23
ASFIKSIA NEONATORUM A. Defnisi Asfksia B. Asfksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernaas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989 !. Asfksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernaas spontan dan teratur, sehingga dapat "eurunkan #$ dan "akin "eningkatkan !#$ yang "eni"bulkan akibat buruk dala" kehidupan lebih lan%ut. (Manuaba, 1998 &. Asfksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernaas secara spontan dan teratur dala" satu "enit setelah lahir (Mans%oer, $''' . . Asfksia berarti hipoksia yang progresi, peni"bunan !#$ dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu %auh dapat "engakibatkan kerusakan otak atau ke"atian. Asfksia %uga dapat "e"pengaruhi ungsi organ )ital lainnya. (*ai+udin, $''1 . Asfksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan ter%adinya ganggaauan pertukaran udara pernaasan, "engakibatkan oksigen darah berkurang ( hipoksia disertai dengan peningkatan karbondioksida ( hiperkapnea . &engan de"ikian organ tubuh "engala"i kekurangan oksigen ( hipoksia hipoksik dan ter%adi ke"atian. G. Etiologi Asfksia -. . 1. /enyebab asfksia "enurut Mochtar (1989 adalah 0 . a. Asfksia dala" keha"ilan /enyakit ineksi akut /enyakit ineksi kronik 2eracunan oleh obat3obat bius 4rae"ia dan tokse"ia gra)idaru" Ane"ia beratur !acat ba5aan 6rau"a 2. b. Asfksia dala" persalinan 7. 1 2ekurangan #$ M. /artus la"a (!/&, rigid ser)iks dan atonia insersi uteri N. :uptur uteri yang "e"berat, kontraksi uterus yang terus3 "enerus #. "engganggu sirkulasi darah ke uteri. /. 6ekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta. ;. /rolaps enikuli tali pusat akan tertekan antara kepala panggul.

MAKALAH ASFIKSIA.docx

Embed Size (px)

Citation preview

ASFIKSIA NEONATORUM22

A. 1B. Definisi Asfiksia Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989)Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998)Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000). Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001) Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya ganggaauan pertukaran udara pernafasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang ( hipoksia ) disertai dengan peningkatan karbondioksida ( hiperkapnea ). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen ( hipoksia hipoksik ) dan terjadi kematian.C. Etiologi Asfiksia

1. Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :a. Asfiksia dalam kehamilan Penyakit infeksi akut Penyakit infeksi kronik Keracunan oleh obat-obat bius Uraemia dan toksemia gravidarum Anemia beratur Cacat bawaan Traumab. Asfiksia dalam persalinan1) Kekurangan O2 Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu sirkulasi darah ke uteri. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta. Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya. Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta. Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.2. Paralisis pusat pernafasan Trauma dari luar seperti oleh tindakan forseps Trauma dari dalam : akibat obat bius.Penyebab asfiksia menurut Stright (2004)1. Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan, obat-obatan infeksi.2. Faktor uterus, meliputi persalinan lama, persentasi janin abnormal.3. Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta.4. Faktor umbilikal, meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat.5. Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan kongenital, kesulitan kelahiran.

D. Klasifikasi Asfiksia 1. Anoksia AnoksikKeadaan ini diibaratkan dengan tidak atau kurangnya pemasukan oksigen untuk keperluan pabrik. Pada tipe ini O2 tidak dapat masuk ke dalam paru - paru karena:a. Tidak ada atau tidak cukup O2Bernafas dalam ruangan tertutup, kepala ditutupi kantong plastik, udara yang kotor atau bau busuk, udara lembab, bernafas dalam selokan tertutup atau di pegunungan yang tinggi. Ini disebut asfiksia murni ( Suffocation ).b. Hambatan Mekanik.Dari luar maupun dari dalam jalan nafas seperti pembekapan, gantung diri, penjeratan, pencekikan, pemitingan atau korpus alienum dalam tenggorokan. Ini disebut sebagai asfiksia mekanik ( Mechanical Asphyxia )

