Upload
marsha-maulina
View
260
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
production
Citation preview
FARMASI INDUSTRI
PERSIAPAN PRODUKSI
KELOMPOK 9
Anggota :
Zara Syafitri Solihat (260112120532)
Irmawati Hidayah (260112120566)
Herlianda Bianti (260112120572)
Riris E. P (260112120618)
Liza Bt. Amrullah (260112120620)
PROGRAM PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN2013
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
A. PERSYARATAN KONDISI FASILITAS PRODUKSI
1. Bangunan dan Fasilitas.................................................................................................. 1
2. Persyaratan Bangunan................................................................................................... 2
3. Persyaratan Ruangan Produksi ..................................................................................... 3
4. Persyaratan Peralatan .................................................................................................... 5
B. PERSYARATAN KONDISI BAHAN BAKU ................................................................ 7
C. KELENGKAPAN DOKUMEN
1. Spesifikasi ..................................................................................................................... 10
2. Spesifikasi Bahan Awal ................................................................................................ 10
3. Spesifikasi Bahan Pengemas ........................................................................................ 10
4. Spesifikasi Produk Antara dan Produk Ruahan ............................................................ 11
5. Spesifikasi Produk Jadi ................................................................................................. 11
6. Dokumentasi Produksi .................................................................................................. 11
7. Dokumentasi Produksi Induk ....................................................................................... 12
8. Dokumentasi Prosedur Pengolahan Induk .................................................................... 12
9. Dokumentasi Prosedur Pengemasan Induk .................................................................. 13
10. Dokumentasi Catatan Pengolahan Bets ........................................................................ 14
11. Dokumentasi Catatan Pengemasan Bets ....................................................................... 15
D. SCALE-UP ......................................................................................................................... 16
E. KUALIFIKASI PERSONALIA
1. Prinsip ........................................................................................................................... 17
2. Personil Kunci .............................................................................................................. 18
3. Organisasi, Kualifikasia dan Tanggung Jawab ............................................................. 18
4. Pelatihan Personalia ...................................................................................................... 21
NOTULEN ....................................................................................................................... 24
A. PERSYARATAN KONDISI FASILITAS PRODUKSI
1. Bangunan Dan Fasilitas
Bangunan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang
memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan
operasi yang benar. Dalam memilih lokasi bangunan industri farmasi harus diperhatikan
beberapa aspek, diantaranya adalah apakah ada sumber pencemaran yang berasal dari lingkungan
disekitarnya serta potensi pencemaran oleh industri terhadap lingkungan disekitarnya.
Berikut adalah skema contoh pembagian Zona pada industri farmasi
Keterangan:
Unclassified Area : Laboratorium kimia, gudang, kantor, kantin, ruang ganti dan ruang
teknik
Area kelas C, B dan A
Area kelas D
Area kelas E
Area untuk kepentingan
Black Area : koridor yg menghubungkan ruang ganti dg area produksi, area
staging bahan kemas dan ruang kemas sekunder
Grey Area : ruang produksi non steril, ruang pengemasan primer, ruang
timbang, lab. mikrobiologi (ruang preparasi, ruang uji potensi dan
inkubasi), ruang sampling di gudang.
White Area : ruangan penimbangan bahan baku produksi steril, ruang mixing
untuk produksi steril , background ruang filling , laboratorium
mikrobiologi (ruang uji sterilitas).
Tabel pembagian kelas ruangan berdasarkan jumlah partikel
Hygine Zoning Kelas
Jumlah partikel/m3
At rest In Operational
0,5 (µm) 5,0 (µm) 0,5 (µm) 5,0 (µm)
A 100 ≤ 3.520 ≤ 20 ≤ 3.520 ≤ 20
B 100 ≤ 3.520 ≤ 29 ≤ 352.000 ≤ 2.900
C 10.000 ≤ 352.000 ≤ 2.900 ≤ 3.520.000 ≤ 29.000
D 100.000 ≤ 3.520.000 ≤ 29.000 NS NS
E1 UC NS NS NS NS
E2 UC NS NS NS NS
E3 UC NS NS NS NS
Ket:
UC = Unclassified ; NS = No Specification
Kondisi at rest : kondisi dimana tidak ada operator yang beraktivitas di dalam ruangan, mesin dalam
kondisi beroperasi, sedangkan
Kondisi in operational : kondisi dimana ada operator yang sedang bekerja di dalam ruangan dan kondisi
mesin sedang beroperasi.
2. Persyaratan Bangunan
a. Berada di lokasi yang terhindar dari pencemaran, dan tidak mencemari lingkungan.
b. Memenuhi persyaratan higiene dan sanitasi.
c. Memiliki rancangan, ukuran dan konstruksi yang memadai agar:
Tahan terhadap pengaruh cuaca, serta dapat mencegah masuknya rembesan dan
bersarangnya serangga, binatang pengerat, burung atau binatang lainnya;
Memudahkan dalam pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaan.
d. Memiliki ruangan-ruangan pembuatan yang rancang bangun dan luasnya sesuai dengan
bentuk, sifat dan jumlah produk yang dibuat, jenis dan jumlah peralatan yang digunakan,
jumlah karyawan yang bekerja serta fungsi ruangan.
