Upload
rendra-budi-hutama
View
103
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Konsep ketuhanan telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Hal ini tidak lepas dari hakikat manusia itu sendiri yang sesungguhnya adalah seorang makhluk yang merupakan ciptaan Tuhan. Manusia telah lama meyakini bahwa ada suatu kekuatan yang mengatur segala hal di alam semesta ini mulai dari cuaca, bencana hingga peredaran benda langit.Namun keterbatasan kemampuan berfikir serta adat istiadat memnyebabkan pemahaman tiap manusia tentang Tuhan berbeda-beda. Tak jarang banyak kaum manusia yang salah menafsirkan apa itu Tuhan. Mereka ada yang menyamakan Tuhan dengan matahari, pohon bahkan patung berhala yang sebenarnya mereka buat sendiri.Padahal dalam ilmu tauhid Islam kita mengetahui bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu Allah SWT. Karena itu perlu pemahaman mendalam tentang apa itu konsep/filsafat ketuhanan yang benar sesuai syariat Islam sehingga kita mengetahui urgensinya hidup di bawah naungan tauhid.
Citation preview
Makalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam(PAI)
Dosen Pembimbing :
H. Imamul Arifin, Lc. M.Hi
Disusun oleh :
Taufiq Rohman (2110131035)
Rendra Budi Hutama (2110131036)
KELAS 1 D4 IT B
JURUSAN D4 TEKNIK INFORMATIKA
DEPARTEMEN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhmadulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
lancar sesuai waktu yang telah ditentukan
Makalah dengan judul “Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan” ini kami susun dalam
rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Politeknik Elektronika
Negeri Surabaya.
Dalam penulisan makalah ini kami banyak menerima bantuan baik berupa bimbingan
maupun dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, kami tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang sedalam- dalamnnya kepada :
1. Bapak Dr. Zaenal Arifin ST. MT. selaku direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
2. Bapak H. Imamul Arifin, Lc. M.Hi selaku dosen pembimbing dan pengampu mata kuliah
Pendidikan Agama Islam(PAI)
3. Orang tua kami yang telah memberikan dorongan spiritual maupun materiil.
4. Dan seluruh teman-teman seperjuangan di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya atas
semua bantuannya.
Besar harapan kami agar makalah ini dapat memberi manfaat bagi seluruh umat Islam di dunia
khususnya para mahasiswa muslim di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Surabaya, 8 September 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………………1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….. 2
2.1 Filsafat Ketuhanan (Teologi)………………………………………………………………….. 2
2.1.1 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan………………………………………………... 2
2.1.1.1 Pemikiran Barat…………………………………………………………………….. 2
2.1.1.2 Pemikiran Umat Islam……………………………………………………………….. 3
2.2 Konsep Ketuhanan dalam Islam………………………………………………………………. 3
2.3 Kandungan Tauhid dan Syahadatain…………………………………………………………. 5
2.3.1 Kandungan Tauhid……………………………………………………………………….. 5
2.3.2 Kandungan Syahadatain…………………………………………………………………. 6
2.3.2.1 Kandungan Syahadat Tauhid………………………………………………………... 6
2.3.2.2 Kandungan Syahadat Rasul………………………………………………………….. 7
2.4 Urgensi Hidup di Bawah Naungan Tauhid…………………………………………………….8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………….. 9
3.2 Kritik dan Saran ……………………………………………………………………………….. 9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………… 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep ketuhanan telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Hal ini tidak lepas dari hakikat
manusia itu sendiri yang sesungguhnya adalah seorang makhluk yang merupakan ciptaan Tuhan.
Manusia telah lama meyakini bahwa ada suatu kekuatan yang mengatur segala hal di alam semesta
ini mulai dari cuaca, bencana hingga peredaran benda langit.
Namun keterbatasan kemampuan berfikir serta adat istiadat memnyebabkan pemahaman tiap
manusia tentang Tuhan berbeda-beda. Tak jarang banyak kaum manusia yang salah menafsirkan apa
itu Tuhan. Mereka ada yang menyamakan Tuhan dengan matahari, pohon bahkan patung berhala
yang sebenarnya mereka buat sendiri.
Padahal dalam ilmu tauhid Islam kita mengetahui bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu Allah
SWT. Karena itu perlu pemahaman mendalam tentang apa itu konsep/filsafat ketuhanan yang benar
sesuai syariat Islam sehingga kita mengetahui urgensinya hidup di bawah naungan tauhid.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud filsafat ketuhanan (teologi)?
2. Bagaimana konsep ketuhanan dalam Islam?
3. Apa kandungan tauhid dan syahadatain?
4. Apa urgensi hidup di bawah naungan tauhid?
1.3 Tujuan
1. Memahami tentang konsep ketuhanan dalam Islam sehingga tidak jatuh
pada kekufuran dan kemusyrikan
2. Memahami pentingnya iman kepada Allah SWT serta implikasinya dalam
hidup.
