67
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kubis (Brassica oleracea Var) merupakan salah satu tanaman sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia . Kubis mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh manusia yaitu vitamin (A, beberapa B, C, dan E). Kandungan Vitamin C cukup tinggi untuk mencegah skorbut (sariawan akut). Mineral yang banyak dikandung adalah kalium, kalsium, fosfor, natrium, dan besi. Kubis segar juga mengandung sejumlah senyawa yang merangsang pembentukan glutation, zat yang diperlukan untuk menonaktifkan zat beracun dalam tubuh manusia. Menurut informasi buletin pangan, 2013. Jumlah penduduk tahun 2013 berkisar 248.652 jiwa, sedangkan pada tahun 2014 berkisar antara 252.435 jiwa. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat, maka kebutuhan pangan masyarakat semakin meningkat. Pada edisi volume 4 no.4 tahun 2013 disajikan informasi perkembangan konsumsi rumah tangga per kapita pertahun, ketersediaan konsumsi per kapita per tahun dan prediksi 2 tahun ke depan tahun 2013 dan 2014 serta konsumsi di negara-negara di dunia untuk komoditas yang banyak dikonsumsi masyarakat. Komoditas

makalah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah MPPI

Citation preview

Page 1: makalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman kubis (Brassica oleracea Var) merupakan salah satu tanaman

sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia . Kubis mengandung

vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh manusia yaitu vitamin (A,

beberapa B, C, dan E). Kandungan Vitamin C cukup tinggi untuk mencegah

skorbut (sariawan akut). Mineral yang banyak dikandung adalah kalium, kalsium,

fosfor, natrium, dan besi. Kubis segar juga mengandung sejumlah senyawa yang

merangsang pembentukan glutation, zat yang diperlukan untuk menonaktifkan zat

beracun dalam tubuh manusia.

Menurut informasi buletin pangan, 2013. Jumlah penduduk tahun 2013

berkisar 248.652 jiwa, sedangkan pada tahun 2014 berkisar antara 252.435 jiwa.

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat,

maka kebutuhan pangan masyarakat semakin meningkat. Pada edisi volume 4

no.4 tahun 2013 disajikan informasi perkembangan konsumsi rumah tangga per

kapita pertahun, ketersediaan konsumsi per kapita per tahun dan prediksi 2 tahun

ke depan tahun 2013 dan 2014 serta konsumsi di negara-negara di dunia untuk

komoditas yang banyak dikonsumsi masyarakat. Komoditas yang dianalisis antara

lain ubi jalar, mangga, kubis/kol, wortel dan susu sapi. Model terpilih dalam

melakukan prediksi data konsumsi per kapita adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Model terpilih dalam prediksi konsumsi per kapita perminggu

beberapa komoditas pangan berdasarkan data Susenas

Uraian Ubi jalar Mangga Kubis/Kol Wortel Susu Murni

Model terpilih

TrendEksponensia

TrendKurva S

Trend kuadratik

Trend Liniar

Trend Liniar

MAPE 15,5728 52,3751 7,15806 8,755 15,8287MAD 0,0106 0,0098 0,00233 0,072 0,0005

Page 2: makalah

2

MSD 0,0002 0,0003 0,00001 0,009 0,0000

Keterangan : MAPE : Mean Absolute Percentage Error

MAD : Mean Absolute Deviation

MSD : Mean Square Deviation

Selain data prediksi konsumsi perkapita terdapat pula data produksi tanaman

kubis di Indonesia, yaitu ;

Tabel 2. Produksi Tanaman Kubis

Tahun

Keterangan

Luas panen

(Ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Ton/Ha)

2011 65 323 1 363 741 20.88

2012 64 277 1 450 046 22.56

2013 65 248 1 480 625 22.69

Sumber : www.bps.go.id, 2014

Produksi tanaman kubis di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan,

hal tersebut terjadi karena meningkat pula kebutuhan manusia akan tanaman

sayuran salahsatunya tanaman kubis. Dalam budidaya tanaman kubis tentu perlu

adanya pemeliharaan tanaman yaitu diantaranya pemupukan, penyiangan,

pengendalian hama dan penyakit.

Produksi tanaman kubis seringkali mengalami kerugian akibat serangan

hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman kubis yaitu

diantaranya ; Ulat tritip/ulat daun (Plutella xylostella), Ulat krop/jantung kubis

(Crocidoomia binotalis), Ulat grayak ( Spodoptera litura ), Ulat Tanah (Agrotis

ipsilon), Akar gada (Plasmodiophora brassicae Wor), Bercak daun alternaria

(Alternaria brassicae) Sacc, Penyakit busuk hitam, Penyakit busuk basah,

Penyakit tepung berbulu, peyakit rebah kecambah. Penyakit penting pada tanaman

kubis adalah akar gada (Club root) yang disebabkan oleh mikroba

Sumber : http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id, 2013

1

Page 3: makalah

3

Plasmodiophora brassicae Wor. Dengan gejala serangan Gejala serangan P.

brassicae tampak jelas pada keadaan cuaca panas atau siang hari yang terik. Daun

berwarna hijau biru dan layu seperti kekurangan air, pada malam hari atau pagi

hari akan segar kembali, pertumbuhan tanaman yang terserang penyakit akar gada

menjadi terhambat hingga kerdil dan tanaman kubis tidak membenttuk krop yang

akhirnya mati. Kalau tanaman dicabut akarnya tampak membengkak seperti

berumbi. Kerugian tahunan yang diakibatkan oleh penyakit akar gada ini di

seluruh dunia dapat mencapai 10-15% (Anonim,2009). Sementara itu di

Indonesia, insidensi serangan yang diakibatkan oleh patogen ini pada tanaman

caisin di Cipanas, Jawa Barat mencapai 19.83-89.91% (Djatnika 1989),

sedangkan pada tanaman kubis sekitar 88.60% (Anonim, 2013; Widodo dan

Suheri 1995). Apabila suatu lahan telah terinfeksi oleh penyakit ini, maka dalam

waktu kurang lebih 30 tahun penyakit ini bertahan dalam bentuk spora, walaupun

tidak ditanami kubis-kubisan (Cruciferae) selama kurun waktu tersebut.

Kerugian akibat serangan akar gada terjadi pula di Desa Pakuhaji

Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat. Menurut hasil wawancara

dengan petani, 19 Desember 2014. Desa Pakuhaji merupakan salah satu desa

penghasil tanaman sayuran diantaranya sawi, kubis, brokoli, tomat, kacang

edamame, dan kacang merah. Tetapi sering kali petani mengalami kerugian akibat

adanya serangan hama dan penyakit tanaman yang menyerang sayuran, salah satu

penyakit yang menyebabkan kerugian besar yang dialami petani Desa Pakuhaji

adalah penyakit akat gada yang kerugi annya mencapai + 90% dengan luas lahan

yang terserang 2000 tumbak (28000 m2) dan semua tanaman tidak bisa dipanen.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini diketahui

menurut hasil penelitian Ni Made yunita dan Ni Wayan Suniti, 2012 yang

memanfaatkan berbagai ekstrak tanaman untuk dijadikan fungisida nabati, dengan

hasil ekstrak perlakuan berpengaruh nyata terhadap persentase serangan patogen.

Serangan terendah diakibatkan oleh pengaruh ekstrak gamal, nimba, dan sirih

yaitu sebesar 10% dan secara signifikan ketiga pengaruh ekstrak tersebut lebih

rendah dibandingkan kontrol (55%).

Pengendalian penyakit tanaman selain menggunakan pestisida juga dapat

dilakukan dengan memperkuat jaringan tanaman dengan teknik pemupukan,

Page 4: makalah

4

sebagaimana dikemukakan Abdulrachman dan Yulianto (2001), mengatakan

bahwa pemberian pupuk NPK pada tanaman padi dapat menurunkan intensitas

penyakit bercak daun cokelat dari 57,81% menjadi 32, 05 % dan penya-kit bercak

bergaris dari 8,55% men-jadi 2,48%. Suryadi (1995) juga melaporkan bahwa

pemberian pupuk K pada tanaman padi juga dapat menurunkan intensitas penyakit

hawar daun 20 -30% dibanding tanpa pemberian pupuk K. Pemberian pupuk

kandang juga mampu menekan intensitas serangan penyakit busuk batang panili

yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum dari 88% menjadi 52% dan

lebih baik dari penggunaan pestisida nabati produk cengkeh (Hasnahet al. 1997

dalam Burhanuddin dan Nurmansyah, 2012).

Penggunaan pestisida sintetik untuk mengendalikan penyakit dinilai kurang

efektif mengingat banyak sekali dampak negatif yang disebabkan oleh pestisida

sintetik. Penggunaan pestisida dengan dosis besar dan dilakukan secara terus

menerus akan menimbulkan beberapa kerugian, antara lain residu pestisida akan

terakumulasi pada produk-produk pertanian, pencemaran pada lingkungan

pertanian, penurunan produktivitas, keracunan pada hewan, keracunan pada

manusia yang berdampak buruk terhadap kesehatan (Yodenca, 2008).

Berdasarkan uraian diatas maka untuk menekan pengembangan penyakit

akar gada pada tanaman kubis di Desa Pakuhaji, perlu dicoba dengan cara

pemberian pupuk untuk memperkuat jaringan tanaman dan diharapkan dapat

meningkatkan ketahanan tanaman dari serangan mikroba Plasmodiophora

brassicae Wor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian

kompos pupuk kandang dan limbah baglog jamur tiram putih serta kombinasinya

terhadap intensitas serangan penyakit akar gada.

1.2. Identifikasi Masalah

1. Perlakuan pemupukan manakah yang berpengaruh positif terhadap

pengendalian penyakit akar gada pada tanaman kubis?

2. Berapakah perolehan intensitas serangan yang mampu menekan serangan

penyakit akar gada yang dihasilkan oleh pemupukan yang berpengaruh positif

terhadap penyakit akar gada pada tanaman kubis?

Page 5: makalah

5

1.3. Tujuan

1. Mengimplementasikan hasil teori yang didapatkan oleh mahasiswa di

lapangan.