3. Persyaratan Ruangan Produksi
Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan terkait ruangan produksi industri farmasi :
a. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian untuk memperkecil terjadinya
kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan,
sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang, penumpukan
debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat
b. Pengolahan produk yang menimbulkan sensitisasi tinggi dan senyawa immunosupresif
hendaklah disediakan fasilitas tersendiri untuk masing-masing produk
c. Udara yang keluar dari fasilitas itu hendaklah dilewatkan melalui saringan udara HEPA
Penataan ruangan produksi sebaiknya :
a. Saling berhubungan antara ruangan dengan ruangan yang mengikuti urutan tahap
produksi
b. Mengikuti kelas kebersihan yang dipersyaratkan
c. Mencegah kesesakan dan ketidakteraturan
d. Memungkinkan terlaksananya komunikasi dan pengawasan yang efektif
e. Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses
hendaklah memadai
f. Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan hendaknya halus, tidak
mudah retak, tidak melepaskan partikulat, serta mudah dibersihkan
g. Konstruksi lantai di area pengolahan hendaknya dibuat dari bahan kedap air,
permukaannya rata, mudah dibersihkan, serta sudut antara dinding dan lantai di area
pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan
h. Lampu hendaklah rata dengan langit-langit dan diberi lapisan untuk mencegah kebocoran
udara
i. Colokan listrik hendaklah datar dengan permukaan dan kedap air
j. Kabel listrik yang dihubungkan dengan mesin produksi hendaklah datang dari atas
k. Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel pada dinding
l. Pipa saluran udara hendaklah dipasan di atas langit-langit
m. Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya dipasang sedemikian rupa
untuk mencegah pencemaran terhadap produk. Apabila tidak terhindarkan, maka
prosedur dan jadwal pembersihan instalasi tersebut hendaklah dibuat dan diikuti
n. Saluran pembuangan air hendaknya cukup besar, dirancang dan dilengkapi dengan bak
kontrol serta ventilasi yang baik, serta hendaklah cukup dangkal untuk memudahkan
pembersihan disinfeksi
o. Ruangan diventilasi secara efektif dengan menggunakan sistem pengendali udara
termasuk filter udara
p. Pengendali suhu dan pengendali kelembaban udara sesuai kebutuhan. Dipantau secara
teratur baik selama ada maupun tidak ada kegiatan produksi
q. Area di mana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu memerlukan sarana penunjang
khusus. Kinerja dari HVAC secara keseluruhan hendaklah divalidasi untuk sarana
pembuatan produk steril selama minimum 20 hari dan produk nonsteril minimum 3 hari
r. Area produksi hendaklah mendapatkan penerangan yang memadai
s. Pintu area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar, seperti pintu bahaya
kebakaran, hendaklah diamankan sedemikian rupa sehingga hanya dapat digunakan
dalam keadaan darurat sebagai pintu ke luar
t. Pintu di dalam area produksi yang berfungsi sebagai barier terhadap pencemaran silang
hendaklah selalu ditutup apabila sedang tidak digunakan
Contoh skema untuk ruangan produksi nonsteril
4. Persyaratan Peralatan
Syarat – syarat peralatan yang akan digunakan selama produksi adalah:
a. Tiap peralatan utama hendaklah diberi nomor pengenal yang jelas
Koridor Pemisah Sed. Solid & liquid
R. antara
R. antara
Lab. IPC Lab. QC
Loker Bersih
Loker Kotor
Ruang Pengemas
an Sekunder
Transfer
Area
Ruang Pengemasan Primer
Ruang Filiing Liquid
Ruang Produksi
Solid
Ruang Produksi
Liquid
Transfer area
Ruang timbang
Gudang Bahan Baku
b. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk antara,produk ruahan
atau obat jadi tidak boleh bereaksi
c. Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap obat
d. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi
tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas,
mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan
e. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan bahan kimia yang mudah terbakar, atau
ditempatkan di daerah di mana digunakan bahan yang mudah terbakar, hendaklah
dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosif serta dibumikan dengan
sempurna
f. Peralatan hendaknya dapat dibersihkan dengan mudah
g. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji dan mencatat harus
diperiksa ketelitiannya secara teratur. Alat-alat harus dikalibrasi dan divalidasi untuk
menjamin kelancaran kerja
h. Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas atau pendingin
tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sudah diolah sehingga tidak mempengaruhi
identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi. Bahan
pelumas jenis food grade hendaklah digunakan apabila ada kemungkinan bahan tersebut
bersentuhan dengan produk, misal : pelumas untuk punch and die
i. Peralatan pembersihan dan pencucian hendaklah dipilih dan digunaan agar tidak menjadi
sumber pencemaran. Untuk pencucian dan pembersihan dianjurkan menggunakan: Lap
bebas serat, mesin penghisap debu dari pada udara bertekanan, dan sikat nylon daripada
sikat injuk
j. Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak melepaskan serat ke
dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh digunakan walaupun sesudahnya
disaring kembali menggunakan filter khusus yang tidak melepaskan serat
Peralatan di area produksi terbuat dari bahan inert yang digunakan untuk bagian peralatan
yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk ruahan dengan berbagai macam
bahan dasar dengan tujuan penggunaan yang berbeda-beda, diantaranya ;
a. Baja tahan karat AISI 304 (American Iron and Steel Institute 304) yang mengandung antara
lain krom 18-20 % dan nikel 8-12 % . Umumnya digunakan untuk peralatan atau bagian
peralatan yang tidak bersentuhan langsung dengan bahan atau produk dan produk kering
atau serbuk yang tidak bereaksi dengan logam/baja tahan karat
b. Baja tahan karat AISI 316 atau 316 L (L=low carbon) mengandung antara lain krom 16-18
% ,nikel 10-14 % dan molibden 2-3 % dengan atau tanpa elektropolis. Digunakan untuk
pengolahan dan pengisian produk steril dan non steril, serta sistem pemipaan untuk Air
Murni dan Air untuk injeksi
c. Gelas (juga untuk pelapis) dapat digunakan untuk Pengolahan bahan awal yang bereaksi
terhadap baja tahan karat
d. Politetrafluoroetilen (PTFE), Polypropylene (PP), Polyvinyllidenedifluoride (PVDF), dan
Perfluoroalkoxy dapat digunakan untuk Pengolahan bahan awal yang bereaksi dengan bahan
di butir tersebut di atas, tetapi tidak bereaksi dengan PTFE, PP, PVDF dan Perfluoroalkoxy
e. uPVC (unplasticized polyvinylchloride) digunakan untuk peralatan pengolahan air yang
belum dimurnikan misal : tabung penukar kation-anion dan pelunak air
f. bahan inert lain seperti silicon dan chrome alloy digunakan untuk pengolahan dan pengisian
produk steril dan non steril serta sistem pemipaan untuk Air Murni dan Air untuk injeksi
Pemeliharaan dan perawatan peralatan hendaknya dijalankan menurut jadwal yang tepat
agar tetap berfungsi dengan baik dan mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah
identitas, mutu atau kemurnian produk. Prosedur-prosedur tertulis untuk perawatan peralatan
dibuat dan dipatuhi.Catatan mengenai pelaksanaan pemeliharaan dan pemakaian suatu peralatan
utama dicatat dalam buku catatan harian. Catatan untuk peralatan yang digunakan khusus untuk
satu produk saja dapat dimasukkan ke dalam catatan produksi batch produk tertentu.
