Upload
thitariskita
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
1/35
RESUME FARMASI INDUSTRI
PERSIAPAN PRODUKSI
Disusun oleh :
Kelompok 6/A
Dhea Samantha H. 260112130522
Lisna Meylina 260112130523
Tita Pristi Dwi C. 260112130524
Farikha Fitroh M. 260112130525
UNIVERSITAS PADJADJARAN
PROFESI APOTEKER
JATINANGOR
2014
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
2/35
A. PERSYARATAN KONDISI FASILITAS PRODUKSI
1. BANGUNAN
Salah satu perubahan penting dalam CPOB 2006 adalah persyaratan bangunan
untuk industri farnasi, terutama menyangkut sistem tata udara (air handling system/
AHS). Perubahan penting lainnya adalah masalah tata letak ruang (lay out) bangunan
industri farmasi. Masalah tata letak ruang mendapat perhatian yang cukup serius, bahkan
termasuk ke dalam kelompok kritis. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kontaminasi
silang produk selama proses produksi obat berlangsung (Priyambodo, 2007).
Perbedaan tekanan udara, sistem penghisap debu, dan sistem penyaringan udara
serta sirkulasi udara di dalam daerah proses produksi, merupakan hal yang sangat penting
yang perlu mendapat perhatian lebih. Di samping itu, poin penting lain klasifikasi ruang
produksi yang telah lama dikenal selama ini, yaitu ruang kelas I (putih/ white), kelas II
(bersih/ clean), kelas III (abu-abu/ grey), dan kelas IV (hitam/ black) (Priyambodo,
2007).
a) Prinsip
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi
dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk
memudahkan pelaksanaan operasi yang benar (BPOM, 2006).
b) Pemilihan Lokasi
Dalam memilih lokasi bangunan industri farmasi harus diperhatikan beberapa aspek,
di antaranya adalah apakah ada sumber pencemaran yang berasal dari lingkungan di
sekitarnya serta potensi pencemaran oleh industri terhadap lingkungan di sekitarnya.
Perlu dilakukan langkah pencegahan yang sesuai agar pencemaran tidak
memengaruhi kualitas produk yang dibuat. Untuk itu, bangunan industri farmasi
harus memiliki perlindungan yang memadai terhadap:
o
Cuaca, misalnya dengan memberikan cat tahan cuaca pada tembok.
o Banjir, misalnya letak bangunan dibuat cukup tinggi.
o Renbesan air melalui tanah, misalnya dengan membuat pondasi bangunan yang
tahan terhadap rembesan air sesuai dengan teknik bangunan yang berlaku.
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
3/35
o Serangga dan binatang pengerat, misalnya pemberian saringan udara pada saluran
pengendali udara, pemasangan kawat kasa dan/ atau tirai plastik (Priyambodo,
2007).
Area pabrik dibagi menjadi 4 zona dimana masing-masing zona memiliki
spesifikasi tertentu. Empat zona tersebut meliputi :
o Unclassif ied Area
Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (Unclassified area) tetapi untuk
kepentingan tertentu ada beberapa parameter yang dipantau. Termasuk
didalamnya adalah laboratorium kimia (suhu terkontrol), gudang (suhu terkontrol
untuk cold storagedan cool room), kantor, kantin, ruang ganti dan ruang teknik.
o Black area
Area ini disebut juga area kelas E. Ruangan ataupun area yang termasuk dalam
kelas ini adalah koridor yang menghubungkan ruang ganti dengan area produksi,
area staging bahan kemas dan ruang kemas sekunder. Setiap karyawan wajib
mengenakan sepatu dan pakaian black area (dengan penutup kepala).
o Grey area
Area ini disebut juga area kelas D. Ruangan ataupun area yang masuk dalam kelas
ini adalah ruang produksi produk non steril, ruang pengemasan primer, ruang
timbang, laboratorium mikrobiologi (ruang preparasi, ruang uji potensi dan
inkubasi), ruang sampling di gudang. Setiap karyawan yang masuk ke area ini
wajib mengenakan gowning (pakaian dan sepatu grey). Antara black area dan
grey area dibatasi ruang ganti pakaian grey dan airlock.
o Whi te area
Area ini disebut juga area kelas C, B dan A (dibawah LAF). Ruangan yang masuk
dalam area ini adalah ruangan yang digunakan untuk penimbangan bahan baku
produksi steril, ruang mixing untuk produksi steril ,background ruang filling ,
laboratorium mikrobiologi (ruang uji sterilitas). Setiap karyawan yang akan
memasuki area ini wajib mengenakan pakaian antistatik (pakaian dan sepatu yang
tidak melepas partikel). Antara grey area dan white area dipisahkan oleh ruang
ganti pakaian whitedan airlock.
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
4/35
Airlock berfungsi sebagai ruang penyangga antara 2 ruang dengan kelas
kebersihan yang berbeda untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari ruangan
dengan kelas kebersihan lebih rendah ke ruang dengan kelas kebersihan lebih tinggi.
Berdasarkan CPOB, ruang diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan E, dimana
setiap kelas memiliki persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba, tekanan,
kelembaban udara dan air change rate.
Desain dan tata letak ruang perlu memperhatikan:
a. kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di dalam
sarana yang sama atau sarana yang berdampingan
b. pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi
personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau
produk selain yang sedang diproses.
Tata-letak ruang produksi dirancang sedemikian rupa untuk memungkinkan
kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan antara satudengan lain
mengikuti urutan tahap produksi, mencegah kesesakan dan ketidakteraturan
danmemungkinkan terlaksananya komunikasi dan pengawasan yang efektif sehingga
Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses
hendaklahmemadai untuk memungkinkan penempatan peralatan dan bahan secara
teratur dan sesuai dengan alur proses.
c) Area Penimbangan
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan
carapenimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang
didesainkhusus .Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau area
produksi.
d) Area Produksi
Usaha untuk memperkecil resiko bahaya medis yang serius akibat terjadinya
pencemaran silang , suatu sarana khusus danself-containerhendaklah disediakan
untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat menimbulkan sensitif tinggi,
produk lainya seperti anti biotik tertentu (missal penisilin). Produk hormone seks,
produk sitotoksik, produk tertentu dengan bahna aktif berpotensi tinggi, produk
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
5/35
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
6/35
2. Kelas A atau kelas 100, berada dibawah aliran udara laminar dan memiliki
efisiensi saringan udara akhir sebesar 99,995%.
