7
Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004 61 M emasuki era globalisasi dan per- dagangan bebas serta pember- lakuan otonomi daerah, setiap daerah dituntut untuk menggali dan memanfaat- kan potensi wilayahnya secara optimum. Propinsi Sulawesi Tengah mempunyai potensi sumber daya lahan dan perairan yang cukup besar sehingga perlu men- dapat perhatian serius. Melalui visi dan misinya, Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Tengah mencanangkan ter- wujudnya tatanan masyarakat madani melalui otonomi daerah dalam format baru Sulawesi Tengah. Hal ini berkonsekuensi langsung terhadap arah dan kebijakan pembangunan daerah yang salah satunya adalah pembangunan sektor pertanian (Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah 2001). Strategi pembangunan wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Tengah difokuskan pada pemberdayaan ekonomi rakyat dengan memanfaatkan keunggulan daya saing sumber daya alam secara optimum (Godal 2002). Di Sulawesi Tengah, pertanian merupakan sektor andalan dalam pem- bangunan wilayah. Pada tahun 2000, sektor ini memberikan kontribusi terbesar (47,68%) terhadap Produk Domestik Re- gional Bruto (PDRB), mampu menyerap tenaga kerja sebesar 60% (Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah 2000), dan tahan terhadap goncangan krisis eko- nomi. Oleh karena itu, pembangunan sektor pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan wilayah dengan berorientasi agribisnis, berproduktivitas tinggi, efisien, berkerakyatan, dan ber- kelanjutan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan program pembangunan yang tertata dengan baik agar lahan tetap PENATAAN SISTEM PERTANIAN DAN PENETAPAN KOMODITAS UNGGULAN BERDASARKAN ZONA AGROEKOLOGI DI SULAWESI TENGAH Syafruddin, Agustinus N. Kairupan, A. Negara, dan J. Limbongan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah, Jalan Lasoso No. 62 Biromaru, Kotak Pos 51 Palu 94364 ABSTRAK Sistem pertanian yang efisien, berproduksi tinggi, dan berkelanjutan dapat dicapai antara lain dengan memanfaatkan sumber daya lahan berdasarkan karakteristik, kemampuan, dan kesesuaiannya. Lahan sebagai modal dasar dan faktor penentu utama dalam sistem produksi pertanian perlu dijaga agar tidak mengalami kerusakan. Oleh karena itu, penataan sistem pertanian dan penetapan komoditas unggulan pada setiap wilayah kabupaten perlu dilakukan agar produksi yang dihasilkan tetap tinggi dan dapat bersaing di pasaran, baik lokal maupun internasional. Konsep sistem pakar dapat digunakan dalam menata sistem pertanian dan menetapkan komoditas unggulan. Hasil delineasi peta zona agroekologi wilayah Sulawesi Tengah skala 1:250.000 didapatkan tujuh zona utama, empat sistem pertanian, dan beberapa jenis tanaman alternatif. Komoditas unggulan juga telah ditetapkan untuk masing-masing wilayah kabupaten, yaitu kakao, jagung, bawang merah, sapi potong, serta perikanan laut. Kata kunci: Sistem pertanian, komoditas pertanian, agroekologi, produktivitas lahan, keberkelanjutan ABSTRACT Agricultural system arrangement and superior commodity establishment based on agroecological zone in Central Sulawesi Efficient and sustainable agricultural system with high production can be achieved by using land resources according to their characteristic, capability and suitability. As a basic resource and primary crucial factor in the production system, land should be maintained to prevent its degradation. Therefore, agricultural system arrangement and superior commodities establishment in certain district is urgently required to maintain high production and increase product competitiveness in local and international market. Expert system concept is potential to be employed in the effort. Delineation of agroecological zone map of the Central Sulawesi area using 1:250,000 scale showed that there are seven primary zones, four agricultural systems, and some alternative crops. Besides, the superior commodities had been established for district, i.e., cacao, corn, shallot, cattle, and marine fishery. Keywords: Farming systems, agricultural products, agroecological land, productivity, sustainability

makalah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

repost

Citation preview

Page 1: makalah

Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004 61

Memasuki era globalisasi dan per-dagangan bebas serta pember-

lakuan otonomi daerah, setiap daerahdituntut untuk menggali dan memanfaat-kan potensi wilayahnya secara optimum.Propinsi Sulawesi Tengah mempunyaipotensi sumber daya lahan dan perairanyang cukup besar sehingga perlu men-dapat perhatian serius. Melalui visi danmisinya, Pemerintah Daerah PropinsiSulawesi Tengah mencanangkan ter-wujudnya tatanan masyarakat madanimelalui otonomi daerah dalam format baruSulawesi Tengah. Hal ini berkonsekuensi

langsung terhadap arah dan kebijakanpembangunan daerah yang salah satunyaadalah pembangunan sektor pertanian(Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah2001). Strategi pembangunan wilayahyang ditetapkan oleh Pemerintah DaerahPropinsi Sulawesi Tengah difokuskanpada pemberdayaan ekonomi rakyatdengan memanfaatkan keunggulan dayasaing sumber daya alam secara optimum(Godal 2002).