3. Menambah wawasan tentang ketauhidan sehingga dapat meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.5 Filsafat Ketuhanan (Teologi)
Tuhan (ilah) sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia
merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Tercakup didalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan,
diharap-harapkan dapat memberikan kemashlahatan atau kegembiraan dan termasuk pula sesuatu
yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan defenisi Al-ilah yaitu: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati,
tunduk kepada-Nya, merendahkan diri dihadapannya, takut dan mengharapkan-Nya, kepada-Nya
tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakal kepada-Nya untuk
kemashlahatan diri, meminta perlindungan dari pada-Nya, dan menimbulkan ketenangan disaat
mengingat-Nya dan terpaut cinta kepada-Nya (M.Imaduddin, 1989 : 56).
2.5.1 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
2.5.1.1 Pemikiran Barat
Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yg menyatakan
adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi
sempurna. Teori tsb mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh
EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tenteng
Tuhan menurut teori evolusionisme adalah :
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang
berpengaruh dlm kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditunjukkan pada
benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan
ada pula yang berpengruh negatif.
b. Animisme
Disamping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai adanya peran
roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik mempunyai roh. Oleh
masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai suatu yg aktif sekalipun bendanya telah mati.
c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan dinamisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena
terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian
disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya.
d. Henoteisme
Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan. Namun manusia
masih mengakui Tuhan (ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa
disebut dengan Henoteime (Tuhan tingkat Nasional).
e. Monoteisme
2
Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan, satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan
bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam 3
paham yaitu : deisme, panteisme dan teisme. Evolusioner dlm kepercayaan thd Tuhan
sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan EB.Taylor (1877), ditentang oleh Andrew
Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia
mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya
dengan orang-orang Kristen
2.5.1.2 Pemikiran Umat Islam
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, Ilmu Ushuluddin
dikalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, ada
aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Aliran
tersebut adalah:
a. Mu’tazilah
Aliran ini merupakan kaum rasionalis dikalangan muslim, serta menekankan pemakaian
akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Orang Islam yang
berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada dalam posisi mukmin dan kafir
(manzilah bainal manzilatain). Mu’tazilah lahir sebegai pecahan dari kelompok Qadariah,
sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.
b. Qadariah
Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan
berbuat.
c. Jabariah
Aliran ini merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan
dipaksa oleh Tuhan.
2.6 Konsep Ketuhanan dalam Islam
Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan
berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam Al-Quran surat Al-
Jatsiiyah{45}: 23
Artinya : “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya….?”
3
Dalam potongan Al-Quran surat Al-Qashash{28}:38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun
untuk dirinya sendiri:
Artinya : “Dan Fir’aun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu
selain aku….”
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti
berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata (Fir’aun atau
penguasa yang dipatuhi dan dipuja)). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk
tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan nol
atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat,
berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian
rupa, rasa cinta yang amat sangat sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Perkataan
dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai,
diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk
pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri di
hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam
kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari
padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya
(M.Imaduddin, 1989:56)
Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia. Yang
pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika Al-Quran,
setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis pada
hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut
dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan
“melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala
macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.
4
2.7 Kandungan Tauhid dan Syahadatain
2.7.1 Kandungan Tauhid
Tauhid berarti mengesakan Allah semata dalam beribadah dan tidak menyekutukan-Nya.
Dan hal ini merupakan ajaran semua Rasul, bahkan tauhid merupakan pokok yang dibangun
diatasnya semua ajaran, maka jika pokok ini tidak ada, amal perbuatan menjadi tidak bermanfaat
dan gugur, karena tidak sah sebuah ibadah tanpa tauhid.
Macam-macam Tauhid :
1. Tauhid Rububiyah:
Yaitu menyatakan bahwa tidak ada Tuhan Penguasa seluruh alam kecuali Allah yang
menciptakan dan memberi mereka rizki. Tauhid ini juga telah diikrarkan oleh orang-orang
musyrik pada masa dahulu. Mereka menyatakan bahwa Allah semata yang Maha Pencipta,
Penguasa, Pengatur, Yang Menghidupkan,Yang Mematikan, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah
ta’ala berfirman:
Artinya : “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan
langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab,“Allah”
maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar) ” (Q.S. Al Ankabut: 61)
Akan tetapi pernyataan dan persaksian mereka tidak membuat mereka masuk Islam, tidak
membebaskan mereka dari api neraka serta tidak melindungi harta dan darah mereka dari misi
jihad Islam, karena mereka tidak mewujudkan tauhid Uluhiyah, bahkan sebaliknya mereka
berbuat syirik dalam beribadah kepada-Nya dengan memalingkan ibadah mereka kepada selain
Allah.
