Upload
neng-ika
View
749
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Masalah kesehatan di perkotaan yang terjadi pada umumnya berkaitan dengan faktor
lingkungan, perilaku dan akses pelayanan kesehatan serta kependudukan. Masalah
diperkotaan menjadi kompleks karena masyarakat perkotaan memiliki ciri khusus
seperti individualistik, materialistik, heterogen, dan mempunyai tuntutan tinggi.
Pertumbuhan kota biasanya diikuti oleh industrialisasi, munculnya kawasan industri
akan menimbulkan derajat pencemaran dan berakibat buruk bagi lingkungan
kehidupan masyarakat perkotaan.
Sebagai akibat perkembangan kota yang sangat cepat dan dinamis akan berdampak
pada perkembangan dan masalah kesehatan masyarakat yang khas perkotaan. Masalah
kesehatan lebih kompleks dan beragam karena merupakan gabungan antara masalah
konvensional dan modern, baik untuk medis, maupun masalah kesehatan masyarakat.
Adanya berbagai masalah kesehatan di perkotaan diperlukakan keperawatan kesehatan
komunitas khususnya di daerah perkotaan dimana keperawatan komunitas ini
merupakan area keperawatan yang sudah berkembang, pelayanan keperawatan di area
komunitas tidak bisa berfokus hanya merawat individu yang sakit tetapi juga
melibatkan keluarga, lingkungan dan komunitas untuk megatasi permasalahan
kesehatan dengan tujuan terciptanya individu, keluarga, lingkungan dan komunitas
yang sehat.
Keperawatan kesehatan komunitas di perkotaan menggunakan beberapa konsep
asuhan keperawatan yaitu untuk individu dan keluarga menggunakan konsep menurut
Friedman, untuk komunitas menggunakan community as partner dan menggunakan
strategi promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatannya.
1.2 Tujuan penulisan
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami konsep dan teori keperawatan kesehatan
komunitas terkait kesehatan masyarakat perkotaan.
Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa memahami dan menjelaskan teori dan konsep keperawatan
kesehatan komunitas.
2. Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi kesenjangan yang dialami oleh
masyarakat di daerah perkotaan.
3. Agar mahasiswa memahami dan menjelaskan model pelayanan keperawatan
komunitas (Perkesmas) pada masyarakat perkotaan.
4. Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga dan
komunitas pada masyarakat perkotaan.
1.3 Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB 1 berisi Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan,
BAB 2 : Berisi tinjauan pustaka mengenai konsep dan teori keperawatan kesehatan
komunitas terkait kesehatan masyarakat perkotaan
BAB 3 : Pembahasan
BAB 4: Penutup, berisi kesimpulan dan saran
Daftar pustaka
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep keperawatan kesehatan komunitas terkait masyarakat perkotaan
2.1.1 Konsep model keperawatan komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (American Nursing
association) (1973, dalam Tim pengajar keperawatan komunitas, 2008), yaitu
suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat, bersifat menyeluruh
dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur
tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat.
Menurut Depkes RI (Departemen Kesehatan Republik Indonesia) (1986, dalam
Tim pengajar keperawatan komunitas, 2008), perawatan kesehatan komunitas
adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh perawat dengan
mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh
tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga, dan masyarakat.
Ada beberapa konsep model keperawatan komunitas, yaitu Model Sistem
Imogene King (1971), Model Adaptasi Roy (1976), Model Self Care Orem
(1971), dan Model Health Care System Betty Neuman (1982).
1. Model Sistem Imogene King
Komunitas adalah suatu sistem dari subsistem keluarga, dan
suprasistemnya adalah sistem sosal yang lebih luas. Subsistem dalam
komunitas ini akan saling berinteraksi satu sama lain, adanya gangguan
pada subsistem akan mempengaruhi sistem komunitas.
2. Model Adaptasi Roy
Difokuskan untuk mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah
perilaku maladaptif pada komunitas untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat.
3. Model Self Care Orem
Berfokus pada kemandirian keluarga dalam melakukan upaya kesehatan yang terkait dengan lima tugas kesehatan keluarga.
4. Model Health Care System Betty Neuman
Ditekankan pada penurunan stres dengan memperkuat garis pertahanan diri
yang fleksibel, normal, ataupun resisten melalui tiga level prevensi, yakni
promotif, preventif, dan kuratif dan rehabilitative.
5. Model Community as Partner, Anderson & Mc Farlane (1996)Model ini berfokus untuk mengumpulkan dan memfungsikan kemampuan
komunitas untuk mencapai kesehatan yang optimal. Perawat berperan
untuk meningkatkan kesehatan dan bertindak sebagai fasilitator,
katalisator, dan advocat sehingga komunitas sebagai satu kesatuan mampu
mengontrol respon terhadap stresor yang dapat mengganggu kesehatannya.
Berikut ini beberapa konsep terkait Model Community as Partner:
Individu, kelompok, dan komunitas merupakan sistem terbuka yang saling
berinteraksi dengan lingkungan (systems model).
Model ini menganut teori adaptasi stres dalam aplikasinya di komunitas
(stress adaptation).
Definisi empat konsep sentral keperawatan (paradigma keperawatan), yaitu
manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan memberikan kerangka
kerja untuk model ini.
Fokus pada model ini adalah community assesment wheel dan proses
keperawatan. Community assesment wheel terdiri dari core assesment dan 8
subsistem.
Core assesment menjelaskan tentang orang atau kumpulan individu dalam
komunitas, termasuk demografi, nilai-nilai, kepercayaan, dan sejarahnya.
Sementara itu, pengkajian terhadap 8 subsistem meliputi: lingkungan fisik,
pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan,
pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi, dan rekreasi.