Di Sulawesi Tengah, pertanianmerupakan sektor andalan dalam pem-bangunan wilayah. Pada tahun 2000,

sektor ini memberikan kontribusi terbesar(47,68%) terhadap Produk Domestik Re-gional Bruto (PDRB), mampu menyeraptenaga kerja sebesar 60% (Badan PusatStatistik Sulawesi Tengah 2000), dantahan terhadap goncangan krisis eko-nomi. Oleh karena itu, pembangunansektor pertanian menjadi prioritas utamadalam pembangunan wilayah denganberorientasi agribisnis, berproduktivitastinggi, efisien, berkerakyatan, dan ber-kelanjutan. Untuk mencapai hal tersebutdiperlukan program pembangunan yangtertata dengan baik agar lahan tetap

PENATAAN SISTEM PERTANIAN DAN PENETAPANKOMODITAS UNGGULAN BERDASARKAN ZONA

AGROEKOLOGI DI SULAWESI TENGAH

Syafruddin, Agustinus N. Kairupan, A. Negara, dan J. Limbongan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah, Jalan Lasoso No. 62 Biromaru, Kotak Pos 51 Palu 94364

ABSTRAK

Sistem pertanian yang efisien, berproduksi tinggi, dan berkelanjutan dapat dicapai antara lain dengan memanfaatkansumber daya lahan berdasarkan karakteristik, kemampuan, dan kesesuaiannya. Lahan sebagai modal dasar danfaktor penentu utama dalam sistem produksi pertanian perlu dijaga agar tidak mengalami kerusakan. Oleh karenaitu, penataan sistem pertanian dan penetapan komoditas unggulan pada setiap wilayah kabupaten perlu dilakukanagar produksi yang dihasilkan tetap tinggi dan dapat bersaing di pasaran, baik lokal maupun internasional. Konsepsistem pakar dapat digunakan dalam menata sistem pertanian dan menetapkan komoditas unggulan. Hasil delineasipeta zona agroekologi wilayah Sulawesi Tengah skala 1:250.000 didapatkan tujuh zona utama, empat sistempertanian, dan beberapa jenis tanaman alternatif. Komoditas unggulan juga telah ditetapkan untuk masing-masingwilayah kabupaten, yaitu kakao, jagung, bawang merah, sapi potong, serta perikanan laut.

Kata kunci: Sistem pertanian, komoditas pertanian, agroekologi, produktivitas lahan, keberkelanjutan

ABSTRACT

Agricultural system arrangement and superior commodity establishment based onagroecological zone in Central Sulawesi

Efficient and sustainable agricultural system with high production can be achieved by using land resources accordingto their characteristic, capability and suitability. As a basic resource and primary crucial factor in the productionsystem, land should be maintained to prevent its degradation. Therefore, agricultural system arrangement andsuperior commodities establishment in certain district is urgently required to maintain high production andincrease product competitiveness in local and international market. Expert system concept is potential to beemployed in the effort. Delineation of agroecological zone map of the Central Sulawesi area using 1:250,000 scaleshowed that there are seven primary zones, four agricultural systems, and some alternative crops. Besides, thesuperior commodities had been established for district, i.e., cacao, corn, shallot, cattle, and marine fishery.

Keywords: Farming systems, agricultural products, agroecological land, productivity, sustainability

Page 2: makalah

62 Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004

produktif dan tidak mengalami kerusakanakibat penggunaan yang berlebih.

Zona agroekologi (ZAE) merupakansalah satu cara dalam menata penggunaanlahan melalui pengelompokan wilayahberdasarkan kesamaan sifat dan kondisiwilayah. Pengelompokan bertujuan un-tuk menetapkan area pertanaman dankomoditas potensial, berskala ekonomi,dan tertata dengan baik agar diperolehsistem usaha tani yang berkelanjutan.Penyusunan ZAE mengacu pada konsepsistem pakar (expert system). Konsep inimengacu pada kesesuaian antara karak-teristik lahan, iklim dan persyaratantumbuh tanaman (Amien 1997a). Kom-ponen utama dalam penetapan ZAEadalah kondisi biofisik lahan (kelerengan,kedalaman tanah, dan elevasi), iklim(curah hujan, kelembapan, dan suhu), danpersyaratan tumbuh tanaman, agartanaman dapat tumbuh dan berproduksidengan optimum. Untuk tumbuh danberproduksi tinggi dengan kualitashasil yang baik, maka tanaman harusdibudidayakan pada lingkungan yangsesuai (Amien 1994; Amien et al. 1994;Subagio et al. 1995; Djaenudin 2001).Pemilihan tanaman yang sesuai untukdiusahakan pada suatu kawasan di-tentukan berdasarkan keadaan lereng,tekstur, tingkat kemasaman, dan suhu(Amien 1997a).

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian(BPTP) Sulawesi Tengah di bawah bim-bingan Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Tanah dan Agroklimat (Puslit-bangtanak) telah melakukan kajian ZAEsejak tahun 1997 dan telah memetakanseluruh wilayah Sulawesi Tengah padaskala 1: 250.000, serta menetapkan zona-zona utama, sistem pertanian, alternatifkomoditas pertanian, dan komoditasunggulan wilayah. Tulisan ini menyajikaninformasi ZAE, konsep penataan sistempertanian, dan komoditas unggulan dalamupaya mencapai produktivitas lahanyang tinggi dan sistem pertanian yangberkelanjutan. Diharapkan informasiyang disajikan dapat membantu pe-merintah daerah khususnya SulawesiTengah dalam menata dan menetapkanarah kebijakan pembangunan pertanian.