B. PERSYARATAN KONDISI BAHAN BAKU
Bahan baku merupakan bahan, baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat yang
digunakan dalam pengelolaan obat dengan standar mutu sebagai bahan farmasi. Syarat utama
bahan baku adalah sebagai berikut :
- Harus memenuhi persyaratan farmakope atau buku resmi lain yang disetujui.
- Bahan-bahan yang dibeli harus sesuai dengan spesifikasi hasil uji.
Spesifikasi bahan baku yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
Deskripsi bahan
Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian
Persyaratan kualitatif dan kuantitatif
Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan
Batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali
Persyaratan kondisi bahan baku adalah sebagai berikut :
1. Pengadaan bahan baku hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi
spesifikasi yang relevan.
2. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan yang tersisa hendaklah dicatat mengenai
pasokan, nomor bets/lot, tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal
kadaluarsa bila ada.
3. Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap bahan baku hendaklah memenuhi spesifikasi dan
diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi. Singkatan, kode ataupun nama
yang tidak resmi hendaklah tidak dipakai.
4. Tiap pengiriman atau bets bahan baku hendaklah diberi nomor rujukan yang akan
menunjukkan identitas pengiriman atau bets selama penyimpanan dan pengelolaan. Nomor
tersebut hendaklah jelas tercantum pada lebel wadah untuk memudahkan akses kecatatan
lengkap tentang pengiriman atau bets yang akan diperiksa.
5. Apabila dalam suatu pengiriman terdapat lebih dari satu bets maka untuk tujuan pengambilan
sampel, pengujian dan pelulusan, hendaklah dianggap sebagai bets yang terpisah.
6. Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi umum,
keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan, dan
tentang kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Sambil diambil oleh
personil dan dengan metode yang telahdisetujui oleh kepala bagian Pemastian Mutu.
7. Wadah dari mana sampel bahan baku diambil hendaklah diberi identifikasi.
8. Sampel bahan baku hendaklah diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi. Dalam keadaan
tertentu, pemenuhan sebagian atau keseluruhan terhadap spesifikasi dapat ditunjukkan dengan
sertifikat analisis yang diperkuat dengan pemastian identitas yang dilakukan sendiri.
9. Hendaklah diambil langkah yang menjamin bahwa semua wadah pada suatu pengiriman berisi
bahan baku yang benar, dan melakukan pengamanan terhadap kemungkinan salah penandaan
wadah oleh pemasok.
10. Bahan baku yang diterima hendaklah disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala
bagian Pemastian Mutu.
11. Bahan baku di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label hendaklah
memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:
Nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan
Nomor bets/control yang diberikan pada saat penerimaan bahan.
Status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak)
Tanggal daluarsa atau tanggal uji ulang bila perlu.
Jika digunakan sistem dengan komputerisasi yang divalidasi lengkap. Maka semua
keterangan di atas tidak perlu dalam bentuk tulisan yang terbaca pada label.
12. Label yang menunjukkan status bahan baku hendaklah ditempelkan oleh personil yang
ditunjuk oleh Kepala bagian Pemastian Mutu. Untuk mencegah kekeliruan, label tersebut
hendaklah berbeda dengan label yang digunakan oleh pemasok misalnya dengan
mencantumkan nama atau logo perusahaan, maka label penunjuk status hendaklah juga
diubah.
13. Persediaan bahan baku hendaklah diperiksa secara berkala untuk meyakinkan bahwa wadah
tertutup rapat dan diberi label dengan benar, dan dalam kondisi yang baik. Terhadap bahan
tersebut hendaklah dilakukan pengambilan sampel dan pengujian ulang secara berkala sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan. Pelaksanaan pengambilan sampel ulang hendaklah
diawali dengan penempelan label uji ulang dan/atau dengan menggunakan sistem
dokumentasi yang sama efektifnya.
14. Bahan baku terutama yang dapat mengalami kerusakan karena terpapar pada panas,
hendaklah disimpan di dalam ruangan dengan suhu udaranya dikendalikan dengan ketat;
bahan yang peka terhadap kelembaban dan/atau cahaya hendaklah disimpan dengan benar di
dalam ruangan yang dikendalikan kondisinya.
