43
FARMASI INDUSTRI PERSIAPAN PRODUKSI KELOMPOK 9 Anggota : Zara Syafitri Solihat (260112120532) Irmawati Hidayah (260112120566) Herlianda Bianti (260112120572) Riris E. P (260112120618) Liza Bt. Amrullah (260112120620)

Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

Embed Size (px)

DESCRIPTION

production

Citation preview

Page 1: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

FARMASI INDUSTRI

PERSIAPAN PRODUKSI

KELOMPOK 9

Anggota :

Zara Syafitri Solihat (260112120532)

Irmawati Hidayah (260112120566)

Herlianda Bianti (260112120572)

Riris E. P (260112120618)

Liza Bt. Amrullah (260112120620)

PROGRAM PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN2013

Page 2: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

A. PERSYARATAN KONDISI FASILITAS PRODUKSI

1. Bangunan dan Fasilitas.................................................................................................. 1

2. Persyaratan Bangunan................................................................................................... 2

3. Persyaratan Ruangan Produksi ..................................................................................... 3

4. Persyaratan Peralatan .................................................................................................... 5

B. PERSYARATAN KONDISI BAHAN BAKU ................................................................ 7

C. KELENGKAPAN DOKUMEN

1. Spesifikasi ..................................................................................................................... 10

2. Spesifikasi Bahan Awal ................................................................................................ 10

3. Spesifikasi Bahan Pengemas ........................................................................................ 10

4. Spesifikasi Produk Antara dan Produk Ruahan ............................................................ 11

5. Spesifikasi Produk Jadi ................................................................................................. 11

6. Dokumentasi Produksi .................................................................................................. 11

7. Dokumentasi Produksi Induk ....................................................................................... 12

8. Dokumentasi Prosedur Pengolahan Induk .................................................................... 12

9. Dokumentasi Prosedur Pengemasan Induk .................................................................. 13

10. Dokumentasi Catatan Pengolahan Bets ........................................................................ 14

11. Dokumentasi Catatan Pengemasan Bets ....................................................................... 15

D. SCALE-UP ......................................................................................................................... 16

E. KUALIFIKASI PERSONALIA

1. Prinsip ........................................................................................................................... 17

2. Personil Kunci .............................................................................................................. 18

3. Organisasi, Kualifikasia dan Tanggung Jawab ............................................................. 18

4. Pelatihan Personalia ...................................................................................................... 21

NOTULEN ....................................................................................................................... 24

Page 3: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

A. PERSYARATAN KONDISI FASILITAS PRODUKSI

1. Bangunan Dan Fasilitas

Bangunan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang

memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan

operasi yang benar. Dalam memilih lokasi bangunan industri farmasi harus diperhatikan

beberapa aspek, diantaranya adalah apakah ada sumber pencemaran yang berasal dari lingkungan

disekitarnya serta potensi pencemaran oleh industri terhadap lingkungan disekitarnya.

Berikut adalah skema contoh pembagian Zona pada industri farmasi

Keterangan:

Unclassified Area : Laboratorium kimia, gudang, kantor, kantin, ruang ganti dan ruang

teknik

Area kelas C, B dan A

Area kelas D

Area kelas E

Area untuk kepentingan

Page 4: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

Black Area : koridor yg menghubungkan ruang ganti dg area produksi, area

staging bahan kemas dan ruang kemas sekunder

Grey Area : ruang produksi non steril, ruang pengemasan primer, ruang

timbang, lab. mikrobiologi (ruang preparasi, ruang uji potensi dan

inkubasi), ruang sampling di gudang.

White Area : ruangan penimbangan bahan baku produksi steril, ruang mixing

untuk produksi steril , background ruang filling , laboratorium

mikrobiologi (ruang uji sterilitas).

Tabel pembagian kelas ruangan berdasarkan jumlah partikel

Hygine Zoning Kelas

Jumlah partikel/m3

At rest In Operational

0,5 (µm) 5,0 (µm) 0,5 (µm) 5,0 (µm)

A 100 ≤ 3.520 ≤ 20 ≤ 3.520 ≤ 20

B 100 ≤ 3.520 ≤ 29 ≤ 352.000 ≤ 2.900

C 10.000 ≤ 352.000 ≤ 2.900 ≤ 3.520.000 ≤ 29.000

D 100.000 ≤ 3.520.000 ≤ 29.000 NS NS

E1 UC NS NS NS NS

E2 UC NS NS NS NS

E3 UC NS NS NS NS

Ket:

UC = Unclassified ; NS = No Specification

Kondisi at rest : kondisi dimana tidak ada operator yang beraktivitas di dalam ruangan, mesin dalam

kondisi beroperasi, sedangkan

Kondisi in operational : kondisi dimana ada operator yang sedang bekerja di dalam ruangan dan kondisi

mesin sedang beroperasi.

Page 5: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

2. Persyaratan Bangunan

a. Berada di lokasi yang terhindar dari pencemaran, dan tidak mencemari lingkungan.

b. Memenuhi persyaratan higiene dan sanitasi.

c. Memiliki rancangan, ukuran dan konstruksi yang memadai agar:

Tahan terhadap pengaruh cuaca, serta dapat mencegah masuknya rembesan dan

bersarangnya serangga, binatang pengerat, burung atau binatang lainnya;

Memudahkan dalam pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaan.

d. Memiliki ruangan-ruangan pembuatan yang rancang bangun dan luasnya sesuai dengan

bentuk, sifat dan jumlah produk yang dibuat, jenis dan jumlah peralatan yang digunakan,

jumlah karyawan yang bekerja serta fungsi ruangan.

