Upload
erinnurbadriah
View
157
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
penjelasan bakteri secara mendetail
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Konsep Dasar Sectio Caesaria1
a Pengertian Persalinan Sectio Caesaria
Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui
insisi pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus
(histerektomi) (william 20001) Istilah sectio caesaria berasal dari
perkataan latin caeder yang artinya memotong Pengertian ini semula
dijumpai dalam Roman Law (Lex Regia) dan Emperorrsquos Law (Lex
Caesarea) yaitu undang ndash undang yang menghendaki supaya janin
dalam kandungan ibu ndash ibu yang meninggal harus dikeluarkan dalam
rahim (Rustam 2003)
b Jenis ndash Jenis Sectio Caesaria
Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu
a Sayatan melintang
Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR)
Sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan
(simphysis) diatas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10 ndash
14 cm Keuntungannya adalah perut pada rahim kuat sehingga
cukup kecil resiko menderita ruptur uteri (robek rahim) di
kemudian hari Hal ini karena pada masa nifas segmen bawah
rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga luka operasi
dapat sembuh dengan sempurna (Kasdu 2003 hal 45)
b Sayatan memanjang (bedah caesar klasik)
Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang
memberikan suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan
bayi Namun jenis ini kini jarang dilakukan karena jenis ini labil
rentan terhadap komplikasi (dewi Y 2007 hal 4)
4
c Indikasi Sectio Caesaria
Para ahli kandungan menganjurkan sectio caesaria apabila
kelahiran melalui vagina mungkin membawa resiko pada ibu dan janin
Indikasi untuk sectio caesaria antara lain meliputi
a Indikasi Medis
Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu
Power
Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar misalnya daya
mengejan lemah ibu berpenyakit jantung atau penyakit
menahun lain yang mempengaruhi tenaga
Passanger
Diantaranya anak terlalu besar anak ldquo mahal ldquo dengan
kelainan letak lintang primi gravida diatas 35 tahun dengan
letak sungsang anak tertekan terlalu lama pada pintu atas
panggul dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut
jantung janin kacau dan melemah)
Passage
Kelainan ini merupakan panggul sempit trauma persalinan
serius pada jalan lahir atau pada anak adanya infeksi pada
jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak umpamanya
herpes kelamin (herpes genitalis) condyloma lota (kondiloma
sifilitikyang lebar dan pipih) condyloma acuminata (penyakit
infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang koi di kulit
luar kelamin wanita) hepatitis B dan C (Dewi Y 2007 hal
11-12)
b Indikasi Ibu
Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun
memiliki resiko melahirkan dengan operasi Apalagi pada wanita
5
dengan usia 40 tahun ke atas Pada usia ini biasanya seseorang
memiliki penyakit yang beresiko misalnya tekanan darah tinggi
penyakit jantung kencing manis dan preeklamsia Eklampsia
(keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga
dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea
Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul
ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami Tulang panggul
sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan
Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea
Sebenarnya persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi
persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak
Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukanya
tindakan pembedahan seperti bayi terlalu besar panggul terlalu
sempit atau jalan lahir yang tidak mau membuka operasi bisa saja
dilakukan
Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir misalnya jalan lahir yang kaku
sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan adanya tumor
dan kelainan bawaan pada jalan lahir tali pusat pendek dan ibu
sulit bernafas
Kelainan Kontraksi Rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate
uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak
dapat melebar pada proses persalinan menyebabkan kepala bayi
tidak terdorong tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar
Ketuban Pecah Dini
6
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat
menyebabkan bayi harus segera dilahirkan Kondisi ini
membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit
atau habis Air ketuban (amnion) adalah cairan yang
mengelilingi janin dalam rahim
Rasa Takut Kesakitan
Umumnya seorang wanita yang melahirkan secara alami akan
mengalami proses rasa sakit yaitu berupa rasa mulas disertai
rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan
ldquomenggigitrdquo Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau
baru melahirkan merasa ketakutan khawatir dan cemas
menjalaninya Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak
tahan melahirkan dengan sakit Kecemasan yang berlebihan juga
akan mengambat proses persalinan alami yang berlangsung
(Kasdu 2003 hal 21-26)
c Indikasi Janin
a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)
Detak jantung janin melambat normalnya detak jantung janin
berkisar 120- 160 Namun dengan CTG (cardiotography) detak
jantung janin melemah lakukan segera sectio caesarea segara
untuk menyelematkan janin
b) Bayi Besar (makrosemia)
c) Letak Sungsang
Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak
sesuai dengan arah jalan lahir Pada keadaan ini letak kepala
pada posisi yang satu dan bokong pada posisi yang lain
d) Faktor Plasenta
Plasenta previa
Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi
sebagian atau selruh jalan lahir
Plasenta lepas (Solution placenta)
7
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih
cepat dari dinding rahim sebelum waktunya Persalinan
dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir
sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan
air ketuban
Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim
Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan
yang berulang kali ibu berusia rawan untuk hamil (di atas
35 tahun) dan ibu yang pernah operasi (operasinya
meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya
plasenta
e) Kelainan Tali Pusat
prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat
Pada keadaan ini tali pusat berada di depan atau di samping
atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi
Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya
Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran
oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman
(Kasdu 2003 hal 13-18)
d Prosedur Tindakan Sectio Caesarea
a) Izin Keluarga
Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani
oleh keluarga yang isinya izin pelaksanaan operasi
b) Pembiusan
Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal Dengan
cara ini ibu akan tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses
operasi karena terhalang tirai
c) Disterilkan
8
Bagian perut yang akan dibedah disterilkan sehingga
diharapkan tidak ada bakteri yang masuk selama operasi
d) Pemasangan Alat
Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan
macam peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu
e) Pembedahan
Setelah semua siap dokter akan melakukan sayatan demi
sayatan sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban
dipecahkan Selanjutnya dokter akan mengangkat bayi
berdasarkan letaknya
f) Mengambil Plasenta
Setelah bayi lahir selanjutnya dokter akan mengambil plasenta
g) Menjahit
Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis
sehingga tetutup semua (Juditha dkk 2009 hal 90-91)
h) Fase Pembedahan
Ada tiga fase dalam tahap pembedahan yaitu a) Fase
praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah
dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke meja operasi b)
Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah
kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan c) Fase pascaoperatif dimulai
dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah
(Bareet all 2002 hal 426)
e Alasan Terjadinya Kenaikan Persalinan dengan Sectio Caesaria
a) Pengurangan parietas hal ini menyebabkan separuh dari
wanita yang hamil adalah nullipara Oleh karena itu
peningkatan jumlah sectio caesaria dapat diperkirakan pada
beberapa keadaan yang lebih lazim dijumpai pada wanita
nullipara khususnya distosia dan kehamilan dengan hipertensi
9
b) Wanita cenderung mempunyai anak pada usia yang lebih tua
Peningkatan usia ibu hamil diatas 35 tahun meningkatkan
proses melahirkan dengan sectio caesaria
c) Pemantauan janin secara elektronik meningkatkan peluang
untuk mendeteksi gawat janin dan meningkatkan kenaikan
jumlah sectio caesaria
d) Bayi dengan presentase letak bokong sering dilahirkan dengan
sectio caesaria
e) Sectio caesaria berulang secara bermakna meningkatkan total
jumlah persalinan sectio caesaria
f Istilah ndash Istilah Tentang Sectio Caesaria
a) Sectio caesaria primer (efektif)
Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan
secara sectio caesaria tidak diharapkan lagi kelahiran biasa
misalnya pada panggul sempit
b) Sectio caesaria sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa (spontan) bila tidak
berhasil dilakukan secara sectio caesaria
c) Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria dan
pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesaria ulang
d) Sectio caesaria histerektomi
Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio
caesaria langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu
indikasi
e) Operasi porro
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin
sudah mati) langsung dilakukan histerektomi Misalnya pada
keadaan infeksi rahim yang berat
B Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini1
10
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu KPD yang memanjang adalah KPD
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan Kejadian
KPD berkisar 5-10 dari semua kelahiran dan KPD preterm terjadi 1
dari semua kehamilan 70 kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup
bulan KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30
Gambar 1
Ketuban Pecah
Penyebab
Pada sebagian besar kasus penyebabnya belum ditemukan Faktor
yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran
prematur merokok dan perdarahan selama kehamilan Beberapa faktor
risiko dari KPD
11
Inkompetensi serviks (leher rahim)
Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
Riwayat KPD sebelumya
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
Kehamilan kembar
Trauma
Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau
amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk
atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam
bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
12
Penanganan Ketuban Pecah di Rumah
Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera
hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah
Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air
yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah
infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam
Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk
menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan
dalam sendiri
Terapi
Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah
sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan
dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan
tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah
risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini
Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan
terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan
janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil
Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah
apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban
pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan
kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya
akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang
kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika
memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu
selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa
meningkatkan resiko infeksi
Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah
kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum
waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik
13
Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian
KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan
Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan
kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta
tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan
janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko
sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak
Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang
pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah
kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis
bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm
dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil
dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran
diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta
sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat
dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)
pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah
71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila
terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air
seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim
Komplikasi KPD
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi
pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian
KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)
Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD
14
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada
KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm
ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu
Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar
Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang
terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir
triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan
C Konsep Dasar Mioma Uteri1
a Pengertian mioma uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ
rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor
otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat
berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma
15
tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma
uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan
keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang
berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah
dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga
mencapai 5 kg
b Penyebab mioma uteri
Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui
Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen
yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot
rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang
tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga
muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi
kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat
tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada
saat terjadi menopause
c Jenis mioma uteri
Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu
1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim
2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)
16
3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus
d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri
Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya
tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat
dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh
hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika
besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi
desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya
Umumnya gejala mioma uteri adalah
1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)
2 Dismenore (nyeri haid)
3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan
terputarnya tangkal mioma uteri
4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan
5 Anemia
6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung
kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ
rongga panggul lainnya
7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran
tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada
dinding rahim
8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir
kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko
keguguran pada masa kehamilan
9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca
melahirkan
e Diagnosa mioma uteri
Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau
MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa
mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka
segerakan periksa ke dokter anda
17
f Penanganan dan obat mioma uteri
Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal
dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri
Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari
mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan
obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan
hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika
pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau
menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan
mahkota dewa
g Operasi mioma uteri
Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan
operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala
penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus
Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)
jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan
miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi
D Konsep Dasar Histerektomi2
18
a Pengertian
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik
untuk wanita di negara Amerika Serikat
b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi
a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain
itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri
(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari
kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel
ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non
kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih
menantang untuk wanita dan dokter-dokternya
b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun
etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang
banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan
19
tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami
pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh
bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan
yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut
c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana
menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus
c Prosedur Tindakan Histerektomi
Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis
histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya
juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )
justru lebih lama
E Konsep dasar Shock3
a Defenisi
Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
akibat adanya gangguan sirkulasi
b Macam-macam shock
a) Shock Hipovolemik
Hemoragik dan non hemoragik
b) Shock Kardiogenik
c) Shock Neurogenik
20
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
c Indikasi Sectio Caesaria
Para ahli kandungan menganjurkan sectio caesaria apabila
kelahiran melalui vagina mungkin membawa resiko pada ibu dan janin
Indikasi untuk sectio caesaria antara lain meliputi
a Indikasi Medis
Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu
Power
Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar misalnya daya
mengejan lemah ibu berpenyakit jantung atau penyakit
menahun lain yang mempengaruhi tenaga
Passanger
Diantaranya anak terlalu besar anak ldquo mahal ldquo dengan
kelainan letak lintang primi gravida diatas 35 tahun dengan
letak sungsang anak tertekan terlalu lama pada pintu atas
panggul dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut
jantung janin kacau dan melemah)
Passage
Kelainan ini merupakan panggul sempit trauma persalinan
serius pada jalan lahir atau pada anak adanya infeksi pada
jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak umpamanya
herpes kelamin (herpes genitalis) condyloma lota (kondiloma
sifilitikyang lebar dan pipih) condyloma acuminata (penyakit
infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang koi di kulit
luar kelamin wanita) hepatitis B dan C (Dewi Y 2007 hal
11-12)
b Indikasi Ibu
Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun
memiliki resiko melahirkan dengan operasi Apalagi pada wanita
5
dengan usia 40 tahun ke atas Pada usia ini biasanya seseorang
memiliki penyakit yang beresiko misalnya tekanan darah tinggi
penyakit jantung kencing manis dan preeklamsia Eklampsia
(keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga
dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea
Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul
ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami Tulang panggul
sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan
Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea
Sebenarnya persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi
persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak
Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukanya
tindakan pembedahan seperti bayi terlalu besar panggul terlalu
sempit atau jalan lahir yang tidak mau membuka operasi bisa saja
dilakukan
Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir misalnya jalan lahir yang kaku
sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan adanya tumor
dan kelainan bawaan pada jalan lahir tali pusat pendek dan ibu
sulit bernafas
Kelainan Kontraksi Rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate
uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak
dapat melebar pada proses persalinan menyebabkan kepala bayi
tidak terdorong tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar
Ketuban Pecah Dini
6
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat
menyebabkan bayi harus segera dilahirkan Kondisi ini
membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit
atau habis Air ketuban (amnion) adalah cairan yang
mengelilingi janin dalam rahim
Rasa Takut Kesakitan
Umumnya seorang wanita yang melahirkan secara alami akan
mengalami proses rasa sakit yaitu berupa rasa mulas disertai
rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan
ldquomenggigitrdquo Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau
baru melahirkan merasa ketakutan khawatir dan cemas
menjalaninya Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak
tahan melahirkan dengan sakit Kecemasan yang berlebihan juga
akan mengambat proses persalinan alami yang berlangsung
(Kasdu 2003 hal 21-26)
c Indikasi Janin
a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)
Detak jantung janin melambat normalnya detak jantung janin
berkisar 120- 160 Namun dengan CTG (cardiotography) detak
jantung janin melemah lakukan segera sectio caesarea segara
untuk menyelematkan janin
b) Bayi Besar (makrosemia)
c) Letak Sungsang
Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak
sesuai dengan arah jalan lahir Pada keadaan ini letak kepala
pada posisi yang satu dan bokong pada posisi yang lain
d) Faktor Plasenta
Plasenta previa
Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi
sebagian atau selruh jalan lahir
Plasenta lepas (Solution placenta)
7
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih
cepat dari dinding rahim sebelum waktunya Persalinan
dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir
sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan
air ketuban
Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim
Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan
yang berulang kali ibu berusia rawan untuk hamil (di atas
35 tahun) dan ibu yang pernah operasi (operasinya
meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya
plasenta
e) Kelainan Tali Pusat
prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat
Pada keadaan ini tali pusat berada di depan atau di samping
atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi
Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya
Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran
oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman
(Kasdu 2003 hal 13-18)
d Prosedur Tindakan Sectio Caesarea
a) Izin Keluarga
Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani
oleh keluarga yang isinya izin pelaksanaan operasi
b) Pembiusan
Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal Dengan
cara ini ibu akan tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses
operasi karena terhalang tirai
c) Disterilkan
8
Bagian perut yang akan dibedah disterilkan sehingga
diharapkan tidak ada bakteri yang masuk selama operasi
d) Pemasangan Alat
Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan
macam peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu
e) Pembedahan
Setelah semua siap dokter akan melakukan sayatan demi
sayatan sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban
dipecahkan Selanjutnya dokter akan mengangkat bayi
berdasarkan letaknya
f) Mengambil Plasenta
Setelah bayi lahir selanjutnya dokter akan mengambil plasenta
g) Menjahit
Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis
sehingga tetutup semua (Juditha dkk 2009 hal 90-91)
h) Fase Pembedahan
Ada tiga fase dalam tahap pembedahan yaitu a) Fase
praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah
dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke meja operasi b)
Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah
kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan c) Fase pascaoperatif dimulai
dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah
(Bareet all 2002 hal 426)
e Alasan Terjadinya Kenaikan Persalinan dengan Sectio Caesaria
a) Pengurangan parietas hal ini menyebabkan separuh dari
wanita yang hamil adalah nullipara Oleh karena itu
peningkatan jumlah sectio caesaria dapat diperkirakan pada
beberapa keadaan yang lebih lazim dijumpai pada wanita
nullipara khususnya distosia dan kehamilan dengan hipertensi
9
b) Wanita cenderung mempunyai anak pada usia yang lebih tua
Peningkatan usia ibu hamil diatas 35 tahun meningkatkan
proses melahirkan dengan sectio caesaria
c) Pemantauan janin secara elektronik meningkatkan peluang
untuk mendeteksi gawat janin dan meningkatkan kenaikan
jumlah sectio caesaria
d) Bayi dengan presentase letak bokong sering dilahirkan dengan
sectio caesaria
e) Sectio caesaria berulang secara bermakna meningkatkan total
jumlah persalinan sectio caesaria
f Istilah ndash Istilah Tentang Sectio Caesaria
a) Sectio caesaria primer (efektif)
Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan
secara sectio caesaria tidak diharapkan lagi kelahiran biasa
misalnya pada panggul sempit
b) Sectio caesaria sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa (spontan) bila tidak
berhasil dilakukan secara sectio caesaria
c) Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria dan
pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesaria ulang
d) Sectio caesaria histerektomi
Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio
caesaria langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu
indikasi
e) Operasi porro
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin
sudah mati) langsung dilakukan histerektomi Misalnya pada
keadaan infeksi rahim yang berat
B Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini1
10
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu KPD yang memanjang adalah KPD
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan Kejadian
KPD berkisar 5-10 dari semua kelahiran dan KPD preterm terjadi 1
dari semua kehamilan 70 kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup
bulan KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30
Gambar 1
Ketuban Pecah
Penyebab
Pada sebagian besar kasus penyebabnya belum ditemukan Faktor
yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran
prematur merokok dan perdarahan selama kehamilan Beberapa faktor
risiko dari KPD
11
Inkompetensi serviks (leher rahim)
Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
Riwayat KPD sebelumya
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
Kehamilan kembar
Trauma
Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau
amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk
atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam
bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
12
Penanganan Ketuban Pecah di Rumah
Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera
hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah
Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air
yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah
infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam
Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk
menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan
dalam sendiri
Terapi
Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah
sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan
dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan
tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah
risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini
Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan
terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan
janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil
Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah
apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban
pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan
kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya
akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang
kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika
memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu
selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa
meningkatkan resiko infeksi
Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah
kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum
waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik
13
Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian
KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan
Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan
kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta
tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan
janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko
sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak
Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang
pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah
kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis
bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm
dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil
dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran
diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta
sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat
dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)
pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah
71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila
terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air
seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim
Komplikasi KPD
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi
pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian
KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)
Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD
14
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada
KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm
ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu
Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar
Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang
terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir
triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan
C Konsep Dasar Mioma Uteri1
a Pengertian mioma uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ
rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor
otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat
berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma
15
tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma
uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan
keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang
berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah
dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga
mencapai 5 kg
b Penyebab mioma uteri
Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui
Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen
yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot
rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang
tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga
muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi
kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat
tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada
saat terjadi menopause
c Jenis mioma uteri
Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu
1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim
2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)
16
3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus
d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri
Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya
tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat
dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh
hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika
besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi
desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya
Umumnya gejala mioma uteri adalah
1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)
2 Dismenore (nyeri haid)
3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan
terputarnya tangkal mioma uteri
4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan
5 Anemia
6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung
kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ
rongga panggul lainnya
7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran
tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada
dinding rahim
8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir
kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko
keguguran pada masa kehamilan
9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca
melahirkan
e Diagnosa mioma uteri
Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau
MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa
mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka
segerakan periksa ke dokter anda
17
f Penanganan dan obat mioma uteri
Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal
dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri
Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari
mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan
obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan
hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika
pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau
menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan
mahkota dewa
g Operasi mioma uteri
Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan
operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala
penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus
Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)
jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan
miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi
D Konsep Dasar Histerektomi2
18
a Pengertian
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik
untuk wanita di negara Amerika Serikat
b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi
a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain
itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri
(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari
kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel
ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non
kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih
menantang untuk wanita dan dokter-dokternya
b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun
etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang
banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan
19
tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami
pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh
bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan
yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut
c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana
menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus
c Prosedur Tindakan Histerektomi
Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis
histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya
juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )
justru lebih lama
E Konsep dasar Shock3
a Defenisi
Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
akibat adanya gangguan sirkulasi
b Macam-macam shock
a) Shock Hipovolemik
Hemoragik dan non hemoragik
b) Shock Kardiogenik
c) Shock Neurogenik
20
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
dengan usia 40 tahun ke atas Pada usia ini biasanya seseorang
memiliki penyakit yang beresiko misalnya tekanan darah tinggi
penyakit jantung kencing manis dan preeklamsia Eklampsia
(keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga
dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea
Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul
ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami Tulang panggul
sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan
Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea
Sebenarnya persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi
persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak
Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukanya
tindakan pembedahan seperti bayi terlalu besar panggul terlalu
sempit atau jalan lahir yang tidak mau membuka operasi bisa saja
dilakukan
Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir misalnya jalan lahir yang kaku
sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan adanya tumor
dan kelainan bawaan pada jalan lahir tali pusat pendek dan ibu
sulit bernafas
Kelainan Kontraksi Rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate
uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak
dapat melebar pada proses persalinan menyebabkan kepala bayi
tidak terdorong tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar
Ketuban Pecah Dini
6
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat
menyebabkan bayi harus segera dilahirkan Kondisi ini
membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit
atau habis Air ketuban (amnion) adalah cairan yang
mengelilingi janin dalam rahim
Rasa Takut Kesakitan
Umumnya seorang wanita yang melahirkan secara alami akan
mengalami proses rasa sakit yaitu berupa rasa mulas disertai
rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan
ldquomenggigitrdquo Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau
baru melahirkan merasa ketakutan khawatir dan cemas
menjalaninya Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak
tahan melahirkan dengan sakit Kecemasan yang berlebihan juga
akan mengambat proses persalinan alami yang berlangsung
(Kasdu 2003 hal 21-26)
c Indikasi Janin
a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)
Detak jantung janin melambat normalnya detak jantung janin
berkisar 120- 160 Namun dengan CTG (cardiotography) detak
jantung janin melemah lakukan segera sectio caesarea segara
untuk menyelematkan janin
b) Bayi Besar (makrosemia)
c) Letak Sungsang
Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak
sesuai dengan arah jalan lahir Pada keadaan ini letak kepala
pada posisi yang satu dan bokong pada posisi yang lain
d) Faktor Plasenta
Plasenta previa
Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi
sebagian atau selruh jalan lahir
Plasenta lepas (Solution placenta)
7
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih
cepat dari dinding rahim sebelum waktunya Persalinan
dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir
sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan
air ketuban
Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim
Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan
yang berulang kali ibu berusia rawan untuk hamil (di atas
35 tahun) dan ibu yang pernah operasi (operasinya
meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya
plasenta
e) Kelainan Tali Pusat
prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat
Pada keadaan ini tali pusat berada di depan atau di samping
atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi
Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya
Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran
oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman
(Kasdu 2003 hal 13-18)
d Prosedur Tindakan Sectio Caesarea
a) Izin Keluarga
Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani
oleh keluarga yang isinya izin pelaksanaan operasi
b) Pembiusan
Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal Dengan
cara ini ibu akan tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses
operasi karena terhalang tirai
c) Disterilkan
8
Bagian perut yang akan dibedah disterilkan sehingga
diharapkan tidak ada bakteri yang masuk selama operasi
d) Pemasangan Alat
Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan
macam peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu
e) Pembedahan
Setelah semua siap dokter akan melakukan sayatan demi
sayatan sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban
dipecahkan Selanjutnya dokter akan mengangkat bayi
berdasarkan letaknya
f) Mengambil Plasenta
Setelah bayi lahir selanjutnya dokter akan mengambil plasenta
g) Menjahit
Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis
sehingga tetutup semua (Juditha dkk 2009 hal 90-91)
h) Fase Pembedahan
Ada tiga fase dalam tahap pembedahan yaitu a) Fase
praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah
dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke meja operasi b)
Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah
kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan c) Fase pascaoperatif dimulai
dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah
(Bareet all 2002 hal 426)
e Alasan Terjadinya Kenaikan Persalinan dengan Sectio Caesaria
a) Pengurangan parietas hal ini menyebabkan separuh dari
wanita yang hamil adalah nullipara Oleh karena itu
peningkatan jumlah sectio caesaria dapat diperkirakan pada
beberapa keadaan yang lebih lazim dijumpai pada wanita
nullipara khususnya distosia dan kehamilan dengan hipertensi
9
b) Wanita cenderung mempunyai anak pada usia yang lebih tua
Peningkatan usia ibu hamil diatas 35 tahun meningkatkan
proses melahirkan dengan sectio caesaria
c) Pemantauan janin secara elektronik meningkatkan peluang
untuk mendeteksi gawat janin dan meningkatkan kenaikan
jumlah sectio caesaria
d) Bayi dengan presentase letak bokong sering dilahirkan dengan
sectio caesaria
e) Sectio caesaria berulang secara bermakna meningkatkan total
jumlah persalinan sectio caesaria
f Istilah ndash Istilah Tentang Sectio Caesaria
a) Sectio caesaria primer (efektif)
Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan
secara sectio caesaria tidak diharapkan lagi kelahiran biasa
misalnya pada panggul sempit
b) Sectio caesaria sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa (spontan) bila tidak
berhasil dilakukan secara sectio caesaria
c) Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria dan
pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesaria ulang
d) Sectio caesaria histerektomi
Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio
caesaria langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu
indikasi
e) Operasi porro
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin
sudah mati) langsung dilakukan histerektomi Misalnya pada
keadaan infeksi rahim yang berat
B Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini1
10
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu KPD yang memanjang adalah KPD
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan Kejadian
KPD berkisar 5-10 dari semua kelahiran dan KPD preterm terjadi 1
dari semua kehamilan 70 kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup
bulan KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30
Gambar 1
Ketuban Pecah
Penyebab
Pada sebagian besar kasus penyebabnya belum ditemukan Faktor
yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran
prematur merokok dan perdarahan selama kehamilan Beberapa faktor
risiko dari KPD
11
Inkompetensi serviks (leher rahim)
Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
Riwayat KPD sebelumya
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
Kehamilan kembar
Trauma
Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau
amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk
atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam
bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
12
Penanganan Ketuban Pecah di Rumah
Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera
hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah
Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air
yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah
infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam
Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk
menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan
dalam sendiri
Terapi
Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah
sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan
dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan
tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah
risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini
Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan
terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan
janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil
Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah
apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban
pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan
kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya
akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang
kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika
memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu
selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa
meningkatkan resiko infeksi
Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah
kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum
waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik
13
Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian
KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan
Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan
kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta
tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan
janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko
sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak
Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang
pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah
kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis
bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm
dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil
dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran
diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta
sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat
dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)
pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah
71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila
terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air
seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim
Komplikasi KPD
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi
pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian
KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)
Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD
14
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada
KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm
ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu
Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar
Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang
terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir
triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan
C Konsep Dasar Mioma Uteri1
a Pengertian mioma uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ
rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor
otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat
berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma
15
tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma
uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan
keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang
berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah
dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga
mencapai 5 kg
b Penyebab mioma uteri
Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui
Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen
yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot
rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang
tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga
muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi
kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat
tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada
saat terjadi menopause
c Jenis mioma uteri
Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu
1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim
2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)
16
3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus
d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri
Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya
tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat
dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh
hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika
besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi
desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya
Umumnya gejala mioma uteri adalah
1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)
2 Dismenore (nyeri haid)
3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan
terputarnya tangkal mioma uteri
4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan
5 Anemia
6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung
kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ
rongga panggul lainnya
7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran
tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada
dinding rahim
8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir
kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko
keguguran pada masa kehamilan
9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca
melahirkan
e Diagnosa mioma uteri
Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau
MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa
mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka
segerakan periksa ke dokter anda
17
f Penanganan dan obat mioma uteri
Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal
dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri
Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari
mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan
obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan
hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika
pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau
menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan
mahkota dewa
g Operasi mioma uteri
Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan
operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala
penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus
Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)
jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan
miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi
D Konsep Dasar Histerektomi2
18
a Pengertian
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik
untuk wanita di negara Amerika Serikat
b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi
a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain
itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri
(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari
kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel
ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non
kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih
menantang untuk wanita dan dokter-dokternya
b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun
etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang
banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan
19
tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami
pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh
bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan
yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut
c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana
menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus
c Prosedur Tindakan Histerektomi
Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis
histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya
juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )
justru lebih lama
E Konsep dasar Shock3
a Defenisi
Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
akibat adanya gangguan sirkulasi
b Macam-macam shock
a) Shock Hipovolemik
Hemoragik dan non hemoragik
b) Shock Kardiogenik
c) Shock Neurogenik
20
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat
menyebabkan bayi harus segera dilahirkan Kondisi ini
membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit
atau habis Air ketuban (amnion) adalah cairan yang
mengelilingi janin dalam rahim
Rasa Takut Kesakitan
Umumnya seorang wanita yang melahirkan secara alami akan
mengalami proses rasa sakit yaitu berupa rasa mulas disertai
rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan
ldquomenggigitrdquo Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau
baru melahirkan merasa ketakutan khawatir dan cemas
menjalaninya Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak
tahan melahirkan dengan sakit Kecemasan yang berlebihan juga
akan mengambat proses persalinan alami yang berlangsung
(Kasdu 2003 hal 21-26)
c Indikasi Janin
a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)
Detak jantung janin melambat normalnya detak jantung janin
berkisar 120- 160 Namun dengan CTG (cardiotography) detak
jantung janin melemah lakukan segera sectio caesarea segara
untuk menyelematkan janin
b) Bayi Besar (makrosemia)
c) Letak Sungsang
Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak
sesuai dengan arah jalan lahir Pada keadaan ini letak kepala
pada posisi yang satu dan bokong pada posisi yang lain
d) Faktor Plasenta
Plasenta previa
Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi
sebagian atau selruh jalan lahir
Plasenta lepas (Solution placenta)
7
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih
cepat dari dinding rahim sebelum waktunya Persalinan
dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir
sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan
air ketuban
Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim
Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan
yang berulang kali ibu berusia rawan untuk hamil (di atas
35 tahun) dan ibu yang pernah operasi (operasinya
meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya
plasenta
e) Kelainan Tali Pusat
prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat
Pada keadaan ini tali pusat berada di depan atau di samping
atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi
Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya
Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran
oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman
(Kasdu 2003 hal 13-18)
d Prosedur Tindakan Sectio Caesarea
a) Izin Keluarga
Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani
oleh keluarga yang isinya izin pelaksanaan operasi
b) Pembiusan
Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal Dengan
cara ini ibu akan tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses
operasi karena terhalang tirai
c) Disterilkan
8
Bagian perut yang akan dibedah disterilkan sehingga
diharapkan tidak ada bakteri yang masuk selama operasi
d) Pemasangan Alat
Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan
macam peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu
e) Pembedahan
Setelah semua siap dokter akan melakukan sayatan demi
sayatan sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban
dipecahkan Selanjutnya dokter akan mengangkat bayi
berdasarkan letaknya
f) Mengambil Plasenta
Setelah bayi lahir selanjutnya dokter akan mengambil plasenta
g) Menjahit
Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis
sehingga tetutup semua (Juditha dkk 2009 hal 90-91)
h) Fase Pembedahan
Ada tiga fase dalam tahap pembedahan yaitu a) Fase
praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah
dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke meja operasi b)
Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah
kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan c) Fase pascaoperatif dimulai
dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah
(Bareet all 2002 hal 426)
e Alasan Terjadinya Kenaikan Persalinan dengan Sectio Caesaria
a) Pengurangan parietas hal ini menyebabkan separuh dari
wanita yang hamil adalah nullipara Oleh karena itu
peningkatan jumlah sectio caesaria dapat diperkirakan pada
beberapa keadaan yang lebih lazim dijumpai pada wanita
nullipara khususnya distosia dan kehamilan dengan hipertensi
9
b) Wanita cenderung mempunyai anak pada usia yang lebih tua
Peningkatan usia ibu hamil diatas 35 tahun meningkatkan
proses melahirkan dengan sectio caesaria
c) Pemantauan janin secara elektronik meningkatkan peluang
untuk mendeteksi gawat janin dan meningkatkan kenaikan
jumlah sectio caesaria
d) Bayi dengan presentase letak bokong sering dilahirkan dengan
sectio caesaria
e) Sectio caesaria berulang secara bermakna meningkatkan total
jumlah persalinan sectio caesaria
f Istilah ndash Istilah Tentang Sectio Caesaria
a) Sectio caesaria primer (efektif)
Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan
secara sectio caesaria tidak diharapkan lagi kelahiran biasa
misalnya pada panggul sempit
b) Sectio caesaria sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa (spontan) bila tidak
berhasil dilakukan secara sectio caesaria
c) Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria dan
pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesaria ulang
d) Sectio caesaria histerektomi
Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio
caesaria langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu
indikasi
e) Operasi porro
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin
sudah mati) langsung dilakukan histerektomi Misalnya pada
keadaan infeksi rahim yang berat
B Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini1
10
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu KPD yang memanjang adalah KPD
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan Kejadian
KPD berkisar 5-10 dari semua kelahiran dan KPD preterm terjadi 1
dari semua kehamilan 70 kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup
bulan KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30
Gambar 1
Ketuban Pecah
Penyebab
Pada sebagian besar kasus penyebabnya belum ditemukan Faktor
yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran
prematur merokok dan perdarahan selama kehamilan Beberapa faktor
risiko dari KPD
11
Inkompetensi serviks (leher rahim)
Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
Riwayat KPD sebelumya
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
Kehamilan kembar
Trauma
Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau
amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk
atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam
bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
12
Penanganan Ketuban Pecah di Rumah
Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera
hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah
Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air
yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah
infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam
Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk
menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan
dalam sendiri
Terapi
Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah
sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan
dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan
tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah
risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini
Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan
terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan
janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil
Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah
apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban
pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan
kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya
akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang
kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika
memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu
selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa
meningkatkan resiko infeksi
Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah
kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum
waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik
13
Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian
KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan
Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan
kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta
tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan
janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko
sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak
Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang
pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah
kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis
bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm
dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil
dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran
diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta
sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat
dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)
pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah
71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila
terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air
seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim
Komplikasi KPD
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi
pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian
KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)
Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD
14
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada
KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm
ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu
Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar
Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang
terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir
triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan
C Konsep Dasar Mioma Uteri1
a Pengertian mioma uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ
rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor
otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat
berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma
15
tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma
uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan
keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang
berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah
dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga
mencapai 5 kg
b Penyebab mioma uteri
Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui
Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen
yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot
rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang
tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga
muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi
kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat
tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada
saat terjadi menopause
c Jenis mioma uteri
Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu
1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim
2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)
16
3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus
d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri
Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya
tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat
dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh
hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika
besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi
desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya
Umumnya gejala mioma uteri adalah
1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)
2 Dismenore (nyeri haid)
3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan
terputarnya tangkal mioma uteri
4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan
5 Anemia
6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung
kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ
rongga panggul lainnya
7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran
tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada
dinding rahim
8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir
kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko
keguguran pada masa kehamilan
9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca
melahirkan
e Diagnosa mioma uteri
Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau
MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa
mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka
segerakan periksa ke dokter anda
17
f Penanganan dan obat mioma uteri
Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal
dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri
Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari
mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan
obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan
hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika
pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau
menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan
mahkota dewa
g Operasi mioma uteri
Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan
operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala
penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus
Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)
jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan
miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi
D Konsep Dasar Histerektomi2
18
a Pengertian
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik
untuk wanita di negara Amerika Serikat
b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi
a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain
itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri
(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari
kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel
ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non
kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih
menantang untuk wanita dan dokter-dokternya
b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun
etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang
banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan
19
tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami
pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh
bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan
yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut
c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana
menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus
c Prosedur Tindakan Histerektomi
Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis
histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya
juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )
justru lebih lama
E Konsep dasar Shock3
a Defenisi
Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
akibat adanya gangguan sirkulasi
b Macam-macam shock
a) Shock Hipovolemik
Hemoragik dan non hemoragik
b) Shock Kardiogenik
c) Shock Neurogenik
20
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih
cepat dari dinding rahim sebelum waktunya Persalinan
dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir
sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan
air ketuban
Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim
Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan
yang berulang kali ibu berusia rawan untuk hamil (di atas
35 tahun) dan ibu yang pernah operasi (operasinya
meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya
plasenta
e) Kelainan Tali Pusat
prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat
Pada keadaan ini tali pusat berada di depan atau di samping
atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi
Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya
Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran
oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman
(Kasdu 2003 hal 13-18)
d Prosedur Tindakan Sectio Caesarea
a) Izin Keluarga
Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani
oleh keluarga yang isinya izin pelaksanaan operasi
b) Pembiusan
Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal Dengan
cara ini ibu akan tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses
operasi karena terhalang tirai
c) Disterilkan
8
Bagian perut yang akan dibedah disterilkan sehingga
diharapkan tidak ada bakteri yang masuk selama operasi
d) Pemasangan Alat
Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan
macam peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu
e) Pembedahan
Setelah semua siap dokter akan melakukan sayatan demi
sayatan sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban
dipecahkan Selanjutnya dokter akan mengangkat bayi
berdasarkan letaknya
f) Mengambil Plasenta
Setelah bayi lahir selanjutnya dokter akan mengambil plasenta
g) Menjahit
Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis
sehingga tetutup semua (Juditha dkk 2009 hal 90-91)
h) Fase Pembedahan
Ada tiga fase dalam tahap pembedahan yaitu a) Fase
praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah
dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke meja operasi b)
Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah
kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan c) Fase pascaoperatif dimulai
dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah
(Bareet all 2002 hal 426)
e Alasan Terjadinya Kenaikan Persalinan dengan Sectio Caesaria
a) Pengurangan parietas hal ini menyebabkan separuh dari
wanita yang hamil adalah nullipara Oleh karena itu
peningkatan jumlah sectio caesaria dapat diperkirakan pada
beberapa keadaan yang lebih lazim dijumpai pada wanita
nullipara khususnya distosia dan kehamilan dengan hipertensi
9
b) Wanita cenderung mempunyai anak pada usia yang lebih tua
Peningkatan usia ibu hamil diatas 35 tahun meningkatkan
proses melahirkan dengan sectio caesaria
c) Pemantauan janin secara elektronik meningkatkan peluang
