinan. Dampak psikologisnya adalah terjadinya perubahan

    konsep diri yaitu Body Image dan ideal diri.

    o. Pola reproduksi dan sexual

    Terjadi perubahan sexsual atau disfungsi sexual yaitu perubahan dalam

    hubungan sexual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan

    nifas.

    p. Pola hubungan dan peran

    Dalam hubungan peran biasanya mengalami sedikit gangguan karena

    masa nifas adalah masa dimana ibu harus istirahat dan melakukan

    aktivitas terbatas.

    q. Pola tata nilai dan kepercayaan

    Klien dengan masa nifas tidak dapat melakukan ibadah, tetapi klien hanya

    bisa berdoa karena klien masih dalam keadaan bedrest dan belum bersih

    B. Diagnosa Keperawatan

    1. Ansietas berhubungan dengan koping tidak efektif

    2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang pengetahuan

    cara perawatan payudara bagi ibu menyusui

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    60/62

    60

    3. Ketidakefektifan performa peranberhubungan dengan kurangnya

    pengetahuan tentang cara merawat bayi.

    C. Intervensi

    1. Ansietas berhubungan dengan koping tidak efektif

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam cemas

    berkurang

    Kriteria hasil :

    - Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya

    - Pasien mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang

    Tindakan Rasional

    1. Kaji respon psikologis klien

    terhadap perannya paska

    persalinan

    2. Perlakukan pasien secara empati

    serta sikap mendukung

    3. Berikan informasi tentang

    perawatan dan pengobatan

    4. Bantu klien mengidentifikasi rasa

    cemasnya

    5. Kaji mekanisme koping yang

    digunakan klien

    1. Persepsi klien mempengaruhi

    intensitas cemasnya

    2. Memberikan dukungan emosi

    3. Informasi yang akurat dapat

    mengurangi cemas dan takut

    yang tidak diketahui

    4. Ungkapan perasaan dapat

    mengurangi rasa cemas

    5. cemas yang berkepanjangan

    dapat dicagah dengan

    mekanisme koping yang tepat

    2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang

    pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien

    mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui,

    Kriteria Hasil:

    - Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui

    - Asi keluar, payudara bersih

    - Bayi mau menetek

    Tindakan Rasional

    1. Kaji pengetahuan pasien

    mengenai laktasi dan

    1. Mengetahui tingkat

    pengetahuan pasien

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    61/62

    61

    perawatan payudara

    2. Jelaskan mengenai manfaat

    menyusui dan mengenai gizi

    waktu menyusui

    3. Ajarkan cara menyusui yang

    benar

    4. atih ibu untuk perawatan

    payudara secara mandiri dan

    teratur.

    5. Motivasi ibu untuk

    meningkatkan intake cairan dan

    diet TKTP

    2. Memberikan pengetahuan

    bagi ibu mengenai manfaat

    ASI bagi bayi

    3. Mencegah terjadinya aspirasi

    pada bayi

    4. Perawatan payudara secara

    teratur akan

    mempertahankan produksi

    ASI secara kontinyu

    sehingga kebutuhan bayi

    akan ASI tercukupi.

    5. Meningkatkan produksi ASI.

    3. Ketidakefektifan performa peran berhubungan dengan kurangnya

    pengetahuan tentang cara merawat bayi

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

    gangguan proses parenting tidak ada.

    Kriteria hasil:

    - Ibu dapat merawat bayi secara mandiri (memandikan, menyusui).

    - Ibu dapat berperan optimal dalam memenuhi kebutuhan bayi

    Tindakan Rasional

    1. Kaji kemampuan klien dalam

    perawatan diri dan bayi

    2. Libatkan suami atau keluarga

    dalam perawatan bayi.

    3. Kaji penyebab ketidakmampuan

    peran perawatan ibu pada bayi

    4. Bantu ibu mengidentifikasi pola

    peran yang bermasalah

    1. Mengetahui tingkat kemandirian

    ibu dalam perawatan bayi.

    2. Keterlibatan suami atau keluarga

    dalam perawatan bayi akan

    membantu meningkatkan

    keterikatan batin ibu dengan bayi.

    3. Mengetahui permasalahan peran

    ibu dalam perawatan bayi

    4. Membantu menemukan solusi

    atas ketidakefektifan peran ibu

    dalam memenuhi kebutuhan bayi

  • 8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8

    62/62

    DAFTAR PUSTAKA

    Cunningham FG, dkk,. 2001. Obstetrical Haemorrhage. Wiliam obstetrics

    21th

    edition.Lange USA: Prentice Hall International Inc Appleton.

    Fadlun, dkk. 2011.AsuhanKebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika.

    Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas Ed 2. Jakarta: EGC

    Fraser & Cooper.2009. Buku Ajar Bidan Myles.Jakarta: EGC

    Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC

    Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta: Media

    Aesculapius.

    Manuaba, Chandarnita, dkk,. 2007. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi &

    Obstetri-Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.

    Marylin E. D. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

    Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta :

    EGC.

    Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri (Fisiologi dan Patologi) Edisi 2.

    Jakarta: EGC

    NANDA International. 2010. Diagnosis Keperawatan (Definisi dan Klasifikasi)

    2009-2011. Jakarta: EGC

    Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

    Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

    Prawirohardjo

    Scoot, James. 2002. Danforth Buku SakuObstetri DanGinekologi. Jakarta:

    Widya Medika.

    Suherni, et al. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

    Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.

    Yogyakarta: Penerbit Andi

    Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

    Sarwono Prawirohardjo

    Wong, Dona L, dkk,. 2002. Maternal child nursing care 2ndedition. Santa Luis:

    Mosby Inc.

    http://www.lusa.web.id/http://www.lusa.web.id/category/obstetri/http://www.lusa.web.id/category/ginekologi/http://www.lusa.web.id/category/ginekologi/http://www.lusa.web.id/category/ginekologi/http://www.lusa.web.id/category/obstetri/http://www.lusa.web.id/