2. Mengetahui pengaruh pemupukan terhadap intensitas serangan penyakit akar

gada pada tanaman kubis.

1.4. Kegunaan Penulisan

Teori yang menjadi landasan dasar mahasiwa dalam belajar dapat

diaplikasikan langsung melalui kegiatan penelitian di lapangan. Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dan masyarakat petani

terutama masyarakat Desa Pakuhaji Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung

Barat. Dengan memberikan informasi tentang pengaruh pemupukan yang berasal

dari bahan organik pupuk kandang dan limbah baglog jamur tiram putih terhadap

serangan penyakit akar gada pada tanaman kubis, selain itu pupuk yang

berpengaruh positif dalam pengendalian penyakit ini dapat diketahui berapa

intensitas serangan yang mampu menekan serangan penyakit akar gada pada

tanaman kubis.

1.5. Kerangka Pemikiran

Kebutuhan mansyarakat akan sayuran semakin bertambah seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk. Kubis merupakan salah satu tanaman sayuran

yang banyak diperlukan terutama sebagai pelengkap masakan, untuk itu perlu

adanya peningkatan produksi tanaman kubis. Produksi tanaman kubis dapat

mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena adanya serangan hama penyakit

yang menyebabkan kerugian baik secara kualitas maupun kuantitas. Penyakit

utama yang menyebabkan kerugian pada tanaman kubis salah satunya adalah

penyakit akar gada yang disebabkan oleh jamur Plasmodiophora brassicae Wor.

Penanaman caisin sebagai tanaman rotasi 38 hari sebelum tanam kubis

disertai eradikasi dengan perendaman lahan selama 14 hari memberikan hasil

terbaik dalam menurunkan Luas Bawah Kurva Perkembangan Penyakit (LBKPP)

dan keparahan penyakit akar gada dengan nilai efektivitas pengendalian paling

tinggi, yaitu 57,78%. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan tersebut paling

Page 6: makalah

6

efektif dalam disinfestasi propagul patogen akar gada pada tanah. Keefektivan

tersebut juga ditunjukkan dengan hasil kubis per hektar yang tertinggi dengan

nilai peningkatan hasil 29,67% dibandingkan tanpa pengendalian dan berat krop

pertanaman rata-rata yang tertinggi yaitu 1,18 kg. Ini merupakan hasil penelitian

dari Hadiwiyono,S dan Endang S, 2011 tentang “Efektivitas caisin sebagai

tanaman perangkap patogen untuk pengendalian penyakit akar gada pada kubis”.

Penelitian Ni Made dan Ni Wayan 2012 melakukan pengamatan dilakukan

mulai satu minggu setelah tanam dan variabel yang diamati adalah: jumlah puru

akar, persentase serangan penyakit, berat kering tanaman dan akar, tinggi tanaman

dan jumlah daun tanaman pada minggu ke delapan setelah tanam. Dengan hasil

pengamatan menunjukan Ekstrak gamal paling efektif menekan penyakit akar

gada dan mampu meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun. Ekstrak gamal

menghasilkan jumlah puru terendah, persentase serangan terendah (0,50 buah),

berat kering tajuk tertinggi (56,21 g), berat kering akar terendah gamal (5,56 g) ,

tanaman tertinggi gamal (34,65 cm), dan jumlah daun terbanyak gamal (22,20

helai).

Menurut penelitian dari Indri Yuniart. dkk, 2012. Beliau melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan dan

Hasil Kubis Bunga Pada Tanah Gambut” dengan rancangan penelitian

menggunakan metode eksprimen lapangan dengan pola Rancangan Acak Lengkap

( RAL ) yang terdiri dari 6 perlakuan dengan 4 ulangan dan setiap perlakuan

terdiri dari 3 sampel tanaman sehingga terdapat 72 sampel tanaman. Perlakuan

tersebut masing-masing sebagai berikut : p0 = Tanpa pupuk kandang, p1 = 75

g/polybag pupuk kandang sapi setara dengan 10 ton/ha, p2 = 112,5 g/polybag

pupuk kandang sapisetara dengan 15 ton/ha, p3 = 150 g/polybag pupuk kandang

sapi setara dengan 20 ton/ha, p4 = 187,5 g/polybag pupuk kandang sapi setara

dengan 25 ton/ha, p5 = 225 g/polybag pupuk kandang sapi setara dengan 30

ton/ha.Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi jumlah daun (helai),

berat basah tanaman (g), volume akar, berat bagian atas (g), berat bunga (g),

keliling bunga (g). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk

kandang kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap berat basah tanaman dengan

rerata 2048,16 g, berat bagian atas dengan rerata 1939,73 g, berat bunga dengan

Page 7: makalah

7

rerata 507,64 g, dan keliling bunga 112,72 g. Namun perlakuan ini tidak

berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan volume akar.

Berdasarkan literatur diatas maka penyusun akan melaksanakan penelitian

dengan menggunakan metode eksperimen lapangan dengan pola Rancangan Acak

mpok (RAK) yang terdiri dari 10 perlakuan dan tiga ulangan dengan keterangan

sebagai berikut:

P0 = Kontrol tanpa mengunakan pupuk kandang dan limbah beglog jamur

P1 = Pupuk kandang sapi 100%

P2 = Pupuk kandang ayam 100%

P3 = Limbah jamur tiram putih 100%

P4 = Pupuk kandang sapi 40% + limbah jamur tiram putih 60%

P5 = Pupuk kandang sapi 60% + limbah jamur tiram putih 40%

P6 = Pupuk kandang ayam 40% + limbah jamur tiram putih 60%

P7 = Pupuk kandang ayam 60% + limbah jamur tiram putih 40%

P8 = Pupuk kandang ayam 40% + pupuk kandang sapi 60%

P9 = Pupuk kandang ayam 60% + pupuk kandang sapi 40%

Dengan parameter yang diamati diantaranya yaitu Jumlah puru akar,

Persentase serangan penyakit, tinggi tanaman diamati pada minggu ke delapan,

jumlah daun tanaman pada minggu ke delapan setelah tanam.

1.6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat diambil hipotesis

sebagai berikut;

1. Pemupukan yang berpengaruh nyata terhadap serangan penyakit akar gada

Plasmodiophora brassicae Wor pada tanaman kubis adalah pupuk kompos P4

(Perlakuan 40% pupuk kandang sapi dan 60% limbah beglog jamur tiram

putih)

2. Pemberian kompos P4 (pupuk kandang 40% dan limbah baglog jamur tiram

putih 60%) mampu menekan intensitas serangan penyakit akar gada mencapai

persentase 50%, dan dapat menghasilkan tanaman yang baik.

Page 8: makalah

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sebagai penguatan sebuah penelitian maka perlu adanya landasan teori yang

mendukung penelitian tersebut. Dibabawah ini terdapat beberapa penjelasan

tentang tanaman kubis, pupuk organik kompos, dan kompos dari limbah baglog

jamur tiram putih yang menjadi bahan untuk melaksanakan penelitian.

2.1. Sejarah Tanaman Kubis

Kol atau kubis merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae berupa

tumbuhan berbatang lunak yang dikenal sejak jaman purbakala (2500-2000 SM)

dan merupakan tanaman yang dipuja dan dimuliakan masyarakat Yunani Kuno.

Mulanya kol merupakan tanaman pengganggu (gulma) yang tumbuh liar

disepanjang pantai laut Tengah, di karang-karang pantai Inggris, Denmark dan

pantai Barat Prancis sebelah Utara. Kol mulai ditanam di kebun-kebun Eropa kira-

kira abad ke 9 dan dibawa ke Amerika oleh emigran Eropa serta ke Indonesia

abad ke 16 atau 17. Pada awalnya kol ditanam untuk diambil bijinya.

Kubis, kol, kobis, atau kobis bulat adalah nama yang diberikan untuk

tumbuhan sayuran daun yang populer. Tumbuhan dengan nama ilmiah Brassica

oleracea L. Kelompok Capitata ini dimanfaatkan daunnya untuk dimakan. Daun

ini tersusun sangat rapat membentuk bulatan atau bulatan pipih, yang disebut

krop, kop atau kepala (capitata berarti "berkepala"). Kubis berasal dari Eropa

Selatan dan Eropa Barat dan walaupun tidak ada bukti tertulis atau peninggalan

arkeologi yang kuat, dianggap sebagai hasil pemuliaan terhadap kubis liar B.

oleracea var. sylvestris. Nama "kubis" diambil dari bahasa Perancis, chou cabus

Page 9: makalah

9

(harafiah berarti "kubis kepala"), yang diperkenalkan oleh sebagian orang Eropa

yang tinggal.

2.1.1. Klasifikasi Tanaman Kubis

Tanaman kubis merupakan tanaman yang termasuk famili Brassicaceae

(suku sawi-sawian) berkenaan dengan hal tersebut maka perlu adanya pemahaman

klasifikasi dari tanaman kubis tersebut seperti yang siuraikan oleh anonim, 2015

yaitu:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Capparales

Famili : Brassicaceae (suku sawi-sawian)

Genus : Brassica

Spesies : Brassica oleracea var. capitata L.

2.1.2. Syarat Pertumbuhan

A. Iklim

1. Pengaruh angin dirasakan pada evaporasi lahan dan evapotranspirasi tanaman.

Laju angin yang tinggi dalam waktu lama (kontinyu) mengakibatkan

keseimbangan kandungan air antara tanah dan udara terganggu, tanah kering

dan keras, penguraian bahan-bahan organik terhambat, unsur hara berkurang

dan menimbulkan racun akibat tidak ada oksidasi gas-gas beracun di dalam

tanah.

8

Page 10: makalah

10

2. Disebutkan jumlah curah hujan 80% dari jumlah normal (30 cm) memberikan

hasil rata-rata 12% dibawah rata-rata normal.

3. Stadia pembibitan memerlukan intensitas cahaya lemah sehingga memerlukan

naungan untuk mencegah cahaya matahari langsung yang membahayakan

pertumbuhan bibit. Sedangkan pada stadia pertumbuhan diperlukan intensitas

cahaya yang kuat, sehingga tidak membutuhkan naungan.