2. Anoksia anemiaDimana tidak cukup hemoglobin untuk membawa oksigen. Ini didapatkan pada anemi berat dengan pendarahan yang tiba - tiba. Kedaaan ini diibaratkan dengan sedikitnya kendaraan yang membawa bahan bakar ke pabrik.3. Anoksia hambatanTidak lancarnya sirkulasi darah yang membawa oksigen. Ini bisa karena gagal jantung, syok, dan sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan oksigen cukup tinggi, tetapi sirkulasi darah tidak lancar. Keadaan ini diibaratkan lalu lintas macet, tersendat jalannya4. Anoksia jaringanGangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau tubuh tidak dapat menggunakan oksigen secara efektifE. Patofisiologi Asfiksia

Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intraute1rin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.

PATHOFISIOLOGI AS

F. Stadium Asfiksia1. Fase dispnoePenurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan merangsang pusat pernafasan di medulla oblongata, sehingga amplitude dan frekuensi pernafasan akan meningkat. Nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda - tanda sianosis terutama pada muka dan tangan.2. Fase konvulsiAkibat kadar CO2 yang naik maka timbul rangsangan terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), mula-mula berupa kejang klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul episode opistotonik. Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2.3. Fase apnoeDepresi pusat pernafasan menjadi lebih hebat, pernafasan melemah dan dapat berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja.4. Fase akhirTerjadi paralisis pusat pernafasan yang lengkap. Pernafasan berhenti setelah kontraksi otomatis otot pernafasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat setelah pernafasan berhenti.G. Manifestasi Klinik Asfiksi

1. Pada KehamilanDenyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksiaJika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksiaJika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat

2. Pada bayi setelah lahira. Bayi pucat dan kebiru-biruanb. Usaha bernafas minimal atau tidak adac. Hipoksiad. Asidosis metabolik atau respiratorie. Perubahan fungsi jantungf. Kegagalan sistem multi organg.Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis.

H. DIAGNOSIS Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu : 1. Denyut jantung janin Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.

2. Mekonium dalam air ketuban Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

3. Pemeriksaan pH darah janin Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia ( Wiknjosastro, 1999 ).Masa dari saat asfiksia sampai timbul kematian sangat bervariasi. Umumnya berkisar antara 4 - 5 menit, tergantung dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 100% maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda - tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap. Pemeriksaan jenazah ( autopsi ) pada kasus - kasus asfiksia akan mamberikan gambaran :