untuk mendeteksi gawat janin dan meningkatkan kenaikan
jumlah sectio caesaria
d) Bayi dengan presentase letak bokong sering dilahirkan dengan
sectio caesaria
e) Sectio caesaria berulang secara bermakna meningkatkan total
jumlah persalinan sectio caesaria
f Istilah ndash Istilah Tentang Sectio Caesaria
a) Sectio caesaria primer (efektif)
Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan
secara sectio caesaria tidak diharapkan lagi kelahiran biasa
misalnya pada panggul sempit
b) Sectio caesaria sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa (spontan) bila tidak
berhasil dilakukan secara sectio caesaria
c) Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria dan
pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesaria ulang
d) Sectio caesaria histerektomi
Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio
caesaria langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu
indikasi
e) Operasi porro
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin
sudah mati) langsung dilakukan histerektomi Misalnya pada
keadaan infeksi rahim yang berat
B Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini1
10
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu KPD yang memanjang adalah KPD
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan Kejadian
KPD berkisar 5-10 dari semua kelahiran dan KPD preterm terjadi 1
dari semua kehamilan 70 kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup
bulan KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30
Gambar 1
Ketuban Pecah
Penyebab
Pada sebagian besar kasus penyebabnya belum ditemukan Faktor
yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran
prematur merokok dan perdarahan selama kehamilan Beberapa faktor
risiko dari KPD
11
Inkompetensi serviks (leher rahim)
Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
Riwayat KPD sebelumya
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
Kehamilan kembar
Trauma
Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau
amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk
atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam
bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
12
Penanganan Ketuban Pecah di Rumah
Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera
hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah
Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air
yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah
infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam
Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk
menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan
dalam sendiri
Terapi
Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah
sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan
dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan
tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah
risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini
Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan
terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan
janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil
Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah
apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban
pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan
kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya
akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang
kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika
memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu
selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa
meningkatkan resiko infeksi
Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah
kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum
waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik
13
Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian
KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan
Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan
kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta
tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan
janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko
sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak
Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang
pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah
kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis
bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm
dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil
dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran
diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta
sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat
dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)
pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah
71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila
terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air
seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim
Komplikasi KPD
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi
pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian
KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)
Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD
14
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada
KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm
ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu
Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar
Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang
terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir
triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan
C Konsep Dasar Mioma Uteri1
a Pengertian mioma uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ
rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor
otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat
berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma
15
tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma
uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan
keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang
berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah
dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga
mencapai 5 kg
b Penyebab mioma uteri
Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui
Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen
yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot
rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang
tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga
muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi
kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat
tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada
saat terjadi menopause
c Jenis mioma uteri
Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu
1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim
2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)
16
3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus
d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri
Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya
tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat
dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh
hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika
besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi
desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya
Umumnya gejala mioma uteri adalah
1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)
2 Dismenore (nyeri haid)
3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan
terputarnya tangkal mioma uteri
4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan
5 Anemia
6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung
kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ
rongga panggul lainnya
7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran
tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada
dinding rahim
8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir
kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko
keguguran pada masa kehamilan
9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca
melahirkan
e Diagnosa mioma uteri
Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau
MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa
mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka
segerakan periksa ke dokter anda
17
f Penanganan dan obat mioma uteri
Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal
dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri
Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari
mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan
obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan
hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika
pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau
menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan
mahkota dewa
g Operasi mioma uteri
Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan
operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala
penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus
Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)
jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan
miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi
D Konsep Dasar Histerektomi2
18
a Pengertian
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik
untuk wanita di negara Amerika Serikat
b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi
a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain
itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri
(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari
kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel
ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non
kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih
menantang untuk wanita dan dokter-dokternya
b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun
etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang
banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan
19
tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami
pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh
bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan
yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut
c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana
menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus
c Prosedur Tindakan Histerektomi
Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis
histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya
juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )
justru lebih lama
E Konsep dasar Shock3
a Defenisi
Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
akibat adanya gangguan sirkulasi
b Macam-macam shock
a) Shock Hipovolemik
Hemoragik dan non hemoragik
b) Shock Kardiogenik
c) Shock Neurogenik
20
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Bagian perut yang akan dibedah disterilkan sehingga
diharapkan tidak ada bakteri yang masuk selama operasi
d) Pemasangan Alat
Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan
macam peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu
e) Pembedahan
Setelah semua siap dokter akan melakukan sayatan demi
sayatan sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban
dipecahkan Selanjutnya dokter akan mengangkat bayi
berdasarkan letaknya
f) Mengambil Plasenta
Setelah bayi lahir selanjutnya dokter akan mengambil plasenta
g) Menjahit
Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis
sehingga tetutup semua (Juditha dkk 2009 hal 90-91)
h) Fase Pembedahan
Ada tiga fase dalam tahap pembedahan yaitu a) Fase
praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah
dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke meja operasi b)
Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah
kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan c) Fase pascaoperatif dimulai
dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah
(Bareet all 2002 hal 426)
e Alasan Terjadinya Kenaikan Persalinan dengan Sectio Caesaria
a) Pengurangan parietas hal ini menyebabkan separuh dari
wanita yang hamil adalah nullipara Oleh karena itu
peningkatan jumlah sectio caesaria dapat diperkirakan pada
beberapa keadaan yang lebih lazim dijumpai pada wanita
nullipara khususnya distosia dan kehamilan dengan hipertensi
9
b) Wanita cenderung mempunyai anak pada usia yang lebih tua
Peningkatan usia ibu hamil diatas 35 tahun meningkatkan
proses melahirkan dengan sectio caesaria
c) Pemantauan janin secara elektronik meningkatkan peluang
untuk mendeteksi gawat janin dan meningkatkan kenaikan
jumlah sectio caesaria
d) Bayi dengan presentase letak bokong sering dilahirkan dengan
sectio caesaria
e) Sectio caesaria berulang secara bermakna meningkatkan total
jumlah persalinan sectio caesaria
f Istilah ndash Istilah Tentang Sectio Caesaria
a) Sectio caesaria primer (efektif)
Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan
secara sectio caesaria tidak diharapkan lagi kelahiran biasa
misalnya pada panggul sempit
b) Sectio caesaria sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa (spontan) bila tidak
berhasil dilakukan secara sectio caesaria
c) Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria dan
pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesaria ulang
d) Sectio caesaria histerektomi
Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio
caesaria langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu
indikasi
e) Operasi porro
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin
sudah mati) langsung dilakukan histerektomi Misalnya pada
keadaan infeksi rahim yang berat
B Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini1
10
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu KPD yang memanjang adalah KPD
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan Kejadian
KPD berkisar 5-10 dari semua kelahiran dan KPD preterm terjadi 1
dari semua kehamilan 70 kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup
bulan KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30
Gambar 1
Ketuban Pecah
Penyebab
Pada sebagian besar kasus penyebabnya belum ditemukan Faktor
yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran
prematur merokok dan perdarahan selama kehamilan Beberapa faktor
risiko dari KPD
11
Inkompetensi serviks (leher rahim)
Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
Riwayat KPD sebelumya
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
Kehamilan kembar
Trauma
Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau
amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk
atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam
bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
12
Penanganan Ketuban Pecah di Rumah
Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera
hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah
Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air
yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah
infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam
Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk
menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan
dalam sendiri
Terapi
Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah
sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan
dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan
tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah
risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini
Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan
terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan
janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil
Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah
apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban
pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan
kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya
akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang
kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika
memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu
selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa
meningkatkan resiko infeksi
Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah
kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum
waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik
13
Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian
KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan
Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan
kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta
tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan
janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko
sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak
Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang
pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah
kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis
bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm
dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil
dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran
diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta
sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat
dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)
pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah
71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila
terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air
seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim
Komplikasi KPD
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi
pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian
KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)
Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD
14
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada
KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm
ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu
Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar
Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang
terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir
triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan
C Konsep Dasar Mioma Uteri1
a Pengertian mioma uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ
rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor
otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat
berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma
15
tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma
uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan
keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang
berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah
dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga
mencapai 5 kg
b Penyebab mioma uteri
Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui
Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen
yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot
rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang
tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga
muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi
kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat
tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada
saat terjadi menopause
c Jenis mioma uteri
Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu
1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim
2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)
16
3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus
d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri
Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya
tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat
dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh
hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika
besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi
desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya
Umumnya gejala mioma uteri adalah
1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)
2 Dismenore (nyeri haid)
3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan
terputarnya tangkal mioma uteri
4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan
5 Anemia
6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung
kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ
rongga panggul lainnya
7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran
tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada
dinding rahim
8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir
kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko
keguguran pada masa kehamilan
9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca
melahirkan
e Diagnosa mioma uteri
Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau
MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa
mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka
segerakan periksa ke dokter anda
17
f Penanganan dan obat mioma uteri
Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal
dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri
Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari
mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan
obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan
hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika
pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau
menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan
mahkota dewa
g Operasi mioma uteri
Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan
operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala
penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus
Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)
jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan
miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi
D Konsep Dasar Histerektomi2
18
a Pengertian
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik
untuk wanita di negara Amerika Serikat
b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi
a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain
itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri
(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari
kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel
ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non
kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih
menantang untuk wanita dan dokter-dokternya
b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun
etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang
banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan
19
tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami
pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh
bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan
yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut
c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana
menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus
c Prosedur Tindakan Histerektomi
Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis
histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya
juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )
justru lebih lama
E Konsep dasar Shock3
a Defenisi
Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
akibat adanya gangguan sirkulasi
b Macam-macam shock
a) Shock Hipovolemik
Hemoragik dan non hemoragik
b) Shock Kardiogenik
c) Shock Neurogenik
20
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
b) Wanita cenderung mempunyai anak pada usia yang lebih tua
Peningkatan usia ibu hamil diatas 35 tahun meningkatkan
proses melahirkan dengan sectio caesaria
c) Pemantauan janin secara elektronik meningkatkan peluang
untuk mendeteksi gawat janin dan meningkatkan kenaikan
jumlah sectio caesaria
d) Bayi dengan presentase letak bokong sering dilahirkan dengan
sectio caesaria
e) Sectio caesaria berulang secara bermakna meningkatkan total
jumlah persalinan sectio caesaria
f Istilah ndash Istilah Tentang Sectio Caesaria
a) Sectio caesaria primer (efektif)
Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan
secara sectio caesaria tidak diharapkan lagi kelahiran biasa
misalnya pada panggul sempit