4. Tanaman kubis dapat hidup pada suhu udara 10-240C dengan suhu optimum

170C. Untuk waktu singkat, kebanyakan varietas kubis tahan dingin (minus 6-

10 derajatC), tetapi untuk waktu lama, kubis akan rusak kecuali kubis berdaun

kecil (<3> 9), merupakan racun bagi akar-akar tanaman.

5. Kandungan air tanah yang baik adalah pada kandungan air tersedia, yaitu pF

antara 2,5-4. Dengan demikian lahan tanaman kol memerlukan pengairan yang

cukup baik (irigasi maupun drainase).

B. Ketinggian Tempat

Tanaman kubis dapat tumbuh optimal pada ketinggian 200-2000 m dpl.

Untuk varietas dataran tinggi, dapat tumbuh baik pada ketinggian 1000-2000 m

dpl.

2.1.3. Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kubis

A. Pembibitan

1. Persyaratan Benih

Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.

b. Benih harus bebas hama dan penyakit.

c. Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain

serta bersih dari kotoran.

d. Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.

e. Mempunyai daya kecambah 80%.

f. Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.

2. Penyiapan Benih

Page 11: makalah

11

Penyiapan benih dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan benih

dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara

penyiapan adalah sebagai berikut:

a. Sterilisasi benih, dengan merendam benih dalam larutan fungisida dengan

dosis yang dianjurkan atau dengan merendam benih dalam air panas 55

derajat C selama 15-30 menit.

b. Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang

baik akan tenggelam.

c. Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar

benih cepat berkecambah.

Kebutuhan benih per hektar tergantung varietas dan jarak tanam, umumnya

dibutuhkan 300 gram/ha. Benih harus disemai dan dibumbun sebelum

dipindahtanam ke lapangan. Penyemaian dapat dilakukan di bedengan atau

langsung di bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat dari daun pisang, kertas

makanan berplastik atau polybag kecil.

3. Teknik Penyemaian Benih

Hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi persemaian antara

lain: Tanah tidak mengandung hama dan penyakit atau faktor-faktor lain yang

merugikan; lokasi mendapat penyinaran cahaya matahari cukup; dan dekat dengan

sumber air bersih. Penyemaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Penyemaian di bedengan

Sebelum bedengan dibuat, lahan diolah sedalam 30 cm lalu dibuat

bedengan selebar 110-120 cm memanjang dari arah utara ke selatan. Tambahkan

ayakan pupuk kandang halus dan campurkan dengan tanah dengan perbandingan

1:2 atau 1:1. Bedengan dinaungi dengan naungan plastik, jerami atau daun-daunan

setinggi 1,25-1,50 m di sisi timur dan 0,8-1,0 m di sisi Barat. Penyemaian dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu disebar merata di atas bedengan atau disebar di

dalam barisan sedalam 0,2-1,0 cm. Cara pertama memerlukan benih yang lebih

sedikit daripada cara kedua. Sekitar 2 minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke

dalam bumbung. Bumbung dapat dibuat dari daun pisang atau kertas berplastik

dengan ukuran diameter 4-5 cm dan tinggi 5 cm atau berupa polibag 7x10 cm

yang memiliki dua lubang kecil di kedua sisi bagian bawahnya. Bumbung diisi

Page 12: makalah

12

media campuran ayakan pupuk kandang matang dan tanah halus dengan

perbandingan 1:2 atau 1:1. Keuntungannya adalah hemat waktu, permukaan petak

semaian sempit dan jumlah benih persatuan luas banyak. Sedangkan

kelemahannya adalah penggunaan benih banyak, penyiangan gulma sukar,

memerlukan tenaga kerja terampil terutama saat pemindahan bibit ke lahan.

b. Penyemaian di bumbung (koker atau polybag)

Dengan cara ini, satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung yang

dibuat dengan cara seperti di atas. Bumbung dapat terbuat dari daun pisang atau

daun kelapa dengan ukuran diameter dan tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil

yang berukuran 7-8 cm x 10 cm. Media penyemaian adalah campuran tanah halus

dengan pupuk kandang (2:1) sebanyak 90%. Sebaiknya media semai disterilkan

dahulu dengan mengkukus media semai pada suhu udara 55-100 derajat C selama

30-60 menit atau dengan menyiramkan larutan formalin 4%, ditutup lembar

plastik (24 jam), lalu diangin-anginkan. Cara lain dengan mencampurkan media

semai dengan zat fumigan Basamid-G (40-60 gram/m2) sedalam 10-15 cm,

disiram air sampai basah dan ditutup dengan lembaran plastik (5 hari), lalu plastik

dibuka, dan lahan diangin-anginkan (10-15 hari).

c. Kombinasi cara a) dan b).

Pertama benih disebar di petak persemain, setelah berumur 4-5 hari (berdaun 3-

4 helai), dipindahkan ke dalam bumbung.

d. Penanaman langsung.

Yaitu dengan menanam benih langsung ke lahan. Kelebihannya adalah waktu,

biaya dan tenaga lebih hemat, tetapi kelemahannya adalah perawatan yang lebih

intensif. Lahan persemaian dapat diganti dengan kotak persemaian dan dilakukan

dengan cara sebagai berikut;

Buat medium terdiri dari tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1).

Buat kotak persemaian kayu (50-60 cm x 30-40 cm x 15-20 cm) dan lubangi

dasar kotak untuk drainase.

Masukkan medium kedalam kotak dengan tebalan 10-15 cm.

B. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

1. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung cuaca.

Page 13: makalah

13

2. Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 dan sore

mulai pukul 15.00. Diluar waktu diatas, cahaya matahari terlalu panas dan

kurang menguntungkan bagi bibit.

3. Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu

pertumbuhan bibit, dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya

yang tumbuh disela-sela tanaman pokok.

4. Dilakukan pemupukan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 gram/liter dan

penyemprotan pestisida ½ dosis jika diperlukan.

5. Hama yang menyerang biji yang belum tumbuh dan tanaman muda adalah

semut, siput, bekicot, ulat tritip, ulat pucuk, molusca dan cendawan.

Sedangkan, penyakit adalah penyakit layu. Pencegahan dan pemberantasan

digunakan Insektisida dan fungisida seperti Furadan 3 G, Antrocol, Dithane,

Hostathion dan lain-lain.

C. Pemindahan Bibit

Pemindahan dilakukan bila bibit telah mempunyai perakaran yang kuat.

Bibit dari benih/biji siap ditanam setelah berumur 6 minggu atau telah berdaun 5-

6 helai, sedangkan bibit dari stek dapat dipindahkan setelah berumur 28 hari.

Pemindahan bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Sistem cabut, bibit dicabut dengan hati-hati agar tidak merusak akar. Bila

disemai pada polybag, pengambilan bibit dilakukan dengan cara membalikkan

polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian

polybag ditepuk-tepuk perlahan hingga bibit keluar. Bila bibit disemai pada

bumbung daun pisang atau daun kelapa, bibit dapat ditanam bersama

bumbungnya.

2. Sistem putaran, caranya tanah disiram dan bibit dengan diambil beserta

tanahnya 2,5-3 cm dari batang dengan kedalaman 5 cm.

D. Pengolahan Media Tanam

1. Persiapan

Lahan sebaiknya bukan lahan bekas ditanami tanaman famili Cruciferae

lainnya. Dilakukan pengukuran pH dan analisa tanah tentang kandungan bahan

Page 14: makalah

14

organiknya untuk mengetahui kecocokan lahan ditanami kol/kubis. Tanah

digemburkan dan dibalik dengan dicangkul atau dibajak sedalam 40-50 cm,

dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan diberi pupuk dasar. Setelah itu, dibiarkan

terkena sinar matahari selama 1-2 minggu untuk memberi kesempatan oksidasi

gas-gas beracun dan membunuh sumber-sumber patogen.

2. Pembuatan Bedengan

Bedengan dibuat dengan arah Timur-Barat, lebar 80-100 cm, tinggi 35 cm dan

panjang tergantung keadaan lahan. Lebar parit antar bedengan ± 40 cm (parit

pembuangan air PPA 60 cm) dengan kedalaman 30 cm (PPA 60 cm).

3. Pengapuran

Fungsi untuk menaikkan pH tanah dan mencegah kekurangan unsur hara

makro maupun mikro. Dosis pengapuran bergantung kisaran angka pH-nya,

umumnya antara 1-2 ton kapur per hektar. Jenis kapur yag digunakan antara lain:

Captan (calcit) dan Dolomit.

4. Pemupukan

Bedengan siap tanam diberi pupuk dasar yang banyak mengandung unsur

Nitrogen dan Kalium, yaitu Za, Urea, TSP dan KCl masing-masing 250 kg, serta

Borax atau Borate 10-20 kg/ha. Pemberian pupuk kandang dilakukan sebanyak

0,5 kg per tanaman.

E. Teknik Penanaman

1. Penentuan Pola Tanam

Penentuan pola tanam tanaman sangat bergantung kesuburan tanah dan varietas

tanaman dengan jarak tanam 50 x 50 cm. Pola penanaman ada dua yaitu larikan

dan teratur seperti pola bujur sangkar; pola segi tiga sama sisi; pola segi empat

dan pola barisan (barisan tunggal dan barisan ganda). Pola segi tiga sama sisi dan

bujur sangkar tergolong baik karena didapatkan jumlah tanaman lebih banyak.

2. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam sedalam cangkul atau dengan

ukuran garis tengan 20-25 cm sedalam 10-15 cm.

Page 15: makalah

15

3. Cara Penanaman

Waktu tanam yang baik yaitu pada pagi hari antara pukul 06.00-10.00 atau sore

hari antara pukul 15.00-17.00, karena pengaruh sinar matahari dan temperatur

tidak terlalu tinggi.

Pilih bibit yang segar dan sehat (tidak terserang penyakit ataupun hama).

Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau, ditanam bersama dengan

bumbungnya, bila disemai pada polybag plastik maka dikeluarkan terlebih

dahulu dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara

telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag ditepuk-tepuk secara perlahan

hingga bibit keluar dari polybag.