PENGGUNAAN SISTEMPAKAR

Sistem pakar berawal dari kemajuanteknologi komputer yang telah banyak

berperan dalam alih teknologi pertaniandan evaluasi lahan. Sistem pakar termasukdalam bidang kecerdasan buatan danmerupakan perkembangan baru dalamilmu peranti lunak komputer (Waremandalam Amien 1997b). Keunggulan darisistem pakar adalah dapat mengolahsistem database, simulasi, dan sisteminformasi geografis. Selain itu, sistempakar dapat mengolah dan mempertim-bangkan data yang dalam banyak halmasih sulit diperoleh atau memiliki tingkatkepercayaan yang tidak terlalu baik.Sistem ini antara lain dapat diaplikasikandalam penentuan waktu tanam sertapenetapan rekomendasi pemupukan danpengapuran (Amien 1986). Denganmengolah data yang tersedia meng-gunakan sistem pakar akan dapat di-tetapkan suatu sistem pertanian dan zonautama pada suatu wilayah. Penerapan sis-tem pakar dalam menetapkan komoditasunggulan serta memilih sistem pertaniandan kesesuaian tanaman telah ber-kembang di Indonesia dengan adanyakerja sama antara Puslitbangtanak denganBPTP.

Penetapan ZAE utama, arahanpenggunaan lahan, sistem pertanian, danjenis komoditas yang akan dikembangkandidasarkan pada informasi tentang kon-disi biofisik lahan, iklim, sosial ekonomi,dan budaya. Penetapan ZAE dan sistempertanian mengacu pada data biofisiklahan (kelerengan, elevasi, jenis tanah,dan drainase), iklim, dan persyaratantumbuh tanaman. Agar kebenaran danakurasi hasil yang diperoleh dari peng-gunaan sistem pakar dapat dipertang-gungjawabkan, maka dilakukan verifikasidi lapangan dengan cara melakukan peng-amatan langsung, terutama pada daerahatau zona yang masih diragukan akurasidatanya.

PENETAPAN ZAE

Luas daratan wilayah Propinsi SulawesiTengah adalah 6. 803. 300 ha. Berdasarkanprogram tata ruang daerah telah ditetap-kan dua fungsi utama penggunaan lahandi Sulawesi Tengah, yaitu kawasankonservasi dan kawasan budi daya.Kawasan budi daya mencakup 2.166.171ha atau 31,84% dari luas daerah dankawasan konservasi 4.637.316 ha atau68,16% dari luas daerah (BappedaPropinsi Sulawesi Tengah 2000).

Berdasarkan data Badan PertanahanNasional (1989), wilayah Propinsi SulawesiTengah didominasi oleh lahan berlerengterjal. Lahan dengan tingkat kemiringan> 40% mencapai 52,66% dan kemiringanantara 15–40% sekitar 25,74% dari luaslahan yang ada. Ini berarti bahwa lahandatar hingga agak datar dengan tingkatkelerengan 0–15% hanya 21,60% dariluas propinsi. Fagi et al. (1993) mengemu-kakan bahwa dua pertiga dari luas lahandi Sulawesi Tengah berada pada tingkatkelerengan lebih dari 15%. Syafruddin etal. (1999a) melaporkan bahwa sekitar58,14% dari luas lahan mempunyai tingkatkemiringan lebih dari 60%, 13,67% dengantingkat kemiringan 15–40%, dan hanya28,19% yang berlereng kurang dari 15%.Dari sumber data tersebut di atas, biladikaitkan dengan penetapan tata ruangdaerah, maka lahan yang tergolong datarhanya sekitar 21,61−28,19%. Ini berartiterdapat lahan yang cukup luas dengantingkat kelerengan lebih dari 15% yangdimanfaatkan untuk kawasan budi daya.Kondisi ini dapat memacu kerusakanlahan bila pengelolaannya kurang baik.Oleh karena itu, perlu dilakukan penataanpenggunaan lahan dan penetapan ko-moditas unggulan dengan dukungankebijakan pemerintah daerah dalamupaya menuju penggunaan lahan ber-dasarkan kelas kemampuan dan ke-sesuaiannya.

Delineasi ZAE wilayah PropinsiSulawesi Tengah berdasarkan metodologipenyusunan peta zona menghasilkantujuh zona utama, empat sistem pertani-an, dan beberapa komoditas unggulanalternatif (Gambar 1) (Syafruddin et al.1999a; Balai Pengkajian Teknologi Per-tanian Sulawesi Tengah 2000). Agarlahan tidak mengalami kerusakan, makapemanfaatannya harus sesuai dengankemampuan dan kesesuaian lahan, diikutipemilihan komoditas berdasarkan zona-zona yang ada dan penerapan teknologisecara spesifik.