3. Kelas B atau kelas 100, merupakan ruangan steril, kelas ini adalah lingkungan
latar belakang zona kelas A dan memiliki efisiensi saringan udara akhir sebesar
99,995%.
4. Kelas C atau kelas 10.000, merupakan ruang bersih, memiliki saringan udara
sebesar 99.95%.
5. Kelas D atau kelas 100.000, merupakan ruang bersih, memiliki saringan udara
sebesar 99.95%.
6. Kelas E adalah ruangan umum dan ruangan khusus, memiliki saringan udara
sebesar 99.95%.
7.
Kelas F adalah ruangan pengemasan sekunder.
8. Kelas G adalah ruang gudang
Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar, dirancang dan dilengkapi
dengan bak control serta ventilasi yang baik maupun mencegah aliran balik sedapat
mungkin saluran terbuka dicegah tetapi bila perlu hendaklah cukup dangkal untuk
memudahkan pembersihan dan disinfeksi. Area produksi hendaklah diventilasi secara
efektif dengan mengunakan sistem pengendalian udara termasuk filter udara dengan
tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran dan pencemaran silang,
pengendalian kelembaban udara sesuai kebutuhan produk yang diproses dan kegiatan
yang dilakukan di dalam ruangan dan dampaknya terhadap lingkungan luar
pabrik.Area dimana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu misalnya pada saat
pengambilan sempel, penimbangan bahan /produk, pencampuran dan pengolahan
bahan atau produk pengemasan produk serbuk, memerlukan sarana penunjang khusus
untuk mencegah pencemaran silang dan memudahkan pembersihan.
Tata letak ruang area pengemasan dirancang khusus untuk mencegah campur
baur atau pencemaran silang. Area produksi hendaklah mendapat penerangan yang
memadai, terutama penerangan di mana pengawasan visual dilakukan pada saat
proses berjalan.Pengawasan selama proses dapat dilakukan di dalam area produksi
sepanjang kegiatan tersebut tidak menimbulkan resiko terhadap produksi obat. Pintu
area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar, separti pintu bahaya
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
7/35
kebakaran, hendaklah ditutup rapat.pintu tersebut hendaklah diamankan sedemikian
rupa sehingga hanya dapat digunakan dalam keadaan darurat sebagai pintu keluar.
Pintu dalam area produksi yang berfungsi sebagai barier terhadap pencemaran silang
hendaklah selalu ditutup apabila sedang tidak digunakan.
e) Area Penyimpanan
Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai
untuk menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk
(seperti:bahan awal dan bahan pengemas), produk antara, produk ruahan dan produk
jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang
ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran. Area
penyimpanan hendaklah didesain atau disesuaikan untuk menjaminkondisipenyimpanan yang baik terutama area tersebut hendaklah bersih, kering dan
mendapat penerangan yang cukup serta dipelihara dalam batas suhu yangditetapkan.
Apabila kondisi penyimpanan khusus (misalnya: suhu dan kelembaban udara)
dibutuhkan, kondisi tersebut hendaklah disiapkan, dikendalikan, dipantau dan dicatat.
Area penerimaan dan pengiriman barang hendaklah dapat memberikan
perlindungan bahan dan produk terhadap cuaca.Area penerimaan hendaklah didesain
dan dilengkapi dengan peralatan yang sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah
barang bila perlu.Apabila status karantina dipastikan dengan cara penyimpanan di
area terpisah, maka area tersebut harus diberi penandaan yang jelas dan akses ke area
tersebut terbatas bagi personil yang berwenang. Sistem lain untuk menggantikan
sistem karantina barang secara fisik hendaklah memberi pengaman yang setara.
Hendaklah disediakan area terpisah dengan lingkungan yang terkendali untuk
pengambilan sampel bahan awal.
Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan
dan produk yang ditolak, atau yang ditarik kembali atau dikembalikan.Bahan aktif
berpotensi tinggi dan bahan radioaktif, narkotik, obatberbahaya lain, dan zat atau
bahan yang mengandung risiko tinggi terhadappenyalahgunaan, kebakaran atau
ledakan hendaklah disimpan di area yang terjamin keamanannya.
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
8/35
f) Area Pengawasan Mutu
Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi.Area
pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotop hendaklah dipisahkan satu dengan
lain. Laboratorium pengawasan mutu hendakalah didesain sesuai dengan kegiatan
yang dilakukan.Luas ruang hendaklah memadai untuk mencegah campur baur dan
pencemaran silang. Hendaklah disediakan tempat penyimpanan dengan luas yang
memadai untuk sampel, baku pembanding (bila perlu dengankondisi suhu terkendali),
pelarut, pereaksi dan catatan.Suatu ruangan yang terpisah mungkin diperlukan untuk
memberi perlindungan instrument terhadap gangguan listrik, getaran, kelembaban
yangberlebihan dan gangguan lain, atau bila perlu untuk mengisolasi instrument.
Desain laboratorium hendaklah memperhatikan kesesuain
bahan bangunanyang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap. Pasokan udara
kelaboratorium hendaklah dipisahkan dari pasokan ke area produksi.Hendaklah
dipasang unit pengendali udara yang terpisah untuk masing-masing
laboratoriumbiologi, mikrobiologi dan radioisotop.
g) Sarana Pendukung
Ruangan istirahat dan kantin hendaklah dipisah dari area produksi dan
laboratorium Pengawasan Mutu. Sarana untuk mengganti pakaian
kerja, membersihkan diri dan toilet hendaklah disediakan dalam jumlah yang cukup
dan mudah diakses . Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan area produksi
atau area penyimpanan. Ruangan ganti pakaian hendaklah berhubungan langsung
dengan area produksi namun letaknya terpisah.
Sedapat mungkin letak bengkel perbaikan dan perawatan peralatan terpisah
dari area produksi . Apabila suku cadang, aksesoris mesin dan perkakas bengkel
disimpan di area produksi, hendaklah disediakan ruangan atau lemari khusus untuk
penyimpanan tersebut.Sarana pemeliharaan hewan hendaklah diisolasi dengan baik
terhadap area lainya dan dilengkapi dengan akses hewan serta unit pengendali udara
yang terpisah.
h) Persyaratan kondisi ruangan
Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian untuk memperkecil
terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, dan memudahkan
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
9/35
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran
silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan
mutu obat (BPOM, 2006).
Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan:
kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan dalam
sarana yang sama atau sarana yang berdampingan,
pencegahan area produksi di manfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi
personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau
produk selain yang sedang diproses (BPOM, 2006).
i) Sistem Tata Udara (Air Handling System/ AHS)
Salah satu faktor yang menentukan kualitas obat adalah kondisi lingkungan
tempat di mana produk tersebut dibuat/ diproduksi. Kondisi lingkungan yang kritis
terhadap kualitas produk, antara lain adalah:
cahaya
suhu
kelembabab relatif (RH)
kontaminasi mikroba, dan
kontaminasi partikel (Priyambodo, 2007).
Sistem tata udara tidak hanya mengontrol suhu ruangan (seperti halnya AC
konvensional) melainkan juga kelembaban, tingkat kebersihan (sesuai dengan kelas
ruangan yang dipersyaratkan), tekanan udara, dan sebagainya. Sistem tata udara yang
digunakan tergantung dari jenis produk yang dibuat dan tingkat kelas ruang yang
digunakan, misalnya ruang produksi steril, beta-laktam, non steril, sefalosporin, dan
sebagainya (Priyambodo, 2007).
j) Persyaratan Kondisi Ruangan
Konstruksi lantai di area pengolahan dibuat dari bahan kedap air permukaannya
rata dan memungkinkan pelaksanaan pembersihan yang cepat dan efisien apabila
terjadi tumpahan bahan.
Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk
lengkungan
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
10/35
Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang lain dirancang
sedemikian rupa untuk menghindari terbentuknya ceruk yang sulit dibersihkan.
Pencegahan terhadap penyebaran debu akibat pengolahan bahan atau produk
kering dapat dilakukan dengan alat atau sistem penghisap debu selama proses
pengolahan (BPOM, 2006).
Permukaan
DalamJenis Bangunan Keterangan Bahan Sesuai untuk
Lantai a. Beton Padat
dengan Hardener
-bersifat menahan debu
- Tidak tahan thdp
tumpahan lar.kimia
Digunakan hanya
di daerah gudang
b. Beton dilapisi:
-lembaran vinil
-ketahanan thdp kimia
terbatas
-Sambungan dilas agar
kedap air
-Mudah tergores
-kantor dan
koridor
laboratorium
-epoksi atau
poliuretan
-monolitik, permukaan
tidak licin dan berpori
-menahan
pertumbuhan bakteri
-Mudah tergores
ruang produksi,
khusus daerah
steril dan kelas E
Dinding -bata atau blok,
beton padat yang
permukaannya
diplester halus
dan dicat epoksi
-mudah retak bila
pengerjaannya kurang
baik
-Menimbulkan debu
bila direnovasi
Daerah produksi
kelas E
Langit-Langit Beton yang dicat
dgn bahan
poliakrilik, atau
-sukarn untuk
memodifikasi saluran
listrik dan udara
-daerah steril,
daerah pengolahan
dan pengisian
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
11/35
epoksi -Dirancang untuk
menahan beban berat
aseptik
-gypsum dilapisi
cat poliakrilik
-Membutuhkan baja
penopang
-Tidak dapat menahan
beban berat
-Tidak cocok untuk
ruangan pengisian
steril
-ruang produksi
kelas E
3. PERALATAN
a) Prinsip
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang
tepat,ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu
obat terjamin sesuai desain serta seragam dari beis ke bets dan untuk memudahkan
pembersihan serta perawatan (BPOM, 2006).
b) Desain dan Konstruksi
Desain dan konstruksi peralatan hendaklah memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. peralatan hendaklah didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya;
2. permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awai, produk antara atau
produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat
memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan;
3. bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas atau
pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak
memengaruhi identitas,mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun
produk jadi;
4. peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas dan hal
sejenis atau karena perbaikan, perawatar, modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat;
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
12/35
5. peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan
tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan
dalam keadaan bersih dan kering;
6. peralatan pencucian dan pembersihan hendaklah dipilih dan digunakan agar tidak
menjadi sumber pencemaran;
7. peralatan yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada produk.Bagian alat
yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau absorbtif
yang dapat memengaruhi mutu dan berakibat buruk pada produk;
8. semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan kimia
atau yang ditempatkan di area di mana digunakan bahan mudah terbakar, hendaklah
dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosi serta di bumikan
dengan benar;
9. hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang
tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan yang digunakan untuk
menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat hendaklah diperiksa ketepatannya
dan dikalibrasi sesuai program dan prosedur yang ditetapkan. Hasil pemeriksaan dan
kalibrasi hendaklah dicatat dan disimpan dengan baik;
10.filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak melepaskan serat
ke dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh digunakan walaupun
sesudahnya disaring kembali menggunakan filter khusus yang tidak melepaskan serat;
dan
11.pipa air suling, air de-ionisasl dan bila periu pipa air lain untuk produksi hendaklah
disanitasi sesuai prosedur tertulis. Prosedur tersebut hendaklah berisi rincian batas
cemaran mikroba dan tindakan yang harus dilakukan (BPOM, 2006).
c) Mesin
Peralatan hendaknya didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya.
Bahan inert yang digunakan untuk bagian peralatan yang bersentuhan dengan bahan
awal, produk antara atau produk ruahan antara lain adalah
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
13/35
Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau
produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi
identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.Bahan yang diperlukan untukpengoperasian alat khusus, misalnya pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan
bahan yang sudah diolah sehingga tidak mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan
awal, produk antara ataupun produk jadi.Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup
bocor, tetesan pelumas, dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi, dan
adaptasi yang tidak tepat.Peralatan hendaknya didesain sedemikian rupa agar mudah
Bahan Umumnya diguanakan untuk
Baja tahan karat AISI 304
(American Iron and Steel
Institute 304) yang
mengandung antara lainkrom 18-20 % dan nikel8-12 %
Peralatan atau bagian peralatan yang tidak
bersentuhan langsung dengan bahan atauproduk
Produk kering atau serbuk yang tidakbereaksi dengan logam/baja tahan karat
Baja tahan karat AISI 316atau 316 L (L=low
carbon) mengandung
antara lain krom 16-18 %
,nikel 10-14 % danmolibden 2-3 % dengan
atau tanpa elektropolis
Pengolahan dan penisian produk steril dan
non steril
Sistem pemipaan untuk Air Murni dan Air
untuk injeksi
Gelas (juga untuk pelapis)
Pengolahan bahan awal yang bereaksiterhadap baja tahan karat
Lain-lain, misalnyapolitetrafluoroetilen
(PTFE);Polypropylene(PP);Polyvinyllidenedifluo
ride (PVDF);
danPerfluoroalkoxy
Pengolahan bahan awal yang bereaksi
dengan bahan di butir (a), (b), (c) tersebut di
atas, tetapi tidak bereaksi dengan PTFE, PP,PVDF dan Perfluoroalkoxy
uPVC (unplasticized
polyvinylchloride)
untuk peralatan pengolahan air yang belum
dimurnikan misal : tabung penukar kation-anion dan pelunak air
bahan inert lain :
silicon chrome alloy
pengolahan dan pengisian produk steril dan
non steril, sistem pemipaan untuk Air Murni
dan Air untuk injeksi
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
14/35
dbersihkan.Peralatan tersebut hendaknya dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta
disimpan dalam keadaan bersih dan kering.
