Upload
ayu-anulus
View
7
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah mengenai auto imun
Citation preview
Kata Pengantar
Puji syukur yang kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat penulis selesaikan. Dalam makalah ini
penulis membahas “ Autoimmune” dalam membahas mata kuliah pembelajaran
Immunologi.
Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya penulis mendapat bimbingan,
arahan, dan pengetahuan, untuk itu rasa terima kasih yang mendalam kami ucapkan
kepada :
Ibu Dosen pembimbing mata kuliah Immunologi
Semua pihak yang telah memberikan masukan untuk makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya dalam memahami autoimmun.
Mataram, 23 April 2015
Penyusun
1
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang....................................................................................................31.2. Rumusan Masalah...............................................................................................31.3. Tujuan Penulisan................................................................................................41.4. Manfaat Penulisan Makalah...............................................................................4Bab II
Isi
2.1. Defenisi dari Autoimunitas.................................................................................52.2. Penyebab Autoimmune.......................................................................................62.3. Mekanisme Autoimmune....................................................................................82.4. Gejala Autoimune...............................................................................................92.5. Penyakit Autoimmune........................................................................................92.6. Diagnosis Autoimmune....................................................................................162.7. Pengobatan Autoimmune..................................................................................17Bab III
Penutup
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................193.2. Saran.................................................................................................................19DAFTAR PUSTAKA
2
Bab IPendahuluan
1.1. Latar BelakangPenyakit AutoImune adalah penyakit dimana sistem kekebalan yang
terbentuk salah mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau
organ tubuh manusia justru dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak
oleh antibodi. Jadi adanya penyakit autoimmune tidak memberikan dampak
peningkatan ketahanan tubuh dalam melawan suatu penyakit, tetapi justru
terjadi kerusakan tubuh akibat kekebalan yang terbentuk.
Jika tubuh dihadapkan sesuatu yang asing maka tubuh memerlukan
ketahanan berupa respon immun untuk melawan substansi tersebut dalam
upaya melindungi dirinya sendiri dari kondisi yang potensial menyebabkan
penyakit. Untuk melakukana hal tersebut secara efektif maka diperlukan
kemampuan untuk mengenali dirinya sendiri sehingga dapat memberikan
respon pada kondisi asing atau bukan dirinya sendiri. Pada penyakit
autoimmune terjadi karena kegagalan untuk mengenali beberapa bagian dari
dirinya.
1.2. Rumusan Masalaha. Apa itu autoimmune?
b. Apa penyebab autoimmune ?
c. Bagaimana mekanisme autoimmune?
d. Apa saja gejala autoimmune ?
e. Apa saja jenis penyakit autoimmune?
f. Bagaimana cara mendiagnosa?
g. Bagaimana cara mengobati autoimmune?
3
1.3. Tujuan Penulisana. Mengetahui defenisi dari autoimun
b. Menjelaskan penyebab autoimmune
c. Menjelaskan mekanisme autoimmune
d. Mengetahui gejala autoimune
e. Mengetahui jenis penyakit autoimmune
f. Menjelaskan cara mendiagnosa
g. Menjelaskan cara mengobati autoimmune
1.4. Manfaat Penulisan Makalaha. Menambah kajian mengenai ilmu Imunologi dalam hal autoimmune
b. Mahasiswa mampu memahami apa itu autoimmune yang akan
membantunya sebagai mahasiswa Analis Kesehatan
c. Mahasiswa dapat menyelesaikan tugas dari dosen pembimbing
Imunologi
4
Bab IIIsi
2.1. Defenisi dari AutoimunitasAutoimunitas adalah respon imun terhadap antigen jaringan sendiri
yang disebabkan kegagalan mekanisme normal yang berperan untuk
mempertahankan self tolerance sel B,sel T atau keduanya. Autoimunitas
terjadi karena self antigen yang dapt menimbulkan aktivasi, proliferasi serta
diferensiasi sel T autoreaktif menjadi sel efektor yang menimbulkan
kerusakan jaringan dan berbagai organ. Kehilangan self tolerance
disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
a. Faktor atau substansi yang menginduksi respon autoreaktif
tetap berada dalam tubuh sehingga terus-menerus
merangsang sel T.
b. Menyusul kerusakan jaringan,serangkaian reaksi autoreaktif
dirangsang secara terus-menerus melalui pelepasan antigen
jaringan dan pemaparan sistem imun pada antigen tersebut.
c. Tidak semua sel autoreaktif disingkirkan pada saat
perkembangan, tetapi sebagian diantaranya dipertahankan
dan dikendalikan secara ketat dalam keadaan anergi.
d. Apabila dalam perkembangannya dalam thymus, sel thymosit
dihadapkan pada substansi tertentu yang menggangu seleksi
positif thymosit.
