82
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Sectio Caesaria 1 a. Pengertian Persalinan Sectio Caesaria Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). (william, 20001) Istilah sectio caesaria berasal dari perkataan latin caeder yang artinya memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law (Lex Regia) dan Emperor’s Law (Lex Caesarea) yaitu undang – undang yang menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu – ibu yang meninggal harus dikeluarkan dalam rahim. (Rustam, 2003). b. Jenis – Jenis Sectio Caesaria Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu : a. Sayatan melintang Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR). Sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan (simphysis) diatas batas rambut kemaluan sepanjang 4

makalah mengenai bakteri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penjelasan bakteri secara mendetail

Citation preview

Page 1: makalah mengenai bakteri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Konsep Dasar Sectio Caesaria1

a Pengertian Persalinan Sectio Caesaria

Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui

insisi pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus

(histerektomi) (william 20001) Istilah sectio caesaria berasal dari

perkataan latin caeder yang artinya memotong Pengertian ini semula

dijumpai dalam Roman Law (Lex Regia) dan Emperorrsquos Law (Lex

Caesarea) yaitu undang ndash undang yang menghendaki supaya janin

dalam kandungan ibu ndash ibu yang meninggal harus dikeluarkan dalam

rahim (Rustam 2003)

b Jenis ndash Jenis Sectio Caesaria

Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu

a Sayatan melintang

Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR)

Sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan

(simphysis) diatas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10 ndash

14 cm Keuntungannya adalah perut pada rahim kuat sehingga

cukup kecil resiko menderita ruptur uteri (robek rahim) di

kemudian hari Hal ini karena pada masa nifas segmen bawah

rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga luka operasi

dapat sembuh dengan sempurna (Kasdu 2003 hal 45)

b Sayatan memanjang (bedah caesar klasik)

Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang

memberikan suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan

bayi Namun jenis ini kini jarang dilakukan karena jenis ini labil

rentan terhadap komplikasi (dewi Y 2007 hal 4)

4

c Indikasi Sectio Caesaria

Para ahli kandungan menganjurkan sectio caesaria apabila

kelahiran melalui vagina mungkin membawa resiko pada ibu dan janin

Indikasi untuk sectio caesaria antara lain meliputi

a Indikasi Medis

Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu

Power

Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar misalnya daya

mengejan lemah ibu berpenyakit jantung atau penyakit

menahun lain yang mempengaruhi tenaga

Passanger

Diantaranya anak terlalu besar anak ldquo mahal ldquo dengan

kelainan letak lintang primi gravida diatas 35 tahun dengan

letak sungsang anak tertekan terlalu lama pada pintu atas

panggul dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut

jantung janin kacau dan melemah)

Passage

Kelainan ini merupakan panggul sempit trauma persalinan

serius pada jalan lahir atau pada anak adanya infeksi pada

jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak umpamanya

herpes kelamin (herpes genitalis) condyloma lota (kondiloma

sifilitikyang lebar dan pipih) condyloma acuminata (penyakit

infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang koi di kulit

luar kelamin wanita) hepatitis B dan C (Dewi Y 2007 hal

11-12)

b Indikasi Ibu

Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun

memiliki resiko melahirkan dengan operasi Apalagi pada wanita

5

dengan usia 40 tahun ke atas Pada usia ini biasanya seseorang

memiliki penyakit yang beresiko misalnya tekanan darah tinggi

penyakit jantung kencing manis dan preeklamsia Eklampsia

(keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga

dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea

Tulang Panggul

Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul

ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat

menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami Tulang panggul

sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan

Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea

Sebenarnya persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi

persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak

Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukanya

tindakan pembedahan seperti bayi terlalu besar panggul terlalu

sempit atau jalan lahir yang tidak mau membuka operasi bisa saja

dilakukan

Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir misalnya jalan lahir yang kaku

sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan adanya tumor

dan kelainan bawaan pada jalan lahir tali pusat pendek dan ibu

sulit bernafas

Kelainan Kontraksi Rahim

Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate

uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak

dapat melebar pada proses persalinan menyebabkan kepala bayi

tidak terdorong tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar

Ketuban Pecah Dini

6

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat

menyebabkan bayi harus segera dilahirkan Kondisi ini

membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit

atau habis Air ketuban (amnion) adalah cairan yang

mengelilingi janin dalam rahim

Rasa Takut Kesakitan

Umumnya seorang wanita yang melahirkan secara alami akan

mengalami proses rasa sakit yaitu berupa rasa mulas disertai

rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan

ldquomenggigitrdquo Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau

baru melahirkan merasa ketakutan khawatir dan cemas

menjalaninya Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak

tahan melahirkan dengan sakit Kecemasan yang berlebihan juga

akan mengambat proses persalinan alami yang berlangsung

(Kasdu 2003 hal 21-26)

c Indikasi Janin

a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)

Detak jantung janin melambat normalnya detak jantung janin

berkisar 120- 160 Namun dengan CTG (cardiotography) detak

jantung janin melemah lakukan segera sectio caesarea segara

untuk menyelematkan janin

b) Bayi Besar (makrosemia)

c) Letak Sungsang

Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak

sesuai dengan arah jalan lahir Pada keadaan ini letak kepala

pada posisi yang satu dan bokong pada posisi yang lain

d) Faktor Plasenta

Plasenta previa

Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi

sebagian atau selruh jalan lahir

Plasenta lepas (Solution placenta)

7

Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih

cepat dari dinding rahim sebelum waktunya Persalinan

dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir

sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan

air ketuban

Plasenta accreta

Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim

Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan

yang berulang kali ibu berusia rawan untuk hamil (di atas

35 tahun) dan ibu yang pernah operasi (operasinya

meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya

plasenta

e) Kelainan Tali Pusat

prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)

Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat

Pada keadaan ini tali pusat berada di depan atau di samping

atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi

Terlilit tali pusat

Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya

Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran

oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman

(Kasdu 2003 hal 13-18)

d Prosedur Tindakan Sectio Caesarea

a) Izin Keluarga

Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani

oleh keluarga yang isinya izin pelaksanaan operasi

b) Pembiusan

Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal Dengan

cara ini ibu akan tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses

operasi karena terhalang tirai

c) Disterilkan

8

Bagian perut yang akan dibedah disterilkan sehingga

diharapkan tidak ada bakteri yang masuk selama operasi

d) Pemasangan Alat

Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan

macam peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu

e) Pembedahan

Setelah semua siap dokter akan melakukan sayatan demi

sayatan sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban

dipecahkan Selanjutnya dokter akan mengangkat bayi

berdasarkan letaknya

f) Mengambil Plasenta

Setelah bayi lahir selanjutnya dokter akan mengambil plasenta

g) Menjahit

Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis

sehingga tetutup semua (Juditha dkk 2009 hal 90-91)

h) Fase Pembedahan

Ada tiga fase dalam tahap pembedahan yaitu a) Fase

praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah

dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke meja operasi b)

Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah

kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien

dipindahkan ke ruang pemulihan c) Fase pascaoperatif dimulai

dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir

dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah

(Bareet all 2002 hal 426)

e Alasan Terjadinya Kenaikan Persalinan dengan Sectio Caesaria

a) Pengurangan parietas hal ini menyebabkan separuh dari

wanita yang hamil adalah nullipara Oleh karena itu

peningkatan jumlah sectio caesaria dapat diperkirakan pada

beberapa keadaan yang lebih lazim dijumpai pada wanita

nullipara khususnya distosia dan kehamilan dengan hipertensi

9

b) Wanita cenderung mempunyai anak pada usia yang lebih tua

Peningkatan usia ibu hamil diatas 35 tahun meningkatkan

proses melahirkan dengan sectio caesaria

c) Pemantauan janin secara elektronik meningkatkan peluang

untuk mendeteksi gawat janin dan meningkatkan kenaikan

jumlah sectio caesaria

d) Bayi dengan presentase letak bokong sering dilahirkan dengan

sectio caesaria

e) Sectio caesaria berulang secara bermakna meningkatkan total

jumlah persalinan sectio caesaria

f Istilah ndash Istilah Tentang Sectio Caesaria

a) Sectio caesaria primer (efektif)

Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan

secara sectio caesaria tidak diharapkan lagi kelahiran biasa

misalnya pada panggul sempit

b) Sectio caesaria sekunder

Mencoba menunggu kelahiran biasa (spontan) bila tidak

berhasil dilakukan secara sectio caesaria

c) Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria dan

pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesaria ulang

d) Sectio caesaria histerektomi

Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio

caesaria langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu

indikasi

e) Operasi porro

Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin

sudah mati) langsung dilakukan histerektomi Misalnya pada

keadaan infeksi rahim yang berat

B Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini1

10

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan

maupun jauh sebelum waktunya melahirkan KPD preterm adalah KPD

sebelum usia kehamilan 37 minggu KPD yang memanjang adalah KPD

yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan Kejadian

KPD berkisar 5-10 dari semua kelahiran dan KPD preterm terjadi 1

dari semua kehamilan 70 kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup

bulan KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30

Gambar 1

Ketuban Pecah

Penyebab

Pada sebagian besar kasus penyebabnya belum ditemukan Faktor

yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran

prematur merokok dan perdarahan selama kehamilan Beberapa faktor

risiko dari KPD

11

Inkompetensi serviks (leher rahim)

Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

Riwayat KPD sebelumya

Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

Kehamilan kembar

Trauma

Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23

minggu

Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau

amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan

ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau

kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk

atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya

mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam

bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah

cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

12

Penanganan Ketuban Pecah di Rumah

Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera

hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah

Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air

yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah

infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam

Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk

menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan

dalam sendiri

Terapi

Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah

sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan

dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan

tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah

risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini

Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan

terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan

janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil

Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah

apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban

pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan

kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya

akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang

kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika

memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu

selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa

meningkatkan resiko infeksi

Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah

kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum

waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik

13

Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian

KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan

Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan

kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta

tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan

janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko

sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak

Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang

pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah

kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis

bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm

dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil

dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran

diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta

sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat

dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)

pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah

71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila

terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air

seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk

mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim

Komplikasi KPD

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi

pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian

KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk

kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)

Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada

KPD

14

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD

preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada

KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm

ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu

Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar

Pencegahan

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang

terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir

triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan

C Konsep Dasar Mioma Uteri1

a Pengertian mioma uteri

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ

rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor

otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat

berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma

15

tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma

uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan

keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang

berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah

dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga

mencapai 5 kg

b Penyebab mioma uteri

Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui

Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen

yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot

rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang

tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga

muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi

kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat

tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada

saat terjadi menopause

c Jenis mioma uteri

Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu

1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim

2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)

16

3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus

d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri

Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya

tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat

dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh

hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika

besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi

desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya

Umumnya gejala mioma uteri adalah

1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)

2 Dismenore (nyeri haid)

3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan

terputarnya tangkal mioma uteri

4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan

5 Anemia

6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung

kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ

rongga panggul lainnya

7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran

tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada

dinding rahim

8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir

kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko

keguguran pada masa kehamilan

9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca

melahirkan

e Diagnosa mioma uteri

Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau

MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa

mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka

segerakan periksa ke dokter anda

17

f Penanganan dan obat mioma uteri

Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal

dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri

Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari

mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan

obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan

hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika

pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau

menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan

mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan

mahkota dewa

g Operasi mioma uteri

Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan

operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala

penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus

Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)

jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan

miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi

D Konsep Dasar Histerektomi2

18

a Pengertian

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari

uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik

untuk wanita di negara Amerika Serikat

b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi

a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain

itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri

(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari

kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel

ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non

kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih

menantang untuk wanita dan dokter-dokternya

b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak

dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu

perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun

etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak

menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat

menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang

banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan

histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan

19

tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami

pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area

pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti

inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi

kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh

bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan

peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan

yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut

c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma

uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk

karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana

menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan

prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus

c Prosedur Tindakan Histerektomi

Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui

dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis

histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal

histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya

juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam

kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )

justru lebih lama

E Konsep dasar Shock3

a Defenisi

Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

akibat adanya gangguan sirkulasi

b Macam-macam shock

a) Shock Hipovolemik

Hemoragik dan non hemoragik

b) Shock Kardiogenik

c) Shock Neurogenik

20

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 2: makalah mengenai bakteri

c Indikasi Sectio Caesaria

Para ahli kandungan menganjurkan sectio caesaria apabila

kelahiran melalui vagina mungkin membawa resiko pada ibu dan janin

Indikasi untuk sectio caesaria antara lain meliputi

a Indikasi Medis

Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu

Power

Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar misalnya daya

mengejan lemah ibu berpenyakit jantung atau penyakit

menahun lain yang mempengaruhi tenaga

Passanger

Diantaranya anak terlalu besar anak ldquo mahal ldquo dengan

kelainan letak lintang primi gravida diatas 35 tahun dengan

letak sungsang anak tertekan terlalu lama pada pintu atas

panggul dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut

jantung janin kacau dan melemah)

