86
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, semakin banyak perusahaan-perusahaan yang berdiri di Indonesia. Baik perusahaan sejenis maupun yang tidak sejenis. Setiap perusahaan pasti memiliki rencana keuangan yang berbeda-beda. Saat ini semua perusahaan wajib membuat suatu laporan yang berkaitan dengan perkembangan keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan keuangannya. Laporan keuangan dibuat dengan maksud memberikan gambaran kemajuan perusahaan secara periodik. Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip, dan kebiasaan-kebiasaan dalam akuntansi serta pendapat pribadi yang tertuang dalam prinsip akuntansi Indonesia tahun 1984. Analisa Laporan Keuangan 1

Makalah ALK Semen Gersik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini, semakin banyak perusahaan-perusahaan yang berdiri di Indonesia. Baik perusahaan sejenis maupun yang tidak sejenis. Setiap perusahaan pasti memiliki rencana keuangan yang berbeda-beda. Saat ini semua perusahaan wajib membuat suatu laporan yang berkaitan dengan perkembangan keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

Pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan keuangannya. Laporan keuangan dibuat dengan maksud memberikan gambaran kemajuan perusahaan secara periodik. Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip, dan kebiasaan-kebiasaan dalam akuntansi serta pendapat pribadi yang tertuang dalam prinsip akuntansi Indonesia tahun 1984.Definisi laporan keuangan yaitu suatu media informasi yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk melaporkan keadaan dan posisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu pihak internal dan eksternal perusahaan yang bermanfaat bagi pihak tersebut dalam pengambilan keputusan secara ekonomi.

Informasi tersebut disusun dan disajikan perusahaan dalam bentuk neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus kas. Karena laporan keuangan merupakan bentuk pertanggung jawaban pimpinan perusahan atau pihak manajemen atas tugas yang diberikan untuk mengelola perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Jika perusahaan tidak membuat laporan keuangan, maka pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan tidak dapat mengambil keputusan ekonomi dalam rangka memajukan perusahaan.

Sedangkan analisis laporan keuangan adalah suatu proses membedah- bedah laporan keuangan ke dalam komponen-komponennya, penelaahan mendalam terhadap masing-masing komponen dan hubungan diantara komponen-komponen tersebut akan menghasilkan pemahaman menyeluruh atas laporan keuangan itu sendiri.

Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untukmengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang.

Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama periode tertentu, keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan.

1.2 Pembatasan MasalahMasalah yang dibahas dalam makalah ini adalah analisis pada laporan keuangan PT Semen Gresik Periode tahun berakhir 31 Desember 2011 dengan Rasio Keuangan serta analisis perbandingan berdasarkan laporan keuangan tahun sebelumnya selama tiga tahun juga digunakan analisis SWOT untuk membandingkan dengan perusahaan pesaingnya

1.3 Rumusan MasalahBerdasarkan pada latar belakang tersebut dan memudahkan dalam pembahasan materi maka masalah-masalah dapat dirumuskan sebagai berikut1. Apa pengertian dari Laporan Keuangan ?2. Apa manfaat dari Laporan Keuangan ?3. Apa yang dimaksud dengan Analisis Laporan Keuangan?4. Apa yang dimaksud dengan Rasio-rasio keuangan?5. Bagaimana Analisis Laporan Keuangan PT Semen Gresik selama periode berjalan?6. Bagaimana analisis SWOT pada PT semen Gresik dan PT Indocement?7. Bagaimana posisi PT Semen Gresik dengan Kompetitornya PT indocement dengan perbandingan SWOT analysis?

1.4 Tujuan MakalahAdapun Tujuan dari pembahasan dalam makalah ini sebagai berikut :1. Mengetahui dan memahami pengertian dari Laporan Keuangan2. Mengetahui manfaat dari Laporan Keuangan3. Mengetahui pengertian Analisis Laporan Keuangan4. Mengetahui dan Memahami Pengertian Rasio-rasio keuangan5. Mengetahui hasil analisis Laporan Keuangan PT Semen Gresik dengan menggunakan metode analisis perbandingan, common size dan analisis trend juga menggunakan metode analisis ratio liquiditas, rentabilitas dan solvabilitas dilengkapi dengan analisis SWOT.6. Mengetahui hasil analisis SWOT pada PT semen Gresik dan PT Indocement 7. Mengetahui posisi PT Semen Gresik Tbk dengan Rasio Perbandingan Kompetitor PT Indocement Tbk. menggunakan SWOT Analysis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Laporan KeuanganLaporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan yang dibuat oleh bagian akunting secara periodik, biasanya telah mengikuti standar yang ditetapkan oleh Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan berlaku secara umum. Artinya, setiap perusahaan wajib mengikuti kaidah/aturan. Namun demikian, bagi perusahaan publik, laporan keuangan ini harus diaudit oleh akuntan publik untuk menjamin konsistensi sistem yang digunakan sehingga perkembangan kinerja perusahaan relatif lebih mencerminkan kondisi sebenarnya. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi: Laporan neraca Laporan laba/rugi Laporan perubahan modal Laporan laba ditahan Laporan perubahan pada posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus kas atau laporan arus dana Data akuntansi untuk keputusan manajerial Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuanganUnsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba/rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisis keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba/rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca.Periode akuntansi adalah rentang waktu yang dipergunakan dalam laporan keuangan. Di Indonesia, periode yang biasa digunakan adalah bulanan, triwulan, dan tahunan.2.2 Manfaat Laporan KeuanganManfaat laporan keuangan bagi suatu perusahaan adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan, sehingga untuk masa yang akan datang perusahaan akan lebih baik.Manfaat laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji dari pekerja bahagian pembukuan, tapi selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi keungan perusahaan tersebut, dalam hal ini hasil analisa itu bagi pihak-pihak yang berkepentingan menghasilkan keputusan, menurut Munawir ( 2001 : 7 )

2.3Pengertian Analisis Laporan KeuanganAnalisis laporan keuangan merupakan kumpulan data keuangan yang dibandingkan dengan periode keperiode yang lain sehingga dapat menggambarkan situasi dan kondisi dari perusahaan. Di lain pihak, analisis laporan keuangan merupakan perbandingan laporan keuangan dari satu periode antara dua perusahaan yang sejenis.

2.4 Pengertian Rasio KeuanganMenurut Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan ( BPFE Yogyakarta, 2001 : 331 ), pengelompokan rasio rasio yaitu sebagai berikut :a. Rasio LikuiditasRasio Likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur likuiditas perusahaan ( Current ratio, Acid test ratio ).b. Rasio SolvabilitasRasio Solvabilitas adalah Rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila perusahaan tersebut dilikiudasi ( Bambang Riyanto, 2001 : 32 ).

c. Rasio RentabilitasRasio Rentabilitas adalah perbandingan antara laba yang diperoleh dengan modal yang dipergunakan untuk memperoleh laba selama periode tertentu.

2.5 Konsep Analisis Laporan Keuangan dengan Rasio KeuanganMenurut Martono (2002: 55-60) pada dasrnya alat rasio keuangan diklasifikasikan menjadi empat (4) kelompok antara lain:

2.5.1 Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah alat ukur untuk melihat apakah unit usaha tersebut cukup likuit dalam menjalankan usahanya selama periode mendatang. Rasio ini terdiri atas:1. Current Ratio.Rasio ini menunjukkan sampai dimana hutang-hutang jangka pendek dapat dibayar dari aktiva-aktiva yang dapat dijadikan uang pada waktu yang sama misal, jangka waktu pembayaran hutang-hutang jangka pendek. Secara umum rasio ini bisa dikatakan baik, jika nilainya mencapai 2 atau 200%.2. Quick Ratio.Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu unit usaha dalam utang-utang jangka pendeknya, tanpa mengutamakan persediaan. Suatu unit usaha dikatakan mampu membayar utang jangka pendeknya, jika nilainya lebih besar dari satu (1) atau lebih dari 100%.3. Cash Ratio.Rasio ini menunjukkan kemampuan suatu unit usaha dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan uang kas dan surat berharga yang mudah diuangkan.

2.5.2 Rasio AktivitasRasio aktivitas menunjukkan seberapa efektif aset-aset usaha dalam menghasilkan pendapatan. Adapun rasio aktivitas yang sering digunakan yaitu:1. Total Asset Turn Over (TATO)Rasio ini mengukur perputaran dana yang tertanam dalam aktiva selama periode tertentu yang diinvestasikan untuk menghasilkan pendapatan. Selain itu juga dapat mengukur perputaran aset yang dimilki suatu unit usaha.2. Working Capital Turn Over (WCTO)Rasio ini menunjukkan keefektikan modal kerja, menunjukkan hubungan modal kerja dengan penjualan, serta banyaknya penjualan yang diperoleh suatu unit usaha untuk setiap rupiah modal kerja.3. Receivable Turn OverRasio ini menunjukkan tingkat perputaran piutang dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi perputarannya berarti semakin cepat pula pengembalian modal yang tertanam dalam piutang yang berbentuk kas.4. Average Collection PeriodRasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu unit usaha dalam mengumpulkan jumlah piutang setiap jangka waktu tertentu.

2.5.3 Rasio Leverage

Kreditor jangka panjang maupun jangka pendek akan memperhatikan benar seberapa banyak kegiatan koperasi atau badan usaha lain yang dibiayai utang. Jika koperasi atau badan usaha lain mempunyai utang jangka panjang yang sangat tinggi dalam struktur permodalan koperasi atau badan usaha lain, maka para kreditor akan berfikir bahwa koperasi atu badan usaha lain akan mudah gulung tikar dan tidak akan bisa melunasi utangnya. Demikian dengan pemilik koperasi atau badan usaha lain akan mempertmbangkan beberapa kembalian yang bisa didapat dari komposisi banyak sedikitnya utang dalam struktur permodalan. Rasio ini meliputi:1. Debt to Total asset.Rasio menunjukkan berapa persen aset suatu unit usaha yang diberikan kreditur.

2. Debt to EquityRasio ini mengukur seberapa jauh suatu unit usaha dibiayai oleh pinjaman. Semakin tinggi nilainya berarti semakin besar dana yang dipinjam dari pihak luar.

2.5.4 Rasio ProfitabilitasRasio ini menunjukkan efektivitas menciptakan laba. Laba pada dasarnya menunjukkan seberapa baik koperasi/badan usaha lain dalam membuat keputusan investasi dan pembiayaan. Koprasi/badan usaha harus mampu menyiapkan uang dari laba koperasi/badan usaha lain dalam membayar utang dan membayar deviden dengan mengoptimalkan pemanfatan seluruh asetnya.Adapun rasio ini yang sering digunakan antara lain;1. Net Profit Margin (NPM)Rasio ini mengukur kemampuan suatu unit usaha dalam menghasilkan laba bersih dari setiap penjualan.2. Return On Investment (ROI)Rasio ini mengukur berapa besar tingkat pengembalian atas investasi.3. Gross Profit Margin (GPM)Rasio ini mengukur laba kotor yang dapat dicapai dalam setiap penjualan.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Profil Perusahaan PT Semen GresikVisi :Menjadi perusahaan persemenan bertaraf internasional yang terkemuka dan mampu meningkatkan nilai tambah kepada para pemangku kepentingan (stakeholders). Misi : Memproduksi, memperdagangkan semen dan produk terkait lainnya yang berorientasikan kepuasan konsumen dengan menggnakan teknologi yang ramah lingkungan. Mewujudkan manajemen perusahaan yang berstandar internasional dengan menjunjung tinggi etika bisnis, semangat kebersamaan, dan bertindak proaktif, efisien serta inovatif dalam berkarya. Memiliki keunggulan bersaing dalam pasar semen domestik dan internasional. Memberdayakan dan mensinergikan unit-unit usaha strategik untuk meningkatkan nilai tambah secara berkesinambungan. Memiliki komitmen terhadap peningkatan kesejahteraan pemangku kepentingan (stakeholders) terutama pemegang saham, karyawan dan masyarakat sekitar.