Bila disemai dalam bedengan diambil dengan solet (sistem putaran), caranya

menggambil bibit beserta tanahnya sekitar 2,5-3 cm dari batang sedalam 5 cm.

Bibit segera ditanam pada lubang dengan memberi tanah halus sedikit-demi

sedikit dan tekan tanah perlahan agar benih berdiri tegak.

Siram bibit dengan air sampai basah benar.

F. Pemeliharaan Tanaman

1. Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan dilakukan saat pemindahan bibit ke lahan, yaitu saat bibit berumur

6 minggu atau telah berdaun 5-6 helai (semaian biji) atau berumur 28 hari

(semaian stek). Bila bibit disemai pada bumbung maka penjarangan tidak

dilakukan. Sedangkan penyulaman hampir tidak dilakukan karena umur tanaman

yang pendek (2-3 bulan).

2. Penyiangan

Penyiangan dilakukan bersama dengan penggemburan tanah sebelum

pemupukan atau bila terdapat tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan

tanaman. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam karena

dapat merusak sistem perakaran tanaman, bahkan pada akhir penanaman

sebaiknya tidak dilakukan.

3. Pembubunan

Page 16: makalah

16

Pembumbunan dilakukan bersama penyiangan dengan mengangkat tanah yang

ada pada saluran antar bedengan ke arah bedengan berfungsi untuk menjaga

kedalaman parit dan ketinggian bedeng dan meningkatkan kegemburan tanah.

4. Perempelan

Perempelan cabang/tunas-tunas samping dilakukan seawal mungkin untuk

menjaga tanaman induk agar pertumbuhan sesuai harapan, sehingga zat makanan

terkonsentrasi pada pembentukan bunga seoptimal mungkin.

5. Pemupukan

Pemupukan susulan I dilakukan dengan urea 1 gram per tanaman melingkari

tanaman dengan jarak 3 cm disaat tanaman kelihatan hidup untuk mendorong

pertumbuhan. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 10-14 hari dengan dosis 3-

5 gram, dengan jarak 7-8 cm. Pemupukan ketiga dilakukan pada umur 3-4 minggu

dengan dosis 5 gram pada jarak 7-8 cm. Bila pertumbuhan belum optimal dapat

dilakukan pemupukan lagi pada umur 8 minggu.

6. Pengairan dan Penyiraman

Waktu pemberian air sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari. Pada musim

kemarau, pengairan perlu dilakukan 1-2 hari sekali, terutama pada fase awal

pertumbuhan dan pembentukan bunga.

7. Waktu Penyemprotan Pestisida

Untuk pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang

tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis ringan. Untuk

penanggulangan, penyemprotan dilakukan sedini mungkin dengan dosis tepat,

agar hama dapat segera ditanggulangi.

2.1.4. Hama dan Penyakit

2.1.4.1. Hama

1. Ulat Plutella (Plutella xylostella L.)

Gejala serangan:

a. biasanya menyerang pada musim kemarau;

b. daun berlubang-lubang terdapat bercak-bercak putih seperti jendela yang

menerawang dan tinggal urat-urat daunnya saja;

Page 17: makalah

17

c. umumnya menyerang tanaman muda, tetapi kadang-kadang merusak tanaman

yang sedang membentuk bunga.

Pengendalian:

a. Mekanis: mengumpulkan ulat-ulat dan telurnya, kemudian dihancurkan.

b. Kultur teknik: pergiliran tanaman (rotasi) dengan tanaman yang bukan

famili Cruciferae; pola tumpang sari brocolli dengan tomat, bawang daun,

dan jagung; dengan tanaman perangkap (trap crop) seperti Rape/Brassica

campestris ssp. Oleifera Metg.

c. Hayati/biologi: menggunakan musuh alami, yaitu parasitoid (Cotesia

plutella Kurdj, Diadegma semiclausum, Diadegma eucerophaga) ataupun

predatornya.

d. Sex pheromone : adalah "Ugratas Ungu" dari Taiwan. Bentuk sex

pheromone ini seperti benang nilon berwarna ungu sepanjang ± 8 cm. Cara

penggunaan : Ugratas ungu dimasukkan botol bekas agua, kemudian

dipasang dilahan perkebunan pada posisi lebih tinggi dari tanaman. Daya

tahan ugratas terpasang ±3 minggu, dan tiap hektar kebun memerlukan 5-

10 buah perangkap.

e. Kimiawi: menyemprotkan insektisida selektif berbahan aktif Baccilus

thuringiensis seperti Dipel WP, Bactospeine WP, Florbac FC atau

Thuricide HP pada konsentrasi 0,1-0,2%, Agrimec 18 FC, pada

konsentrasi 1-2 cc/liter.

2. Ulat croci (Crocidolomia binotalis Zeller)

Ulat croci disebut hileud bocok (sunda).

Ciri-ciri: siklus hidup 22-32 hari, tergantung suhu udara; ulat berwarna hijau,

pada punggung terdapat garis hijau muda dan perut kuning, panjang ulat 18 mm,

berkepompong di dalam tanah dan telur diletakkan dibawah daun secara

berkelompok berbentuk pipih menyerupai genteng rumah; menyerang tanaman

yang sedang membentuk bunga. Pengendalian: sama dengan ulat Prutella,

parasitoid yang paling cocok adalah Inareolata sp.

3. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn)

Ulat tanah disebut ulat taneuh, hileud orok (Sunda) atau uler lettung (Jawa).

Page 18: makalah

18

Ciri: siklus hidup 6-8 minggu; kupu-kupu ataupun ulatnya aktif pada senja dan

malam hari, pada siang hari bersembunyi di bawah daun (kupu-kupu) dan

permukaan tanah (ulat).

Gejala serangan:

Memotong titik tumbuh atau pangkal batang tanaman, sehingga tanaman muda

rebah dan pada siang hari tampak layu.

Pengendalian:

a. Mekanis: mencabut ulat-ulat tanah dan membunuhnya;

b. kultur teknis: pembersihan kebun dari rerumputan atau sisa-sisa tanaman yang

dijadikan tempat bertelur hama tanah;

c. kimiawi: dengan umpan beracun dan semprotan insektisida.Campuran dari

125-250 gram Dipertex 95 SL, 10 kg dedak, 0,5-1,0 kg gula merah dan 10 liter

air untuk tanaman seluas 0,25-0,5 hektar. Umpan tersebut disebarkan

disekeliling tanaman pada senja dan malam hari. dapat juga disemprotkan

insektisida Dursban 20 EC 1 cc/liter air. Waktu penyemprotan sehabis tanam

dan dapat diulang 1-2 kali seminggu.

4. Kutu daun (Aphis brassicae)

Hidup berkelompok dibawah daun atau massa bunga (curd), berwarna hijau

diliputi semacam tepung berlilin. Gejala: menyerang tanaman dengan menghisap

cairan selnya, sehingga menyebabkan daun menguning dan massa bunga

berbintik-bintik tampak kotor. Menyerang hebat dimusim kemarau. Pengendalian:

menyemprotkan insektisida orthene 75 SP atau Hostathion 40 EC 1-2 cc/liter air.

5. Ulat daun

Misalnya ulat jengkal (Trichoplusiana sp., Chrysodeixis chalcites Esp.,

Chrysodeixis orichalcea L.) dan ulat grayuk (Spodoptera sp. S. litura),

Gejala:

Daun rusak, berlubang-lubang atau kadang kala tinggal urat-urat daunnya saja.

Pengendalian:

a. Mengatur pola tanam;

b. Menjaga kebersihan kebun;

c. Penyemprotan insektisida seperti orthene 75 sp 1 cc/liter air, hostathion 1-2

cc/liter air, curacron 500 ec atau decis 2,5 ec;

Page 19: makalah

19

d. khusus untuk ulat grayak dapat digunakan sex pheromena (ugratas merah);

e. Bila terjadi serangan spodoptera exiqua dapat digunakan ugratas biru.

6. Bangsa siput

Bangsa siput yang biasa menyerang antara lain: Achtina fulica Fer., yaitu

siput yang mempunyai cangkang atau rumah, dikenal dengan bekicot; Vaginula

bleekeri Keferst, yaitu siput yang tidak bercangkang, warna keabu-abuan;

Parmarion pupilaris Humb, yaitu siput yang tidak bercangkang berwarna coklat

kekuningan.

Gejala: Menyerang daun terutama saat baru ditanam dikebun. Pengendalian:

dengan menyemprotkan racun Helisida atau dengan dikumpulkan lalu

dihancurkan dengan garam atau untuk makanan ternak.

7. Cengkerik dan gangsir (Gryllus mitratus dan Brachytrypes portentosus).

Gejala:

Menyerang daun muda (memotong) pada malam hari; terdapat banyak lubang di

dalam tanah. Pengendalian: dengan insektisida atau menangkap dengan

menyirami lubang dengan air agar hama keluar.

8. Orong-orong.

Hidup dalam tanah terutama yang lembab dan basah. Bagian yang diserang adalah

sistem perakaran tanaman. Gejala: pertumbuhan terhambat dan daun menguning.

Pengendalian: pemberian insektisida ke liang.

2.1.4.2. Penyakit

1. Busuk hitam (Xanthomonas campestris Dows.)

Penyebab:

bakteri, dan merupakan patogen tular benih (seed borne), dan dapat dengan mudah

menular ketanah atau ke tanaman sehat lainnya.

Gejala:

Tanaman semai rebah (damping off), karena infeksi awal terjadi pada kotiledon,

kemudian menjalar keseluruh tanaman secara sistematik; Bercak coklat kehitam-

hitaman pada daun, batang, tangkai, bunga maupun massa bunga yang diserang;

Gejala khas daun kuning kecoklat-coklatan berbentuk huruf "V", lalu mengering.

Page 20: makalah

20

Batang atau massa bunga yang terserang menjadi busuk berwarna hitam atau

coklat, sehingga kurang layak dipanen.

Pengendalian:

Memberikan perlakuan pada benih seperti telah dijelaskan pada poin pembibitan

sub poin penyiapan benih; Pembersihan kebun dari tanaman inang alternatif;

Rotasi tanaman selama ± 3 tahun dengan tanaman tidak sefamili.