Penyakit AutoImune adalah penyakit dimana sistem kekebalan yang
terbentuk salah mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau
organ tubuh manusia justru dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak
oleh antibodi. Jadi adanya penyakit autoimmune tidak memberikan dampak
5
peningkatan ketahanan tubuh dalam melawan suatu penyakit, tetapi justru
terjadi kerusakan tubuh akibat kekebalan yang terbentuk.
Bahan yang bisa merangsang respon imunitas disebut antigen. Antigen
adalah molekul yang mungkin terdapat dalam sel atau di atas permukaan sel
(seperti bakteri, virus, atau sel kanker). Beberapa antigen, seperti molekul
serbuk sari atau makanan, ada di mereka sendiri.
Sel sekalipun pada orang yang memiliki jaringan sendiri bisa
mempunyai antigen. Tetapi, biasanya, sistem imunitas bereaksi hanya
terhadap antigen dari bahan asing atau berbahaya, tidak terhadap antigen dari
orang yang memiliki jaringan sendirii. Tetapi, sistem imunitas kadang-
kadang rusak, menterjemahkan jaringan tubuh sendiri sebagai antibodi asing
dan menghasilkan (disebut autoantibodi) atau sel imunitas menargetkan dan
menyerang jaringan tubuh sendiri.
Respon ini disebut reaksi autoimun. Hal tersebut menghasilkan radang
dan kerusakan jaringan. Efek seperti itu mungkin merupakan gangguan
autoimun, tetapi beberapa orang menghasilkan jumlah yang begitu kecil
autoantibodi sehingga gangguan autoimun tidak terjadi.
2.2. Penyebab AutoimmunePenyebab penyakit autoimun belum diketahui secara pasti namun
beberapa pakar berpendapat pnyebabnya merupakan multifaktor baik
eksogen maupun endogen. Tetapi ada beberapa faktor pencetus terjadinya
autoimunitas yaitu sebagai berikut :
a. Faktor genetik
Hubungan faktor genetik dengan penyakit autoimun adalah yang
paling jelas serta dengan pengaruh MHC. Karena penyakti autoimun
adalah penyakit yang bergantung pada sel T sedangkan seluruh repon
imun diperantarai oleh sel T yang bergantung pada MHC. Ada beberapa
hal tertentu yang kemungkinan pewarisan sekuen-sekuen MHC tertentu
dengan penyakit autoimun yaitu :
6
1. Struktur molekul MHC dapat menentukan klon limfosit yang mana
seleksi negatif selama maturasi.
2. Mulekul MHC kelas II dapat mempngarui aktivitas sel T regulator
yang dalam keadaan normal mencegah autoimunitas.
3. Gen yang diasosiasikan dengan penyakit tertentu mungkin saja
bukan alel HLA tetapi suatu gen yang terletak dalam kompleks
HLA.
4. Kemiripan antara antign mikroa dengan moleul self-MHC dapat
mengakibatkan reaksi autoimunitas setelah infeksi mikroba
bersangkutan.
(Boediana,Siti.2001.)
b. Infeksi dan kemiripan molekuler
Banyak infeksi menunjukkan hubungan penyakit autoimun tertentu.
Bberapa bakteri memiliki epitop yang sama dengan antigen sel sendiri.
Respon imun timbul terhadapbakteri tersebut bermula pada rangsangan
terhadap sel T yang selanjutnya merangsang pula sel B untuk membentuk
autoantibodi.
c. Sequested antigen
Sequested antigen adalah antigen sendiri yang karena letak anatominya
tidak terpajan dengan sistem imun. Pada keadaan normla,sequested
antigen tidak ditemukan untuk dikenal sistem imun. Perubahan anatomik
seperti inflamasi dapat memajankan sequested antigen denga sistem imun
yang tidak terjadi pada keadaan normal.contohnya sperma dan protein
intraokular.
d. Kegagalan autoregulasi
Regulasi imun berfungsi untuk mempertahankan homeostasis.
Gangguan dapt terjadi pada presentasi antigen infeksi yang meningkatkan
respn MHC,kadar sitokin rendah dan gangguan respon terhadap IL-2.
Pengawasan beberapa sel autoreaktif diduga bergantung pada sel Ts dan
Tr. Bila terjadi kegagalan sel Ts atau Tr, maka sel Th dapt dirangsang
sehingga menimbulkan autoimunitas.
7
e. Aktifasi sel B poliklonal
Autoimunitas dapat terjadi oleh karena aktivasi sel B poliklonal oleh
virus, LPS dan parasit malaria yang dapt merangsang sel B secara
langsung yang menimbulkan autoimunitas. Antibodi yang terbentuk terdiri
dari berbagai autoantibodi.
f. Obat - obatan
Antigen asing dapat diikat oleh permukaan sel dan mnimbulkan reaksi
kimiadengan antigen permukaan sel tersebut yang dapt mengubah
imunogenitasnya. Misalnya trombospenia dan anemia merupajkan contoh
penyakit utoimun yang disebabkan oleh obat.