2. Tauhid Asma’ dan Sifat.
Yaitu beriman bahwa Allah ta’ala memiliki zat yang tidak serupa dengan berbagai zat yang ada,
serta memiliki sifat yang tidak serupa dengan berbagai sifat yang ada. Dan bahwa nama-nama-
Nya menyatakan dengan jelas akan sifat-Nya yang sempurna secara mutlak sebagaimana firman
Allah ta’ala:
Artinya : “Tidak ada sesuatupun yang meyerupainya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Melihat” (QS. As Syura: 11)
5
3. Tauhid Uluhiyah.
Tauhid Uluhiyah adalah tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah dalam seluruh amalan ibadah
yang Allah perintahkan, seperti: berdoa, khouf (takut), raja’ (harap), tawakkal, raghbah
(berkeinginan), rahbah (takut), Khusyu’, Khasyah (takut disertai pengagungan), taubat, minta
pertolongan, menyembelih, nazar dan ibadah yang lainnya yang diperintahkan-Nya. Dalilnya
firman Allah ta’ala:
Artinya : “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu
menyembah seseorangpun didalamnya di samping (menyembah) Allah” (Q.S: Al Jin:18).
Kesimpulannya adalah seseorang harus berlepas diri dari penghambaan (ibadah) kepada selain
Allah, menghadapkan hati sepenuhnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Tidak cukup dalam
tauhid sekedar pengakuan dan ucapan syahadat saja jika tidak menghindar dari ajaran orang-
orang musyrik serta apa yang mereka lakukan seperti berdoa kepada selain Allah misalnya
kepada orang yang telah mati dan semacamnya, atau minta syafaat kepada mereka (orang- orang
mati) agar Allah menghilangkan kesusahannya dan menyingkirkannya, dan meminta pertolongan
kepada mereka atau yang lainnya yang merupakan perbuatan syirik.
Wujud nyata Tauhid adalah: memahaminya dan berusaha untuk mengetahui hakikatnya serta
melaksanakan kewajibannya, baik dari sisi ilmu maupun amalan, hakikatnya adalah mengarahkan
ruhani dan hati kepada Allah baik dalam hal mencintai, takut (khauf), taubat, tawakkal, berdoa,
ikhlas, mengagungkan-Nya, membesarkan-Nya dan beribadah kepada-Nya. Kesimpulannya tidak
ada dalam hati seorang hamba sesuatupun selain Allah, dan tidak ada keinginan terhadap apa
yang Allah tidak inginkan dari perbuatan- perbuatan syirik, bid’ah, maksiat yang besar maupun
kecil, dan tidak ada kebencian terhadap apa yang Allah perintahkan.
2.7.2 Kandungan Syahadatain
2.7.2.1 Makna Syahadat Tauhid
Maknanya adalah, tidak ada yang disembah di langit dan di bumi dengan haq kecuali Allah
semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Sesuatu yang disembah dengan bathil banyak jumlahnya,
tapi yang disembah dengan haq hanya Allah saja. Allah ta’ala berfirman:
“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang
Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil, dan
sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar ” ( Q.S: Al Hajj: 62).
6
Kalimat Laa Ilaaha Illallah bukan berarti : “Tidak ada pencipta selain Allah” sebagaimana
yang dipahami oleh sebagian orang, karena sesungguhnya orang-orang kafir Quraisy yang
diutus kepada mereka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam mengakui bahwa Sang Pencipta
dan Pengatur alam ini adalah Allah ta’ala, akan tetapi mereka mengingkari penghambaan
(ibadah) seluruhnya milik Allah semata, tanpa menyekutukan- Nya. Sebagaimana firman
Allah ta’ala:
“Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja ? Sesungguhnya ini benar-
benar satu hal yang sangat mengherankan” (Q.S: Shad:5).
Dipahami dari ayat ini bahwa semua ibadah yang ditujukan kepada selain Allah adalah
batal. Artinya bahwa ibadah semata-mata untuk Allah. Akan tetapi mereka (kafir Quraisy)
tidak menghendaki demikian, oleh karenanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam
memerangi mereka hingga bersaksi bahwa tidak ada ilah yang disembah selain Allah serta
menunaikan hak- hak-Nya yaitu mengesa-kannya dalam beribadah kepada-Nya semata.