3.2 Sejarah PT Semen GresikPT Semen Gresik (Persero) Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 agustus 1957 oleh Presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pad atanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya serta merupakan BUMN pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat. Komposisi pemegang sahamnya adalah Negara RI 73% dan masyarakat 27%.Pada bulan September 1995 Perseroan melakukan Penawaran Umum Terbatas I (Right Issue I), yang mengubah komposisi kepemilikan saham menjadi Negara RI 65% dan masyarakat 35%. PT Semen Padang merupakan pabrik semen tertua di Indonesia yang didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappi (NV NIPCM). Pabrik mulai berproduksi pada tahun 1913 dengan kapasitas 22.900 ton per tahun, dan pernah mencapai produksi sebesar 170.000 ton pada tahun 1939 yang merupakan produksi tertinggi pada waktu itu.Ketika Jepang menguasai Indonesia tahun 1942-1945, pabrik diambil alih dengan menajemen Asano Cement, Jepang. Pada waktu kemerdekaan tahun 1945 pabrik diambil alih oleh karyawan dan selanjutnya diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia dengan nama Kilang Semen Indarung.Pada agresi militer 1 tahun 1947, pabrik dikuasai kembali oleh Belanda dan namanya diganti menjadi NV Padang Portland Cement Maatschappij (NV PPCM). Berdasarkan PP No. 50 tanggal 5 Juli 1958, tentang penentuan perusahaan perindustrian dan pertambangan milik Belanda dikenakan nasionalisasi, maka NV Padang Portland Cement Maatschappij dinasionalisasikan dan selanjutnya ditangani oleh Badan Pengelola Perusahaan Industri dan Tambang (BAPPIT) Pusat.Setelah tiga tahun dikelola oleh BAPPIT Pusat, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 135 tahun 1961 status perusahaan diubah menjadi PN (Perusahaan Negara). Akhirnya pada tahun 1971 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 menetapkan status Semen Padang menjadi PT Persero dengan Akta Notaris No. 5 tanggal 4 Juli 1972. PT Semen Tonasa didirikan di Desa Tonasa, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep, sekitar 54 km sebelah utara Makasar-Sulawesi Selatan, berdasarkan keputusan MPRS No. II/MPRS/1960 tanggal 5 Desember 1960. Pabrik Semen Tonasa Unit I merupakan proyek di bawah Departemen Perindustrian dan merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Cekoslowakia yang dimulai sejak tahun 1960 dan diresmikan pada 2 November 1968. Pabrik ini menggunakan proses basah dengan kapasitas terpasang 110.000 ton semen/tahun.Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 54 tahun 1971 tanggal 8 September 1971, Pabrik Semen Tonasa ditetapkan sebagai Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum). Kemudian, dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 tahun 1975 tanggal 9 Januari 1975 bentuk Perum tersebut diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Dalam rangka memenuhi kebutuhan semen yang semakin meningkat, berdasarkan persetujuan Bappenas No. 032/XC-LC/B.V/76 dan No. 2854/D.1/IX/76 tanggal 2 September 1976 dibangun pabrik Semen Tonasa Unit II. Pabrik yang merupakan hasil kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Kanada ini beroperasi pada 1980 dengan kapasitas 510.000 ton semen/tahun dan dioptimalisasi menjadi 590.000 ton semen/tahun pada 1991.Pabrik Semen Tonasa Unit II terletak di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, yang berjarak sekitar 23 km dari Pabrik Semen Tonasa Unit I yang dihentikan pengoperasiannya pada tahun 1984 karena tidak ekonomis lagi. Pada tahun 1982 Pemerintah membangun Pabrik Semen Tonasa Unit III berkapasitas 590.000 ton semen/tahun. Selanjutnya pada 1990 dilakukan pembangunan Pabrik Semen Tonasa Unit IV yang berkapasitas 2.300.000 ton semen/tahun.Konsolidasi Tiga Perusahaan SemenTanggal 15 September 1995 PT Semen Gresik berkonsolidasi dengan PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa, yang kemudian dikenal dengan nama Semen Gresik Group (SGG). Total kapasitas terpasang SGG sebesar 8.5 juta ton semen per tahun. Pada tanggal 17 September 1998. Pemerintah melepas kepemilikan sahamnya di SGG sebesar 14% melalui penawaan terbuka yang dimenangkan oleh Cemex S.A. de C.V. perusahaan semen global yang berpusat di Mexico. Komposisi kepemilikan saham kembali menjadi Negara RI 51%, masyarakat 35%,dan Cemex 14%.Pada tanggal 30 September 1999, komposisi kepemilikan saham kembali berubah menjadi Negara RI 51%, masyarakat 23.5% dan Cemex 25.5%. Pada tanggal 27 Juli 2006 terjadi transaksi penjualan saham Cemex S.A. de C.V. pada Blue Valley Holdings PTE Ltd. sehingga komposisi kepemilikan saham sampai saat ini berubah menjadi Negara RI 51.01%, Blue Valley Holdings PTE Ltd. 24.90% dan masyarakat 24.09%. Di akhir bulan Maret 2010, Blue Valley Holdong menjual 24.9 % sahamnya melalui private placement. dengan demikian komposisi pemegang saham berubah menjadi Pemerintah RI 51.01 % dan publik 48.99 %. Saat ini, kapasitas terpasang riil SGG sebesar 19 juta ton semen per tahun (2010), dan menguasai 43.3% pangsa pasar semen domestik.Perseroan memproduksi berbagai jenis semen, antara lain : 1. Semen Portland Tipe I. Dikenal pula sebagai ordinary Portland Cement (OPC), merupakan semen hidrolis yang dipergunakan secara luas untuk konstruksi umum, seperti konstruksi bangunan yang tidak memerlukan persyaratan khusus, antara lain : bangunan, perumahan, gedung-gedung bertingkat, jembatan, landasan pacu dan jalan raya.2. Semen Portland Tipe II. Di kenal sebagai semen yang mempunyai ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Misalnya untuk bangunan di pinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi, beton massa dan bendungan.3. Semen Portland Tipe III. Semua jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah proses pengecoran dilakukan dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin. Misalnya digunakan untuk pembuatan jalan raya, bangunan tingkat tinggi dan bandar udara.4. Semen Portland Tipe V. Semen jenis ini dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/air yang mengandung sulfat tinggi dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbang pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan pembangkit tenaga nuklir.5. Special Blended Cement (SBC). Semen khusus yang diciptakan untuk pembangunan mega proyek jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) dan cocok digunakan untuk bangunan di lingkungan air laut. Dikemas dalam bentuk curah.6. Portland Pozzolan Cement (PPC). Semen Hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak, gypsum dan bahan pozzolan. Digunakan untuk bangunan umum dan bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang. Misalnya, jembatan, jalan raya, perumahan, dermaga, beton massa, bendungan, bangunan irigasi dan fondasi pelat penuh.Lokasi pabrik sangat strategis di Sumatera, Jawa dan Sulawesi menjadikan Semen Gresik Group (SGG) mampu memasok kebutuhan semen di seluruh tanah air yang didukung ribuan distributor, sub distributor dan toko-toko. Selain penjualan di dalam negeri, SGG juga mengekspor ke beberapa negara antara lain: Singapura, Malaysia, Korea, Vietnam, Taiwan, Hongkong, Kamboja, Bangladesh, Yaman, Norfolk USA, Australia, Canary Island, Mauritius, Nigeria, Mozambik, Gambia, Benin dan Madagaskar.1. Semen Padang.Semen Padang memiliki 4 (empat) pabrik semen, kapasitas terpasang 5,24 juta ton semen pertahun berlokasi di Indarung, Sumatera Barat. Semen padang memiliki 5 pengantongan semen, yaitu : Teluk Bayur, Belawan, Batam, Tanjung Priok dan Ciwandan.2. Semen Gresik.Semen Gresik memiliki 3 pabrik dengan kapasitas terpasang 8,2 juta ton semen per tahun yang berlokasi di Tuban, Jawa Timur. Semen Gresik memiliki 2 pelabuhan, yaitu : Pelabuhan khusus Semen Gresik di Tuban dan Gresik.3. Semen Tonasa.Semen Tonasa memiliki 3 pabrik semen, kapasitas terpasang 3,48 juta ton semen per tahun, berlokasi di Pangkep, Sulawesi Selatan. Semen Tonasa memiliki 7 (tujuh) pengantongan semen, yaitu : Biringkasi, Makassar, Samarinda, Banjarmasin, Bitung, Palu, Ambon, Celukan Bawang, Bali.