PENATAAN SISTEMPERTANIAN

Balai Pengkajian Teknologi PertanianSulawesi Tengah sejak tahun 1997 telahmelakukan penataan sistem pertanianmelalui pengkajian pemetaan zonaagroekosistem wilayah. Berdasarkanpersyaratan dan parameter biofisik lahan,yang meliputi elevasi, suhu, kelembapan,

Page 3: makalah

Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004 63

fisiografi, lereng, drainase, dan jenistanah, telah ditetapkan penataan sistempertanian dan alternatif komoditasunggulan. Berdasarkan hasil delineasipeta ZAE, Syafruddin et al. (1999a)mengemukakan bahwa di wilayahSulawesi Tengah terdapat tujuh zonautama dengan penataan sistem pertanian

dan alternatif komoditasnya (Tabel 1).Sistem pertanian dan alternatif komoditasberdasarkan ZAE (Syafruddin et al.1999b) dapat dilihat pada Tabel 1.

Zona I merupakan zona untukpengembangan tanaman kehutanan,yang meliputi meranti, damar, rotan, kemiri,kruing, dan kapuk serta untuk kon-

servasi. Pemanfaatan atau eksploitasitanaman kehutanan tersebut harusdilakukan dengan hati-hati dan teren-cana untuk mencegah malapetaka,seperti banjir pada musim hujan dankekeringan pada musim kemarau. Rotandan damar merupakan tanaman alamihutan dan sebagai sumber devisa,

Gambar 1. Zona agroekologi dan sistem pertanian Propinsi Sulawesi Tengah.

Page 4: makalah

64 Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004

Tabel 1. Sistem pertanian, alternatif komoditas unggulan, serta sistem pengembangannya di Sulawesi Tengah.

Zona Sistem Komoditas

Luas (ha)

pertanian BanggaiDonggala/ Boul/ Poso/

PangkepParigi Toli-Toli MorowaliMautong

I ax 1 Kehutanan Hutan lindung (vegetasi 412.918 1.259.525 361.662 1.802.574 −I bx 1 alami)

I ax 2 Kehutanan Meranti, kruing, kapuk, damar,(hutan produksi) rotan, runing, eucaliptus,

I bx 2 casuaria dan tanaman per-kebunan seperti jambu mete, kemiri,kakao, dan cengkeh

II ax 1 Budi daya tanaman Kopi, kelapa, kelapa sawit, 173.100 45.187 119.494 23.450 193.134II bx 1 tahunan jambu mete, kakao, kemiri,

cengkeh, durian, duku, manggiskelengkeng, dan jeruk

III ax 1 Wanatani Tanaman kelapa-tanaman 128.612 101.159 74.646 234.502 53.952 panganTanaman kelapa-kakao, kopi, dan pisangTanaman lorong dan konservasi

III bx 1 Wanatani Tanaman kelapa-buah-buahan

IV ax 1 Pola tanam Padi, jagung, kedelai, kacang 54.637 101.159 71.814 72.946 3.217tumpang sari tanah, sayuran, dan tanaman keras

IV ax 1.i Intensifikasi Padi sawah, kedelai, dan sayuran 25.680 35.687 5.839 12.820 1.168

IV ax 2 Pertanaman Tanaman tahunan (kelapa, kakao, 58.680 79.862 76.048 118.012 23.822lahan kering kopi dll), sayuran (kentang, tomat,

wortel dll), pangan dan palawija(jagung, kedelai, ubi-ubian), dan

IV bx 2 tanaman buah-buahan (mangga,nangka, dan anggur)

V Padang peng- Pakan ternak (lamtoro, plangemia, 1.150 7.001 12.482 3.052 −gembalaan dan gamal)

VI Kehutanan Vegetasi alami/budi daya tambak 17.948 27.650 46.297 103.497 6.481

VII Kehutanan Vegetasi alami/tanaman padi, cabai − 5.617 4.176 77.542 3.306kedelai, karet dll.

Sumber: Syafruddin et al. (1999b).

sehingga pengeksploitasiannya harusdilakukan dengan hati-hati. KabupatenBanggai Kepulauan tidak memiliki zona I,sehingga semua area di daerah tersebutdapat digunakan untuk budi daya per-tanian produktif, kecuali daerah cagaralam dan konservasi.

Zona II terbagi atas dua subzonautama, yaitu II ax dan II bx denganfisiografi perbukitan dan dataran. Zonaini berada pada tingkat kemiringan 15−40%. Sistem pertanian yang dapat di-kembangkan adalah budi daya tanamantahunan, seperti kopi robusta, kopiarabika, kakao, kelapa, kelapa sawit,mangga, rambutan, nangka, manggis,durian, duku, kelengkeng, leci, dan jambu.

Zona III juga terbagi atas dua sub-zona utama, yaitu subzona III ax dan III bxdengan fisiografi perbukitan dan datar.Zona ini berada pada tingkat kemiringan8−15%. Sistem pertanian yang dapatdikembangkan adalah wanatani dengankombinasi tanaman tahunan produktifdan tanaman pangan, atau budi dayalorong dengan menggunakan kombinasitanaman pakan ternak dan tanamanpangan, atau tanaman pangan monokulturdengan menerapkan teknologi konser-vasi.