3. Persyaratan Ruangan Produksi

Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan terkait ruangan produksi industri farmasi :

a. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian untuk memperkecil terjadinya

kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan,

sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang, penumpukan

debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat

b. Pengolahan produk yang menimbulkan sensitisasi tinggi dan senyawa immunosupresif

hendaklah disediakan fasilitas tersendiri untuk masing-masing produk

c. Udara yang keluar dari fasilitas itu hendaklah dilewatkan melalui saringan udara HEPA

Penataan ruangan produksi sebaiknya :

a. Saling berhubungan antara ruangan dengan ruangan yang mengikuti urutan tahap

produksi

b. Mengikuti kelas kebersihan yang dipersyaratkan

c. Mencegah kesesakan dan ketidakteraturan

d. Memungkinkan terlaksananya komunikasi dan pengawasan yang efektif

e. Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses

hendaklah memadai

f. Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan hendaknya halus, tidak

mudah retak, tidak melepaskan partikulat, serta mudah dibersihkan

Page 6: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

g. Konstruksi lantai di area pengolahan hendaknya dibuat dari bahan kedap air,

permukaannya rata, mudah dibersihkan, serta sudut antara dinding dan lantai di area

pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan

h. Lampu hendaklah rata dengan langit-langit dan diberi lapisan untuk mencegah kebocoran

udara

i. Colokan listrik hendaklah datar dengan permukaan dan kedap air

j. Kabel listrik yang dihubungkan dengan mesin produksi hendaklah datang dari atas

k. Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel pada dinding

l. Pipa saluran udara hendaklah dipasan di atas langit-langit

m. Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya dipasang sedemikian rupa

untuk mencegah pencemaran terhadap produk. Apabila tidak terhindarkan, maka

prosedur dan jadwal pembersihan instalasi tersebut hendaklah dibuat dan diikuti

n. Saluran pembuangan air hendaknya cukup besar, dirancang dan dilengkapi dengan bak

kontrol serta ventilasi yang baik, serta hendaklah cukup dangkal untuk memudahkan

pembersihan disinfeksi

o. Ruangan diventilasi secara efektif dengan menggunakan sistem pengendali udara

termasuk filter udara

p. Pengendali suhu dan pengendali kelembaban udara sesuai kebutuhan. Dipantau secara

teratur baik selama ada maupun tidak ada kegiatan produksi

q. Area di mana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu memerlukan sarana penunjang

khusus. Kinerja dari HVAC secara keseluruhan hendaklah divalidasi untuk sarana

pembuatan produk steril selama minimum 20 hari dan produk nonsteril minimum 3 hari

r. Area produksi hendaklah mendapatkan penerangan yang memadai

s. Pintu area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar, seperti pintu bahaya

kebakaran, hendaklah diamankan sedemikian rupa sehingga hanya dapat digunakan

dalam keadaan darurat sebagai pintu ke luar

t. Pintu di dalam area produksi yang berfungsi sebagai barier terhadap pencemaran silang

hendaklah selalu ditutup apabila sedang tidak digunakan

Page 7: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

Contoh skema untuk ruangan produksi nonsteril

4. Persyaratan Peralatan

Syarat – syarat peralatan yang akan digunakan selama produksi adalah:

a. Tiap peralatan utama hendaklah diberi nomor pengenal yang jelas

Koridor Pemisah Sed. Solid & liquid

R. antara

R. antara

Lab. IPC Lab. QC

Loker Bersih

Loker Kotor

Ruang Pengemas

an Sekunder

Transfer

Area

Ruang Pengemasan Primer

Ruang Filiing Liquid

Ruang Produksi

Solid

Ruang Produksi

Liquid

Transfer area

Ruang timbang

Gudang Bahan Baku

Page 8: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

b. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk antara,produk ruahan

atau obat jadi tidak boleh bereaksi

c. Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap obat

d. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi

tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas,

mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan

e. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan bahan kimia yang mudah terbakar, atau

ditempatkan di daerah di mana digunakan bahan yang mudah terbakar, hendaklah

dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosif serta dibumikan dengan

sempurna

f. Peralatan hendaknya dapat dibersihkan dengan mudah

g. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji dan mencatat harus

diperiksa ketelitiannya secara teratur. Alat-alat harus dikalibrasi dan divalidasi untuk

menjamin kelancaran kerja

h. Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas atau pendingin

tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sudah diolah sehingga tidak mempengaruhi

identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi. Bahan

pelumas jenis food grade hendaklah digunakan apabila ada kemungkinan bahan tersebut

bersentuhan dengan produk, misal : pelumas untuk punch and die

i. Peralatan pembersihan dan pencucian hendaklah dipilih dan digunaan agar tidak menjadi

sumber pencemaran. Untuk pencucian dan pembersihan dianjurkan menggunakan: Lap

bebas serat, mesin penghisap debu dari pada udara bertekanan, dan sikat nylon daripada

sikat injuk

j. Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak melepaskan serat ke

dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh digunakan walaupun sesudahnya

disaring kembali menggunakan filter khusus yang tidak melepaskan serat

Peralatan di area produksi terbuat dari bahan inert yang digunakan untuk bagian peralatan

yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk ruahan dengan berbagai macam

bahan dasar dengan tujuan penggunaan yang berbeda-beda, diantaranya ;

Page 9: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

a. Baja tahan karat AISI 304 (American Iron and Steel Institute 304) yang mengandung antara

lain krom 18-20 % dan nikel 8-12 % . Umumnya digunakan untuk peralatan atau bagian

peralatan yang tidak bersentuhan langsung dengan bahan atau produk dan produk kering

atau serbuk yang tidak bereaksi dengan logam/baja tahan karat

b. Baja tahan karat AISI 316 atau 316 L (L=low carbon) mengandung antara lain krom 16-18

