34
PENDAHULUAN 1. PENGERTIAN A. Laparatomi adalah prosedur tindakan pembedahan dengan membuka cavum abdomen dengan tujuan eksplorasi. Fistula adalah hubungan yang abnormal antara suatu saluran dengan dunia luar yang dapat dibagi menjadi 2 fistel yaitu intern dan ekstern. Prioritas Perawatan 1. Membantu klien/orang terdekat dalam penilaian psikososial 2. Mencegah komplikasi - Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit - Gangguan nutrisi - Resiko terjadinya infeksi 3. Membantu klien dalam perawatan mandiri dan menyiapkan klie untuk perawatan di rumah sehingga menurunkan risiko kecemasan dan gangguan psikologis yang berkepanjangan. 4. Memberikan informasi tentang prosedur, prognosis, kebutuhan pengobatan, resiko komplikasi. Peritoneum terdiri dari dua bagian yaitu peritoneum parietal yang melapisi dinding rongga abdomen dan peritoneum viceral yang melapisi semua organ yang berada dalam rongga abdomen. Ruang yang terdapat diantara dua lapisan ini disebut ruang peritoneal atau kantong peritoneum. Pada laki-laki berupa kantong tertutup dan pada perempuan merupakan saluran telur yang terbuka masuk ke dalam rongga peritoneum, di dalam

Lp Peritonitis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lp Peritonitis

PENDAHULUAN

1. PENGERTIAN

A. Laparatomi

adalah prosedur tindakan pembedahan dengan membuka cavum abdomen

dengan tujuan eksplorasi. Fistula adalah hubungan yang abnormal antara suatu

saluran dengan dunia luar yang dapat dibagi menjadi 2 fistel yaitu intern dan

ekstern.

Prioritas Perawatan

1. Membantu klien/orang terdekat dalam penilaian psikososial

2. Mencegah komplikasi

- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

- Gangguan nutrisi

- Resiko terjadinya infeksi

3. Membantu klien dalam perawatan mandiri dan menyiapkan klie untuk per-

awatan di rumah sehingga menurunkan risiko kecemasan dan gangguan

psikologis yang berkepanjangan.

4. Memberikan informasi tentang prosedur, prognosis, kebutuhan pengobatan,

resiko komplikasi.

Peritoneum terdiri dari dua bagian yaitu peritoneum parietal yang melapisi

dinding rongga abdomen dan peritoneum viceral yang melapisi semua organ yang

berada dalam rongga abdomen. Ruang yang terdapat diantara dua lapisan ini dise-

but ruang peritoneal atau kantong peritoneum. Pada laki-laki berupa kantong ter-

tutup dan pada perempuan merupakan saluran telur yang terbuka masuk ke dalam

rongga peritoneum, di dalam peritoneum banyak terdapat lipatan atau kantong. Li-

patan besar (omentum mayor) banyak terdapat lemak yang terdapat disebelah de-

pan lambung. Lipatan kecil (omentum minor) meliputi hati, kurvaturan minor, dan

lambung berjalan ke atas dinding abdomen dan membentuk mesenterium usus

halus.

Fungsi peritoneum yaitu :

1. Menutupi sebagian dari organ abdomen dan pelvis

2. Membentuk pembatas yang halus sehinggan organ yang ada dalam rongga

peritoneum tidak saling bergesekan

3. Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding

posterior abdomen

4. Tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu melindungi

Page 2: Lp Peritonitis

terhadap infeksi.

Proses peradangan dan infeksi dapat terjadi pada lapisan peritonium

yang dapat menyebabkan kondisi kekritisan pada pasien oleh karena itu peritonitis

harus membutuhkan penanganan medis dan asuhan keperawatan yang tepat untuk

mengatasi kondisi kritis tersebut dan mencegah komplikasi yang lebih parah.

2. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Setelah menyusun dan mempelajari seminar pada pasien dengan post

op laparatomi dengan peritonitis diharapkan mahasiswa mampu memahami

dan terampil dalam melakukan asuhan keperawatan kritis pada pasien post op

laparatomi dengan peritonitis.

b. Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan laporan pendahuluan pada pasien dengan

peritonitis diharapkan mahasiswa mampu :

a. Memahami pengertian dari post op laparatomi peritonitis

b. Memahami penyebab peritonitis

c. Mengetahui tanda dan gejala pada peritonitis

d. Memahami konsep patofisiologi pada peritonitis

e. Mengetahui komplikasi yang dapat ditimbulkan pada peritonitis

f. Memahami dan melakukan pemeriksaan penunjang pada klien dengan

peritonitis

g. Melakukan pengkajian pada pasien dengan peritonitis

h. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan peritonitis

i. Melakukan intervensi keperawatan pada pasien dengan peritonitis

j. Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien dengan peritonitis

k. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan peritonitis

l. Melaksanakan keterampilan klinik/skill dalam lingkup tindakan penangan

kritis pada pasien dengan peritonitis

Page 3: Lp Peritonitis

Pengertian peritonitis

A. Definisi

1. Peritonitis adalah inflamasi peritoneum, lapisan membrane serosa rongga

abdomen dan meliputi visera yang merupakan penyulit berbahaya yang dapat

terjadi dalam bentuk akut maupun kronik / kumpulan tanda dan gejala,

diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular dan tanda

– tanda umum inflamasi. ( Santosa, Budi. 2005)

2. Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis yang

kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa. ( Soeparman, dkk)

3. Peritonitis adalah suatu peradangan dari peritoneum, pada membrane serosa,

pada bagian rongga perut ( Andra)

4. Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada

selaput rongga perut (peritoneum) lapisan membrane serosa rongga abdomen

dan dinding perut bagian dalam.

B. Etiologi

1. Infeksi bakteri

Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus alpha dan beta

hemolitik, stapilokokus aureus, enterokokus dan yang paling berbahaya

adalah clostridium wechii.

Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal

Appendiksitis yang meradang dan perforasi

Tukak peptik (lambung / dudenum)

Tukak thypoid

Tukak pada tumor

2. Secara langsung dari luar.

Operasi yang tidak steril

Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi

peritonitisyang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon

terhadap benda asing, disebut juga peritonitis granulomatosa

Trauma pada kecelakaan peritonitis lokal seperti rupturs limpa, ruptur hati

Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis.

3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang

saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis. Penyebab

utama adalah streptokokus atau pnemokokus.

C. Tanda dan Gejala

Page 4: Lp Peritonitis

Gejala peritonitis tergantung pada jenis dan penyebaran infeksinya.

Biasanya penderita muntah, demam tinggi dan merasakan nyeri tumpul di

perutnya. Bisa terbentuk satu atau beberapa abses. Infeksi dapat meninggalkan

jaringan parut dalam bentuk pita jaringan (perlengketan, adhesi) yang akhirnya

bisa menyumbat usus. Bila peritonitis tidak diobati dengan seksama, komplikasi

bisa berkembang dengan cepat. Gerakan peristaltik usus akan menghilang dan

cairan tertahan di usus halus dan usus besar. Cairan juga akan merembes dari

peredaran darah ke dalam rongga peritoneum. Terjadi dehidrasi berat dan darah

kehilangan elektrolit. Selanjutnya bisa terjadi komplikasi utama, seperti

kegagalan paru-paru, ginjal atau hati dan bekuan darah yang menyebar.

Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat yaitu demam

tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi

hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki

punctum maximum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan

terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk

menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi

peritoneum. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada

penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan

steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran

(misalnya trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan

analgesic), penderita dengan paraplegia dan penderita geriatric.

D. Patofisiologi

Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya

eksudat fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya

sehingga membatasi infeksi. Bila bahan-bahan infeksi tersebar luas pada

pemukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum,

aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian

menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus,

mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguri. Peritonitis

menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intraabdomen (meningkatkan

aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan sekuestrasi fibrin dengan adanya

pembentukan jejaring pengikat. Produksi eksudat fibrin merupakan mekanisme

terpenting dari sistem pertahanan tubuh, dengan cara ini akan terikat bakteri

dalam jumlah yang sangat banyak di antara matriks fibrin.

Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan

Page 5: Lp Peritonitis

mekanisme tubuh yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-

kuman itu sendiri untuk menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan

jumlah kuman yang sangat banyak, tubuh sudah tidak mampu mengeliminasi

kuman dan berusaha mengendalikan penyebaran kuman dengan membentuk

kompartemen - kompartemen yang kita kenal sebagai abses. Masuknya bakteri

dalam jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai sumber. Yang paling sering

ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit viseral atau intervensi bedah

yang merusak keadaan abdomen. Selain jumlah bakteri transien yang terlalu

banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis terjadi juga memang karena

virulensi kuman yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan

pembunuhan bakteri dengan neutrofil.

Keadaan makin buruk jika infeksinya dibarengi dengan pertumbuhan

bakteri lain atau jamur, misalnya pada peritonitis akibat koinfeksi Bacteroides

fragilis dan bakterigram negatif, terutama E. coli. Isolasi peritoneum pada pasien

peritonitis menunjukkan jumlah Candida albicans yang relatif tinggi, sehingga

dengan menggunakan skor APACHE II (acute physiology and cronic health

evaluation) diperoleh mortalitas tinggi, 52%, akibat kandidosis tersebut. Saat ini

peritonitis juga diteliti lebih lanjut karena melibatkan mediasi respon imun tubuh

hingga mengaktifkan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dan

multiple organ failure (MOF).

Pathway Keperawatan

Page 6: Lp Peritonitis

Infeksi Bakteri, virus, Trauma Appendiksitis Konsumsi diit rendah serat cacing/ parasit abdomen

Obstruksi lumen peritonium Fekalit dalam lumen Ruptur

peritonium Perforasi Mukosa Terbendung Konstipasi

Sekresi mukus terus menerus Tekanan intra sekal

Tekanan intra luminal Respon inflamasi Sumbatan fungsional dan pertumbuhan kuman kolon

Aliran limfe terhambat Oedema, ulserasi mukosa

Peritonitis

Pre Operasi

Peradangan Peritonium Peningkatan Peristaltik Proses infeksi Konsumsi diit

mendadak rendah serat

Proses penyakit Anoreksia, mual, Kemungkinan distensi abdomen muntah ruptur

Post Operasi

Pembedahan/Laparatomy Pembatasan, paska operasi (puasa) Kelemahan fisik

E.Komplikasi

1. Penumpukan cairan mengakibatkan penurunan tekanan vena sentral yang

menyebabkan gangguan elektrolit bahkan hipovolemik, syok dan gagal ginjal.

2. Abses peritoneal

3. Cairan dapat mendorong diafragma sehingga menyebabkan kesulitan bernafas.

.

Nyeri KonstipasiResiko infeksi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhHipetermi

Nyeri

Resiko infeksi

Resiko kekurangan

volume cairan

Intoleransi aktivitas

Sumber: Mansjoer,2000 dan Syamsuhidayat,2004.

Page 7: Lp Peritonitis

4. Sepsis

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Test laboratorium

Leukositosis

Hematokrit meningkat

Asidosis metabolik

2. X. Ray

Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan :

Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.

Usus halus dan usus besar dilatasi.

Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.

G. Penatalaksanaan Medis

1. Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena syok dan

kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan vena

untuk mengganti elektrolit dan kehilangan protein. Biasanya selang usus

dimasukkan melalui hidung ke dalam usus untuk mengurangi tekanan dalam

usus.

2. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah dan

perbaikan dapat diupayakan.

3. Pembedahan mungkin dilakukan untuk mencegah peritonitis, seperti

apendiktomi. Bila perforasi tidak dicegah, intervensi pembedahan mayor

adalah insisi dan drainase terhadap abses.

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PERITONITIS

Page 8: Lp Peritonitis

A. PENGKAJIAN

1. Pengkajian

a. Biodata

Nama, umur, alamat, agama, pendidikan, dll.

b. Riwayat kesehatan

Kaji keluhan utama

Keluhan waktu di data : Terdapat pasien muntah-muntah, demam, sakit

kepala, nyeri ulu hati, makan-minum kurang, turgor kulit jelek, keadaan

umum lemah.

