30
MAKALAH BAKTERI (Neisseria meningitidis & Mycobacterium leprae ) Di Susun Oleh : Bendria Tri W (A101.17.009) Didik Sri R (A101.17.011) Nurul Rizki H (A101.17.022) Siwi (A101.15.035) AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

MAKALAH BAKTERI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bakteri

Citation preview

MAKALAH BAKTERI(Neisseria meningitidis & Mycobacterium leprae )

Di Susun Oleh :Bendria Tri W (A101.17.009)Didik Sri R (A101.17.011)Nurul Rizki H (A101.17.022)Siwi (A101.15.035)

AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTATAHUN AJARAN 2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-NYA, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul Makalah bakteri (Neisseria meningitidis & Mycobacterium leprae) ini dengan baik walaupun memiliki banyak kekurangan. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas bakteriologi. Makalah yang kami sajikan ini berdasarkan pada referensi dari berbagai sumber yang terpercaya dan dapat di petanggungjawabkan. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen pembimbing yang telah membimbing agar dapat meyelesaikan makalah ini.Diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca tentang bakteri Neisseria meningitidis & Mycobacterium leprae dan bagaimana kedua bakteri ini dapat menimbulkan penyakit.Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna,masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran selalu kami harapkan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.Terima kasih.Surakarta, Maret 2015

Penyusun

BAB ITINJAUAN PUSTAKAA. Neisseria meningitidisBakteriNeisseriameningitis (meningokokus) memiliki ciri identik pada warna dan karakteristik morfologinya dengan Neisseria gonorrhoeae. Ciri khasbakteri ini adalah berbentukdiplokokus gram negative, berdiameter kira-kira 0,8m.Neisseriameningitis tidak bergerak (nonmotil) dan tidak mampu membentuk spora. Masing-masing dari kokusnya berbentuk seperti ginjaldengan bagian yang rata atau cekung berdekatan. Bakteri meningokokus ini dapat mengalami otolisis dengan cepat, hal ini khususnya dalam lingkungan alkali. Struktur koloni bakteri ini terdiri dari minimal 8 golongan seromenigokokus (A, B, C, D W-135, X, Y dan Z). Golongan telah dikenal melaluikekhusuan imunologi dari masing-masing kapsul polisakaridanya. Ada polisakarida golongan A adalah suatu polimer dari suatuN-asetil anosamin fosfat. Sedangkan polisakarida golongan C adalah suatu polimer dari asam Nasetil O asetineuraminat.Untuk antigen meningokokus ini dapat ditemukan dalam darah dancairan serebrospinal. Pada belahan dunia bagian barat penyakit meningitis yangdisebabkan oleh N.meningitidis ini terutama disebabkan oleh meningokousgolongan B, C, W-135 dan Y, sedangkan di afrika penyakit ini disebabkan olehgolongan A.Pada nucleoprotein meningokokus (zat P) memiliki beberapa efek toksikuntuk manusia namun hal ini tidak spesifik untuk organisme ini.Taksonomi Bakteri Neisseria meningitisDalam hal ini akan disampaikan beberapa hal mengenai bakteri Neisseriameningitidis (meningokokus) yang merupakan salah satu Menyebabpenyakitmeningitidistersebut. Penyakitmeningitismeningokokusmerupakan peradangan selaput otak dan sumsum tulang belakang akut,yangdisebabkan oleh bakteri Neisseriameningitidis. Bakteri ini hanya menyerang manusia dandalam hal ini hewan bukan merupakan pembawanya. Penyakit ini hanya berasaldari bakteri meningitis yang bersifat endemis.Klasifikasi bakteri Neisseria meningitidis adalah : Kingdom:BacteriaPhylum:ProteobacteriaClass:BetaProteobacteriaOrder:NeisserialesFamily:NeisseriaceaeGenus:NeisseriaSpecies : Neisseria meningitis