2.3. Mekanisme AutoimmuneJika tubuh dihadapkan sesuatu yang asing maka tubuh memerlukan
ketahanan berupa respon immun untuk melawan substansi tersebut dalam
upaya melindungi dirinya sendiri dari kondisi yang potensial menyebabkan
penyakit. Untuk melakukana hal tersebut secara efektif maka diperlukan
kemampuan untuk mengenali dirinya sendiri sehingga dapat memberikan
respon pada kondisi asing atau bukan dirinya sendiri. Pada penyakit
autoimmune terjadi kegagalan untuk mengenali beberapa bagian dari dirinya
(NIH, 1998).
Ada 80 grup Penyakit autoimmune serius pada manusia yang
memberikan tanda kesakitan kronis yang menyerang pada hampir seluruh
bagian tubuh manusia. Gejala-gejala yang ditimbulkan mencakup gangguan
nervous, gastrointestinal, endokrin sistem, kulit dan jaringan ikat lainnya,
mata, darah, dan pembuluh darah. Pada gangguan penyakit tersebut diatas,
problema pokoknya adalah terjadinya gangguan sistem immune yang
menyebabkan terjadinya salah arah sehingga merusak berbagai organ yang
seharusnya dilindunginya.
8
2.4. Gejala AutoimuneGangguan autoimun dapat menyebabkan demam. Tetapi, gejala
bervariasi bergantung pada gangguan dan bagian badan yang terkena.
Beberapa gangguan autoimun mempengaruhi jenis tertentu jaringan di
seluruh badan misalnya, pembuluh darah, tulang rawan, atau kulit.
Gangguan autoimun lainnya mempengaruhi organ khusus. Sebenarnya organ
yang mana pun, termasuk ginjal, paru-paru, jantung, dan otak, bisa
dipengaruhi. Hasil dari peradangan dan kerusakan jaringan bisa
menyebabkan rasa sakit, merusak bentuk sendi, kelemahan, penyakit kuning,
gatal, kesukaran pernafasan, penumpukan cairan (edema), demam, bahkan
kematian. Metabolisme merupakan keseluruhan proses reaksi kimia dalam
sel untuk mempertahankan hidup.
2.5. Penyakit AutoimmuneJenis-Jenis Penyakit Autoimun dan Penyebabnya
a. Autoimmune Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Lupus adalah salah satu dari banyak kelainan sistem kekebalan tubuh
dikenal sebagai penyakit autoimun. Pada penyakit autoimun, sistem
kekebalan tubuh berbalik menyerang bagian tubuh ini dirancang untuk
melindungi. Hal ini menyebabkan peradangan dan kerusakan pada berbagai
jaringan tubuh. Lupus dapat mempengaruhi banyak bagian tubuh, termasuk
sendi, kulit, ginjal, jantung, paru-paru, pembuluh darah, dan otak. Meskipun
orang-orang dengan penyakit ini mungkin memiliki gejala yang berbeda,
beberapa yang paling umum termasuk kelelahan ekstrim, nyeri atau bengkak
sendi (artritis), demam yang tidak jelas, ruam kulit, dan masalah ginjal.
Saat ini, tidak ada obat untuk lupus.
Gejala umum Lupus : nyeri atau bengkak sendi dan nyeri otot,
unexplained demam, merah ruam, paling sering pada wajah, nyeri dada pada
pernapasan dalam, biasa hilangnya rambut, pucat atau ungu jari tangan atau
kaki dari dingin atau stres (fenomena Raynaud), sensitivitas terhadap
matahari, pembengkakan (edema) pada kaki atau di sekitar mata, mulut
borok, pembengkakan kelenjar, ekstrim kelelahan. Gejala dapat berkisar dari
ringan sampai parah dan dapat datang dan pergi dari waktu ke waktu. Gejala
lain dari lupus termasuk nyeri dada, rambut rontok, anemia (penurunan sel
darah merah), ulkus mulut, dan jari pucat atau ungu dan kaki dari dingin dan
9
stres. Beberapa orang juga mengalami sakit kepala, pusing, depresi,
kebingungan, atau kejang.
b. Autoimmune Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid arthritis adalah penyakit inflamasi yang menyebabkan
nyeri, pembengkakan, kekakuan, dan hilangnya fungsi pada sendi. Ini
memiliki beberapa fitur khusus yang membuatnya berbeda dari jenis lain
arthritis. (Lihat "Fitur Rheumatoid Arthritis.") Sebagai contoh, rheumatoid
arthritis umumnya terjadi dalam pola simetris, yang berarti bahwa jika satu
lutut atau tangan yang terlibat, yang lain juga. Penyakit ini sering
mempengaruhi sendi pergelangan tangan dan sendi jari yang paling dekat
dengan tangan. Hal ini juga dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh
selain sendi. (Lihat "Bagian lain dari Tubuh.") Selain itu, orang dengan
rheumatoid arthritis mungkin memiliki kelelahan, demam sesekali, dan rasa
umum tidak enak badan.