% ,nikel 10-14 % dan molibden 2-3 % dengan atau tanpa elektropolis. Digunakan untuk

pengolahan dan pengisian produk steril dan non steril, serta sistem pemipaan untuk Air

Murni dan Air untuk injeksi

c. Gelas (juga untuk pelapis) dapat digunakan untuk Pengolahan bahan awal yang bereaksi

terhadap baja tahan karat

d. Politetrafluoroetilen (PTFE), Polypropylene (PP), Polyvinyllidenedifluoride (PVDF), dan

Perfluoroalkoxy dapat digunakan untuk Pengolahan bahan awal yang bereaksi dengan bahan

di butir tersebut di atas, tetapi tidak bereaksi dengan PTFE, PP, PVDF dan Perfluoroalkoxy

e. uPVC (unplasticized polyvinylchloride) digunakan untuk peralatan pengolahan air yang

belum dimurnikan misal : tabung penukar kation-anion dan pelunak air

f. bahan inert lain seperti silicon dan chrome alloy digunakan untuk pengolahan dan pengisian

produk steril dan non steril serta sistem pemipaan untuk Air Murni dan Air untuk injeksi

Pemeliharaan dan perawatan peralatan hendaknya dijalankan menurut jadwal yang tepat

agar tetap berfungsi dengan baik dan mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah

identitas, mutu atau kemurnian produk. Prosedur-prosedur tertulis untuk perawatan peralatan

dibuat dan dipatuhi.Catatan mengenai pelaksanaan pemeliharaan dan pemakaian suatu peralatan

utama dicatat dalam buku catatan harian. Catatan untuk peralatan yang digunakan khusus untuk

satu produk saja dapat dimasukkan ke dalam catatan produksi batch produk tertentu.

B. PERSYARATAN KONDISI BAHAN BAKU

Bahan baku merupakan bahan, baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat yang

digunakan dalam pengelolaan obat dengan standar mutu sebagai bahan farmasi. Syarat utama

bahan baku adalah sebagai berikut :

- Harus memenuhi persyaratan farmakope atau buku resmi lain yang disetujui.

- Bahan-bahan yang dibeli harus sesuai dengan spesifikasi hasil uji.

Page 10: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

Spesifikasi bahan baku yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

Deskripsi bahan

Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian

Persyaratan kualitatif dan kuantitatif

Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan

Batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali

Persyaratan kondisi bahan baku adalah sebagai berikut :

1. Pengadaan bahan baku hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi

spesifikasi yang relevan.

2. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan yang tersisa hendaklah dicatat mengenai

pasokan, nomor bets/lot, tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal

kadaluarsa bila ada.

3. Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap bahan baku hendaklah memenuhi spesifikasi dan

diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi. Singkatan, kode ataupun nama

yang tidak resmi hendaklah tidak dipakai.

4. Tiap pengiriman atau bets bahan baku hendaklah diberi nomor rujukan yang akan

menunjukkan identitas pengiriman atau bets selama penyimpanan dan pengelolaan. Nomor

tersebut hendaklah jelas tercantum pada lebel wadah untuk memudahkan akses kecatatan

lengkap tentang pengiriman atau bets yang akan diperiksa.

5. Apabila dalam suatu pengiriman terdapat lebih dari satu bets maka untuk tujuan pengambilan

sampel, pengujian dan pelulusan, hendaklah dianggap sebagai bets yang terpisah.

6. Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi umum,

keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan, dan

tentang kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Sambil diambil oleh

personil dan dengan metode yang telahdisetujui oleh kepala bagian Pemastian Mutu.

7. Wadah dari mana sampel bahan baku diambil hendaklah diberi identifikasi.

8. Sampel bahan baku hendaklah diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi. Dalam keadaan

tertentu, pemenuhan sebagian atau keseluruhan terhadap spesifikasi dapat ditunjukkan dengan

sertifikat analisis yang diperkuat dengan pemastian identitas yang dilakukan sendiri.

Page 11: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

9. Hendaklah diambil langkah yang menjamin bahwa semua wadah pada suatu pengiriman berisi

bahan baku yang benar, dan melakukan pengamanan terhadap kemungkinan salah penandaan

wadah oleh pemasok.

10. Bahan baku yang diterima hendaklah disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala

bagian Pemastian Mutu.

11. Bahan baku di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label hendaklah

memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:

Nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan

Nomor bets/control yang diberikan pada saat penerimaan bahan.

Status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak)

Tanggal daluarsa atau tanggal uji ulang bila perlu.

Jika digunakan sistem dengan komputerisasi yang divalidasi lengkap. Maka semua

keterangan di atas tidak perlu dalam bentuk tulisan yang terbaca pada label.

12. Label yang menunjukkan status bahan baku hendaklah ditempelkan oleh personil yang

ditunjuk oleh Kepala bagian Pemastian Mutu. Untuk mencegah kekeliruan, label tersebut

hendaklah berbeda dengan label yang digunakan oleh pemasok misalnya dengan

mencantumkan nama atau logo perusahaan, maka label penunjuk status hendaklah juga

diubah.

13. Persediaan bahan baku hendaklah diperiksa secara berkala untuk meyakinkan bahwa wadah

tertutup rapat dan diberi label dengan benar, dan dalam kondisi yang baik. Terhadap bahan

tersebut hendaklah dilakukan pengambilan sampel dan pengujian ulang secara berkala sesuai

dengan spesifikasi yang ditetapkan. Pelaksanaan pengambilan sampel ulang hendaklah

diawali dengan penempelan label uji ulang dan/atau dengan menggunakan sistem

dokumentasi yang sama efektifnya.

