15
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OSTEOMIELITIS 1. Pengertian Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau, yang lebih sering setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen) (Corwin E, 2000). Osteomielitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh Staphylococcus Aureus dan kadang- kadang Haemophylus Influensae (Depkes RI, 1995). Osteomielitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990). Osteomielitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997). Osteomielitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh Staphylococcus Aureus dan kadang- kadang Haemophylus Influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh Staphylococcus Aureus. Tetapi juga Haemophylus Influenzae, streplococcus dan organisme lain dapat juga menyebabkannya osteomyelitis adalah infeksi lain. 2. Etiologi a. Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas).

LP Osteomielitis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LP Osteomielitis

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OSTEOMIELITIS

1. Pengertian

Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari

darah (osteomielitis hematogen) atau, yang lebih sering setelah kontaminasi fraktur terbuka

atau reduksi (osteomielitis eksogen) (Corwin E, 2000).

Osteomielitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh

Staphylococcus Aureus dan kadang-kadang Haemophylus Influensae (Depkes RI, 1995).

Osteomielitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).

Osteomielitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh

staphylococcus (Henderson, 1997).

Osteomielitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan

oleh Staphylococcus Aureus dan kadang-kadang Haemophylus Influenzae, infeksi yang

hampir selalu disebabkan oleh Staphylococcus Aureus. Tetapi juga Haemophylus Influenzae,

streplococcus dan organisme lain dapat juga menyebabkannya osteomyelitis adalah infeksi

lain.

2. Etiologi

a. Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi

di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas

atas).

b. penyebaran infeksi jaringan lunak (mis. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus

vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler) atau

kontaminasi langsung tulang (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka

tembak, pembedahan tulang.

c. Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis seperti nutrisi buruk, lansia,

kegemukan atau penderita diabetes artritis rheumatoid.

Page 2: LP Osteomielitis

3. Klasifikasi

Menurut kejadiannya osteomielitis ada 2 yaitu :

1) Osteomielitis Primer Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung melalui luka.

2) Osteomielitis Sekunder Adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran

darah dari suatu fokus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran nafas,

genitourinaria furunkel).

Sedangkan osteomielitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :

a. Osteomielitis akut

Nyeri daerah lesi

Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional

Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka

Pembengkakan local

Kemerahan

Suhu raba hangat

Gangguan fungsi

Lab = anemia, leukositosis

b. Osteomielitis kronis

Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri

Gejala-gejala umum tidak ada

Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur

Lab = LED meningkat

Osteomielitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :

a. Staphylococcus (orang dewasa)

b. Streplococcus (anak-anak)

c. Pneumococcus dan Gonococcus

Page 3: LP Osteomielitis

4. Patofisiologi

Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi Proteus,

Pseudomonas dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin,

nosokomial, gram negatif dan anaerobik.

Awalnya terjadi osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan

pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma

atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan

setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran

hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.

Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan Vaskularisas

dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat

tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan

dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi

dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.

Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering harus

dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya

terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan

tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat

mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan

tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses

penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses

kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

5. Web of Caution

6. Manifestasi klinis

a. Osteomielitis hematogen

Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum

nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan

b. Osteomielitis eksogen

membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan

Page 4: LP Osteomielitis

c. Osteomielitis kronik

mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran

pus.

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. pemeriksaan sinar – x awal hanya menunjukkan pembengkakan jaringan lunak. Pada

sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang baru.

b. Pemindaian tulang dan MRI dapat membantu diagnosis definitif awal.

c. Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap

darah.

d. Kultur darah dan kultur abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang

sesuai.

8. Penatalaksanaan Medis

Pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus

yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol

infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis.

Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai

kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif

terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya.

Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan

sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama

makanan.

9. Pengkajian

a. Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (mis. nyeri lokal, pembengkakan,

eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri,

pembengkakan dan demam sedang.

b. kaji adanya faktor risiko (mis. lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang)

dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.

Page 5: LP Osteomielitis

c. Pasien selalu menghindar dari tekanan didaerah tersebut dan melakukan gerakan

perlindungan.

d. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi

sistemik infeksi.

e. Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata,

hangat yang nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami

kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.

f. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh.

g. Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal, yang terjadi pada sore

dan malam hari.

10. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

b. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan

keterbatasan beban berat badan

c. Risiko terhadap penyebaran infeksi, pembentukan abses tulang

d. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan

11. Intervensi Keperawatan

a. Diagnose kep2 : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan yang

ditandai dengan klien mengatakan nyeri lokal

Tujuan dan kriteria hasil :

Melaporkan berkurangnya nyeri

Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya Infeksi

Tidak mengalarni ketidaknyamanan bila bergerak

Page 6: LP Osteomielitis

Intervensi kep :

1. Jelaskan kepada klien tentang penyebab nyeri dan tindakan keperawatan yang

akan dilakukan

Rasional: dengan menjelaskan kepada klien tentang penyebab nyeri dan tindakan

akan membuat klien merasa tenang dan mengerti tentang keadaannya selain itu

klien dapat kooperatif terhadap tindakan yang diberikan.