Definisi meningitisMeningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges,lapisan yang tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis. (Harsono., 2003)Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus meningitisberasal dari cairan yang berasal dari tenggorokan atau hidung. Virus tersebut dapat berpindahmelalui udara dan menularkan kepada orang lain yang menghirup udara tersebut. (Anonim.,2007)EtiologiPenyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas : Penumococcus, Meningococcus, Hemophilus influenza, Staphylococcus, E.coli, Salmonella. (Japardi, Iskandar., 2002)Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur :1. 1.Neonatus : Eserichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria monositogenes2. Anak di bawah 4 tahun : Hemofilus influenza, meningococcus, Pneumococcus.3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa : Meningococcus, Pneumococcus. (Japardi, Iskandar., 2002)Anatomi fisiologi

Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:a) Pia meter : yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum tulangbelakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan menyediakan darah untuk struktur-struktur inib) Arachnoid : Merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura meter.c) Dura meter : Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringanikat tebal dan kuat.d) Tipe meningitis Meningitis Kriptikokusadalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus. Jamur ini bisa masuk ke tubuh kita saat kita menghirup debu atau tahi burung yang kering. Kriptokokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh lain. Meningitis Kriptokokus ini paling sering terjadi pada orang dengan CD4 di bawah 100.DiagnosisDarah atau cairan sumsum tulang belakang dapat dites untuk kriptokokus dengan dua cara. Tes yang disebut CRAG mencari antigen ( sebuah protein) yang dibuat oleh kriptokokus. Tes biakan mencoba menumbuhkan jamur kriptokokus dari contoh cairan. Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat memberi hasi pada hari yang sama. Tes biakan membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk menunjukkan hasil positif. Cairan sumsum tulang belakang juga dapat dites secara cepat bila diwarnai dengan tinta India. (Yayasan Spiritia., 2006) Viral meningitistermasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan sakit flu biasa, dan umumnya si penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi viral meningitis biasanya meningkat di musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen pengantar virus. Banyak virus yang bisa menyebabkan viral meningitis. Antara lain virus herpes dan virus penyebab flu perut. (Anonim., 2007) Bacterial meningitisdisebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang serius. Salah satu bakterinya adalah meningococcal bacteria. Gejalanya seperti timbul bercak kemerahan atau kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan berkembang menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ lain dalam tubuh dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian. (Anonim., 2007) Meningitis Tuberkulosis GeneralisataGejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah- muntah, ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik turun, nadi sangat labil/lambat, hipertensi umum, abdomen tampak mencekung, gangguan saraf otak.Penyebab : kuman mikobakterium tuberkulosa varian hominis.Diagnosis : Meningitis Tuberkulosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan cairan otak,darah, radiologi, test tuberkulin. (Harsono., 2003) Meningitis PurulentaGejala : demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang terus-menerus, kaku kuduk, kesadaran menurun, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan, kelemahan umum, rasa nyeri pada punggung serta sendi.Penyebab : Diplococcus pneumoniae(pneumokok), Neisseria meningitidis(meningokok), Stretococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pneudomonas aeruginosa.Diagnosis : dilakukan pemeriksaan cairan otak, antigen bakteri pada cairan otak, darah tepi, elektrolit darah, biakan dan test kepekaan sumber infeksi, radiologik, pemeriksaan EEG. (Harsono., 2003)