Peralatan pembersihan dan pencucian hendaklah dipilih dan digunakan agar tidak
menjadi sumber pencemaran.Untuk pencucian dan pembersihan dianjurkan menggunakan:
Lap bebas serat
Mesin penghisap debu dari pada udara bertekanan; dan
Sikat nylondari pada sikat injuk
Semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan kimia
atau yang ditempatkan di area dimana digunakan bahan mudah terbakar, hendaklah
dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosi serta dibumikan dengan
benar.Filter cairan yang diguakan untuk proses produksi hendaklah tidak melepaskan serat ke
dalam produk.Filter yang mengandung asbes tidak boleh digunakan walaupun sesudahknya
disaring kembali menggunakan filter khusus yang tidak melepaskan serat.Pipa air suling, air
de-ionisasi, dan bila perlu pipa air lain untuk produksi hendaklah disanitasi sesuai prosedur
yang tertulis. Prosedur tersebut hendaklah berisi rincian batas cemaran mikroba dan tindakan
yang harus dilakukan.
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
15/35
B. PERSYARATAN KONDISI BAHAN BAKU
Pembelian bahan awal adalah suatu aktifitas penting dan oleh karena itu hendaklah
melibatkan staf yang mempunyai pengetahuan khusus dan menyeluruh perihal pemasok.
Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi
spesifikasi yang relevan. Spesifikasi yang dibuat oleh pabrik pembuat untuk bahan awal
dibicarakan dengan pemasok. Semua aspek produksi dan pengawasan bahan awal tersebut,
termasuk persyaratan penanganan, pemberian label dan pengemasan, juga prosedur
penanganan keluhan dan penolakan, dibicarakan dengan pabrik pembuat dan pemasok.
1. Persyaratan Bahan Awal
a. Pemasok bahan awal dievaluasi dan disetujui untuk memenuhi spesifikasi mutu yang
telah ditentukan oleh perusahaan.
b. Tiap spesifikasi hendaklah disetujui dan disimpan oleh bagian Pengawasan Mutu
kecuali untuk produk jadi yang harus disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu).
c. Revisi berkala dari tiap spesifikasi perlu dilakukan agar memenuhi Farmakope edisi
terakhir atau kompendia resmi lain.
d. Deskripsi bahan, termasuk :
- Nama yang ditentukan dan kode refren (kode produk) internal.
- Rujukan monografi farmakope, bila ada.
- Pemasok yang disetujui dan, bila mengkin, produsen bahan.
- Standar mikrobiologis, bila ada.
e. Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap bahan awal hendaklah memenuhi
spesifikasi dan diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi.
f. Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan diluluskan
untuk pemakaian oleh kepala bagian Pengawasan Mutu.
g. Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label hendaklah
memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:
nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan
nomor bets/kontrol yang diberikan pada saat
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
16/35
penerimaan bahan
status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak);
tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu
h. Persediaan bahan awal hendaklah diperiksa secara berkala untuk meyakinkan bahwa
wadah tertutup rapat dan diberi label dengan benar, dan dalam kondisi yang baik.
i. Bahan awal, terutama yang dapat rusak karena terpapar panas, hendaklah disimpan di
dalam ruangan yang suhu udaranya dikendalikan dengan ketat; bahan yang peka
terhadap kelembaban dan/atau cahaya hendaklah disimpan di bawah kondisi yang
dikendalikan dengan tepat.
j. Semua bahan awal yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang mencolok,
ditempatkan terpisah dan dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasoknya.
2.
Persyaratan Bahan Baku
a. Syarat Identitas
Identifikasi
suatu cara untuk membuktikan bahwa bahan yang diperiksa mempunyai identitas
yang sesuai dengan yang tertera pada etiket
Pengujian
Pengujian dan spesifikasi lain yang tertera dapat membantu pembuktian identitas
bahan yang diuji
Metode
o cara kimia
o cara fisikokimia
o cara kromatografi
o cara fisika
o cara imunokimia (jarang digunakan)
b. Atribut Mutu
Untuk menetapkan tetapan fisika yang dapat digunakan sebagai atribut mutu (Atribut
parameter uji). Parameter uji adalah
- Titik/jarak lebur
- Titik/jarak didih
- Rotasi optik/rotasi jenis
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
17/35
- Indeks bias
c. Kemurnian
Untuk membuktikan bahwa bahan bebas dari senyawa asing dan cemaran atau
mengandung senyawa asing dan cemaran pada batas tertentu. Pengujian terhadap
adanya senyawa asing dan cemaran, dimaksudkan untuk membatasi senyawa
demikian sampai pd jumlah yg tidak mempengaruhi artikel pd kondisi penggunaan
biasa.
d. Kadar
Dalam melaksanakan penetapan kadar, jumlah satuan takaran yang digunakan tidak
boleh lebih kecil dari yang telah ditetapkan. Harus diperhatikan cara perhitungan
untuk :
zat yang telah dikeringkan
zat yang telah dipijar
anhidrat
zat yang sebelumnya dikeringkan
penggunaan baku pembanding
penetapan blangko
Metode yang digunakan :
gravimetric
volumetri (titrasi asam basa, titrasi bebas air, titrasi pengendapan, titrasi Redox
dan titrasi komplesometri
spektrofotometri UV, VIS, IR
kromatografi (KG & KCKT)
mikrobiologi
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
18/35
C. KELENGKAPAN DOKUMEN
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang
baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah
fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan
secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan
yang biasanya timbul karena mengandalakan komunikasi lisan.