2. Busuk lunak (Erwinia carotovora Holland.)

Penyebab:

Bakteri yang mengakibatkan busuk lunak pada tanaman sewaktu masih di kebun

hingga pasca panen dan dalam penyimpanan.

Gejala:

Luka pada pangkal bunga yang hampir siap panen; Luka akar tanaman scara

mekanis, serangga atau organisme lain; luka saat panen; penanganan atau

pengepakan yang kurang baik.

Pengendalian: Pra panen: membersihkan sisa-sisa tanaman pada lahan yang akan

ditanami; menghindari kerusakan tanaman oleh serangga pengerek atau sewaktu

pemeliharaan tanaman; menghindari bertanam kubis-kubisan pada musim hujan di

daerah basis penyakit busuk lunak.

3. Akar bengkak atau akar pekuk (Plasmodiophora brassicae Wor.)

Penyebab:

Cendawan Plasmodiophora brassicae.

Gejala:

a. pada siang hari atau cuaca panas, tanaman tampak, tetapi pada malam atau

pagi hari daun tampak segar kembali;

b. pertumbuhan terlambat, tanaman kerdil dan tidak mampu membentuk

bunga bahkan dapat mati;

c. akar bengkak dan terjadi bercak-bercak hitam.

Pengendalian:

a. memberi perlakuan pada benih seperti poin penyiapan benih;

b. menyemai benih di tempat yang bebas wabah penyakit;

c. melakukan sterilisasi media semai ataupun tanah kebun dengan Besamid-

G 40-60 gram/m2 untuk arel pembibitan atau 60 gram/m2untuk kebun;

Page 21: makalah

21

d. melakukan pengapuran untuk menaikkan pH;

e. mencabut tanaman yang terserang penyakit;

f. pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis yang tidak sefamili

4. Bercak hitam (Alternaria sp.)

Penyebab: cendawan Alternaria brassica dan Alternaria brassicicola.

Gejala:

a. bercak-bercak berwarna coklat muda atau tua bergaris konsentris pada

daun;

b. menyerang akar, pangkal batang, batang maupun bagian lain.

Pengendalian:

a. menanam benih yang sehat;

b. perlakuan benih seperti pada poin penyiapan benih.

5. Busuk lunak berair

Penyebab:

cendawan Sclerotinia scelerotiorumI, menyerang batang dan daun terutama pada

luka-luka tanaman akibat kerusakan mekanis dan dapat menyebar melalui biji dan

spora.

Gejala:

a. pertumbuhan terhambat, membusuk lalu mati;

b. bila menyerang batang, maka daun akan menguning, layu dan rontok;

c. bila menyerang daun, maka daun akan membusuk dan berlendir; (gejala

lain terdapat rumbai-rumbai cendawan yang berwarna putih dan lama-

kelamaan menjadi hitam.

Pengendalian:

a. gunakan biji sehat dan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak sejenis.

b. pemberantasan dengan insektisida.

6. Semai roboh (dumping off)

Penyebab: cendawan Rhizitonia sp. dan Phytium sp.

Gejala:

a. Bercak-bercak kebasahan pada pangkal batang atau hipokotil;

Page 22: makalah

22

b. Pangkal batang busuk sehingga menyebabkan batang rebah dan mudah

putus;

c. Menyerang tanaman di semaian, tetapi dapat pula menyerang tanaman di

lahan. Pengendalian: perlakuan benih sebelum ditanam, sterilisasi media

semaian dan rotasi tanaman dengan jenis selain kubis-kubisan.

7. Penyakit Fisiologis

Penyebab: Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) disebut penyakit fisiologis.

Kekurangan Nitrogen: bunga kecil-kecil seperti kancing atau disebut "Botoning".

Kelebihan Nitrogen warna bunga kelabu dan berukuran kecil. Kekurangan Kalium

massa bunga tidak kompak (kurang padat) dan ukurannya mengecil. Kelebihan

Kalium tumbuh kerdil dan bunganya kecil. Pengendalian: dengan pemupukan

yang berimbang.

Hama dan penyakit yang menyerang tanaman kubis tentunya banyak sesuai

dengan landasan teori yang dijelaskan diatas. Tetapi dalam skripsi ini pembahasan

utamanya adalah tentang penyakit akar gada dibawah ini penjelasannya:

2.2. Akar Gada

Clubroot atau Akar Gada merupakan penyakit terpenting pada tanaman

kubis-kubisan yang disebabkan oleh jamur Plasmodiophora brassicae Wor.

Penyakit ini menyebar merata diseluruh areal pertanaman kubis di seluruh dunia

khususnya di Eropa dan Amerika Utara. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah

dataran rendah dan dataran tinggi. Hampir seluruh tanaman kubis-kubisan

misalnya kubis, sawi putih, dan brussels sprout sangat rentan terkena akar gada.

Page 23: makalah

23

Gambar 1. Lahan yang terkena serangan penyakit akar gadaSumber : T.A. Zitter . http: //vegetable mdonline. ppath. cornell. edu/

PhotoPages /Crucifers/ Clubroot/CruciferClubFS2.htm

2.2.1. Penyebab Penyakit

Akar gada menyebabkan kerusakan yang parah pada tanaman rentan

tumbuh pada tanah yang terinfeksi. Hal ini disebabkan patogen yang menginfeksi

tanah ini tetap menjadi saprofit pada tanah sehingga kubis-kubisan kurang cocok

lagi untuk dibudidayakan di tempat tersebut (Agrios, 2005).

Plasmodiophora brassicae Wor yang menyerang kubis ini termasuk dalam

kelas plasmodiophoromycetes. Fase somatiknya berupa plasmodium. Plasmodium

tumbuh menjadi zoosporangium atau spora rehat. Pada saat perkecambahan,

patogen ini membentuk zoozpora yang dapat berasal dari spora rehat. Zoospora

tunggal dari spora rehat kemudian memenetrasi akar inang dan tumbuh menjadi

plasmodium. Setelah beberapa hari, plasmodium membelah menjadi beberapa

multinukleat yang dibungkus oleh membran sehingga sel-sel akar akan bertambah

besar. Masing-masing bagian tumbuh menjadi zoosporangium. Setiap

zoosporangium terdiri dari empat hingga delapan zoospora yang segera dilepaskan

melalui pori-pori pada dinding sel tanaman inang.

Beberapa dari zoospora kemudian bersatu untuk memproduksi zigot

diploid yang dapat menyebabkan infeksi baru dan plasmodium baru. Zigot ini

terdiri dari nucleus yang dikaryotik. Selanjutnya nukleus ini mangalami fusi

Page 24: makalah

24

(karyogami) yang diikuti meiosis. Akhirnya plasmodium menjadi spora rehat

yang akan disebarkan ke tanah dan dapat menginfeksi tanaman selanjutnya.

2.2.2. Gejala Penyakit

Gejala yang khas pada tanaman yang terifeksi Plasmodiophora brassicae

Wor adalah pembesaran akar halus dan akar sekunder yang membentuk seperti

gada. Bentuk gadanya melebar di tengah dan menyempit di ujung. Akar yang

telah terserang tidak dapat menyerap nutrisi dan air dari tanah sehingga tanaman

menjadi kerdil dan layu jika air yang diberikan untuk tanaman agak sedikit.

Bagian bawah tanaman menjadi kekuningan pada tingkat lanjut serangan

penyakit. Spora dapat bertahan di tanah selama 10 tahun, dan bisa juga terdapat

pada rumput-rumputan.

Gambar 2. Akar tanaman kubis yang terserang penyakit akar gadaSumber : Materi Kuliah Penyakit II pada tanaman sayur-sayuran

Penyakit ini bisa menyebar melalui tanah, dalam air tanah, ataupun dari

tanaman yang sudah terkena. Gejala pada permukaan atas tanah dapat dilihat

dengan menguningnya daun. Layu pada siang hari dan akan segar kembali pada

malam hari. Tanaman akan kelihatan kerdil, tanaman muda yang terserang akan

dengan cepat mati sedangkan tanaman tua dapat bertahan hidup namun tidak

dapat menghasilkan krop yang dapat dipasarkan.

Page 25: makalah

25

2.2.3. Kondisi yang Mendukung Perkembangan Penyakit

Penyakit akar gada berkembang dengan baik pada pH tanah 5,7. Menurun

dengan drastis pada pH tanah 5,8-6,2 dan gagal berkembang pada pH 7,8.

Perkecambahan spora terjadi pada pH 5,7-7,5 dan tidak akan berkecambah pada

pH 8. Tetapi pH tanah yang rendah tidak menjamin terjadinya infeksi untuk

semua kejadian. Kisaran temperatur yang optimum untuk bagi perkembangan P.

brassicae adalah 17,8-250 C dengan temperature minium 12,2-27,2 0 C.

Kelembaban optimum selama 18-24 jam mengakibatkan perkecambahan

dan penetrasi pathogen ke dalam inang kubis kemudian infeksi hanya terjadi jika

kelembaban tanah di atas 45 % dan kelembaban di atas 50 % akan menyebabkan

penyakit bertambah cepat. Kelembaban tanah di bawah 4 % dapat menyebabkan

terhambatnya infeksi. Kelembaban yang tinggi dapat disebakan dengan

meningkatnya curah hujan. Intensitas cahaya sangat berpengaruh pula terhadap

perkembangan penyakit. Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan serangan

pathogen akan menurun, sebaliknya intensitas cahaya yang rendah dapat

menyebabkan berkembangnya patogen dengan cepat sehingga penyakit akibat

serangan patogen juga semakin besar.