MANIFESTASI KLINIS

Menifestasi klinis yang timbul pada meningitis bakterial berupa sakit kepala ,lemah, mengigil, demam, mual, muntah, nyeri punggung, kaku kuduk, kejang, peka pada awal serangan, dan kesadaran menurun menjadi koma.Gejala ini ngitisakut berupa bingung,stupor,semi koma,peningkatan suhu tubuh sedang,frekuensi nadi dan denyut jantung meningkat.TD biasanya normal,klien biasanya menunjukkan gejala iritasi meningeal seperti kaku pada leher,tanda brudziknsi posotif ,dan tanda kerning positif.secara spesifik Dibagi dalam 3 stadium :1. Keluhan non spesifikPada awal penyakit : Kelemahan umum, Apatis, Anoreksia, Nausea, Demam (subfebril), Nyeri kepala yang kumat-kumatan, Nyeri pada otot-otot. Bingun yang kumat-kumatan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku dan kaku kuduk biasanya terjadi 1 3 minggu sesudah keluhan2. Stadium rangsang meningeal Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit klien terjadi Nyeri kepala bertambah, Vomiting, Irritabel, Kebingungan bertambah, kelumpuhan syaraf otak, Hidrosefalus, Penurunan kesadaran (stupor), Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI, Papil edema yang ringan. Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata klien, Terjadi vaskulitis dan gangguan fokal, Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot serta kemungkinan Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia. Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat pada virus meningitis. Takikardia3. Stadium lanjutKebingungan bertambah, delirium berfluktuasi dan gejala fokal makin menghebat dan nyata.GEJALAGejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas. Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel, muncul bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan, badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangannya membuat gerakan tidak beraturan. (Japardi, Iskandar., 2002)

DIAGNOSIS

Untuk menentukan diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium. Tes ini memakai darah atau cairan sumsum tulang belakang. Cairan sumsum tulang belakang diambil dengan proses yang disebut pungsi lumbal ( lumbar puncture atau spinal tap). Sebuah jarum ditusukkan pada pertengahan tulang belakang, pas di atas pinggul. Jarum menyedap contoh cairan sumsum tulang belakang. Tekanan cairan sumsum tulang belakang juga dapat diukur. Bila tekanan terlalu tinggi, sebagian cairan tersebut dapat disedot. Tes ini aman dan biasanya tidak terlalu menyakitkan. Namun setelah pungsi lumbal beberapa orang mengalami sakit kepala, yang dapat berlangsung beberapa hari. (Ellenby, Miles., Tegtmeyer, Ken, et al., 2006)

CARA PENCEGAHAN

Kebersihan menjadi kunci utama proses pencegahan terjangkit virus atau bakteri penyebab meningitis. Ajarilah anak-anak dan orang-orang sekitar untuk selalu cuci tangan, terutama sebelum makan dan setelah dari kamar mandi. Usahakan pula untuk tidak berbagi makanan, minuman atau alat makan, untuk membantu mencegah penyebaran virus. Selain itulengkapi juga imunisasi si kecil, termasuk vaksin-vaksin seperti HiB, MMR, dan IPD. ( Japardi,Iskandar., 2002 )

B. Mycobacterium leprae

Etiologi Klasifikasi ilmiahmycobacterium leprae:Kingdom :Bacteria Filum :Actinobacteria Ordo :Actinomycetales Sub Ordo :Corynebacterneae Genus :Mycobacterium Spesies :Mycobacterium LepraeBakteri ini pertama kali ditemukan olehG. H. Armauer Hansen pada tahun 1873.MorfologiMycobacterium Lepraeberbentuk basil atau batang dengan ukuran 3-8m x 0,5 m merupakan bakteri tahan asam dan alkohol dan merupakan gram positif.Bakteri ini tidak terlalu mudah menular dan memiliki waktuinkubasi yang lama. DNA PlasmidMycobacterium Lepraedapatmenginfeksi sel syaraf manusia. Plasmid ini dapat hidup terpisah dari kromosom bakteri dan tubuh bakteri itu sendiri ketika menginvasi sel tubuh manusia. Kurang dari 5 persen orang yang terinfeksiMycobacterium Lepraeterkena penyakit kusta. Hal ini disebabkan oleh faktor imun respon padamasing-masing individu.Koloni dan Sifat PertumbuhanMicobakterium leprae adalah bakteri aerob obligat. Energi didapat dari oksidasi senyawa karbon yang sederhana. CO2 dapat merangsang pertumbuhan.Aktivitas biokimianya tidak khas, dan laju pertumbuhannya lebih lambatdari bakteri lain. Waktu pembelahan adalah sekitar 18 jam. Suhupertumbuhan optimum 37 C. Koloni cembung, kering dan kuninggading.Struktur Sel Penelitian dengan mikroskop electron tampak bahwaMycobacterium lepramempunyai dinding yang terdiri atas 2 lapisan, yakni lapisan padat,terdapat pada bagian dalam yang terdiri atas peptidoglikan dan lapisantransparan pada bagian luar yang terdiri atas lipopolisakarida dankompleks protein-lipopolisakarida. Dinding polisakarida ini adalah suatuarabinogalaktan yang diesterifikasi oleh asam mikolik dengan ketebalan20 nm.