Dokumen yang diperlukan dalam industri farmasi, antara lain:
1. Spesifikasi
Hendaklah tersedia spesifikasi bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan ruahan,
serta produk jadi.
2. Dokumen produksi
Dokumen yang esensial dalam produksi adalah dokumen produksi induk yang berisi
formula produksi dari suatu produk dalam bentuk sediaan dan kekuatan tertentu. Prosedur
produksi induk, terdiri dari prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk.
Catatan produksi batch, terdiri dari catatan pengolahan batch dan catatan pengemasan
batch, yang merupakan reproduksi dari masing-masing prosedur pengolahan induk dan
prosedur pengemasan induk, dan berisi semua data dan informasi yang berkaitan dengan
pelaksanaan produksi dari suatu batchproduk (CPOB, 2006).
a) Spesifikasi
Hendaklah tersedia spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi yang
disahkan dengan benar dan diberi tanggal; di mana perlu, hendaklah juga tersedia
spesifikasi bagi produk antara dan produk ruahan.
b) Spesifikasi Bahan Awal
Spesifikasi bahan awal hendaklah mencakup, di mana diperlukan
o Deskripsi bahan, termasuk:
nama yang ditentukan dan kode referen (kode produksi) internal;
rujukan monografi farmakope, bila ada;
pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan;
standar mikrobiologis, bila ada;
o Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan;
o Persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan;
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
19/35
o kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan; dan
o batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.
c) Spesifikasi Bahan Pengemas
Spesifikasi bahan pengemas hendaklah mencakup, di mana diperlukan:
o Deskripsi bahan, termasuk
Nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk) internal
Rujukan monografi farmakope
Pemasok yang disetujui dan bila mungkin produsen bahan
Standar mikrobiologis
Spesimen bahan pengemas cetak termasuk warna
o Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan;
o
persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan;
o kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan; dan
o batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.
d) Spesifikasi Produk Antara dan Produk Ruahan
Spesifikasi produk antara dan produk ruahan hendaklah tersedia, apabila produk
tersebut dibeli atau dikirim, atau apabila data dari produk antara digunakan untuk
mengevaluasi produk jadi. Spesifikasi hendaklah mirip dengan spesifikasi bahan awal
atau produk jadi, sesuai keperluan.
e) Spesifikasi Produk Jadi
Spesifikasi produk jadi hendaklah mencakup:
a) nama produk yang ditentukan dan kode referen (kode produk);
b) formula/komposisi atau rujukan;
c) deskripsi bentuk sediaan dan uraian mengenai kemasan, termasuk ukuran kemasan;
d) petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan;
e) persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan;
f) kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan khusus, bila diperlukan; dan
g) masa edar/simpan.
f) Dokumen Produksi
Dokumen yang esensial dalam produksi adalah:
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
20/35
o Dokumen Produksi Induk yang berisi formula produksi dari suatu produk dalam
bentuk sediaan dan kekuatan tertentu, tidak tergantung dari ukuran bets;
o Prosedur Produksi Induk, terdiri dari Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur
Pengemasan Induk, yang masing-masing berisi prosedur pengolahan dan prosedur
pengemasan yang rinci untuk suatu produk dengan bentuk sediaan, kekuatan dan
ukuran bets spesifik. Prosedur Produksi Induk dipersyaratkan divalidasi sebelum
mendapat pengesahan untuk digunakan; dan
o Catatan Produksi Bets, terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan
Bets, yang merupakan reproduksi dari masing-masing Prosedur Pengolahan Induk
dan Prosedur Pengemasan Induk, dan berisi semua data dan informasi yang berkaitan
dengan pelaksanaan produksi dari suatu bets produk. Kadang-kadang pada Catatan
Produksi Bets, prosedur yang tertera dalam Prosedur Produksi Induk tidak lagi
dicantumkan secara rinci.
g) Dokumen Produksi Induk
Dokumen Produksi Induk yang disahkan secara formal hendaklah mencakup nama,
bentuk sediaan, kekuatan dan deskripsi produk, nama penyusun dan bagiannya, nama
pemeriksa serta daftar distribusi dokumen dan berisi hal sebagai berikut:
o Informasi bersifat umum yang menguraikan jenis bahan pengemas primer yang
harus digunakan atau aternatifnya, pernyataan mengenai stabilitas produk,
tindakan pengamanan selama penyimpanan dan tindakan pengamanan lain yang
harus dilakukan selama pengolahan dan pengemasan produk;
o komposisi atau formula produk untuk tiap satuan dosis dan untuk satu sampel
ukuran bets;
o daftar lengkap bahan awal, baik yang tidak akan berubah maupun yang akan
mengalami perubahan selama proses;
o spesifikasi bahan awal;
o
daftar lengkap bahan pengemas;
o spesifikasi bahan pengemas primer;
o prosedur pengolahan dan pengemasan;
o daftar peralatan yang dapat digunakan untuk pengolahan dan pengemasan;
o pengawasan selama-proses pengolahan dan pengemasan; dan masa edar/simpan.
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
21/35
h) Dokumentasi Prosedur Pengolahan Induk
Prosedur Pengolahan Induk yang disahkan secara formal hendaklah tersedia
untuk tiap produk dan ukuran bets yang akan dibuat. Prosedur Pengolahan Induk
hendaklah mencakup:
o nama produk dengan kode referen produk yang merujuk pada spesifikasinya;
o deskripsi bentuk sediaan, kekuatan produk dan ukuran bets;
o daftar dari semua bahan awal yang harus digunakan, dengan menyebutkan
masing-masing jumlahnya, dinyatakan dengan menggunakan nama dan referen
(kode produk) yang khusus bagi bahan itu; hendaklah dicantumkan apabila ada
bahan yang hilang selama proses;
o pernyataan mengenai hasil akhir yang diharapkan dengan batas penerimaan, dan
bila perlu, tiap hasil antara yang relevan;
o pernyataan mengenai lokasi pengolahan dan peralatan utama yang harus
digunakan;
o metode atau rujukan metode yang harus digunakan untuk mempersiapkan
peralatan kritis (misalnya pembersihan, perakitan, kalibrasi, sterilisasi);
o instruksi rinci tahap proses (misalnya pemeriksaan bahan, perlakuan awal, urutan
penambahan bahan, waktu pencampuran, suhu);
o instruksi untuk semua pengawasan selama-proses dengan batas penerimaannya;
o bila perlu, syarat penyimpanan produk ruahan; termasuk wadah, pelabelan dan
kondisi penyimpanan khusus, di mana perlu; dan semua tindakan khusus yang
harus diperhatikan.