Penyakit autoimun ini terjadi karena adanya gangguan pada fungsi
normal dari sistem imun yang menyebabkan sistem imun menyerang
jaringan tubuh sendiri atau dikarenakan adanya kegagalan antibodi dan sel T
untuk mengenali sel tubuhnya sendiri sehingga merusak sel tubuh sendiri
karena menganggap sel tubuh merupakan benda asing.
Reumatoid artritis menyerang lapisan dalam bungkus sendi (sinovium)
yang mengakibatkan radang pada pembungkus sendi. Akibat sinovitis
(radang pada sinovium) yang menahun, akan terjadi kerusakan pada tulang
rawan sendi, tulang, tendon dan ligamen dalam sendi. Peradangan sinovium
menyebabkan keluarnya beberapa zat yang menggerogoti tulang rawan sel
sehingga menimbulkan kerusakan tulang dan dapat berakibat menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.
c. Autoimmune Acute Disseminated Encephalomyelitis
(ADEM)
Encephalomyelitis akut diseminata (ADEM) ditandai dengan serangan
singkat namun intens peradangan di otak dan sumsum tulang belakang yang
merusak mielin - pelindung yang menutupi serabut saraf. Ini sering terjadi
infeksi virus, atau kurang sering, vaksinasi untuk campak, gondok, atau
rubela. Gejala-gejala ADEM datang dengan cepat, dimulai dengan gejala
seperti ensefalitis seperti demam, kelelahan, mual sakit kepala, dan muntah,
dan dalam kasus yang parah, kejang dan koma. Hal ini juga dapat merusak
10
materi putih (jaringan otak yang mengambil nama dari warna putih mielin),
menyebabkan gejala neurologis seperti kehilangan penglihatan (karena
peradangan pada saraf optik) pada satu atau kedua mata, kelemahan bahkan
sampai ke titik kelumpuhan, dan kesulitan koordinasi gerakan otot sukarela
(seperti yang digunakan dalam berjalan). ADEM kadang-kadang salah
didiagnosa sebagai serangan pertama parah multiple sclerosis (MS), karena
beberapa gejala dari dua gangguan, terutama yang disebabkan oleh cedera
materi putih, mungkin mirip. Namun, ADEM biasanya memiliki gejala
ensefalitis (seperti demam atau koma), serta gejala kerusakan mielin (rugi
kelumpuhan, visual), sebagai lawan ke MS, yang tidak memiliki gejala
ensefalitis. Selain itu, ADEM biasanya terdiri dari satu episode atau
serangan, sementara MS fitur banyak serangan selama waktu. Dokter akan
sering menggunakan teknik pencitraan, seperti MRI (magnetic resonance
imaging), untuk mencari lesi lama dan baru (daerah kerusakan) pada otak.
Lama lesi otak "tidak aktif" pada MRI menunjukkan bahwa kondisi mungkin
MS daripada ADEM, karena MS sering menyebabkan lesi otak sebelum
gejala menjadi jelas. Dalam situasi yang jarang, biopsi otak dapat
menunjukkan temuan yang memungkinkan diferensiasi antara ADEM dan
berat, bentuk akut dari MS. Anak-anak lebih mungkin dibandingkan orang
dewasa untuk memiliki ADEM.
d. Autoimmune Goodpasture's syndrome
Sindrom Goodpasture adalah suatu penyakit autoimun yang ditandai
oleh kerusakan ginjal atau paru-paru atau kedua organ. Dr Goodpasture
pertama kali dijelaskan sindrom ini pada tahun 1919 selama wabah
influenza. Sindrom Goodpasture juga disebut anti-glomerular basement
(GBM) antibodi penyakit karena autoantibodi membran glomerulus ruang
bawah tanah yang menyerang paru-paru dan ginjal dalam kondisi ini.
Kondisi ginjal pada gangguan ini dikenal sebagai glomerulonefritis, yang
mengacu pada peradangan pada unit-unit fungsional ginjal, glomeruli.
Peningkatan insiden sindrom Goodpasture terjadi pada orang dengan
sistem kekebalan antigen tertentu, termasuk HLA-DR2 dan HLA-DRW15.
Juga, HLA-B7 ditemukan lebih sering dan berhubungan dengan kasus yang
lebih parah dari penyakit ginjal.