Habitat Lepra adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan olehmycobacterium lepraeyang menyerang saraf perifer dan kulit penderita. Lepra terutama didapatkan dari daerah tropis dan subtropis yang udaranya panas dan lembab pada lingkungan hidup yang tidak sehat.

Pola Penyebaran Penularan terjadi apabila Mycobacterium yang solid (hidup) keluar dari tubuh penderita dan masuk ke dalam tubuh orang lain. Belum diketahui secara pasti bagaimana cara penularan dari bakteri Mycobacterium yang menyebabkan penyakit kusta ini, secara teoritis penularan ini dapat terjadi dengan cara kontak yang intim dan lama dengan penderita. Yang jelas seorang penderita yang sudah minum obat tidak menjadi sumber penularan kepada orang lain. Para ahli mengatakan bahwa penyakit Kusta dapat ditularkan melalui saluran pernafasan dan juga melalui kulit. Walau tidak terdapat hukum-hukum pasti penularan Kusta ini, perlu diketahui bahwa jalan keluar dari kuman Kusta ini adalah melalui selaput lendir hidung penderita. Namun ada beberapa artikel yang menyatakan bahwa penularan Kusta ini melalui sekret hidung penderita yang telah mengering dimana basil dapat hidup 2 -7 hari. Cara penularan lain yang umumnya diungkapkan adalah melalui kulit ke kulit, namun dengan syarat tertentu. Karena tidak semua sentuhan kulit ke kulit itu dapat menyebabkan penularan.Sampai saat ini masih belum ditemukan vaksinasi terhadap Kusta, namun berdasarkan beberapa sumber, dikatakan bahwa apabila kuman Kusta tersebut masih utuh bentuknya maka memiliki kemungkinan penularan lebih besar daripada bentuk kuman yang telah hancur akibat pengobatan. Sehingga, perlu ditekankan bahwa pengobatan merupakan jalan untuk mencegah penularan penyakit Kusta ini. Tetapi Pengaruh masuknya M. Leprae terhadap manusia sehingga timbul penyakit kusta bergantung beberapa faktor yaitu:1.Faktor imunitas/daya tahan tubuh seseorang. Sebagian besar (95%) manusia kebal terhadap penyakit kusta.2. Faktor sumber penularan Sumber penularan pnderita kusta tipe MB yg tidak diobati atau tak berobat teratur.3. Faktor kuman kustaKemampuan hidup M. leprae pada suhu yang rendah.Diluar tubuh manusia hidup antara 1-9 hari tergantung pada suhu atau keadaan cuaca yang lembab.Rute PajananM. Leprae merupakan parasit obligat intraseluler yg terutama terdapat pada sel makrofag disekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atau sel Schwann di jaringan saraf. Bila kuman M. leprae masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan bereaksi mengeluarkan makrofag yg berasal dari sel monosit darah, sel mononuklear dan histiosit untuk memfagositosisnya.Kemampuan untuk memfagositosis tergantung pada sistem imunitas tubuh.