Zona IV terbagi atas tiga subzona,yaitu subzona IV ax 1, IV ax 1i, dan IV ax 2dengan fisiografi datar hingga endapanaluvial. Zona ini berada pada wilayah

dengan lereng kurang dari 8%. Sistempertanian yang dapat dikembangkanmencakup semua jenis komoditas. ZonaIV ax 1i merupakan area yang telah di-lengkapi dengan sarana irigasi, sehinggapengembangannya diarahkan untukintensifikasi padi sawah. Zona IV ax 1merupakan area lahan sawah tadah hujandengan pilihan komoditas meliputi padisawah, kedelai, jagung, kacang tanah,kacang hijau, padi gogo, bawang merah,tomat, cabai, dan tanaman sayuranlainnya. Untuk mengoptimumkan sumberdaya lahan pada zona IV ax 1, maka modelusaha tani yang potensial dikembangkanadalah pengaturan pola tanam. Zona IVax 2 merupakan area dataran rendah lahan

Page 5: makalah

Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004 65

kering dengan fisiografi datar. Pilihankomoditas yang potensial adalah semuajenis tanaman termasuk tanaman tahunan(kelapa, kakao, jambu mete, mangga,nangka, kopi), tanaman pangan (kedelai,jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubikayu, ubi jalar, padi gogo) serta sayuran(Tabel 1).

Zona V berada pada wilayah denganlereng kurang dari 3%, namun didominasitanah berpasir atau berbatu dan dangkal.Sistem pertanian dan komoditas yangdianjurkan adalah vegetasi alam atauuntuk pengembangan pakan ternakseperti lamtoro dan gamal. Zona VI danZona VII berada pada fisiografi datardan cekungan dengan kemiringan kurangdari 3%. Zona ini dipengaruhi olehgenangan air, baik secara musiman mau-pun permanen, serta pasang surut air laut.Zona VI dapat dikembangkan untuktambak udang dan bandeng atau sebagaipenyangga pantai dengan mengembang-kan hutan pantai. Sementara Zona VIIyang mendapat genangan baik secaraperiodik maupun permanen dapat di-masukkan ke dalam kelompok lahanrawa. Biasanya lahan seperti ini memilikiekosistem yang rawan dan rapuh. Olehkarena itu, pengembangannya memerlu-kan perencanaan yang teliti dan baikdengan menerapkan teknologi danpengelolaan yang khusus dan spesifik(Widjaja-Adhi et al. 1995). Pemilihankomoditas pada zona ini sangat ber-gantung pada kondisi biofisik lahan.Namun secara umum pada daerah yangmempunyai kondisi gambut dangkaldapat diusahakan berbagai komoditaspertanian termasuk tanaman pangandengan perencanaan dan pengelolaanyang tepat. Tanaman yang dapat di-kembangkan pada zona ini adalah kelapasawit, karet, kakao, rambutan, sagu,tanaman pangan, dan cabai.

PENENTUAN KOMODITASUNGGULAN

Penetapan komoditas unggulan suatuwilayah diharapkan dapat meningkatkanefisiensi usaha tani dan memacu per-dagangan antardaerah dan antarnegara.Hal ini sejalan dengan program pemerintahdaerah yang menetapkan program pem-bangunan Sentra Pengembangan Agri-bisnis Komoditas Unggulan (SPAKU)dan pengembangan Kawasan Industri

Masyarakat Perkebunan (KIMBUN).Program ini belum sepenuhnya didukungoleh data sumber daya lahan, iklim, dansosial ekonomi yang lengkap dan akurat.Untuk itu perlu suatu kajian tentangketersediaan sumber daya lahan, iklim, dansosial ekonomi agar pengembanganprogram ini dapat berjalan dengan baik.

Sejak tahun 1996 BPTP SulawesiTengah telah melakukan pengkajian ZAEdan pemilihan komoditas unggulan dikabupaten di Sulawesi Tengah (Tabel 2).Kakao, sapi, dan perikanan laut merupa-kan komoditas unggulan yang dominandi Sulawesi Tengah.

Komoditas unggulan wilayah yangditetapkan oleh Bappeda TK I PropinsiSulawesi Tengah (2000) dan UniversitasTadulako dalam Wahid-Syafar (2002)adalah padi sawah, kakao, kelapa dalam,kelapa sawit, jambu mete, kopi, sapipotong, ikan segar, mutiara, serta ikankerapu. Semua komoditas unggulan Sula-wesi Tengah yang ditetapkan berdasarkanhasil delineasi ZAE umumnya mem-punyai produktivitas yang rendah.Produktivitas kedelai hanya 0,98 t/ha,jagung 2,31 t/ha, kacang tanah 1,15 t/ha,bawang merah 3,86 t/ha, kakao 1,41 t/ha,kelapa 1,01 t/ha, dan cengkeh 0,10 t/ha(Badan Pusat Statistik Propinsi SulawesiTengah 2000). Kondisi ini menggambarkanadanya senjang hasil yang cukup besarantara di tingkat petani dengan di tingkatpenelitian dan potensi hasil setiapkomoditas, sehingga peluang untuk me-ningkatkan produktivitas masih cukuptinggi. Untuk itu perlu dilakukan peng-kajian pola pengembangannya agarpotensi produksi tanaman dapat dicapai.