Passage

Kelainan ini merupakan panggul sempit trauma persalinan

serius pada jalan lahir atau pada anak adanya infeksi pada

jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak umpamanya

herpes kelamin (herpes genitalis) condyloma lota (kondiloma

sifilitikyang lebar dan pipih) condyloma acuminata (penyakit

infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang koi di kulit

luar kelamin wanita) hepatitis B dan C (Dewi Y 2007 hal

11-12)

b Indikasi Ibu

Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun

memiliki resiko melahirkan dengan operasi Apalagi pada wanita

5

dengan usia 40 tahun ke atas Pada usia ini biasanya seseorang

memiliki penyakit yang beresiko misalnya tekanan darah tinggi

penyakit jantung kencing manis dan preeklamsia Eklampsia

(keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga

dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea

Tulang Panggul

Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul

ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat

menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami Tulang panggul

sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan

Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea

Sebenarnya persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi

persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak

Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukanya

tindakan pembedahan seperti bayi terlalu besar panggul terlalu

sempit atau jalan lahir yang tidak mau membuka operasi bisa saja

dilakukan

Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir misalnya jalan lahir yang kaku

sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan adanya tumor

dan kelainan bawaan pada jalan lahir tali pusat pendek dan ibu

sulit bernafas

Kelainan Kontraksi Rahim

Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate

uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak

dapat melebar pada proses persalinan menyebabkan kepala bayi

tidak terdorong tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar

Ketuban Pecah Dini

6

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat

menyebabkan bayi harus segera dilahirkan Kondisi ini

membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit

atau habis Air ketuban (amnion) adalah cairan yang

mengelilingi janin dalam rahim

Rasa Takut Kesakitan

Umumnya seorang wanita yang melahirkan secara alami akan

mengalami proses rasa sakit yaitu berupa rasa mulas disertai

rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan

ldquomenggigitrdquo Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau

baru melahirkan merasa ketakutan khawatir dan cemas

menjalaninya Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak

tahan melahirkan dengan sakit Kecemasan yang berlebihan juga

akan mengambat proses persalinan alami yang berlangsung

(Kasdu 2003 hal 21-26)

c Indikasi Janin

a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)

Detak jantung janin melambat normalnya detak jantung janin

berkisar 120- 160 Namun dengan CTG (cardiotography) detak

jantung janin melemah lakukan segera sectio caesarea segara

untuk menyelematkan janin

b) Bayi Besar (makrosemia)

c) Letak Sungsang

Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak

sesuai dengan arah jalan lahir Pada keadaan ini letak kepala

pada posisi yang satu dan bokong pada posisi yang lain

d) Faktor Plasenta

Plasenta previa

Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi

sebagian atau selruh jalan lahir

Plasenta lepas (Solution placenta)

7

Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih

cepat dari dinding rahim sebelum waktunya Persalinan

dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir

sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan

air ketuban

Plasenta accreta

Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim

Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan

yang berulang kali ibu berusia rawan untuk hamil (di atas

35 tahun) dan ibu yang pernah operasi (operasinya

meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya

plasenta

e) Kelainan Tali Pusat

prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)

Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat

Pada keadaan ini tali pusat berada di depan atau di samping

atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi

Terlilit tali pusat

Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya

Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran

oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman

(Kasdu 2003 hal 13-18)

d Prosedur Tindakan Sectio Caesarea

a) Izin Keluarga

Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani

oleh keluarga yang isinya izin pelaksanaan operasi

b) Pembiusan

Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal Dengan

cara ini ibu akan tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses

operasi karena terhalang tirai

c) Disterilkan

8

Bagian perut yang akan dibedah disterilkan sehingga

diharapkan tidak ada bakteri yang masuk selama operasi

d) Pemasangan Alat

Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan

macam peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu

e) Pembedahan

Setelah semua siap dokter akan melakukan sayatan demi

sayatan sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban

dipecahkan Selanjutnya dokter akan mengangkat bayi

berdasarkan letaknya

f) Mengambil Plasenta

Setelah bayi lahir selanjutnya dokter akan mengambil plasenta

g) Menjahit

Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis

sehingga tetutup semua (Juditha dkk 2009 hal 90-91)

h) Fase Pembedahan

Ada tiga fase dalam tahap pembedahan yaitu a) Fase

praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah

dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke meja operasi b)

Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah

kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien

dipindahkan ke ruang pemulihan c) Fase pascaoperatif dimulai

dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir

dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah

(Bareet all 2002 hal 426)

e Alasan Terjadinya Kenaikan Persalinan dengan Sectio Caesaria

a) Pengurangan parietas hal ini menyebabkan separuh dari

wanita yang hamil adalah nullipara Oleh karena itu

peningkatan jumlah sectio caesaria dapat diperkirakan pada

beberapa keadaan yang lebih lazim dijumpai pada wanita

nullipara khususnya distosia dan kehamilan dengan hipertensi

9

b) Wanita cenderung mempunyai anak pada usia yang lebih tua

Peningkatan usia ibu hamil diatas 35 tahun meningkatkan

proses melahirkan dengan sectio caesaria

c) Pemantauan janin secara elektronik meningkatkan peluang

untuk mendeteksi gawat janin dan meningkatkan kenaikan

jumlah sectio caesaria

d) Bayi dengan presentase letak bokong sering dilahirkan dengan

sectio caesaria

e) Sectio caesaria berulang secara bermakna meningkatkan total

jumlah persalinan sectio caesaria

f Istilah ndash Istilah Tentang Sectio Caesaria

a) Sectio caesaria primer (efektif)

Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan

secara sectio caesaria tidak diharapkan lagi kelahiran biasa

misalnya pada panggul sempit

b) Sectio caesaria sekunder

Mencoba menunggu kelahiran biasa (spontan) bila tidak

berhasil dilakukan secara sectio caesaria

c) Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria dan

pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesaria ulang

d) Sectio caesaria histerektomi

Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio

caesaria langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu

indikasi

e) Operasi porro

Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin

sudah mati) langsung dilakukan histerektomi Misalnya pada

keadaan infeksi rahim yang berat

B Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini1

10

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan

maupun jauh sebelum waktunya melahirkan KPD preterm adalah KPD

sebelum usia kehamilan 37 minggu KPD yang memanjang adalah KPD

yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan Kejadian

KPD berkisar 5-10 dari semua kelahiran dan KPD preterm terjadi 1

dari semua kehamilan 70 kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup

bulan KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30

Gambar 1

Ketuban Pecah

Penyebab

Pada sebagian besar kasus penyebabnya belum ditemukan Faktor

yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran

prematur merokok dan perdarahan selama kehamilan Beberapa faktor

risiko dari KPD

11

Inkompetensi serviks (leher rahim)

Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

Riwayat KPD sebelumya

Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

Kehamilan kembar

Trauma

Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23

minggu

Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau

amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan

ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau

kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk

atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya

mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam

bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah

cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

12

Penanganan Ketuban Pecah di Rumah

Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera

hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah

Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air

yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah

infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam

Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk

menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan

dalam sendiri

Terapi

Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah

sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan

dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan

tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah

risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini

Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan

terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan

janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil

Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah

apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban

pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan

kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya

akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang

kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika

memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu

selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa

meningkatkan resiko infeksi

Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah

kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum

waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik

13

Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian

KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan

Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan

kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta

tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan

janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko

sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak

Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang

pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah

kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis

bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm

dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil

dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran

diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta

sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat

dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)

pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah

71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila

terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air

seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk

mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim

Komplikasi KPD

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi

pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian

KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk

kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)

Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada

KPD

14

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD

preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada

KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm

ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu

Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar

Pencegahan

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang

terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir

triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan

C Konsep Dasar Mioma Uteri1

a Pengertian mioma uteri

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ

rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor

otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat

berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma

15

tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma

uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan

keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang

berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah

dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga

mencapai 5 kg

b Penyebab mioma uteri

Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui

Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen

yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot

rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang

tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga

muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi

kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat

tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada

saat terjadi menopause

c Jenis mioma uteri

Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu

1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim

2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)

16

3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus

d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri

Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya

tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat

dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh

hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika

besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi

desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya

Umumnya gejala mioma uteri adalah

1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)

2 Dismenore (nyeri haid)

3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan

terputarnya tangkal mioma uteri

4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan

5 Anemia

6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung

kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ

rongga panggul lainnya

7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran

tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada

dinding rahim

8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir

kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko

keguguran pada masa kehamilan

9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca

melahirkan

e Diagnosa mioma uteri

Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau

MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa

mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka

segerakan periksa ke dokter anda

17

f Penanganan dan obat mioma uteri

Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal

dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri

Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari

mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan

obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan

hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika

pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau

menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan

mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan

mahkota dewa

g Operasi mioma uteri

Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan

operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala

penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus

Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)

jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan

miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi

D Konsep Dasar Histerektomi2

18

a Pengertian

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari

uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik

untuk wanita di negara Amerika Serikat

b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi

a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain

itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri

(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari

kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel

ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non

kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih

menantang untuk wanita dan dokter-dokternya

b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak

dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu

perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun

etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak

menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat

menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang

banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan

histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan

19

tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami

pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area

pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti

inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi

kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh

bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan

peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan

yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut

c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma

uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk

karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana

menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan

prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus

c Prosedur Tindakan Histerektomi

Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui

dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis

histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal

histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya

juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam

kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )

justru lebih lama

E Konsep dasar Shock3

a Defenisi

Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

akibat adanya gangguan sirkulasi

b Macam-macam shock

a) Shock Hipovolemik

Hemoragik dan non hemoragik

b) Shock Kardiogenik

c) Shock Neurogenik

20

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 3: makalah mengenai bakteri

dengan usia 40 tahun ke atas Pada usia ini biasanya seseorang

memiliki penyakit yang beresiko misalnya tekanan darah tinggi

penyakit jantung kencing manis dan preeklamsia Eklampsia

(keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga

dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea

Tulang Panggul

Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul

ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat

menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami Tulang panggul

sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan

Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea

Sebenarnya persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi

persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak

Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukanya

tindakan pembedahan seperti bayi terlalu besar panggul terlalu

sempit atau jalan lahir yang tidak mau membuka operasi bisa saja

dilakukan

Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir misalnya jalan lahir yang kaku

sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan adanya tumor

dan kelainan bawaan pada jalan lahir tali pusat pendek dan ibu

sulit bernafas

Kelainan Kontraksi Rahim

Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate

uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak

dapat melebar pada proses persalinan menyebabkan kepala bayi

tidak terdorong tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar

Ketuban Pecah Dini

6

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat

menyebabkan bayi harus segera dilahirkan Kondisi ini

membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit

atau habis Air ketuban (amnion) adalah cairan yang

mengelilingi janin dalam rahim

Rasa Takut Kesakitan

Umumnya seorang wanita yang melahirkan secara alami akan

mengalami proses rasa sakit yaitu berupa rasa mulas disertai

rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan

ldquomenggigitrdquo Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau

baru melahirkan merasa ketakutan khawatir dan cemas

menjalaninya Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak

tahan melahirkan dengan sakit Kecemasan yang berlebihan juga

akan mengambat proses persalinan alami yang berlangsung

(Kasdu 2003 hal 21-26)

c Indikasi Janin

a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)