3.3 Neraca Perbandingan PT Semen Gresik

3.4 Laporan Perbandingan Laba Rugi PT Semen Gresik

3.4 Tabel Analisa Rat

3.5 Analisa Perbandingan3.5.1 Laporan Perubahan Posisi Keuangan (Neraca)Dari Laporan Perubahan Posisi Keuangan atau Neraca yang diperbandingkan antara akhir tahun 2009, 2010 dan 2011, menunjukkan:1. Jumlah rupiah masing-masing aset, kewajiban dan ekuitas serta jumlah total masing-masing golongan aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal 31 Desember 2009, 31 Desember 2010, dan 31 Desember 2011 dengan perubahan-perubahannya.2. Dari perubahan (kenaikan dan penurunan) dapat diketahui bahwa:2.1 Tahun 2009-2010a. Aset lancar turun sebesar Rp 875.402.265 sedangkan kewajiban lancar naik sebesar Rp 223.749.579. Besarnya penurunan jumlah aset lancar terutama disebabkan oleh kas dan setara kas, kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya, dan investasi jangka pendek. Selain itu, kewajiban lancar pun mengalami kenaikan yang cukup besar. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya ekspansi dari perusahaan yang dibiayai dari aset lancar dan kewajiban lancar sehingga aset lancar mengalami penurunan dan kewajiban lancar mengalami kenaikan. Kemungkinan adanya ekspansi ini terlihat dari aset tidak lancar yang mengalami kenaikan sebesar Rp 3.487.093.050. Selain itu, terlihat juga bahwa kewajiban tidak lancar PT SEMEN GRESIK ini mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu sekitar Rp 573.891.991. Hal ini menunjukan bahwa ekpansi juga kemungkinan dibiayai oleh kewajiban tidak lancar. Selain karena tejadinya ekpansi, dana dari penurunan aset lancar dan kenaikan kewajiban lancar dan kewajiban tidak lancar sebagian digunakan untuk membayar kewajiban perusahaan. Terlihat dari beberapa pos di dalam kewajiban lancar maupun kewajiban tidak lancar yang mengalami penurunan seperti hutang pajak, beban yang masih harus dibayar, pinjaman dari pemerintah, hutang bunga dan denda, dan lain-lain.b. Bila dilihat dari aset lancar yang mengalami penurunan dan kenaikan kewajiban lancar menunjukkan bahwa posisi keuangan jangka pendek perusahaan mengalami penurunan atau bisa dikatakan tingkat likuiditas perusahaan mengalami penurunan.c. Jumlah aset mengalami kenaikan sebesar Rp 2.611.690.785 sedangkan kewajiban hanya mengalami kenaikan sebesar Rp 797.641.570 dan ekuitas atau modal sendiri naik sebesar Rp 1.814.049.215. Terlihat bahwa sumber dana yang digunakan untuk aktifitas perusahaan tidak semua berasal dari modal asing tetapi juga dari hasil operasi perusahaan. Namun, dari perbandingan antara jumlah aset dan jumlah kewajiban perusahaan menunjukan bahwa perusahaan mengalami penurunan solvabilitas dari tahun 2009 ke tahun 2010.d. Perubahan dalam jumlah-jumlah rupiah seperti yang diterangkan diatas akan lebih terlihat jelas lagi bila dilihat dari persentasenya. Aset lancar mengalami penurunan sebesar 11% sedangkan kewajiban lancar mengalami kenaikan sebesar 10%. Hal ini semakin menunjukan bahwa perusahaan mengalami penurunan dalam sisi likuiditasnya. Total aset mengalami kenaikan sebesar 20% sedangkan total kewajiban mengalami kenaikan sebesar 30% dan total ekuitas mengalami kenaikan sebesar 18%. Disini terlihat bahwa tingkat solvabilitas perusahaan juga menurun karena perusahaan lebih mengandalkan hutang daripada ekuitasnya untuk mendanai kegiatan ekpansinya.e. Persediaan mengalami kenaikan sebesar Rp 216.641.609 atau sebesar 15% yang ditafsirkan akibat dari proses pembuatan bahan baku menjadi bahan jadi yang meningkat. f. Seluruh piutang usaha dalam laporan perubahan posisi keuangan ini menunjukkan kenaikan sebesar Rp 291.278.757 atau sebesar 20%. Kenaikan ini ditafsirkan bahwa penjualan kredit lebih besar dibandingkan penjualan tunai dan perusahaan tidak memaksimalkan penagihan piutang usahanya.

2.2 Tahun 2010-2011a. Aset lancar mengalami kenaikan sebesar Rp 300.276.922 sedangkan kewajiban lancar naik sebesar Rp 371.618.576. Besarnya kenaikan jumlah aset lancar terutama disebabkan oleh investasi jangka pendek, total piutang usaha, dan persediaan. Selain itu, ternyata kewajiban lancar pun mengalami kenaikan yang lebih besar. Hal ini kemungkinan disebabkan perusahaan lebih banyak menginvestasikan modal yang berasal dari pinjamannya dalam investasi jangka pendek dan persediaan sehingga aset lancar mengalami kenaikan diimbangi dengan kewajiban lancar mengalami kenaikan. Dan bila dilihat dari jumlah aset tidak lancarnya, kemungkinan adanya ekspansi di perusahaan ini. Hal ini terlihat dari aset tidak lancar yang mengalami kenaikan sebesar Rp 3.798.326.899. Selain itu, terlihat juga bahwa kewajiban tidak lancar PT SEMEN GRESIK ini mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu sekitar Rp 1.251.641.154. Hal ini menunjukan bahwa ekpansi juga kemungkinan dibiayai oleh kewajiban tidak lancar. Selain karena tejadinya ekpansi, dan kenaikan kewajiban lancar dan kewajiban tidak lancar sebagian digunakan untuk membayar kewajiban perusahaan. Terlihat dari beberapa pos di dalam kewajiban lancar maupun kewajiban tidak lancar yang mengalami penurunan seperti kewajiban tidak lancar lainnya, pinjaman dari pemerintah, hutang bunga dan denda, dan lain-lain.b. Bila dilihat dari aset lancar yang mengalami kenaikan dan juga kewajiban lancar yang mengalami kenaikan yang lebih besar menunjukkan bahwa posisi keuangan jangka pendek perusahaan mengalami penurunan atau bisa dikatakan tingkat likuiditas perusahaan mengalami penurunan. Karena walaupun aset lancar mengalami kenaikan yang cukup besar di sisi lain kewajiban lancar pun mengalami kenaikan yang ternyata lebih besar daripada aset lancar.c. Jumlah aset mengalami kenaikan sebesar Rp 4.098.603.821 sedangkan kewajiban hanya mengalami kenaikan sebesar Rp 1.623.259.730 dan ekuitas atau modal sendiri naik sebesar Rp 2.475.344.091. Terlihat bahwa sumber dana yang digunakan untuk aktifitas perusahaan tidak semua berasal dari modal asing tetapi juga dari hasil operasi perusahaan. Namun, dari perbandingan antara jumlah aset dan jumlah kewajiban perusahaan menunjukan bahwa perusahaan mengalami penurunan solvabilitas dari tahun 2010 ke tahun 2011.d. Perubahan dalam jumlah-jumlah rupiah seperti yang diterangkan diatas akan lebih terlihat jelas lagi bila dilihat dari persentasenya. Aset lancar mengalami kenaikan sebesar 4% sedangkan kewajiban lancar mengalami kenaikan sebesar 15%. Hal ini semakin menunjukan bahwa perusahaan mengalami penurunan dalam sisi likuiditasnya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Total aset mengalami kenaikan sebesar 26% sedangkan total kewajiban mengalami kenaikan sebesar 47% dan total ekuitas mengalami kenaikan sebesar 20%. Disini terlihat bahwa tingkat solvabilitas perusahaan juga menurun karena perusahaan lebih mengandalkan hutang daripada ekuitasnya untuk mendanai kegiatan ekpansinya.e. Persediaan mengalami kenaikan sebesar Rp 382.441.156 atau sebesar 24% yang ditafsirkan akibat dari proses pembuatan bahan baku menjadi bahan jadi yang meningkat. f. Seluruh piutang usaha dalam laporan perubahan posisi keuangan ini menunjukkan kenaikan sebesar Rp 111.895.744 atau sebesar 7%. Kenaikan ini ditafsirkan bahwa penjualan kredit lebih besar dibandingkan penjualan tunai dan perusahaan tidak memaksimalkan penagihan piutang usahanya. Namun bila dilihat dari kenaikan tahun 2009 ke tahun 2010, kenaikan persentase dari tahun 2010 ke tahun 2011 lebih kecil dibandingkan tahun 2009 ke tahun 2010. Dari hal ini dapat ditafsirkan bahwa penjualan kredit di tahun 2010 ke 2011 lebih kecil atau penagihan piutang lebih maksimal dibandingkan tahun 2009 ke tahun 2010.

3.5.2 Laporan Laba RugiDengan menganalisis Laporan Laba Rugi yang diperbandingkan anatara tahun 2009, 2010, dan 2011 akan menunjukkan beberapa hal, yaitu:1. Di tahun 2009, Rp 0,529 dari setiap Rp 1 pendapatan diserap atau digunakan untuk membiayai beban pokok pendapatan dan di tahun 2010 dari setiap Rp 1 pendapatan, Rp 0,525 digunakan untuk membiayai beban pokok pendapatan. Hal ini disebabkan dari penurunan pendapatan dari tahun 2009 ke tahun 2010 yang terlihat di laporan laba rugi yang diperbandingkan, yaitu sebesar Rp 43.661.093 atau sekitar 0,3% yang pastinya akan berakibat pada penurunan beban pokok pendapatan. Terlihat bahwa beban pokok pendapatan dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp 79.629.496 atau sebesar 1%. Selain kemungkinan perusahaan menurunkan volume produksinya sehingga beban pokok pendapatan ikut menurun, penyebab lain dari menurunnya beban pokok pendapatan pun dapat ditafsirkan karena adanya penurunan harga bahan baku semen itu sendiri. Sedangkan di tahun 2011 terlihat ada peningkatan dalam beban pokok pendapatan. Yaitu setiap Rp 0,543 beban pokok pendapatan dibiayai oleh Rp 1 pendapatan. Hal ini disebabkan adanya kenaikan pendapatan dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar Rp 2.034.605.052 atau sebesar 14% dan hal ini pun mengakibatkan beban pokok pendapatan meningkat sebesar 1.357.788.858 atau sebesar 18%. Seperti halnya penurunan pendapatan di tahun 2009 ke tahun 2010, kenaikan pendapatan di tahun 2010 ke tahun 2011 yang diimbangi dengan kenaikan beban pokok pendapatan dapat diakibatkan oleh kebijakan atau strategi perusahaan mengenai volume produksinya atau juga bisa diakibatkan adanya kenaikan bahan baku semen itu sendiri.2. Meskipun pendapatan dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami penurunan, namun ternyata laba bruto di tahun 2010 tetap mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp 35.968.403 atau sebesar 1%. Dan kenaikan pendapatan dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengakibatkan laba bruto mengalami kenaikan sebesar Rp 676.816.194 atau sebesar 10%. Kenaikan laba bruto ini dapat ditafsirkan diakibatkan oleh beberapa hal seperti; adanya perubahan volume produksi dan penjualan, perubahan harga jual, atau adanya perubahan biaya per unit dari barang yang diproduksi. Terlihat pula bahwa pendapatan yang lebih besar menghasilkan laba bruto adalah di tahun 2010. Karena pada tahun 2009 laba bruto yang dihasilkan hanya sebesar 47,1% dari total pendapatan, di tahun 2010 laba bruto yang dihasilkan sebesar 47,5%, dan di tahun 2011 laba bruto yang dihasilkan hanya sebesar 45,7%.3. Beban usaha dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp 135.375.814 atau sebesar 6% sedangkan pendapatan mengalami penurunan Rp 43.661.093 atau sebesar 0,3%. Beban usaha dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami keniakan sebesar Rp 294.629.195 atau sebesar 13% sedangkan pendapatan mengalami kenaikan sebesar Rp 2.034.605.052 atau sebesar 14%. Atau beban usaha dalam tahun 2009 adalah sebesar 16,9% dari jumlah pendapatan, tahun 2010 adalah sebesar 16% dari jumlah pendapatan, sedangkan di tahun 2011 beban usaha adalah sebesar 15,8% dari jumlah pendapatan. Penurunan beban usaha sebesar 0,9% dari tahun 2009 ke tahun 2010 diakibatkan oleh menurunnya pendapatan sehingga beban usaha yang dikeluarkan ikut menurun. Namun untuk tahun 2010 ke tahun 2011 terlihat bahwa persentase beban usaha pada pendapatan mengalami penurunan yaitu sebesar 0,2% meskipun pendapatan meningkat. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa perusahaan dapat lebih mengefisiensikan beban usaha yang dikeluarkan walaupun pendapatan meningkat tajam. Penurunan beban usaha dari tahun 2009 ke tahun 2010 membuat laba usaha meningkat meskipun pendapatan menurun. Hal ini dikarenakan turunnya pendapatan diimbangi dengan turunnya beban pokok pendapatan. Sedangkan laba usaha dari tahun 2010 ke tahun 2011 meskipun mengalami kenaikan karena diimbangi dengan kenaikan pendapatan, beban pokok pendapatan yang hampir sama besarnya dan kenaikan beban usaha, total laba usaha pada pendapatan terlihat menurun yaitu menjadi 29,9% dari 31,4%.4. Meskipun pendapatan dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami penurunan, laba bersih dari tahun 2009 ke tahun 2010 ternyata mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp 306.731.935. Atau bila dihubungkan dengan tingkat pendapatannya, laba usaha meningkat dari 23,1% menjadi 25,3%. Hal ini dikarenakan juga dari tahun 2009 ke tahun 2010 beban pajak mengalami penurunan yang cukup besar yaitu sebesar Rp 238.923.876 sehingga mengakibatkan laba meningkat. Di tahun 2010 ke tahun 2011 laba bersih juga mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp 292.221.879 atau bila dihubungkan dengan tingkat pendapatannya laba usaha menurun dari 25,3% menjadi 24%. Hal ini diakibatkan oleh beberapa hal seperti meningkatnya beban pajak, meningkatnya hak minoritas terhadap laba dan juga menurunnya pendapatan lain-lain.5. Penurunan pendapatan dari tahun 2009 ke tahun 2010 sebesar 0,3% ternyata berbanding terbalik dengan piutang usaha yang mengalami peningkatan yaitu sebesar 20%. Hal ini menunjukkan bahwa penagihan piutang tidak berjalan dengan maksimal. Di tahun 2010 ke tahun 2011 pendapatan mengalami kenaikan sebesar 14% dan piutang usaha mengalami kenaikan sebesar 7%. Hal ini menunjukkan keadaan yang lebih baik. Kemungkinan yang terjadi adalah penjualan tunai lebih banyak dibandingkan dengan penjualan kredit atau penagihan piutang usaha dari tahun 2010 ke tahun 2011 semakin maksimal.

Dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa: Ditinjau dari faktor likuiditas tahun 2009 lebih baik dari tahun 2010 dan 2011. Karena current ratio (aset lancar dibandingkan dengan hutang lancar) tahun 2009 sebesar 358% yang berarti bahwa setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh Rp 3,58 aktiva lancar, sedangkan tahun 2010 current rationya sebesar 292% yang artinya setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh Rp 2,92 aktiva lancar, sedangkan tahun 2011 current rationya sebesar 265% yang artinya setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh Rp 2,65 aktiva lancar. Hal ini menunjukan tingkat likuiditas PT SEMEN GRESIK Tbk. mengalami penurunan dari tahun 2009 ke tahun 2011. Ditinjau dari faktor solvabilitas tahun 2009 lebih solvabel dibandingkan dengan tahun 2010 dan tahun 2011. Solvabilitas tahn 2009 (jumlah asset dibandingkan dengan jumlah kewajiban) adalah sebesar 493%, sedangkan tahun 2010 sebesar 455% dan tahun 2011 sebesar 390%. Ditinjau dari rentabilitas atau efisiensi perusahaan secara keseluruhan, maka tahun 2011 lebih efisien dibanding dengan tahun 2009 dan tahun 2010. Rentabilitas ekonomis tahun 2011 adalah sebesar 30,3% sedangkan tahun 2010 sebesar 28,1% dan tahun 2009 sebesar 25,7%. Rentabilitas modal sendiri di tahun 2011 adalah sebesar 38% sedangkan tahun 2010 sebesar 35% dan tahun 2009 sebesar 32%.

3.6 Trend Percentage AnalysisDari laporan keuangan PT Semen Gresik Tbk terdiri dari laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi tahun 2009, 2010, dan 2011 dengan mengunakan tahun dasar 2009 dapat diketahui bahwa telah terjadi perubahan - perubahan atau kecenderungan - kecenderungan baik yang menguntungkan maupun yang tidak bagi perusahaan, hal ini terbukti bahwa : 1. Posisi keuangan jangka pendek menunjukan perkembangan yang tidak menguntungkan dikarenakan persentase kewajiban lancar mengalami kenaikan yang cukup besar sedangkan aset lancar ternyata mengalami penurunan. Di tahun 2009-2010 kewajiban lancar mengalami kenaikan dari Rp 2.293.769.040menjadi Rp 2.517.518.619 atau sekitar 10% dan di tahun 2010-2011 mengalami kenaikan dari Rp 2.517.518.619menjadi Rp 2.889.137.195atau sekitar 15%. Sedangkan aset lancar di tahun 2009-2010 mengalami penurunan dari Rp 8.221.270.194menjadi Rp 7.345.867.929atau sekitar 11% dan di tahun 2010-2011 mengalami kenaikan dari Rp 7.345.867.929menjadi Rp 7.646.144.851atau sekitar 4%. Perubahan-perubahan ini menunjukkan dengan jelas bahwa keadaan keuangan jangka pendek kurang baik. Penurunan pendapatan di tahun 2009-2010 dari Rp 14.387.849.799 menjadi Rp 14.344.188.706 atau sebesar 0,3% tidak diimbangi dengan penurunan piutang usaha. Piutang dalam laporan neraca yang diperbandingkan ternyata mengalami kenaikan dari Rp 1.425.303.437 menjadi Rp 1.716.582.194 atau sebesar 20%. Dan di tahun 2010-2011 pendapatan meningkat dari Rp 14.344.188.706 menjadi Rp 16.378.793.758 atau sekitar 14% dan diimbangi dengan piutang usaha yang juga mengalami kenaikan yaitu dari Rp 1.716.582.194 menjadi Rp 1.828.477.938 atau sebesar 7%. Hal ini jelas menunjukan bahwa penagihan piutang dalam perusahaan tidak bekerja dengan efektif.Persediaan barang di tahun 2009-2010 mengalami kenaikan dari Rp 1.407.577.516 menjadi Rp 1.624.219.125 atau sebesar 15% menunjukkan perkembangan yang tidak menguntungkan dikarenakan kenaikan persediaan barang tersebut tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan. Pendapatan di tahun 2009-2010 ternyata mengalami penurunan sebesar 0,3%. Di tahun 2010-2011 persediaan barang mengalami kenaikan sebesar Rp 1.624.219.125 menjadi Rp 2.006.660.281 atau sekitar 24% dan hal ini menunjukkan perkembangan yang kurang menguntungkan karena kenaikan persediaan ini hanya diimbangi dengan kenaikan pendapatan sebesar 14%. Hal ini menunjukan ada investasi yang terlalu besar dalam persediaan.2. Dalam jangka waktu 3 tahun perusahaan melakukan pengeluaran investasi, hal ini terbukti adanya pertambahan aset tetap yang sangat besar selama 3 tahun ini, yaitu dari tahun 2009-2010 kenaikannya sebesar 91% dan di tahun 2010-2011 adalah sebesar 52%. Kenaikan aset tetap yang cukup besar ini justru tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan di tahun 2009-2010. Pendapatan di tahun 2009-2010 terlihat menurun. Hal ini bisa diakibatkan beberapa hal seperti perusahaan sedang membuat pabrik baru atau kebijakan perusahaan yang memang sedang mengurangi volume produksinya.3. Kondisi solvabilitas tahun 2009-2010 menunjukkan perkembangan yang kurang menguntungkan. Karena persentase kenaikan kewajiban lebih besar yaitu dari Rp 2.625.604.488menjadi Rp 3.423.246.058(30%) dibanding total asetnya yaitu dari Rp 12.951.308.161menjadi Rp15.562.998.946(20%). Kondisi solvabilitas tahun 2010-2011 juga menunjukkan perkembangan yang semakin menurun karena kenaikan kewajiban lebih besae yaitu Rp 3.423.246.058menjadi Rp 5.046.505.788(47%) dibanding total asetnya yaitu dari Rp 15.562.998.946menjadi Rp 19.661.602.767(26%).4. Kondisi rentabilitas pada tahun 2009-2010 juga terlihat tidak menguntungkan karena selisih antara persentase kenaikan laba bersih dan kenaikan aset tetap terpaut jauh yaitu laba bersih 9% sedangkan aset tetap naik sebesar 91% dan tahun 2010-2011 juga menunjukkan selisih kenaikan laba bersih dan aset tetap yang tidak sesuai yaitu laba bersih kenaikannya sebesar 8% dan aset tetap sebesar 52%. Hal ini menunjukkan over investment karena kenaikan aset tetap tidak sesuai dengan kenaikan laba bersih yang dihasilkan.

3.7 Common Size Percentage1. Kas dan setara kasPersentase kas dan setara kas tahun 2009 terhadap total aset adalah sebesar 26%. Di tahun 2010 kas dan setara kas mengalami penurunan persentase menjadi 24% terhadap total asetnya. Dan di tahun 2011 kas dan setara kas mengalami penurunan kembali menjadi 17% terhadap total asetnya. Hal ini menunjukkan perusahaan dari tahun 2009 ke tahun 2011 semakin menurunkan investasinya dalam kas dan setara kas.2. Kas dan setara kas yang dibatasi penggunaanyaPersentase kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya tahun 2009 terhadap total aset adalah sebesar 6%. Di tahun 2010 kas dan setara kas yang dibatasi penggunaanya mengalami penurunan persentase menjadi 1% terhadap total asetnya. Dan di tahun 2011 kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya mengalami penurunan kembali menjadi 0,3% terhadap total asetnya. Hal ini menunjukkan perusahaan dari tahun 2009 ke tahun 2011 semakin menurunkan investasinya dala kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya.3. Piutang usahaPersentase piutang usaha tahun 2009 terhadap total aset adalah sebesar 11%. Di tahun 2010 piutang usaha tidak mengalami kenaikan maupun penurunan persentase. Dan di tahun 2011 piutang usaha mengalami penurunan menjadi 9% terhadap total asetnya. Hal ini menunjukkan perusahaan dari tahun 2009 ke tahun 2011 semakin menurunkan investasinya piutang usaha.4. Piutang lain-lainPersentase piutang lain-lain tahun 2009 terhadap total aset adalah sebesar 0,2%. Di tahun 2010 piutang lain-lain mengalami kenaikan persentase menjadi 0,3%. Namun di tahun 2011 piutang usaha mengalami penurunan menjadi 0,2% terhadap total asetnya. Hal ini menunjukkan perusahaan dari tahun 2009 ke tahun 2010 menaikan tingkat investasinya terhadap piutang lain-lain namun di tahun 2011 menurunkan kembali investasinya pada piutang lain-lain.5. PersediaanPersentase persediaan tahun 2009 terhadap total aset adalah sebesar 11%. Di tahun 2010 persediaan tidak mengalami kenaikan maupun penurunan. Namun di tahun 2011 persediaan mengalami penurunan menjadi 10% terhadap total asetnya. Hal ini menunjukkan perusahaan dari tahun 2009 ke tahun 2011 semakin menurunkan investasinya persediaan.6. Aset tetapPersentase aset tetap tahun 2009 terhadap total aset adalah sebesar 31%. Di tahun 2010 aset tetap mengalami kenaikan menjadi 49% kemudian di tahun 2011 aset tetap mengalami kenaikan kembali menjadi 59% terhadap total asetnya. Hal ini menunjukkan perusahaan dari tahun 2009 ke tahun 2011 semakin menaikan investasinya terhadap aset tetap.