i) Dokumentasi Prosedur Pengemasan Induk
Prosedur Pengemasan Induk yang disahkan secara formal hendaklah tersedia
untuk tiap produk dan ukuran bets serta ukuran dan jenis kemasan. Dokumen ini
umumnya mencakup, atau merujuk, pada hal berikut:
o
nama produk;
o deskripsi bentuk sediaan dan kekuatannya, di mana perlu;
o ukuran kemasan yang dinyatakan dalam angka, berat atau volume produk dalam
wadah akhir;
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
22/35
o daftar lengkap semua bahan pengemas yang diperlukan untuk satu bets standar,
termasuk jumlah, ukuran dan jenis bersama kode atau nomor referen yang
berkaitan dengan spesifikasi tiap bahan pengemas;
o di mana sesuai, contoh atau reproduksi dari bahan pengemas cetak yang relevan
dan spesimen yang menunjukkan tempat untuk mencetak nomor bets dan tanggal
daluwarsa bets;
o tindakan khusus yang harus diperhatikan, termasuk pemeriksaan secara cermat
area dan peralatan untuk memastikan kesiapan jalur (line clearance) sebelum
kegiatan dimulai;
o uraian kegiatan pengemasan, termasuk segala kegiatan tambahan yang signifikan
serta peralatan yang harus digunakan; dan
o
pengawasan selama-proses yang rinci termasuk pengambilan sampel dan batas
penerimaan.
j) Dokumentasi Catatan Pengolahan Bets
Catatan Pengolahan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang diolah.
Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari Prosedur Pengolahan
Induk yang berlaku. Metode pembuatan catatan ini hendaklah didesain untuk
menghindarkan kesalahan transkripsi. Catatan hendaklah mencantumkan nomor bets
yang sedang dibuat.
Sebelum suatu proses dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan yang dicatat,
bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas dari produk dan dokumen sebelumnya
atau bahan yang tidak diperlukan untuk pengolahan yang direncanakan, serta
peralatan bersih dan sesuai untuk penggunaannya.
Selama pengolahan, informasi sebagai berikut hendaklah dicatat pada saat tiap
tindakan dilakukan dan - setelah lengkap - hendaklah catatan diberi tanggal dan
ditandatangani dengan persetujuan dari personil yang bertanggung jawab untuk
kegiatan pengolahan:
o nama produk;
o tanggal dan waktu dari permulaan, dari tahap antara yang signifikan dan dari
penyelesaian pengolahan;
o nama personil yang bertanggung jawab untuk tiap tahap proses;
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
23/35
o paraf operator untuk berbagai langkah pengolahan yang signifikan dan, di mana
perlu, paraf personil yang memeriksa tiap kegiatan ini (misalnya penimbangan);
o nomor bets dan/atau nomor kontrol analisis dan jumlah nyata tiap bahan awal
yang ditimbang atau diukur (termasuk nomor bets dan jumlah bahan hasil
pemulihan atau hasil pengolahan ulang yang ditambahkan);
o semua kegiatan pengolahan atau kejadian yang relevan dan peralatan utama yang
digunakan;
o catatan pengawasan selama-proses dan paraf personil yang melaksanakan serta
hasil yang diperoleh;
o jumlah hasil produk yang diperoleh dari tahap pengolahan berbeda dan penting;
dan
o
catatan mengenai masalah khusus yang terjadi termasuk uraiannya dengan tanda
tangan pengesahan untuk segala penyimpangan terhadap Prosedur Pengolahan
Induk.
k) Dokumentasi Catatan Pengemasan Bets
Catatan Pengemasan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang dikemas.
Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari Prosedur Pengemasan
Induk yang berlaku dan metode pembuatan catatan ini hendaklah didesain untuk
menghindarkan kesalahan transkripsi. Catatan hendaklah mencantumkan nomor bets
dan jumlah produk jadi yang direncanakan akan diperoleh.
Sebelum suatu kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan
pemeriksaan yang dicatat, bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas dari produk
dan dokumen sebelumnya atau bahan yang tidak diperlukan untuk pengemasan yang
direncanakan, serta peralatan bersih dan sesuai untuk penggunaannya.
Selama pengemasan, informasi sebagai berikut hendaklah dicatat pada saat
tiap tindakan dilakukan dan setelah lengkap hendaklah catatan diberi tanggal dan
ditandatangani dengan persetujuan dari personil yang bertanggung jawab untuk
kegiatan pengemasan:
o nama produk;
o tanggal dan waktu tiap kegiatan pengemasan;
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
24/35
o nama personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan
pengemasan;
o paraf operator dari berbagai langkah pengemasan yang signifikan;
o catatan pemeriksaan terhadap identitas dan konformitas dengan Prosedur
Pengemasan Induk termasuk hasil pengawasan selama-proses;
o rincian kegiatan pengemasan yang dilakukan, termasuk referensi peralatan dan
jalur pengemasan yang digunakan;
o apabila dimungkinkan, sampel bahan pengemas cetak yang digunakan, termasuk
spesimen dari kodifikasi bets, pencetakan tanggal daluwarsa serta semua
pencetakan tambahan;
o catatan mengenai masalah khusus yang terjadi termasuk uraiannya dengan tanda
tangan pengesahan untuk semua penyimpangan terhadap Prosedur Pengemasan
Induk; dan
o jumlah dan nomor referen atau identifikasi dari semua bahan pengemas cetak dan
produk ruahan yang diserahkan, digunakan, dimusnahkan atau dikembalikan ke
stok dan jumlah produk yang diperoleh untuk melakukan rekonsiliasi yang
memadai.