I. Pemeriksaan Diagnosa

1. Pemeriksaan luarDapat ditemukan sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku.Pembendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan merupakan tanda klasik pada kematian akibat asfiksia Warna lebam mayat ( livor mortis ) merah - kebiruan gelap akan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam lebih luas akibat kadar CO2 yang tinggi dan aktivitas fibrinolisin dalam darah, sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir. Tingginya fibrinolisin ini sangat berhubungan dengan cepatnya proses kematian. terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas pernafasan pada fase 1 yang disertai sekresi selaput lendir saluran nafas bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadang - kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler. Gambaran pembendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase 2, akibat tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam vena, venula dan kapiler. Selain itu hipoksia dapat merusak endotel kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik - bintik perdarahan yang dinamakan sebagai Tardeous Spot2. Pemeriksaan dalam Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer, karena fibrinolisin darah yang meningkat paska kematian. Busa halus di dalam saluran pernafasan Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih berat, berwarna lebih gelap, dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah. Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada belakang jantung daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah pars diafragmatika dan fissura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal, mukosa epiglottis dan daerah subglotis Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksiaJ. Penatalaksanaan MedikPenatalaksanaan yang dilakukan pada kegawat daruratan dengan asfiksia yang utama terbagi menjadi 3 yakni Airway, Breathing dan Circulation.1. Airway ( Saluran pernafasan )Saluran pernafasan pada anak yang terkena asfiksia harus terbebas dari benda asing. Jadi pada intinya keluarkan benda benda asing yang menghambat saluran pernafasan pada anak tersebut, seperti : rumput, tanah, kelereng atau mainan lain yang sering diletakkan anak di mulutnya.Pada anak dengan laryngitis difteri dengan sumbatan laring total maka dapat dilakukan tracheostomi untuk membebaskan jalan nafas. Pembersihan jalan nafas dapat dilakukan dengan bantuan Intubasi Endotrakeal2. Breathing ( Pernafasan )Kita harus lihat bagaimana pernafasan anak tersebut, jika pernafasan anak tersebut terhenti maka segera beri bantuan pernafasan bagi anak tersebut dengan alat bantu nafas.Pemberian oksigen secara low flow oxygen system. Seperti nasal kanul, masker oxygen baik dengan reservoir maupun non reservoir. 3. Circulation ( Peredaran darah )Memastikan adakah denyut nadi atau tidak pada arteri carotis, suhunya bagaimana, frekuensi pernafasannya (RR), tekanan darahnya. Jika tidak ada nadi lakukan CPR (Cardio-pulmonary Resuscitation)Kortikosteroid dan aminofilin diberikan pada penderita yang disertai spasme bronkus. Aminofilin diberikan intravena dengan dosis 7 mg/kg BB dan dilanjutkan dengan 1 mg/kg BB/24 jam dengan tetesan tetap. Jika dengan aminofilin dan kortikosteroid tidak dapat diatasi maka dapat diberikan isoproterenol intravena 0,05-0,1 mcg/kg BB/menit. K. Penanganan pada asfiksia Tindakan yang dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi BBL. Sebelum resusitasi dikerjakan perlu diperhatikan bahwa : a.Faktor waktu sangat penting. b.Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia / hipoksia antenatal tidak dapat diperbaiki, tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia / hipoksia pascanatalharus dicegah dan diatasi. c. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor penyebab terjadinya depresi pernafasan pada BBl. d. Penilaian BBL perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat dipilih dan ditentukan secara adekuat. (Prawiroharjo, 2002) L. Prinsip Dasar Resusitasi a. Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan bebas serta merangsang timbulnya pernafasan.b. Memberi bantuan pernafasan secara efektif pada bayi yang menunjukkan usaha bernafas lemah. c. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi.d. Menjaga agar sirkulasi tetap baik. (Wiknjosastro, 1999) M. Persiapan Alat Resusitasi Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu : 1. 2 helai kain / handuk. 2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi. 3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet. 4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal. 5. Kotak alat resusitasi. 6. Jam atau pencatat waktu. (Wiknjosastro, 2007). M. Langkah-Langkah Resusitasi a. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi. b. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.c. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor). d. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung. e. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.f. Nilai pernafasan Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah /sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan. Jika denyut jantung 0 atau 100 x / menit hentikan obN. Komplikasi Asfiksia

a. Edema otak & Perdarahan otakPada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.

b. Anuria atau oliguriaDisfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.

c. KejangPada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.

d. KomaApabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA

A. PENGKAJIAN1. Sirkulasi Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik). Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.2. Eliminasi Dapat berkemih saat lahir.3. Makanan/ cairan Berat badan : 2500-4000 gram Panjang badan : 44-45 cm Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)4. Neurosensori Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema,(hematoma). Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)5. Pernafasan Skor APGAR: 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.Bunyi nafas bilateral,kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak :kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.6. Keamanan Suhu rentang dari 36,5 C sampai 37,5 C. Ada verniks (jumlah dan Distribusi tergantung pada usia gestasi). Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warnamerah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal),bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasikulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna. Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks Antigen antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.

C. PRIORITAS KEPERAWATAN

Meningkatkan upaya kardiovaskuler efektif.Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu tubuh. Mencegah cidera atau komplikasi. Meningkatkan kedekatan orang tua-bayi.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus banyak.2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi/ hiperventilasi3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi.4. Risiko cedera berhubungan dengan anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.5. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kurangnya suplai O2 dalam darah.6. Proses keluarga terhenti berhubungan dengan pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.

E. INTERVENSIDiagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus banyak.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas lancar.NOC I : Status Pernafasan : Kepatenan Jalan NafasKriteria Hasil :1. Tidak menunjukkan demam.2. Tidak menunjukkan cemas.3. Rata-rata respirasi dalam batas normal.4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.5. Tidak ada suara nafas tambahan.NIC I : Suction jalan nafasIntervensi :1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal.2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction .3. Beritahu keluarga tentang suction.4. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan.5.Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan sesudah suction.NOC II : Status Pernafasan : Pertukaran GasKriteria Hasil :1. Mudah dalam bernafas.2. Tidak menunjukkan kegelisahan.3. Tidak adanya sianosis.4. PaCO2 dalam batas normal.5. PaO2 dalam batas normal.6. Keseimbangan perfusi ventilasi Keterangan skala :1 : Selalu Menunjukkan2 : Sering Menunjukkan3 : Kadang Menunjukkan4 : Jarang Menunjukkan5 : Tidak MenunjukkanNIC II : Resusitasi NeonatusIntervensi1. Siapkan perlengkapan resusitasi sebelum persalinan.2. Tes resusitasi bagian suction dan aliran O2 untuk memastikan dapat berfungsi dengan baik.3. Tempatkan BBL di bawah lampu pemanas radiasi.4. Masukkan laryngoskopy untuk memvisualisasi trachea untuk menghisap mekonium.5. Intubasi dengan endotracheal untuk mengeluarkan mekonium dari jalan nafas bawah.6. Berikan stimulasi taktil pada telapak kaki atau punggung bayi.7. Monitor respirasi.8. Lakukan auskultasi untuk memastikan vetilasi adekuat.Diagnosa II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif.NOC : Status respirasi : VentilasiKriteria hasil :1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.2. Ekspansi dada simetris.3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.Keterangan skala :1 : Selalu Menunjukkan2 : Sering Menunjukkan3 : Kadang Menunjukkan4 : Jarang Menunjukkan5 : Tidak MenunjukkanNIC : Manajemen jalan nafasIntervensi :1) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lendir.2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.3) Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi.4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alat bantu nafas5) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.6) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.

Diagnosa III. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pertukaran gas teratasi.NOC : Status respiratorius : Pertukaran gasKriteria hasil : 1. Tidak sesak nafas2. Fungsi paru dalam batas normalKeterangan skala :1 : Selalu Menunjukkan2 : Sering Menunjukkan3 : Kadang Menunjukkan4 : Jarang Menunjukkan5 : Tidak MenunjukkanNIC : Manajemen asam basaIntervensi :1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum.2) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri3) Pantau hasil Analisa Gas Darah

Diagnosa IV. Risiko cedera berhubungan dengan anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan risiko cidera dapat dicegah.NOC : Pengetahuan : Keamanan AnakKriteria hasil :1. Bebas dari cidera/ komplikasi.2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak.3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama.Keterangan Skala :1 : Tidak sama sekali2 : Sedikit3 : Agak4 : Kadang5 : SelaluNIC : Kontrol InfeksiIntervensi :1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah merawat bayi.2. Pakai sarung tangan steril.3. Lakukan pengkajian fisik secara rutin terhadap bayi baru lahir, perhatikan pembuluh darah tali pusat dan adanya anomali.4. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan melaporkannya pada pemberi pelayanan kesehatan.5. Berikan agen imunisasi sesuai indikasi (imunoglobulin hepatitis B dari vaksin hepatitis B bila serum ibu mengandung antigen permukaan hepatitis B (Hbs Ag), antigen inti hepatitis B (Hbs Ag) atau antigen E (Hbe Ag).

