Upload
lamsu
View
161
Download
18
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAHKEPERAWATAN ANAK
“ATRESIA ANI”
Disusun Oleh:
Iskandaroni Puja Kesuma
Denni Rakasiwi
Mariam Mutami
Futri Amelia
STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
Kata Pengantar
Tiada kata yang pantas terucap selain kata puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA , serta memberikan kesempatan dan kesehatan
kapada kami sehingga kami dapat menyelesaikan dan menyusun tugas ini. Kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah menyelesaikan tugas ini , semoga amal ibadah nya
dibalas oleh Allah SWT, aamiin.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini banyak kekurangan nya baik dari
segi tulisan maupun isi nya . Akhirnya kami ucapkan terimakasih dan semoga tugas ini
bermanfaat bagi semuanya, adapun kekurangan dan kelebihan nya kami mohon maaf.
Cimahi, September 2013
Kelompok
Daftar Isi
Kata pengantar....................................................................................................
Daftar isi..............................................................................................................
BAB I Pendahuluan
Latar belakang.....................................................................................................
Tujuan.................................................................................................................
BAB II Pembahasan
Pengertian ..........................................................................................................
Etiologi ..............................................................................................................
Tanda dan Gejala................................................................................................
Gambaran Klinik Atresia Ani..................................................................Patofisiologi........................................................................................................
Pemeriksaan Penunjang......................................................................................
Terapi…………………………………………………………………………..
Penatalaksanaan Atresia Ani…………………………………………………Komplikasi…………………………………………………………………….Klasifikasi……………………………………………………………………..Pengkajian……………………………………………………………………..
BAB III Penutup
Kesimpulan........................................................................................................
Daftar pustaka.....................................................................................................
BAB IPendahuluan
1.1 LATAR BELAKANG
Atresia ani paling sering terjadi pada bayi yang baru lahir. Frekuensi seluruh kelainan kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap 5000-10000 kelahiran, sedangkan atresia ani didapatkan 1 % dari seluruh kelainan kongenital pada neonatus dan dapat muncul sebagai penyakit tersering. Jumlah pasien dengan kasus atresia ani pada laki-laki lebih banyak ditemukan dari pada pasien perempuan.
Insiden terjadinya atresia ani berkisar dari 1500-5000 kelahiran hidup dengan sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki. 20 % -75 % bayi yang menderita atresia ani juga menderita anomali lain. Kejadian tersering pada laki-laki dan perempuan adalah anus imperforata dengan fistula antara usus distal uretra pada laki-laki dan vestibulum vagina pada perempuan (Alpers, 2006). Angka kajadian kasus di Indonesia sekitar 90 %. Berdasarkan dari data yang didapatkan penulis, kasus atresia ani yang terjadi di Jawa Tengah khususnya Semarang yaitu sekitar 50 % dari tahun 2007-2009.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum Untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan Atresia Ani pada An. A di Rumah Sakit Roemani Semarang.
2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada An. A dengan Atresia Ani.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. A dengan Atresia Ani.
c. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada An. A dengan Atresia Ani.
d. Mampu melakukan intervensi pada An. A dengan Atresia Ani.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PengertianAtresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi
anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002). Atresia Aniatau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum.Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
Keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya.
1.1 Bentuk-bentuk kelainan atresia ani (atresia anal):1. Lubang anus sempit atau salah letak di depan tempat semestinya
2. Terdapat selaput pada saat pembukaan anus sehingga mengganggu proses pengeluaran
feses
3. Rektum(saluran akhir usus besar) tidak terhubung dengan lubang anus
4. Rektum terhubung dengan saluran kemih (kencing) atau system reproduksi melalui
fistula (lubang) dan tidak terdapat pembukaan anus
1.2 Kelainan bentuk anus akan menyebabkan gangguan buang air besar.
1. Ketika lubang anus sempit, bayi kesulitan BAB menyebabkan konstipasi dan ketidak
nyamanan.
2. Jika terdapat selaput pada akhiran jalan keluar anus, bayi tidak bisa BAB.
3. Ketika rectum tidak berhubungan dengan anus tetapi terdapat fistula, feses akan keluar
melalui fistula tersebut sebagai pengganti anus. Hal ini dapat tmenyebabkan infeksi.