Riwayat kesehatan yang lalu : Pernah menderita moviting atau tidak

Riwayat kesehatan keluarga : Apakah anggota keluarga pernah menderita

penyakit seperti pasien

c. Pemeriksaan fisik

Tanda vital : kenaikan TD, nadi, suhu dan respirasi

Inspeksi :

- Kepala : Keadaan rambut, mata, muka, hidung, mulut, telinga dan leher

- Abdomen: biasanya terjadi pembesaran limfa,

- Genetalia : Tidak ada perubahan

Palpasi abdomen : Teraba pembesaran limfa , perut kembung, nyeri

Auskultasi : peristaltic usus menurun

Perkusi abdomen : hipersonor

2. Pengkajian primer

a. Airway

Menilai apakah jalan nafas pasien bebas. Adakah sumbatan jalan nafas berupa

secret, lidah jatuh atau benda asing

b. Breathing

Kaji pernafasan klien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman, dan nilai berapa

frekuensi pernafasan klien per menitnya.

c. Circulation

Nilai sirkulasi dan peredaran darah, kaji pengisian kapiler, kaji keseimbangan

cairan dan elektrolit klien, lebih lanjut kaji output dan intake klien.

d. Disability

Menilai kesadaran dengan cepat dan akurat. Hanya respon terhadap nyeri atau

sama sekali tidak sadar. Tidak di anjurkan menggunakan GCS, adapun cara

Page 9: Lp Peritonitis

yang cukup jelas dan cepat adalah :

A: Awakening

V: Respon Bicara

P: Respon Nyeri

U: Tidak Ada Nyeri

e. Exposure

Lepaskan pakaian yang dikenakan dan penutup tubuh agar dapat diketahui

kelaianan yang muncul, pada abdomen akan tampak distensi sebagai akibat

perubahan sirkulasi, penumpukan cairan dan udara yang tertahan dilumen.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang muncul pada pasien dengan kasus peritonitis berdasarkan rumusan

diagnosa keperawatan menurut NANDA (2006) antara lain:

Pre Operasi

I. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.

II. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual,muntah, anoreksia.

III. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan.

IV. Konstipasi berhubungan dengan distensi abdomen.

V. Resiko infeksi berhubungan dengan kemungkinan ruptur.

Post Operasi

I. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik

II. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang

tidak adekuat.

III. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

IV. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi menurut Mc.Closkey (1996) Nursing Intervention Classsification (NIC),

dan hasil yang diharapkan menurut Johnson (2000) Nursing Outcome

Classification ( NOC) , antara lain:

Pre Operasi

Dx I. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat

berkurang atau hilang.

NOC : Level nyeri, kriteria hasil:

Page 10: Lp Peritonitis

1. Nyeri berkurang

2. Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah

3. Kegelisahan atau keteganganotot

4. Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.

5. Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.

NIC : Penatalaksanaan nyeri

1. Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi,

keparahan, factor presipitasinya

2. Observasi ketidaknyamanan non verbal

3. Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien

untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase,

perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-buru

4. Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon

pasien terhadap ketidaknyamanan

5. Anjurkan pasien untuk istirahat

6. Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.

7. Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.

Dx II. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual,muntah, anoreksia.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien

adekuat.

NOC : Status Gizi, kriteria hasil:

1. Mempertahankan berat badan.

2. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.

3. Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.

4. Turgor kulit baik.

NIC : Pengelolaan Nutrisi

1. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

2. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.

3. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana

memenuhinya.

4. Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah.

5. pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.

Dx III. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh kembali

Page 11: Lp Peritonitis

normal 370 C

NOC : Thermoregulation,kriteria hasil:

1. Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan

2. Suhu tubuh dalam batas normal

3. Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan

4. Perubahan warna kulit tidak ada

NIC : Fever Treatment

1. Pantau suhu minimal setiap dua jam, sesuai dengan kebutuhan

2. Pantau warna kulit dan suhu

4. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan hanya

selembar pakaian.