Detak jantung janin melambat normalnya detak jantung janin

berkisar 120- 160 Namun dengan CTG (cardiotography) detak

jantung janin melemah lakukan segera sectio caesarea segara

untuk menyelematkan janin

b) Bayi Besar (makrosemia)

c) Letak Sungsang

Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak

sesuai dengan arah jalan lahir Pada keadaan ini letak kepala

pada posisi yang satu dan bokong pada posisi yang lain

d) Faktor Plasenta

Plasenta previa

Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi

sebagian atau selruh jalan lahir

Plasenta lepas (Solution placenta)

7

Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih

cepat dari dinding rahim sebelum waktunya Persalinan

dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir

sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan

air ketuban

Plasenta accreta

Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim

Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan

yang berulang kali ibu berusia rawan untuk hamil (di atas

35 tahun) dan ibu yang pernah operasi (operasinya

meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya

plasenta

e) Kelainan Tali Pusat

prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)

Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat

Pada keadaan ini tali pusat berada di depan atau di samping

atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi

Terlilit tali pusat

Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya

Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran

oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman

(Kasdu 2003 hal 13-18)

d Prosedur Tindakan Sectio Caesarea

a) Izin Keluarga

Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani

oleh keluarga yang isinya izin pelaksanaan operasi

b) Pembiusan

Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal Dengan

cara ini ibu akan tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses

operasi karena terhalang tirai

c) Disterilkan

8

Bagian perut yang akan dibedah disterilkan sehingga

diharapkan tidak ada bakteri yang masuk selama operasi

d) Pemasangan Alat

Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan

macam peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu

e) Pembedahan

Setelah semua siap dokter akan melakukan sayatan demi

sayatan sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban

dipecahkan Selanjutnya dokter akan mengangkat bayi

berdasarkan letaknya

f) Mengambil Plasenta

Setelah bayi lahir selanjutnya dokter akan mengambil plasenta

g) Menjahit

Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis

sehingga tetutup semua (Juditha dkk 2009 hal 90-91)

h) Fase Pembedahan

Ada tiga fase dalam tahap pembedahan yaitu a) Fase

praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah

dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke meja operasi b)

Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah

kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien

dipindahkan ke ruang pemulihan c) Fase pascaoperatif dimulai

dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir

dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah

(Bareet all 2002 hal 426)

e Alasan Terjadinya Kenaikan Persalinan dengan Sectio Caesaria

a) Pengurangan parietas hal ini menyebabkan separuh dari

wanita yang hamil adalah nullipara Oleh karena itu

peningkatan jumlah sectio caesaria dapat diperkirakan pada

beberapa keadaan yang lebih lazim dijumpai pada wanita

nullipara khususnya distosia dan kehamilan dengan hipertensi

9

b) Wanita cenderung mempunyai anak pada usia yang lebih tua

Peningkatan usia ibu hamil diatas 35 tahun meningkatkan

proses melahirkan dengan sectio caesaria

c) Pemantauan janin secara elektronik meningkatkan peluang

untuk mendeteksi gawat janin dan meningkatkan kenaikan

jumlah sectio caesaria

d) Bayi dengan presentase letak bokong sering dilahirkan dengan

sectio caesaria

e) Sectio caesaria berulang secara bermakna meningkatkan total

jumlah persalinan sectio caesaria

f Istilah ndash Istilah Tentang Sectio Caesaria

a) Sectio caesaria primer (efektif)

Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan

secara sectio caesaria tidak diharapkan lagi kelahiran biasa

misalnya pada panggul sempit

b) Sectio caesaria sekunder

Mencoba menunggu kelahiran biasa (spontan) bila tidak

berhasil dilakukan secara sectio caesaria

c) Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria dan

pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesaria ulang

d) Sectio caesaria histerektomi

Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio

caesaria langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu

indikasi

e) Operasi porro

Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin

sudah mati) langsung dilakukan histerektomi Misalnya pada

keadaan infeksi rahim yang berat

B Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini1

10

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan

maupun jauh sebelum waktunya melahirkan KPD preterm adalah KPD

sebelum usia kehamilan 37 minggu KPD yang memanjang adalah KPD

yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan Kejadian

KPD berkisar 5-10 dari semua kelahiran dan KPD preterm terjadi 1

dari semua kehamilan 70 kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup

bulan KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30

Gambar 1

Ketuban Pecah

Penyebab

Pada sebagian besar kasus penyebabnya belum ditemukan Faktor

yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran

prematur merokok dan perdarahan selama kehamilan Beberapa faktor

risiko dari KPD

11

Inkompetensi serviks (leher rahim)

Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

Riwayat KPD sebelumya

Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

Kehamilan kembar

Trauma

Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23

minggu

Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau

amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan

ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau

kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk

atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya

mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam

bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah

cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

12

Penanganan Ketuban Pecah di Rumah

Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera

hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah

Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air

yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah

infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam

Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk

menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan

dalam sendiri

Terapi

Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah

sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan

dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan

tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah

risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini

Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan

terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan

janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil

Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah

apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban

pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan

kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya

akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang

kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika

memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu

selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa

meningkatkan resiko infeksi

Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah

kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum

waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik

13

Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian

KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan

Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan

kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta

tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan

janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko

sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak

Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang

pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah

kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis

bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm

dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil

dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran

diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta

sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat

dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)

pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah

71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila

terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air

seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk

mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim

Komplikasi KPD

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi

pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian

KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk

kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)

Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada

KPD

14

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD

preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada

KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm

ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu

Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar

Pencegahan

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang

terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir

triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan

C Konsep Dasar Mioma Uteri1

a Pengertian mioma uteri

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ

rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor

otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat

berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma

15

tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma

uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan

keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang

berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah

dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga

mencapai 5 kg

b Penyebab mioma uteri

Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui

Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen

yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot

rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang

tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga

muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi

kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat

tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada

saat terjadi menopause

c Jenis mioma uteri

Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu

1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim

2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)

16

3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus

d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri

Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya

tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat

dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh

hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika

besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi

desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya

Umumnya gejala mioma uteri adalah

1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)

2 Dismenore (nyeri haid)

3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan

terputarnya tangkal mioma uteri

4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan

5 Anemia

6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung

kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ

rongga panggul lainnya

7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran

tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada

dinding rahim

8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir

kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko

keguguran pada masa kehamilan

9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca

melahirkan

e Diagnosa mioma uteri

Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau

MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa

mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka

segerakan periksa ke dokter anda

17

f Penanganan dan obat mioma uteri

Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal

dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri

Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari

mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan

obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan

hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika

pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau

menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan

mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan

mahkota dewa

g Operasi mioma uteri

Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan

operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala

penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus

Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)

jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan

miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi

D Konsep Dasar Histerektomi2

18

a Pengertian

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari

uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik

untuk wanita di negara Amerika Serikat

b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi

a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain

itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri

(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari

kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel

ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non

kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih

menantang untuk wanita dan dokter-dokternya

b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak

dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu

perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun

etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak

menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat

menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang

banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan

histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan

19

tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami

pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area

pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti

inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi

kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh

bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan

peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan

yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut

c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma

uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk

karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana

menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan

prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus

c Prosedur Tindakan Histerektomi

Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui

dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis

histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal

histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya

juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam

kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )

justru lebih lama

E Konsep dasar Shock3

a Defenisi

Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

akibat adanya gangguan sirkulasi

b Macam-macam shock

a) Shock Hipovolemik

Hemoragik dan non hemoragik

b) Shock Kardiogenik

c) Shock Neurogenik

20

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 4: makalah mengenai bakteri

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat

menyebabkan bayi harus segera dilahirkan Kondisi ini

membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit

atau habis Air ketuban (amnion) adalah cairan yang

mengelilingi janin dalam rahim

Rasa Takut Kesakitan

Umumnya seorang wanita yang melahirkan secara alami akan

mengalami proses rasa sakit yaitu berupa rasa mulas disertai

rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan

ldquomenggigitrdquo Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau

baru melahirkan merasa ketakutan khawatir dan cemas

menjalaninya Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak

tahan melahirkan dengan sakit Kecemasan yang berlebihan juga

akan mengambat proses persalinan alami yang berlangsung

(Kasdu 2003 hal 21-26)

c Indikasi Janin

a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)

Detak jantung janin melambat normalnya detak jantung janin

berkisar 120- 160 Namun dengan CTG (cardiotography) detak

jantung janin melemah lakukan segera sectio caesarea segara

untuk menyelematkan janin

b) Bayi Besar (makrosemia)

c) Letak Sungsang

Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak

sesuai dengan arah jalan lahir Pada keadaan ini letak kepala

pada posisi yang satu dan bokong pada posisi yang lain

d) Faktor Plasenta

Plasenta previa

Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi

sebagian atau selruh jalan lahir

Plasenta lepas (Solution placenta)

7

Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih

cepat dari dinding rahim sebelum waktunya Persalinan

dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir

sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan

air ketuban

Plasenta accreta

Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim

Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan

yang berulang kali ibu berusia rawan untuk hamil (di atas

35 tahun) dan ibu yang pernah operasi (operasinya

meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya

plasenta

e) Kelainan Tali Pusat

prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)

Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat

Pada keadaan ini tali pusat berada di depan atau di samping

atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi

Terlilit tali pusat

Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya

Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran

oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman

(Kasdu 2003 hal 13-18)

d Prosedur Tindakan Sectio Caesarea

a) Izin Keluarga

Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani

oleh keluarga yang isinya izin pelaksanaan operasi

b) Pembiusan

Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal Dengan

cara ini ibu akan tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses

operasi karena terhalang tirai

c) Disterilkan

8

Bagian perut yang akan dibedah disterilkan sehingga

diharapkan tidak ada bakteri yang masuk selama operasi

d) Pemasangan Alat

Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan

macam peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu

e) Pembedahan

Setelah semua siap dokter akan melakukan sayatan demi

sayatan sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban

dipecahkan Selanjutnya dokter akan mengangkat bayi

berdasarkan letaknya

f) Mengambil Plasenta

Setelah bayi lahir selanjutnya dokter akan mengambil plasenta

g) Menjahit

Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis

sehingga tetutup semua (Juditha dkk 2009 hal 90-91)

h) Fase Pembedahan

Ada tiga fase dalam tahap pembedahan yaitu a) Fase

praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah

dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke meja operasi b)

Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah

kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien

dipindahkan ke ruang pemulihan c) Fase pascaoperatif dimulai

dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir

dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah

(Bareet all 2002 hal 426)

e Alasan Terjadinya Kenaikan Persalinan dengan Sectio Caesaria

a) Pengurangan parietas hal ini menyebabkan separuh dari

wanita yang hamil adalah nullipara Oleh karena itu

peningkatan jumlah sectio caesaria dapat diperkirakan pada

beberapa keadaan yang lebih lazim dijumpai pada wanita

nullipara khususnya distosia dan kehamilan dengan hipertensi

9

b) Wanita cenderung mempunyai anak pada usia yang lebih tua

Peningkatan usia ibu hamil diatas 35 tahun meningkatkan

proses melahirkan dengan sectio caesaria

c) Pemantauan janin secara elektronik meningkatkan peluang

untuk mendeteksi gawat janin dan meningkatkan kenaikan

jumlah sectio caesaria

d) Bayi dengan presentase letak bokong sering dilahirkan dengan

sectio caesaria

e) Sectio caesaria berulang secara bermakna meningkatkan total

jumlah persalinan sectio caesaria

f Istilah ndash Istilah Tentang Sectio Caesaria

a) Sectio caesaria primer (efektif)

Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan

secara sectio caesaria tidak diharapkan lagi kelahiran biasa

misalnya pada panggul sempit

b) Sectio caesaria sekunder

Mencoba menunggu kelahiran biasa (spontan) bila tidak

berhasil dilakukan secara sectio caesaria

c) Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria dan

pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesaria ulang

d) Sectio caesaria histerektomi

Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio

caesaria langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu

indikasi

e) Operasi porro

Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin

sudah mati) langsung dilakukan histerektomi Misalnya pada

keadaan infeksi rahim yang berat

B Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini1

10

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan

maupun jauh sebelum waktunya melahirkan KPD preterm adalah KPD

sebelum usia kehamilan 37 minggu KPD yang memanjang adalah KPD

yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan Kejadian

KPD berkisar 5-10 dari semua kelahiran dan KPD preterm terjadi 1

dari semua kehamilan 70 kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup

bulan KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30

Gambar 1

Ketuban Pecah

Penyebab

Pada sebagian besar kasus penyebabnya belum ditemukan Faktor

yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran

prematur merokok dan perdarahan selama kehamilan Beberapa faktor

risiko dari KPD

11

Inkompetensi serviks (leher rahim)

Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

Riwayat KPD sebelumya

Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

Kehamilan kembar

Trauma

Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23

minggu

Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau

amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan

ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau

kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk

atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya

mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam

bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah

cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

12

Penanganan Ketuban Pecah di Rumah

Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera

hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah

Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air

yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah

infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam

Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk

menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan

dalam sendiri

Terapi

Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah

sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan

dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan

tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah

risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini

Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan

terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan

janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil

Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah

apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban

pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan

kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya

akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang

kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika

memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu

selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa

meningkatkan resiko infeksi

Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah

kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum

waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik

13

Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian

KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan

Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan

kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta

tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan

janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko

sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak

Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang

pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah

kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis

bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm

dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil

dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran

diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta

sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat

dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)

pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah

71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila

terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air

seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk

mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim

Komplikasi KPD

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi

pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian

KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk

kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)

Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada

KPD

14

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD

preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada

KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm

ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu

Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar

Pencegahan

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang

terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir

triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan

C Konsep Dasar Mioma Uteri1

a Pengertian mioma uteri

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ

rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor

otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat

berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma

15

tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma

uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan

keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang

berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah

dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga

mencapai 5 kg

b Penyebab mioma uteri

Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui

Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen

yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot

rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang

tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga

muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi

kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat

tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada

saat terjadi menopause

c Jenis mioma uteri

Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu

1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim

2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)

16

3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus

d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri

Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya

tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat

dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh

hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika

besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi

desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya

Umumnya gejala mioma uteri adalah

1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)

2 Dismenore (nyeri haid)

3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan

terputarnya tangkal mioma uteri

4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan

5 Anemia

6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung

kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ

rongga panggul lainnya

7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran

tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada

dinding rahim

8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir

kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko

keguguran pada masa kehamilan

9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca

melahirkan

e Diagnosa mioma uteri

Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau

MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa

mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka

segerakan periksa ke dokter anda

17

f Penanganan dan obat mioma uteri

Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal

dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri

Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari

mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan

obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan

hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika

pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau

menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan

mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan

mahkota dewa

g Operasi mioma uteri

Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan

operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala

penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus

Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)

jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan

miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi

D Konsep Dasar Histerektomi2

18

a Pengertian

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari

uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik

untuk wanita di negara Amerika Serikat

b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi

a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain

itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri

(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari

kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel

ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non

kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih

menantang untuk wanita dan dokter-dokternya

b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak

dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu

perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun

etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak

menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat

menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang

banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan

histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan

19

tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami

pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area

pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti

inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi

kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh

bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan

peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan

yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut

c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma

uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk

karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana

menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan

prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus

c Prosedur Tindakan Histerektomi

Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui

dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis

histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal

histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya

juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam

kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )

justru lebih lama

E Konsep dasar Shock3

a Defenisi

Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

akibat adanya gangguan sirkulasi

b Macam-macam shock

a) Shock Hipovolemik

Hemoragik dan non hemoragik

b) Shock Kardiogenik

c) Shock Neurogenik

20

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 5: makalah mengenai bakteri

Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih

cepat dari dinding rahim sebelum waktunya Persalinan

dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir

sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan

air ketuban

Plasenta accreta

Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim

Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan

yang berulang kali ibu berusia rawan untuk hamil (di atas

35 tahun) dan ibu yang pernah operasi (operasinya

meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya

plasenta

e) Kelainan Tali Pusat

prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)

Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat

Pada keadaan ini tali pusat berada di depan atau di samping

atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi

Terlilit tali pusat

Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya

Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran

oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman

(Kasdu 2003 hal 13-18)

d Prosedur Tindakan Sectio Caesarea

a) Izin Keluarga

Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani

oleh keluarga yang isinya izin pelaksanaan operasi

b) Pembiusan

Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal Dengan

cara ini ibu akan tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses

operasi karena terhalang tirai

c) Disterilkan

8

Bagian perut yang akan dibedah disterilkan sehingga

diharapkan tidak ada bakteri yang masuk selama operasi

d) Pemasangan Alat

Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan

macam peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu

e) Pembedahan

Setelah semua siap dokter akan melakukan sayatan demi

sayatan sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban

dipecahkan Selanjutnya dokter akan mengangkat bayi

berdasarkan letaknya

f) Mengambil Plasenta

Setelah bayi lahir selanjutnya dokter akan mengambil plasenta

g) Menjahit

Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis

sehingga tetutup semua (Juditha dkk 2009 hal 90-91)

h) Fase Pembedahan

Ada tiga fase dalam tahap pembedahan yaitu a) Fase

praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah

dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke meja operasi b)

Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah

kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien

dipindahkan ke ruang pemulihan c) Fase pascaoperatif dimulai

dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir

dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah

(Bareet all 2002 hal 426)

e Alasan Terjadinya Kenaikan Persalinan dengan Sectio Caesaria

a) Pengurangan parietas hal ini menyebabkan separuh dari

wanita yang hamil adalah nullipara Oleh karena itu

peningkatan jumlah sectio caesaria dapat diperkirakan pada

beberapa keadaan yang lebih lazim dijumpai pada wanita

nullipara khususnya distosia dan kehamilan dengan hipertensi

9

b) Wanita cenderung mempunyai anak pada usia yang lebih tua

Peningkatan usia ibu hamil diatas 35 tahun meningkatkan

proses melahirkan dengan sectio caesaria

c) Pemantauan janin secara elektronik meningkatkan peluang

untuk mendeteksi gawat janin dan meningkatkan kenaikan

jumlah sectio caesaria

d) Bayi dengan presentase letak bokong sering dilahirkan dengan

sectio caesaria

e) Sectio caesaria berulang secara bermakna meningkatkan total

jumlah persalinan sectio caesaria

f Istilah ndash Istilah Tentang Sectio Caesaria

a) Sectio caesaria primer (efektif)

Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan

secara sectio caesaria tidak diharapkan lagi kelahiran biasa

misalnya pada panggul sempit

b) Sectio caesaria sekunder

Mencoba menunggu kelahiran biasa (spontan) bila tidak

berhasil dilakukan secara sectio caesaria

c) Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria dan

pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesaria ulang

d) Sectio caesaria histerektomi

Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio

caesaria langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu

indikasi

e) Operasi porro

Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin

sudah mati) langsung dilakukan histerektomi Misalnya pada

keadaan infeksi rahim yang berat

B Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini1

10

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan

maupun jauh sebelum waktunya melahirkan KPD preterm adalah KPD

sebelum usia kehamilan 37 minggu KPD yang memanjang adalah KPD

yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan Kejadian

KPD berkisar 5-10 dari semua kelahiran dan KPD preterm terjadi 1

dari semua kehamilan 70 kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup

bulan KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30

Gambar 1

Ketuban Pecah

Penyebab

Pada sebagian besar kasus penyebabnya belum ditemukan Faktor

yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran

prematur merokok dan perdarahan selama kehamilan Beberapa faktor

risiko dari KPD

11

Inkompetensi serviks (leher rahim)

Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

Riwayat KPD sebelumya

Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

Kehamilan kembar

Trauma

Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23

minggu

Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau

amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan

ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau

kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk

atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya

mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam

bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah

cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

12

Penanganan Ketuban Pecah di Rumah

Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera

hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah

Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air

yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah

infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam

Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk

menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan

dalam sendiri

Terapi

Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah

sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan

dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan

tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah

risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini

Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan

terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan

janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil

Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah

apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban

pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan

kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya

akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang

kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika

memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu

selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa

meningkatkan resiko infeksi

Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah

kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum

waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik

13

Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian

KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan

Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan

kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta

tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan

janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko

sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak

Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang

pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah

kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis

bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm

dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil

dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran

diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta

sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat

dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)

pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah

71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila

terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air

seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk

mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim

Komplikasi KPD

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi

pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian

KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk

kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)

Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada

KPD

14

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD

preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada

KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm

ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu

Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar

Pencegahan

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang

terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir

triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan

C Konsep Dasar Mioma Uteri1

a Pengertian mioma uteri

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ

rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor

otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat

berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma

15

tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma

uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan

keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang

berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah

dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga

mencapai 5 kg

b Penyebab mioma uteri

Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui

Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen

yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot

rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang

tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga

muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi

kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat

tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada

saat terjadi menopause

c Jenis mioma uteri

Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu

1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim

2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)

16

3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus

d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri

Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya

tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat

dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh

hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika

besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi

desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya

Umumnya gejala mioma uteri adalah

1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)

2 Dismenore (nyeri haid)

3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan

terputarnya tangkal mioma uteri

4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan

5 Anemia

6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung

kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ

rongga panggul lainnya

7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran

tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada

dinding rahim

8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir

kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko

keguguran pada masa kehamilan

9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca

melahirkan

e Diagnosa mioma uteri

Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau

MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa

mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka

segerakan periksa ke dokter anda

17

f Penanganan dan obat mioma uteri

Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal

dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri

Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari

mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan

obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan

hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika

pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau

menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan

mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan

mahkota dewa

g Operasi mioma uteri

Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan

operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala

penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus

Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)

jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan

miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi

D Konsep Dasar Histerektomi2

18

a Pengertian

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari

uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik

untuk wanita di negara Amerika Serikat

b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi

a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain

itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri

(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari

kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel

ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non

kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih

menantang untuk wanita dan dokter-dokternya

b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak

dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu

perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun

etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak

menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat

menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang

banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan

histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan

19

tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami

pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area

pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti

inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi

kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh

bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan

peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan

yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut

c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma

uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk

karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana

menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan

prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus

c Prosedur Tindakan Histerektomi

Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui

dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis

histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal

histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya

juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam

kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )

justru lebih lama

E Konsep dasar Shock3

a Defenisi

Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

akibat adanya gangguan sirkulasi

b Macam-macam shock

a) Shock Hipovolemik

Hemoragik dan non hemoragik

b) Shock Kardiogenik

c) Shock Neurogenik

20

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 6: makalah mengenai bakteri

Bagian perut yang akan dibedah disterilkan sehingga

diharapkan tidak ada bakteri yang masuk selama operasi

d) Pemasangan Alat

Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan

macam peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu

e) Pembedahan

Setelah semua siap dokter akan melakukan sayatan demi

sayatan sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban

dipecahkan Selanjutnya dokter akan mengangkat bayi

berdasarkan letaknya

f) Mengambil Plasenta

Setelah bayi lahir selanjutnya dokter akan mengambil plasenta

g) Menjahit

Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis

sehingga tetutup semua (Juditha dkk 2009 hal 90-91)

h) Fase Pembedahan

Ada tiga fase dalam tahap pembedahan yaitu a) Fase

praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah

dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke meja operasi b)

Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah

kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien

dipindahkan ke ruang pemulihan c) Fase pascaoperatif dimulai

dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir

dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah

(Bareet all 2002 hal 426)

e Alasan Terjadinya Kenaikan Persalinan dengan Sectio Caesaria

a) Pengurangan parietas hal ini menyebabkan separuh dari

wanita yang hamil adalah nullipara Oleh karena itu

peningkatan jumlah sectio caesaria dapat diperkirakan pada

beberapa keadaan yang lebih lazim dijumpai pada wanita

nullipara khususnya distosia dan kehamilan dengan hipertensi

9

b) Wanita cenderung mempunyai anak pada usia yang lebih tua

Peningkatan usia ibu hamil diatas 35 tahun meningkatkan

proses melahirkan dengan sectio caesaria

c) Pemantauan janin secara elektronik meningkatkan peluang

untuk mendeteksi gawat janin dan meningkatkan kenaikan

jumlah sectio caesaria

d) Bayi dengan presentase letak bokong sering dilahirkan dengan

sectio caesaria

e) Sectio caesaria berulang secara bermakna meningkatkan total

jumlah persalinan sectio caesaria

f Istilah ndash Istilah Tentang Sectio Caesaria

a) Sectio caesaria primer (efektif)

Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan

secara sectio caesaria tidak diharapkan lagi kelahiran biasa

misalnya pada panggul sempit

b) Sectio caesaria sekunder

Mencoba menunggu kelahiran biasa (spontan) bila tidak

berhasil dilakukan secara sectio caesaria

c) Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria dan

pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesaria ulang

d) Sectio caesaria histerektomi

Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio

caesaria langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu

indikasi

e) Operasi porro

Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin

sudah mati) langsung dilakukan histerektomi Misalnya pada

keadaan infeksi rahim yang berat

B Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini1

10

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan

maupun jauh sebelum waktunya melahirkan KPD preterm adalah KPD

sebelum usia kehamilan 37 minggu KPD yang memanjang adalah KPD

yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan Kejadian

KPD berkisar 5-10 dari semua kelahiran dan KPD preterm terjadi 1

dari semua kehamilan 70 kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup

bulan KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30

Gambar 1

Ketuban Pecah

Penyebab

Pada sebagian besar kasus penyebabnya belum ditemukan Faktor

yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran

prematur merokok dan perdarahan selama kehamilan Beberapa faktor

risiko dari KPD

11

Inkompetensi serviks (leher rahim)

Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

Riwayat KPD sebelumya

Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

Kehamilan kembar

Trauma

Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23

minggu

Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau

amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan

ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau

kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk

atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya

mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam

bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah

cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

12

Penanganan Ketuban Pecah di Rumah

Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera

hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah

Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air

yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah

infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam

Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk

menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan

dalam sendiri

Terapi

Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah

sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan

dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan

tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah

risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini

Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan

terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan

janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil

Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah

apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban

pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan

kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya

akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang

kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika

memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu

selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa

meningkatkan resiko infeksi

Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah

kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum

waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik

13

Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian

KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan

Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan

kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta

tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan

janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko

sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak

Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang

pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah

kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis

bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm

dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil

dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran

diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta

sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat

dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)

pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah

71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila

terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air

seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk

mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim

Komplikasi KPD

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi

pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian

KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk

kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)

Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada

KPD

14

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD

preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada

KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm

ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu

Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar

Pencegahan

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang

terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir

triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan

C Konsep Dasar Mioma Uteri1

a Pengertian mioma uteri

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ

rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor

otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat

berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma

15

tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma

uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan

keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang

berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah

dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga

mencapai 5 kg

b Penyebab mioma uteri

Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui

Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen

yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot

rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang

tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga

muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi

kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat

tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada

saat terjadi menopause

c Jenis mioma uteri

Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu

1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim

2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)

16

3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus

d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri

Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya

tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat

dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh

hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika

besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi

desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya

Umumnya gejala mioma uteri adalah

1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)

2 Dismenore (nyeri haid)

3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan

terputarnya tangkal mioma uteri

4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan

5 Anemia

6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung

kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ

rongga panggul lainnya

7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran

tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada

dinding rahim

8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir

kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko

keguguran pada masa kehamilan

9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca

melahirkan

e Diagnosa mioma uteri

Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau

MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa

mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka

segerakan periksa ke dokter anda

17

f Penanganan dan obat mioma uteri

Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal

dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri

Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari

mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan

obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan

hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika

pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau

menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan

mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan

mahkota dewa

g Operasi mioma uteri

Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan

operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala

penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus

Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)

jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan

miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi

D Konsep Dasar Histerektomi2

18

a Pengertian

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari

uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik

untuk wanita di negara Amerika Serikat

b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi

a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain

itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri

(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari

kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel

ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non

kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih

menantang untuk wanita dan dokter-dokternya

b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak

dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu

perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun

etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak

menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat

menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang

banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan

histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan

19

tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami

pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area

pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti

inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi

kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh

bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan

peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan

yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut

c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma

uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk

karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana

menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan

prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus

c Prosedur Tindakan Histerektomi

Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui

dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis

histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal

histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya

juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam

kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )

justru lebih lama

E Konsep dasar Shock3

a Defenisi

Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

akibat adanya gangguan sirkulasi

b Macam-macam shock

a) Shock Hipovolemik

Hemoragik dan non hemoragik

b) Shock Kardiogenik

c) Shock Neurogenik

20

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 7: makalah mengenai bakteri

b) Wanita cenderung mempunyai anak pada usia yang lebih tua

Peningkatan usia ibu hamil diatas 35 tahun meningkatkan

proses melahirkan dengan sectio caesaria

c) Pemantauan janin secara elektronik meningkatkan peluang

untuk mendeteksi gawat janin dan meningkatkan kenaikan

jumlah sectio caesaria

d) Bayi dengan presentase letak bokong sering dilahirkan dengan

sectio caesaria

e) Sectio caesaria berulang secara bermakna meningkatkan total

jumlah persalinan sectio caesaria

f Istilah ndash Istilah Tentang Sectio Caesaria

a) Sectio caesaria primer (efektif)

Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan

secara sectio caesaria tidak diharapkan lagi kelahiran biasa

misalnya pada panggul sempit

b) Sectio caesaria sekunder

Mencoba menunggu kelahiran biasa (spontan) bila tidak

berhasil dilakukan secara sectio caesaria

c) Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria dan

pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesaria ulang

d) Sectio caesaria histerektomi

Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio

caesaria langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu

indikasi

e) Operasi porro

Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin

sudah mati) langsung dilakukan histerektomi Misalnya pada

keadaan infeksi rahim yang berat

B Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini1

10

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan

maupun jauh sebelum waktunya melahirkan KPD preterm adalah KPD

sebelum usia kehamilan 37 minggu KPD yang memanjang adalah KPD

yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan Kejadian

KPD berkisar 5-10 dari semua kelahiran dan KPD preterm terjadi 1

dari semua kehamilan 70 kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup

bulan KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30

Gambar 1

Ketuban Pecah

Penyebab

Pada sebagian besar kasus penyebabnya belum ditemukan Faktor

yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran

prematur merokok dan perdarahan selama kehamilan Beberapa faktor

risiko dari KPD

11

Inkompetensi serviks (leher rahim)

Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

Riwayat KPD sebelumya

Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

Kehamilan kembar

Trauma

Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23

minggu

Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau

amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan

ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau

kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk

atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya

mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam

bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah

cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

12

Penanganan Ketuban Pecah di Rumah

Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera

hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah

Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air

yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah

infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam

Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk

menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan

dalam sendiri

Terapi

Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah

sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan

dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan

tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah

risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini

Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan

terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan

janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil

Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah

apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban

pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan

kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya

akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang

kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika

memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu

selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa

meningkatkan resiko infeksi

Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah

kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum

waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik

13

Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian

KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan

Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan

kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta

tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan

janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko

sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak

Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang

pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah

kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis

bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm

dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil

dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran

diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta

sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat

dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)

pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah

71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila

terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air

seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk

mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim

Komplikasi KPD

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi

pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian

KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk

kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)

Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada

KPD

14

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD

preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada

KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm

ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu

Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar

Pencegahan

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang

terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir

triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan

C Konsep Dasar Mioma Uteri1

a Pengertian mioma uteri

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ

rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor

otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat

berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma

15

tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma

uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan

keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang

berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah

dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga

mencapai 5 kg

b Penyebab mioma uteri

Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui

Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen

yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot

rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang

tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga

muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi

kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat

tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada

saat terjadi menopause

c Jenis mioma uteri

Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu

1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim

2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)

16

3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus

d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri

Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya

tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat

dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh

hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika

besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi

desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya

Umumnya gejala mioma uteri adalah

1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)

2 Dismenore (nyeri haid)

3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan

terputarnya tangkal mioma uteri

4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan

5 Anemia

6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung

kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ

rongga panggul lainnya

7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran

tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada

dinding rahim

8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir

kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko

keguguran pada masa kehamilan

9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca

melahirkan

e Diagnosa mioma uteri

Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau

MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa

mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka

segerakan periksa ke dokter anda

17

f Penanganan dan obat mioma uteri

Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal

dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri

Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari

mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan

obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan

hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika

pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau

menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan

mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan

mahkota dewa

g Operasi mioma uteri

Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan

operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala

penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus

Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)

jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan

miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi

D Konsep Dasar Histerektomi2

18

a Pengertian

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari

uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik

untuk wanita di negara Amerika Serikat

b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi

a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain

itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri

(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari

kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel

ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non

kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih

menantang untuk wanita dan dokter-dokternya

b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak

dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu

perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun

etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak

menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat

menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang

banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan

histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan

19

tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami

pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area

pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti

inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi

kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh

bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan

peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan

yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut

c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma

uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk

karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana

menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan

prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus

c Prosedur Tindakan Histerektomi

Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui

dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis

histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal

histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya

juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam

kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )

justru lebih lama

E Konsep dasar Shock3

a Defenisi

Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

akibat adanya gangguan sirkulasi

b Macam-macam shock

a) Shock Hipovolemik

Hemoragik dan non hemoragik

b) Shock Kardiogenik

c) Shock Neurogenik

20

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 8: makalah mengenai bakteri

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan

maupun jauh sebelum waktunya melahirkan KPD preterm adalah KPD

sebelum usia kehamilan 37 minggu KPD yang memanjang adalah KPD

yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan Kejadian

KPD berkisar 5-10 dari semua kelahiran dan KPD preterm terjadi 1

dari semua kehamilan 70 kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup

bulan KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30

Gambar 1

Ketuban Pecah

Penyebab

Pada sebagian besar kasus penyebabnya belum ditemukan Faktor

yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran

prematur merokok dan perdarahan selama kehamilan Beberapa faktor

risiko dari KPD

11

Inkompetensi serviks (leher rahim)

Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

Riwayat KPD sebelumya

Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

Kehamilan kembar

Trauma

Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23

minggu

Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau

amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan

ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau

kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk

atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya

mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam

bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah

cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

12

Penanganan Ketuban Pecah di Rumah

Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera

hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah

Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air

yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah

infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam

Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk

menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan

dalam sendiri

Terapi

Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah

sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan

dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan

tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah

risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini

Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan

terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan

janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil

Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah

apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban

pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan

kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya

akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang

kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika

memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu

selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa

meningkatkan resiko infeksi

Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah

kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum

waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik

13

Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian

KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan

Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan

kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta

tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan

janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko

sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak

Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang

pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah

kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis

bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm

dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil

dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran

diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta

sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat

dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)

pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah

71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila

terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air

seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk

mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim

Komplikasi KPD

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi

pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian

KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk

kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)

Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada

KPD

14

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD

preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada

KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm

ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu

Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar

Pencegahan

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang

terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir

triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan

C Konsep Dasar Mioma Uteri1

a Pengertian mioma uteri

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ

rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor

otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat

berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma

15

tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma

uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan

keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang

berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah

dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga

mencapai 5 kg

b Penyebab mioma uteri

Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui

Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen

yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot

rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang

tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga

muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi

kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat

tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada

saat terjadi menopause

c Jenis mioma uteri

Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu

1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim

2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)

16

3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus

d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri

Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya

tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat

dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh

hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika

besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi

desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya

Umumnya gejala mioma uteri adalah

1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)