2.1.2 Peran perawat komunitas
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan melalui asuhan
keperawatan; sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan; penemu kasus;
penghubung dan koordinator; pelaksana konseling keperawatan; dan model
peran (role model). Dalam hal ini terdapat dua peran sebagai perawat
komunitas, yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan serta pelaksana
konseling keperawatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat yang merupakan bagian dari ruang lingkup promosi kesehatan
yang bertujuan memberikan perubahan perilaku untuk hidup bersih dan sehat
yang merupakan visi dari promosi kesehatan.
2.1.3 Sasaran perawatan kesehatan komunitas
Menurut Anderson (1988) dalam Tim pengajar keperawatan komunitas (2008),
terdapat tiga tingkatan sasaran keperawatan komunitas yaitu:
1. Tingkat individu
2. Tingkat keluarga
Pada tingkat keluarga yang menjadi sasaran keperawatan komunitas
adalah keluraga yang anggota keluarganya mempunyai masalah kesehatan.
3. Tingkat komunitas
Diberikan untuk kelompok beresiko atau untuk masyarakat wilayah binaan
dengan memandang komunitas sebagai klien, secara individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik yang sehat ataupu sakait atau yang
mempunyai masalah kesehatan karena ketidaktahuan, ketidakmauan serta
ketidakmampuan.
2.2 Kesenjangan keadaan kesehatan, keamanan yang dialami oleh masyarakat
perkotaan
Disparitas atau kesenjangan adalah jarak perbedaan antara sebuah nilai rata-rata dari
sub populasi atau sub kelompok dengan nilai rata-rata sub kelompok lain dalam
sebuah komunitas masyarakat yang lebih besar, yang seharusnya memiliki nilai, hak
dan kewajiban yang sama (Achmadi, 2008). Contoh kesenjangan/disparitas tersebut
adalah :
2.2.1 Perbedaan fasilitas kesehatan
Perbedaan fasilitas kesehatan daerah perkotaan dan pedesaan dapat dilihat dari
segi jumlah, jenis pelayanan, sarana dan prasarana serta akses lokasi.
Perkotaan: jumlah fasilitas kesehatan cukup banyak misalnya puskesmas, RS,
klinik swasta, praktek pribadi/spesialis. Jenis pelayanan kesehatan yang di
sediakan di perkotaan juga sangat beragam, mulai dari promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif, serta pemeriksaan penunjang yang lengkap, SDM di
daerah perkotaan pun cukup variatif, termasuk jumlah dan keahliannya.
Pedesaan: jumlah, jenis pelayanan, sarana dan prasarana serta akses lokasi
terbatas, SDM sedikit.
2.2.2 Kesenjangan transportasi
Perkotaan: sarana dan prasarana tersedia, jumlah alat transportasi banyak, jarak
antara fasilitas layanan masyarakat berdekatan. Masalah yang muncul
(terutama di Jakarta yakni kemacetan lalulintas).
Pedesaan: masih sangat terbatas dalam ketersediaan maupun kelancaran sarana
dan prasarana transportasi. Jarak fasilitas kesehatan sangat jauh sehingga
individu akan menghabiskan waktu seharian untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Program-program pelayanan kesehatan oleh perawat komunitas
belum tersosialisasi dengan baik, penyebaran kartu peserta belum merata,
keterbatasan sumberdaya manusia dilapangan, minimnya biaya operasional,
dan kurang aktifnya program-program keperawatan komunitas (Kemenkes RI,
2010).
2.2.3 Kesenjangan lingkungan terkait pencemaran
Pencemaran lingkungan dapat diakibatkan oleh proses alam dan akibat ulah
manusia itu sendiri. Kesenjangan lingkungan tercemar yang terjadi antara
masyarakat rural dan masyarakat urban antara lain :
a. Tidak seimbangnya pembangunan antara desa dan kota
b. Pencemaran yang biasa terjadi di daerah padat industri
c. Pencemaran udara di daerah perkotaan diakibatkan adanya polusi
kendaraan.
d. Sempitnya lahan hijau atau pepohonan di daerah perkotaan
e. Mayarakat Rural terbiasa hidup dengan lingkungan yang lebih alami,
kesadaran akan lingkungan jauh lebih tinggi dan berusaha untuk lebih
ramah terhadap lingkungan sekitar mereka
Beberapa contoh masalah kesehatan lingkungan perkotaan
₋ Polusi udara dan kualitas atmosfir
₋ Sanitasi, dan kebersihan air
₋ Kesehatan dan keamanan pangan (food quality n food safety)
₋ Ancaman radiasi
₋ Hewan penyebar penyakit (vector)
₋ Pembuangan limbah
2.2.4 Kesenjangan keamanan terkait kecelakaan kerja
Masalah kecelakaan kerja di area rural dan urban tentu saja berbeda, Masalah
kecelakaan kerja di area urban biasanya meliputi tempat kerja yang tercemar
racun atau limbah yang menyebabkan keracunan, penggunaan mesin yang
berbahaya, pelecehan seksual, gerakan cidera yang berulang, tempat kerja yang
menyebabkan kanker (Nies & McEwen, 2007). Sedangkan di area rural jarang
sekali ditemui kecelakaan kerja, terutama yang berhubungan dengan industri,
psikososial dan lingkungan yang tercemar. Pada area rural kecelakaan kerja
biasa terjadi kondisi alam atau topografi, bencana alam, serta tingkah laku
yang membahayakan akibat kurang pengetahuan.