4. Berikan cairan intravena

Dx IV. Konstipasi berhubungan dengan pola makan yang buruk.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan konstipasi teratasi.

NOC : Eliminasi defekasi, kriteria hasil:

1. Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan

2. Mengeluarkan feses tanpa bantuan.

3. Mengingesti cairan dan serat dengan adekuat.

NIC : Penatalaksanaan defekasi

1. Pantau pergerakan defekasi meliputi frekuensi, konsistensi,bentuk,

volume, dan warna yang tepat.

2. Perhatikan masalah defekasi yang telah ada sebelumnya, rutinitas

defekasi dan penggunaan laksatif.

3. Instruksikan pada pasien dan keluarga tentang diet, asupan

cairan,aktivitas dan latihan.

4. Awali konferensi keperawatan dengan melibatkan pasien dan keluarga

untuk mendorong perilaku positif yaitu perubahan diet.

5. Beri umpan balik positif untuk pasien saat terjadi perubahan tingkah

laku.

Dx V. Resiko infeksi berhubungan dengan kemungkinan ruptur.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien bebas dari

gejala peritonitis.

NOC : Pengendalian Resiko, kriteria hasil:

1. Terbebas dari tanda dan gejala peritonitis.

2. Mengindikasikan status gastrointestinal, pernafasan,genitourinaria, dan

imun dalam batas normal.

3. Menunjukan gejala dan tanda infeksi dan mengikuti prosedur dan

Page 12: Lp Peritonitis

pemantauan.

NIC : Pengendalian Infeksi

1. Pantau TTV dengan ketat, khususnya adanya peningkatan frekuensi

jantung dan suhu serta pernafasan yang cepat dan dangkal untuk

mendeteksi rupturnya apendiks.

2. Observasi adanya tanda-tanda lain peritonitis ( misal hilangnya nyeri

secara tiba-tiba pada saat terjadi perforasi diikuti dengan peningkatan

nyeri yang menyebar dan kaku abdomen, distensi abdomen, kembung,

sendawa karena akumulasi udara, pucat, menggigil, peka rangsang

untuk menentukan tindakan yang tepat.

3. Hindari pemberian laksatif,karena dapat merangsang motilitas usus

dan meningkatkan resiko perforasi.

4. Pantau jumlah SDP sebagai indikator infeksi.

5. Lindungi pasien dari kontaminasi silang.

Post Operasi

Dx. I. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat

berkurang atau hilang.

NOC : Level nyeri, kriteria hasil:

1. Nyeri berkurang

2. Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah

3. Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.

4. Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.

NIC: Penatalaksanaan nyeri

1. Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi,

keparahan.

2. Observasi ketidaknyamanan non verbal

3. Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien

untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase,

perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-buru

4. Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon

pasien terhadap ketidaknyamanan

5. Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai saat

nyeri.

7. Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.

Page 13: Lp Peritonitis

Dx II. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang

tidak adekuat.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan

pasien normal dan dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat.

NOC : Fluid balance, kriteria hasil:

1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine

normal, HT normal

2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran

mukosa lembab,

4. Tidak ada rasa haus yang berlebihan

NIC : Fluid Management

1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2. Monitor vital sign dan status hidrasi

3. Monitor status nutrisi

4. Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu

pembekuan.

5. Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.

6. Atur kemungkinan transfusi darah.

Dx. III. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

Tujuan: Setelah dilakuakan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi

pada luka bedah.

NOC : Pengendalian Resiko, kriteria hasil:

1. Bebas dari tanda dan gejala infeksi.

2. Higiene pribadi yang adekuat.

3. Mengikuti prosedur dan pemantauan.

NIC: Pengendalian Infeksi

1. Pantau tanda dan gejala infeksi( suhu, denyut jantung, penampilan

luka).

2. Amati penampilan praktek higiene pribadi untuk perlindungan

terhadap infeksi.