Diagnosa : Urinalisis biasanya menunjukkan konsentrasi abnormal
darah, protein, dan sel darah merah. Tes darah untuk antibodi anti-GBM
11
ditinggikan. Tes darah untuk BUN dan kreatinin yang meningkat dan
menunjukkan tingkat keparahan penyakit ginjal. Pengukuran gas arteri darah
dan tes fungsi paru juga digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru. Biopsi
paru-paru dan ginjal biopsi dapat dilakukan untuk menilai tingkat kerusakan
jaringan.
e. Autoimmune Ankylosing Spondylitis
Jika punggung Anda kaku dan sakit ketika Anda pindah, jika itu
menyakitkan menyentuh dua titik di sisi atas panggul Anda di mana Anda
bergabung tulang (sendi sakroiliaka), dan jika punggung Anda x ray
menunjukkan tanda-tanda penyakit ini, Anda mungkin menderita ankylosing
spondylitis. Anda juga mungkin memiliki rasa sakit dan bengkak di mata
Anda, paru-paru, dan katup jantung.
Bila Anda terinfeksi, tubuh Anda melindungi Anda dengan membuat
protein yang disebut antibodi dan sel yang disebut sel-sel darah putih yang
menyerang dan membunuh bakteri. Kekebalan mengenali setiap kuman
tertentu dengan struktur permukaan membran. Sembilan puluh persen orang
dengan ankylosing spondylitis memiliki gen yang disebut HLA-B27, yang
berarti bahwa sel-sel mereka memiliki membran permukaan yang seperti
selaput permukaan pada banyak bakteri, terutama mereka yang tumbuh dan
hidup dalam saluran usus Anda. Jadi, jika bakteri tertentu masuk ke aliran
darah Anda, Anda mengakui kekebalan kuman ini oleh membran permukaan
mereka dan membuat antibodi dan sel-sel yang menyerang dan membunuh
mereka. Namun, jika sel-sel dalam tubuh Anda memiliki membran
permukaan yang sama, kekebalan Anda sendiri bisa tertipu dan berpikir
bahwa Anda adalah kuman menyerang dan menyerang dan membunuh sel-
sel Anda sendiri.
f. Autoimmune Scleroderma
Berasal dari "sklerosis," kata Yunani yang berarti kekerasan, dan
"kulit," yang berarti kulit, scleroderma harfiah berarti kulit keras. Meskipun
sering disebut sebagai olah itu adalah penyakit tunggal, scleroderma adalah
benar-benar sebuah gejala dari sekelompok penyakit yang melibatkan
pertumbuhan abnormal dari jaringan ikat, yang mendukung kulit dan organ
internal. Hal ini kadang-kadang digunakan, oleh karena itu, sebagai istilah
payung untuk gangguan ini. Dalam beberapa bentuk skleroderma, keras,
kulit kencang adalah sejauh mana proses yang abnormal. Dalam bentuk lain,
12
bagaimanapun, masalah akan jauh lebih dalam, mempengaruhi pembuluh
darah dan organ internal, seperti jantung, paru-paru, dan ginjal.
Penyebab : Meskipun para ilmuwan tidak tahu persis apa yang
menyebabkan skleroderma, mereka yakin bahwa orang tidak bisa
menangkapnya dari atau mengirimkan kepada orang lain. Studi
menunjukkan kembar itu juga tidak diwariskan. Para ilmuwan menduga
bahwa skleroderma berasal dari beberapa faktor yang dapat meliputi:
Aktivitas kekebalan tubuh atau inflamasi abnormal: Seperti banyak
gangguan rematik lainnya, scleroderma adalah diyakini menjadi penyakit
autoimun. Penyakit autoimun adalah satu di mana sistem kekebalan tubuh,
untuk alasan yang tidak diketahui, berbalik melawan tubuh sendiri.
g. Autoimmune Rheumatic fever
Demam rematik adalah penyakit radang yang mungkin berkembang
setelah infeksi dengan bakteri Streptococcus (seperti radang tenggorokan
atau demam berdarah). Penyakit ini dapat mempengaruhi jantung, sendi,
kulit, dan otak.
Penyebab : Demam rematik adalah umum di seluruh dunia dan
bertanggung jawab untuk banyak kasus katup jantung yang rusak. Demam
rematik terutama mempengaruhi anak-anak usia 6 -15, dan terjadi sekitar 20
hari setelah radang tenggorokan atau demam scarlet. Dalam sampai sepertiga
dari kasus, infeksi streptokokus yang menyebabkan demam rematik mungkin
tidak memiliki gejala apapun.