14. Bahan baku terutama yang dapat mengalami kerusakan karena terpapar pada panas,

hendaklah disimpan di dalam ruangan dengan suhu udaranya dikendalikan dengan ketat;

bahan yang peka terhadap kelembaban dan/atau cahaya hendaklah disimpan dengan benar di

dalam ruangan yang dikendalikan kondisinya.

15. Penyerahan bahan baku untuk produksi hendaklah dilakukan oleh personil yang berwenang

sesuai dengan prosedur yang telah disetujui. Catatan persedian bahan hendaklah disimpan

dengan baik agar rekonsiliasi bahan dapat dilakukan.

Page 12: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

16. Alat timbang hendaklah diverifikasi tiap hari sebelum dipakai untuk membuktikan bahwa

kapasitas, ketelitian dan ketepatannya memenuhi persyaratan sesuai dengan jumlah bahan

yang akan ditimbang.

17. Semua bahan baku yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang menyolok, ditempatkan

terpisah dan dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasoknya.

C. KELENGKAPAN DOKUMEN

1. Spesifikasi

Hendaklah tersedia spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi yang disahkan

dengan benar dan diberi tanggal; di mana perlu, hendaklah juga tersedia spesifikasi bagi produk

antara dan produk ruahan.

2. Spesifikasi Bahan Awal

Spesifikasi bahan awal hendaklah mencakup, di mana diperlukan:

a) Deskripsi bahan, termasuk:

nama yang ditentukan dan kode referen (kode produksi) internal;

rujukan monografi farmakope, bila ada;

pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan;

standar mikrobiologis, bila ada;

b) petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan;

c) persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan;

d) kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan; dan

e) batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.

3. Spesifikasi Bahan Pengemas

Spesifikasi bahan pengemas hendaklah mencakup, di mana diperlukan:

a) deskripsi bahan, termasuk

nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk) internal;

rujukan monografi farmakope, bila ada;

pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan;

standar mikrobiologis, bila ada;

Page 13: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

spesimen bahan pengemas cetak, termasuk warna;

b) petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan;

c) persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan;

d) kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan; dan

e) batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.

4. Spesifikasi Produk Antara dan Produk Ruahan

Spesifikasi produk antara dan produk ruahan hendaklah tersedia, apabila produk tersebut

dibeli atau dikirim, atau apabila data dari produk antara digunakan untuk mengevaluasi produk

jadi. Spesifikasi hendaklah mirip dengan spesifikasi bahan awal atau produk jadi, sesuai

keperluan.

5. Spesifikasi Produk Jadi

Spesifikasi produk jadi hendaklah mencakup:

a) nama produk yang ditentukan dan kode referen (kode produk);

b) formula/komposisi atau rujukan;

c) deskripsi bentuk sediaan dan uraian mengenai kemasan, termasuk ukuran kemasan;

d) petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan;

e) persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan;

f) kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan khusus, bila diperlukan; dan

g) masa edar/simpan.

6. Dokumen Produksi

Dokumen yang esensial dalam produksi adalah:

a. Dokumen Produksi Induk yang berisi formula produksi dari suatu produk dalam bentuk

sediaan dan kekuatan tertentu, tidak tergantung dari ukuran bets;

b. Prosedur Produksi Induk, terdiri dari Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan

Induk, yang masing-masing berisi prosedur pengolahan dan prosedur pengemasan yang rinci

untuk suatu produk dengan bentuk sediaan, kekuatan dan ukuran bets spesifik. Prosedur

Produksi Induk dipersyaratkan divalidasi sebelum mendapat pengesahan untuk digunakan;

dan

Page 14: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

c. Catatan Produksi Bets, terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets,

yang merupakan reproduksi dari masing-masing Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur

Pengemasan Induk, dan berisi semua data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan

produksi dari suatu bets produk. Kadang-kadang pada Catatan Produksi Bets, prosedur yang

tertera dalam Prosedur Produksi Induk tidak lagi dicantumkan secara rinci.

7. Dokumen Produksi Induk

Dokumen Produksi Induk yang disahkan secara formal hendaklah mencakup nama, bentuk

sediaan, kekuatan dan deskripsi produk, nama penyusun dan bagiannya, nama pemeriksa serta

daftar distribusi dokumen dan berisi hal sebagai berikut:

a) informasi bersifat umum yang menguraikan jenis bahan pengemas primer yang harus

digunakan atau aternatifnya, pernyataan mengenai stabilitas produk, tindakan pengamanan

selama penyimpanan dan tindakan pengamanan lain yang harus dilakukan selama pengolahan

dan pengemasan produk;

b) komposisi atau formula produk untuk tiap satuan dosis dan untuk satu sampel ukuran bets;

c) daftar lengkap bahan awal, baik yang tidak akan berubah maupun yang akan mengalami

perubahan selama proses;

d) spesifikasi bahan awal;

e) daftar lengkap bahan pengemas;

f) spesifikasi bahan pengemas primer;

g) prosedur pengolahan dan pengemasan;

h) daftar peralatan yang dapat digunakan untuk pengolahan dan pengemasan;

i) pengawasan selama-proses pengolahan dan pengemasan; dan

j) masa edar/simpan.