3. Instruksikan untuk menjaga higiene pribadi untuk melindungi tubuh

terhadap infeksi.

4. Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan pemakaian set

ganti balut yang steril.

5. Bersihkan lingkungan dengan benar setelah.

Page 14: Lp Peritonitis

Dx. IV. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan diharapkan pasien dapat beraktivitas tanpa

mengalami kelemahan.

NOC : Konservasi energi, kriteria hasil:

1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan

darah, nadi, dan RR

2. Mampu melakukan aktivitas secara mandiri.

NIC : Management Energi

1. Tirah baring pada pasien dan bantu segala aktivitas sehari-hari, atur

periode istirahat dan aktivitas

2. Monitor terhadap tingkat kemampuan aktivitas, hindari aktivitas yang

berlebihan

3. Tingkatkan aktivitas sesuai dengan toleransi

4. Monitor kadar enzim serum untuk mengkaji kemampuan aktivitas

5. Monitor tanda-tanda vital dan atur perubahan posisi.

6. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat.

LAPORAN KASUS PADA An. B POST OP LAPAROTOMI DENGAN

PERITONITIS DI RUANG ALAMANDA RSUD TUGU REJO SEMARANG

Page 15: Lp Peritonitis

Pengkajian

I. Indentitas klien:

Nama : An B

Umur : 9 tahum

Pekerjaan : pelajar

Agama : Islam

Suku : jawa

Alamat : semarang

No RM :2098812

Diagnose medis : post op laparatomi dengan peritonitis

II. penanggung jawab

Nama : Tn. S

Umur : 39 tahum

Pekerjaan : wiraswasta

Agama : Islam

Suku : jawa

Alamat : semarang

Hubungan dengan klien : Ayah

PENGKAJIAN

a. Data Subyektif

Sebelum operasi

Nyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut kanan bawah, mual, muntah,

kembung

Tidak nafsu makan, demam, Diare atau konstipasi

Sesudah operasi

Nyeri daerah operasi, Lemas, Haus

Mual, kembung, Pusing

b. Data Obyektif

Sebelum operasi

Nyeri tekan di titik Mc. Berney

Spasme otot

Takhikardi, takipnea

Pucat, gelisah

Page 16: Lp Peritonitis

Bising usus berkurang atau tidak ada

Demam 38 - 38,5 C

Sesudah operasi

Terdapat luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen

Terpasang infus

Terdapat drain/pipa lambung

Bising usus berkurang

Selaput mukosa mulut kering

c. Pemeriksaan Laboratorium

Leukosit : 10.000 - 18.000 / mm3

Netrofil meningkat 75 %

WBC yang meningkat sampai 20.000 mungkin indikasi terjadinya per-

forasi (jumlah sel darah merah)

d. Data Pemeriksaan Diagnostik

Radiologi : Foto colon yang memungkinkan adanya fecalit pada katup.

USG : pada tanggal 25 januari 2013 . Nampak kesan pelebaran ileus.

USG. : pada tanggal 29 januari 2013 namak kesan cairan bebabs minimal

paravesikal, pelebaran ususu.

e. obat-obatan dan diit

obat injeksi

Genta 2.40 mg

Ketorolac 3.15 mg

Cefri 2.750 mg

Diit : susu dan teh manis

Terapi perentral : RL,D5, trifusin,metro tetesan infus 20 tpm

f. Potensial Komplikasi

Perforasi

Peritonitis

Dehidrasi

Sepsis

Elektrolit darah tidak seimbang

Pneumoni

Page 17: Lp Peritonitis

Diagnosa Keperawatan

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN / KRITE-RIA

RENCANA TINDAKAN

1 Nyeri abdomen berhu-bungan dengan obstruksi dan peradangan Post op di peritonum.Subyektif :1. Nyeri daerah pusar

menjalar kedaerah perut kanan bawah.

Obyektif :1. Nyeri tekan di kana bawah

Nyeri berkurang.Kriteria :Klien mengungkapkan ra-sa sakit berkurang.Wajah dan posisi tubuh tampak rilaks

1. Kaji tanda vital2. Kaji keluhan nyeri, ten-

tukan lokasi, jenis dan in-tensitas nye-ri. Ukur den-gan skala 1-10.