Gejala : demam, nyeri sendi, artritis (terutama di lutut, siku,
pergelangan kaki, dan pergelangan tangan), pembengkakan sendi;
kemerahan atau hangat, sakit perut, ruam kulit (eritema marginatum), kulit
letusan pada bagian batang dan atas dari lengan atau kaki,, mimisan
(Epistaksis), jantung (jantung) masalah, yang mungkin tidak memiliki gejala,
atau dapat mengakibatkan sesak napas dan nyeri dada.
h. Autoimmune Glomerulonephritis
Ginjal adalah bagian vital tubuh. Tugas utama adalah untuk
mengeluarkan produk sampah dari darah, yang dilewatkan keluar dari tubuh
dalam air seni. Ada sekitar satu juta filter kecil di masing-masing ginjal
disebut glomeruli. Jika unit-unit penyaringan mendapatkan meradang
(membengkak) ini disebut glomerulonefritis. Itu berarti ginjal tidak mampu
13
untuk bekerja dengan baik. Garam dan cairan yang berlebihan dapat
membangun, menyebabkan komplikasi seperti tekanan darah tinggi dan
kemungkinan gagal ginjal.
Penyebabnya: Glomerulonefritis biasanya disebabkan oleh perubahan
dalam sistem kekebalan tubuh. Umumnya, glomerulonefritis akut terkait
dengan bakteri streptokokus (beta hemolitik). Hal ini disebut sebagai pos
streptokokus glomerulonefritis akut (ASGN) dan dapat mengikuti
tenggorokan atau infeksi kulit.
Glomerulonefritis juga diakui sebagai komplikasi serius dari beberapa
infeksi lainnya termasuk AIDS / HIV, Hepatitis B, Hepatitis C, TBC dan
sifilis. Untuk alasan ini, pengguna narkoba suntik terutama pada risiko
mengembangkan glomerulonefritis
i. Autoimmune Pernicious anemia
Anemia pernisiosa (PA) adalah gangguan autoimun yang
menyebabkan kejiwaan, perubahan neurologis, termasuk demensia, tuli dan
kondisi anemia yang berhubungan dengan kekurangan vitamin B12. Vitamin
B12 adalah nutrisi berasal dari makanan seperti daging sapi, unggas, ikan,
keju, telur dan sereal. Vitamin B12 diserap dalam perut. Anemia pernisiosa
(PA) adalah suatu kondisi autoimun anemia yang disebabkan oleh
kekurangan vitamin B12. Kekurangan vitamin B12 dapat memiliki banyak
penyebab, termasuk PA, sindrom malabsorpsi, dan makanan defisiensi
cobalmin. Di PA, proses autoimun yang menginaktivasi faktor intrinsik atau
kerusakan sel-sel parietal atau pompa proton mereka menyebabkan proses
penyakit. Kekurangan vitamin B12 di PA terjadi ketika autoantibodi
terhadap faktor intrinsik atau sel parietal menurunkan kadar faktor intrinsik
dengan mengganggu penyerapan.
Dengan kekurangan zat besi, sumsum tulang menghasilkan lebih
sedikit dan Anda lebih kecil sel darah merah. Anemia disebabkan oleh
kekurangan vitamin C menyebabkan sumsum tulang untuk membuat sel
darah merah yang lebih kecil. Tanpa cukup vitamin B-12 atau folat, sumsum
tulang Anda menghasilkan sel darah merah besar dan terbelakang disebut
megalocytes. Hasilnya adalah kekurangan sel darah merah yang sehat -
anemia.
j. Autoimmune Myasthenia Gravis
14
Myasthenia gravis adalah penyakit autoimun yang mempengaruhi
transmisi sinyal dari saraf ke otot. MG disebabkan oleh cacat dalam
transmisi sinyal saraf ke otot. Biasanya, ujung saraf melepaskan zat yang
disebut asetilkolin yang mengikat atau menempel pada reseptor pada otot.
Hal ini menyebabkan kontraksi otot. Pada MG, sistem kekebalan tubuh
menghasilkan antibodi yang menghalangi transmisi ini.
k. Autoimmune Multiple Sclerosis
Multiple sclerosis (disingkat MS, yang dikenal sebagai disebarluaskan
sclerosis atau encephalomyelitis disseminata) adalah penyakit inflamasi di
mana selubung mielin di sekitar akson lemak otak dan sumsum tulang
belakang yang rusak, menyebabkan demielinasi dan jaringan parut serta
spektrum yang luas dari tanda-tanda dan gejala. MS mempengaruhi
kemampuan sel-sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang untuk
berkomunikasi satu sama lain secara efektif. Sel saraf berkomunikasi dengan
mengirimkan sinyal-sinyal listrik yang disebut potensial aksi turun serat
panjang yang disebut akson, yang terkandung dalam zat isolator yang
disebut mielin. Pada MS, serangan tubuh sendiri sistem kekebalan tubuh dan
kerusakan myelin. Ketika myelin hilang, akson tidak bisa lagi efektif
melakukan sinyal.