Distribusi Penyakit Kustaa)Distribusi Penyakit Kusta Menurut Waktu dan Tempat1. Situasi Kusta di dunia Penyakit kusta terbesar di seluruh dunia dengan endemisitas yangberbeda-beda. Diantara 122 negara yang endemis pada tahun 1985, 98 negara telah mencapai eliminasi kusta yaitu prevalensi rate < 1/10.000penduduk. Lebih dari 10.000.000 penderita telah disembuhkan denganMDT pada akhir tahun 1999 dan 641.091 kasus masih dalam pengobatanpada tahun 2000.Di antara 11 negara penyumbang penderita kusta didunia, Indonesia menempati urutan ke 4 setelah India, Brazil, danMyanmar.

Walaupun ada penurunan cukup drastis dari jumlah kasus terdaftar,namun jumlah penemuan kasus baru (New Case Detection) tidakberkurang sama sekali. Oleh karena itu, selain angka prevalensi, angkapenemuan kasus baru (NCDR) juga merupakan indikator yang harusdiperhatikan. Ini karena walaupun suatu negara telah mencapai eliminasi,tidak berarti bahwa kusta tidak lagi menjadi masalah. Nampaknya kasus kusta akan terus ada setidaknya hingga beberapatahun ke depan, hingga kesinambungan dari program kusta harus tetap terjamin.2.Situasi Kusta di Indonesia Untuk menetapkan suatu wilayah sebagailow endemickusta,digunakan indikator penemuan kasus baru dimana angka tersebut harus dibawah 0,5 per 10.000 atau < 5/100.000 penduduk dengan catatan bahwaangka tersebut berada di kisaran nilai stabil selama 3 tahun berturut-turut.Pada pertengahan tahun 2000, Indonesia telah mencapai eliminasikusta sesuai target WHO. Pada tahun 2003, distribusi kusta menuruttempat dan waktu ialah penderita kusta yang terdaftar di Indonesia pada akhir Desember 2003 sebanyak 18.312 penderita yang terdiri dari 2.814PB dan 15.498 MMB denganPrevalens Rate0,86 per 10.000 pendudukterdapat di 10 propinsi, yaitu : Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah,Sulawesi Selatan, Papua, NAD, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, MalukuUtara, dan Nusa Tenggara Timur.b)Distribusi Penyakit Kusta Menurut Orang1.Distribusi Menurut Umur Penyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Angka kejadian(Insidence Rate) penyakit ini meningkat sesuai umur dengan puncak umur10-20 tahun dan kemudian menurun. Prevalensi juga meningkat sesuaidengan umur dengan puncak umur 30-50 tahun dan kemudian secaraperlahan-lahan menurun.2.Distribusi Menurut Jenis Kelamin Insiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak dari padaperempuan kecuali di Afrika dimana perempuan lebih banyak dari padalaki-laki.Faktor fisiologik sepaerti pubertas, menopause, kehamilan sertafaktor infeksi dan malnutrisi dapat meningkatkan perubahan klinispenyakit kusta.Pertumbuhan dan Pertahanan diri Hanya sedikit orang yang akan terjangkit kusta setelah kontakdengan penderita, hal ini disebabkan karena adanya imunitas. Seseorang dalam lingkungan tertentu akan termasuk ke dalam salah satu dari tigakelompok berikut ini, yaitu :1.Host yang mempunyai kekebalan tubuh yang tinggi merupakankelompok terbesar yang telah atau akan menjadi resisten terhadapkuman kusta.2.Hostyang mempunyai kekebalan tubuh yang rendah terhadapkuman kusta, mungkin menderita penyakit kusta yang ringan (tipe PB)3.Host yang tidak mempunyai kekebalan terhadap kuman kustamerupakan kelompok terkecil dan mudah menderita kusta yangstabil dan progresif.Oleh karenaM. Lepraetermasuk kuman intraseluler maka sistemimun yang efektif adalah imun seluler. Tidak semua penderita yangmemiliki banyakM. lepraeyang hidup, sehingga hanya kira-kira 5-15 % dari penderita kusta yang hidup yang dapat menularkan penyakit. Di lainpihak, manusia sebagian besar kebal (95%) tehadap kusta, hanya sebagian kecil yang dapat ditulari (5%). Dari sebagian kecil ini, 70% dapat sembuh dan hanya 30% yang dapat menjadi sakit.Dampak Kesehatan yang di timbulkanKusta dapat menimbulkan kelainan secara fisik yang dapat kita lihat berdasarkan klasifikasi dari penyakit kusta tersebut yaitu :a. Indeterminate(I)Terdapat kelainan kulit berupa makula berbentuk bulat yang berjumlah 1 atau 2, batas lokasi dipantat, kaki, lengan, punggung pipi. Permukaan halus dan licin.b. Tuberkuloid(T)Terdapat makula atau bercak tipis bulat yang tidak teratur dengan jumlah lesi 1 atau beberapa. Batas lokasi terdapat di pantat,punggung, lengan, kaki, pipi. Permukaan kering, kasar sering dengan penyembuhan di tengah.c. Borderline(B)Kelainan kulit bercak agak menebal yang tidak teratur dan tersebar. Batas lokasi sama denganTuberkuloid.d. Lepromatosa(L)Kelainan kulit berupa bercak-bercak menebal yang difus, bentuk tidak jelas. Berbentuk bintil-bintil (nodule), macula-makula tipis yang difus di badan, merata di seluruh badan, besar dan kecil bersambung simetrik.