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
25/35
D. SCALE UP
Scale up atau biasa dikenal dengan peningkatan kapasitas produksi didefinisikan
sebagai proses untuk meningkatkan ukuran batch atau prosedur untuk menerapkan proses
yang sama untuk volume output yang berbeda. Adapun tujuan dilakukanscale upadalah:
Untuk menguji proses dari suatu model perencanaan sebelum memproduksi barang
dalam jumlah dan biaya besar
Pengujian dari formula dengan tujuan mengukur kemampuannya untuk proses
modifikasi
Evaluasi dan validasi proses serta peralatan
Identifikasi hal-hal kritis dalam proses
Petunjuk untuk kontrol produksi dan proses Menyediakan master formula dengan petunjuk prosedur produksi\
Untuk menghindari masalah-masalah pada scale-up
Scale up dilakukan jika terdapat produk baru atau adanya permintaan suatu produk
yang meningkat. Saat permintaan meningkat scale updilakukan dengan penambahan waktu
produksi untuk produk tersebut atau dengan cara meminjam mesin yang tidak digunakan
untuk produksi tetapi mesin tersebut harus memiliki sistem kerja yang sama. Sedangkan
tahapanscale-upuntuk produk baru adalah sebagai berikut :
a) Studi literatur untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan formula yang akan
dibuat.
b) Menyusun formula alternatif.
c) Dikerjakan formulasi alternatif untuk skala laboratorium.
d) Mengevaluasi formula alternatif dan dipilih satu formula terpilih kemudian dianalisa.
e) Melaksanakan validasi proses terhadap formula yang memenuhi syarat.
f) Melakukan uji stabilitas dipercepat terhadap formula terpilih dalam skala pilot.
g)
Melakukan produksi formula terpilih dalam skala pilot.
h) Menyusun dokumen yang diperlukan untuk keperluan pra-registrasi.
i) Uji bioavailabilitas dan bioekivalensi bila diperlukan.
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
26/35
Sebelum dilakukan scale up terlebih dahulu dilakukan uji produk dalam skala
laboratorium, selanjutnya dilakukan dalam skala pilot dan barulah dapat dilakukan produksi
dalam skala besar (skala produksi). Berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjut dari
masing-masing skala:
a. Skala Laboratorium
Merupakan tahap awal penelitian dan pengembangan suatu produk pada tahap
laboratorium. Kapasitas yang dilakukan sangat kecil, yaitu 100-1000 kali lebih kecil dari
skala produksi. Pada tahap ini dilakukan analisis dan menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas produk/critical quality attributes (CQAs), seperti sifat
kimia,fisika,biologi dan mikrobiologi. Tahap ini digunakan untuk membantu
pengembangan formulasi dan kemasan produk, tahapan awal dari klinik dan/atau
praklinik
b. Skala Pilot
Skala pilot merupakan tahapan pengembangan proses yang dilakukan untuk mengurangi
risiko yang terkait dengan produksi skala besar, dapat juga untuk keperluan produksi obat
untuk pengujian (tidak untuk komersial) contohnya: obat untuk uji Bioekuivalensi.
Kapasitas yang diproduksi dalam skala ini lebih besar dari skala laboratorium yakni bisa
mancapai 50-100L. Dalam tahap ini perlu pertimbangan penting mengenai bebera hal,
yakni:
Evaluasi bahan baku
Uji bahan baku berbagai pemasok, penyusunan spesifikasi kesinambungan pemasok.
Evaluasi formulasi dan peralatan
Menetapkan modifikasi, kendala, persyaratan proses (CPOB), dan kemasan.
Konfirmasi stabilitas dan keseragaman produk
stabilitas fisika dan kimia bahan, stabilitas dalam wadah akhir, dan metoda analisis.
c. Skala Produksi
Merupakan proses produksi rutin yang akan dibuat oleh pabrik dan dipasarkan oleh
bagian marketing. Hal-hal yang dilakukan pada skala ini :
- Modifikasi alat dan proses
- Penerapan SOP
- Dokumentasi dan monitoring
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
27/35
Selain itu, pengembangan suatu produk farmasi (scalling up ataupun optimasi skala
pilot atau skala produksi) harus mencakup hal-hal berikut :
Mengetahui profil produk baik yg berhubungan dengan kualitas, keamanan, dan efikasi
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas obat (QCAs) sehingga sifat-
sifat produk yang dapat berefek pada kualitasnya dapat dipelajari dan dikontrol
Menentukan faktor-faktor penentu kualitas pada zat aktif obat dan eksipien
Pemilihan proses manufacturing yang paling sesuai. Jika memungkinkan, dilakukan
strategi pengawasan
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
28/35
E. KUALIFIKASI PERSONALIA
1. Prinsip
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri
farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah
yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami
tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip
CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi
mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan berpengalaman
praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah tidak dibebani tanggung
jawab yang berlebihan untuk menghindarkan risiko terhadap mutu obat.
2. Personil Kunci
Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu
dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh
personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) atau kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap
yang lain.
a. Organisasi, Kualifikasi Dan Tanggung Jawab
Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian
produksi, pengawasan mutu, manajemen mutu (pemastian mutu) dipimpin oleh orang
yang berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-
masing personil hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang
diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Hendaklah personil
tersebut tidak mempunyai kepentingan lain di luar organisasi yang dapat menghambat
atau membatasi kewajibannya dalam melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat
menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau finansial.
b.Kepala bagian produksi
Kepala bagian Produksi hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan
terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang
memadai dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
29/35
memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional, selain itu mampu
berbahasa inggris yang baik, memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai peralatan
yang digunakan dalam pembuatan obat dan memiliki ketrampilan kepemimpinan yang
tersertifikasi. Kepala bagian Produksi hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab
penuh dalam produksi obat, termasuk:
1) Memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan;
2) Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan
memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat;
3) Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh
kepala bagian Produksi sebelum diserahkan kepada kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu);
4) Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
produksi;
5) Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan
6) Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
Di samping itu, kepala bagian Produksi bersama dengan kepala bagian
Pengawasan Mutu dan penanggung jawab teknik hendaklah memiliki tanggung jawab
bersama terhadap aspek yang berkaitan dengan mutu.