2.2.5 Kesenjangan psikososial
Masyarakat perkotaan cenderung mengalami masalah psikososial yang lebih
tinggi dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Tawuran antar pelajar,
penggunaan NAPZA, masalah kejiwaan pada tenaga kerja, gelandangan, anak
jalanan sangat banyak ditemukan di perkotaan dibandingkan daerah pedesaan.
Hal ini disebabkan karena di pedesaan masih menjunjung tinggi sikap
kekeluargaan dan gotong royong, masih menjunjung tinggi nilai & norma adat
maupun agama, waktu yang lebih banyak bagi keluarga dalam berinteraksi.
Masalah psikosisal yang terjadi di pedesaan, biasanya di daerah-daerah yang
memang rawan bencana sehingga menimbulkan stress dan lain sebagainya.
2.2.6 Kesenjangan sosial
Kehidupan sosial masyarakat perkotaan biasanya bergaya hidup konsumtif,
masyarakatnya bersifat heterogen, berorientasi pada realitas tanpa ada
pengaruh budaya yang mengekang, dan ketersediaan fasilitas sosial,
pendidikan, pekerjaan yang sangat bervariasi. Sedangkan kehidupan sosial
masyarakat pedesaan masih menganut gaya hidup dengan dasar
kesederhanaan, masyarakatnya homogen, pengaruh budaya sangat kuat,
fasilitas sosial yang tersedia sangat terbatas, pendidikan dan pekerjaan pun
juga terbatas.
2.3 Model pelayanan keperawatan komunitas (Perkesmas) pada masyarakat
perkotaan (risk and vulnerable population)
2.3.1 Konsep pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care)
Menurut WHO dalam Anderson & Farlane (2007) pelayanan kesehatan primer
(PHC) adalah pelayanan kesehatan esensial, didasarkan pada praktik secara
ilmiah, menggunakan metode teknologi yang dapat diterima secara sosial,
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat melalui partisipasi penuh dari
masyarakat, pendanaan yang dapat dicapai dan diarahkan pada kepercayaan
diri dan determinasi diri sendiri.
Konsep dasar PHC antara lain: pencegahan, penanggulangan universal dan
keterjangkauan, berdaya guna, kerjasama tim, penyusunan prioritas untuk
mengarahkan permasalahan setempat, manajemen efektif, partisipasi
masyarakat, dan sensitifitas budaya (Anderson & Farlane, 2007).
2.3.2 Implementasi PHC di Indonesia
Di Indonesia, penyelenggaraan PHC dilaksanakan di Puskesmas dan jaringan
yang berbasis komunitas dan partisipasi masyarakat, yaitu Poskesdes dan
Posyandu yang ada di setiap wilayah kecamatan dan kelurahan. Untuk strategi
ketiga, Kementerian Kesehatan saat ini memiliki salah satu program yaitu
saintifikasi jamu yang dimulai sejak tahun 2010 dan bertujuan untuk
meningkatkan akses dan keterjangkauan masyarakat terhadap obat-obatan.
2.3.3 Konsep keperawatan kesehatan masyarakat
Menurut Depkes RI (2006), perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu
bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif,
secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada indiividu, keluarga,
kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh, melalui proses
keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal,
sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.
2.3.4 Prinsip-prinsip dasar PERKESMAS
Prinsip-prinsip dasar dalam praktek keperawatan kesehatan masyarakat adalah :
1. Keluarga sebagai unit pelayanan dalam perawatan kesehatan masyarakat
2. Ada 4 tingkat sasaran dalam pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
yaitu; individu, keluarga, masyarakat dan kelompok khusus
3. Perawat kesehatan masyarakat bekerja dengan mengikutsertakan partisipasi
masyarakat dalam penanggulangan masalah kesehatan mereka sendiri.
4. Pelayanan yang diberikan lebih ditekankan kepada upaya promotif dan
preventif.
5. Dasar utama dalam pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat adalah
menggunakan metode pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses
keperawatan.
6. Kegiatan utama perawatan kesehatan masyarakat adalah di masyarakat dan
bukan di rumah sakit.
7. Pasien adalah masyarakat secara keseluruhan baik sehat maupun sakit.
8. Keperawatan kesehatan masyarakat membina perilaku sehat masyarakat.
9. Tujuan perawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan fungsi
kehidupan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
seoptimal mungkin secara mandiri.
10. Perawat kesehatan masyarakat tidak bekerja sendiri akan tetapi bekerja secara
tim.
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan masyarakat digunakan
untuk kegiatan-kegiatan peningkaan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani
masyarakat yang sehat dan sakit, penduduk yang sakit dan tidak berobat ke
puskesmas dan pasien yang kembali dari rumah sakit.
12. Perawatan kesehatan masyarakat harus melihat kenyataan dan keadaan yang
nyata dilingkungan klien, baik di rumah, sekolah, panti-panti dan sebagainya.
13. Pendidikan kesehatan sebagai kegiatan utama bagi perawat kesehatan
masyarakat guna merubah perilaku dan kebiasaan individu, keluarga dan
masyarakat ke arah yang menguntungkan masyarakat.
14. Pelaksanaan keperawatan kesehatan masyarakat harus mengacu kepada
perkembangan pembangunan dibidang kesehatan.
15. Pelaksanaan asuhan perawatan kesehatan masyarakat dilakukan diinstitusi
pelayanan kesehatan yaitu puskesmas dan institusi lain seperti panti, sekolah
dan lainnya serta rumah dimana keluarga sebagai unit pelayanan.
.
2.4 Asuhan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan menggunakan konsep
asuhan keperawatan keluarga
Perubahan sosial, ekonomi, demografi, politik dan budaya membawa pengaruh besar
terhadap keluarga, Clark(1984; Coates, 1996: Toffler, 1990, dalam Friedman, 2010).