Kusta juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dipermasalahkan karena cacatnya. Cacat kusta terjadi akibat gangguan fungsi saraf pada mata, tangan atau kaki. Namun, orang-orangyang cacat akibat kusta dicap seumur hidup sebagai penderita kusta walaupun sembuh dari penyakit.Sementara sebenarnya hampir semua cacat dapat dicegah.Metoda Investigasi Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringantubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat.Atas dasar definisi tersebut maka untuk mendiagnosa kusta dicarikelainan-kelainan yang berhubungan dengan gangguan saraf tepi dankelainan-kelainan yang tampak pada kulitdengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut :1.Anamnesis: keluhan pasien riwayat kontak latar belakang keluarga sosio ekonomi adanya pnderita dilingkungan keluarga2.Pemeriksaan klinis: (a) Pemeriksaan kulit: inspeksi : dengan penerangan yang baik, lesi kulit harus diperhatikan, juga kerusakan-kerusakan kulit. Kelainan kulit berupa nodus, nfiltrat, jaringan parut, ulcus terutama pada tangan dan kaki. palpasi: pemeriksaan rasa raba pada kelainan kulit berupa anathesi, suhu/temperatur dan nyeri/sakit.(b) Pemeriksaan saraf tepi dan fungsinya: Dilakukan palpasi utk memeriksa kelainan saraf, apakah ada penebalan atau nyeri tekan. Untuk nyeri tekan, harus diperhatikan raut wajah pasien apakah ia kesakitan atau tidak, tetapi jangan di tanyakan.4. Pemeriksaan Bakteriologis, tujuannya untuk membantu menegakan diagnosis penyakit kusta, menentukan klasifikasi tipe kusta dan membantu menilai hasil pengobatan.

Penyekit kusta1. Definisi Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae (M leprae) yang intra seluler obligat menyerang saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas kemudian ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Penyakit kusta dikenal juga dengan nama Morbus Hansen atau lepra. Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha yang berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya menyerang kulit, mukosa (mulut) saluran pernafasan bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis. Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis, tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, dan psikologis.2. Etiologi Penyakit kusta disebabkan oleh M .leprae yang ditemukan oleh G.H. Armauer Hansen tahun 1873 di Norwegia. Basil ini bersifat tahan asam, bentuk pleomorf lurus, batang ramping dan sisanya berbentuk paralel dengan kedua ujung-ujungnya bulat dengan ukuran panjang 1-8 um dan diameter 0,25-0,3 um. Basil ini menyerupai kuman berbentuk batang yang gram positif, tidak bergerak dan tidak berspora. Dengan pewarnaan Ziehl-Nielsen basil yang hidup dapat berbentuk batang yang utuh, berwarna merah terang, dengan ujung bulat (solid), sedang basil yang mati bentuknya terpecah-pecah (fragmented) atau granular. Basil ini hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu rendah dan tidak dapat dikultur dalam media buatan (in vitro).