Pengkajian pengembangan tanamanpangan dan perbaikan budi daya yangmeliputi pemupukan dan pemilihanvarietas yang sesuai dengan kondisiwilayah Propinsi Sulawesi Tengah telahdilakukan. Pengkajian sistem usaha tanipadi, jagung, dan kedelai berwawasanagribisnis dapat meningkatkan produksidan efisiensi usaha tani. Mamiek et al.(1997) melaporkan bahwa penerapanteknologi tabela dan pemupukan P dan Kberdasarkan uji tanah yang dilaksanakandi Kabupaten Poso dan Donggala dapatmeningkatkan hasil padi 0,48 t/ha danefisiensi tenaga kerja 17,12%. Penelitianjagung juga memberikan hasil yangpositif. Limbongan et al. (1997) menge-mukakan bahwa penerapan pola tum-pang sari jagung dengan kedelai dapatmemberikan hasil jagung pipilan 0,656 t/ha dan kedelai 1,53 t/ha dengan peng-hasilan bersih Rp1.062.000/ha/musimtanam. Dengan demikian, produksimeningkat sebesar 85,25% dibandingkandengan produksi di tingkat petani.

Untuk tanaman hortikultura, pe-nelitian pengembangan bawang merahmemberikan hasil yang nyata. Peng-gunaan bibit yang bermutu baik dapatmeningkatkan hasil umbi 0,80 t/ha(Maskar et al. 1999). Sementara itu de-ngan pemupukan N 120 kg/ha + P2O5 100kg/ha + K2O 90 kg/ha + pupuk organik1.200 kg/ha, hasil umbi mencapai 5,41 t/hadan berbeda sangat nyata dibandingtanpa pemberian pupuk anorganik(Limbongan dan Munde 1999). Analisisekonomi terhadap beberapa teknologibudi daya bawang merah yang dilaksana-kan di Sulawesi Tengah menunjukkan

Tabel 2. Komoditas unggulan Sulawesi Tengah berdasarkan kondisi sumberdaya lahan, iklim, dan sosial ekonomi.

KabupatenKomoditas unggulan

PerkebunanTanaman pangan

Peternakan Perikanandan hortikultura

Banggai Kakao Kedelai Sapi potong UdangBanggai Kepulauan Jambu mete Kacang tanah Sapi potong Perikanan lautPoso/Morowali Kelapa Kedelai Sapi potong Perikanan lautDonggala/Parigi Kakao Jagung Sapi potong Perikanan laut MoutongToli-Toli Kakao Jagung Kambing Perikanan lautBuol Cengkeh Jagung Kambing Perikanan lautKota Palu Mangga Bawang merah Domba Perikanan laut

Sumber: Syafruddin et al. (1999a; 2002).

Page 6: makalah

66 Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004

bahwa teknologi tersebut menguntung-kan dengan nilai R/C di atas 1,80 (Maskaret al. 2001). Ketersediaan bahan organikpada daerah sentra produksi bawangmerah cukup terjamin.

Hasil pengkajian kakao di beberapasentra pengembangan menunjukkanbahwa pemupukan urea 250 kg/ha dapatmeningkatkan hasil biji kakao 0,33 t/ha(Maskar dan Syafruddin 1999). Tinggi-nya respons tanaman kakao terhadappemupukan urea diduga karena sebagianbesar area pertanaman kakao di SulawesiTengah mempunyai kandungan nitrogenyang rendah (Maskar et al. 1999).Permasalahan lain yang dihadapi petanikakao adalah tingginya serangan hamapenggerek buah kakao (PBK).

Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan merupakan suatu alternatifuntuk meningkatkan produktivitas lahan.Salah satunya adalah diversifikasi tanam-an pada area yang telah dimanfaatkan.Pola diversifikasi yang berkembang diSulawesi Tengah adalah pemanfaatanlahan di antara tanaman kelapa untukkakao, pisang, dan penggembalaan

ternak. Syafruddin et al. (1997) melapor-kan bahwa penanaman kakao di antaratanaman kelapa cukup menguntungkandengan hasil biji kakao 2 t/ha. Denganharga jual Rp2.400/kg, maka penerimaanyang diperoleh sebesar Rp4.800.000/ha/tahun. Ditambah hasil kopra 2 t/ha/tahun dengan harga jual Rp7.000/kg,akan diperoleh penerimaan sebesarRp1.400.000/ha/tahun. Dengan demikian,penanaman kakao secara intensif di antarakelapa dapat meningkatkan penerimaan2−3 kali lipat dari sistem monokultur.

Hasil penelitian sapi potong jugamenunjukkan hasil yang prospektif.Penggemukan sapi potong denganpemberian ransum tambahan dapatmeningkatkan bobot badan 0,29– 0,49 kg/hari (Bulo et al. 1999).