b) Sectio caesaria sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa (spontan) bila tidak
berhasil dilakukan secara sectio caesaria
c) Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria dan
pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesaria ulang
d) Sectio caesaria histerektomi
Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio
caesaria langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu
indikasi
e) Operasi porro
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin
sudah mati) langsung dilakukan histerektomi Misalnya pada
keadaan infeksi rahim yang berat
B Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini1
10
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu KPD yang memanjang adalah KPD
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan Kejadian
KPD berkisar 5-10 dari semua kelahiran dan KPD preterm terjadi 1
dari semua kehamilan 70 kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup
bulan KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30
Gambar 1
Ketuban Pecah
Penyebab
Pada sebagian besar kasus penyebabnya belum ditemukan Faktor
yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran
prematur merokok dan perdarahan selama kehamilan Beberapa faktor
risiko dari KPD
11
Inkompetensi serviks (leher rahim)
Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
Riwayat KPD sebelumya
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
Kehamilan kembar
Trauma
Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau
amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk
atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam
bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
12
Penanganan Ketuban Pecah di Rumah
Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera
hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah
Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air
yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah
infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam
Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk
menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan
dalam sendiri
Terapi
Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah
sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan
dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan
tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah
risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini
Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan
terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan
janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil
Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah
apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban
pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan
kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya
akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang
kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika
memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu
selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa
meningkatkan resiko infeksi
Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah
kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum
waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik
13
Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian
KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan
Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan
kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta
tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan
janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko
sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak
Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang
pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah
kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis
bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm
dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil
dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran
diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta
sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat
dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)
pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah
71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila
terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air
seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim
Komplikasi KPD
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi
pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian
KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)
Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD
14
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada
KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm
ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu
Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar
Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang
terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir
triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan
C Konsep Dasar Mioma Uteri1
a Pengertian mioma uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ
rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor
otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat
berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma
15
tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma
uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan
keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang
berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah
dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga
mencapai 5 kg
b Penyebab mioma uteri
Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui
Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen
yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot
rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang
tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga
muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi
kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat
tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada
saat terjadi menopause
c Jenis mioma uteri
Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu
1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim
2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)
16
3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus
d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri
Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya
tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat
dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh
hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika
besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi
desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya
Umumnya gejala mioma uteri adalah
1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)
2 Dismenore (nyeri haid)
3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan
terputarnya tangkal mioma uteri
4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan
5 Anemia
6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung
kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ
rongga panggul lainnya
7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran
tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada
dinding rahim
8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir
kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko
keguguran pada masa kehamilan
9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca
melahirkan
e Diagnosa mioma uteri
Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau
MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa
mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka
segerakan periksa ke dokter anda
17
f Penanganan dan obat mioma uteri
Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal
dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri
Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari
mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan
obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan
hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika
pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau
menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan
mahkota dewa
g Operasi mioma uteri
Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan
operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala
penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus
Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)
jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan
miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi
D Konsep Dasar Histerektomi2
18
a Pengertian
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik
untuk wanita di negara Amerika Serikat
b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi
a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain
itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri
(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari
kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel
ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non
kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih
menantang untuk wanita dan dokter-dokternya
b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun
etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang
banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan
19
tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami
pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh
bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan
yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut
c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana
menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus
c Prosedur Tindakan Histerektomi
Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis
histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya
juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )
justru lebih lama
E Konsep dasar Shock3
a Defenisi
Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
akibat adanya gangguan sirkulasi
b Macam-macam shock
a) Shock Hipovolemik
Hemoragik dan non hemoragik
b) Shock Kardiogenik
c) Shock Neurogenik
20
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu KPD yang memanjang adalah KPD
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan Kejadian
KPD berkisar 5-10 dari semua kelahiran dan KPD preterm terjadi 1
dari semua kehamilan 70 kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup
bulan KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30
Gambar 1
Ketuban Pecah
Penyebab
Pada sebagian besar kasus penyebabnya belum ditemukan Faktor
yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran
prematur merokok dan perdarahan selama kehamilan Beberapa faktor
risiko dari KPD
11
Inkompetensi serviks (leher rahim)
Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
Riwayat KPD sebelumya
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
Kehamilan kembar
Trauma
Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau
amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk
atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam
bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
12
Penanganan Ketuban Pecah di Rumah
Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera
hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah
Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air
yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah
infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam
Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk
menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan
dalam sendiri
Terapi
Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah
sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan
dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan
tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah
risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini
Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan
terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan
janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil
Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah
apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban
pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan
kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya
akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang
kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika
memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu
selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa
meningkatkan resiko infeksi
Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah
kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum
waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik
13
Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian
KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan
Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan
kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta
tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan
janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko
sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak
Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang
pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah
kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis
bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm
dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil
dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran
diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta
sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat
dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)
pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah
71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila
terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air
seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim
Komplikasi KPD
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi
pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian
KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)
Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD
14
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada
KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm
ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu
Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar
Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang
terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir
triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan
C Konsep Dasar Mioma Uteri1
a Pengertian mioma uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ
rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor
otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat
berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma
15
tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma
uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan
keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang
berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah
dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga
mencapai 5 kg
b Penyebab mioma uteri
Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui
Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen
yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot
rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang
tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga
muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi
kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat
tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada
saat terjadi menopause
c Jenis mioma uteri
Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu
1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim
2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)
16
3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus
d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri
Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya
tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat
dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh
hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika
besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi
desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya
Umumnya gejala mioma uteri adalah
1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)
2 Dismenore (nyeri haid)
3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan
terputarnya tangkal mioma uteri
4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan
5 Anemia
6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung
kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ
rongga panggul lainnya
7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran
tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada
dinding rahim
8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir
kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko
keguguran pada masa kehamilan
9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca
melahirkan
e Diagnosa mioma uteri
Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau
MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa
mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka
segerakan periksa ke dokter anda
17
f Penanganan dan obat mioma uteri
Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal
dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri
Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari
mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan
obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan
hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika
pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau
menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan
mahkota dewa
g Operasi mioma uteri
Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan
operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala
penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus
Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)
jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan
miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi
D Konsep Dasar Histerektomi2
18
a Pengertian
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik
untuk wanita di negara Amerika Serikat
b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi
a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain
itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri
(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari
kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel
ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non
kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih
menantang untuk wanita dan dokter-dokternya
b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun
etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang
banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan
19
tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami
pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh
bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan
yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut
c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana
menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus
c Prosedur Tindakan Histerektomi
Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis
histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya
juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )
justru lebih lama
E Konsep dasar Shock3
a Defenisi
Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
akibat adanya gangguan sirkulasi
b Macam-macam shock
a) Shock Hipovolemik
Hemoragik dan non hemoragik
b) Shock Kardiogenik
c) Shock Neurogenik
20
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Inkompetensi serviks (leher rahim)
Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
Riwayat KPD sebelumya
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
Kehamilan kembar
Trauma
Serviks (leher rahim) yang pendek (lt25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau
amoniak mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran Tetapi bila Anda duduk
atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara Demam
bercak vagina yang banyak nyeri perut denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
12
Penanganan Ketuban Pecah di Rumah
Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera
hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah
Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air
yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah
infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam
Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk
menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan
dalam sendiri
Terapi
Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah
sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan
dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan
tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah
risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini
Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan
terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan
janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil
Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah
apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban
pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan
kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya
akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang
kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika
memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu
selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa
meningkatkan resiko infeksi
Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah
kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum
waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik
13
Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian
KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan
Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan
kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta
tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan
janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko
sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak
Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang
pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah
kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis
bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm
dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil
dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran
diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta
sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat
dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)
pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah
71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila
terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air
seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim
Komplikasi KPD
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi
pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian
KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)
Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD
14
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada
KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm
ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu
Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar
Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang
terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir
triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan
C Konsep Dasar Mioma Uteri1
a Pengertian mioma uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ
rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor
otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat
berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma
15
tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma
uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan
keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang
berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah
dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga
mencapai 5 kg
b Penyebab mioma uteri
Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui
Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen
yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot
rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang
tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga
muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi
kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat
tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada
saat terjadi menopause
c Jenis mioma uteri
Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu
1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim
2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)
16
3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus
d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri
Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya
tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat
dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh
hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika
besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi
desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya
Umumnya gejala mioma uteri adalah
1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)
2 Dismenore (nyeri haid)
3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan
terputarnya tangkal mioma uteri
4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan
5 Anemia
6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung
kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ
rongga panggul lainnya
7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran
tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada
dinding rahim
8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir
kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko
keguguran pada masa kehamilan
9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca
melahirkan
e Diagnosa mioma uteri
Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau
MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa
mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka
segerakan periksa ke dokter anda
17
f Penanganan dan obat mioma uteri
Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal
dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri
Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari
mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan
obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan
hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika
pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau
menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan
mahkota dewa
g Operasi mioma uteri
Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan
operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala
penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus
Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)
jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan
miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi
D Konsep Dasar Histerektomi2
18
a Pengertian
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik
untuk wanita di negara Amerika Serikat
b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi
a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain
itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri
(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari
kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel
ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non
kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih
menantang untuk wanita dan dokter-dokternya
b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun
etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang
banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan
19
tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami
pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh
bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan
yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut
c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana
menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus
c Prosedur Tindakan Histerektomi
Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis
histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya
juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )
justru lebih lama
E Konsep dasar Shock3
a Defenisi
Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
akibat adanya gangguan sirkulasi
b Macam-macam shock
a) Shock Hipovolemik
Hemoragik dan non hemoragik
b) Shock Kardiogenik
c) Shock Neurogenik
20
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Penanganan Ketuban Pecah di Rumah
Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina segera
hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah
Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air
yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah
infeksi jangan berhubungan seksual atau mandi berendam
Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk
menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan
dalam sendiri
Terapi
Apabila terjadi pecah ketuban maka segeralah pergi ke rumah
sakit Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan
dilakukan dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan
tanda-tanda infeksi yang terjadi Risiko kelahiran bayi prematur adalah
risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini
Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan
terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu Hasil akhir dari kemampuan
janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil
Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah
apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir Semakin dini ketuban
pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan
kontraksi Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba dokter biasanya
akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang
kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban Tetapi jika
memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu
selama itu untuk memberi induksi pada ibu karena menunda induksi bisa
meningkatkan resiko infeksi
Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah
kejadian KPD maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum
waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik
13
Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian
KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan
Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan
kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta
tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan
janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko
sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak
Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang
pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah
kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis
bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm
dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil
dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran
diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta
sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat
dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)
pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah
71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila
terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air
seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim
Komplikasi KPD
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi
pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian
KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)
Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD
14
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada
KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm
ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu
Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar
Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang
terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir
triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan
C Konsep Dasar Mioma Uteri1
a Pengertian mioma uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ
rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor
otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat
berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma
15
tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma
uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan
keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang
berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah
dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga
mencapai 5 kg
b Penyebab mioma uteri
Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui
Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen
yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot
rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang
tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga
muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi
kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat
tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada
saat terjadi menopause
c Jenis mioma uteri
Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu
1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim
2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)
16
3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus
d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri
Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya
tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat
dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh
hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika
besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi
desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya
Umumnya gejala mioma uteri adalah
1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)
2 Dismenore (nyeri haid)
3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan
terputarnya tangkal mioma uteri
4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan
5 Anemia
6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung
kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ
rongga panggul lainnya
7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran
tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada
dinding rahim
8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir
kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko
keguguran pada masa kehamilan
9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca
melahirkan
e Diagnosa mioma uteri
Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau
MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa
mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka
segerakan periksa ke dokter anda
17
f Penanganan dan obat mioma uteri
Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal
dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri
Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari
mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan
obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan
hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika
pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau
menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan
mahkota dewa
g Operasi mioma uteri
Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan
operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala
penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus
Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)
jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan
miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi
D Konsep Dasar Histerektomi2
18
a Pengertian
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik
untuk wanita di negara Amerika Serikat
b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi
a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain
itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri
(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari
kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel
ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non
kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih
menantang untuk wanita dan dokter-dokternya
b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun
etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang
banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan
19
tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami
pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh
bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan
yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut
c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana
menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus
c Prosedur Tindakan Histerektomi
Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis
histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya
juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )
justru lebih lama
E Konsep dasar Shock3
a Defenisi
Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
akibat adanya gangguan sirkulasi
b Macam-macam shock
a) Shock Hipovolemik
Hemoragik dan non hemoragik
b) Shock Kardiogenik
c) Shock Neurogenik
20
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian
KPD maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan
Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan
kontroversi dalam KPD Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta
tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan
janin Steroid berguna untuk mematangkan paru janin mengurangi risiko
sindrom distress pernapasan pada janin serta perdarahan pada otak
Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan Yang
pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah
kejadian KPD preterm Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis
bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm
dapat menyebabkan infeksi Keuntungan didapatkan pada wanita hamil
dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu proses kelahiran
diperlambat hingga 7 hari berkurangnya kejadian korioamnionitis serta
sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat
dilakukan dengan kertas nitrazine kertas ini mengukur pH (asam-basa)
pH normal dari vagina adalah 4-47 sedangkan pH cairan ketuban adalah
71-73 Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila
terdapat keterlibatan trikomonas darah semen lendir leher rahim dan air
seni Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim
Komplikasi KPD
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi
pada 10-40 bayi baru lahir Risiko infeksi meningkat pada kejadian
KPD Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)
Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD
14
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada
KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm
ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu
Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar
Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang
terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir
triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan
C Konsep Dasar Mioma Uteri1
a Pengertian mioma uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ
rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor
otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat
berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma
15
tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma
uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan
keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang
berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah
dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga
mencapai 5 kg
b Penyebab mioma uteri
Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui
Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen
yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot
rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang
tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga
muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi
kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat
tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada
saat terjadi menopause
c Jenis mioma uteri
Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu
1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim
2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)
16
3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus
d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri
Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya
tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat
dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh
hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika
besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi
desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya
Umumnya gejala mioma uteri adalah
1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)
2 Dismenore (nyeri haid)
3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan
terputarnya tangkal mioma uteri
4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan
5 Anemia
6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung
kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ
rongga panggul lainnya
7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran
tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada
dinding rahim
8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir
kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko
keguguran pada masa kehamilan
9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca
melahirkan
e Diagnosa mioma uteri
Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau
MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa
mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka
segerakan periksa ke dokter anda
17
f Penanganan dan obat mioma uteri
Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal
dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri
Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari
mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan
obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan
hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika
pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau
menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan
mahkota dewa
g Operasi mioma uteri
Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan
operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala
penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus
Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)
jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan
miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi
D Konsep Dasar Histerektomi2
18
a Pengertian
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik
untuk wanita di negara Amerika Serikat
b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi
a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain
itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri
(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari
kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel
ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non
kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih
menantang untuk wanita dan dokter-dokternya
b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun
etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang
banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan
19
tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami
pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh
bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan
yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut
c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana
menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus
c Prosedur Tindakan Histerektomi
Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis
histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya
juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )
justru lebih lama
E Konsep dasar Shock3
a Defenisi
Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
akibat adanya gangguan sirkulasi
b Macam-macam shock
a) Shock Hipovolemik
Hemoragik dan non hemoragik
b) Shock Kardiogenik
c) Shock Neurogenik
20
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
preterm Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada
KPD preterm Kejadiannya mencapai hampir 100 apabila KPD preterm
ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu
Gambar 3 Keluarnya Tali Pusar
Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang
terbukti cukup efektif Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir
triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan
C Konsep Dasar Mioma Uteri1
a Pengertian mioma uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ
rahim Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor
otot rahim Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat
berkembang ke arah dalam atau ke arah luar Statistik penderita mioma
15
tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma
uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan
keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang
berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah
dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga
mencapai 5 kg
b Penyebab mioma uteri
Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui
Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen
yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot
rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang
tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga
muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi
kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat
tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada
saat terjadi menopause
c Jenis mioma uteri
Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu
1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim
2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)
16
3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus
d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri
Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya
tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat
dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh
hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika
besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi
desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya
Umumnya gejala mioma uteri adalah
1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)
2 Dismenore (nyeri haid)
3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan
terputarnya tangkal mioma uteri
4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan
5 Anemia
6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung
kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ
rongga panggul lainnya
7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran
tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada
dinding rahim
8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir
kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko
keguguran pada masa kehamilan
9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca
melahirkan
e Diagnosa mioma uteri
Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau
MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa
mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka
segerakan periksa ke dokter anda
17
f Penanganan dan obat mioma uteri
Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal
dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri
Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari
mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan
obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan
hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika
pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau
menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan
mahkota dewa
g Operasi mioma uteri
Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan
operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala
penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus
Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)
jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan
miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi
D Konsep Dasar Histerektomi2
18
a Pengertian
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik
untuk wanita di negara Amerika Serikat
b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi
a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain
itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri
(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari
kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel
ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non
kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih
menantang untuk wanita dan dokter-dokternya
b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun
etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang
banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan
19
tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami
pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh
bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan
yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut
c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana
menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus
c Prosedur Tindakan Histerektomi
Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis
histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya
juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )
justru lebih lama
E Konsep dasar Shock3
a Defenisi
Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
akibat adanya gangguan sirkulasi
b Macam-macam shock
a) Shock Hipovolemik
Hemoragik dan non hemoragik
b) Shock Kardiogenik
c) Shock Neurogenik
20
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma
uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan
keluhan atau gejala Umumnya sekitar 30 terjadi pada wanita yang
berumur di atas 35 tahun Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah
dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga
mencapai 5 kg
b Penyebab mioma uteri
Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui
Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen
yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim Otot
rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang
tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga
muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri Pada saat terjadi
kehamilan dan masa reproduksi tumor uteri akan lebih lebih cepat
tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada
saat terjadi menopause
c Jenis mioma uteri
Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu
1 Pertumbuhan tetap di dinding rahim
2 Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)
16
3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus
d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri
Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya
tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat
dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh
hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika
besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi
desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya
Umumnya gejala mioma uteri adalah
1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)
2 Dismenore (nyeri haid)
3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan
terputarnya tangkal mioma uteri
4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan
5 Anemia
6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung
kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ
rongga panggul lainnya
7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran
tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada
dinding rahim
8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir
kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko
keguguran pada masa kehamilan
9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca
melahirkan
e Diagnosa mioma uteri
Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau
MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa
mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka
segerakan periksa ke dokter anda
17
f Penanganan dan obat mioma uteri
Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal
dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri
Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari
mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan
obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan
hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika
pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau
menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan
mahkota dewa
g Operasi mioma uteri
Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan
operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala
penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus
Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)
jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan
miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi
D Konsep Dasar Histerektomi2
18
a Pengertian
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik
untuk wanita di negara Amerika Serikat
b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi
a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain
itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri
(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari
kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel
ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non
kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih
menantang untuk wanita dan dokter-dokternya
b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun
etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang
banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan
19
tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami
pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh
bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan
yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut
c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana
menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus
c Prosedur Tindakan Histerektomi
Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis
histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya
juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )
justru lebih lama
E Konsep dasar Shock3
a Defenisi
Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
akibat adanya gangguan sirkulasi
b Macam-macam shock
a) Shock Hipovolemik
Hemoragik dan non hemoragik
b) Shock Kardiogenik
c) Shock Neurogenik
20
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
3 Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus
d Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri
Gejala dan ciri ndash ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya
tumor serta arah pertumbuhannya Gejala mioma uteri juga sangat
dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh
hormon estrogen Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika
besarnya tumor masih kecil Gejala akan muncul jika telah terjadi
desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya
Umumnya gejala mioma uteri adalah
1 Hipermenore ( darah haid yang berlebihan)
2 Dismenore (nyeri haid)
3 Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan
terputarnya tangkal mioma uteri
4 Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan
5 Anemia
6 Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung
kemih ureter (saluran kencing) rektum (usus besar) dan organ
rongga panggul lainnya
7 Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran
tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada
dinding rahim
8 Adanya gangguan letak bayi dan plasenta terhalangnya jalan lahir
kelemahan kontraksi rahim perdarahan disertai nyeri dan resiko
keguguran pada masa kehamilan
9 Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca
melahirkan
e Diagnosa mioma uteri
Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG CT ndash Scan atau
MRI Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa
mioma uteri Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka
segerakan periksa ke dokter anda
17
f Penanganan dan obat mioma uteri
Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal
dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri
Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari
mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan
obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan
hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika
pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau
menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan
mahkota dewa
g Operasi mioma uteri
Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan
operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala
penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus
Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)
jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan
miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi
D Konsep Dasar Histerektomi2
18
a Pengertian
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik
untuk wanita di negara Amerika Serikat
b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi
a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain
itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri
(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari
kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel
ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non
kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih
menantang untuk wanita dan dokter-dokternya
b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun
etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang
banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan
19
tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami
pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh
bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan
yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut
c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana
menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus
c Prosedur Tindakan Histerektomi
Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis
histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya
juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )
justru lebih lama
E Konsep dasar Shock3
a Defenisi
Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
akibat adanya gangguan sirkulasi
b Macam-macam shock
a) Shock Hipovolemik
Hemoragik dan non hemoragik
b) Shock Kardiogenik
c) Shock Neurogenik
20
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
f Penanganan dan obat mioma uteri
Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon pengobatan herbal
dan operasi Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri
Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala ndash gejala dari
mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan
obat hormone Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan
hormone tidak berhasil Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika
pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau
menjalani operasi Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
mioma uteri adalah buah mengkudu keladi tikus temu putih dan
mahkota dewa
g Operasi mioma uteri
Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor Tindakan
operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar timbul gejala
penekanan mioma uteri nyeri dan perdarahan yang terus menerus
Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim)
jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan
miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi
D Konsep Dasar Histerektomi2
18
a Pengertian
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik
untuk wanita di negara Amerika Serikat
b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi
a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain
itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri
(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari
kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel
ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non
kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih
menantang untuk wanita dan dokter-dokternya
b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun
etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang
banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan
19
tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami
pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh
bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan
yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut
c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana
menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus
c Prosedur Tindakan Histerektomi
Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis
histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya
juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )
justru lebih lama
E Konsep dasar Shock3
a Defenisi
Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
akibat adanya gangguan sirkulasi
b Macam-macam shock
a) Shock Hipovolemik
Hemoragik dan non hemoragik
b) Shock Kardiogenik
c) Shock Neurogenik
20
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
a Pengertian
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik
untuk wanita di negara Amerika Serikat
b Alasan dilakukan tindakan Histerektomi
a) Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri Selain
itu adanya perdarahan uterus abnormal endometriosis prolaps uteri
(relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi Hanya 10 dari
kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma Artikel
ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non
kanker non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih
menantang untuk wanita dan dokter-dokternya
b) Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus namun
etiologinya belum diketahui Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkanberubah menjadi kanker leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis seperti perdarahan yang
banyak yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan
19
tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami
pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh
bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan
yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut
c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana
menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus
c Prosedur Tindakan Histerektomi
Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis
histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya
juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )
justru lebih lama
E Konsep dasar Shock3
a Defenisi
Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
akibat adanya gangguan sirkulasi
b Macam-macam shock
a) Shock Hipovolemik
Hemoragik dan non hemoragik
b) Shock Kardiogenik
c) Shock Neurogenik
20
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
tindakan histerektomi Pada kondisi ini wanita mengalami
pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti
inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi
kemampuan seksual Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh
bersin batuk atau tertawa Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis meskipun tidak ada alasan
yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut
c) Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteribeberapa pre karsinoma (displasia) Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat dimana
menghilangkan jaringan kanker dari tubuh Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus
c Prosedur Tindakan Histerektomi
Biasanya histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis
histerektomi) Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya
juga lebih banyak Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam
kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi )
justru lebih lama
E Konsep dasar Shock3
a Defenisi
Keadaan dimana terjadi gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
akibat adanya gangguan sirkulasi
b Macam-macam shock
a) Shock Hipovolemik
Hemoragik dan non hemoragik
b) Shock Kardiogenik
c) Shock Neurogenik
20
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
d) Shock pada Tension Pneumothorak
c Mengenal shock (diagnosis)
Gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
a) Kulit dingin
b) Urine berkurang
c) Kesadaran menurun
d) Tekanan darah turun nadi meningkat
d Sumber perdarahan
a) Perdarahan intrakranial
b) Perdarahan Intra Abdominal
c) Perdarahan Retroperitoneal
d) Hemothorax Masif
e) Femur Cruris
f) Rongga dada
g) Rongga perut
h) Pelvis
i) Patah tulang panjang
e Diagnosis
a) Trauma
b) Takhikardi
c) Kulit dingin
f Derajat shock (hemoragik)
Derajat I darah hilang lt 15 EBV
Derajat II darah hilang 15 ndash 30 EBV
Derajat III darah hilang 30 ndash 45 EBV
Derajat IV darah hilang gt 45 EBV
EBV Effective Blood Volume
g Klasifikasi
21
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
K I K II K III K IV
Darah hilangcc
Darah hilang
BV
Nadi
TD
Pulse Pressure
Respirasi
Prod Urin ccjam
Kesadaran
Cairan pengganti
lt 750
lt 15
lt 100
N
N
uarr
14 ndash 20
gt 30
Agak gelisah
Kristaloid
750-1500
15 ndash 30
gt 100
N
darr
darr
20 ndash 30
20 ndash 30
Gelisah
Kristaloid
1500-2000
30 ndash 40
gt 120
darr
darr
darr
30 ndash 40
5 ndash 15
Gelisah amp
bingung
Kristaloid
gt 2000
gt 40
gt 140
darr
darr
darr
gt 35
-
Bingung
amp
letargik
Darah
F Penatalaksanaan Pre-Operatif4
1 Persiapan Pasien di ruangan
a Kunjungan prabedah
Merupakan bagian eksersial persiapan penderita baik fisik maupun
mental dalam menghadapi stress anestesi dan pembedahan
Fungsi
- Perkenalan anestesi
- Memberi informasi tentang apa yang akan dialami oleh penderita
selama dan sesudah pembedahan
- Menerangkan penderita
- Karena hal yang akan dihadapi merupakan hal baru dan asing
sehingga dapat menimbulkan rasa takut
b Pemeriksaan fisik
22
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
- Data umum nama umur BB TB
- Wawancara sakit apa dirinya atau keluarga (malignant hiperthermia
dengan catatan kelainan yang diturunkan berhubungan dengan Ca
release dan Ca deposit) kebanyakan meninggal di tempat operasi
- Paru-paru CVS ginjal liver
- Terapi obat-obatan yang ada sekarang
- Alergi
- Kebiasaan atau gaya hidup rokok alkohol dan obat-obatan
- Pengalaman operasi atau anestesi
c Cek status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar protein darah
(albumin dan globulin) serta keseimbangan nitrogen Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi
dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam
dan penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
d Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi seperti nyeri daerah operasi batuk dan menumpuknya
lendir di tenggorokan
23
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Diantaranya latihan
- Latihan nafas dalam
- Latihan batuk efektif
- Latihan gerak sendi
e Pemeriksaan laboratorium
Darah hb leukosit gula darah ureum kreatinin Urine rutin
rontgen thorax rutin jantung EKG Pemeriksaan lengkap ldquo screening
test ldquo hanya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan pembedahan
besar
- Pemeriksaan laboratorium lain (faal hati dan lain-lain) apabila ada
indikasi
- Foto thoraks
- Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) apabila usia penderita gt 40
tahun atau apabila pada tanda-tanda penyakit jantung
- Pemeriksaan lain yang diperlukan misalnya USG tes faal paru dan
lain-lain
- Konsultasi dengan bagian lain (interne pediatri dan lain-lain) apabila
diperlukan
f Perbaikan keadaan umum dan pengobatan penyakit lain yang
menyertainya
Saat akan dimulai pembedahan dengan anestesi umum keadaan
penderita harus optimal dan penyakit-penyakit lain harus ditanggulangi
atau dapat terkendalikan Keadaan ndash keadaan yang sering dijumpai antara
lain
a) Syok kebanyakan syok hypovolemik karena perdarahan dapat diatasi
dengan penggunaan transfusion set sebagai antisipasi terjadinya
lonjakan Hb pasien pada saat intraoperatif
b) Anemia sedapat mungkin kadar hemoglobin sebelum pembedahan di
atas 8 gr
24
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
c) Dehidrasai harus segera diatasi dengan pemberian cairan sampai
diuresis lebih dari 30 cc per jam dan keadaan hemodinamik (tensi dan
nadi) dalam batas-batas normal Dapat diatasi dengan pemasangan
infus abbocath no 18 agar pemenuhan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan pasien
d) Komosio cerebri biasanya pembedahan ditunda sampai lewat hari
ketiga kecuali demi untuk menyelamatkan jiwanya
e) Suhu tinggi sedapat mungkin diturunkan dengan antipiretik dan
kompres dingin sampai suhu kurang dari 38o C
f) Infeksi saluran nafas akut seperti influenza pharingitis bronkitis dan
lain-lain semua bedah elektif sebaiknya ditangguhkan terutama pada
bayi dan anak
Mengingat resiko - resiko yang mungkin terjadi baik akibat
pembedahan maupun tindakan anestesia maka penderita dewasa terutama
keluarganya perlu diberi penjelasan tentang penyakitnya penanggulangan
atau upaya-upaya yang akan dilakukan beserta prognosanya Oleh karena
itu dokter ataupun tenaga medis lainnya harus mengadakan kunjungan pra
bedah selain dengan penderita juga dengan keluarganya
Setelah mendapat penjelasan pihak penderita dan keluarga wajib
menandatangani izin pembedahan atau izin operasi dan anestesia
g Informed Concent
Nama lain persetujuan tindakan Setiap individu berhak
menentukan dan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap badannya
tanpa IC ini maka semua tindakan merupakan pelanggaran Kecuali
emergency (obstruksi nafas (2-3 menit sehingga terjadi brain damage)
pernapasan tak terkontrol ICP (intra cranial pressure) terus meningkat
cardiac temponade gangguan mental akibat penyakit maupun obat-obatan
25
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Tujuannya yaitu
- Bukan hanya untuk melindungi dokter dan RS dari hasil tindakan yang
tidak diinginkan tapi juga melindungi pasien dari tindakan tanpa
sanksi
- Pasien harus mengetahui rencana tindakan dan alternatifnya beserta
kemungkinan komplikasi yang timbul kegelisahan atau kegagalan
jangan menakut-nakuti diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya
- Pengarahan yang baik dan mengesankan biasanya pasien akan setuju
dengan yang direncanakan dokter
- Izin harus tertulis dan disaksikan oleh dokter perawat serta keluarga
dekat sedangkan untuk anak-anak dilakukan oleh orangtuanya
h Puasa
Setiap penderita yang akan mengalami pembedahan elektif dengan
anestesia umum harus puasa paling sedikit 5 ndash 6 jam untuk orang
dewasa dan untuk anak- anak bayi dimana anak bayi masih boleh
minum air putih (tambah gula) 2 jam sebelum pembedahan Puasa
bertujuan mencegah muntah dan mencegah perut kembung karena
peristaltik berkurang akibat anestesia Puasa yang tidak cukup
dapat menimbulkan muntah sampai aspirasi isi lambung ke dalam