2.7.2.2 Makna Syahadat Rasul
Maknanya adalah: Taat terhadap apa yang diperintahkannya dan membenarkan apa yang
diberitakannya serta menjauhi apa yang dilarang dan diancamnya. Tidak beribadah kepada
Allah kecuali dengan apa yang beliau syariatkan. Setiap muslim harus mewujudkan syahadat
ini, sehingga dikatakan tidak sempurna syahadat seseorang terhadap kerasulannya manakala
dia sekedar mengucapkannya dengan lisan, namun meninggalkan perintahnya dan melanggar
larangannya serta taat kepada selainnya atau beribadah kepada Allah tidak berdasarkan
ajarannya. Rasulullah bersabda:
Artinya : “Siapa yang taat kepadaku maka dia telah taat kepada Allah dan siapa yang
durhaka kepadaku maka dia telah durhaka kepada Allah” (H.R. Bukhari)
Artinya : “Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami yang tidak termasuk
didalamnya maka dia tertolak ” (Muttafaq alaih)
Termasuk wujud nyata dari syahadat ini adalah tidak adanya keyakinan bahwa Rasulullah
shallallahu `alaihi wa sallam memiliki hak ketuhanan yang mengatur alam ini, atau tidak
memiliki hak untuk disembah, akan tetapi dia hanyalah seorang hamba yang tidak disembah
dan seorang Rasul yang tidak didustakan dan dirinya tidak memiliki kekuasaan atas dirinya
sendiri dan orang lain dalam mendatangkan manfaat dan mudharat kecuali apa yang Allah
kehendaki.
7
2.8 Urgensi Hidup di Bawah Naungan Tauhid
Setiap insan mendambakan kehidupan yang baik, penuh kebahagiaan, bebas dari rasa takut,
dan memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi tidak semua orang dapat merasakan kehidupan yang
demikian. Banyak orang yang selalu dihantui rasa takut dan kecemasan luar biasa, mereka merasa
tidak ada yang menjamin kehidupannya. Ada di antara mereka yang mendapat jaminan akan tetapi
harus mengorbankan sebagian dari kebahagiaannya. Ia selalu terombang-ambing dalam keraguan
karena harapannya ada pada lebih dari satu pihak yang ia takuti. Bila menyenangkan yang satu, yang
lain marah; mendapat jaminan dari yang satu namun yang lain mengancam. Ini terjadi apabila orang
memiliki lebih dari satu tuhan. Dua kondisi digambarkan Al-Qur’an seperti seorang budak yang
menjadi milik satu tuan dan budak lain yang menjadi milik lebih dari satu tuan, yang mana masing-
masing tuan menuntut loyalitas darinya.
Artinya : “Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang budak yang dimiliki oleh beberapa orang
yang berserikat namun mereka saling berselisih dan seorang budak yang menjadi milik penuh
seorang tuan. Adakah kedua budak itu sama halnya?” (Terjemah Q.S. Az-Zumar : 29)
Kehidupan yang baik hanya akan didapatkan apabila orang hanya ber-wala kepada satu
tuhan yang Maha Sempurna yaitu Allah. Aqidahnya tentang Dzat Allah, sifat-sifat, nama-nama
(asma), dan perbuatan-Nya harus benar-benar sesuai prinsip-prinsip tauhid yang diajarkan oleh
Rasulullah saw.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tuhan adalah sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia
merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya Sesuai dengan tuntunan agama Islam, hanya ada satu Tuhan di
dunia ini, yaitu Allah SWT. Kita sebagai ciptaan-Nya wajib percaya bahwa tidak ada Tuhan
Penguasa seluruh alam kecuali Allah.
Wujud nyata dari percaya atau iman itu sendiri tidak boleh hanya berupa ikrar atau
pernyataan kosong, melainkan harus dilakukan dengan perbuatan berupa menjalankan seluruh
perintahnya dan menjauhi larangannya secara ikhlas lahir batin.
Dengan meyakini Allah SWT sebagai Tuhan di dunia ini, kita menjadi tidak selalu
terombang-ambing dalam keraguan. Hidup kita akan lebih terarah, yaitu untuk memeperoleh ridlo
dari Allah SWT agar selamat dunia dan akhirat.
3.2 Kritik dan Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca pada umumnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Widyanto, Arif, Rahmat Basuki (2011). " KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM".
erlapramana.blogspot.com/2011/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html, 6 September 2013.
Yandi, Nur(2012). Filsafat Ketuhanan Dalam Islam. [Online]. Tersedia: http://nuryandi-
cakrawalailmupengetahuan.blogspot.com/2012/06/filsafat-ketuhanan-dalam-islam.html [6
September 2013].
Soepriatno, Agung Soedrajat (2008). Konsep Ketuhanan Dalam Islam. [Online]. Tersedia:
http://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-ketuhanan-dalam-islam/ [6 September
2013]
Basri, Dr.Muh.Mu’inudinillah, MA Erwandi Tarmizi(2010). “TAUHID & MAKNA
SYAHADATAIN“. http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_books/single/id_tawheed_the_
meaning_of_the_two_testimonials_and_nullifiers_of_islam.pdf, 7 September 2013
Hoed, White (2013). B.8. HIDUP DI BAWAH NAUNGAN TAUHID. Tersedia:
http://rasmulbayantarbiyah.wordpress.com/2013/06/16/b-8-hidup-di-bawah-naungan-tauhid/
[7 September 2013]
10