15. Penyerahan bahan baku untuk produksi hendaklah dilakukan oleh personil yang berwenang
sesuai dengan prosedur yang telah disetujui. Catatan persedian bahan hendaklah disimpan
dengan baik agar rekonsiliasi bahan dapat dilakukan.
16. Alat timbang hendaklah diverifikasi tiap hari sebelum dipakai untuk membuktikan bahwa
kapasitas, ketelitian dan ketepatannya memenuhi persyaratan sesuai dengan jumlah bahan
yang akan ditimbang.
17. Semua bahan baku yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang menyolok, ditempatkan
terpisah dan dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasoknya.
C. KELENGKAPAN DOKUMEN
1. Spesifikasi
Hendaklah tersedia spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi yang disahkan
dengan benar dan diberi tanggal; di mana perlu, hendaklah juga tersedia spesifikasi bagi produk
antara dan produk ruahan.
2. Spesifikasi Bahan Awal
Spesifikasi bahan awal hendaklah mencakup, di mana diperlukan:
a) Deskripsi bahan, termasuk:
nama yang ditentukan dan kode referen (kode produksi) internal;
rujukan monografi farmakope, bila ada;
pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan;
standar mikrobiologis, bila ada;
b) petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan;
c) persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan;
d) kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan; dan
e) batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.
3. Spesifikasi Bahan Pengemas
Spesifikasi bahan pengemas hendaklah mencakup, di mana diperlukan:
a) deskripsi bahan, termasuk
nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk) internal;
rujukan monografi farmakope, bila ada;
pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan;
standar mikrobiologis, bila ada;
spesimen bahan pengemas cetak, termasuk warna;
b) petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan;
c) persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan;
d) kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan; dan
e) batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.
4. Spesifikasi Produk Antara dan Produk Ruahan
Spesifikasi produk antara dan produk ruahan hendaklah tersedia, apabila produk tersebut
dibeli atau dikirim, atau apabila data dari produk antara digunakan untuk mengevaluasi produk
jadi. Spesifikasi hendaklah mirip dengan spesifikasi bahan awal atau produk jadi, sesuai
keperluan.
5. Spesifikasi Produk Jadi
Spesifikasi produk jadi hendaklah mencakup:
a) nama produk yang ditentukan dan kode referen (kode produk);
b) formula/komposisi atau rujukan;
c) deskripsi bentuk sediaan dan uraian mengenai kemasan, termasuk ukuran kemasan;
d) petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan;
e) persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan;
f) kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan khusus, bila diperlukan; dan
g) masa edar/simpan.
6. Dokumen Produksi
Dokumen yang esensial dalam produksi adalah:
a. Dokumen Produksi Induk yang berisi formula produksi dari suatu produk dalam bentuk
sediaan dan kekuatan tertentu, tidak tergantung dari ukuran bets;
b. Prosedur Produksi Induk, terdiri dari Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan
Induk, yang masing-masing berisi prosedur pengolahan dan prosedur pengemasan yang rinci
untuk suatu produk dengan bentuk sediaan, kekuatan dan ukuran bets spesifik. Prosedur
Produksi Induk dipersyaratkan divalidasi sebelum mendapat pengesahan untuk digunakan;
dan
c. Catatan Produksi Bets, terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets,
yang merupakan reproduksi dari masing-masing Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur
Pengemasan Induk, dan berisi semua data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan
produksi dari suatu bets produk. Kadang-kadang pada Catatan Produksi Bets, prosedur yang
tertera dalam Prosedur Produksi Induk tidak lagi dicantumkan secara rinci.
7. Dokumen Produksi Induk
Dokumen Produksi Induk yang disahkan secara formal hendaklah mencakup nama, bentuk
sediaan, kekuatan dan deskripsi produk, nama penyusun dan bagiannya, nama pemeriksa serta
daftar distribusi dokumen dan berisi hal sebagai berikut:
a) informasi bersifat umum yang menguraikan jenis bahan pengemas primer yang harus
digunakan atau aternatifnya, pernyataan mengenai stabilitas produk, tindakan pengamanan
selama penyimpanan dan tindakan pengamanan lain yang harus dilakukan selama pengolahan
dan pengemasan produk;
b) komposisi atau formula produk untuk tiap satuan dosis dan untuk satu sampel ukuran bets;
c) daftar lengkap bahan awal, baik yang tidak akan berubah maupun yang akan mengalami
perubahan selama proses;
d) spesifikasi bahan awal;
e) daftar lengkap bahan pengemas;
f) spesifikasi bahan pengemas primer;
g) prosedur pengolahan dan pengemasan;
h) daftar peralatan yang dapat digunakan untuk pengolahan dan pengemasan;
i) pengawasan selama-proses pengolahan dan pengemasan; dan
j) masa edar/simpan.