8. Dokumentasi Prosedur Pengolahan Induk

Prosedur Pengolahan Induk yang disahkan secara formal hendaklah tersedia untuk tiap produk

dan ukuran bets yang akan dibuat. Prosedur Pengolahan Induk hendaklah mencakup:

a) nama produk dengan kode referen produk yang merujuk pada spesifikasinya;

b) deskripsi bentuk sediaan, kekuatan produk dan ukuran bets;

Page 15: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

c) daftar dari semua bahan awal yang harus digunakan, dengan menyebutkan masing-masing

jumlahnya, dinyatakan dengan menggunakan nama dan referen (kode produk) yang khusus

bagi bahan itu; hendaklah dicantumkan apabila ada bahan yang hilang selama proses;

d) pernyataan mengenai hasil akhir yang diharapkan dengan batas penerimaan, dan bila perlu,

tiap hasil antara yang relevan;

e) pernyataan mengenai lokasi pengolahan dan peralatan utama yang harus digunakan;

f) metode atau rujukan metode yang harus digunakan untuk mempersiapkan peralatan kritis

(misalnya pembersihan, perakitan, kalibrasi, sterilisasi);

g) instruksi rinci tahap proses (misalnya pemeriksaan bahan, perlakuan awal, urutan

penambahan bahan, waktu pencampuran, suhu);

h) instruksi untuk semua pengawasan selama-proses dengan batas penerimaannya;

i) bila perlu, syarat penyimpanan produk ruahan; termasuk wadah, pelabelan dan kondisi

penyimpanan khusus, di mana perlu; dan

j) semua tindakan khusus yang harus diperhatikan.

9. Dokumentasi Prosedur Pengemasan Induk

Prosedur Pengemasan Induk yang disahkan secara formal hendaklah tersedia untuk tiap

produk dan ukuran bets serta ukuran dan jenis kemasan. Dokumen ini umumnya mencakup, atau

merujuk, pada hal berikut:

a) nama produk;

b) deskripsi bentuk sediaan dan kekuatannya, di mana perlu;

c) ukuran kemasan yang dinyatakan dalam angka, berat atau volume produk dalam wadah akhir;

d) daftar lengkap semua bahan pengemas yang diperlukan untuk satu bets standar, termasuk

jumlah, ukuran dan jenis bersama kode atau nomor referen yang berkaitan dengan spesifikasi

tiap bahan pengemas;

e) di mana sesuai, contoh atau reproduksi dari bahan pengemas cetak yang relevan dan spesimen

yang menunjukkan tempat untuk mencetak nomor bets dan tanggal daluwarsa bets;

f) tindakan khusus yang harus diperhatikan, termasuk pemeriksaan secara cermat area dan

peralatan untuk memastikan kesiapan jalur (line clearance) sebelum kegiatan dimulai;

Page 16: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

g) uraian kegiatan pengemasan, termasuk segala kegiatan tambahan yang signifikan serta

peralatan yang harus digunakan; dan

h) pengawasan selama-proses yang rinci termasuk pengambilan sampel dan batas penerimaan.

10. Dokumentasi Catatan Pengolahan Bets

Catatan Pengolahan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang diolah. Dokumen ini

hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari Prosedur Pengolahan Induk yang berlaku.

Metode pembuatan catatan ini hendaklah didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi.

Catatan hendaklah mencantumkan nomor bets yang sedang dibuat.

Sebelum suatu proses dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan yang dicatat, bahwa

peralatan dan tempat kerja telah bebas dari produk dan dokumen sebelumnya atau bahan yang

tidak diperlukan untuk pengolahan yang direncanakan, serta peralatan bersih dan sesuai untuk

penggunaannya.

Selama pengolahan, informasi sebagai berikut hendaklah dicatat pada saat tiap tindakan

dilakukan dan - setelah lengkap - hendaklah catatan diberi tanggal dan ditandatangani dengan

persetujuan dari personil yang bertanggung jawab untuk kegiatan pengolahan:

a) nama produk;

b) tanggal dan waktu dari permulaan, dari tahap antara yang signifikan dan dari penyelesaian

pengolahan;

c) nama personil yang bertanggung jawab untuk tiap tahap proses;

d) paraf operator untuk berbagai langkah pengolahan yang signifikan dan, di mana perlu, paraf

personil yang memeriksa tiap kegiatan ini (misalnya penimbangan);

e) nomor bets dan/atau nomor kontrol analisis dan jumlah nyata tiap bahan awal yang

ditimbang atau diukur (termasuk nomor bets dan jumlah bahan hasil pemulihan atau hasil

pengolahan ulang yang ditambahkan);

f) semua kegiatan pengolahan atau kejadian yang relevan dan peralatan utama yang digunakan;

g) catatan pengawasan selama-proses dan paraf personil yang melaksanakan serta hasil yang

diperoleh;

h) jumlah hasil produk yang diperoleh dari tahap pengolahan berbeda dan penting; dan

i) catatan mengenai masalah khusus yang terjadi termasuk uraiannya dengan tanda tangan

pengesahan untuk segala penyimpangan terhadap Prosedur Pengolahan Induk.

Page 17: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

11. Dokumentasi Catatan Pengemasan Bets

Catatan Pengemasan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang dikemas. Dokumen ini

hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari Prosedur Pengemasan Induk yang berlaku dan

metode pembuatan catatan ini hendaklah didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi.

Catatan hendaklah mencantumkan nomor bets dan jumlah produk jadi yang direncanakan akan

diperoleh.

Sebelum suatu kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan yang

dicatat, bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas dari produk dan dokumen sebelumnya atau

bahan yang tidak diperlukan untuk pengemasan yang direncanakan, serta peralatan bersih dan

sesuai untuk penggunaannya.

