18
Makalah aqidah akhlak Disusun O L E H Rahmad syauky furkhany Madrasah Aliyah Negeri Model Banda Aceh

Makalah aqidah akhlak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah akidah

Citation preview

Page 1: Makalah aqidah akhlak

Makalah aqidah akhlak

Disusun

O

L

E

H

Rahmad syauky furkhany

Madrasah Aliyah Negeri Model Banda Aceh

Page 2: Makalah aqidah akhlak

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas

Kehendaknya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Ranula.

Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas akidah akhak. Mengingat

pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang tersedia untuk menyusun

makalah ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak kekurangan baik dari segi

isi, susunan bahasa maupun sistematika penulisannya. Untuk itu kritik dan saran

pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Pada kesempatan yang baik ini, Tidak lupa kami juga mengucapkan

banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan

memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya dalam upaya

penyelesaian makalah ini.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh

dari kesempurnaan. Saran dan kritik dari teman-teman akan penulis terima dengan

tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran dan bekal di masa

mendatang

Banda Aceh, November 2015

Penulis

Page 3: Makalah aqidah akhlak

BAB IIlmu Kalam

A. Pengertian dan fungsi ilmu kalam1. Pengertian ilmu kalam

Ilmu Kalam adalah salah satu bentuk ilmu keislaman. Kajian dalam ilmu

kalam terfokus pada aspek ketuhanan (devesivasinya) atau bentuk karena itu

disebut teologi dialetika, dan rasional. Secara harfiah kata kalam artinya

pembicaraan tetapi bukan dalam arti pembicaraan sehari-hari (omongan)

melainkan pembicaraan yang bernalar dan logika akal.

Ilmu Kalam adalah Ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan

kepercayaan-kepercayaan keagamaan (agama islam) dengan bukti-bukti yang

yakin. Ilmu Kalam adalah Ilmu yang membahas soal-soal keimanan yang sering

juga disebut Ilmu Aqaid atau Ilmu Ushuluddin. 

Beberapa ulama memberikan pendapat yang berbeda-beda sesuai dengan

argument mereka masing-masingten tang definisi Ilmu Kalam:

Menurut Al-‘iji Ilmu Kalam adalah Ilmu yang memberi kemampuan untuk

menetapkan aqidah agama (Islam) dengan mengajukan argument untuk

melenyapkan keraguan-keraguan.Menurut Ibnu Khaldun Ilmu Kalam adalah Ilmu

yang mengandung argument-argument rasional untuk membela Aqidah-aqidah

Imanya dan mengandung penolakan terhadap golongan bid’ah yang didalam

aqidah menyimpang dari mazhab salah dan ahli sunnah.

2 . fungsi ilmu kalam

1. Adanya percakapan yang menjurus pada perdebatan mengenai aqidah islam,

perdebatan ini dimulai abad kedua Hijriah

2. Para ulama ketika mereka menjelaskan mengenai berbagai macam persoalan

mengenai akidah islam yakni menggunakan metode ilmu logika, yang mana

metode ini sering digunakan oleh para filosof.

3. Munculnya pertanyaan yang cukup menghebohkan umat islam pada abad

kedua hijriah yakni mengenai kalamullah

Page 4: Makalah aqidah akhlak

4. Masalah – masalah yang menjadi perdebatan mengenai akidah islam hanya

sebatas perkataan dan percakapan.

Fungsi dari ilmu kalam sendiri bisa kita lihat pada pebahasan dibawah ini:

Mampu memberikan landasan keimanan yang kuatbagi umat islam yakni

dengan cara melakukan pendekatan yang logis sehingga agama islam tidak bisa

dikatakan agama dogmatis (apa adanya)

Mamapu menopang nilai – nilai ajaran islam seperti iman, yang berupa

landasan akidah. Islam, yang meliputi syariat, muamalah serta ibadah dan

ihsan, yang meliputi aktualisasi atau penerapan akhlak

Mampu menjawab berbagai pertanyaan mengenai agama lain yang mampu

merusak agama islam. Terlebih adanya sindiran mengenai agama islam

ditengah – tengah penduduk yang mempunyai keyakinan berbeda.

B . Hubungan ilmu kalam dengan ilmu lainnyaIlmu kalam, filsafat dan tashawuf mempunyai memiliki kemiripan obyek

kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang

berkaitan dengan-Nya. Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di samping

masalah alam, manusia dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu objek kajian

tashawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi, dilihat

dari aspek obyek ketiga ilmu itu membahas yang berkaitan dengan ketuhanan.