4. Jika rectum tidak berhubungan dengan anus dan tidak terdapat fistula sehingga feses
tidak dapat dikeluarkan dari tubuh dan bayi tidak dapat BAB.
1.3 Atresia ani berdasarkan letak:1. Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis) dengan
jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
2. Intermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya.3. Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung
rectum paling jauh 1 cm.Pada wanita 90% dengan fistula kevagina/perineumPada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius
Suatu perineum tanpa apertura anal diuraikan sebagai inperforata. Ladd dan Gross (1966)
membagi anus inperforata dalam 4 golongan, yaitu:
1. Stenosis rectum yang lebih rendah atau pada anus
2. Membran anus menetap.
3. Anus inperforata dan ujung rectum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari
peritoneum
4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rectum yang buntu.
B. Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur2. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan.3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum
bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
4. Berkaitan dengan sindrom down.5. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari Atresia Ani ini antara lain adalah : 1. Mekonium tidak keluar dalam waktu 24 - 48 jam setelah lahir 2. Tinja keluar dari vagina atau uretra3. Perut menggembung4. Muntah5. Tidak bisa buang air besar6. Tidak adanya anus/ Tidak adanya apertura anal.7. Pada atresia ani letak rendah mengakibatkan distensi perut, muntah, gangguan cairan
elektrolit dan asam basa.
Untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan. Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak dapat masuk.
Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.
D. Patofisiologi/ Path ways
Patologis:
a. Anus dan rectum berkembang dari embriogenik bagian belakang.b. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal
genitoury dan struktur anorektal.c. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.d. Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan fetal.e. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sacral dan
abnormalitas pada uretra dan vagina.f. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak dapat
dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi.
*Gangguan Prtumbuhan
*Fusi
*Pembentukan anus dari tonjolan embriogenik
Atresia ani
Feses tidak keluar
Peningkatan tekanan intra abdominal
Feses menumpuk
Gangguan eliminasi BAK
Dysuria
Trauma jaringan
Mual, muntah
Operasi anoplasti colostomi
Reabsorpsi sisa metabolisme oleh tubuh
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
Perubahan Defekasi
Keracunan
Gangguan rasa nyaman
Perawatan tidak adekuat
Nyeri
Resti kerusakan integritas kulit
Iritasi mukosa
Pengeluaran tidak terkontrol
Mikroorganisme masuk saluran kemih
Feses masuk ke uretra
Vistel rektovia ginal
Resti infeksi
Resti nyeriGangguan rasa nyaman
E. Pemeriksaan Penunjang
1. X-ray, ini menunjukkan adanya gas dalam usus2. Pewarnaan radiopak dimasukkan kedalam traktusurinarius, misalnya suatu
sistouretrogram mikturasi akan memperlihatkan hubungan rekto urinarius dan kelainan urinarius
3. Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat meconium4. Pemeriksaan radiologis, Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.5. Sinar X terhadap abdomen, Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel
dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.6. Ultrasound terhadap abdomen, Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama
dalam system pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
7. CT Scan, Digunakan untuk menentukan lesi.8. Pyelografi intra vena, Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.9. Pemeriksaan fisik rectum, Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan
menggunakan selang atau jari.10. Rontgenogram abdomen dan pelvis, Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya
fistula yang berhubungan dengan traktusurinarius.
F. Terapi
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi setelah beberapa hari kelahiran lahir, kemudian anoplastiperineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk member waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Jenis tindakan pembedahan yang dapat dilakukan adalah:
1. Aksisi membran anal (membuat anus buatan).2. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan
korksi sekaligus (pembuat anus permanen).
G. Penatalaksanaan Atresia Ani
a. Medis:1. Eksisi membran anal.2. Fistula, yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah umur 3 bulan
dilakukan koreksi sekaligus.3. Kolostomi (pembuatan lubang anus di bagian perut)4. Dilatasi Anal (pelebaran lubang anus)5. Eksisi membran anal (pelepasan selaput anus).