a) Kepala bagian pengawasan mutu
Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang apoteker terkualifikasi dan
memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan
keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya
secara profesional, memiliki pengalaman dalam menyiapkan peralatan laboratorium
dan menggunakan metode termutakhir, memiliki kemampuan dalam menyiapkan
metode analisa, Memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam CPOB, In Process
Control (IPC) dan pengujian stabilitas, menguasai bahasa Inggris dengan baik dan
Memiliki ketrampilan kepemimpinan yang tersertifikasi.. Kepala bagian Pengawasan
Mutu hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam pengawasan
mutu, termasuk:
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
30/35
1) Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi;
2) Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan;
3) Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan sampel,
metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain;
4) Memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak;
5) Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
pengawasan mutu;
6) Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan
7) Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan
b)
Kepala bagian manajemen mutu (Pemastian mutu)
Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang
apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai,
memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga
memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional, memiliki
pengalaman dan pengetahuan dibidang pembuatan obat serta pengujian fisis dan
analisa kimia, memiliki pengetahuan mengenai peralatan yang digunakan dalam
pembuatan obat dan laboratorium terkini, memiliki pengetahuan mengenai CPOB
baik nasional maupun internasional, menguasai bahasa Inggris dengan baik dan
memiliki ketrampilan kepemimpinan yang tersertifikasi. Kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh
untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan sistem mutu/ pemastian mutu,
termasuk:
1) Memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu;
2) Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu perusahaan;
3)
Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala;
4) Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu;
5) Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit
terhadap pemasok);
6) Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi;
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
31/35
7) Memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Badan Pengawas Obat
dan Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan mutu produk jadi;
8) Mengevaluasi/mengkaji catatan bets; dan
9) Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan
mempertimbangkan semua faktor terkait.
Masing-masing kepala bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu) memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua
aspek yang berkaitan dengan mutu. Berdasarkan peraturan Badan POM mencakup:
- Otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen;
- Pemantauan dan pengendalian ling-kungan pembuatan obat;
- Higiene pabrik;
-
Validasi proses;
- Pelatihan;
- Persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan;
- Persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan kontrak;
- Penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk;
- Penyimpanan catatan;
- Pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB;
- Inspeksi, penyelidikan dan pengambilan sampel, untuk
- Pemantauan faktor yang mungkin berdampak terhadap mutu produk.
3. Pelatihan Personalia
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang
bertugas harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium
(termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain
yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.
Di samping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru
hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan
berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas penerapannya hendaklah
dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia program pelatihan yang disetujui kepala
bagian masing-masing. Catatan pelatihan hendaklah disimpan. Pelatihan spesifik
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
32/35
hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di area di mana pencemaran
merupakan bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan berpotensi tinggi,
toksik atau bersifat sensitisasi.
Pengunjung atau personil yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya tidak masuk
ke area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Bila tidak dapat dihindarkan,
hendaklah mereka diberi penjelasan lebih dahulu, terutama mengenai higiene perorangan
dan pakaian pelindung yang dipersyaratkan serta diawasi dengan ketat.
Konsep Pemastian Mutu dan semua tindakan yang tepat untuk meningkatkan
pemahaman dan penerapannya hendaklah dibahas secara mendalam selama pelatihan.
Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi.
Adapun cakupan Program Pelatihan antara lain sebagai berikut:
o
Materi umum yang harus diberikan kepada semua personil pada hari pertama
kerjanya
o CPOB dasar (mikrobiologi dan higiene perorangan) kepada semua personil
o CPOB spesifik kepada personil berkaitan
o Pemahaman semua Protap, metode analisis dan prosedur lain bagi personil berkaitan
o Pengetahuan mengenai sifat bahan / produk, cara pengolahan dan pengemasan.
Tabel 1. Program Pelatihan Personalia
No Jenis Pelatihan Tipe Pelatihan Contoh Pelatihan
1Pelatihan Umum Orientasi Umum Pengenalan perusahaan
Pengenalan produk
Uraian tugas karyawan
bersangkutan
Pengenalan pabrik (tempat industri)
CPOB Dasar Kekhusususan industri farmasi
Higiene perorangan
Kebersihan secara umum
Keselamatan dan Latihan P3K
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
33/35
Kesehatan Kerja Penanganan bahan berbahaya
Penanggulangan bahaya kebakaran
Keselamatan kerja
2Pelatihan Khusus Orientasi Umum Penjelasan tentang bekerja di
daerah tertentu misalnya di
ruang steril dan ganti pakaian
untuk karyawan ruang steril
Penjelasan tentang penggunaan
alat-alat tertentu,
Pelatihan Ditempat Pelatihan melaksanakan protap/tata
cara bekerja di bagian tertentu
Pelatihan teknis khusus mengenai
cara penggunaan alat
3PelatihanTambahan
Penjelasan jika adaperubahan/peraturan atau hal baru
baik mengenai CPOB, protap, alat
baru, maupun produk baru
Studi khusus, misal membicarakan
kesalahan yang pernah terjadi dan
cara mengatasinya
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
34/35
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2006. Pedoman Pembuatan Obat yang Baik (Guidelines on Good Manufacturing
Practices). Jakarta: BPOM
BPOM RI.2009. Petunjuk Operasional Penerapan Cara pembuatan Obat yang Baik 2006.
Jakarta: BPOM
Bambang Priyambodo, 2007, Dalam Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama
Yogyakarta
8/10/2019 Resume Materi 4 Persiapan Produksi (Kelompok 6)
35/35
HASIL DISKUSI
1. Rikha Kurniawaty
Pertanyaan :
- Pada kelas A (kondisi steril) apakah diperbolehkan dimasuki orang-orang ?
-
Pada scale up, apakah ada standar/ketentuannya atau tidak pada tiap skala nya?Jawaban
- Kelas A boleh dimasukin oleh orang dengan berpakaian anistati. Ruang steril
seminimal mungkin dilewati orang dan hanya orang-orang tertentu.
- Skala Laboratorium : tahap awal penelitian dan pengembangan suatu produk pada
tahap laboratorium. Kapasitas yang dilakukan sangat kecil, yaitu 100-1000 kali lebih
kecil dari skala produksi.
Skala Pilot merupakan tahapan pengembangan proses yang dilakukan untuk
mengurangi risiko yang terkait dengan produksi skala besar, dapat juga untuk
keperluan produksi obat untuk pengujian (tidak untuk komersial) contohnya: obat
untuk uji Bioekuivalensi. Kapasitas yang diproduksi dalam skala ini lebih besar dari
skala laboratorium yakni bisa mancapai 50-100L.
Skala Produksi merupakan proses produksi rutin yang akan dibuat oleh pabrik dan
dipasarkan oleh bagian marketing.
2. Bagoes Prasetyo
Pertanyaan :
- Seberapa pentingkah sertifikat of analysis dari suatu PBF? Bagaiamana bila SOA
tidak ada, apa kah kerjasama akan tetap ada?
Jawaban :
-
SOA bersifat penting, untuk menentukan kesepakan antara kedua belah pihak.- MSDM, SOA harus minta dari supplier sebagai bukti bahwa
bahan baku tsb adalah layak.