8. Dokumentasi Prosedur Pengolahan Induk
Prosedur Pengolahan Induk yang disahkan secara formal hendaklah tersedia untuk tiap produk
dan ukuran bets yang akan dibuat. Prosedur Pengolahan Induk hendaklah mencakup:
a) nama produk dengan kode referen produk yang merujuk pada spesifikasinya;
b) deskripsi bentuk sediaan, kekuatan produk dan ukuran bets;
c) daftar dari semua bahan awal yang harus digunakan, dengan menyebutkan masing-masing
jumlahnya, dinyatakan dengan menggunakan nama dan referen (kode produk) yang khusus
bagi bahan itu; hendaklah dicantumkan apabila ada bahan yang hilang selama proses;
d) pernyataan mengenai hasil akhir yang diharapkan dengan batas penerimaan, dan bila perlu,
tiap hasil antara yang relevan;
e) pernyataan mengenai lokasi pengolahan dan peralatan utama yang harus digunakan;
f) metode atau rujukan metode yang harus digunakan untuk mempersiapkan peralatan kritis
(misalnya pembersihan, perakitan, kalibrasi, sterilisasi);
g) instruksi rinci tahap proses (misalnya pemeriksaan bahan, perlakuan awal, urutan
penambahan bahan, waktu pencampuran, suhu);
h) instruksi untuk semua pengawasan selama-proses dengan batas penerimaannya;
i) bila perlu, syarat penyimpanan produk ruahan; termasuk wadah, pelabelan dan kondisi
penyimpanan khusus, di mana perlu; dan
j) semua tindakan khusus yang harus diperhatikan.
9. Dokumentasi Prosedur Pengemasan Induk
Prosedur Pengemasan Induk yang disahkan secara formal hendaklah tersedia untuk tiap
produk dan ukuran bets serta ukuran dan jenis kemasan. Dokumen ini umumnya mencakup, atau
merujuk, pada hal berikut:
a) nama produk;
b) deskripsi bentuk sediaan dan kekuatannya, di mana perlu;
c) ukuran kemasan yang dinyatakan dalam angka, berat atau volume produk dalam wadah akhir;
d) daftar lengkap semua bahan pengemas yang diperlukan untuk satu bets standar, termasuk
jumlah, ukuran dan jenis bersama kode atau nomor referen yang berkaitan dengan spesifikasi
tiap bahan pengemas;
e) di mana sesuai, contoh atau reproduksi dari bahan pengemas cetak yang relevan dan spesimen
yang menunjukkan tempat untuk mencetak nomor bets dan tanggal daluwarsa bets;
f) tindakan khusus yang harus diperhatikan, termasuk pemeriksaan secara cermat area dan
peralatan untuk memastikan kesiapan jalur (line clearance) sebelum kegiatan dimulai;
g) uraian kegiatan pengemasan, termasuk segala kegiatan tambahan yang signifikan serta
peralatan yang harus digunakan; dan
h) pengawasan selama-proses yang rinci termasuk pengambilan sampel dan batas penerimaan.
10. Dokumentasi Catatan Pengolahan Bets
Catatan Pengolahan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang diolah. Dokumen ini
hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari Prosedur Pengolahan Induk yang berlaku.
Metode pembuatan catatan ini hendaklah didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi.
Catatan hendaklah mencantumkan nomor bets yang sedang dibuat.
Sebelum suatu proses dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan yang dicatat, bahwa
peralatan dan tempat kerja telah bebas dari produk dan dokumen sebelumnya atau bahan yang
tidak diperlukan untuk pengolahan yang direncanakan, serta peralatan bersih dan sesuai untuk
penggunaannya.
Selama pengolahan, informasi sebagai berikut hendaklah dicatat pada saat tiap tindakan
dilakukan dan - setelah lengkap - hendaklah catatan diberi tanggal dan ditandatangani dengan
persetujuan dari personil yang bertanggung jawab untuk kegiatan pengolahan:
a) nama produk;
b) tanggal dan waktu dari permulaan, dari tahap antara yang signifikan dan dari penyelesaian
pengolahan;
c) nama personil yang bertanggung jawab untuk tiap tahap proses;
d) paraf operator untuk berbagai langkah pengolahan yang signifikan dan, di mana perlu, paraf
personil yang memeriksa tiap kegiatan ini (misalnya penimbangan);
e) nomor bets dan/atau nomor kontrol analisis dan jumlah nyata tiap bahan awal yang
ditimbang atau diukur (termasuk nomor bets dan jumlah bahan hasil pemulihan atau hasil
pengolahan ulang yang ditambahkan);
f) semua kegiatan pengolahan atau kejadian yang relevan dan peralatan utama yang digunakan;
g) catatan pengawasan selama-proses dan paraf personil yang melaksanakan serta hasil yang
diperoleh;
h) jumlah hasil produk yang diperoleh dari tahap pengolahan berbeda dan penting; dan
i) catatan mengenai masalah khusus yang terjadi termasuk uraiannya dengan tanda tangan
pengesahan untuk segala penyimpangan terhadap Prosedur Pengolahan Induk.
11. Dokumentasi Catatan Pengemasan Bets
Catatan Pengemasan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang dikemas. Dokumen ini
hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari Prosedur Pengemasan Induk yang berlaku dan
metode pembuatan catatan ini hendaklah didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi.
Catatan hendaklah mencantumkan nomor bets dan jumlah produk jadi yang direncanakan akan
diperoleh.
Sebelum suatu kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan yang
dicatat, bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas dari produk dan dokumen sebelumnya atau
bahan yang tidak diperlukan untuk pengemasan yang direncanakan, serta peralatan bersih dan
sesuai untuk penggunaannya.