Baik ilmu kalam, filsafat maupun tashawuf berurusan dengan hal yang

sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari

kebenaran tentang Tuhan dan berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya

sendiri pula berusaha menghampiri kebenaran baik tentang alam maupun manusia

atau tentang Tuhan. Sementara itu tashawuf dengan metodenya yang tipikal

berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan kebenaran spiritual

menuju Tuhan. Dalam kaitannya dengan ilmu kalam itu tashawuf berfungsi

sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang

mendalam lewat hati (dzauq dan wijjan) terhadap ilmu tauhid atau ilmu kalam

menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku kedua ilmu

ini.

Page 5: Makalah aqidah akhlak

Keduanya memiliki hubungan yang kuat bahwasanya ilmu kalam

berfungsi sebagai pengendali ilmu tashawuf. Ilmu tashawuf juga memiliki fungsi

sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan kalam. Untuk

melihat lebih lanjut hubungan antara ilmu kalam dengan tashawuf alangkah

baiknya menengok paparan Al-Ghazali dalam bukunya yang berjudul Asma Al-

Husna, Al-Ghazali telah menjelaskan dengan persoalan tauhid kepada Allah.

Dengan demikian, ilmu tashawuf merupakan penyempurnaan ilmu kalam,

jika dilihat bahwa ilmu tashawuf merupakan sisi terapan rohaniyah dari ilmu

kalam, semua persoalan yang berada dalam kajian ilmu tauhid terasa lebih

bermakna, tidak kaku, tetapi lebih dinamis dan aplikatif.

A. HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN SYARIAT.

Dalam bentuk (struktur) Islam, ilmu kalam itu dasar diatasnya dibangun

syari’at. Dalam Islam tanpa kalam sebagaimana syari’at tidak bisa subur dan

berkembang kalau tidak di bawah lindungan akidah. Maka syari’at  tanpa ilmu

kalam tak ubahnya bagai bangunan yang tergantung di awang-awang tiada

mempunyai sandaran kekuatan moral, yang memberikan ilham supaya syari’at

dihormati, dipatuhi dan dijalankan semestinya tanpa memerlukan bantuan

kekuatan manapun selain dari perintah jiwa sendiri.

Maka teranglah akidah dan syari’at memerlukan hubungan dan jalinan

yang erat, sehingga antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Akidah pokok dan

pendorong bagi syari’at. Sedang syari’at merupakan jawaban dan sambutan dari

panggilan jiwa yang ditimbulkan oleh akidah. Dengan terjadilah jalinan yang erat

ini, terbentanglah jalan menuju keselamatan yang telah disediakan Tuhan untuk

hambanya yang beriman. Maka dengan demikian, orang yang beriman dan

mempunyai akidah, tetapi menyampingkan syari’at (meninggalkan amal shaleh)

atau hanya mematuhi syari’at tetapi tidak menjunjung akidah maka orang itu

bukanlah seorang muslim sejati dalam pandangan Tuhan. Orang itu bukan pula

berjalan di sepanjang hukum Islam menuju keselamatan dan kejayaan.

Page 6: Makalah aqidah akhlak

B. HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN AL-QUR’AN

Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Qur’an banyak menyinggung hal yang

berkaitan dengan masalah ketuhanan, diantaranya QS. Al-Ikhlas (112): 3-4, Ayat

ini menunjukkan bahwa :” “Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan serta

tidak ada sesuatupun di dunia ini yang tampak sejajar dengan-Nya” Ayat di atas

berkaitan dengan dzat dan hal-hal lain yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan.

Hanya saja, penjelasan rincinya tidak ditemukan. Oleh sebab itu, para ahli berbeda

pendapat dalam menginterprestasikan rinciannya. Pembicaraan tentang hal-hal

yang berkaitan dengan ketuhanan itu di sistematisasikan yang  pada gilirannya

menjadi sebuah ilmu yang dikenal dengan istilah ilmu kalam.

Dengan demikian, ilmu kalam dengan Al-Qur’an adalah ilmu yang

saling berketerkaitan yang tidak bisa dipisahkan, karena sumber dari ilmu kalam

adalah Al-Qur’an dan hadits. Al-Qur’an sendiri di dalam isinya banyak membahas

tentang hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan baik berupa dzat, sifat, asma,

perbuatan dan tuntunan sedangkan ilmu kalam juga membahas keesaan Allah swt.

C. HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN FILSAFAT ISLAM.

Banyak para ahli yang berpendapat bahwa ilmu kalam dan filsafat Islam

memiliki hubungan karena pada dasarnya ilmu kalam adalah ilmu ketuhanan dan

keagamaan. Sedangkan filsafat Islam adalah pembuktian intelektual. Seperti

halnya Dr. Fuad Al-Ahwani dalam bukunya filsafat Islam tidak setuju kalau sama

dengan ilmu kalam.

Karena ilmu kalam dasarnya adalah keagamaan atau ilmu agama.

Sedangkan filsafat merupakan pembuktian intelektual. Obyek pembahasannya

bagi ilmu kalam berdasar pada Allah swt. Dan sifat-sifatnya serta hubungannya

dengan alam dan manusia yang berada di bawah syari’at-Nya. Obyek filsafat

adalah alam dan manusia serta pemikiran tentang prinsip wujud dan sebab-

sebabnya. Seperti filosuf Aristoteles yang dapat membuktikan tentang sebab

pertama yaitu Allah. Tetapi ada juga yang mengingkari  adanya wujud Allah swt.

Sebagaimana aliran materialisme.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasannya ilmu kalam dan filsafat

tidak memilik hubungan karena obyek kajiannya berbeda. Kalam obyek kajiannya

Page 7: Makalah aqidah akhlak

lebih mendasar pada ketuhanan sedangakan filsafat islam objek kajiannya tentang

alam manuasia yang berada pada syari’atnya.

D. TITIK PERBEDAAN ANTARA ILMU KALAM, FILSAFAT DAN

TASHAWUF

Perbedaan diantara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodenya.

Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika disamping argumentasi-

argumentasi naqliyah berfungsi mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang

sangat tampak  nilai apologinya. Ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan

kebenaran agama yang mempertahankan melalui argumen-argumen rasional,

sebagian ilmuan berpendapat ilmu ini keyakinan-keyakinan kebenaran agama,

praktek dan pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang

dijelaskan dengan pendekatan rasional.

Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk

memperoleh kebenaran rasional, metode yang digunakan adalah metode rasional.

Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuahkan akal budi secara radikal

dan integral serta universal. Tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh

ikatan tangannya sendiri bernama logika. Adapun ilmu tashawuf adalah ilmu yang

menekankan dari pada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tashawuf sangat

distingtif. Sebagai ilmu yang prosesnya diperoleh oleh rasa, ilmu tashawuf

bersifat sangat subyektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang.

Itulah sebabnya bahasa tashawuf aneh bila dilihat dari aspek rasio, hal ini karena

pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan.

E. TITIK PERSAMAAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASHAWUF

Ketiganya mempunyai obyek kemiripan. Obyek ilmu kalam ketuhanan dan

yang berkaitan dengan-Nya. Obyek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan

disamping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu

obyek kajian tashawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-

Nya. Jadi dilihat dari aspek obyeknya, ketiga ilmu itu membahas masalah yang

berkaitan dengan ketuhanan. Argumentasi filsafat sebagaimana ilmu kalam

dibangun di atas dasar logika. Oleh karena itu, hasil kajiannya bersifat spekulatif

Page 8: Makalah aqidah akhlak

(dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiris, riset, dan eksperimen). Baik

ilmu kalam, filsafat, maupun tashawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu

kebenaran yang rasional.

Hubungan antara ilmu kalam, filsafat dan tasawuf terletak pada aspek

metodologinya, Ilmu kalam, sebagaimana ilmu yang mengunakan logika di

samping argumentasi-argumentasi naqliyah berfungsi untuk mempertahankan

keyakinan ajaran agama yang sangat tampak nilai-nilai ketuhananya. Sebagian

ilmuwan bahkan mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakian-keyakinan

kebenaran, praktek dan pelaksanaan ajaran agama, Seta pengalaman keagamaan

yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.

Sementara filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh

kebenaran rasional. Metode yang digunakannya pun adalah metode rasional.

Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan (mengambarkan atau

mengalana) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta

universal tidak merasa terikat oleh ikatan apapun kecuali oleh ikatan tangannya

sendiri yang bernama logika.

Adapun ilmu tasawwuf adalah ilmu yang menekankan rasa dari pada rasio.