Penyebab : MS paling mungkin terjadi sebagai hasil dari beberapa
kombinasi dari faktor genetik, lingkungan dan menular, dan mungkin faktor-
faktor lain seperti masalah vaskuler.
l. Autoimmune Type 1 DIABETES
DIABETES adalah penyakit serius, yang, jika tidak dikontrol, dapat
mengancam kehidupan. Hal ini sering dikaitkan dengan komplikasi jangka
panjang yang dapat mempengaruhi setiap sistem dan bagian tubuh.
DIABETES dapat berkontribusi pada gangguan mata dan kebutaan,
kerusakan jantung, stroke, gagal ginjal, amputasi, dan saraf. Hal ini dapat
mempengaruhi kehamilan dan menyebabkan cacat lahir, juga. Diabetes tipe
1 juga dikenal sebagai diabetes melitus, insulin-dependent diabetes mellitus
(IDDM), diabetes anak-anak, diabetes rapuh, atau diabetes gula.
Penyebab: diabetes tipe 1 adalah autoimun, namun diyakini bahwa
orang mewarisi kecenderungan untuk mengembangkan diabetes, dan bahwa
virus mungkin terlibat.Hal ini mengakibatkan penyakit auto-imun dari
kegagalan tubuh untuk memproduksi insulin, hormon yang memungkinkan
15
glukosa untuk memasuki sel-sel tubuh untuk menyediakan bahan bakar. Ini
adalah hasil dari suatu proses autoimun dimana sistem kekebalan tubuh
menyerang dan menghancurkan sel yang memproduksi insulin pankreas.
m. Autoimmune Hashimoto’s Thyroiditis
Tiroiditis Hashimoto merupakan jenis penyakit tiroid autoimun
dimana sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan kelenjar
tiroid. Tiroid membantu mengatur laju metabolisme, yang merupakan
tingkat di mana tubuh menggunakan energi. Beberapa pasien dengan
Tiroiditis Hashimoto mungkin tidak memiliki gejala. Namun, gejala umum
adalah kelelahan, depresi, kepekaan terhadap dingin, aliran berat badan,
pelupa, kelemahan otot, wajah bengkak, kulit kering dan rambut, sembelit,
kram otot, dan meningkatkan menstruasi. Beberapa pasien mengalami
pembengkakan utama dari kelenjar tiroid di bagian depan leher, disebut
gondok.
n. Addison Disease (Adrenal Insufficiency)
Penyakit Addison adalah kelainan endokrin atau hormon yang terjadi
pada semua kelompok umur dan menimpa pria dan perempuan sama-sama.
Penyakit ini ditandai dengan penurunan berat badan, kelemahan otot,
kelelahan, tekanan darah rendah, dan adakalanya penggelapan kulit pada
kedua bagian yang terpajan dan tidak terpajan tubuh.
Penyakit Addison terjadi ketika kelenjar adrenal tidak menghasilkan
cukup hormon kortisol dan, dalam beberapa kasus, hormon aldosterone.
Penyakit ini juga disebut insufisiensi adrenal, atau hypocortisolism.
2.6. Diagnosis AutoimmunePemeriksaan darah yang menunjukkan adanya radang dapat diduga
sebagai gangguan autoimun. Misalnya, pengendapan laju eritrosit (ESR)
seringkali meningkat, karena protein yang dihasilkan dalam merespon
radang mengganggu kemampuan sel darah merah (erythrocytes) untuk tetap
ada di darah. Sering, jumlah sel darah merah berkurang (anemia) karena
radang mengurangi produksi mereka. Tetapi, radang mempunyai banyak
sebab, banyak diantaranya yang bukan autoimun. Dengan begitu, dokter
sering mendapatkan pemeriksaan darah untuk mengetahui antibodi yang
berbeda yang bisa terjadi pada orang yang mempunyai gangguan autoimun
16
khusus. Contoh antibodi ini ialah antibodi antinuclear, yang biasanya ada di
lupus erythematosus sistemik, dan faktor rheumatoid atau anti-cyclic
citrullinated peptide (anti-CCP) antibodi, yang biasanya ada di radang sendi
rheumatoid. Tetapi antibodi ini pun kadang-kadang mungkin terjadi pada
orang yang tidak mempunyai gangguan autoimun, oleh sebab itu dokter
biasanya menggunakan kombinasi hasil tes dan tanda dan gejala orang untuk
mengambil keputusan apakah ada gangguan autoimun.
2.7. Pengobatan AutoimmunePengobatan memerlukan kontrol reaksi autoimmune dengan menekan
sistem kekebalan tubuh. Tetapi, beberapa obat digunakan reaksi autoimmune
juga mengganggu kemampuan badan untuk berjuang melawan penyakit,
terutama infeksi.
Obat yang menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan), seperti
azathioprine, chlorambucil, cyclophosphamide, cyclosporine,
mycophenolate, dan methotrexate, sering digunakan, biasanya secara oral
dan seringkal denganjangka panjang. Tetapi, obat ini menekan bukan hanya
reaksi autoimun tetapi juga kemampuan badan untuk membela diri terhadap
senyawa asing, termasuk mikro-jasad penyebab infeksi dan sel kanker.