Selama pengemasan, informasi sebagai berikut hendaklah dicatat pada saat tiap tindakan

dilakukan dan setelah lengkap hendaklah catatan diberi tanggal dan ditandatangani dengan

persetujuan dari personil yang bertanggung jawab untuk kegiatan pengemasan:

a) nama produk;

b) tanggal dan waktu tiap kegiatan pengemasan;

c) nama personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pengemasan;

d) paraf operator dari berbagai langkah pengemasan yang signifikan;

e) catatan pemeriksaan terhadap identitas dan konformitas dengan Prosedur Pengemasan Induk

termasuk hasil pengawasan selama-proses;

f) rincian kegiatan pengemasan yang dilakukan, termasuk referensi peralatan dan jalur

pengemasan yang digunakan;

g) apabila dimungkinkan, sampel bahan pengemas cetak yang digunakan, termasuk spesimen

dari kodifikasi bets, pencetakan tanggal daluwarsa serta semua pencetakan tambahan;

h) catatan mengenai masalah khusus yang terjadi termasuk uraiannya dengan tanda tangan

pengesahan untuk semua penyimpangan terhadap Prosedur Pengemasan Induk; dan

i) jumlah dan nomor referen atau identifikasi dari semua bahan pengemas cetak dan produk

ruahan yang diserahkan, digunakan, dimusnahkan atau dikembalikan ke stok dan jumlah

produk yang diperoleh untuk melakukan rekonsiliasi yang memadai.

D. SCALE UP

Page 18: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

Secara umum, scale up didefinisikan sebagai proses untuk meningkatkan ukuran batch atau

prosedur untuk menerapkan proses yang sama untuk volume output yang berbeda. Scale up

penting untuk mengetahui pengaruh skala pada kualitas produk. Bertujuan untuk memberikan

wawasan praktis aspek dari proses scale up. Dalam aplikasi pencampuran, scale up berkaitan

dengan peningkatan dimensi linear dari ukuran laboratorium dengan ukuran industri. Di sisi lain,

ada proses (misalnya, tablet) yang " scale up " berarti memperbesar output dengan meningkatkan

kecepatan. Dalam perpindahan antara R&D ke skala produksi kadang diperlukan intermediate

batch scale. Hal ini dicapai pada skala yang disebut dengan skala pilot, yang didefinisikan

sebagai pembuatan produk obat dengan mewakili seluruh prosedur yang digunakan untuk skala

penuh. Ini juga memungkinkan produksi produk yang cukup untuk pengujian klinis dan sampel

untuk pemasaran. Namun, dalam sebuah proses tidak mungkin menghasilkan produk yang

sempurna baik di laboratorium dan pilot plant atau kegagalan kualitas tes jaminan dalam

produksi.Tujuan dari scale up sebagai berikut :

Formulation related

Mengidentifikasi dan mengontrol komponen penting dan variabel lainnya

Equipment related

Identifikasi dan kontrol parameter penting dan rentang pengoperasian

Documentation

Production and process related

Evaluasi, validasi dan kontrol akhir

Product related

Pengembangan dan validasi prosedur pengolahan.

Scale up dilakukan jika terdapat produk baru dan permintaan suatu produk meningkat. Saat

permintaan meningkat scale up dilakukan dengan penambahan waktu produksi untuk produk

tersebut atau dengan cara meminjam mesin yang tidak digunakan untuk produksi tetapi mesin

tersebut harus memiliki sistem kerja yang sama. Sedangkan tahapan scale-up untuk produk baru

adalah sebagai berikut :

a) Studi literatur untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan formula yang akan dibuat.

b) Menyusun formula alternatif.

c) Dikerjakan formulasi alternatif untuk skala laboratorium.

d) Mengevaluasi formula alternatif dan dipilih satu formula terpilih kemudian dianalisa.

Page 19: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

e) Melaksanakan validasi proses terhadap formula yang memenuhi syarat.

f) Melakukan uji stabilitas dipercepat terhadap formula terpilih dalam skala pilot.

g) Melakukan produksi formula terpilih dalam skala pilot.

h) Menyusun dokumen yang diperlukan untuk keperluan pra-registrasi.

i) Uji bioavailabilitas dan bioekivalensi bila diperlukan.

E. KUALIFIKASI PERSONALIA

1. Prinsip

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian

mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri farmasi

bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai

untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-

masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh

pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan

dengan pekerjaannya.

Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis

dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah tidak dibebani tanggung jawab yang

berlebihan untuk menghindarkan risiko terhadap mutu obat.

2. Personil Kunci

Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan

kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh personil

purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) atau

kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain.

3. Organisasi, Kualifikasi Dan Tanggung Jawab

Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian produksi,

pengawasan mutu, manajemen mutu (pemastian mutu) dipimpin oleh orang yang berbeda serta

tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing personil hendaklah

diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang diperlukan untuk dapat melaksanakan

tugasnya secara efektif. Hendaklah personil tersebut tidak mempunyai kepentingan lain di luar

Page 20: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

organisasi yang dapat menghambat atau membatasi kewajibannya dalam melaksanakan tanggung

jawab atau yang dapat menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau finansial.

a. Kepala bagian produksi

Kepala bagian Produksi hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi,

memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang

pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan

tugasnya secara profesional, selain itu mampu berbahasa inggris yang baik, memiliki

pengalaman dan pengetahuan mengenai peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat dan

memiliki ketrampilan kepemimpinan yang tersertifikasi. Kepala bagian Produksi hendaklah

diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat, termasuk:

- Memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar memenuhi

persyaratan mutu yang ditetapkan;

- Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan memastikan

bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat;

- Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh kepala

bagian Produksi sebelum diserahkan kepada kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian

Mutu);

- Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian produksi;

- Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan

- Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya

dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.

Di samping itu, kepala bagian Produksi bersama dengan kepala bagian Pengawasan Mutu dan

penanggung jawab teknik hendaklah memiliki tanggung jawab bersama terhadap aspek yang

berkaitan dengan mutu.

b. Kepala bagian pengawasan mutu

Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang apoteker terkualifikasi dan memperoleh

pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan

manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional,

memiliki pengalaman dalam menyiapkan peralatan laboratorium dan menggunakan metode

termutakhir, memiliki kemampuan dalam menyiapkan metode analisa, Memiliki pengetahuan

dan pengalaman dalam CPOB, In Process Control (IPC) dan pengujian stabilitas, menguasai

Page 21: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

bahasa Inggris dengan baik dan Memiliki ketrampilan kepemimpinan yang tersertifikasi..

Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh

dalam pengawasan mutu, termasuk:

- Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan

produk jadi;

- Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan;

- Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan sampel, metode

pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain;

- Memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak;

- Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian pengawasan

mutu;

- Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan

- Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya

dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan

c. Kepala bagian manajemen mutu (Pemastian mutu)

Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang apoteker yang

terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis

yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan

tugasnya secara profesional, memiliki pengalaman dan pengetahuan dibidang pembuatan obat

serta pengujian fisis dan analisa kimia, memiliki pengetahuan mengenai peralatan yang

digunakan dalam pembuatan obat dan laboratorium terkini, memiliki pengetahuan mengenai

CPOB baik nasional maupun internasional, menguasai bahasa Inggris dengan baik dan

memiliki ketrampilan kepemimpinan yang tersertifikasi. Kepala bagian Manajemen Mutu

(Pemastian Mutu) hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk

melaksanakan tugas yang berhubungan dengan sistem mutu/ pemastian mutu, termasuk:

- Memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu;

- Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu perusahaan;

- Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala;

- Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu;

- Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit terhadap

pemasok);

Page 22: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

- Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi;

- Memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Badan Pengawas Obat dan

Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan mutu produk jadi;

- Mengevaluasi/mengkaji catatan bets; dan

- Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan semua

faktor terkait.

Masing-masing kepala bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen Mutu (Pemastian

Mutu) memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan

dengan mutu, yang berdasarkan peraturan Badan POM mencakup:

- Otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen;

- Pemantauan dan pengendalian ling-kungan pembuatan obat;

- Higiene pabrik;

- Validasi proses;

- Pelatihan;

- Persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan;

- Persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan kontrak;

- Penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk;

- Penyimpanan catatan;

- Pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB;

- Inspeksi, penyelidikan dan pengambilan sampel, untuk

- Pemantauan faktor yang mungkin berdampak terhadap mutu produk.

4. Pelatihan Personalia

Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena tugasnya

harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil

teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat

berdampak pada mutu produk.

Di samping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru hendaklah mendapat

pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga

diberikan, dan efektifitas penerapannya hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia

Page 23: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-masing. Catatan pelatihan hendaklah

disimpan.

Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di area di mana

pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan berpotensi

tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi.

Pengunjung atau personil yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya tidak masuk ke area

produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Bila tidak dapat dihindarkan, hendaklah mereka

diberi penjelasan lebih dahulu, terutama mengenai higiene perorangan dan pakaian pelindung

yang dipersyaratkan serta diawasi dengan ketat.

Konsep Pemastian Mutu dan semua tindakan yang tepat untuk meningkatkan pemahaman dan

penerapannya hendaklah dibahas secara mendalam selama pelatihan. Pelatihan hendaklah

diberikan oleh orang yang terkualifikasi.

Cakupan Program Pelatihan:

- Materi umum yang harus diberikan kepada semua personil pada hari pertama kerjanya

- CPOB dasar (mikrobiologi dan higiene perorangan) kepada semua personil

- CPOB spesifik kepada personil berkaitan

- Pemahaman semua Protap, metode analisis dan prosedur lain bagi personil berkaitan

- Pengetahuan mengenai sifat bahan / produk, cara pengolahan dan pengemasan.

Tabel 1. Program Pelatihan Personalia

No

Jenis Pelatihan Tipe Pelatihan Contoh Pelatihan

1 Pelatihan Umum Orientasi Umum Pengenalan perusahaan

Pengenalan produk

Uraian tugas karyawan bersangkutan

Pengenalan pabrik (tempat industri)

CPOB Dasar Kekhusususan industri farmasi

Page 24: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

Higiene perorangan

Kebersihan secara umum

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Latihan P3K

Penanganan bahan berbahaya

Penanggulangan bahaya kebakaran

Keselamatan kerja

2 Pelatihan Khusus Orientasi UmumPenjelasan tentang bekerja di

daerah tertentu misalnya di ruang steril dan ganti pakaian untuk

karyawan ruang sterilPenjelasan tentang penggunaan

alat-alat tertentu,

Pelatihan Ditempat Pelatihan melaksanakan protap/tata cara bekerja di bagian tertentu

Pelatihan teknis khusus mengenai cara penggunaan alat

3 Pelatihan Tambahan Penjelasan jika ada perubahan/peraturan atau hal baru baik

mengenai CPOB, protap, alat baru, maupun produk baru

Studi khusus, misal membicarakan kesalahan yang pernah terjadi dan cara

mengatasinya

NOTULEN

1. Bistok:

Kualifikasi personalia, syaratnya adalah seorang apoteker. Bagaimana dengan industri

kosmetik atau makanan? Apakah tetap harus seorang apoteker?

Jawab:

Page 25: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

Kepala bagian produksi, QA dan QC di industri obat manapun harus apoteker. Namun selain

di industri obat, QA dapat dikepalai oleh selain apoteker.

2. Umi:

a. Registrasi manager produksi, QC dengan QA bagaimana cara pendaftarannya dan

kemana? Apakah ada perbedaan?

b. Tata letak bangunan, lebih mengikuti kepada persyaratan yang ada atau gambar yang

ditampilkan?