Sebagai sebuah ilmu yang perosesnya di peroleh dari rasa, ilmu tasawwuf bersipat

subyektif, yakni sangat berkaitan dengan pengakaman seseorang. Di lihat dari

aspek aksiologi (manfaatya), Ilmu kalam diantaranya berperan sebagai ilmu yang

mengajak orang yang baru untuk mengenal rasio sebagai upaya mengenal tuhan

secara rasional.

Adapun filsafat, lebih berperan sebagai ilmu yang lebih berperan sebagai

ilmu yang mengajak kepada orang yang mempunyai rasio secara prima untuk

mengenal tuhan secara lebih bebas melalui pengamatan kajian langsung. Adapun

tasawwuf lebih berperan sebagai ilmu yang memberi kepuasan kepada orang yang

telah melepaskan rasio secara bebas karena tidak mempeoleh yang ingin di

carinya.

C.RUANG LINGKUP ILMU KALAM

Ruang lingkup permasalahan atau pokok permasalahan Ilmu Kalam itu terletak pada tiga persoalan, yaitu:

Page 9: Makalah aqidah akhlak

1.  Qismul Ilahiyat ialah Esensi Tuhan itu sendiri dengan segenap sifat-sifat-Nya dan masalah-masalah yang diperdebatkan antara lain yaitu:

a) Sifat-sifat Tuhan, apakah memang ada Sifat Tuhan atau tidak. Sebagaimana Masalah ini di perdebatkan oleh aliran Mu’tazilah dan Asy’ariyah.

b) Qudrat dan Iradat Tuhan. Yang dimana akibat permasalahan ini menimbulkan aliran Qadariyah dan Jabbariyah.

c) Persoalan kemauan bebas manusia, masalah ini erat kaitannya dengan Qudrat dan Iradat Tuhan.

d) Masalah Al-Qur’an,  apakah makhluk atau tidak dan apakah Al-Qur’an azali atau baharu.

2.Qismul Nububiyah ialah hubungan yang memperhatikan antara Kholik dengan makhluk, di dalam hal ini membicarakan tentang hal- hal sebagai berikut:

a) tusan-utusan Tuhan atau petugas-petugas yang telah di tetapkan Tuhan melakukan pekerjaan tertentu yaitu Malaikat.

b) Wahyu yang disampaikan Tuhan sendiri kepada para rasul-Nya baik secara langsung maupun dengan perantara Malaikat.

c) Para Rasul itu sendiri yang menerima perintah dari Tuhan untuk menyampaikan ajarannya kepada manusia.

3. Persoalan yang berkenaan dengan kehidupan sesudah mati nantinya yang disebut  dengan Qismul Al-Sam’iyat. Hal ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Kebangkitan manusia kembali di akhiratb) Hari perhitungan c) Persoalan shirat (jembatan) d) Persoalan yang berhubungan dengan tempat pembalasan yaitu surga atau

neraka. Namun menurut Murthada Muthahhari di dalam bukunya, ilmu kalam

merupakan sebuah disiplin rasional dan logis namun kalau dilahat dari prakata

dan asas-asas yang dipakai dalam argumen-argumennya maka ilmu kalam

terdiri atas 2 bagian[5]:

1. Aqli (rasional) Didalam bagian aqli ini terbangun dari subtansi yang trasional

murni. Dan kalupun ada relevansinya dengan naqli maka hal itu adalah demi

menjelaskan dan menegaskan pertimbangan rasional. Namun ada masalah-

masalah yang ada hubungannya dengan keesaan Allah, kenabian, dan beberapa

topik Kebangkitan, belumlah cukup kalau sekedar merujuk kepada naqli saja

namun kepada Al-Qur’an dan Sunah Nabi.

2. Naqli (riwayat) Bagian naqli, kendatipun terbangun dari topik-topik yang ada

kaitannya dengan doktrin-doktrin agama atau akidah dan mengimaninya

Page 10: Makalah aqidah akhlak

merupakan suatu keharusan namun karena topik-topik ini statusnya berada

dibawah topik kenabian, maka cukup mengutip bukti dari Al-Qur’an dan

Hadist Nabi SAW. Miasalnya dalam topik-topik yang berhubunga dengan

imamah (tentu saja dalam syiah, karena mengimani imamah dianggab sebagai

dari ushuluddin), dan sebagian besar topik yang ada kaitannya dengan

kebangkitan.  