Selama pengemasan, informasi sebagai berikut hendaklah dicatat pada saat tiap tindakan
dilakukan dan setelah lengkap hendaklah catatan diberi tanggal dan ditandatangani dengan
persetujuan dari personil yang bertanggung jawab untuk kegiatan pengemasan:
a) nama produk;
b) tanggal dan waktu tiap kegiatan pengemasan;
c) nama personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pengemasan;
d) paraf operator dari berbagai langkah pengemasan yang signifikan;
e) catatan pemeriksaan terhadap identitas dan konformitas dengan Prosedur Pengemasan Induk
termasuk hasil pengawasan selama-proses;
f) rincian kegiatan pengemasan yang dilakukan, termasuk referensi peralatan dan jalur
pengemasan yang digunakan;
g) apabila dimungkinkan, sampel bahan pengemas cetak yang digunakan, termasuk spesimen
dari kodifikasi bets, pencetakan tanggal daluwarsa serta semua pencetakan tambahan;
h) catatan mengenai masalah khusus yang terjadi termasuk uraiannya dengan tanda tangan
pengesahan untuk semua penyimpangan terhadap Prosedur Pengemasan Induk; dan
i) jumlah dan nomor referen atau identifikasi dari semua bahan pengemas cetak dan produk
ruahan yang diserahkan, digunakan, dimusnahkan atau dikembalikan ke stok dan jumlah
produk yang diperoleh untuk melakukan rekonsiliasi yang memadai.
D. SCALE UP
Secara umum, scale up didefinisikan sebagai proses untuk meningkatkan ukuran batch atau
prosedur untuk menerapkan proses yang sama untuk volume output yang berbeda. Scale up
penting untuk mengetahui pengaruh skala pada kualitas produk. Bertujuan untuk memberikan
wawasan praktis aspek dari proses scale up. Dalam aplikasi pencampuran, scale up berkaitan
dengan peningkatan dimensi linear dari ukuran laboratorium dengan ukuran industri. Di sisi lain,
ada proses (misalnya, tablet) yang " scale up " berarti memperbesar output dengan meningkatkan
kecepatan. Dalam perpindahan antara R&D ke skala produksi kadang diperlukan intermediate
batch scale. Hal ini dicapai pada skala yang disebut dengan skala pilot, yang didefinisikan
sebagai pembuatan produk obat dengan mewakili seluruh prosedur yang digunakan untuk skala
penuh. Ini juga memungkinkan produksi produk yang cukup untuk pengujian klinis dan sampel
untuk pemasaran. Namun, dalam sebuah proses tidak mungkin menghasilkan produk yang
sempurna baik di laboratorium dan pilot plant atau kegagalan kualitas tes jaminan dalam
produksi.Tujuan dari scale up sebagai berikut :
Formulation related
Mengidentifikasi dan mengontrol komponen penting dan variabel lainnya
Equipment related
Identifikasi dan kontrol parameter penting dan rentang pengoperasian
Documentation
Production and process related
Evaluasi, validasi dan kontrol akhir
Product related
Pengembangan dan validasi prosedur pengolahan.
Scale up dilakukan jika terdapat produk baru dan permintaan suatu produk meningkat. Saat
permintaan meningkat scale up dilakukan dengan penambahan waktu produksi untuk produk
tersebut atau dengan cara meminjam mesin yang tidak digunakan untuk produksi tetapi mesin
tersebut harus memiliki sistem kerja yang sama. Sedangkan tahapan scale-up untuk produk baru
adalah sebagai berikut :
a) Studi literatur untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan formula yang akan dibuat.
b) Menyusun formula alternatif.
c) Dikerjakan formulasi alternatif untuk skala laboratorium.
d) Mengevaluasi formula alternatif dan dipilih satu formula terpilih kemudian dianalisa.
e) Melaksanakan validasi proses terhadap formula yang memenuhi syarat.
f) Melakukan uji stabilitas dipercepat terhadap formula terpilih dalam skala pilot.
g) Melakukan produksi formula terpilih dalam skala pilot.
h) Menyusun dokumen yang diperlukan untuk keperluan pra-registrasi.
i) Uji bioavailabilitas dan bioekivalensi bila diperlukan.
E. KUALIFIKASI PERSONALIA
1. Prinsip
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian
mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri farmasi
bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai
untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-
masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh
pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaannya.
Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis
dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah tidak dibebani tanggung jawab yang
berlebihan untuk menghindarkan risiko terhadap mutu obat.
2. Personil Kunci
Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh personil
purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) atau
kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain.
3. Organisasi, Kualifikasi Dan Tanggung Jawab
Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian produksi,
pengawasan mutu, manajemen mutu (pemastian mutu) dipimpin oleh orang yang berbeda serta
tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing personil hendaklah
diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang diperlukan untuk dapat melaksanakan
tugasnya secara efektif. Hendaklah personil tersebut tidak mempunyai kepentingan lain di luar
organisasi yang dapat menghambat atau membatasi kewajibannya dalam melaksanakan tanggung
jawab atau yang dapat menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau finansial.
a. Kepala bagian produksi
Kepala bagian Produksi hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi,
memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang
pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan
tugasnya secara profesional, selain itu mampu berbahasa inggris yang baik, memiliki
pengalaman dan pengetahuan mengenai peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat dan
memiliki ketrampilan kepemimpinan yang tersertifikasi. Kepala bagian Produksi hendaklah
diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat, termasuk:
- Memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan;
- Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan memastikan
bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat;
- Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh kepala
bagian Produksi sebelum diserahkan kepada kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu);
- Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian produksi;
- Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan
- Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya
dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
Di samping itu, kepala bagian Produksi bersama dengan kepala bagian Pengawasan Mutu dan
penanggung jawab teknik hendaklah memiliki tanggung jawab bersama terhadap aspek yang
berkaitan dengan mutu.
b. Kepala bagian pengawasan mutu
Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang apoteker terkualifikasi dan memperoleh
pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan
manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional,
memiliki pengalaman dalam menyiapkan peralatan laboratorium dan menggunakan metode
termutakhir, memiliki kemampuan dalam menyiapkan metode analisa, Memiliki pengetahuan
dan pengalaman dalam CPOB, In Process Control (IPC) dan pengujian stabilitas, menguasai
bahasa Inggris dengan baik dan Memiliki ketrampilan kepemimpinan yang tersertifikasi..
Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh
dalam pengawasan mutu, termasuk:
- Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi;
- Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan;
- Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan sampel, metode
pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain;
- Memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak;
- Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian pengawasan
mutu;
- Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan
- Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya
dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan
c. Kepala bagian manajemen mutu (Pemastian mutu)
Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang apoteker yang
terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis
yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan
tugasnya secara profesional, memiliki pengalaman dan pengetahuan dibidang pembuatan obat
serta pengujian fisis dan analisa kimia, memiliki pengetahuan mengenai peralatan yang
digunakan dalam pembuatan obat dan laboratorium terkini, memiliki pengetahuan mengenai
CPOB baik nasional maupun internasional, menguasai bahasa Inggris dengan baik dan
memiliki ketrampilan kepemimpinan yang tersertifikasi. Kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk
melaksanakan tugas yang berhubungan dengan sistem mutu/ pemastian mutu, termasuk:
- Memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu;
- Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu perusahaan;
- Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala;
- Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu;
- Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit terhadap
pemasok);
- Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi;
- Memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan mutu produk jadi;
- Mengevaluasi/mengkaji catatan bets; dan
- Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan semua
faktor terkait.
Masing-masing kepala bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu) memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan
dengan mutu, yang berdasarkan peraturan Badan POM mencakup:
- Otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen;
- Pemantauan dan pengendalian ling-kungan pembuatan obat;
- Higiene pabrik;
- Validasi proses;
- Pelatihan;
- Persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan;
- Persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan kontrak;
- Penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk;
- Penyimpanan catatan;
- Pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB;
- Inspeksi, penyelidikan dan pengambilan sampel, untuk
- Pemantauan faktor yang mungkin berdampak terhadap mutu produk.
4. Pelatihan Personalia
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena tugasnya
harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil
teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat
berdampak pada mutu produk.
Di samping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru hendaklah mendapat
pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga
diberikan, dan efektifitas penerapannya hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia
program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-masing. Catatan pelatihan hendaklah
disimpan.
Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di area di mana
pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan berpotensi
tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi.
Pengunjung atau personil yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya tidak masuk ke area
produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Bila tidak dapat dihindarkan, hendaklah mereka
diberi penjelasan lebih dahulu, terutama mengenai higiene perorangan dan pakaian pelindung
yang dipersyaratkan serta diawasi dengan ketat.
Konsep Pemastian Mutu dan semua tindakan yang tepat untuk meningkatkan pemahaman dan
penerapannya hendaklah dibahas secara mendalam selama pelatihan. Pelatihan hendaklah
diberikan oleh orang yang terkualifikasi.
Cakupan Program Pelatihan:
- Materi umum yang harus diberikan kepada semua personil pada hari pertama kerjanya
- CPOB dasar (mikrobiologi dan higiene perorangan) kepada semua personil
- CPOB spesifik kepada personil berkaitan
- Pemahaman semua Protap, metode analisis dan prosedur lain bagi personil berkaitan
- Pengetahuan mengenai sifat bahan / produk, cara pengolahan dan pengemasan.
Tabel 1. Program Pelatihan Personalia
No
Jenis Pelatihan Tipe Pelatihan Contoh Pelatihan
1 Pelatihan Umum Orientasi Umum Pengenalan perusahaan
Pengenalan produk
Uraian tugas karyawan bersangkutan
Pengenalan pabrik (tempat industri)
CPOB Dasar Kekhusususan industri farmasi
Higiene perorangan
Kebersihan secara umum
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Latihan P3K
Penanganan bahan berbahaya
Penanggulangan bahaya kebakaran
Keselamatan kerja
2 Pelatihan Khusus Orientasi UmumPenjelasan tentang bekerja di
daerah tertentu misalnya di ruang steril dan ganti pakaian untuk
karyawan ruang sterilPenjelasan tentang penggunaan
alat-alat tertentu,
Pelatihan Ditempat Pelatihan melaksanakan protap/tata cara bekerja di bagian tertentu
Pelatihan teknis khusus mengenai cara penggunaan alat
3 Pelatihan Tambahan Penjelasan jika ada perubahan/peraturan atau hal baru baik
mengenai CPOB, protap, alat baru, maupun produk baru
Studi khusus, misal membicarakan kesalahan yang pernah terjadi dan cara
mengatasinya
NOTULEN
1. Bistok:
Kualifikasi personalia, syaratnya adalah seorang apoteker. Bagaimana dengan industri
kosmetik atau makanan? Apakah tetap harus seorang apoteker?
Jawab:
Kepala bagian produksi, QA dan QC di industri obat manapun harus apoteker. Namun selain
di industri obat, QA dapat dikepalai oleh selain apoteker.
2. Umi:
a. Registrasi manager produksi, QC dengan QA bagaimana cara pendaftarannya dan
kemana? Apakah ada perbedaan?
b. Tata letak bangunan, lebih mengikuti kepada persyaratan yang ada atau gambar yang
ditampilkan?