Perubahan tersebut lebih banyak terjadi di perkotaan dan berpengaruh terhadap bentuk
keluarga.
Berbagai bentuk keluarga Friedman (2010) diantaranya:
1. Keluarga inti : terdiri dari ayah, ibu dan anak. Seiring perkembangan di dunia
terjadi dua variasi keluarga inti yaitu; dual earning (kedua pasangan sama-sama
memiliki penghasilan), keluarga diad (keluarga tanpa anak).
2. Keluarga adopsi
3. Extended Family: terdiri dari orang tua, kakak/adik dan keluarga dekat lainnya.
4. Keluarga orang tua tunggal: keluar ga dengan ibu atauayah sebagai kepala
keluarga. Misal duda/janda yang bercerai, ditelantarkan atau berpisah.
5. Keluarga binuklir: keluarga yang terbentuk setelah perceraian dimana anak
merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah
tangga inti, maternal dan paternal.
6. Cohabiting family: terdiri dari dua orang yang tinggal bersama tanpa menikah.
7. Keluarga homoseksual: dua atau lebih individu yang berbagi orientasi seksual
yang sama atau minimal ada satu orang homoseksual yang memelihara anak.
2.4.1 Proses keperawatan keluarga
1. Pengkajian.
Sumber data pengkajian
Wawancara, observasi (rumah dan lingkungannya), pemeriksaan fisik
(seluruh anggota keluarga), data sekunder: lab, X-ray, dll
Model pengkajian keluarga menurut Friedman (2010) terdiri dari enam
kategori yang luas:
Mengidentifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan,
struktur keluarga, fungsi keluarga, stress, koping, dan adaptasi keluarga.
Dalam pengumpulan data yang perlu dikaji adalah:
a. Tahap I1) Data umum
Data ini mencakup kepala keluarga (KK), alamat dan telepon,
pekerjaan KK, pendidikan KK, dan komposisi keluarga (dalam tabel)
lengkap dengan genogramnya. Tipe keluarga (menjelaskan mengenai
jenis/ tipe keluarga), suku, agama, status sosial ekonomi keluarga,
aktivitas rekreasi keluarga.
Penggunaan simbol dalam genogram:
Laki-laki Perempuan pasien yang teridentifikasi Meninggal
Anak kandung Anak kembar Anak adopsi/asuh
Aborsi/keguguran Menikah Berpisah Bercerai
Tidak menikah Anggota yang tinggal serumah
Format genogram:
Nama Keluarga: ………….
Tanggal : ……………… Alamat keluarga:……………….
Generasi 1
Generasi 2
Generasi 3
Hipotesis utama dan peristiwa hidup orang dekat lainnya
Sumber: McGoldrick M, Gerson R: Genograms in family assessment, New York (1985, dalam Stanhope, 2010).
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
₋ Tahap perkembangan keluarga saat ini. Tahap perkembangan keluarga
ditentu oleh usia anak tertua dari keluarga inti.
₋ Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
₋ Riwayat kesehatan keluarga inti
₋ Riawayat kesehatan keluarga sebelumnya (generasi diatasnya)
3) Data lingkungan
₋ Karakteristik rumah, keadaan rumah (digambar sebagai denah rumah).
Kaji pengaturan tidur didalam rumah (pertimbangan usia mereka,
hubungan, dan kebutuhan khusus lainnya).
₋ Karakteristik tetangga dan komunitasnya, meliputi kebiasaan, seperti
lingkungan fisik, nilai atau norma serta aturan/ kesepakatan penduduk
setempat, dan budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
₋ Mobilitas geografis keluarga. Mungkin keluarga sering berpindah
tempat atau ada anggota keluarga yang tinggal jauh dan sering
berkunjung pada keluarga yang dibina.
₋ Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : waktu yang
digunakan keluarga untuk berkumpul dan berinteraksi dengan
masyarakat sekitarnya.
₋ Sistem pendukung keluarga; jumlah anggota keluarga yang sehat dan
fasilitas keluarga yang menunjang kesehatan (askes, jamsostek, kartu
sehat, asuransi, atau yang lain).
4) Struktur keluarga
₋ Struktur peran (peran masing-masing anggota keluarga secara formal
maupun informal baik dikeluarga atau masyarkat.
₋ Nilai atau norma yang berhubungan dengan kesehatan.
₋ Pola komunikasi keluarga (bagaimana cara keluarga berkomunikasi,
siapa pengambil keputusan utama, dan bagaimana peran anggota
keluarga dalam menciptakan komunikasi).
₋ Struktur kekuatan keluarga (kemampuan keluarga mempengaruhi dan
mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan).
5) Fungsi keluarga
₋ Fungsi ekonomi ; upaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan, dan papan.
₋ Fungsi sosialiasasi; hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya, dan perilaku
yang berlaku di keluarga dan masyarakat.
₋ Fungsi afektif: sejauh mana anggota keluarga saling asuh dan
mendukung, apakah mereka menunjukkan kasih sayang satu sama lain
₋ Fungsi sosialisasi: siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran
membesarkan anak atau fungsi sosialisasi, apakah fungsi ini dipikul
bersama, bagaimana anak-anak dihargai dalam keluarga ini?,
₋ Fungsi perawatan kesehatan keyakianan, nilai, dan perilaku, tingkat
pengetahuan keluarga tentang sehat-sakit, tindakan pencegahan secara
medis, terapi komplementer dan alternatif, riwayat kesehatan keluarga,
layanan perawatan kesehatan yang diterima, perasaan dan persepsi
mengenai pelayanan kesehatan, sumber pembayaran, untuk
mendapatkan perawatan.