D. Proses munculnya ilmu kalam

Adapun yang melatar belakangi sejarah munculnya persoalan-persoalan

kalam adalah disebabkan faktor-faktor politik pada awalnya setelah khalifah

Ustman terbunuh kemudian digantikan oleh Ali menjadi khalifah. Peristiwa

menyedihkan dalam sejarah Islam yang sering dinamakan al-Fitnat al-Kubra

(Fitnah Besar), sebagaimana telah banyak dibahas, merupakan pangkal

pertumbuhan masyarakat (dan agama) Islam di berbagai bidang, khususnya

bidang-bidang politik, sosial dan paham keagamaan. Maka Ilmu Kalam sebagai

suatu bentuk pengungkapan dan penalaran paham keagamaan juga hampir secara

langsung tumbuh dengan bertitik tolak dari Fitnah Besar itu.

Pada zaman khalifah Abu Bakar ( 632-634 M ) dan Umar bin Khattab ( 634-

644 ) problema keagamaan juga masih relative kecil termasuk masalah aqidah.

Tapi setelah Umar wafat dan Ustman bin Affan naik tahta ( 644-656 ) fitnah pun

timbul. Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi asal Yaman yang mengaku Muslim,

salah seorang penyulut pergolakan. Meskipun itu ditiupkan, Abdullah bin Saba’

pada masa pemerintahan Ustman namun kemelut yang serius justru terjadi di

kalangan Umat Islam setelah Ustman mati terbunuh ( 656 ).

Perselisihan di kalangan Umat islam terus berlanjut di zaman

pemerintahan Ali bin Abi Thalib ( 656-661 ) dengan terjadinya perang saudara,

pertama, perang Ali dengan Zubair, Thalhah dan Aisyah yang dikenal dengan

perang jamal, kedua, perang antara Ali dan Muawiyah yang dikenal dengan

perang Shiffin. Pertempuran dengan Zubair dan kawan-kawan dimenangkan oleh

Ali, sedangkan dengan Muawiyah berakhir dengan tahkim ( Arbritrase ).Hal ini

berpengaruh pada perkembangan tauhid, terutama lahir dan tumbuhnya aliran-

aliran Teologi dalam islam. Ketauhidan di Zaman Bani Umayyah  ( 661-750 M )

Page 11: Makalah aqidah akhlak

masalah aqidah menjadi perdebatan yang hangat di kalangan umat islam. Di

zaman inilah lahir berbagai aliran teologi seperti Murji’ah, Qadariah, Jabariah dan

Mu’tazilah.

Pada zaman Bani Abbas ( 750-1258 M ) Filsafat Yunani dan Sains banyak

dipelajari Umat Islam. Masalah Tauhid mendapat tantangan cukup berat. Kaum

Muslimin tidak bisa mematahkan argumentasi filosofis  orang lain tanpa mereka

menggunakan senjata filsafat dan rasional pula. Untuk itu bangkitlah Mu’tazilah

mempertahankan ketauhidan dengan argumentasi-argumentasi filosofis tersebut.

Namun sikap Mu’tazilah yang terlalu mengagungkan akal dan melahirkan

berbagai pendapat controversial menyebabkan kaum tradisional tidak

menyukainya.Akhirnya lahir aliran Ahlussunnah Waljama’ah dengan Tokoh

besarnya Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi. Mula-mula ialah

untuk membuat penalaran logis oleh orangorang yang melakukan pembunuhan

'Utsm'an atau menyetujui pembunuhan itu. Jika urutan penalaran itu

disederhanakan, maka kira-kira akan berjalan seperti ini: Mengapa 'Utsman boleh

atau harus dibunuh? Karena ia berbuat dosa besar (berbuat tidak adil dalam

menjalankan pemerintahan) padahal berbuat dosa besar adalah kekafiran. Dan

kekafiran, apalagi kemurtadan (menjadi kafir setelah Muslim), harus dibunuh.

Mengapa perbuatan dosa besar suatu kekafiran? Karena manusia berbuat dosa

besar, seperti kekafiran, adalah sikap menentang Tuhan. Maka harus dibunuh!

Dari jalan pikiran itu, para (bekas) pembunuh 'Utsman atau pendukung mereka

menjadi cikal-bakal kaum Qadari, yaitu mereka yang berpaham Qadariyyah, suatu

pandangan bahwa manusia mampu menentukan amal perbuatannya, maka

manusia mutlak bertanggung jawab atas segala perbuatannya itu, yang baik dan

yang buruk.