3. Jelaskan penyebab rasa sakit, cara mengurangi.

4. Beri posisi ½ duduk untuk me-ngurangi penyebaran infeksi pada abdomen.

5. Ajarkan tehnik relaksasi.6. Kompres es pada daerah

sakit untuk mengurangi ny-eri.

7. Anjurkan klien untuk tidur pada posisi nyaman (miring dengan menekuk lutut kanan).

8. Puasa makan minum apa-bila akan dilakukan tin-dakan.

9. Ciptakan lingkungan yang tenang.

10. Laksanakan program medik.

11. Pantau efek terapeutik dan non terapeutik dari pembe-rian analgetik.

2 Resiko kekurangan vo lume cairan berhubung an dengan mual, mun- tah, anoreksia dan diare.Berat badan turun.

Cairan dan elektrolit da-lam keadaan seimbang.Kriteria :Turgor kulit baik.Cairan yang keluar dan masuk seimbang.

1. Observasi tanda vital suhu, nadi, tekanan darah, perna-pasan tiap 4 jam.

2. Observsi cairan yang keluar dan yang masuk.

3. Jauhkan makanan/bau-bauan yang merangsang mual atau muntah.

4. Kolaborasi pemberian infus dan pipa lambung.

3 Kurang pengetahuan ten tang prosedur persiapan dan sesudah operasi.Subyektif

Setelah diberikan penje-lasan klien memahami tentang prosedur persiap-an dan sesudah operasi

1. Jelaskan prosedur persiapan operasi.

pemasangan infus. puasa makan & minum se-

belumnya 6 - 8 jam.

Page 18: Lp Peritonitis

Klien / keluarga ber-tanya tentang prosedur persiapan dan sesudah operasiObyektif Klien tidak kooperatif terhadap tindakan per-siapan operasi.

KriteriaKlien kooperatif dengan tindakan persiapan operasi maupun sesudah operasi.Klien mendemonstrasikan latihan yang diberikan.

cukur daerah operasi.2. Jelaskan situasi dikamar be-

dah.3. Jelaskan aktivitas yang perlu

dilakukan setelah operasi. Latihan batuk efektif. mobilisasi dini secara pasif

dan aktif bertahap.

4 Kerusakan integritas ku-lit berhubungan dengan luka pembedahan.

Luka insisi sembuh tanpa ada tanda infeksi.

1. Pantau luka pembedahan dari tanda-tanda peradan-gan : de-mam, kemerahan, bengkak dan cairan yang keluar, warna jum-lah dan karakteristik.

2. Rawat luka secara steril.3. Beri makanan berkualitas

atau dukungan klien untuk makan. Makanan men-cukupi untuk memper-cepat proses penyem-buhan.

4. Beri antibiotika sesuai program medik.

Page 19: Lp Peritonitis

Implementasi Keperawatan

Tgl/jam DX Implementasi Respon ttd

29/02/2013

Jam 10.00

29/02/2013

Jam 10.00

1

2

1. Kaji tanda vital2. Kaji keluhan nyeri, tentukan lokasi,

jenis dan intensitas nye-ri. Ukur den-gan skala 1-10.

3. Jelaskan penyebab rasa sakit, cara mengurangi.

4. Beri posisi ½ duduk untuk me-ngu-rangi penyebaran infeksi pada ab-domen.

5. Ajarkan tehnik relaksasi.6. Kompres es pada daerah sakit untuk

mengurangi nyeri.7. Anjurkan klien untuk tidur pada po-

sisi nyaman (miring dengan menekuk lutut kanan).

8. Puasa makan minum apabila akan di-lakukan tindakan.

9. Ciptakan lingkungan yang tenang.10. Laksanakan program medik.11. Pantau efek terapeutik dan non ter-

apeutik dari pemberian analgetik.