Jawab:
a. Penempatan QC, QA maupun produksi ada kualifikasi tersendiri dari masing-masing
perusahaan. Jika sudah diangkat dan terlihat banyak mengalami perkembangan, maka
dapat diregistrasi oleh IAI.
b. Tidak harus sesuai dengan gambar, yang jelas harus ada pembagian area, seperti: black
area, grey area, ruang antara dan pembagian kelas ruangan. Intinya harus mencegah
terjadinya kontaminasi antar ruang dengan pengaturan udara yang baik.
3. Raina:
a. Bangunan, ruangan, peralatan harus divalidasi. Penggantian lampu harus divalidasi atau
tidak? Jika lampu diganti, apakah harus divalidasi ulang atau bagaimana?
b. Untuk skala pilot dengan skala produksi apakah harus menggunakan mesin yang sama?
c. Apakah produki skala pilot itu bisa dipasarkan?
Jawab:
a. Sebelum pabrik industri dibangun, sudah dibuat rencana induk validasi. Jika ada apapun
atau sekecil apapun alat atau bangunan diganti, maka tetap harus divalidasi terlebih
dahulu.
b. Jika bisa dengan mesin yang sama. Karena skala pilot merupakan penyesuaian dari
skala lab ke skala industri. Tetapi walaupun dengan mesin yang berbeda, sebisa
mungkin dengan mesin yang sistem kerjanya sama atau dapat pula dengan sistem
kontrak.
c. Produksi skala pilot tidak bisa dipasarkan, karena skala pilot masih merupakan
perantara dari skala lab ke skala industri, selain itu skala pilot belum diregistrasi.
4. Devi A. Arianto:
a. Bahan baku harus dari distributor atau boleh langsung ke pabrik?
b. Kapan bahan baku dikarantina dan kapan dikembalikan ?
Jawab:
a. Bahan baku harus langsung dari distributor, setelah itu baru ke pabrik.
b. Saat proses penerimaan bahan, bahan tersebut di-check oleh QC. Jika bahan tersebut
sesuai maka dapat dikarantina, jika tidak sesuai, maka bahan tersebut dapat
dikembalikan ataupun dimusnahkan.
5. Willy Klisman:
Jika ada kontaminasi, bagaimana dengan penanganannya?
Jawab:
Jika kontaminasi terjadi pada produk steril, maka produk langsung dimusnahkan. Sedangkan
jika terjadi pada produk non steril, maka jika produk masih terkualifikasi maka produksi
dapat dilanjutkan, tetapi jika produk sudah tidak terkualifikasi, maka produk harus
dimusnahkan.
Untuk mencegah adanya kontaminasi, maka diharuskan adanya line clearance yang
merupakan suatu pengecekan dari awal sampai akhir.
6. Ribhan:
Jika ada bangunan yang tidak terawat, tetapi masih memproduksi. Bagaimana?
Jawab:
Perawatan merupakan bagian inti dari validasi. Bangunan yang terawat belum tentu
tervalidasi, apalagi dengan bangunan yang tidak terawat. Jika di industri farmasi tidak
mengikuti spesifikasi perawatan yang sesuai, maka sertifikasi CPOB bisa dicabut.
7. Hananto:
Bagaimana settingan sirkulasi udara dan pendingin agar tidak terjadi kontaminasi?
Jawab:
Antar ruangan ada ventilasi. Sirkulasi udara diatur sedemikian rupa agar dalam ruangan
mengandung partikel udara tidak lebih dari standar yang seharusnya.
- Pipa saluran udara hendaklah dipasang di atas langit-langit atau di koridor untuk
menghindari penumpukan debu yang sulit dibersihkan di permukaan pipa.
- Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah dipasang
sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk.
- Udara dari suatu ruang proses yang disirkulasi balik dapat dilewatkan melalui HEPA
filter sebelum dialirkan kembali ke ruang proses untuk mencegah kontaminasi silang
melalui udara di lingkungan
- Sarana penunjang khusus dapat berupa sistem penghisap debu atau sarana yang
dilengkapi LAF.
Suhu ruangan tergantung berdasarkan settingan mesin (menyesuaikan dengan mesin)
8. Hedi:
a. Produksi antibiotik steril & non steril, apakah ada syarat khusus bangunan ?
b. Personil tiap proses boleh sama ?
Jawab:
a. Bangunan antara produk steril dan non steril dipisah. Keduanya memiliki spesifikasi
masing-masing.
b. Berbeda. Karena setiap personil di setiap bagian memiliki jadwal tersendiri, selain itu
kemampuan yang dimiliki tiap personil juga berbeda. Seperti personil yang menangani
produk yang memproduksi hormon, dkhususkan untuk orang-orang tertentu dan tidak
bisa sembarangan. Begitupun dengan personil yang menangani produk β-laktam,
personilnya kadang terbatas.
9. Elsiyantri:
a. Kenapa perlu scale up?
b. Tahapan scale up?
Jawab:
a. Scale up dilakukan jika ada obat baru atau produksi baru. Selain itu dilakukan jika
terjadi peningkatan jumlah produksi dari pasar.
b. Tahapan scale up:
- Studi literatur untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan formula yang
akan dibuat
- Menyusun formula alternatif
- Dikerjakan formulasi alternatif untuk skala labolatorium
- Mengevaluasi formula alternatif dan dipilih satu formula terpilih kemudian
dianalisa.
- Melaksanakan validasi proses terhadap formula yang memenuhi syarat.
- Melakukan uji stabilitas dipercepat terhadap formula terpilih
- Melakukan produksi formula terpilih dalam skala pilot
- Menyusun dokumen yang diperlukan untuk keperluan pra-registrasi
- Uji bioavailabilitas dan bioekivalensi bila diperlukan.