Jawab:

a. Penempatan QC, QA maupun produksi ada kualifikasi tersendiri dari masing-masing

perusahaan. Jika sudah diangkat dan terlihat banyak mengalami perkembangan, maka

dapat diregistrasi oleh IAI.

b. Tidak harus sesuai dengan gambar, yang jelas harus ada pembagian area, seperti: black

area, grey area, ruang antara dan pembagian kelas ruangan. Intinya harus mencegah

terjadinya kontaminasi antar ruang dengan pengaturan udara yang baik.

3. Raina:

a. Bangunan, ruangan, peralatan harus divalidasi. Penggantian lampu harus divalidasi atau

tidak? Jika lampu diganti, apakah harus divalidasi ulang atau bagaimana?

b. Untuk skala pilot dengan skala produksi apakah harus menggunakan mesin yang sama?

c. Apakah produki skala pilot itu bisa dipasarkan?

Jawab:

a. Sebelum pabrik industri dibangun, sudah dibuat rencana induk validasi. Jika ada apapun

atau sekecil apapun alat atau bangunan diganti, maka tetap harus divalidasi terlebih

dahulu.

b. Jika bisa dengan mesin yang sama. Karena skala pilot merupakan penyesuaian dari

skala lab ke skala industri. Tetapi walaupun dengan mesin yang berbeda, sebisa

mungkin dengan mesin yang sistem kerjanya sama atau dapat pula dengan sistem

kontrak.

c. Produksi skala pilot tidak bisa dipasarkan, karena skala pilot masih merupakan

perantara dari skala lab ke skala industri, selain itu skala pilot belum diregistrasi.

4. Devi A. Arianto:

a. Bahan baku harus dari distributor atau boleh langsung ke pabrik?

Page 26: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

b. Kapan bahan baku dikarantina dan kapan dikembalikan ?

Jawab:

a. Bahan baku harus langsung dari distributor, setelah itu baru ke pabrik.

b. Saat proses penerimaan bahan, bahan tersebut di-check oleh QC. Jika bahan tersebut

sesuai maka dapat dikarantina, jika tidak sesuai, maka bahan tersebut dapat

dikembalikan ataupun dimusnahkan.

5. Willy Klisman:

Jika ada kontaminasi, bagaimana dengan penanganannya?

Jawab:

Jika kontaminasi terjadi pada produk steril, maka produk langsung dimusnahkan. Sedangkan

jika terjadi pada produk non steril, maka jika produk masih terkualifikasi maka produksi

dapat dilanjutkan, tetapi jika produk sudah tidak terkualifikasi, maka produk harus

dimusnahkan.

Untuk mencegah adanya kontaminasi, maka diharuskan adanya line clearance yang

merupakan suatu pengecekan dari awal sampai akhir.

6. Ribhan:

Jika ada bangunan yang tidak terawat, tetapi masih memproduksi. Bagaimana?

Jawab:

Perawatan merupakan bagian inti dari validasi. Bangunan yang terawat belum tentu

tervalidasi, apalagi dengan bangunan yang tidak terawat. Jika di industri farmasi tidak

mengikuti spesifikasi perawatan yang sesuai, maka sertifikasi CPOB bisa dicabut.

7. Hananto:

Bagaimana settingan sirkulasi udara dan pendingin agar tidak terjadi kontaminasi?

Jawab:

Antar ruangan ada ventilasi. Sirkulasi udara diatur sedemikian rupa agar dalam ruangan

mengandung partikel udara tidak lebih dari standar yang seharusnya.

- Pipa saluran udara hendaklah dipasang di atas langit-langit atau di koridor untuk

menghindari penumpukan debu yang sulit dibersihkan di permukaan pipa.

- Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah dipasang

sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk.

Page 27: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

- Udara dari suatu ruang proses yang disirkulasi balik dapat dilewatkan melalui HEPA

filter sebelum dialirkan kembali ke ruang proses untuk mencegah kontaminasi silang

melalui udara di lingkungan

- Sarana penunjang khusus dapat berupa sistem penghisap debu atau sarana yang

dilengkapi LAF.

Suhu ruangan tergantung berdasarkan settingan mesin (menyesuaikan dengan mesin)

8. Hedi:

a. Produksi antibiotik steril & non steril, apakah ada syarat khusus bangunan ?

b. Personil tiap proses boleh sama ?

Jawab:

a. Bangunan antara produk steril dan non steril dipisah. Keduanya memiliki spesifikasi

masing-masing.

b. Berbeda. Karena setiap personil di setiap bagian memiliki jadwal tersendiri, selain itu

kemampuan yang dimiliki tiap personil juga berbeda. Seperti personil yang menangani

produk yang memproduksi hormon, dkhususkan untuk orang-orang tertentu dan tidak

bisa sembarangan. Begitupun dengan personil yang menangani produk β-laktam,

personilnya kadang terbatas.

9. Elsiyantri:

a. Kenapa perlu scale up?

b. Tahapan scale up?

Jawab:

a. Scale up dilakukan jika ada obat baru atau produksi baru. Selain itu dilakukan jika

terjadi peningkatan jumlah produksi dari pasar.

b. Tahapan scale up:

- Studi literatur untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan formula yang

akan dibuat

- Menyusun formula alternatif

- Dikerjakan formulasi alternatif untuk skala labolatorium

- Mengevaluasi formula alternatif dan dipilih satu formula terpilih kemudian

dianalisa.

- Melaksanakan validasi proses terhadap formula yang memenuhi syarat.

Page 28: Makalah Bab IV (Persiapan Produksi) Kel. 9 B

- Melakukan uji stabilitas dipercepat terhadap formula terpilih

- Melakukan produksi formula terpilih dalam skala pilot

- Menyusun dokumen yang diperlukan untuk keperluan pra-registrasi

- Uji bioavailabilitas dan bioekivalensi bila diperlukan.