6) Stres dan koping keluarga
Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek adalah stressor yang dialami keluarga dan
memerlukan waktu penyelesaian lebih kurang 6 bulan. Stressor jangka
panjang adalah stressor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu
penyelesaian lebih dari 6 bulan.
7) Pemeriksaan fisik
Dilakukan terhadap seluruh anggota keluarga menggunakan metode
Inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Pemeriksaan fisik meliputi;
keadaan umum, tingkat kesadaran, tanda vital dan pemeriksaan head to toe.
8) Harapan keluarga
Tanyakan harapan keluarga terhadap petugas/ pelayanan kesehatan yang
ada.
b. Tahap II
Penjajakan tahap dua mengacu pada 5 tugas kesehatan keluarga.
1) Mengenal masalah
Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, identifikasi tingkat keseriusan
masalah pada keluarga.
2) Mengambil keputusan
Akibat, keputusan yang dibuat keluarga
3) Melakukan perawatan kesehatan
Cara-cara perawatan yang sudah dilakukan, cara pencegahan.
4) Memodifikasi lingkungan
Lingkungan fisik, lingkungan psikologis.
5) Pemanfaatan faslitas kesehatan
Pusat layanan kesehatan yang biasa dikunjungi oleh keluarga, frekuensi
kunjungan.
2. Diagnosa keperawatan
a. Jenis diagnosa keperawatan
Aktual, risiko, potensial/wellness
b. Komponen diagnosa keperawatan
- Masalah: mengacu kepada respon keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan
dasar.
- Etiologi (penyebab): mengacu pada pelaksanaan 5 tugas kesehatan keluarga
- Tanda dan gejala
c. Diagnosa keperawatan: NANDA
- Gangguan proses keluarga
- Penurunan koping keluarga
- Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- Gangguan pemeliharaan rumah
- Isolasi sosial
- Perubahan pola eliminasi
- Risiko trauma (injuri)
- dll
contoh: risiko cedera pada keluarga Bpk X, khususnya Ny. Y berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga menyediakan lingkungan yang aman.
d. Analisa data
Data Masalah/diagnosa keperawatan
e. Prioritas masalah
Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1. Sifat masalah
Potensial: 1
Risiko: 2
Aktual: 3
1
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah
Mudah: 2
Sebagian: 1
Tidak dapat: 0
2
3. Potensial masalah untuk dicegah
Tinggi: 3
Cukup: 2
Rendah: 1
1
4. Menonjolnya masalah
Segera ditangani: 2
Tidak perlu segera ditangani: 1
Masalah tidak dirasakan: 0
1
Cara perhitungan
Skor x Bobot =
angka tertinggi
3. Perencanaan
a. Tujuan jangka panjang: mengacu pada penyelesaian masalah
b. Tujuan jangka pendek: mengacu pada penyelesaian etiologi
c. Kriteria evaluasi: kriteria (kognitif, psikomotor, afektif), standar.
4. Implementasi
Tuliskan yang telah dilakukan dengan jelas meliputi: alat bantu yang digunakan,
pelaksanaan tindakan, lama tindakan, modifikasi yang diperlukan
5. Evaluasi
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional.
Evaluasi terhadap proses dan hasil.
2.5 Asuhan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan menggunakan konsep
asuhan keperawatan komunitas
2.5.1 Pengkajian komunitas menurut Community as Partner
Pengkajian komunitas adalah suatu proses yang berupaya untuk mengenai
tujuan mengidentifikasi faktor – faktor baik bersifat positif maupun negatif
yang mempengaruhi warga masyarakat agar dapat mengembangkan strategi
promosi kesehatan (Anderson, Elizabet T, 2006).
Pengkajian meliputi :
- Pengkajian individu (pengkajian yang dilakukan terhadap keluarga
berkaitan dengan keluarga, peran dan pertahanan).
- Pengkajian keluarga (pengkajian yang dilakukan berdasarkan pada
struktur dan karakteristik keluarga, status sosial ekonomi dan budaya,
lingkungan, riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik).
- Pengkajian masyarakat (pengkajian yang dilakukan berdasarkan
riwayat atau sejarah terjadinya dan perkembangan, demografik dan
etnik (penduduk, umur, jenis kelamin, ras / suku, tipe keluarga dan
status perkawinan), statistik vital (angka kelahiran, angka kematian dan
penyebabnya).
- Nilai, keyakinan dan keagamaan
- Pengkajian lingkungan fisik, terdiri dari inspeksi dengan melihat denah
daerah / suatu wilayah, auskultasi dengan mendengarkan keluhan dari
masyarakat, TTV (Tanda Tanda Vital) dengan melakukan observasi
iklim dan kepadatan jumlah penduduk serta tingkat pendidikan.
Metode pengumpulan data
Wawancara, pengamatan (fisik, psikologis, perilaku dan sikap),
pemeriksaan fisik (Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan Palpasi (Mubarak,
2005)), rembug desa atau survey mawas diri bersama masyarakat, dan
pengukuran langsung data kesehatan.
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan
cara sebagai berikut : 1. Klasifikasi data atau kategori data, 2. Penghitungan
prosentase cakupan. 3. Tabulasi data. 4. Interpretasi data.
2.5.2 Diagnosa keperawatan komunitas
Diagnosa Komunitas adalah hipotesis atau pernyataan dari hasil analisis dan
sintesis data serta informasi yang didapat selama pengumpulan data tentang
komunitas (Ervin, 2002).