2 Dismenore (nyeri haid)

3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan

terputarnya tangkal mioma uteri

4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan

5 Anemia

6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung

kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ

rongga panggul lainnya

7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran

tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada

dinding rahim

8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir

kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko

keguguran pada masa kehamilan

9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca

melahirkan

e Diagnosa mioma uteri

Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau

MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa

mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka

segerakan periksa ke dokter anda

17

f Penanganan dan obat mioma uteri

Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal

dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri

Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari

mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan

obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan

hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika

pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau

menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan

mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan

mahkota dewa

g Operasi mioma uteri

Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan

operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala

penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus

Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)

jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan

miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi

D Konsep Dasar Histerektomi2

18

a Pengertian

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari

uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik

untuk wanita di negara Amerika Serikat

b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi

a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain

itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri

(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari

kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel

ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non

kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih

menantang untuk wanita dan dokter-dokternya

b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak

dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu

perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun

etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak

menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat

menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang

banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan

histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan

19

tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami

pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area

pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti

inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi

kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh

bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan

peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan

yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut

c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma

uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk

karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana

menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan

prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus

c Prosedur Tindakan Histerektomi

Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui

dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis

histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal

histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya

juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam

kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )

justru lebih lama

E Konsep dasar Shock3

a Defenisi

Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

akibat adanya gangguan sirkulasi

b Macam-macam shock

a) Shock Hipovolemik

Hemoragik dan non hemoragik

b) Shock Kardiogenik

c) Shock Neurogenik

20

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 9: makalah mengenai bakteri

Inkompetensi serviks (leher rahim)

Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

Riwayat KPD sebelumya

Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

Kehamilan kembar

Trauma

Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23

minggu

Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau

amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan

ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau

kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk

atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya

mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam

bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah

cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

12

Penanganan Ketuban Pecah di Rumah

Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera

hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah

Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air

yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah

infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam

Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk

menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan

dalam sendiri

Terapi

Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah

sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan

dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan

tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah

risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini

Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan

terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan

janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil

Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah

apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban

pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan

kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya

akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang

kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika

memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu

selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa

meningkatkan resiko infeksi

Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah

kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum

waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik

13

Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian

KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan

Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan

kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta

tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan

janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko

sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak

Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang

pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah

kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis

bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm

dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil

dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran

diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta

sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat

dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)

pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah

71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila

terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air

seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk

mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim

Komplikasi KPD

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi

pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian

KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk

kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)

Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada

KPD

14

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD

preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada

KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm

ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu

Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar

Pencegahan

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang

terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir

triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan

C Konsep Dasar Mioma Uteri1

a Pengertian mioma uteri

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ

rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor

otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat

berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma

15

tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma

uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan

keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang

berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah

dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga

mencapai 5 kg

b Penyebab mioma uteri

Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui

Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen

yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot

rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang

tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga

muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi

kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat

tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada

saat terjadi menopause

c Jenis mioma uteri

Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu

1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim

2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)

16

3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus

d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri

Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya

tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat

dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh

hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika

besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi

desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya

Umumnya gejala mioma uteri adalah

1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)

2 Dismenore (nyeri haid)

3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan

terputarnya tangkal mioma uteri

4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan

5 Anemia

6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung

kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ

rongga panggul lainnya

7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran

tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada

dinding rahim

8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir

kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko

keguguran pada masa kehamilan

9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca

melahirkan

e Diagnosa mioma uteri

Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau

MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa

mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka

segerakan periksa ke dokter anda

17

f Penanganan dan obat mioma uteri

Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal

dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri

Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari

mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan

obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan

hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika

pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau

menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan

mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan

mahkota dewa

g Operasi mioma uteri

Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan

operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala

penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus

Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)

jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan

miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi

D Konsep Dasar Histerektomi2

18

a Pengertian

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari

uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik

untuk wanita di negara Amerika Serikat

b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi

a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain

itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri

(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari

kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel

ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non

kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih

menantang untuk wanita dan dokter-dokternya

b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak

dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu

perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun

etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak

menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat

menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang

banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan

histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan

19

tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami

pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area

pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti

inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi

kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh

bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan

peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan

yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut

c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma

uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk

karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana

menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan

prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus

c Prosedur Tindakan Histerektomi

Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui

dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis

histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal

histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya

juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam

kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )

justru lebih lama

E Konsep dasar Shock3

a Defenisi

Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

akibat adanya gangguan sirkulasi

b Macam-macam shock

a) Shock Hipovolemik

Hemoragik dan non hemoragik

b) Shock Kardiogenik

c) Shock Neurogenik

20

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 10: makalah mengenai bakteri

Penanganan Ketuban Pecah di Rumah

Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera

hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah

Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air

yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah

infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam

Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk

menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan

dalam sendiri

Terapi

Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah

sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan

dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan

tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah

risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini

Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan

terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan

janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil

Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah

apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban

pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan

kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya

akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang

kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika

memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu

selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa

meningkatkan resiko infeksi

Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah

kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum

waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik

13

Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian

KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan

Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan

kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta

tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan

janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko

sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak

Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang

pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah

kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis

bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm

dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil

dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran

diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta

sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat

dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)

pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah

71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila

terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air

seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk

mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim

Komplikasi KPD

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi

pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian

KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk

kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)

Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada

KPD

14

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD

preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada

KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm

ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu

Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar

Pencegahan

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang

terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir

triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan

C Konsep Dasar Mioma Uteri1

a Pengertian mioma uteri

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ

rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor

otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat

berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma

15

tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma

uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan

keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang

berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah

dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga

mencapai 5 kg

b Penyebab mioma uteri

Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui

Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen

yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot

rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang

tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga

muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi

kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat

tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada

saat terjadi menopause

c Jenis mioma uteri

Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu

1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim

2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)

16

3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus

d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri

Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya

tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat

dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh

hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika

besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi

desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya

Umumnya gejala mioma uteri adalah

1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)

2 Dismenore (nyeri haid)

3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan

terputarnya tangkal mioma uteri

4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan

5 Anemia

6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung

kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ

rongga panggul lainnya

7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran

tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada

dinding rahim

8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir

kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko

keguguran pada masa kehamilan

9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca

melahirkan

e Diagnosa mioma uteri

Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau

MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa

mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka

segerakan periksa ke dokter anda

17

f Penanganan dan obat mioma uteri

Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal

dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri

Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari

mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan

obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan

hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika

pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau

menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan

mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan

mahkota dewa

g Operasi mioma uteri

Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan

operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala

penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus

Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)

jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan

miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi

D Konsep Dasar Histerektomi2

18

a Pengertian

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari

uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik

untuk wanita di negara Amerika Serikat

b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi

a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain

itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri

(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari

kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel

ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non

kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih

menantang untuk wanita dan dokter-dokternya

b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak

dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu

perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun

etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak

menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat

menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang

banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan

histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan

19

tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami

pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area

pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti

inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi

kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh

bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan

peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan

yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut

c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma

uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk

karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana

menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan

prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus

c Prosedur Tindakan Histerektomi

Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui

dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis

histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal

histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya

juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam

kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )

justru lebih lama

E Konsep dasar Shock3

a Defenisi

Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

akibat adanya gangguan sirkulasi

b Macam-macam shock

a) Shock Hipovolemik

Hemoragik dan non hemoragik

b) Shock Kardiogenik

c) Shock Neurogenik

20

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 11: makalah mengenai bakteri

Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian

KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan

Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan

kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta

tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan

janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko

sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak

Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang

pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah

kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis

bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm

dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil

dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran

diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta

sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat

dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)

pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah

71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila

terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air

seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk

mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim

Komplikasi KPD

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi

pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian

KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk

kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)

Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada

KPD

14

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD

preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada

KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm

ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu

Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar

Pencegahan

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang

terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir

triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan

C Konsep Dasar Mioma Uteri1

a Pengertian mioma uteri

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ

rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor

otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat

berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma

15

tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma

uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan

keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang

berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah

dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga

mencapai 5 kg

b Penyebab mioma uteri

Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui

Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen

yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot

rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang

tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga

muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi

kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat

tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada

saat terjadi menopause

c Jenis mioma uteri

Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu

1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim

2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)

16

3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus

d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri

Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya

tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat

dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh

hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika

besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi

desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya

Umumnya gejala mioma uteri adalah

1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)

2 Dismenore (nyeri haid)

3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan

terputarnya tangkal mioma uteri

4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan

5 Anemia

6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung

kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ

rongga panggul lainnya

7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran

tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada

dinding rahim

8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir

kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko

keguguran pada masa kehamilan

9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca

melahirkan

e Diagnosa mioma uteri

Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau

MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa

mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka

segerakan periksa ke dokter anda

17

f Penanganan dan obat mioma uteri

Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal

dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri

Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari

mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan

obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan

hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika

pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau

menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan

mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan

mahkota dewa

g Operasi mioma uteri

Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan

operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala

penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus

Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)

jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan

miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi

D Konsep Dasar Histerektomi2

18

a Pengertian

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari

uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik

untuk wanita di negara Amerika Serikat

b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi

a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain

itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri

(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari

kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel

ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non

kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih

menantang untuk wanita dan dokter-dokternya

b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak

dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu

perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun

etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak

menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat

menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang

banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan

histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan

19

tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami

pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area

pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti

inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi

kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh

bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan

peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan

yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut

c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma

uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk

karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana

menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan

prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus

c Prosedur Tindakan Histerektomi

Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui

dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis

histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal

histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya

juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam

kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )

justru lebih lama

E Konsep dasar Shock3

a Defenisi

Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

akibat adanya gangguan sirkulasi

b Macam-macam shock

a) Shock Hipovolemik

Hemoragik dan non hemoragik

b) Shock Kardiogenik

c) Shock Neurogenik

20

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 12: makalah mengenai bakteri

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD

preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada

KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm

ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu

Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar

Pencegahan

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang

terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir

triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan

C Konsep Dasar Mioma Uteri1

a Pengertian mioma uteri

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ

rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor

otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat

berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma

15

tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma

uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan

keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang

berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah

dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga

mencapai 5 kg

b Penyebab mioma uteri

Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui

Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen

yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot

rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang

tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga

muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi

kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat

tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada

saat terjadi menopause

c Jenis mioma uteri

Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu

1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim

2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)

16

3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus

d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri

Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya

tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat

dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh

hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika

besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi

desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya

Umumnya gejala mioma uteri adalah

1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)

2 Dismenore (nyeri haid)

3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan

terputarnya tangkal mioma uteri

4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan

5 Anemia

6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung

kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ

rongga panggul lainnya

7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran

tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada

dinding rahim

8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir

kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko

keguguran pada masa kehamilan

9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca

melahirkan

e Diagnosa mioma uteri

Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau

MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa

mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka

segerakan periksa ke dokter anda

17

f Penanganan dan obat mioma uteri

Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal

dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri

Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari

mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan

obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan

hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika

pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau

menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan

mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan

mahkota dewa

g Operasi mioma uteri

Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan

operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala

penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus

Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)

jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan

miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi

D Konsep Dasar Histerektomi2

18

a Pengertian

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari

uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik

untuk wanita di negara Amerika Serikat

b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi

a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain

itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri

(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari

kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel

ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non

kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih

menantang untuk wanita dan dokter-dokternya

b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak

dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu

perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun

etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak

menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat

menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang

banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan

histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan

19

tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami

pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area

pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti

inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi

kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh

bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan

peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan

yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut

c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma

uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk

karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana

menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan

prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus

c Prosedur Tindakan Histerektomi

Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui

dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis

histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal

histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya

juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam

kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )

justru lebih lama

E Konsep dasar Shock3

a Defenisi

Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

akibat adanya gangguan sirkulasi

b Macam-macam shock

a) Shock Hipovolemik

Hemoragik dan non hemoragik

b) Shock Kardiogenik

c) Shock Neurogenik

20

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 13: makalah mengenai bakteri

tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma

uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan

keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang

berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah

dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga

mencapai 5 kg

b Penyebab mioma uteri

Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui

Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen

yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot

rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang

tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga

muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi

kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat

tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada

saat terjadi menopause

c Jenis mioma uteri

Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu

1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim

2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)

16

3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus

d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri

Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya

tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat

dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh

hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika

besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi

desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya

Umumnya gejala mioma uteri adalah

1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)