Kosekwensinya, risiko infeksi tertentu dan kanker meningkat.
Umumnya, kortikosteroid, seperti prednison, diberikan, biasanya
secara oral. Obat ini mengurangi radang sebaik menekan sistem kekebalan
tubuh. KortiKosteroid yang digunakan dlama jangka panjang memiliki
banyak efek samping. Kalau mungkin, kortikosteroid dipakai untuk waktu
yang pendek sewaktu gangguan mulai atau sewaktu gejala memburuk.
Tetapi, kortikosteroid kadang-kadang harus dipakai untuk jangka waktu
tidak terbatas.
Gangguan autoimun tertentu (misalnya, multipel sklerosis dan
gangguan tiroid) juga diobati dengan obat lain daripada imunosupresan dan
kortikosteroid. Pengobatan untuk mengurangi gejala juga mungkin
diperlukan.
Etanercept, infliximab, dan adalimumab menghalangi aksi faktor
tumor necrosis (TNF), bahan yang bisa menyebabkan radang di badan. Obat
ini sangat efektif dalam mengobati radang sendi rheumatoid, tetapi mereka
17
mungkin berbahaya jika digunakan untuk mengobati gangguan autoimun
tertentu lainnya, seperti multipel sklerosis. Obat ini juga bisa menambah
risiko infeksi dan kanker tertentu.
Obat baru tertentu secara khusua membidik sel darah putih. Sel darah
putih menolong pertahanan tubuh melawan infeksi tetapi juga berpartisipasi
pada reaksi autoimun. Abatacept menghalangi pengaktifan salah satu sel
darah putih (sel T) dan dipakai pada radang sendi rheumatoid. Rituximab,
terlebih dulu dipakai melawan kanker sel darah putih tertentu, bekerja
dengan menghabiskan sel darah putih tertentu (B lymphocytes) dari tubuh.
Efektif pada radang sendi rheumatoid dan dalam penelitain untuk berbagai
gangguan autoimun lainnya. Obat lain yang ditujukan melawan sel darah
putih sedang dikembangkan.
Plasmapheresis digunakan untuk mengobati sedikit gangguan
autoimun. Darah dialirkan dan disaring untuk menyingkirkan antibodi
abnormal. Lalu darah yang disaring dikembalikan kepada pasien. Beberapa
gangguan autoimun terjadi tak dapat dipahami sewaktu mereka mulai.
Tetapi, kebanyakan gangguan autoimun kronis. Obat sering diperlukan
sepanjang hidup untuk mengontrol gejala. Prognosis bervariasi bergantung
pada gangguan.
18
Bab IIIPenutup
3.1. KesimpulanDari makalah ini penulis dapat menyimpulkan bahwa penyakit
autoimmune adalah penyakit dimana sistem kekebalan yang terbentuk salah
mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau organ tubuh manusia
justru dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak oleh antibodi. Jadi
adanya penyakit autoimmune tidak memberikan dampak peningkatan
ketahanan tubuh dalam melawan suatu penyakit, tetapi justru terjadi
kerusakan tubuh akibat kekebalan yang terbentuk.
3.2. SaranDari makalah ini penulis menyarankan untuk para pembaca agar dapat
memahami apa itu autoimun dan bagaimana gejala, diagnosis, dan
pengobatanya atas jenis – jenis penyakitnya sehingga pembaca tidak lagi
awam terhadap masalah autoimunitas di sekitar kita
19
DAFTAR PUSTAKA
Autoimunitas. 2006. http://id.wikipedia.org/wiki/Autoimunitas.
Blackwell Scientific Publications,Oxford. Weetman A.P (ed) (2004) Autoimmune Endocrine Disease. Cambridge University Press, Cambridge,UK.
Gangguan Autoimun. 2015. http://allergycliniconline.com/2012/03/18/berbagai-penyakit-yang-berkaitan-dengan-gangguan-autoimun/.
Jenis Penyakit Autoimun dan Obatnya. 2015. http://www.penyakitlupus.net/definisi-jenis-penyebab-dan-obat-penyakit-autoimun-lupus/.
Karjalainen,(2002) Autoimmunity To A heat Shock protein probes the immunology homunchus . In gerglay et al (eds) progress in immunology VVI, pp 576-586, springer –verlag , Budapest.
Lachmann,Peters D.K, (2006) Clinical Aspects Of Immunology. 5 thn Edn. Blackwell Scientific publications, oxford. “Penyakit Respon Imun.” In eLISA UGM, 9. 2011.
Morrow J.& IsenbergD.A(2001)Autoimmune. Rheumatic Disease.
Rusli, Rita Evalina. “Autoimunitas.” USU OCW, 2012.
20