2.2.4. Siklus Penyakit

Perkembangan penyakit atau siklus penyakit dapat dijelaskan sebagai

berikut. Plasmodium yang berkembang dari zoospora sekunder memenetrasi

jaringan akar muda secara langsung. Hal ini dapat mempertebal akar dan batang

luka yang terletak di bawah tanah. Setelah itu, plasmodium menyebar ke sel

kotikal hingga ke kambium. Setelah seluruh kambium terserang, plasmodium

kemudian menyebar ke korteks kemudian ke xilem. Patogen ini kemudian

berkelompok membentuk gelendong yang meluas dan berangsur-angsur

menyebar. Jumlah sel kemudian bertambah banyak dan membesar. Infeksi ini

dapat menyebabkan sel 5-12 kali lebih besar dari sel yang tidak terinfeksi. Sel

yang berkembang abnormal ini dapat menjadi stimulus bagi patogen untuk

menyebar lebih cepat dan bahkan dapat menyebabkan sel yang awalnya tidak

terifeksi menjadi terifeksi. Sel yang tumbuh abnormal ini dapat digunakan oleh

Page 26: makalah

26

plasmodium sebagai sumber makanannya. Infeksi oleh plasmodium tidak hanya

menyebabkan terjadinya pertumbuhan abnormal pada tanaman tetapi juga dapat

menyebabkan terhambatnya absorbsi dan translokasi air dan nutrisi dari dan

menuju akar.

Hal ini menyebabkan tanaman kerdil san layu secara perlahan-lahan.

Lebih lanjut lagi, pertumbuhan yang cepat dan sel yag membesar dapat

menyebabkan tidak terbentuknya jaringan gabus dan dapat menyebabkan

kemudahan bagi mikroorganisme lain untuk menginfeksi tanaman.

Gambar 3. Siklus perkembangan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodiophora brassicae Wor

Sumber : R loria, http:// vegeta blemd online. ppath. cornell. edu/P hotoPage s/Crucifers / Clubroot/CruciferClubFS2.htm

2.2.5. Strategi Pengendalian

Page 27: makalah

27

Penyakit ini memiliki berbagai bentuk gejala serangan sehingga

mendorong untuk memuliakan tanaman yang tahan terhadap penyakit ini.

Pengendalian dilakukan dengan menggunakan bibit yang bebas hama dan

penyakit. Pergiliran tanaman kurang sesuai diterapkan untuk kasus ini karena

sporanya dapat bertahan lama serta gulma yang dapat menyebabkan penyakit ini.

Pengapuran tanah untuk meningkatkan pH menjadi 7.2 sangat efektif untuk

mengurangi perkembangan penyakit. Penyiraman fungisida Promefon 250 EC

pada lubang tanam yang dicampur dengan air saat tanam juga dapat mengurangi

perkembangan penyakit. Tanaman yang tahan haruslah diuji di beberapa lokasi

karena jenis serangannya yang berbeda-beda di setiap lokasi (Arismansyah, 2010).

Selain itu, penggunaan tanaman perangkap dan perlakuan tanah pembibitan

dengan teknik solarisasi juga teruji mengurangi penyakit dan meningkatkan hasil

panen (Cicu, 2002).

2.3. Pupuk Organik

Menurut informasi wikipedia, 2015. Pupuk organik adalah pupuk yang

tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan,

dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan

untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.Pupuk organik

mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan

organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami,

brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah

industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).

2.3.1. Pupuk Kandang

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang

kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa

dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran kambing, sapi, domba, dan ayam..

Selain berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air

kencing (urin) hewan. Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro.

Pupuk kandang padat banyak mengandung unsur hara makro, seperti fosfor,

nitrogen, dan kalium. Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang di

Page 28: makalah

28

antaranya kalsium, magnesium, belerang, natrium, besi, tembaga, dan

molibdenum. Kandungan nitrogen dalam urin hewan ternak tiga kali lebih besar

dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam kotoran padat.

Pupuk kandang terdiri dari dua bagian, yaitu:

1. Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan

secara perlahan oleh mikroorganisme sehingga tidak menimbulkan panas,

contohnya pupuk yang berasal dari kotoran sapi, kerbau, dan babi.

2. Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan

mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan panas, contohnya pupuk

yang berasal dari kotoran kambing, kuda, dan ayam.

Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro

dan mempunyai daya ikat ion yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan -

bahan anorganik di dalam tanah, termasuk pupuk anorganik. Selain itu, pupuk

kandang bisa memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bisa

optimal. Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri bersuhu

dingin, remah, wujud aslinya tidak tampak, dan baunya telah berkurang. Jika

belum memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk kandang belum siap digunakan.

Penggunaan pupuk yang belum matang akan menghambat pertumbuhan tanaman,

bahkan bisa mematikan tanaman. Penggunaan pupuk kandang yang baik adalah

dengan cara dibenamkan, sehingga penguapan unsur hara dapat berkurang.

Penggunaan pupuk kandang yang berbentuk cair paling baik dilakukan setelah

tanaman tumbuh, sehingga unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang cair ini

akan cepat diserap oleh tanaman.

2.3.2. Pupuk hijau

Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari tanaman atau berupa

sisa panen. Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih hijau atau

setelah dikomposkan. Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa

panen) atau tanaman yang ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijau,

seperti kacang-kacangan dan tanaman paku air (Azolla). Jenis tanaman yang

dijadikan sumber pupuk hijau diutamakan dari jenis legume, karena tanaman ini

mengandung hara yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan dengan

Page 29: makalah

29

jenis tanaman lainnya. Tanaman legume juga relatif mudah terdekomposisi

sehingga penyediaan haranya menjadi lebih cepat. Pupuk hijau bermanfaat untuk

meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah, sehingga

terjadi perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, yang selanjutnya

berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan ketahanan tanah terhadap

erosi. Pupuk hijau digunakan dalam: Penggunaan tanaman pagar, yaitu dengan

mengembangkan sistem pertanaman lorong, di mana tanaman pupuk hijau

ditanam sebagai tanaman pagar berseling dengan tanaman utama. Penggunaan

tanaman penutup tanah, yaitu dengan mengembangkan tanaman yang ditanam

sendiri, pada saat tanah tidak ditanami tanaman utama atau tanaman yang ditanam

bersamaan dengan tanaman pokok bila tanaman pokok berupa tanaman tahunan.

2.3.3. Kompos

Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan,

dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi.

Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam

padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut

kelapa. Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya

kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas. Tanaman air

yang sering digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air,

eceng gondok, dan Azolla.

Beberapa kegunaan kompos adalah:

1. Memperbaiki struktur tanah.

2. Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir.

3. Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.

4. Memperbaiki drainase dan pori - pori dalam tanah.

5. Menambah dan mengaktifkan unsur hara.

Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman.

Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan

menurunnya temperatur kompos (di bawah 400 c).

Page 30: makalah

30

Limbah jamur tiram putih (Pleurotus florida) merupakan salah satu contoh

dari pupuk organik dari limbah organik yang bisa dimanfaatkan sebagai kompos.

Limbah baglog jamur tiram dapat dijadikan pupuk kompos hanya dengan

menambahkan EM4 dan bahan organik lain, maka sudah bisa dimanfaatkan

sebagai pupuk yang baik untuk tanaman.

2.3.4. Humus

Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun

pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk (mengalami

dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi (bunga tanah), dan

kemudian menjadi tanah. Bahan baku untuk humus adalah dari daun ataupun

ranting pohon yang berjatuhan, limbah pertanian dan peternakan, industri

makanan, agroindustri, kulit kayu, serbuk gergaji (abu kayu), kepingan kayu,

endapan kotoran, sampah rumah tangga, dan limbah-limbah padat

perkotaan.Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik

bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga berperan

dalam pengikatan bahan kimia toksik dalam tanah dan air. Selain itu, humus dapat

meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu dalam menahan pupuk

anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikkan aerasi tanah, dan

menaikkan fotokimia dekomposisi pestisida atau senyawa-senyawa organik

toksik. Kandungan utama dari kompos adalah humus. Humus merupakan penentu

akhir dari kualitas kesuburan tanah, jadi penggunaan humus sama halnya dengan

penggunaan kompos.

2.3.5. Pupuk organik buatan

Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang diproduksi di pabrik

dengan menggunakan peralatan yang modern. Beberapa manfaat pupuk organik

buatan, yaitu:

1. Meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

2. Meningkatkan produktivitas tanaman.

3. Merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun.

4. Menggemburkan dan menyuburkan tanah.

Page 31: makalah

31

Pada umumnya, pupuk organik buatan digunakan dengan cara

menyebarkannya di sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan kandungan

unsur hara secara efektif dan efisien bagi tanaman yang diberi pupuk organik

tersebut.

2.3.6. Manfaat Pupuk Organik

Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan

pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan,

terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah,

yaitu 2%. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon

organik sekitar 2,5%. Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan

produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran

lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan

pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan

dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat

beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat

beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan

tanaman dapat bervariasi. Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan

sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organik yang

ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh

mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik juga berperan

sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan

aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.

Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman,

juga sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba. Bahan dasar pupuk organik

yang berasal dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya. Penggunaan

pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos

berbahaya karena banyak mengandung logam berat dan asam-asam organik yang

dapat mencemari lingkungan. Selama proses pengomposan, beberapa bahan

berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk. Untuk itu

diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya

dan beracun (B3). Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer

Page 32: makalah

32

menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk. Keadaan ini

memengaruhi penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Bahan

organik dengan karbon dan nitrogen yang banyak, seperti jerami atau sekam lebih

besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan

organik yang terdekomposisi seperti kompos.

2.3.7. Limbah Baglog Jamur Tiram Putih

Menurut informasi dari perusahaan Syahid Musroom Indonesia yang

diposkan oleh Aris Priyanto, 2013. Menjelaskan bahwa semakin berkembangnya

usaha budidaya jamur tiram, limbah yang dihasilkan semakin meningkat. Total

limbah yang dihasilkan budidaya jamur tiram tergantung dari besar usaha dan tipe

usaha. Limbah yang terdiri dari serbuk kayu dan bahan lain merupakan limbah

budidaya jamur tiram yang banyak dihasilkan, sebagian besar berupa baglog

habis panen dan sisanya baglog-baglog yang gagal. Limbah tersebut umumnya

menghasilkan pencemaran berupa kantong plastik tahan panas, kapas, karet

gelang, kertas, cincin plastik (anorganik) dan serbuk kayu (Organik). Selain itu

akibat adanya pembuangaan limbah menimbulkan pencemaran Biotik yang

berupa Mikroorganisme; bakteri ,jamur liar dan mikrofauna seperti serangga.