7. Hutang usahaPersentase hutang usaha tahun 2009 terhadap total kewajiban dan ekuitasnya adalah sebesar 6,3%. Di tahun 2010 hutang usaha mengalami penurunan menjadi 6,2% kemudian di tahun 2011 hutang usaha mengalami penurunan menjadi 6% terhadap total kewajiban dan ekuitasnya. Hal ini menunjukkan perusahaan dari tahun 2009 ke tahun 2011 semakin berhasil mengurangi modal yang berasal dari luar sehingga total hutang usaha terhadap total kewajiban dan ekuitasnya semakin menurun.8. Beban pokok pendapatanPersentase beban pokok pendapatan tahun 2009 terhadap pendapatan adalah sebesar 52,9%. Di tahun 2010 beban pokok pendapatan mengalami penurunan menjadi 52,5% dikarenakan adanya penurunan pendapatan, kemudian di tahun 2011 beban pokok pendapatan mengalami kenaikan menjadi 54,3% terhadap pendapatannya dikarenakan pendapatannya kembali meningkat.9. Beban UsahaPersentase beban usaha tahun 2009 terhadap pendapatan adalah sebesar 16,9%. Di tahun 2010 beban usaha mengalami penurunan menjadi 16,0% dikarenakan adanya penurunan pendapatan, kemudian di tahun 2011 beban usaha mengalami penurunan kembali menjadi 15,8% terhadap pendapatannya meskipun pendapatannya kembali meningkat.

3.8 Tabel Ratio Analysis

3.9 Analisa Ratio A. Ratio Liquiditas1. Current Ratio Tahun 2009: setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin oleh Rp. 0,10 aktiva lancarTahun 2010: setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin oleh Rp. 2,92 aktiva lancarTahun 2011: setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin oleh Rp. 2,65 aktiva lancar2. Acid Test Ratio perusahaan, Tahun 2009 : setiap Rp.1 hutang lancar dijamin oleh kas dan piutang sebesar Rp. 2,14Tahun 2010 : setiap Rp.1 hutang lancar dijamin oleh kas dan piutang sebesar Rp. 2,18Tahun 2011 : setiap Rp.1 hutang lancar dijamin oleh kas dan piutang sebesar Rp. 1,843. Cash Ratio Tahun 2009 : setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh kas sebesar Rp 1,52Tahun 2010 : setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh kas sebesar Rp 1,48Tahun 2011 : setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh kas sebesar Rp 1,204. Perputaran Piutang, Tahun 2009 : setiap Rp.8,68 penjualan maka sebesar Rp 1 belum dapat ditagih sampai akhir tahun tersebut . atau penagihan piutang kurang lebih 9 kali dalam setahunTahun 2010 : setiap Rp. 8,66 penjualan maka sebesar Rp 1 belum dapat ditagih sampai akhir tahun tersebut . atau penagihan piutang kurang lebih 9 kali dalam setahunTahun 2011 : setiap Rp. 9,89 penjualan maka sebesar Rp 1 belum dapat ditagih sampai akhir tahun tersebut . atau penagihan piutang kurang lebih 10 kali dalam setahun5. Periode Rata-Rata Pengumpulan PiutangTahun 2009 : waktu yang diperlukan untuk menagih piutang dagang atau waktu yang diperlukan untuk merubah piutang dagang menjadi kas adalah 41 hariTahun 2010 : waktu yang diperlukan untuk menagih piutang dagang atau waktu yang diperlukan untuk merubah piutang dagang menjadi kas adalah 42 hariTahun 2011 : waktu yang diperlukan untuk menagih piutang dagang atau waktu yang diperlukan untuk merubah piutang dagang menjadi kas adalah 36 hari6. Perputaran PersediaanTahun 2009 : setiap tahun rata-rata diperlukan pembelian persedian barang dagang sebanyak 4 kaliTahun 2010 : setiap tahun rata-rata diperlukan pembelian persedian barang dagang sebanyak 4 kaliTahun 2011: setiap tahun rata-rata diperlukan pembelian persedian barang dagang sebanyak 5 kali7. Periode Rata-Rata Persediaan di Gudang Tahun 2009 : dengan turn over 4,53 persediaan barang dagang baru akan terjual atau dapat berputar menjadi kas / piutang dagang setelah disimpan di gudang selama 79 hariTahun 2010 : dengan turn over 4,49 persediaan barang dagang baru akan terjual atau dapat berputar menjadi kas / piutang dagang setelah disimpan di gudang selama 80 hariTahun 2011 : dengan turn over 5,29 persediaan barang dagang baru akan terjual atau dapat berputar menjadi kas / piutang dagang setelah disimpan di gudang selama 68 hari8. Perputaran Modal KerjaTahun 2009: Setiap Rp. 1 Modal kerja dapat menghasilkan Rp. 1,37 penjualan nettoTahun 2010: Setiap Rp. 1 Modal kerja dapat menghasilkan Rp. 1,46 penjualan nettoTahun 2011: Setiap Rp. 1 Modal kerja dapat menghasilkan Rp. 1,37 penjualan netto

B. Ratio Solvabilitas1. Ratio modal dengan aktiva Tahun 2009 : rasio sebesar 79,73% menunjukan bahwa 20,27% aktiva perusahaan dibiayai dari pinjaman dan margin of sapety (protection) adalah sebesar 4:1 Tahun 2010 : rasio sebesar 78,00% menunjukan bahwa 20,00% aktiva perusahaan dibiayai dari pinjaman dan margin of sapety (protection) adalah sebesar 4:1 Tahun 2011 : rasio sebesar 74,33% menunjukan bahwa 20,00% aktiva perusahaan dibiayai dari pinjaman dan margin of sapety (protection) adalah sebesar 4:1 2. Ratio modal dengan aktiva tetap Tahun 2009 : rasio sebesar 218,30% menunjukan bahwa aktiva tetap dibiayai seluruhnya oleh pemilik perusahaan (modal sendiri)Tahun 2010 : rasio sebesar 147,74% menunjukan bahwa aktiva tetap dibiayai seluruhnya oleh pemilik perusahaan (modal sendiri)Tahun 2011 : rasio sebesar 121,64% menunjukan bahwa aktiva tetap dibiayai seluruhnya oleh pemilik perusahaan (modal sendiri)3. Ratio aktiva tetap dengan hutang jangka panjangTahun 2009 : setiap Rp. 1 hutang jangka panjang dijamin oleh Rp. 14,25 aktiva tetap. Ini menunjukan kreditur jangka panjang aman dan terjamin dan semakin besar kemampuan perusahaan untuk mencari pinjamanTahun 2010 : setiap Rp. 1 hutang jangka panjang dijamin oleh Rp. 9,07 aktiva tetap. Ini menunjukan kreditur jangka panjang aman dan terjamin dan semakin besar kemampuan perusahaan untuk mencari pinjamanTahun 2011 : setiap Rp. 1 hutang jangka panjang dijamin oleh Rp. 5,56 aktiva tetap. Ini menunjukan kreditur jangka panjang aman dan terjamin dan semakin besar kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman4. Ratio hutang jangka panjang dengan modal sendiri Tahun 2009: ratio sebesar 3,21% menunjukan bahwa setiap Rp.1 modal sendiri menjamin Rp. 0,03 hutang jangka panjangTahun 2010: ratio sebesar 7,46 % menunjukan bahwa setiap Rp.1 modal sendiri menjamin Rp. 0,07 hutang jangka panjangTahun 2011: ratio sebesar 14,76% menunjukan bahwa setiap Rp.1 modal sendiri menjamin Rp. 0,15 hutang jangka panjang5. Ratio antara hutang dengan modal sendiriTahun 2009: ratio sebesar 25,43% menunjukan bahwa perusahaan mampu menjamin seluruh hutangnya oleh 25,43% dari modalnya sendiriTahun 2010: ratio sebesar 28,19 % menunjukan bahwa perusahaan mampu menjamin seluruh hutangnya oleh 28,19% dari modalnya sendiriTahun 2011: ratio sebesar 34,53% menunjukan bahwa perusahaan mampu menjamin seluruh hutangnya oleh 34,53% dari modalnya sendiri6. Ratio antara hutang dengan aktivaTahun 2009: seluruh hutang perusahaan dapat dijamin oleh 20,27% jumlah aktivaTahun 2010: seluruh hutang perusahaan dapat dijamin oleh 22,00% jumlah aktivaTahun 2011: seluruh hutang perusahaan dapat dijamin oleh 25,67% jumlah aktiva

C. Ratio Rentabilitas1. Ratio Laba usaha dengan aktiva usahaTahun 2009 : Seluruh laba usaha yang diperoleh dihasilkan oleh 33,50 hasil dari pengoperasian aktiva usahaTahun 2010 : Seluruh laba usaha yang diperoleh dihasilkan oleh 28,98 aktiva usaha yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan.Tahun 2011 : Seluruh laba usaha yang diperolehdihasilkan oleh 24,88 aktiva usaha yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahan.2.Perputaran Aktiva UsahaTahun 2009 : Dalam kegiatan operasional operating assets atau aktiva usaha berputar sebanyak 1,11 kali dalam satu tahun.Tahun 2010 : Dalam kegiatan operasional operating assets atau aktiva usaha berputar sebanyak 0,92 kali dalam satu tahun.Tahun 2011 : Dalam kegiatan operasional operating assets atau aktiva usaha berputar sebanyak 0,83 kali dalam satu tahun.3. Gross Margin RatioTahun 2009 : Setiap Rp. 1 penjualan menghasilkan laba kotor sebesar Rp. 0,32.Tahun 2010 : Setiap Rp. 1 penjualan menghasilkan laba kotor sebesar Rp. 0,32.Tahun 2011 : Setiap Rp. 1 penjualan menghasilkan laba kotor sebesar Rp. 0,31.4. Operating margin ratioTahun 2009 : Setiap Rp. 1 penjualan menghasilkan laba usaha sebesar Rp. 0,30.Tahun 2010 : Setiap Rp. 1 penjualan menghasilkan laba usaha sebesar Rp. 0,31.Tahun 2011 : Setiap Rp. 1 penjualan menghasilkan laba usaha sebesar Rp. 0,29.5. Net Margin RatioTahun 2009 : Setiap Rp. 1 penjualan menghasilkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 0,32.Tahun 2010 : Setiap Rp. 1 penjualan menghasilkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 0,33.Tahun 2011 : Setiap Rp. 1 penjualan menghasilkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 0,31.6. Operating RatioTahun 2009 : Setiap Rp. 1 penjualan dihasilkan oleh HPP dan biaya operasi sebesar Rp. 0,69.Tahun 2010 : Setiap Rp. 1 penjualan dihasilkan oleh HPP dan biaya operasi sebesar Rp. 0,68.Tahun 2011 : Setiap Rp. 1 penjualan dihasilkan oleh HPP dan biaya operasi sebesar Rp. 0,62.7. Rate of ROITahun 2009 : Setiap Rp.1 aktiva usaha menghasilkan Rp. 0,35 laba usaha.Tahun 2010 : Setiap Rp.1 aktiva usaha menghasilkan Rp. 0,30 laba usaha.Tahun 2011 : Setiap Rp.1 aktiva usaha menghasilkan Rp. 0,25 laba usaha.