KESIMPULAN

Pembangunan sektor pertanian diSulawesi Tengah masih dapat ditingkat-kan dan dioptimumkan. Untuk mem-

bangun sektor pertanian yang kuat,berproduktivitas tinggi, efisien, berdayasaing tinggi, dan berkelanjutan perludilakukan penataan sistem pertaniandan penetapan komoditas unggulan disetiap wilayah pengembangan. Pe-ngembangan sentra-sentra produksikomoditas unggulan dilakukan ber-dasarkan data sumber daya lahan, iklim,dan sosial ekonomi, serta dengan me-nerapkan teknologi spesifik lokasi disertaikebijakan pemerintah daerah yang tepat.Komoditas unggulan yang dapat di-kembangkan adalah kakao, cengkeh,kelapa, jambu mete, mangga, kedelai,kacang tanah, jagung, bawang merah,sapi potong, kambing, domba, sertaudang dan perikanan laut.

Untuk meningkatkan produktivitasdan nilai jual, pengembangan komoditasunggulan perlu dilakukan denganmemperhatikan kesesuaiannya dengankondisi agroekosistem, berkelanjutan,serta didukung kebijakan pemerintah.Dukungan hasil penelitian yang masihdibutuhkan adalah peningkatan kualitashasil melalui perbaikan pascapanen.

DAFTAR PUSTAKA

Amien, L.I. 1986. Expert system for cropssuitability and agricultural system in thetropics. Indon. Agric. Res. Dev. J. 8(3): 72−75.

Amien, L.I. 1994. Agroekologi dan alternatifpengembangan pertanian di Sumatera. JurnalPenelitian dan Pengembangan Pertanian 13(1): 1−8.

Amien, L.I., H. Sosiawan, dan E. Susanti. 1994.Agroekologi dan alternatif pengembanganpertanian di Sulawesi, Nusa Tenggara, danMaluku. Prosiding Temu Konsultasi SumberDaya Lahan untuk Pengembangan KawasanTimur. Pusat Penelitian Tanah dan Agro-klimat, Bogor. hlm. 239−264.

Amien, L.I. 1997a. Karakteristik dan AnalisisZona Agroekologi. Makalah disampaikanpada Apresiasi Metodologi Analisis ZonaAgroekologi untuk Pengembangan SumberDaya Lahan Pertanian. Kerja Sama Uni-versitas Udayana dan ARMP II-BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian.

Amien, L.I. 1997b. Karakteristik dan AnalisisZona Agroekologi untuk PengembanganSumber Daya Lahan Pertanian. PusatPenelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian SulawesiTengah. 2000. Peta Zona Agroekologi,skala 1:250.000 Propinsi Sulawesi Tengah.Balai Pengkajian Teknologi PertanianSulawesi Tengah, Palu.

Bappeda Propinsi Sulawesi Tengah. 2000. HasilEvaluasi Rencana Tata Ruang WilayahPropinsi Sulawesi Tengah Tahun 2000–2015.Bappeda Propinsi Sulawesi Tengah, Palu.

Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah. 2000.Sulawesi Tengah Dalam Angka Tahun 2001.Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, Palu.

Badan Pertanahan Nasional. 1989. RencanaPersediaan, Peruntukan dan PenggunaanTanah Daerah Propinsi Sulawesi Tengah.Badan Pertanahan Nasional Propinsi Su-lawesi Tengah, Palu.

Bulo, D., F.F. Munir, dan F.N. Fahmi. 1999.Kajian pola penggemukan dan susunanransum sapi potong di Sulawesi Tengah. hlm.355−364. Dalam J. Limbongan, M. Slamet,H. Hasni, J.G. Kindangen, dan W. Sudana(Ed). Prosiding Seminar Nasional HasilPengkajian dan Penelitian PertanianMenghadapi Otonomi Daerah di SulawesiTengah. Pusat Penelitian Sosial EkonomiPertanian, Bogor.

Djaenudin, D. 2001. Pendekatan PewilayahanKomoditas Pertanian dalam MenyongsongOtonomi Daerah. Materi Pelatihan Pe-nyusunan Peta Pewilayahan Komoditas,Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.Makassar, 5–9 Juni 2001.

Fagi, A.M., Soeripto, Badruddin, Y. Dai, DamDam, dan Subandi. 1993. Potensi dan PeluangPengembangan serta Strategi PenelitianPropinsi Sulawesi Tengah. Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian, Jakarta. 107hlm.

Godal, N. 2002. Program Pembangunan Pedesa-an di Sulawesi Tengah. hlm. 16−20. DalamJ. Limbongan, M. Slamet, W. Sudana, D.Bulo, dan B. Chyio (Ed.). Prosiding SeminarRegional Pengembangan Teknologi Per-tanian Spesifik Lokasi di Sulawesi Tengah.Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian,Bogor.

Limbongan, J., F. Depparaba, dan Syafruddin.1997. Teknologi Spesifik Lokasi pada SUPBerbasis Kedelai di Kabupaten Banggai.Makalah disampaikan pada Temu TeknisPenerapan Teknologi Tanaman PanganSpesifik Lokasi Sulawesi Tengah. Palu, 25Maret 1997. 19 hlm.

Page 7: makalah

Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004 67

Maskar, M. Slamet, dan J. Limbongan. 2001.Review hasil pengujian teknologi budi dayabawang merah varietas lokal Palu. hlm.79−99. Dalam J. Limbongan, M. Slamet,W. Sudana, D. Bulo, dan B. Chyio (Ed).Prosiding Seminar Regional PengembanganTeknologi Pertanian Spesifik Lokasi diSulawesi Tengah. Pusat Penelitian SosialEkonomi Pertanian, Bogor.

Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah. 2001.Rencana Strategis Pembangunan Daerah(Renstra) Propinsi Sulawesi Tengah 2001–2006. Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah,Palu.

Subagio, H., D. Djaenudin, G. Joyanto, dan A.Syahruddin. 1995. Arahan pengembangankomoditas berdasarkan kesesuaian lahan.Prosiding Pertemuan Teknis PenelitianTanah dan Agroklimat. Paket PenelitianTanah dan Agroklimat. Badan LitbangPertanian, Jakarta. hlm. 27–54.

Syafruddin, Maskar, M. Slamet, dan J.G.Kindangen. 1997. Potensi sumber daya danpeluang pengembangan pertanian Ka-bupaten Donggala Propinsi SulawesiTengah. hlm. 1−47. Dalam J.G. Kindangen,J. Limbongan, M. Slamet, F. Depparaba, danD. Bulo (Ed). Prosiding Seminar Hasil-hasilPengkajian Teknologi Pertanian. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Biromaru.

Syafruddin, T. Rumajar, J.G. Kindangen, R.Aksono, A. Negara, D. Bulo, dan J. Lim-bongan. 1999a. Analisis Zona Agroekologi(ZAE) (Biofisik) Propinsi Sulawesi Tengah.Balai Pengkajian Teknologi PertanianBiromaru, Sulawesi Tengah.

Syafruddin, T. Rumajar, J.G. Kindangen, R.Aksono, A. Negara, D. Bulo, dan J. Lim-bongan. 1999b. Pemilihan Komoditas Ung-gulan Kabupaten Banggai Propinsi SulawesiTengah. Balai Pengkajian Teknologi Per-tanian Biromaru, Sulawesi Tengah.

Syafruddin, A.N. Kairupan, J. Limbongan, danIG.P. Sarasutha. 2002. Penataan SistemPertanian dan Penerapan Teknologi Spe-sifik Lokasi dalam Pengelolaan SumberDaya Pertanian. Makalah disampaikan padaSeminar Sehari Penataan Jejaring AgribisnisPerkebunan. Dinas Pertanian, Perkebunandan Peternakan Propinsi Sulawesi Tengah,Palu, 26 November 2002. 14 hlm.

Wahid-Syafar, A. 2002. Industrialisasi BerbasisKomoditi Unggulan, Strategi MenghadapiPasar Global. Makalah disampaikan padaSeminar Sehari Penataan Jejaring AgribisnisPerkebunan. Dinas Pertanian, Perkebunandan Peternakan Propinsi Sulawesi Tengah,Palu, 26 November 2002. 14 hlm.

Widjaja-Adhi, IP.G., Irawan, dan IG.M. Subiksa.1995. Tantangan dan peluang pengem-bangan lahan rawa berorientasi agribisnismenuju pertanian modern. hlm. 77−100.Dalam D. Santoso, M. Soepratini, S.Sukmana, F. Agus, N. Suharta, H.H. Djohar,B.H. Prasetyo, dan L.I. Amien (Ed). Pro-siding Pertemuan, Pembahasan dan Ko-munikasi Hasil Penelitian Tanah danAgroklimat. Pusat Penelitian Tanah danAgroklimat, Bogor.

Limbongan, J. dan A. Munde. 1999. Pengaruhpenggunaan pupuk organik dan anorganikterhadap pertumbuhan dan produksi bawangmerah kultivar Palu. Jurnal Hortikultura(9)3: 212−219.

Mamiek, S., Syafruddin, F.F. Munir, dan A.Negara. 1997. Laporan Hasil PengkajianSistem Usaha Tani Berbasis Padi denganOrientasi Agribisnis di Propinsi SulawesiTengah. Balai Pengkajian Teknologi Per-tanian Biromaru, Sulawesi Tengah. 31 hlm.

Maskar, Syafruddin, dan S. Abdoellah. 1999.Status hara tanah perkebunan kakao rakyatdi Sulawesi Tengah. Pelita Perkebunan (15)1: 22−32.

Maskar dan Syafruddin. 1999. Pengaruh takar-an pupuk urea terhadap produktivitastanaman kakao di Sulawesi Tengah. hlm.393−398. Dalam J. Limbongan, M. Slamet,H. Hasni, J.G. Kindangen, dan W. Sudana(Ed.). Prosiding Seminar Nasional HasilPengkajian dan Penelitian PertanianMenghadapi Otonomi Daerah di SulawesiTengah. Pusat Penelitian Sosial EkonomiPertanian, Bogor.

Maskar, Sumarni, K. Asmawati, dan Chatijah.1999. Pengaruh ukuran bibit dan jaraktanam terhadap hasil panen bawang merahvarietas lokal Palu. hlm. 51−56. Dalam J.Limbongan, M. Slamet, H. Hasni, J.G.Kindangen, dan W. Sudana (Ed). ProsidingSeminar Nasional Hasil Pengkajian danPenelitian Pertanian Menghadapi OtonomiDaerah di Sulawesi Tengah. Pusat PenelitianSosial Ekonomi Pertanian, Bogor.