Limbah tersebut dikhawatirkan menjadi sarang hama dan penyakit yang sewaktu-

waktu menyerang Jamur budidaya, tanaman pertanian, ternak dan manusia.

Gangguan lain dari limbah adalah terganggunya pemandangan atau estetika

lingkungan. Setiap pengusaha jamur harus mulai sadar untuk mengelola limbah

budidaya jamurnya masing-masing sebab bisa mengganggu kesehatan lingkungan

dan mengganggu ketentraman orang lain yang tinggal diksekitar lokasi budidaya

jamur

Dampak limbah baglog jamur tiram selain berdampak pada lingkungan ,

berdampak pula bagi budidaya jamur itu sendiri. Jamur liar yang Seringkali

tumbuh di gundukan limbah baglog berperan sebagai sumber kontaminan

menyebabkan kegagalan budidaya jamur tiram. Jamur-jamur tersebut

menghasilkan milyaran spora, Jika terbawa angin atau melalui pakaian dan

anggota tubuh pekerja, siap menyeber keseluruh penjuru ruang termasuk kedalam

ruang inokulas jamur. Satu Baglog gagal inkubasi pada hakekatnya adalah tempat

Page 33: makalah

33

tinggal bagi jutaan mikroba kontaminan (penyebab kontaminasi), diantaranya

adalah bakteri penyakit, misellium dan spora jamur liar. Ada beberapa cara

perpindahan mikroba penyebab kontaminasi dari pembuangan baglog jamur ke

area budidaya

Melalui pakaian dan anggota tubuh manusia. Para pekerja yang bekerja

ditempat penampungan limbah ikut andil dalam penyebaran mikroba penyebab

kontaminasi, sadar atau tanpa disadari anggota tubuh dan pakaian yang tercemar

mikroba menjadi kendaraan yang epektif bagi penyebaran kontaminan ke

kumbung jamur melalui perantara hewan kecil Tempat penampungan limbah

baglog merupakan habitat tempat tumbuh kembangnya berbagai hewan-hewan

kecil seperti serangga, siput, cacing rambut, kecoa, tikus dll. hewan-hewan ini

disamping menjadi hama perusak jamur juga menjadi agen pembawa bibit

penyakit jamur.

Melalui hembusan Angin. Sedikit saja hembusan Angin mampu

menerbangkan spora jamur yang berukuran mikron ke udara dalam jumlah jutaan

bahkan milyaran sehingga membentuk awan spora yang tidak kelihatan oleh

mata. Tanpa disadari udara menghantarkan spora jamur ke baglog-baglog yang

hendak kita tanami bibit. Akibatnya bukan jamur tiram yang tumbuh, baglog

berubah warna yang ada, hitam, hijau , kuning dll. Hal tersebut akan

menyebabkan terjadinya kegagalan itulah kenapa waktu menanam jamur tidak

boleh di ruang terbuka , tetapi harus diruang tertutup terhindar dari angin dan lalu

lalang orang.

2.3.8. Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur Tiram Putih Sebagai Kompos

Limbah budidaya jamur tiram dapat dimanfaatkan untuk berbagai

kebutuhan, salah satunya dapat diolah menjadi pupuk organik bagi tanaman. Hal

ini dikarenakan limbah budidaya jamur tiram sebetulnya masih mengandung

nutrisi atau zat padat potensial yang dibutuhkan untuk bahan Nutrisi tanaman,

khususnya pada pembuatan pupuk organik (Kompos) jamur tiram. Pupuk organik

(kompos) digunakan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara sehingga mencukupi

kebutuhan nutrient (Makanan) yang akan dikonsumsi oleh tanaman. Hal ini

dilihat dari nutrient (zat makanan) yang terkandung pada limbah seperti Selulosa,

Page 34: makalah

34

hemiselulosa, lignin, protein, lemak, vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan

zat-zat yang lain. Apalagi setelah ditambah bahan lain sebagai pengaya. Selain itu,

limbah juga bisa dimanfaatkan sebagai energi dan media berbagai tujuan. Tujuan

pengomposan adalah untuk pengolahan limbah baglog menjadi pupuk kompos

jamur tiram (Aris Priyanto, 2013).

Gambar 4. Limbah Baglog Jamur Tiram PutihSumber : carasendiri.blogspot.com,

2.3.9. Cara Membuat Kompos dari Limbah Baglog Jamur Tiram Putih

Page 35: makalah

35

Pembuatan kompos dari bahan limbah baglog jamur banyak pendapat dan

tatacara yang berbeda, tetapi berkenaan dengan hal tersebut penyusun mengutip

cara pembuatan kompos limbah baglog jamur tiram putih dari Risqialam, 2012.

A. Bahan-Bahan :

Limbah Baglog 250 kg

Kotoran ternak ayam, sapi 250 kg

EM4 1 ltr

Gula merah/gula pasir ½ kg

Air secukupnya

B. Alat yang digunakan :

Cangkul

Ember

Gayung

Gedek

Plastik

Mesin penghancur

C. Cara membuatnya :

Limbah baglog yang sudah disiapkan dihaluskan terlebih dahulu, setelah itu

dicampur dengan kotoran ternak ayam dan sapi.

Campurkan EM4 + gula kedalam air sesuai ukuran bahan, lalu semprotkan

dengan pompa gendong/gembor secara merata (sambil diaduk)

Simpan ditempat yang tidak terkena air lapisi dengan gedek atau plastik dan

ditutup rapat dengan plastik. Bahan difermentasi selama 4-7 hari, setiap hari

diperiksa suhunya jangan sampai melebihi 500C, jika suhunya tinggi bahan

diaduk sampai suhunya turun kembali.

Setelah 4-7 hari difermentasi, pupuk kompos sudah siap digunakan.

Page 36: makalah

36

BAB III

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada :

Waktu : 1 Februari – 10 Mei 2015

Tempat : Kampung Cempaka Rt 01/ Rw 12 Desa Pakuhaji

Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini diperlukan beberapa alat dan bahan

diantaranya :

Alat :

1. Alat Tulis

2. Cangkul

3. Ember

4. Gayung

Page 37: makalah

37

5. Gedek

6. Plastik

Bahan :

1. Benih Kubis

2. Pupuk kandang sapi

3. Pupuk kandang ayam

4. Limbah Jamur tiram putih

5. EM4 1 ltr

6. Gula merah/gula pasir

7. Air secukupnya

3.3. Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode RAK (Rancangan Acak

Kelompok) dengan Perlakuan 10 dan 3 ulangan. Dengan perlakuan tersebut

meliputi:

P0 = Kontrol tanpa mengunakan pupuk kandang dan limbah beglog jamur

P1 = Pupuk kandang sapi 100%

P2 = Pupuk kandang ayam 100%

P3 = Limbah jamur tiram putih 100%

P4 = Pupuk kandang sapi 40% + limbah jamur tiram putih 60%

P5 = Pupuk kandang sapi 60% + limbah jamur tiram putih 40%

P6 = Pupuk kandang ayam 40% + limbah jamur tiram putih 60%

P7 = Pupuk kandang ayam 60% + limbah jamur tiram putih 40%

P8 = Pupuk kandang ayam 40% + pupuk kandang sapi 60%

P9 = Pupuk kandang ayam 60% + pupuk kandang sapi 40%

Bahan dari penelitian ini digunakan sebagai kompos maksud dari % diatas

adalah banyaknya bahan yang digunakan untuk pembuatan kompos.

Model linier untuk Rancangan Acak Kelompok (RAK) menurut Warsa dan

Cucu S. Achyar. (1982) adalah sebagai berikut :

Page 38: makalah

38

Xij = U + ti +rj + eij

Keterangan :

r1 : Ulangan

Xij : Pengamatan perlakuan ke- i dalam kelompok ke- j

U : Rata-rata umum

ti : Pengaruh perlakuan ke-i (i=1,2,….j)

rj : Pengaruh kelompok ke-j (j=1,2,….r)

eij : Pengaruh factor randomterhadap perlakuan ke-I pada kelompok ke-j

berdasarkan dari model linier diatas maka daftar analisis untuk rancangan

sebagai berikut :

Table 3. Daftar Analisis Ragam

Sumber Ragam (SR)

Derajat Bebeas (DB)

Jumlah Kwdrat (JK)

Kwadrat Tengah (KT)

Fisher hitung (Fh)

Ulangan r -1 ∑ x2 i-FK T G

Perlakuan t-1 ∑ x2 i-FKR p G

Galat (r-1)(t-1) JKT- JK U- JKP

G

Total (R x t) -1 ∑ x2 iJ-FKRt

3.4. Prosedur Pelaksanaan

1. Persemaian

Page 39: makalah

39

Sebelum dilakukan penanaman ditempat yang permanen (tetap), biji kubis

harus di semaikan terlebih dahulu. Biji ditaburkan, disebar merata atau diatur

dalam barisan. Jarak antara barisan 10 cm.

Setelah 12 hari biji-biji tadi disemai, maka benih mulai disapih. Adapun jarak

benih sapihan ialah 10x10 cm. Setelah bibit berumur kurang lebih 6 minggu

atau berdaun 5-6 helai, maka bibit sudah waktunya dipindah tanamkan.

Kecuali kubis tunas, tanaman ini langsung ditanam dengan stek tunas, jadi

tidak perlu penyemaian, langsung ditanam dengan jarak 70-90 cm antar barisan

dan 90 cm antar tanaman.

2. Pengolahan tanah

Tanah yang telah tersedia di olah menggunakan cangkul, setelah tanah

dicangkul atau dibajak, biarlah tanah tersebut mendapat sinar matahari selama

7-10 hari.

Kemudian barulah tanah tadi dicangkul yang kedua kalinya, serta diratakan dan

sekaligus dibuat bentuk bedengan-bedengan. Ukuran bedengan 120x300 cm

lalu pembuatan saluran drainase.

3. Penanaman

Penentuan Pola Tanam

Penentuan pola tanam tanaman sangat bergantung kesuburan tanah dan varietas

tanaman dengan jarak tanam 50 x 50 cm.

Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam sedalam cangkul atau dengan

ukuran garis tengan 20-25 cm sedalam 10-15 cm.