3.10 Hasil Analisa RatioRatio Liquiditas1. Current Ratio perusahaan tersebut sekitar 1:3 atau 100% pada tahun 2009, 2:1 atau 291,79% pada tahun 2010 dan 2:1 atau 264,65% pada tahun 2011,yang berarti pada tahun 2009 jumlah aktiva lancar hanya memenuhi 1 dari 3 hutang lancarnya,sementara pada tahun 2010 dan 2011 jumlah aktiva lancar ada 2 kali dari jumlah hutang lancar atau setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin dengan Rp. 2 aktiva lancar atau satu modal kerja, hal tersebut berarti bahwa pada tahun 2010 perusahaan lebih liquid dari tahun 2009 dan 2011 karena pada tahun 2010 aktiva lancar sebesar 291,79 kali lebih besar dari hutang lancarnya.2. Acid Test Ratio perusahaan, Berdasarkan perhitungan diatas, dapat ditentukan bahwa acid test rasio perusahaan pada tahun 2009 adalah 214,87% yang berarti bahwa kemampuan untuk membayar liabilitas yang segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid ( Kas, Piutang dan Investasi jangka pendek) yaitu setiap liabilitas jangka pendek Rp 1 dijamin dengan Acid Test Rasio Rp 2,14. Namun pada tahun 2010 nilai Acid Test Rasio mengalami kenaikan menjadi 218,49% yang artinya setiap Rp 1 liabilitas jangka pendek dijamin dengan Rp 2,18 aktiva lancar, sedangkan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 184,14% yang artinya setiap Rp 1 liabilitas jangka pendek dijamin dengan Rp 1,84. Berdasarkan perbandingan tersebut nilai Acid Test Rasio perusahaan dari tahun 2009, 2010 dan 2011 diketahui bahwa pada tahun 2010 perusahaan lebih liquid yaitu sebesar 218,49% kemampuan perusahaan untuk membayar hutang dengan kas dan piutang lebih tinggi.3. Cash Ratio, Nilai Cash Rasio perusahaan pada tahun 2009 menunjukkan prosentase 151,58% artinya setiap liabilitas jangka pendek Rp 1 dijamin oleh Rp 1,51 kas dan investasi jangka pendek, sedangkan tahun 2010 sebesar 148,41%, artinya setiap liabilitasjangka pendek Rp 1 dijamin Rp 1,48 oleh kas dan investasi jangka pendek dan pada tahun 2011 sebesar 119,61% artinya setiap liabilitas Rp. 1 dijamin Rp.1,19 kas dan investasi jangka pendek. Kemampuan perusahaan dalam membayar liabilitas dengan segera yang harus dipenuhi secara tunai dengan menggunakan kas yang tersedia dalamPerusahaan. Maka dapat disimpulkan bahwa, pada tahun 2009 lebih baik daripada tahun 2010 dan 2011karena kas sebesar Rp. 3.476.934.210 dapat menjamin hutang lancar sebesar Rp. 2.293.769.040.4. Perputaran Piutang, ratio pada tahun 2009 adalah 8,68 kali ,pada tahun 2010 sebesar 8,66 kali dan 9,89 kali pada tahun 2011, hal tersebut menunjukan bahwa setiap Rp.8,68 pada tahun 2009 Rp. 8,66 tahun 2010 dan Rp. 9,89 pada tahun 2011 penjualan maka sebesar Rp. 1 belum dapat ditagih sampai akhir tahun tersebut. karena perputaran piutang menjadi kas di tahun 2011 lebih cepat yaitu sebesar 10 kali dalam 1 periode.5. Periode Rata-Rata Pengumpulan Piutang pada perusahaan Semen Gersik menunjukan bahwa setiap piutang yang dimiliki dapat ditagih atau rata-rat pengumpulannya adalah 41 hari pada tahun 2009, 42 hari pada tahun 2010 dan 36 hari pada tahun 2011.6. Perputaran Persediaan tersebut menunjukan bahwa persediaan barang dagangan di ganti dalam satu tahun (dijual dan diganti) sebanyak 4,53 kali pada tahun 2009, 4,49 kali pada tahun 2010 dan 5,29 kali pada tahun 2011. Karena perputaran barang dagang untuk dijual agar menjadi pendapatan lebih cepat di tahun 2011 karena sebesar 5 kali.7. Periode Rata-Rata Persediaan di Gudang , Tahun 2009 dengan turn over 4,53 persediaan barang dagang baru akan terjual atau dapat berputar menjadi kas / piutang dagang setelah disimpan di gudang selama 79 hariTahun 2010 dengan turn over 4,49 persediaan barang dagang baru akan terjual atau dapat berputar menjadi kas / piutang dagang setelah disimpan di gudang selama 80 hariTahun 2011dengan turn over 5,29 persediaan barang dagang baru akan terjual atau dapat berputar menjadi kas / piutang dagang setelah disimpan di gudang selama 68 hari jadi lebih liquid pada tahun 20118. Perputaran Modal Kerja, Pada tahun 2009 Setiap Rp. 1 Modal kerja dapat menghasilkan Rp. 1,37 penjualan netto,tahun 2010Setiap Rp. 1 Modal kerja dapat menghasilkan Rp. 1,46 penjualan netto dan pada tahun 2011 Setiap Rp. 1 Modal kerja dapat menghasilkan Rp. 1,37 penjualan netto hal tersebut menunjukan bahwa pada tahun 2010 lebih solvabel dari tahu 2009 dan tahun 2011 karena penjualan lebih besar dari pada modal kerja rata-rata

Ratio Solvabilitas1. Ratio modal dengan aktiva, ratio pada tahun 2009 sebesar 79,73%, tahun 2010 78,00% dan tahun 2011 74,33 % hal tersebut menunjukan bahwa aktiva perusahaan dibiayai oleh pinjaman sebesar 20,27% pada tahun 2009, 20,00% pada tahun 2010 dan 25,67% pada tahun 2011 dan margin of safety (protection) adalah 3,5 : 1 . hal tersebut menunjukan bahwa pada tahun 2009 ke 2010 pinjaman menurun 0,27% dan pada tahun 2010 ke tahun 2011 pinjaman naik sebesar 5,67%.2. Rasio modal dengan aktiva tetap tahun 2009 sebesar 218,30%, tahun 2010 sebesar 147,74% dan pada tahun 2011 sebesar 121,64%. Hal ini menunjukkan bahwa baik tahun 2009,2010 maupun tahun 2011 perusahaan memiliki aktiva tetap seluruhnya dibiayai oleh perusahaan dan sebagian dari aktiva lancar (modal kerja) juga dibiayai oleh perusahaan. Kesimpulannya nilai modal sendiri intern lebih besar dibandingkan pinjaman dari extern dan pada tahun 2009 lebih baik karena seluruh aktiva dibiayai perusahaan sebesar 218,30%.3. Ratio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang pada tahun 2009 sebesar 1.425,42%, tahun2010 sebesar 907,24% dan pada tahun 2011 sebesar 556,95% hal ini menunjukan bahwa pada tahun 2009 perusahaan lebih solvabel karena perusahaan dapat menjamin pinjaman jangka panjang sebesar 1.425,42% dan akan sangat mudah untuk mendapatkan pinjaman jangka panjang karena nilai aktiva tetapnya besar.4. Ratio hutang jangka panjang dengan modal sendiri pada tahun 2009 sebesar 3,21%, pada tahun 2010 sebesar 7,46%, dan pada tahun 2011 sebesar 14,76% hal ini berarti setiap Rp 1 modal sendiri menjamin Rp. 0,03 hutang jangka panjang pada tahun 2009 Rp. 0,07 tahun 2010 dan Rp. 0,14 pada tahun 2011, hal tersebut menunjukan bahwa pada tahun 2011 perusahaan lebih solvabel karena modal sendiri dapat menjamin hutang jangka panjang paling besar yaitu 14,7%.5. Ratio antara hutang dengan modal sendiri pada tahun 2009 adalah 1 : 25,43, pada tahun 2010 1 : 28,19 dan pada tahun 2011 1 : 34,53 hal ini berarti setiap Rp 1 hutang dijamin dengan presentase perbandingannya dan pada tahun 2011 perusahaan lebih solvabel karena modal sendiri dapat menjamin hutangnya sebesar 34,53% 6. Ratio antara hutang dengan aktiva, seluruh hutang perusahaan dapat dijamin dengan 20,27% jumlah aktiva pada tahun 2009, sebesar 22,00% pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 sebesar 25,67%,hal tersebut berati perusahaa lebih solvabel pada tahun 2011 karena seluruh hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang dapat dijamin dengan 25,27 aktiva perusahaan.

Ratio Rentabilitas1. Ratio laba usaha dengan aktiva usahaBerdasakan Laporan Keuangan PT SEMEN GRESIK tahun 2009 nilai rasio ini menunjukkan prosentase 33,50%, tahun 2010 sebesar 28,98% sedangkan tahun 2011 sebesar 24,88%. Maka tahun 2009 lebih efektif dan efisien bahwa perusahaan mampu memperoleh keuntungan 33,50% dari aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva lainnya.

2. Perputaran aktiva usahaDari tahun 2009, 2010 ke tahun 2011 perputaran aktiva hampirstabil 1x adanya penurunan maupun peningkatan yang tidak terlalu besar bahwa aktiva yang dimiliki perusahaan tidak banyak berpengaruh terhadap penjulan atau nilai 1x ini menunjukkan management yang efektif.3. Garis margin ratioRasio ini mengalami dari tahun 2009 ke tahun 2010, dan mengalami kenaikan dari tahun 2010 ke tahun 2011. Penurunan ini terjadi karena adanya kenaikan penjualan yang dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang mengakibatkan beban pokok pendapatan pun meningkat. Maka lebih baik pada tahun 2010 yaitu sebesar 32,92%. Dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 32,35% dan pada tahun 2010 sebesar 31,08%.4. Operating Margin RatioPersentase pada operating rasio lebih efektif pada tahun 2010 yaitu sebesar 31,44% disebabkan oleh adanya kenaikan pada penjualan yang merupakan kegiatan operasi perusahaan dari tahun sebelumnya.5. Net margin ratioPada rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya pajak yang dibebankan pada perusahaan. Pada tahun 2009 net margin ratio menunjukan angka 32,35%, tahun 2010 sebesar 32,92%, dan 31,08% pada tahun 2011, maka lebih efisien pada tahun 2010 yaitu sebesar 32,92% hal tersebut diiringi dengan kenaikan pada penjualan, laba yang diperoleh dan pajak yang dibebankan pada perusahaan.6. Operating ratioBerdasakan Laporan Keuangan tahun 2009 operating sebesar 69,82% menunjukkan bahwa tahun tersebut lebih efektif dan efisien. Hal ini menunjukan adanya kenaikan pada penjualan yang diikuti oleh naiknya harga pokok penjualan dan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan perusahaan. Dibandingkan dengan tahun 2010 yang hanya sebesar 68,70% dan tahun 2011 sebesar 62,72%.