Format untuk menyatakan diagnosa komunitas diadaptasi dari kerja Muecke
(1984). Dengan pendekatan ini, diagnosa komunitas memiliki 4 elemen:
1. Kesimpulan dari analisis dan sintesis data dinyatakan sebagai sebuah
hipotesis tentang situasi atau status yang berlawanan, kekuatan, tren,
kelemahan, masalah potensial atau resiko.
2. Deskripsi dari populasi, komunitas, jumlah keseluruhan, atau kelompok
dimana kesimpulan digunakan; mempunyai hubungan dengan penyataan
hipotesis dengan kata “diantara”.
3. Sosial, lingkungan, budaya, ekonomi, komunitas, atau keseluruhan yang
berhubungan dengan kesimpulan; dihubungkan dengan deskripsi komunitas
oleh ungkapan “berhubungan dengan”.
4. Indikator dimana situasi atau status yang berlawanan, kekuatan, tren,
kelemahan, resiko atau masalah potensial yang ada; berhubungan dengan
karakteristik yang diungkapkan dengan “yang ditandai dengan”.
Diagnosa keperawatan komunitas mengandung komponen utama:
₋ Problem: kesenjangan dari keadaan normal
₋ Etiology: penyebab masalah kesehatan/keperawatan yang meliputi
perilaku individu, keluarga, masyarakat, lingkungan.
₋ Sign/symptom: informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa,
serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
Contoh: Resiko terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat (diare,
ISPA, DBD) di desa X RW Y berhubungan dengan kurangnya kepedulian
masyarakat terhadap kebersihan lingkungan, terpaparnya lingkungan oleh
bermacam polusi.
2.5.3 Skoring untuk menentukan prioritas masalah
Untuk menentukan prioritas masalah diperlukan skoring. Berikut akan
dicontohkan skoring menurut Stanhope untuk memprioritaskan masalah
dengan masalah malnutrisi pada balita.
Kriteria Bobot Masalah Nilai Rasional Peringkat
(bobot x
nilai)
Kesadaran masyarakat ttg masalah
5 Malnutisi pada balita
10 Penyedia layanan kesehatan, guru, dan orang tua yang menyatakan masalah
50
Motivasi masy. utk menyelesaikan masalah
10 3 Sebagian besar orang percaya bahwa masalah ini tidak dipecahkan karena yang terkena dampak ini adalah orang miskin
30
Kemampuan perawat utk mempengaruhi penyelesaian masalah
5 8 Perawat terampil dalam meningkatkan kesadaran dan memobilisasi dukungan
40
Ketersediaan keahlian yang relevan dg penyelesaian masalah
7 10 Program WIC (women, infants and children) dan ahli gizi tersedia
70
Tingkat keparahan hasil jika masalah yg tersisa blm terselesaikan
8 5 Efek malnutisi marginal tidak terdokumentasi dg baik
40
Kecepatan yg dapat dicapai dlm penyelesaian masalah
3 3 Waktu untuk memobilisasi masy. perkotaan yg tidak memiliki aksi sosial yg panjang
9
Total : 239 Skor maksimal: 600
2.5.4 Intervensi asuhan keperawatan komunitas
1. Perumusan
Berfokus kepada masyarakat, jelas dan singkat, dapat diukur dan
diobservasi, realistik, ada target waktu, melibatkan peran serta masyarakat.
2. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Dibuat berdasarkan goal : sasaran sesuai hasil akhir yang diharapkan.
Perilaku yang diharapkan berubah.
3. Kriteria hasil untuk mencapai tujuan.
SMART S :Spesifik, M : Measurable (dapat diukur), A: Attainable (dapat
dicapai), R: Relevant/Realistic (sesuai), T: Time-Bound (waktu tertentu),
S: Sustainable (berkelanjutan).
2.5.5 Implementasi
Implementasi berfokus pada upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
1. Prevensi primer, tingkatan kesehatan dan kesejahteraan komunitas,
menurunkan kerentanan komunitas/ masyarakat perkotaan terhadap
stressor. Contohnya, promosi kesehatan yang fokusnya perlindungan
spesifik penyakit seperti imunisasi, pendkes gizi-olahraga dan lain-lain.
2. Prevensi sekunder, setelah kondisi sakit/penyakit muncul (walaupun tanpa
gejala). Misalnya skrining, diagnosis dini (SADARI, tes tuberculin).
3. Prevensi tertier, fokus pada restorasi dan rehabilitasi, yaitu
mengembalikan kesehatan komunitas yang optimal. Misalnya, rehabilitasi
dan konseling korban kekerasan, program terapi kesehatan (Anderson,
2007).
2.5.6 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian terhadap pelaksanaan tindakan keperawatan yang
telah diberikan untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang telah diperoleh.
Apabila tidak berhasil maka dilakukan pengkajian ulang dan bila berhasil perlu
disusun rencana tindak lanjut ( Depkes, 2000).
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Profil Kota Jakarta
Jakarta adalah ibukota negara Indonesia, merupakan satu-satunya kota di Indonesia
yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau
Jawa. Jakarta sering disebut juga kota metropolitan terbesar di Indonesia dan urutan
keenam di dunia. Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota negara, penduduk Jakarta
melonjak sangat pesat akibat kebutuhan tenaga kerja yang hampir semua terpusat di
Jakarta. Hingga saat ini Jakarta masih bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi
akibat kepadatan penduduk, seperti banjir, kemacetan, serta kekurangan alat
transportasi umum yang memadai. meski kota Jakarta tergolong modern, masalah
kesehatan ternyata masih menjadi masalah serius yang harus dibenahi.