3. Epidemiologi Sumber infeksi kusta adalah penderita dengan banyak basil yaitu tipe multibasiler (MB). Cara penularan belum diketahui dengan pasti, hanya berdasarkan anggapan yang klasik ialah melalui kontak langsung antar kulit yang lama dan erat. Anggapan kedua ialah secara inhalasi, sebab M. leprae masih dapat hidup beberapa hari dalam droplet. Masa tunas kusta bervariasi,40 hari sampai 40 tahun. Kusta menyerang semua umur dari anak-anak sampai dewasa. Faktor sosial ekonomi memegang peranan, makin rendah sosial ekonomi makin subur penyakit kusta, sebaliknya sosial ekonomi tinggi membantu penyembuhan. Sehubungan dengan iklim, kusta tersebar di daerah tropis dan sub tropis yang panas dan lembab, terutama di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Jumlah kasus terbanyak terdapat di India, Brazil, Bangladesh, dan Indonesia.(1,13) Jenis-jenis klasifikasi yang umum adalah : a. Klasifikasi Internasional ( Madrid,1953 ) Interdeterminate ( I ) Tuberkuloid ( T ) Bordeline ( B ) Lepromatosa ( L ) b. Klasifikasi Ridley-Jopling ( 1962 ) : Tuberkuloid tuberkuloid ( TT ) Bordeline tuberkuloid ( BT ) Bordeline bordeline ( BB ) Lepramatosa lepramatosa ( LL ) (Emy, S 2003)

Klasifikasi WHO (1982) yang kemudian disempurnakan pada tahun 1997 : Dalam klasifikasi ini seluruh penderita kusta hanya dibagi dalam 2 tipe yaitu tipe Paucibacillary (PB) dan Multibacillary (MB). Dasar klasifikasi ini adalah negatif dan positifnya basil tahan asam (BT) dalam skin smear. 5. Patofisiologi Mekanisme penularan kusta yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. Terdapat bukti bahwa tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman Mycobacterium leprae menderita kusta, Iklim (cuaca panas dan lembab) diet, status gizi, status sosial ekonomi dan genetik Juga ikut berperan, setelah melalui penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit kusta di keluarga tertentu. Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yang berbeda pada setiap individu. Faktor ketidak cukupan gizi juga diduga merupakan faktor penyebab Penyakit kusta dipercaya bahwa penularannya disebabkan oleh kontak antara orang yang terinfeksi dengan orang sehat. Dalam penelitian terhadap insiden, tingkat infeksi untuk kontak lepra lepramatosa beragam dari 6.2 per 1000 per tahun di Cebu, Philipina hingga 55.8 per 1000 per tahun di India Selatan. Dua pintu keluar dari Micobacterium leprae dari tubuh manusia diperkirakan adalah kulit dan mukosa hidung. Telah dibuktikan bahwa kasus lepramatosa menunjukan adanya sejumlah organisme di dermis kulit. Bagaimana masih belum dapat dibuktikan bahwa organism tersebut dapat berpindah ke permukaan kulit. Walaupun telah ditemukan bakteri tahan asam di epidermis. Walaupun terdapat laporan bahwa ditemukan bakteri tahan asam di epitel Deskuamosa di kulit, Weddel et al melaporkan bahwa mereka tidak menemukan bakteri tahan asam di epidermis. Dalam penelitian terbaru Job etal menemukan adanya sejumlah Mycobacterium leprae yang besar dilapisan keratin superficial kulit di penderita kusta lepromatosa. Hal ini menbentuk sebuah pendugaan bahwa organisme tersebut dapat keluar melalui kelenjar keringat. Pentingnya mukosa hidung dalam penularan Mycobacterium leprae telah ditemukan oleh Schaffer pada tahun 1898. Jumlah bakteri dari lesi mukosa hidung pada kusta lepromatosa, menurut Shepard, antara 10.000 hingga 10.000.000 bakteri. Pedley melaporkan bahwa sebagian besar pasien lepromatosa memperlihatkan adanya bakteri di secret hidung penderita. Devey dan Rees mengindikasi bahwa secret hidung dari pasien lepromatosa dapat memproduksi 10.000.000 organisme per hari.Pintu masuk dari Mycobacterium leprae ke tubuh manusia masih menjadi tanda tanya. Saat ini diperkirakan kulit dan pernafasan atas menjadi gerbang masuknya bakteri. Masa inkubasi kusta belum dapat dikemukakan. beberapa peneliti berusaha mengukur masa inkubasi kusta, masa inkubasi kusta minimum dilaporkan beberapa minggu, berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi. Masa inkubasi maksimum dilaporkan selama 30 tahun. Hal ini dilaporkan berdasarkan pengamatan pada veteran perang yang pernah terekspos di daerah endemik dan kemudian berpindah ke daerah non endemik. Secara umum telah ditetapkan masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.B. Faktor-faktor yang menyebabkan kejadian Kusta

Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri M. leprae yang menyerang kulit, saraf tepi di tangan maupun kaki, dan selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan mata. Kuman ini satu genus dengan kuman TB dimana di luar tubuh manusia, kuman kusta hidup baik pada lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari. Kuman kusta dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab, gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahun lamanya. Kuman Tuberculosis dan leprae jika terkena cahaya matahari akan mati dalam waktu 2 jam, selain itu. Seperti halnya bakteri lain pada umumnya, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi. Air membentuk lebih dari 80% volume sel bakteri dan merupakan hal esensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri. Kelembaban udara yang meningkat merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen termasuk yang memiliki rentang suhu yang disukai, merupakan bakteri mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang 25-400C, tetapi akan tumbuh secara optimal pada suhu 31-370C. Pengetahuan mengenai sifat-sifat agent sangat penting untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit, sifat-sifat tersebut termasuk ukuran, kemampuan berkembangbiak, kematian agent atau daya tahan terhadap pemanasan atau pendinginan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Apa Itu Meningitis. URL : http://www.bluefame.com/lofiversion/indexphp/t47283.htmlEllenby, Miles., Tegtmeyer, Ken., Lai, Susanna., and Braner, Dana. 2006. Lumbar Puncture.The New England Journal of Medicine. 12 : 355 URL : http://content.nejm.org/cgi/reprint/355/13/e12.pdfHarsono. 2003. Meningitis. Kapita Selekta Neurologi. 2 URL : http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.htmJapardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library URL : http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdfQuagliarello, Vincent J., Scheld W. 1997. Treatment of Bacterial Meningitis. The New England Journal of Medicine. 336 : 708-16 URL : http://content.nejm.org/cgi/reprint/336/10/708.pdfYayasan Spiritia. 2006. Meningitis Kriptokokus. Lembaran Informasi 503. URL : http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=503Christiana, Lenna.2004.Lepra Subklinis dengan Pemeriksaan MLPA dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Semarang : UNDIP Muslimatin. Penanganan Terkini Infeksi Meningitis meningokokus (Latest Treatment of Meningitis meningococcal Infections).Jember:Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPA UNEJM.Shiddiq Al-Jawi. 2009. Hukum Vaksin Meningitis untuk Jemaah Haji. Jurnal Hukum Islam Cetakan ke-4Staf Pengajar Bagian Mikrobiologi. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran: UI. ISBN : 979-583-424-Xhttps://www.academia.edu/8094613/Jurnal_bakteri http://cdndata.telkomuniversity.ac.id/theta/jurnal/THETA_JURNAL_111051095_6a824d718865c6b3344082775798bc33.pdf