1. Observasi tanda vital suhu, nadi, tekanan darah, perna-pasan tiap 4 jam.

2. Observsi cairan yang keluar dan yang masuk.

3. Jauhkan makanan/bau-bauan yang merangsang mual atau muntah.

4. Kolaborasi pemberian infus dan pipa lambung.

S : Klien kooperatif

O : Skala nyeri klien 5

klien mengatakan nyeri

seperti ditusuk-tusuk

S: Klien respon dan koop-

eratif, Klien mengatakan

sudah paham dan akan

melakukan sesuai dengan

anjuran

O : klien nampak memakan

dan minum meski masih

tersisa setengah

Page 20: Lp Peritonitis

29/02/2013

Jam 10.10

3 1. Jelaskan prosedur persiapan operasi. pemasangan infus. puasa makan & minum sebelumnya 6

- 8 jam. cukur daerah operasi.2. Jelaskan situasi dikamar bedah.3. Jelaskan aktivitas yang perlu di-

lakukan setelah operasi. Latihan batuk efektif. mobilisasi dini secara pasif dan aktif

bertahap.

S: klien mengatakan masih

cemas dan takut pada tin-

dakan operasi

O : klien Nampak wajah

tegang,

29/02/2013

Jam 10.15

4 1. Pantau luka pembedahan dari tanda-tanda peradangan : de-mam, kemer-ahan, bengkak dan cairan yang keluar, warna jum-lah dan karakter-istik.

2. Rawat luka secara steril.3. Beri makanan berkualitas atau

dukungan klien untuk makan. Makanan mencukupi untuk mem-percepat proses penyembuhan.

4. Beri antibiotika sesuai program medik.

S: klien mengatakan ada

bekas luka operasi di perut

kanan dan terpasang drien

O : klien tampak cemas

Page 21: Lp Peritonitis

Catatan Perkembangan Keperawatan

Tgl/jam Dx Catatan PerkembanganTTD

30/02/2013

Jam 11.00

1 S : Klien kooperatifO : Skala nyeri klien 3

klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, ekspresi wajah klien tenang dan klien tidak mengeluh nyeri lagi

A: Masalah teratasiP: Hentikan intervensI

30/02/2013

Jam 11.10

2 S: Klien respon dan kooperatif, Klien mengatakan sudah paham dan akan melakukan sesuai dengan anjuran

O : klien nampak memakan dan minum meski masih tersisa setengah

A : masaah teratasi sebagianP : Lanjutkan Intervensi no. 1-4

30/02/2013

Jam 11.30

3 S: klien mengatakan masih cemas dan takut pada tindakan op-erasi

O : klien nampak wajah tegang, takut dan menangisA : maslah belum terasiP: lanjutkan intervensi no1- 3

30/02/2013

Jam 12.00

4 S: klien mengatakan ada bekas luka operasi di perut kanan dan terpasang drien

O : klien tampak berkurang cemasnya dengan bekas jahitanA: masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi no 1-4

Page 22: Lp Peritonitis

DAFTAR PUSTAKA

Andra. 2007. Peritonitis Pedih dan Sulit Diobati. www.majalah-farmacia.com. 2 Desember 2007.

Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott Company. Philadelphia. 1984.

Doenges, Marilynn E. et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Johnson, Marion et all. 2000. Iowa Intervention Project Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis : Mosby Inc.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

McCloskey, Joanne C. dan Gloria M. Bulechek. 1996. Iowa Intervention Project Nursing Interventions Classification (NIC). St. Louis : Mosby - Year Book Inc.

Potter dan Perry. 1999. Fundamental Keperawatan Edisi 4 Vol 2. Buku Kedokteran. Jakarta : ECG.

Soeparman, dkk 1987. Ilmu Penyakit Dalam Edisi II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta: Prima Medika.

Page 23: Lp Peritonitis

LAPORAN KASUS

POST OP PADA An B POST OP LAPARATOMI DENGAN PERI-

TONITIS DI RUANG ALAMANDA RSUD TUGU REJO

SEMARANG

DISUSUN OLEH :

Nama : Bambang Santoso

NIM : G30A012001

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SEMARANG

2013