2 Dismenore (nyeri haid)

3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan

terputarnya tangkal mioma uteri

4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan

5 Anemia

6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung

kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ

rongga panggul lainnya

7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran

tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada

dinding rahim

8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir

kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko

keguguran pada masa kehamilan

9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca

melahirkan

e Diagnosa mioma uteri

Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau

MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa

mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka

segerakan periksa ke dokter anda

17

f Penanganan dan obat mioma uteri

Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal

dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri

Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari

mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan

obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan

hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika

pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau

menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan

mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan

mahkota dewa

g Operasi mioma uteri

Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan

operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala

penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus

Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)

jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan

miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi

D Konsep Dasar Histerektomi2

18

a Pengertian

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari

uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik

untuk wanita di negara Amerika Serikat

b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi

a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain

itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri

(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari

kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel

ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non

kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih

menantang untuk wanita dan dokter-dokternya

b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak

dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu

perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun

etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak

menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat

menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang

banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan

histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan

19

tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami

pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area

pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti

inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi

kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh

bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan

peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan

yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut

c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma

uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk

karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana

menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan

prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus

c Prosedur Tindakan Histerektomi

Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui

dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis

histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal

histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya

juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam

kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )

justru lebih lama

E Konsep dasar Shock3

a Defenisi

Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

akibat adanya gangguan sirkulasi

b Macam-macam shock

a) Shock Hipovolemik

Hemoragik dan non hemoragik

b) Shock Kardiogenik

c) Shock Neurogenik

20

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 14: makalah mengenai bakteri

3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus

d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri

Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya

tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat

dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh

hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika

besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi

desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya

Umumnya gejala mioma uteri adalah

1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)

2 Dismenore (nyeri haid)

3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan

terputarnya tangkal mioma uteri

4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan

5 Anemia

6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung

kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ

rongga panggul lainnya

7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran

tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada

dinding rahim

8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir

kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko

keguguran pada masa kehamilan

9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca

melahirkan

e Diagnosa mioma uteri

Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau

MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa

mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka

segerakan periksa ke dokter anda

17

f Penanganan dan obat mioma uteri

Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal

dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri

Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari

mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan

obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan

hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika

pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau

menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan

mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan

mahkota dewa

g Operasi mioma uteri

Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan

operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala

penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus

Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)

jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan

miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi

D Konsep Dasar Histerektomi2

18

a Pengertian

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari

uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik

untuk wanita di negara Amerika Serikat

b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi

a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain

itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri

(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari

kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel

ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non

kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih

menantang untuk wanita dan dokter-dokternya

b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak

dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu

perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun

etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak

menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat

menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang

banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan

histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan

19

tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami

pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area

pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti

inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi

kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh

bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan

peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan

yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut

c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma

uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk

karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana

menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan

prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus

c Prosedur Tindakan Histerektomi

Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui

dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis

histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal

histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya

juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam

kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )

justru lebih lama

E Konsep dasar Shock3

a Defenisi

Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

akibat adanya gangguan sirkulasi

b Macam-macam shock

a) Shock Hipovolemik

Hemoragik dan non hemoragik

b) Shock Kardiogenik

c) Shock Neurogenik

20

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 15: makalah mengenai bakteri

f Penanganan dan obat mioma uteri

Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal

dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri

Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari

mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan

obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan

hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika

pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau

menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan

mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan

mahkota dewa

g Operasi mioma uteri

Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan

operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala

penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus

Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)

jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan

miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi

D Konsep Dasar Histerektomi2

18

a Pengertian

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari

uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik

untuk wanita di negara Amerika Serikat

b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi

a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain

itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri

(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari

kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel

ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non

kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih

menantang untuk wanita dan dokter-dokternya

b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak

dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu

perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun

etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak

menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat

menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang

banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan

histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan

19

tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami

pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area

pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti

inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi

kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh

bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan

peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan

yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut

c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma

uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk

karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana

menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan

prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus

c Prosedur Tindakan Histerektomi

Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui

dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis

histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal

histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya

juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam

kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )

justru lebih lama

E Konsep dasar Shock3

a Defenisi

Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

akibat adanya gangguan sirkulasi

b Macam-macam shock

a) Shock Hipovolemik

Hemoragik dan non hemoragik

b) Shock Kardiogenik

c) Shock Neurogenik

20

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 16: makalah mengenai bakteri

a Pengertian

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari

uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik

untuk wanita di negara Amerika Serikat

b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi

a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain

itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri

(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari

kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel

ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non

kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih

menantang untuk wanita dan dokter-dokternya

b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak

dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu

perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun

etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak

menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat

menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang

banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan

histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan

19

tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami

pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area

pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti

inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi

kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh

bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan

peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan

yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut

c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma

uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk

karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana

menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan

prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus

c Prosedur Tindakan Histerektomi

Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui

dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis

histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal

histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya

juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam

kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )

justru lebih lama

E Konsep dasar Shock3

a Defenisi

Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

akibat adanya gangguan sirkulasi

b Macam-macam shock

a) Shock Hipovolemik

Hemoragik dan non hemoragik

b) Shock Kardiogenik

c) Shock Neurogenik

20

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 17: makalah mengenai bakteri

tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami

pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area

pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti

inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi

kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh

bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan

peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan

yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut

c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma

uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk

karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana

menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan

prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus

c Prosedur Tindakan Histerektomi

Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui

dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis

histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal

histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya

juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam

kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )

justru lebih lama

E Konsep dasar Shock3

a Defenisi

Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

akibat adanya gangguan sirkulasi

b Macam-macam shock

a) Shock Hipovolemik

Hemoragik dan non hemoragik

b) Shock Kardiogenik

c) Shock Neurogenik

20

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 18: makalah mengenai bakteri

d) Shock pada Tension Pneumothorak

c Mengenal shock (diagnosis)

Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan

a) Kulit dingin

b) Urine berkurang

c) Kesadaran menurun

d) Tekanan darah turun nadi meningkat

d Sumber perdarahan

a) Perdarahan intrakranial

b) Perdarahan Intra Abdominal

c) Perdarahan Retroperitoneal

d) Hemothorax Masif

e) Femur Cruris

f) Rongga dada

g) Rongga perut

h) Pelvis

i) Patah tulang panjang

e Diagnosis

a) Trauma

b) Takhikardi

c) Kulit dingin

f Derajat shock (hemoragik)

Derajat I darah hilang lt 15 EBV

Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV

Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV

Derajat IV darah hilang gt 45 EBV

EBV Effective Blood Volume

g Klasifikasi

21

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 19: makalah mengenai bakteri

K I K II K III K IV

Darah hilangcc

Darah hilang

BV

Nadi

TD

Pulse Pressure

Respirasi

Prod Urin ccjam

Kesadaran

Cairan pengganti

lt 750

lt 15

lt 100

N

N

uarr

14 ndash 20

gt 30

Agak gelisah

Kristaloid

750-1500

15 ndash 30

gt 100

N

darr

darr

20 ndash 30

20 ndash 30

Gelisah

Kristaloid

1500-2000

30 ndash 40

gt 120

darr

darr

darr

30 ndash 40

5 ndash 15

Gelisah amp

bingung

Kristaloid

gt 2000

gt 40

gt 140

darr

darr

darr

gt 35

-

Bingung

amp

letargik

Darah

F Penatalaksanaan Pre-Operatif4

1 Persiapan Pasien di ruangan

a Kunjungan prabedah

Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun

mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan

Fungsi

- Perkenalan anestesi

- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita

selama dan sesudah pembedahan

- Menerangkan penderita

- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing

sehingga dapat menimbulkan rasa takut

b Pemeriksaan fisik

22

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 20: makalah mengenai bakteri

- Data umum nama umur BB TB

- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia

dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca

release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi

- Paru-paru CVS ginjal liver

- Terapi obat-obatan yang ada sekarang

- Alergi

- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan

- Pengalaman operasi atau anestesi

c Cek status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah

(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk

defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan

protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi

dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam

dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian

d Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi

pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya

lendir di tenggorokan

23

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 21: makalah mengenai bakteri

Diantaranya latihan

- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

e Pemeriksaan laboratorium

Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin

rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening

test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan

besar

- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada

indikasi

- Foto thoraks

- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40

tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung

- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan

lain-lain

- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila

diperlukan

f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang

menyertainya

Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan

penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi

atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara

lain

a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi

dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya

lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif

b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di

atas 8 gr

24

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 22: makalah mengenai bakteri

c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai

diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan

nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan

infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai

kebutuhan pasien

d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari

ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya

e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan

kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C

f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan

lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada

bayi dan anak

Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat

pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama

keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan

atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena

itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra

bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya

Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib

menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia

g Informed Concent

Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak

menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya

tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali

emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)

pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat

cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan

25

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 23: makalah mengenai bakteri

Tujuannya yaitu

- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang

tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa

sanksi

- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta

kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan

jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya

- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju

dengan yang direncanakan dokter

- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga

dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya

h Puasa

Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan

anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang

dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh

minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa

bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena

peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup

dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam

paru-paru yang dapat berakibat kematian

Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan

demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat

bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat

monitoring penderita

Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita

kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar

pembedahan

Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian

khusus dan tutup kepala

26

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 24: makalah mengenai bakteri

G Premedikasi4

Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal

ini bertujuan untuk

- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas

- Analgesia

- Amnesia

- Agar induksi anestesi mudah dan lancar

- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi

- Mengurangi refleks vagal

- Untuk mengurangi sekresi

- Menghilangkan rasa mual dan muntah

Jenis obat premedikasi diberikan

a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang

sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan

maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk

mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah

rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada

penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak

merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan

naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5

b) Golongan benzodiazepin

- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)

- Midazolam (dormicum)5

c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)

Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan

reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan

meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk

mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada

saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5

27

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 25: makalah mengenai bakteri

d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)

Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4

mg 5

H Cairan8

a Cairan Kristaloid8

a) Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup

banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana

laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme

terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki

komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai

terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada

kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih

cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki

manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat

masif yang terjadi pada diare

Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat

seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat

dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini

terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut

(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik

pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi

anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal

dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi

misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang

menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2

menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-

28

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 26: makalah mengenai bakteri

parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat

mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang

umum terjadi setelah anestesi umumspinal

Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba

membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap

metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20

pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum

seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik

dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki

asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke

iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf

menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap

edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan

pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu

dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya

edema otak

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu

tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55

dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-

parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-

diastolik)

Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien

yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini

karena perbandingan 13

b Cairan Koloid8

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang

sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan

intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat

durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal

29

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 27: makalah mengenai bakteri

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma

sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada

dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume

yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan

untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11

b) HES (Hydroxyetyl Starches)

Contoh HAES steril Expafusin

Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat

menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass

dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi

karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)

Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis

dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada

pasien sepsis karena

e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid

disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah

volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas

f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan

albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil

dibandingkan kristaloid

g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

seperti asidosis refraktori

h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat

menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi

dengan menghambat adesi molekuler

30

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 28: makalah mengenai bakteri

Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak

boleh digunakan pada sepsis karena

i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid

maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan

kerusakan alveoli

j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic

dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan

hipovolemia

k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan

koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama

terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh

transplantasi ginjal)

l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan

dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan

maintenance dengan rumus 4 2 1

I Transfusi darah

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke

dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam

kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum

placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia

31

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 29: makalah mengenai bakteri

a Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO

dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang

berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)

Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor

darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan

darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai

indikasi

b Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester

II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi

darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb

saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan

dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III

serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap

anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk

mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah

tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi

klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau

seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb

ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah

hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl

Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria

kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan

emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan

ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)

golongan O dapat diberikan kepada pasien

32

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 30: makalah mengenai bakteri

4 jam

33

Isi (Packed Red Cell)

- Hematokrit 55-75

- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi

labil (V dan VIII) yang fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian sel

darah merah tetapi komponen PRC tidak

tersedia

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibelcocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 31: makalah mengenai bakteri

c Pelayanan darah emergensi

Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah

menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit

Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan

surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga

petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang

operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah

kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan

kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan

pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan

J Persiapan pasien di kamar operasi6

Persiapan 4 aman sebagai berikut

1 Aman Pasien6

1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data

Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif

dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan

Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang

memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya

proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan

wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui

Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang

meliputi

- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas

asma batuk influenza dll

- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi

nyeri dada dll

- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis

34

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 32: makalah mengenai bakteri

Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus

Asthma dll

Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada

hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan

seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti

diabetikum

Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi

- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika

mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis

hipertensi

- Efek samping dari obat

Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca

bedah seperti

- Respon terhadap obat anestesi

- Ganggguan kesadaran

- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah

2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut

Atletik

Perokok berat

Peminum alkohol

Pemakai Obat (Narkotika)

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit

dan trombosit

- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin

kalium dan natrium

- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang

lain

35

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 33: makalah mengenai bakteri

4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa

dilakukan bila ada indikasi

5) Foto Toraks

Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan

batuk-batuk

6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ

vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit

dalam neurologi psikiatri dll

7) Klasifikasi status penderita

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

status fisik penderita menurut ASA (America Society Of

Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang

mungkin terjadi pada saat pembedahan

ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan

tindakan operasi

ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya

Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi

aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia

ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang

diakibatkan berbagai penyebab

Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang

tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler

ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung

mengancam kehidupannya

Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal

ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi

atau tidak

36

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 34: makalah mengenai bakteri

Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh

abdominal trauma cerebral emboli paru-paru

E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)

2 Aman Alat6

Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri

dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga

nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk

fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan

mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi

dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set

bilamana terjadi keadaan darurat

3 Aman obat7

1) Obat Anestesi Umum

37

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 35: makalah mengenai bakteri

Obat inhalasi

- Isoflurane

Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah

terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12

Obat Intravena

- Obat Hipnotik

Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat

dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa

pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis

2-25 mgkgbb

Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau

premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan

karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya

singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi

tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia

Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-

004 mgkg

- Analgetik Narkotik

Pethidine

Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki

efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine

Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah

50-100 mg intramuscular atau per infuse 5

- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)

Atracurium (intermediate acting)

Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40

menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5

Rocuronium ( intermediate acting)

Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5

38

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 36: makalah mengenai bakteri

Obat anticholinesterase

- Obat analgetik (non opioid)

Tramadol tramal

Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat

mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah

50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5

Ketorolac

Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-

kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau

mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5

Tidak boleh lebih dari 5 hari

Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai

dengan kebutuhan

Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)

Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah

65 tahun)

Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas

- Obat Pressor7

Dopamine

Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah

agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara

meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika

jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis

Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)

Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon

yang diharapkan

Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit

titrasi sampai respon yang diharapkan

39

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 37: makalah mengenai bakteri

Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi

sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4

mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal

tercapai

Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan

presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5

Obat-obat medikasi pelengkap

- Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang

termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan

Indikasi

a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal

b) Gangguan alergi

c) Gangguan kolagen

d) Gangguan pada kulit

e) Gangguan saluran pencernaan

f) Gangguan darah

g) Penyakit hati

h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau

sarkoidosis)

i) Inflamasi non rheumatik

j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)

k) Sindroma nefrotik

l) Penyakit neurologik

m) Neurotrauma luka pada tulang belakang

n) Gangguan pada mata

o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan

demam

p) Polip nasal

q) Gangguan pernafasan

r) Gangguan rheumatik

40

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 38: makalah mengenai bakteri

s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal

t) Pengobatan tiroiditis non supuratif

u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

v) Pengobatan trikinosis

Kontraindikasi

i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat

ii Bayi prematur

iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan

peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa

herpes

iv Pasien yang sedang diimunisasi

Dosis

Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi

sesuai keperluan

- Metergin7

a) Indikasi

Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus

yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan

dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi

uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas

b) Dosis

Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL

(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera

setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya

adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-

1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi

lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau

IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari

c) Kontraindikasi

Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat

41

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 39: makalah mengenai bakteri

inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif

Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin

abnormal

- Oxytosin7

b) Indikasi

Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan

darah selanjutnya harus dihindari

c) Kontra indikasi

Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan

hipertonik

Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his

rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek

Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi

janin kelainan janin

c Perhatian

Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)

Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan

Dua rute pemberian secara berkesinambungan

Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan

d Efek samping

Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi

luas pada jaringan lunak

Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal

Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)

Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran

pencernaan

Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina

- Asam Tranexamat

42

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 40: makalah mengenai bakteri

v Indikasi

m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia

neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi

kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks

n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada

angioedema herediter

vi Kontraindikasi

o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat

p) Penderita perdarahan subarakhnoid

q) Penderita dengan riwayat tromboembolik

r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular

aktif

s) Penderita buta warna

vii Dosis

t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)

2-3 x sehari

u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari

(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan

pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara

makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari

v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia

w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)

x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8

hari

y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat

dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis

terbagi 3-4 kali)

viii Peringatan dan Perhatian

43

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 41: makalah mengenai bakteri

z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal

karena risiko akumulasi

aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria

bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi

trombosis

dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak

ix Efek Samping

ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)

gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi

ff) Hipotensi jarang terjadi

2) Obat Anestesi Regional6

Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu

Bupivacaine 05 (Marcaine 05)

Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi

4 Aman diri sendiri7

Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi

lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang

bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan

tindakan septik dan antiseptik

K Intensive Care Unit9

44

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 42: makalah mengenai bakteri

1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)

Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga

dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis

Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi

dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang

terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit

bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)

2) Syarat - syarat Ruang ICU

a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar ( Recovery Room)

b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak

banyak keluar

c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar

d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan

dibatasi kaca- kaca

e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus

f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan

segala posisi

g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi

h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah

untuk mengobservasi pasien

3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU

Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room

RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU

antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan

Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat

komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan

udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan

45

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 43: makalah mengenai bakteri

yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci

tangan

RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

R tunggu keluarga pasien

R pencucian alat Dapur

Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat

RTempat buang kotoran

R tempat penyimpanan barang amp obat

Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp

Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat

instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat

kecil

Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese

Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer

electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport

CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti

decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll

4) Indikasi pasien masuk ICU

a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil

b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif

c) Pasien yang mengalami komplikasi akut

5) Tidak perlu masuk ICU

1 Pasien mati batang otak

2 Pasien menolak

3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan

misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih

6) Indikasi keluar ICU

46

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 44: makalah mengenai bakteri

a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau

memburuk dan manfaat terapi sangat kecil

b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil

7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada

a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih

b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang

vegetatif

c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal

Ca metastasis

8) Keberhasilan terapi

a) Usia pasien

b) Riwayat penyakit sebelumnya

9) Keadaan penyakit sekarang

a) Respons terhadap terapi

b) Lingkungan sosial pasien

c) Kualitas hidup pasien di masa depan

BAB III

TINJAUAN KASUS

47

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 45: makalah mengenai bakteri

A Pengkajian

1 Identitas pasien

Nama Ny N

No RM A140522

Umur 30 Tahun

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi

Agama Islam

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Tanggal Operasi 5 Januari 2013

2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan

3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan

Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin

dirasakan

4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada

4 Keterangan Pre Operatif

Kesadaran Compos Mentis

Keadaan Tampak sakit sedang

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150

DJJ 152 xmenit

5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl

Leukosit 15100ul 4000-9000ul

Hematokrit 306 35 ndash 45

Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul

48

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 46: makalah mengenai bakteri

Golongan Darah O

6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR

7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria

8 Kesimpulan

Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut

diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik

ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan

tindakan Secsio Caesaria

B Penatalaksanaan Anestesi

1 Preoperatif

a Persiapan dan pengecekan alat

a) Persiapan spinal anestesi

Spinal needle No 25 26 27

Spuit 5 cc

Handscoen Steril No 7

Kassa steril

Bethadine

b) Persiapan General anestesi

S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)

T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek

balon apakah bocor atau tidak)

A Airway (Oroparingeal Airway)

T Tape (Plester)

I Introducer (Mandrin)

C Conector

S Suction

Spuit 10 cc kosong

Forcep magiil

Facemask (ukuran 3)

Mesin anestesi

49

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 47: makalah mengenai bakteri

O2 dan N2O

b Persiapan obat

a) Obat Premedikasi

Ondancentron 4 mg

Ranitidine 50 mg

b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05

c) General anestesi

Induksi

Analgetik Petidin 50 mg

Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg

Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg

Maintanance

Isoflurance

N2O

O2

c Persiapan pasien

a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah

c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi

palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit

sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan

d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium

dll

e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah

disepakati

2 Intraoperatif

50

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 48: makalah mengenai bakteri

a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas

meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang

terpasang pada pasien lancar

b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu

Tekanan Darah 10564

Nadi 75 xmenit

Respirasi 22 xmenit

Saturasi (SPO2) 98

c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg

secara intravena

d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan

Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27

e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar

pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46

cm

f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali

Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan

1145 10564 75 xmenit RL 500 cc

1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome

50 mg + As

Traneksamat 500 mg

+ Oksitocin 10 iu

1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc

1230 10257 85 xmenit RL 500 cc

1245 13067 98 xmenit

Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc

Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya

myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan

inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan

51

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 49: makalah mengenai bakteri

keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada

pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi

a Induksi pukul 1245 WIB

a) Analgetik Pethidine 50 mg

b) Hipnotik Propofol 100 mg

Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3

lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging

c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg

Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari

Noveron

d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65

dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien

b Monitoring TTV

Wakt

u

TD

(mmHg)

Nadi

(xmenit)

CairanTangan

KiriTangan Kanan

Kaki Kanan

1245 13067 98 -

RL + chorme +

as traneksamat

-

1300 12060 98 Widahes - -

1315 5520 90

NaCl +

dopamine

50 mg

WidahesGelafusal +

epinefrin-

1330 9544 130 - Gelafusal RL

1345 12045 95 - -

RL + chorme + As Tra-neksamat +

vit K1400 11142 95 - RL -

52

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 50: makalah mengenai bakteri

1415 11950 125 - - -

1430 11548 100 - - -

1445 10342 100 - - -

1500 11755 120 - - -

c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc

Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan

tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan

Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat

monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU

3 Postoperative

a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian

di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan

darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG

b Instruksi pasca bedah

Pemberian O2 dengan ETT no 65

Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl

Rl D5 2 1 30 gtt menit

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazol 3 x 500

Ketoprofen 2 x 1 amp

Puasa

Observasi KU TTV Diuresis

c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium

d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl

Leukosit 31700ul 4000-9000ul

Hematokrit 121 35 ndash 45

53

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 51: makalah mengenai bakteri

Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul

e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan

pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml

f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan

hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl

Leukosit 19900ul 4000-9000ul

Hematokrit 21 35 ndash 45

Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul

g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti

tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator

Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1

metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul

h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di

ekstubasi

i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah

j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 52: makalah mengenai bakteri

BAB IV

PEMBAHASAN

A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji

Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah

G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya

1 Persiapan Klien di Unit Perawatan

a Status Nutrisi

Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar

protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen

Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi

dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien

sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai

hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari

segi SDM-nya

b Latihan Pra-Operasi

Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam

batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon

operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi

penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi

Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung

tindakan ini

2 Persiapan Penunjang

Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan

Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga

55

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 53: makalah mengenai bakteri

penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan

waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih

memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien

3 Persiapan Klien di Kamar Operasi

Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai

dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa

kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi

diantaranya

a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari

ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan

tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan

penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan

kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara

perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan

kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan

tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi

b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi

tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah

disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan

teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah

4 Pasien Post-Operasi

Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan

berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat

dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak

PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK

dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan

pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat

Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak

mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok

berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien

56

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 54: makalah mengenai bakteri

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria

dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah

tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan

baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan

pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu

disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia

- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum

seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan

laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin

dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk

menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif

dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan

metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring

- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan

kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan

B Saran

- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan

cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV

Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik

sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan

segera

- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan

yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya

harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi

57

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58

Page 55: makalah mengenai bakteri

kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien

yang gawat

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka

2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013

httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi

3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi

ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas indonesia Jakarta 2002

4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku

kedoktean EGCHomburg 2008

5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia

Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011

6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran

EGC2008

7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam AnestesiBandung

8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok

Hipovolemik online (terdapat pada)

httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm

9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi

Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr

Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr

Soetomo Surabaya

58