Cara Penanaman

Penanaman tanaman kubis dilakukan pada pagi hari antara pukul 06.00-10.00

dengan alasan karena pengaruh sinar matahari dan temperatur tidak terlalu

tinggi. Bibit yang digunakan merupakan bibit yang baik tidak terserang hama

dan penyakit

Bibit ditanam pada lubang dengan memberi tanah halus sedikit-demi sedikit

dan tekan tanah perlahan agar benih berdiri tegak.

4. Pemeliharaan Tanaman

Page 40: makalah

40

Penyiangan

Penyiangan dilakukan bersama dengan penggemburan tanah sebelum

pemupukan atau bila terdapat tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan

tanaman. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam karena

dapat merusak sistem perakaran tanaman, bahkan pada akhir penanaman

sebaiknya tidak dilakukan.

Pembubunan

Pembumbunan dilakukan bersama penyiangan dengan mengangkat tanah yang

ada pada saluran antar bedengan ke arah bedengan berfungsi untuk menjaga

kedalaman parit dan ketinggian bedeng dan meningkatkan kegemburan tanah.

Pemupukan

a. Pemupukan dasar dilakukan dengan menggunakan pupuk kompos limbah

jamur tiram dan pupuk kandang dengan beberapa perlakuan yang berbeda

sesuai dengan rencana.

b. Pemupukan susulan I dilakukan dengan urea 1gram per tanaman melingkari

tanaman dengan jarak 3 cm disaat tanaman kelihatan hidup untuk

mendorong pertumbuhan. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 10-14

hari dengan dosis 3-5 gram, dengan jarak 7-8 cm. Pemupukan ketiga

dilakukan pada umur 3-4 minggu dengan dosis 5 gram pada jarak 7-8 cm.

Bila pertumbuhan belum optimal dapat dilakukan pemupukan lagi pada

umur 8 minggu.

5. Pengairan dan Penyiraman

Waktu pemberian air sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari. Pada musim

kemarau, pengairan perlu dilakukan 1-2 hari sekali, terutama pada fase awal

pertumbuhan dan pembentukan bunga.

6. Pengendalian hama dan penyakit

Untuk pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara mekanis, kultur

teknik, hayati/biologi, kimiawi. Pengendalian hama menggunakan pestisida

kimiawi apabila serangan hama telah mencapai ambang ekonomi.

penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang tanaman atau secara rutin

1-2 minggu sekali dengan dosis ringan. Untuk penanggulangan, penyemprotan

Page 41: makalah

41

dilakukan sedini mungkin dengan dosis tepat, agar hama dapat segera

ditanggulangi.

a. Parameter Pengamatan

Pengamatan dilakukan mulai satu minggu setelah tanam dan variabel yang

diamati adalah:

1. Jumlah puru akar, Puru akar merupakan pembengkakan akar akibat

pembelahan dan pembesaran sel sebagai respon sel terhadap infeksi patogen.

2. Persentase serangan penyakit, dengan menunjukan intensitas serangan jamur

Plasmodiophora brassicae yang dihitung menggunakan rumus non sistemik.

Dalam menghitung intensitas serangan penyakit akar gada menggunakan

rumus Non Sistemik ( Tidak Menyeluruh).

I = x 100 %

Keterangan :

I = Intensitas serangan ( % )

n = Jumlah tanaman yang memiliki kategori skala kerusakan yang sama

v = Nilai skala kerusakan dari tiap kategori serangan

Z = Nilai skala kerusakan tertinggi

N = Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang diamati

3. Tinggi tanaman diamati pada minggu ke delapan

4. Jumlah daun tanaman pada minggu ke delapan setelah tanam.

Page 42: makalah

42

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrachman dan Yulianto, 2001. Dalam Pengaruh pemupukan terhadap intensitas serangan Penyakit budok dan pertumbuhan tanaman Nilam. http:// Balittro. Litbang. Pertanian. Go.Id/Ind/ Images/ Publikasi/ Bul.Vol.23.No.1/ Pengaruh%20 pemupukan%20 terhadap%20intensitas%20serangan%20budok.Pdf . 14 Januari 2015

Anonim, 2009. dalam Penurunan Intensitas Akar Gada Dan Peningkatan Hasil Kubis Dengan Penanaman Caisin Sebagai Tanaman Perangkap Patogen. http:// hamdayanty 08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/penyakit-penyakit-penting-pada-tanaman-kubis/. 14 Januari 2014

Anonim, 2010. carasendiri.blogspot.com, 22 Januari 2015

Anonim, 2013. Buletin Pangan Indonesia. http:// pusdatin. setjen. pertanian. go.id. Buletin Pangan. 07 Desember 2014

Anonim, 2013. dalam Penurunan Intensitas Akar Gada Dan Peningkatan Hasil Kubis Dengan Penanaman Caisin Sebagai Tanaman Perangkap

Page 43: makalah

43

Patogen. http:// hamdayanty 08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/penyakit-penyakit-penting-pada-tanaman-kubis/. 14 Januari 2014

Anonim, 2014. Kompos. http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_kandang (Pupuk kandang). 16 Januari 2015

Anonim, 2015. Klasifikasi Tanaman Kubis http: // www. plantamor. com/ index. php?plant=223. 14 Januari 2015

Arismansyah, 2010. dalam Penyakit-penyakit Penting Pada Tanaman Kubis. http://hamdayanty08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/penyakit-penyakit-penting-pada-tanaman-kubis/. 14 Januari 2014

Aris Priyanto, 2013. Mengolah Limbah Baglog Menjadi Pupuk Organik Padat ( Pupuk Kompos ) Untuk Jamur Tiram file:///C:/ Users/axioo /Downloads/ BIBIT%20 JAMUR%2 0TIRAM% 20 KONSULTASI %20DAN%20BERBAGI%20PENGALAMAN%20%20MENGOLAH%20LIMBAH%20BAGLOG%20MENJADI%20PUPUK%20ORGANIK%20PADAT%20%28%20PUPUK%20KOMPOS%20%29%20UNTUK%20JAMUR%20TIRAM.htm. 14 Januari 2015

Burhanudin dan Nurmansyah, 2012. Pengaruh pemupukan terhadap intensitas serangan Penyakit budok dan pertumbuhan tanaman Nilam. http:// Balittro. Litbang. Pertanian. Go.Id/Ind/ Images/ Publikasi/ Bul.Vol.3.No.1/ Pengaruh%20 pemupukan%20 terhadap% 20intensitas% 20serangan%20 budok.Pdf . 14 Januari 2015

Cecep risnandar, 2015. Pupuk Kandang. http://alamtani.com/pupuk-kandang.html. 13 Januari 2015

Cicu, 2002. dalam Penyakit-penyakit Penting Pada Tanaman Kubis. http://hamdayanty08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/penyakit-penyakit-penting-pada-tanaman-kubis/. 14 Januari 2014

Djatnika, 1989. dalam Penurunan Intensitas Akar Gada Dan Peningkatan Hasil Kubis Dengan Penanaman Caisin Sebagai Tanaman Perangkap Patogen. http:// hamdayanty 08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/penyakit-penyakit-penting-pada-tanaman-kubis/. 14 Januari 2014

Firman H, Untung S, dan Ari D.W. 2015. Pemanfaatan Limbah Media Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida) Sebagai Tambahan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L). http:// download. Portalgaruda .org/ article. php? article= 114368&val=5242. 10 Januari 2014

Hasnahet al. 1997. dalam Pengaruh pemupukan terhadap intensitas serangan Penyakit budok dan pertumbuhan tanaman Nilam. http:// Balittro. Litbang. Pertanian. Go.Id/Ind/ Images/ Publikasi/ Bul.Vol.3.No.1/ Pengaruh%20 pemupukan%20 terhadap% 20intensitas% 20serangan%20 budok.Pdf . 14 Januari 2015

36

41

Page 44: makalah

44

Indri Yuniart. dkk, 2012. Pengaruh pupuk kandang sapi terhadap Pertumbuhan dan hasil kubis bunga Pada tanah gambut. https:// ml. scribd. com/ doc/ 139989890/jurnal-pembangunan-pedesaan. 7 Februari 2015

Nevatari, 2013. Manfaat Pemupukan Terhadap tanaman. http://hidup-pertanian.blogspot.com/2013/11/manfaat-pemupukan-terhadap-tanaman.html. 13 Januari 2015

Ni Made Y dan Ni Made S, 2012. Pengendalian Penyakit Akar Gada yang Disebabkan oleh Plasmodiophora brassicae Wor. pada Tanaman Kubis (Brassica oleracea L. var. capitata L.) dengan Beberapa Ekstrak Tanaman. 25 November 2014

Runia Yudenca A, 2008. “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Keracunan pestisida organofosfat, Karbamat dan kejadian anemia pada Petani hortikultura di desa tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang”. 5 Desember 2014

R loria, 2010. http:// vegeta blemd online. ppath. cornell. edu/P hotoPage s/Crucifers / Clubroot/CruciferClubFS2.htm. 22 Januari 2015

Suryadi, 1995. dalam Pengaruh pemupukan terhadap intensitas serangan Penyakit budok dan pertumbuhan tanaman Nilam. http:// Balittro. Litbang. Pertanian. Go.Id/Ind/ Images/ Publikasi/ Bul.Vol.3.No.1/ Pengaruh%20 pemupukan%20 terhadap% 20intensitas% 20serangan%20 budok.Pdf . 14 Januari 2015

T.A. Zitter . 2010. http: //vegetable mdonline. ppath. cornell. edu/ PhotoPages /Crucifers/ Clubroot/CruciferClubFS2.htm. 22 Januari 2015

Widodo dan Suheri 1995. dalam Penurunan Intensitas Akar Gada Dan Peningkatan Hasil Kubis Dengan Penanaman Caisin Sebagai Tanaman Perangkap Patogen. http:// hamdayanty 08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/penyakit-penyakit-penting-pada-tanaman-kubis/. 14 Januari 2014

http://dkp3cirebonkota.yolasite.com/resources/Panduan%20Budidaya%20Tan.%20Sayuran.pdf