3.2 Keperawatan kesehatan komunitas di Jakarta
Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap
pengaruh lingkungan meliputi bio-psiko-sosial dan spiritual dalam. Dengan
kompleksnya masalah bio-psiko-sosial dan spiritual yang terjadi di Jakarta, rasanya
tepat apabila perawat komunitas menggumakan model Community as Partner. Model
Community as Partner, Anderson & Mc Farlane (1996) yang berfokus untuk
mengumpulkan dan memfungsikan kemampuan komunitas untuk mencapai kesehatan
yang optimal. Fokus pada model ini adalah community assesment wheel dan proses
keperawatan. Community assesment wheel terdiri dari core assesment dan 8
subsistem.
1. Core assessment (kota Jakarta)
₋ Sejarah: Kota jakarta merupakan kota metropolitan terbesar di Indonesia.
sebagai pusat pemerintahan, bisnis dan perdagangan. memiliki masyarakat
kelas menengah terbanyak di asia. Beragam etnis, budaya dan agama terdapat
di Jakarta.
₋ Demografi: Dilihat dari struktur umur, penduduk Jakarta sudah mengarah ke
”penduduk tua”, artinya proporsi ”penduduk muda” yaitu yang berumur 0-14
tahun sudah mulai menurun. Bila pada tahun 1990, proporsi penduduk muda
masih sebesar 31,9 persen, maka pada tahun 2006 proporsi ini menurun
menjadi 23,8 persen. Sepanjang tahun 2002-2006, proporsi penduduk umur
muda tersebut relatif stabil, yaitu sekitar 23,8 persen. Sebaliknya proporsi
penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas) naik dari 1,5 persen pada tahun 1990,
menjadi 2,2 persen pada tahun 2000. Tahun 2006, proporsi penduduk usia
lanjut mengalami kenaikan menjadi 3,23 persen. Kenaikan penduduk lansia
mencerminkan adanya kenaikan rata-rata usia harapan hidup, yaitu dari 72,79
tahun pada tahun 2002 menjadi 74,14 tahun pada tahun 2006
(http://www.jakarta.go.id, 2008).
₋ Etnik: berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya
terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta, yaitu; suku jawa, tionghoa,
betawi, minangkabau, bugis, makasar dan ambon.
₋ Nilai dan kepercayaan: agama yang di anut oleh penduduk Jakarta beragam
yaitu; islam, Kristen, hindu, budha, konghucu.
2. 8 sub sistem Community assesment wheel
- Lingkungan fisik
Terdapat berbagai masalah yang terjadi di lingkungan fisik Jakarta yaiitu;
banjir, pencemaran air dan udara, polusi suara, hujan asam dan penurunan
muka air tanah.
- Pendidikan
Jakarta menyediakan sarana pendidikan dari taman kanak-
kanak sampai perguruan tinggi. Kualitas dari pendidikan pun juga sangat
bervariasi dari gedung mewah ber-AC sampai yang sederhana
- Keamanan dan transportasi
Tingkat keamanan rendah, pencurian, perampokan, perkelahian, narkoba,
terorisme dan pemerkosaan. jumlah alat transportasi umum masih kurang
memadai. kemacetan terjadi dimana-mana.
- Politik dan pemerintahan
Jakarta memiliki hak otonomi yang mencakup seluruh urusan pemerintahan,
salah satu kebijakan yang baru-baru ini dikeluarkan oleh pemerintah Jakarta
terkait masalah kesehatan adalah KJS (kartu Jakarta sehat). KJS merupakan
suatu program jaminan pemeliharaan kesehatan yang diberikan oleh
pemerintah Jakarta kepada masyarakat dalambentuk bantuan pengobatan.
- Pelayanan kesehatan dan sosial
terdapat banyak pelayanan kesehatan mulai dari yang preventif, curative
bahkan rehabilitatif. terdapat banyak panti, tempat rehabilitasi, dan lembaga
social masyarakat (LSM).
- Komunikasi
Sarana komunikasi yang memadai, internet, telepon, media televisi, media
cetak.
- Ekonomi
Jakarta menjadi pusat perekonomian di indonesia
- Rekreasi.
Terdapat banyak tempat rekreasi, taman kota dan tempat hiburan public.
3.3 Implementasi PHC di Jakarta
Dalam mendukung strategi PHC yang pertama, 5 nilai yang harus diterapkan dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan, yaitu pro-rakyat, inklusif, responsif, efektif, dan
bersih. Strategi PHC yang kedua, yaitu 1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; 2.
Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata bermutu dan berkeadilan; 3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan
sumber daya kesehatan; dan 4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kota menurut definisi universal adalah sebuah area urban yang berbeda dari desa
berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan atau status hukum.
Disparitas antara desa dan kota terjadi pada kota itu sendiri dan masyarakatnya.
Tingginya perkembangan teknologi dan urbanisasi menyebabkan kota menjadi lebih
padat. Jumlah kendaraan yang banyak, pertumbuhan industri yang pesat, berkurangnya
lahan pemukiman membawa dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat
perkotaan. Beberapa dampak buruk yang terjadi diantaranya polusi udara, kebisingan,
perkampungan kumuh, kecelakaan lalu lintas dan penyebaran penyakit yang cepat.
Individu, keluarga dan masyarakat yang tinggal di perkotaan secara langsung terkena
dampak buruk dari perubahan yang telah terjadi di perkotaan. Kondisi masyarakat dan
gaya hidup perkotaan menuntut pelayanan kesehatan untuk dapat memberikan
informasi yang cepat dan akurat. Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan
kesehatan melalui asuhan keperawatan, yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan
serta pelaksana konseling keperawatan yang diberikan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. PHC dan perkesmas bisa menjadi kekuatan untuk
menjadikan masyarakat perkotaan tetap berada pada standar kesehatan yang optimal
4.2 Saran
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan peran serta masyarakat secara aktif. ditujukan kepada
indiividu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh, melalui
proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal,
sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya. Oleh karenanya partisipasi perawat dan
mahasiswa keperawatan dalam bentuk aplikasi di masyarakat lebih ditingkatkan lagi.