7. Rate of ROIMengalami penurunan dari tahun ke tahun , tahun 2009 sbesar 35,94% turun menjadi 30,34% pada tahun 2010, hingga 25,89% pada tahun 2011 . Hal ini disebabkan oleh kenaikan jumlah aktiva usaha yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan laba usaha sebelum pajak pada tahun 2011.8. Net rate of ROINet of ROI mengalami penurunan dari tahun ke tahun , tahun 2009 sbesar 25,89% turun menjadi 23,51% pada tahun 2010, hingga 20,12% pada tahun 2011 . Hal ini diakibatkan oleh turunnya asset sehingga tahun 2010 lebih efektif.9. Rentabilitas modal sendiriRentabilitas pada modal mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 sebesar 32,47% turun menjadi 30,14% pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi 27,06%. Sehingga lebih efektif penggunaan modalnya pada tahun 2009. Karena dengan laba yang dihasilkan dari tahun 2009, 2010, hingga 2011 hampir sama, tetapi dengan modal sendiri yang berbeda, padatahun 2009 modal yang digunakan paling kecil dari tahun 2010 dan 2011.

3.11 Analisis SWOT PT Semen Gresik Tbk.1. Strengths (Kekuatan) PT Semen Gresik merupakan BUMN (Badan Usaha Milik Negara). PT Semen Gresik sudah go public dan menjadi BUMN pertama yang menjual sahamnya kepada masyarakat. Lokasi pabrik yang strategis. Lokasi yang strategis memberikan keunggulan yang kompetitif dan komepratif dalam manajemen biaya distribusi dan kontiyuitas pasokan. Memiliki SDM yang kompetitif dan berkualitas. Perseroan memiliki keunggulan dalam Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi di bidang perekayasaan teknis dan jasa konsultasi dalam persemenan serta industri terkait. Memiliki jangkauan distribusi ke seluruh penjuru daerah pemasaran. PT Semen Gresik Tbk mempunyai keuggulan distribusi yang didukung oleh 19 unit gudang penyangga di sejumlah wilayah strategis di Jawa dan Bali. Sarana promosi yang menyeluruh ke berbagai media. Kebijakan promosi yang dilakukan semen gresik guna meningkatkan penjualannya yang antara lain: TV pada pesawat terbang, papan nama toko, bilboard, radio, point, koran, majalah, branding event, bando jalan, dan branding mobile. Memiliki sumber dana dari pemerintah Republik Indonesia. Sebagai salah satu BUMN di indonesia, tentunya pemerintah akan membantu pendanaan bagi kegiatan operasional perusahaannya.2. Weaknesses (Kelemahan) Kebijakan harga yang masih bergantung pada brain. Dimana ditentukan dari pergerakan harga setiap hari. Daerah pemasaran yang belum menjangkau seluruh wilayah indonesia. Semen gresik memiliki daerah pemasaran hanya di 13 provinsi.3. Opportunities (Kesempatan) Rencana pembangunan pabrik baru. Pembangunan pabrik baru untuk mengantisipasi pertumbuhan permintaan semen nasional dan untuk mempertahankan pangsa pasar karena perseroan telah memaksimalkan utilasi pebriknya. Rencana pembangunan pembangkit listrik. Sedangkan pembangunan pembangkit listrik untuk mensuplai kebutuhan listrik di pabrik semen dengan harga yang lebih murah dari PLN sehingga dapat menekan biaya produksi kompetitif semen gresik. Jumlah penduduk yang meningkat. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk maka secara tidak langsung permintaan konsumen terhadap kebutuhan hidupnya atas suatu produk akan meningkat pula. Perkembangan teknologi. Dengan semakin canggihnya teknologi dan dapat memenuhi kebutuhan manusia secara maksimal sehingga dalam pengolahan bahan baku membuat kuantitas produksi lebih tinggi dan mutu lebih baik. Segmen pasar berbagai kalangan dan golongan. Yaitu rumah tangga (>70%). Industri redimen, industri pemakai bahan semen, dan kontraktor4. Threats (Ancaman) Pertumbuhan ekonomi. Perekonomian indonesia sudah membaik dari tahun ke tahun dan tentunya dapat berpengaruh pada perusahaan. Perkembangan politik yang tidak stabil. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya investor asing yang akan menanamkan modalnya dan hilangnya kepercayaan untuk bekerja sama dengan indonesia. Suplai bahan baku batu kapur dari alam yang terbatas. Alam sangat berpengaruh terhadap pemenuhan bahan baku di dalam kegiatan produksi perusahaan. PT. Semen gresik memiliki banyak pesaing. Persaingan terjadi dari segi upaya untuk mencapai produksi seoptimal mungkin, kemampuan manajerial, penjualan, produksi clinker maupun dari semen itu sendiri.

1. Analisis Faktor Strategis0. Analisis Situasional (SWOT) ReviewAnalisis Situasional (SWOT)/Matriks SWOT Faktor internal

Faktor eksternalKekuatan (strength) PT Semen Gresik merupakan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Lokasi pabrik yang strategis Memiliki SDM yang kompetitif dan berkualitas Memiliki jangkauan distribusi ke seluruh penjuru daerah pemasaran Sarana promosi yang menyeluruh ke berbagai media Memiliki sumber dana dari pemerintah Republik IndonesiaKelemahan (Weakness) Kebijakan harga yang masih bergantung pada brain. Daerah pemasaran yang belum menjangkau seluruh wilayah indonesia

Peluang (Opportunities) Rencana pembangunan pabrik baru Rencana pembangunan pembangkit listrik Jumlah penduduk yang meningkat Perkembangan teknologi Segmen pasar berbagai kalangan dan golonganStrategi SO : Mengelola secara prefesional dan transparan Tetap memenuhi kebutuhan semen dalam proyek-proyek pemerintah Meningkatkan efisiensi dan produkstivitasStrategi WO : Menjaga harga tetap stabil

Ancaman (threat) Pertumbuhan ekonomi Perkembangan politik yang tidak stabil Suplai bahan baku batu kapur dari alam yang terbatas PT. Semen gresik memiliki banyak pesaingStrategi ST : Menjaga pertumbuhan kinerja keuangan dengan Menjaga kepercayaan para stake holder Menegakkan etika bisnis dengan menetapkan prinsip good corporate govermance (CGS)Strategi WT : Melakukan ekspansi pemasaran ke seluruh wilayah indonesia. Melakukan aliansi

1. Strategi yang direkomendasikan1. Strategi alternatif Menjaga kualitas dan kuantitas hasil produksi Bertanggung jawab memenuhi harapan masyrakat pemegang saham Menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sekitar Memberi dorongan SDM untuk berprestasi, bersaing, dan bertanggung jawab.1. Rekomendasi strategiMenjaga pertumbuhan kinerja keuangan dengan meningkatkan efisiensi dan produktivitas sehingga mampu memenuhi harapan pemegang saham terhadap kemampuan perusahaan dalam bersaing dengan perusahaan unggul lainnya.

MATRIKS FAKTOR EKSTERNAL STRATEGISFaktor-Faktor eksternal strategis BobotRatingScoreKomentar

Peluang:1. Rencana pembangunan pabrik baru1. Rencana pembangunan pembangkit listrik1. Jumlah penduduk yang meningkat1. Perkembangan teknologi1. Segmen pasar berbagai kalangan dan golongan0,20

0,15

0,05

0,100,054

4

3

320,80

0,60

0,15

0,300,10

Ancaman:1. Pertumbuhan ekonomi1. Perkembangan politik yang tidak stabil1. Suplai bahan baku batu kapur dari alam yang terbatas1. PT. Semen gresik memiliki banyak pesaing0,050,10

0,15

0,15

33

3

30,150,30

0,45

0,45

total1,003,30

MATRIKS FAKTOR INTERNAL STRATEGISFaktor-Faktor Internal strategisBobotRatingScoreKomentar

Kekuatan:1. PT Semen Gresik merupakan BUMN (Badan Usaha Milik Negara)1. Lokasi pabrik yang strategis1. Memiliki SDM yang kompetitif dan berkualitas1. Memiliki jangkauan distribusi ke seluruh penjuru daerah pemasaran1. Sarana promosi yang menyeluruh ke berbagai media1. Memiliki sumber dana dari pemerintah Republik Indonesia0,20

0,10

0,15

0,10

0.10

0,154

3

3

3

3

3

0,80

0,30

0,45

0,30

0,30

0,45

Kelemahan:1. Kebijakan harga yang masih bergantung pada brain.1. Daerah pemasaran yang belum menjangkau seluruh wilayah indonesia0,10

0,102

3

0,20

0,30

Total1,003,10

BAB IVANALISA INDUSTRI

4.1 Analisa Industri PT Semen Gresik Tbk

Kapasitas terpasang semen nasional pada tahun 2011 mencapai sekitar 54.400.000 ton (+5% yoy), dengan konsumsi semen domestik sekitar 48,0 juta ton dan 1,2 juta ton diekspor. Konsumsi semen domestik tumbuhkuat dari 17,7% dibandingkan tahun 2010 sebesar 40.800.000 ton, didukung oleh pengembangan properti apung (lingkungan rendah suku bunga dan kegiatan ekonomi yang kuat pertumbuhan ekonomi 6,5%) dan cuaca normal. Sumber utama untuk pertumbuhan permintaan semen adalah Jawa, yang tumbuh pada kecepatan yang lebih cepat dari pulau-pulau luar untukpertama kalinya dalam lima tahun terakhir, mengikuti kegiatan konstruksi yang kuat di bagian Barat dan Tengah Jawa termasuk Jakarta. Jawa yang mengkonsumsi lebih dari 55% dari total konsumsi dalam negeri, kontribusi pertumbuhan yang lebih tinggidari 20,5%, sedangkan pulau-pulau terluar adalah 14,4%.Jumlah produsen semen pada 2011 tetap tidak berubah pada tujuh pemain. Tiga besarpemain semen, Semen Gresik Group, Indocement dan Holcim memberikan kontribusi sekitar 88 % dari total industri .

Pada tahun 2011 kapasitas produksi Perseroan adalah 20,0 juta ton, total volumepenjualan tercatat 10,0%pertumbuhan volume yang lebih tinggi (19,7 juta ton), terdiri dari pertumbuhan domestik 11,1% lebih tinggi (19,6 juta ton) danPertumbuhan 56,2% lebih rendah dari penjualan ekspor (0.1 juta ton).Meskipun kendala kapasitas, Perseroan masih menguasai 40,8% pangsa pasar domestik padatahun 2011 karena kekuatan merek dan jaringan distribusi yang luas sebagai aset Semen Gresik Group yang berlokasi strategis untuk memenuhi semuatuntutan dalam kepulauan di Indonesia: Semen Padang di barat, Semen Gresik di tengah, dan SemenTonasa di bagian timur Indonesia.Berdasarkan angka-angka produksi riil, Perusahaan beroperasi pada tingkat utilisasi 99% pada tahun 2011.