Diagnosa V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kurangnya suplai O2 dalam darah.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu tubuh normal.NOC I : Termoregulasi : NeonatusKriteria Hasil :1. Temperatur badan dalam batas normal.2. Tidak terjadi distress pernafasan.3. Tidak gelisah.4. Perubahan warna kulit.5. Bilirubin dalam batas normal.Keterangan skala :1 : Selalu Menunjukkan2 : Sering Menunjukkan3 : Kadang Menunjukkan4 : Jarang Menunjukkan5 : Tidak MenunjukkanNIC I : Perawatan HipotermiIntervensi :1. Hindarkan pasien dari kedinginan dan tempatkan pada lingkungan yang hangat.2.Monitor gejala yang berhubungan dengan hipotermi, misal fatigue, apatis, perubahan warna kulit dll.3. Monitor temperatur dan warna kulit.4. Monitor TTV.5. Monitor adanya bradikardi.6. monitor status pernafasan.NIC II : Temperatur RegulasiIntervensi :1. Monitor temperatur BBL setiap 2 jam sampai suhu stabil.2. Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar tetap hangat.3. Tempatkan BBL pada inkubator bila perlu.

DP VI. Proses keluarga terhenti berhubungan dengan pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan koping keluarga adekuat.NOC I : Koping keluargaKriteria Hasil :1. Percaya dapat mengatasi masalah.2. Kestabilan prioritas.3. Mempunyai rencana darurat.4. Mengatur ulang cara perawatan.Keterangan skala :1 : Tidak pernah dilakukan2 : Jarang dilakukan3 : Kadang dilakukan4 : Sering dilakukan5 : Selalu dilakukan NIC I : Pemeliharaan proses keluargaIntervensi :1. Tentukan tipe proses keluarga.2. Identifikasi efek pertukaran peran dalam proses keluarga.3. Bantu anggota keluarga untuk menggunakan mekanisme support yang ada.4. Bantu anggota keluarga untuk merencanakan strategi normal dalam segala situasi.

NOC II : Status Kesehatan KeluargaKriteria Hasil :1. Status kekebalan anggota keluarga.2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan.3. Akses perawatan kesehatan.4. Kesehatan fisik anggota keluarga.Keterangan Skala :1 : Selalu Menunjukkan2 : Sering Menunjukkan3 : Kadang Menunjukkan4 : Jarang Menunjukkan5 : Tidak MenunjukkanNIC II : Dukungan KeluargaIntervensi :1. Pastikan anggota keluarga bahwa pasien memperoleh perawat yang terbaik.2. Tentukan prognosis beban psikologi dari keluarga.3. Beri harapan realistik.4. Identifikasi alam spiritual yang diberikan keluarga.

E. EVALUASI I. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus banyak.NOC IKriteria Hasil :1. Tidak menunjukkan demam.(skala 3)2. Tidak menunjukkan cemas.(skala 3)3. Rata-rata repirasi dalam batas normal.(skala 3)4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.(skala 3)5. Tidak ada suara nafas tambahan.(skala 3)

NOC IIKriteria Hasil :1. Mudah dalam bernafas.(skala 3)2. Tidak menunjukkan kegelisahan.(skala 3)3. Tidak adanya sianosis.(skala 3)4. PaCO2 dalam batas normal.(skala 3)5. PaO2 dalam batas normal.(skala 3)

DP II. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi/ hiperventilasi.Kriteria hasil :1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.(skala 3)2. Ekspansi dada simetris.(skala 3)3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.(skala 3)4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.(skala 3)

DP III. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi.Kriteria hasil :1. Tidak sesak nafas.(skala 3)2. Fungsi paru dalam batas normal.(skala 3)DP IV. Risiko cedera berhubungan dengan anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.Kriteria hasil :1. Bebas dari cidera/ komplikasi.(skala 4)2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak.(skala 4)3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama.(skala 4)

DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kurangnya suplai O2 dalam darah.Kriteria Hasil :1. Temperatur badan dalam batas normal.(skala 3)2. Tidak terjadi distress pernafasan. (skala 3)3. Tidak gelisah. (skala 3)4. Perubahan warna kulit. (skala 3)5. Bilirubin dalam batas normal. (skala 3)DP VI : Proses keluarga terhenti berhubungan dengan pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.Kriteria Hasil :1. Percaya dapat mengatasi masalah. (skala 3)2. Kestabilan prioritas. (skala 3)3. Mempunyai rencana darurat. (skala 3)4. Mengatur ulang cara perawatan. (skala 3)