Sehingga di waktu yang akan datang masyarakat dapat mengupayakan kemandirian
dalam pemeliharaan kesehatan.
Daftar Pustaka
Achmadi, U.F. 2008. Horison Baru Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Adisasmita, S. A. (2010). Perencanaan infrastruktur Transportasi wilayah. Edisi pertama.
UNHAS. Makassar
Allender, J.A. (2010). Community health nursing: promoting and protecting the public’s health. 7th ed. China: Wolters Kluwer Health/ Lippincot Williams & Wilkins.
Anderson, E. T. (2006). Buku ajar keperawatan komunitas; teori dan praktik (Alih bahasa, Agus Sutarna). Jakarta: EGC.
Bird Jr, F. & Germain, G. L. (1990). Practical losscontrol leadership. USA: Institute Publishing.
ICSU. (2011). Health and wellbeing in the changingurban environment: A systems analysis approach. Paris: International Counsilfor Science.
Djoko Sudantoko, H.D.,& Mariyono,J. (2010). Tinjauan teoritis pembangunan pedesaan yang berkelanjutan: pengentasan kemiskinan dan perbaikan kualitas lingkungan. 20 Febuari 2010. ep.unnes.ac.id/wp-content/uploads/.../05-Artikel-BJoko-Joko.pdf.
Friedman, M. Bowden, V. R. Jones, E. G. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori & praktik. Alih bahasa, Achir yani S. Hamid …et al. Ed.5. Jakarta: EGC.
Hitchcock, J. E., Schubert, P.E. & Thomas, S.A. (2004). Community health nursing: Caring in action. Albany: Delmar Publisher.
Kusyadi,A.E., Wairocana, I.G.N., Sumerthayasa,P.G.A. (2009). Penegakan hukum lingkungan terhadap kasus pencemaran lingkungan oleh limbah sablon di kabupaten badung. 20 Febuari 2013.
Kemenkes RI. (2010). Jaminan kesehatan masyaraat salah satu cara mensejahterakan masyarakat; article. Jakarta: Kemenkes RI.
Nies, M.A., McEwen, M. (2007). Community / public health nursing. 4th edition. Missiouri: Elsevier.
Robinsin, R., Thagesen, B. (2004). Road engineering for development. London (UK): spon Press.
Stanhope, M. Knollmueller, R.N. (2010). Praktik keperawatan kesehatan komunitas. Ed. 2. Jakarta: EGC.
Vlahov, David., Boufford, J.I., Pearson, Clarence., Norris, Laurie. (2010). Urban Health; Global perspective. United States: John Wiley & Sons.
KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN
KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN
TERKAIT FENOMENA JAKARTA
Disusun oleh : Kelompok V
Ahmad SyafeiIwan S
Kartika Mawar SariNeli suhartiRohmiyati
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2013
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan Penulisan …………………………………………………………. 1
1.3 Sistematika penulisan …………………………………………………….. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep keperawatan kesehatan komunitas terkait masyarakat
perkotaan…………………………………………. ……………………… 3
2.1.1 Konsep model keperawatan komunitas…………………………….. 4
2.1.2 Peran perawat komunitas…………………………………………… 4
2.1.3 Sasaran perawatan kesehatan komunitas…………………….……….5
2.2 Kesenjangan keadaan kesehatan, keamanan yang dialami oleh masyarakat
perkotaan…………………………. ……………………………………… 5
2.2.1 Perbedaan fasilitas kesehatan ………………………………………. 5
2.2.2 Kesenjangan transportasi …………………………………………… 6
2.2.3 Kesenjangan lingkungan terkait pencemaran ………………………. 6
2.2.4 Kesenjangan keamanan terkait kecelakaan kerja ……………………7
2.2.5 Kesenjangan psikososial …………………………………………… 7
2.2.6 Kesenjangan sosial …………………………………………………. 7
2.3 Model pelayanan keperawatan komunitas (Perkesmas) pada masyarakat
perkotaan ……………………………. ………………………………….. 8
2.3.1 Konsep pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care)
…………………………………………. ……………………. 8
2.3.2 Implementasi PHC di Indonesia …………………………………… 8
2.3.3 Konsep keperawatan kesehatan masyarakat ……………………….. 8
2.3.4 Prinsip-prinsip dasar PERKESMAS ……………………………….. 9
2.4 Asuhan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan menggunakan konsep
asuhan keperawatan keluarga …………………………………………….. 10
2.4.1 Proses keperawatan keluarga ……………………………………….. 10
a. Pengkajian ……………………………………………………… 10
b. Diagnosa keperawatan …………………………………………. 14
c. Intervensi dan implementasi …………………………………… 15
d. Evaluasi ………………………………………………………… 15
2.5 Asuhan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan menggunakan konsep
asuhan keperawatan komunitas
2.5.1 Pengkajian komunitas menurut Community as
Partner………………………………………………………………. 16
2.5.2 Diagnosa Keperawatan komunitas ………………………………. 17
2.5.3 Skoring untuk menentukan prioritas masalah
……………………………………………………………………….. 18
2.5.4 Intervensi asuhan keperawatan komunitas……………………………19
2.5.5 Implementasi ………………………………………………………… 19
2.5.6 Evaluasi ……………………………………………………………… 19
BAB 3 PEMBAHASAN……………………………………………………………….. 20
BAB 4 PENUTUP ……………………………………………………………………... 23
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………21