2. Imobilisasikan bagian yang terkena dengan bidai untuk mengurangi nyeri dan

spasme otot.

Rasional: dengan pembidaian dapat membantu agar posisi tulang tidak berubah

(pada posisi anatomis).

3. Sendi diatas dan dibawah bagian yang terkena harus dibuat sedemikian sehingga

masih dapat digerakkan sesuai rentangnya namun dengan lembut. Lukanya sendiri

kadang terasa sangat nyeri dan harus ditangani dengan hati-hati dan perlahan.

Rasional:

4. Tinggikan bagian yang terkena untuk mengurangi pembengkakan dan

ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.

Rasional: dengan meninggikan bagian tulang yang terinfeksi dan bengkak,

memungkinkan untuk membantu lancarnya aliran darah di daerah tersebut dan

meningkatkan venous return.

5. Pantau status neurovaskuler ekstremitas yang terkena.

Rasional:

6. Lakukan teknik manajemen nyeri seperti massage, distraksi, relaksasi, hipnotik

untuk mengurangi persepsi nyeri dan kolaborasi dengan medis untuk pemberian

analgetik.

Rasional: klien dapat melakukan tindakan pencegahan / pengendalian nyeri secara

mandiri sehingga persepsi klien bisa berkurang dan proses keperawatan bisa

berjalan sesuai intervensi.

Page 7: LP Osteomielitis

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan

beban berat badan yang ditandai dengan klien melakukan sedikit gerakan, lemah, tidak

mampu melakukan aktivitas perawatan diri

Tujuan dan criteria hasil :

Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri

Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas yang sehat

Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman

Intervensi kep :

1. Jelaskan kepada klien dampak kelemahan fisik dan tindakan keperawatan yang

akan dilakukan

Rasional: dengan menjelaskan tentang dampak kelemahan fisik, klien dapat

mengetahui dan waspada terhadap aktivitas yang klien lakukan.

2. Program pengobatan dengan membatasi aktivitas.

Rasional: dengan membatasi aktivitas klien dapat mencegah munculnya

kelemahan fisik yang parah.

3. Lindungi tulang dengan alat imobilisasi dan hindarkan stres pada tulang karena

tulang menjadi lemah akibat proses infeksi.

Rasional: dengan melindungi tulang dari stres dapat membantu dalam proses

penyembuhan tulang.

4. Berikan pemahaman tentang rasional pembatasan aktivitas.

Rasional: klien dapat paham dan menjaga proses penyembuhan tulang klien

dengan tidak terlalu banyak beraktivitas.

5. Partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari dalam batas fisik tetap dianjurkan

untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.

Rasional: klien tidak harus bed rest total melainkan bias tetap beraktivitas agar

fungsi organ yang lain tetap bekerja.

Page 8: LP Osteomielitis

c. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya abses yang ditandai

dengan peningkatan suhu tubuh, tidak ada tanda-tanda infeksi

Tujuan dan criteria hasil :

Suhu tubuh dalam batas normal

Tidak ada pembengkakan

Tidak ada pus

Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal

Biakan darah negative

Intervensi kep :

1. Jelaskan kepada klien tentang dampak infeksi dan tindakan keperawatan yang

akan dilakukan

Rasional: klien dapat mengerti tentang infeksi yang klien alami dan klien dapat

beradaptasi dengan dampak infeksi tersebut serta klien kooperatif terhadap

tindakan yang diberikan dalam mengatasi infeksi yang klien alami

2. Pantau respons pasien terhadap terapi antibiotika.

Rasional: membantu dalam pemilihan terapi penyembuhan infeksi klien yang

tepat.

3. Observasi tempat pemasangan infus tentang adanya flebitis atau infiltrasi.

Rasional: mencegah dalam pembentukan thrombus pada pembuluh darah klien.

4. Bila diperlukan pembedahan, harus dilakukan upaya untuk meyakinkan adanya

peredaran darah yang memadai (pengisapan luka untak mencegah penumpukan

cairan, peninggian daerah untuk memperbaiki aliran balik vena, menghindari

tekanan pada daerah yang di-graft) untuk mempertahankan imobilitas yang

dibutuhkan, dan untuk memenuhi pembatasan beban berat badan.

Rasional: …….

Page 9: LP Osteomielitis

5. Pantau kesehatan umum dan nutrisi pasien.

Rasional: menunjukkan status kesehatan klien apakah proses infeksi tersebut

meluas (menyebar) atau tidak.

6. Berikan diet protein seimbang, vitamin C dan vitamin D dipilih untuk

meyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangsang penyembuhan.

Rasional: dengan pemberian diet protein dan antioksidant membantu dalam

pembentukan (penyembuhan) organ kembali ke fungsi yang semula

7. Lakukan pemeriksaan lab

Rasional: pemeriksaan lab dapat memantau tingkat penyebaran infeksi klien.

12. Daftar pustaka

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta

Corwin, J. 2000. Buku Saku Patofisiologi.EGC. Jakarta

Peterson, G. 2007. Saunders Nursing Survival Guide : Pathophysiology. Elsevier. USA

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Brunner & Suddarth Vol 3.

EGC. Jakarta