6. Anoplasty (perbaikan organ anus)
b. Non Medis:1. Toilet Training.2. Dimulai pada usia 2-3 tahun.3. Menggunakan strategi yang sama dengan anak normal.4. Bowel Management.5. Menjaga kebersihan kantung kolostomi, meliputi enema/irigasi kolon satu kali sehari
untuk membersihkan kolon.6. Diet makanan termasuk pengaturan asupan laktasi (ASI)
c. Keperawatan:
Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi. Serta memperhatikan kesehatan bayi.
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :1. Asidosis hiperkioremia.2. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).4. Komplikasi jangka panjang.5. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
6. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)7. Prolaps mukosa anorektal.8. Fistula kambuan (karena ketegangan diarea pembedahan dan infeksi)
I. Klasifikasi
Klasifikasi atresia ani :1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat
keluar.2. Membranosus atresia adalah terdapat membrane pada anus.3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum
J. Pengkajian
1. Pengkajian1. Biodata klien.2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat keperawatan/kesehatan sekarangb. Riwayat kesehatan masalalu
3. Riwayat psikologis, Koping keluarga dalam menghadapi masalah4. Riwayat tumbuh kembang
a. BB lahir abnormalb. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah
mengalami trauma saat sakitc. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartald. Sakit kehamilan tidak keluar mekonium
5. Riwayat sosial, Hubungan social6. Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa KeperawatanDx Pre Operasi
1. Konstipasi berhubungan dengan aganglion.2. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake,
muntah.3. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
dan prosedur perawatan.
Dx Post Operasi
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari kolostomi.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa Pre OperasiDx. 1 Konstipasi berhubungan dengan aganglionTujuan :Klien mampu mempertahankan pola eliminasi BAB dengan teratur.
Kriteria Hasil :1. Penurunan distensi abdomen.2. MeDiagnosa Post Operasiningkatnya kenyamanan.
Intervensi :
1. Lakukan enema atau irigasi rectal sesuai orderR/ Evaluasi bowel meningkatkan kenyaman pada anak.
2. Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jamR/ Meyakinkan berfungsinya usus
3. Ukur lingkar abdomenR/ Pengukuran lingkar abdomen membantu mendeteksi terjadinya distensi
Dx. 2 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake, muntah
Tujuan :Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan
Kriteria Hasil :
1. Output urin 1-2 ml/kg/jam2. Capillary refill 3-5 detik3. Turgor kulit baik4. Membrane mukosa lembab
Intervensi :1. Monitor intake – output cairan
R/ Dapat mengidentifikasi status cairan klien2. Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV
R/ Mencegah dehidrasi3. Pantau TTV
R/ Mengetahui kehilangan cairan melalui suhu tubuh yang tinggi
Dx 3 Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur perawatan.
Tujuan : Kecemasan orang tua dapat berkurang
Kriteria Hasil :
Klien tidak lemas
Intervensi :
1. Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi dan fisiologi saluran pencernaan normal. Gunakan alay, media dan gambarR/ Agar orang tua mengerti kondisi klien
2. Beri jadwal studi diagnosa pada orang tuaR/ Pengetahuan tersebut diharapkan dapat membantu menurunkan kecemasan
3. Beri informasi pada orang tua tentang operasi kolostomiR/ Membantu mengurangi kecemasan klien
b. Diagnosa Post OperasiDx 1 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari kolostomi.Tujuan : Klien tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan kulit lebih lanjut.Intervensi :1. Gunakan kantong kolostomi yang baik2. Kosongkan kantong ortomi setelah terisi ¼ atau 1/3 kantong3. Lakukan perawatan luka sesuai order dokter
Dx 2 Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
Tujuan : Orang tua dapat meningkatkan pengetahuannya tentang perawatan di rumah.
Intervensi :
1. Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya pemberian makan tinggi kalori tinggi protein.
2. Ajarkan orang tua tentang perawatan kolostomi.
4. Evaluasi
Pre Operasi
1. Tidak terjadi konstipasi2. Defisit volume cairan tidak terjadi3. Lemas berkurang
Post operasi
1. Kerusakan integritas kulit tidak terjadi2. Klien memiliki pengetahuan perawatan di rumah
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi menurut kesimpulannya atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.
Daftar Pustaka
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisike-3.
Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri Kurnianianingsih (ed),
Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta : EGC.