4.2 Tabel Analisa Industri PT Semen Gresik Tbk.BAB VPERUSAHAAN KOMPETITOR

5.1 Profil Perusahaan PT. IndocementVisi: Pemain utama dalam bisnis semen domestic danpemimpin pasara dibidang beton siap-pakai, agregat, dan bisnis pasir dijawaMisi: Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan bahan bangunan berkualitas dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan.

5.2 Sejarah PT. IndocementPT.Indocement Tunggal Prakarsa adalah salah satu produsen utama produsen utama semen berkualitas. Perusahaan ini didirikan tahun 1985 dan telah mendesain kapasitas produksi sebesar 17.1 juta ton semen tiap tahunnya. Saat ini perusahaan telah mengoperasikan 12 pabrik, 9 diantaranya berlokasi di Bogor Jawa Barat, 2 di Palimanan ,Cirebon, dan satu buah di Tarju ,Kotabaru, Kalimantan Selatan.Sejak tahun 2005, perusahaan melakukan diversivikasi cakupan produk dengan memperkenalkan Portland Composite Cement (PCC) ke pasar. Perusahaan juga memproduksi tipe semen lain yang bernama Ordinary Portland Cement Type I, Type II dan Type V, bersama dengan Oil Well Cement dan White . Sampai saat ini, Indocement merupakan produsen Putih hanya Semen di Indonesia. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan dengan nama merek Tiga Roda.Pada tahun 2001, Jerman HeidelbergCement Group yang berbasis di Jerman menjadi pemegang saham mayoritas Indocement. Sejak saat itu, fokus strategis bagi Perseroan telah mengurangi hutang. Pada kuartal pertama tahun 2009 Indocement pindah ke posisi kas bersih.Pada awal 2010, Indocement diharapkan untuk menyelesaikan instalasi fasilitas penggilingan semen baru di Pabrik Palimanan , yang akan memperluas kapasitas tahunan perusahaan sebesar 1,5 juta ton semen mencapai 18,6 juta ton semen per tahun.Pada tanggal 15 Oktober 2009, Indocement menerima Gold Rating dari Environmental Performance Rating Program (PROPER), 2008-2009, untuk operasi Citeureup nya. Selain itu, operasi Indocement di Palimanan juga memperoleh Green Rating dari program ini. PROPER merupakan inisiatif dari Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia yang mendorong perusahaan untuk menerapkan manajemen lingkungan yang berkelanjutan. Indocement adalah perusahaan kedua yang menerima Peringkat Emas sejak program ini resmi dimulai pada tahun 2002.Saham Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia. Pada akhir tahun 2009 Perseroan mempertahankankapitalisasi pasar sebesar Rp50, 433 miliar.Perusahaan mempekerjakan 5.858 personil pada tanggal 31 Desember 2009.Indocement Tunggal Prakarsa Grup juga memiliki beberapa anak perusahaan (subsidiaries) yang bergerak di berbagai bidang dan segementasi.

5.3 Analisis SWOT Pada Perusahaan PT Indocement1. Strength (kekuatan) Sejak tahun 2005, perusahaan melakukan diversivikasi cakupan produk dengan memperkenalkan Portland Composite Cement (PCC) ke pasar. Perusahaan juga memproduksi tipe semen lain yang bernama Ordinary Portland Cement Type I, Type II dan Type V, bersama dengan Oil Well Cement dan White. Sampai saat ini, Indocement juga merupakan satu-satunya produsen semen jenis Semen Putih (White Cement) di Indonesia.. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan dengan nama merek Tiga Roda. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.(Indocement atau Perseroan) adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, termasuk produk semen khusus. Indocement memiliki kompleks pabrik terbesar kedua di dunia, yang terletak di Citeureup. Citeureup memiliki sembilan pabrik dimana pada tahun 1975 2007, secara bertahap ditingkatkan dengan penerapan teknologi canggih dan beberapa kiln paling efisien yang dioperasikan saat ini. Pada tanggal 15 Oktober 2009, Indocement menerima Gold Rating dari Environmental Performance Rating Program (PROPER), 2008-2009, untuk operasi Citeureup nya. Selain itu, operasi Indocement di Palimanan juga memperoleh Green Rating dari program ini.. Indocement adalah perusahaan kedua yang menerima Peringkat Emas sejak program ini resmi dimulai pada tahun 2002. Saham Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia. Pada akhir tahun 2009 Perseroan mempertahankan kapitalisasi pasar sebesar Rp50, 433 miliar.Perusahaan mempekerjakan 5.858 personil pada tanggal 31 Desember 2009. Indocement Tunggal Prakarsa Grup juga memiliki beberapa anak perusahaan (subsidiaries) yang bergerak di berbagai bidang dan segementasi.2. Weakness (kelemahan) Pengendalian biaya yang masih kurang baik sehingga indocement kadang kala mangalami kesulitan biaya produksi.3.Opportunity (peluang) Meningkatnya kebutuhan semen sejak tahun 2008 merupakan kesempatan bagi indocement untuk meningkatkan produksinya sesuai dengan rencana ekspansi Perseroan selama beberapa tahun terakhir dengan modernisasi dan modifikasi kiln serta peralatan utama yang tidak hanya dapat meningkatkan kapasitas produksi, namun juga lebih efisien.4.Treath (Hambatan) Persaingan pasar produk semen sangat ketat. Hal tersebut merupakan tantangan bagi indocement untuk bisa merebut pasar semen di Indonesia.Banyaknya perusahaan semen lain yang kemampuannya tidak bisa diabaikan sehingga indocement perlu meningkatkan kembali kinerja perusahaannya.

BAB VIPENUTUP

6.1 Kesimpulan Ditinjau dari faktor likuiditas tahun 2009 lebih baik dari tahun 2010 dan 2011. Karena current ratio (aset lancar dibandingkan dengan hutang lancar) tahun 2009 sebesar 358% yang berarti bahwa setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh Rp 3,58 aktiva lancar, sedangkan tahun 2010 current rationya sebesar 292% yang artinya setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh Rp 2,92 aktiva lancar, sedangkan tahun 2011 current rationya sebesar 265% yang artinya setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh Rp 2,65 aktiva lancar. Hal ini menunjukan tingkat likuiditas PT SEMEN GRESIK Tbk. mengalami penurunan dari tahun 2009 ke tahun 2011. Ditinjau dari faktor solvabilitas tahun 2009 lebih solvabel dibandingkan dengan tahun 2010 dan tahun 2011. Solvabilitas tahn 2009 (jumlah asset dibandingkan dengan jumlah kewajiban) adalah sebesar 493%, sedangkan tahun 2010 sebesar 455% dan tahun 2011 sebesar 390%. Ditinjau dari rentabilitas atau efisiensi perusahaan secara keseluruhan, maka tahun 2011 lebih efisien dibanding dengan tahun 2009 dan tahun 2010. Rentabilitas ekonomis tahun 2011 adalah sebesar 30,3% sedangkan tahun 2010 sebesar 28,1% dan tahun 2009 sebesar 25,7%. Rentabilitas modal sendiri di tahun 2011 adalah sebesar 38% sedangkan tahun 2010 sebesar 35% dan tahun 2009 sebesar 32%.

Perbandingan antara PT Semen Gresik Tbk. Dengan PT Indocement Ditinjau dari segi likuiditasnya, tahun 2011 PT Semen Gresik memiliki current ratio sebesar 264,65% sedangkan PT Indocement memiliki current ratio sebesar 698,54%. Terlihat bahwa persentase current ratio PT Indocement lebih besar dibandingkan dengan PT Semen Gresik. Namun hal ini bukan berarti PT Indocement lebih likuid dibandingkan dengan PT Semen Gresik. Current ratio yang terlalu besar pun bisa saja menunjukkan bahwa perusahaan tidak memaksimalkan current asetnya sehingga lebih banyak aset yang tidak terpakai dengan efisien. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PT Semen Gresik lebih likuid dibandingkan dengan PT Indocement. Ditinjau dari segi solvabilitasnya, di tahun 2011 perbandingan antara aset dan kewajibannya,PT Semen Gresik 390% dan PT Indocement sebesar 750,87%. Hal ini pun menunjukkan bahwa PT Semen Gresik lebih solvabel dibandingkan dengan PT Indocement karena meskipun perbandingan antara aset dan kewajiban PT Indocementnya lebih tinggi dibandingkan dengan PT Semen Gresik, tingkat aset PT Indocement terlalu besar sehingga kemungkinan asetnya tidak digunakan dengan efektif. Ditinjau dari rentabilitasnya atau efisiensi perusahaan secara keseluruhan PT Semen Gresik memiliki rentabilitas ekonomis sebesar 30,3% dan PT Indocement sebesar 19,8% dan rentabilitas modal sendiri PT Semen Gresik sebesar 38% sedangkan PT Indocement sebesar 22,9%. Terlihat bahwa PT Semen Gresik lebih rentabel atau efisien dibandingkan dengan PT Indocement dilihat dari segi rentabilitas ekonomis maupun rentabilitas modal sendirinya.

6.2 Saran1. Hasil perhitungan menggunakan analisa rasio keuangan yang memberikan hasil kurang baik diharapkan mendorong pelaku bisnis agar dapat memperbaiki kinerja perusahaannya dengan cara yang lebih efektif dan efesien sehingga perusahaan dapat menciptakan nilai tambah bagi para investornya dan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan.2. Penerapan konsep Analisa Rasio Keuangan diharapkan dapat memperbaiki pola pikir para pelaku bisnis agar tidak hanya memperhatikan laba yang berhasil dihasilkan perusahaan saja tetapi juga menekankan pada peningkatkan nilai perusahaan itu sendiri atau nilai tambah yang dihasilkan oleh perusahaan.3. Berdasarkan analisis SWOT, Kebijakan harga pada PT Semen Gresik masih bergantung pada brain. Dimana ditentukan dari pergerakan harga setiap hari, seharusnya PT Semen Gresik lebih meningkatkan kualitas produknnya agar tidak bergantung pada brain. 4. Sebaiknya PT Semen Gresik lebih meningkatkan manajemen pemasarannya ke seluruh wilayah Indonesia bukan hanya di 13 provinsi agar pendapatanya meningkat danposisi perusahaan meningkat atau stabil dari tahun ke tahun..

DAFTAR PUSTAKA http://dahlanforum.wordpress.com/20011/04/21/pengertian-laporan-keuangan/ http://qidal.wordpress.com/2013/01/09/332/ http://www.ymp.or.id/ Djarwanto, Pokok-pokok Analisis laporan Keuangan, Yogyakarta, BPFE, 2004. www.semengresik.com/ina/file.axd?file=SMGR2011-part5.pdf www.indocement tbk.co.id/fileadmin/.../2011_indocement_Annual_Report.pdf www.indocement.co.id/...indocement/profil-perusahaan.htm http://semengresik.wordpress.com/2007/12/17/profile-pt-semen-gresik-persero-tbk/

Analisa Laporan Keuangan 56