paru-paru yang dapat berakibat kematian
Gigi palsu bulu mata palsu atau lensa kontak harus ditinggalkan
demikian pula perhiasan atau barang-barang berharga lainnya Cat
bibir atau kuku harus dibersihkan karena akan mengganggu saat
monitoring penderita
Kandung kencing harus dikosongkan dengan menyuruh penderita
kencing atau memasang kateter bila perlu sebelum ke kamar
pembedahan
Penderita masuk ke kamar pembedahan dengan memakai pakaian
khusus dan tutup kepala
26
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
G Premedikasi4
Adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi dilakukan Hal
ini bertujuan untuk
- Sedasi psikis untuk mengurangi rasa takut dan cemas
- Analgesia
- Amnesia
- Agar induksi anestesi mudah dan lancar
- Untuk mengurangi jumlah atau dosis obat anestesi
- Mengurangi refleks vagal
- Untuk mengurangi sekresi
- Menghilangkan rasa mual dan muntah
Jenis obat premedikasi diberikan
a) Golongan Antikholinergik seperti sulfas atropin dan scopolamin Yang
sering digunakan sulfas dengan dosis 001 mgkgBB im atau iv dengan
maksud untuk mengurangi sekret traktur respiratorius dan untuk
mencegah refleks vagal Efek samping yang tidak menyenangkan adalah
rasa kering di mulut penglihatan kabur retensio urine terutama pada
penderita hipertrofi prostat pada anak sering timbul bercak-bercak
merah di kulit (tidak berbahaya) dan retensi panas sehingga suhu badan
naik berdebar-debar karena terjadinya takhikardi5
b) Golongan benzodiazepin
- Diazepam (valium stesolid paralium mentalium validex diazepin)
- Midazolam (dormicum)5
c) Antagonis Reseptor H2 (Ranitidine)
Obat ini secara kompetitif menghambat ikatan histamine dengan
reseptor H2 yang akan mengurangi produksi asam lambung dan
meningkatkan pH asam lambung Dosis sebagai premedikasi untuk
mengurangi aspirasi pneumonia antagonis reseptor H2 diberikan pada
saat malam sebelum tidur dan sekali lagi 2 jam jam sebelum operasi 5
27
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
d) Antagonis Resepto 5 - H3 (Ondansentron)
Obat ini digunakan sebagai pencegahan mual dan muntah Dosis 4
mg 5
H Cairan8
a Cairan Kristaloid8
a) Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati sementara asetat dimetabolisme
terutama di otot Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma RA dan RL efektif sebagai
terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat Dengan profil seperti ini RA memiliki
manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare
Indikasi Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah
seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat Hal ini dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara Cairan ini
terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut
(resusitasi) misalnya pada diare DBD luka bakarsyok hemoragik
pengganti cairan selama prosedur operasi loading cairan saat induksi
anestesi regional priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal
dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi
misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang
menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2
menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
28
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
parameter volume kinetik Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral yang
umum terjadi setelah anestesi umumspinal
Untuk kasus obstetrik Onizuka dkk (1999) mencoba
membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia)
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke
iskemikhemoragik akut sehingga umumnya para dokter spesialis saraf
menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap
edema otak Namun Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel karena itu
dapat diberikan pada stroke akut terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5 50 55
dan 65 tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-
parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik)
Perbandingan untuk mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien
yaitu misalnya 1 cc diganti dengan kristaloid menjadi 3 cc Hal ini
karena perbandingan 13
b Cairan Koloid8
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang
sulit menembus membran kapiler digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler Umumnya pemberian lebih kecil onsetnya lambat
durasinya lebih panjang efek samping lebih banyak dan lebih mahal
29
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari
pembuluh darah Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma Perbandingan
untung mengganti darah yang keluar dari tubuh pasien yaitu 11
b) HES (Hydroxyetyl Starches)
Contoh HAES steril Expafusin
Indikasi Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat menurunkan
resiko kebocoran kapiler Kontraindikasi Cardiopulmonary bypass
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (gt20 mlkg)
Sepsis karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF)
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis
dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada
pasien sepsis karena
e) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid
disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah
volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas
f) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan
albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil
dibandingkan kristaloid
g) Dengan menjaga COP dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
seperti asidosis refraktori
h) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat
menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi
dengan menghambat adesi molekuler
30
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Sementara itu pada penelitian yang lain disimpulkan HES tidak
boleh digunakan pada sepsis karena
i) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid
maupun koloid (HES) yang manifestasinya menyebabkan
kerusakan alveoli
j) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic
dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan
hipovolemia
k) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan
koagulasi ARF pruritus dan liver failure Hal ini terutama
terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh
transplantasi ginjal)
l) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan gelatin pada pasien dengan sepsis Kebutuhan cairan
maintenance dengan rumus 4 2 1
I Transfusi darah
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain Darah yang tersimpan di dalam
kantong darah dimasukan kedalam tubuh melalui selang infus
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum
placenta previa dan ruptur kehamilan ektopik Perdarahan di bidang obstetri
masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia
31
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
a Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat
kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN)
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor
darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan
darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi
b Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III serta 105 gdL pada trimester
II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan
merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi
darah Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb
saja tetapi juga berdasar indikasi Anemia pada kehamilan didefinisikan
dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gdL pada trimester I dan III
serta 105 gdL pada trimester II Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap
anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk
mengurangi kebutuhan transfusi darah Keputusan untuk transfusi darah
tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja tetapi juga berdasar indikasi
klinis pasienPerdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau
seksiocesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb
ibu sebelum persalinan diatas 100 ndash110 gdL3Sebaliknya transfusi darah
hampir selalu diindikasikan jika Hb lt 7 gdl
Pada kasus terminasi kehamilan persalinan normal sectio caesaria
kuretase atau histerektomy jika ternyata membutuhkan darah dan
emergensi maka berlaku prosedur emergensi yakni darah sesuai golongan
ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch dan packed red cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien
32
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
4 jam
33
Isi (Packed Red Cell)
- Hematokrit 55-75
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi
labil (V dan VIII) yang fungsional
Penyimpanan
- Disimpan pada suhu 2-6degC di blood bank
refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada
pasien dalam 30 menit setelah darah keluar
dari blood bank refrigerator
Indikasi
- Penggantian sel darah merah pada
perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel
darah merah tetapi komponen PRC tidak
tersedia
Kontraindikasi
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien
dan donor harus kompatibelcocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam
kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
c Pelayanan darah emergensi
Untuk mendapatkan darahkomponen darah pada kasus perdarahan masif
(kondisi emergency) langkah pertama yang dilakukan adalah
menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit
Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) Langkah kedua adalah mengirimkan
surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD Langkah ketiga
petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasibangsal dimana pasien membutuhkan darah Untuk mencegah
kemungkinan kesalahan transfusi perawat atau dokter mencocokkan
kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan
pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan
J Persiapan pasien di kamar operasi6
Persiapan 4 aman sebagai berikut
1 Aman Pasien6
1) Anamnesa wawancara ulang sesuai data
Anmnesa dan pemeriksaan pada penderita bedah elektif
dilakukan1-2 hari sebelum hari dilaksanakannya proses pembedahan
Dengan dilakukannya anamnesa ini maka akan didapatkan data yang
memungkinkan akan menjadi pertimbangan untuk berlangsungnya
proses pembedahan Dalam proses anamnesa ini akan dilakukan
wawancara terhadap penderita atau keluarganya untuk mengetahui
Riwayat penyakit sistemik yang diderita dahulu dan sekarang
meliputi
- Sistem pernapasan riwayat penyakit saluran napas atas
asma batuk influenza dll
- Sistem kardiovaskuler riwayat penyakit jantung hipertensi
nyeri dada dll
- Sistem endokrin Diabetes Melitus Hepatitis
34
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Riwayat penyakit keluarga yaitu adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit sistemik seperti TBC Diabetes Melitus
Asthma dll
Riwayat pengobatan atau pemakaian obat-obatan yang ada
hubungannya interaksi dengan obat anestesi yang digunakan
seperti obat anti hipertensi anti koagulan anti konvulsan dan anti
diabetikum
Riwayat alergi dan reaksi obat meliputi
- Reaksi murni dari obat antibiotika dan interaksi penderita jika
mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan krisis
hipertensi
- Efek samping dari obat
Riwayat anestesi dan pembedahan merupakan pengalaman pasca
bedah seperti
- Respon terhadap obat anestesi
- Ganggguan kesadaran
- Gangguan jalan nafas dan komplikasi pasca bedah
2) Aktivitas sehari-sehari meliputi apakah pasien tersebut
Atletik
Perokok berat
Peminum alkohol
Pemakai Obat (Narkotika)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kimia meliputi
- Pemeriksaan urine
- Pemeriksaan kadar hemoglobin leukosit hematokrit eritrosit
dan trombosit
- Pemeriksaan kimia darah gula darah ureum kreatinin
kalium dan natrium
- Pemeriksaan kimia darah lainnya dilakukan atas indikasi yang
lain
35
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
4) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dianjurkan pada penderita yang berusia gt 40th dan pada anak dewasa
dilakukan bila ada indikasi
5) Foto Toraks
Dianjurkan pada penderita dengan indikasi sesak nafas perokok dan
batuk-batuk
6) Konsultasi dengan bagian medis lain bila perlu
Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan penyakit dan fungsi organ
vital penderita menurut bagian yang bersangkutan (misalnya penyakit
dalam neurologi psikiatri dll
7) Klasifikasi status penderita
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
status fisik penderita menurut ASA (America Society Of
Anesthesiologi ) yang mana berguna untuk menentukan resiko yang
mungkin terjadi pada saat pembedahan
ASA I pasien dengan keadaan umum normal yang memerlukan
tindakan operasi
ASA II pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya
Contoh penyakit jantung ringan yang hanya sedikit membatasi
aktivitas obesitas bronkhitis kronis anemia
ASA III pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan berbagai penyebab
Contoh penyakit jantung yang membatasi aktivitas hipertensi yang
tidak terkontrol DM dengan komplikasi vaskuler
ASA IV pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya
Contoh CHF disfungsi lanjutan dari hati dan ginjal
ASA V pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun operasi
atau tidak
36
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Contoh hemorrhage tidak terkontrol dari rupture pembuluh
abdominal trauma cerebral emboli paru-paru
E klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E-Emergency)
2 Aman Alat6
Persiapan alat terdiri dari STATICS Scope laringoskop yang terdiri
dari blade dan lampu stetoskop Tube ETT yang nonkingking tiga
nomor Airway pipaoroparing dan pipa nasoparing Tape plaster untuk
fiksasi ETT Intraducer mandrin Connector penghubung pipa dengan
mesin anestesi Suction Selain yang tersebut di atas terdapat alat anestesi
dan monitor sebagai perangkat utama Disiapkan pula trakeotomi set
bilamana terjadi keadaan darurat
3 Aman obat7
1) Obat Anestesi Umum
37
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Obat inhalasi
- Isoflurane
Isofluran merupakan volatile anestetik yang tidak mudah
terbakar dengan bau eter yang menyengat Dosis MAC 12
Obat Intravena
- Obat Hipnotik
Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual Onset cepat DOA pendek Dosis
2-25 mgkgbb
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek atau
premedikasi pemeliharaan anestesi bekerja cepat dan
karena transformasi metaboliknya cepat dan lama kerjanya
singkat bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi
tidur Setelah pemberian IM atau IV akan terjadi amnesia
Dosis induksi 02-04 mgkg untuk premedikasi 003-
004 mgkg
- Analgetik Narkotik
Pethidine
Adalah obat narkotik-analgesik golongan opium yang memiliki
efek yang lebih rendah dari morphine kira-kira 110 dari morphine
Dosis 1 mgkg premedikasi 25-100 mg analgesik pasca bedah
50-100 mg intramuscular atau per infuse 5
- Muscle Relaxant (Pelumpuh Otot)
Atracurium (intermediate acting)
Onset pada atracurium antara 1-2 menit dan durasinya antara 20-40
menit Dosis 03 ndash 06 mgkg 5
Rocuronium ( intermediate acting)
Dosis pada rocuronium yaitu 06-1 mgkgbb 5
38
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Obat anticholinesterase
- Obat analgetik (non opioid)
Tramadol tramal
Pemberian tramadol pada pasien dua kali sehari dapat
mengendalikan rasa nyeri secara efektif Dosis untuk dewasa adalah
50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mghari 5
Ketorolac
Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai nyeri berat pada kasus-
kasus emergensi nyeri musculuskeletal pasca bedah minor atau
mayor Dosis dan cara pemberian ketorolak adalah 5
Tidak boleh lebih dari 5 hari
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai
dengan kebutuhan
Dosis IM 60 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis IV 30 mg (usia kurang dari 65 tahun)
Dosis ulang IMIV tiap 6 jam maksimum 120 mg (usia dibawah
65 tahun)
Usia diatas 65 tahun setengah dari dosis diatas
- Obat Pressor7
Dopamine
Injeksi (Ampul) 10 mgml 20 mgml 40 mgml Dopamine adalah
agen vasopressor dan inotropic Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika
jantung tak mampu memompa cukup darah Dosis
Infus IV (pemberiannya memerlukan pompa infus)
Bayi 1-20 mcgkgmenit infus kontinyu titrasi sampai respon
yang diharapkan
Anak-anak 1-20 mcgkgmenit maksimum 50 mcgkgmenit
titrasi sampai respon yang diharapkan
39
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Dewasa 1-5 mcgkgmenit sampai 20 mcgkgmenit titrasi
sampai respon yang diharapkan Infus boleh ditingkatkan 4
mcgkgmenit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal
tercapai
Jika dosis gt 20-30 mcgkgmenit diperlukan dapat menggunakan
presor kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin)5
Obat-obat medikasi pelengkap
- Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang
termasuk kategori adrenokortikoid antiinflamasi dan imunosupresan
Indikasi
a) Abnormalitas fungsi adrenokortikal
b) Gangguan alergi
c) Gangguan kolagen
d) Gangguan pada kulit
e) Gangguan saluran pencernaan
f) Gangguan darah
g) Penyakit hati
h) Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau
sarkoidosis)
i) Inflamasi non rheumatik
j) Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
k) Sindroma nefrotik
l) Penyakit neurologik
m) Neurotrauma luka pada tulang belakang
n) Gangguan pada mata
o) Perikarditis digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan
demam
p) Polip nasal
q) Gangguan pernafasan
r) Gangguan rheumatik
40
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
s) Pengobatan shock akibat insufisiensi adrenokortikal
t) Pengobatan tiroiditis non supuratif
u) Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ
v) Pengobatan trikinosis
Kontraindikasi
i Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat
ii Bayi prematur
iii Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan
peptikum osteoporosis berat penderita dengan riwayat penyakit jiwa
herpes
iv Pasien yang sedang diimunisasi
Dosis
Dewasa Secara intramuskular atau intravena 10-40 mg (base) diulangi
sesuai keperluan
- Metergin7
a) Indikasi
Penanganan aktif kala 3 persalinan Terapi atoniperdarahan uterus
yang terjadi selama dan setelah kala-3 persalinan yang berhubungan
dengan seksia sesaria atau setelah terjadinya aborsi Terapi subinvolusi
uterus lokiometra perdarahan pada masa nifas
b) Dosis
Untuk penanganan aktif kala-3 persalinan intra muskular 05-1 mL
(01-02 mg) setelah kepalabahu anterior keluar atau selambatnya segera
setelah bayi dilahirkan Untuk persalinan dengan anestesi umum dosisnya
adalah 1 mL (02 mg) Untuk atoniperdarahan uterus IM 1 mL atau IV 05-
1 mL Dapat diulang dengan interval ge 2 jam Untuk terapi subinvolusi
lokiometra perdarahan masa nifas 0125-025 mg per oral (1-2 tablet) atau
IM 05-1 mL sd 3 xhari pada wanita menyusui le 3 hari
c) Kontraindikasi
Hamil kala 1 dan kala 2 pada partus sebelum korona kepala terlihat
41
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
inersia uterus primer dan sekunder hipertensi toksemia hipersensitif
Preeklampsi dan eklampsi sepsis penyakit vaskular Presentasi janin
abnormal
- Oxytosin7
b) Indikasi
Pada persalinan normal amp pada pasien dimana peningkatan tekanan
darah selanjutnya harus dihindari
c) Kontra indikasi
Plasenta lepas ketidakseimbangan sefalopelvik pola persalinan
hipertonik
Toksemia berat plasenta previa (uri yang melekat pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim) kelemahan his
rahim terprotraksi kecenderungan rahim robek
Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas malposisi
janin kelainan janin
c Perhatian
Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan
Dua rute pemberian secara berkesinambungan
Interaksi obat estrogen progesteron zat-zat penekan
d Efek samping
Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek amp laserasi
luas pada jaringan lunak
Hipertensi berat perdarahan hipofibrinogenemia fatal
Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang)
Reaksi anafilaktik hematoma panggul gangguan saluran
pencernaan
Aritmia janin sekit kuning perdarahan retina
- Asam Tranexamat
42
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
v Indikasi
m) Fibrinolisis pada menoragia epistaksis traumatic hyphaemia
neoplasma tertentu komplikasi pada persalinan (obstetric
complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi
kandung kemih prostatektomi atau konisasi serviks
n) Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada
angioedema herediter
vi Kontraindikasi
o) Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat
p) Penderita perdarahan subarakhnoid
q) Penderita dengan riwayat tromboembolik
r) Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular
aktif
s) Penderita buta warna
vii Dosis
t) Fibrinolisis lokal angioneuritik edema herediter 1 gram (oral)
2-3 x sehari
u) Perdarahan abdominal setelah operasi 1 gram 3 x sehari
(injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama dilanjutkan
pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4
setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis) Untuk mencegah perdarahan ulang dapat
diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari
v) Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
w) Sesaat sebelum operasi 10 mgkgBB (IV)
x) Setelah operasi 25 mgkgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8
hari
y) (pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mgkgBBhari dalam dosis
terbagi 3-4 kali)
viii Peringatan dan Perhatian
43
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
z) Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
karena risiko akumulasi
aa) Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria
bb) Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
cc) Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi
trombosis
dd) Hati-hati pemberian pada anak-anak
ix Efek Samping
ee) Gangguan pada saluran pencernaan (mual muntah diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi
ff) Hipotensi jarang terjadi
2) Obat Anestesi Regional6
Penggolongan Obat Anestesi Regional atau Local diantaranya yaitu
Bupivacaine 05 (Marcaine 05)
Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanjut dosisnya dikurangi
4 Aman diri sendiri7
Untuk mengamankan diri sendiri dari legal aspek sebelum operasi
lakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab Untuk pencegahan penularan penyakit diperlukan
tindakan septik dan antiseptik
K Intensive Care Unit9
44
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
1) Pengertian ICU (Intensive Care Unit)
Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna di instansi Rumah Sakit juga
dilengkapi dengan ruangan yang diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis
Secara umum ruang ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible)
2) Syarat - syarat Ruang ICU
a) Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar ( Recovery Room)
b) Suhu ruangan diusahakan 22-25 C nyaman energi tidak
banyak keluar
c) Ruangan tertutup amp tidak terkontaminasi dari luar
d) Merupakan ruangan aseptic amp ruangan antiseptic dengan
dibatasi kaca- kaca
e) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
f) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan
segala posisi
g) Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
h) Tempat dokter amp perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
3) Sarana amp Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah amp Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk RICU
antara 1-2 dari jumlah pasien secara keseluruhan
Bangunan terisolasi dilengkapi dengan pasienmonitor alat
komunikasi ventilator AC pipaair exhousefan untuk mengeluarkan
udara lantai mudah dibersihkan keras dan rata tempat cuci tangan
45
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
yang dapat dibuka dengan siku amp tangan v pengering setelah cuci
tangan
RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
R tunggu keluarga pasien
R pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan RDokter amp R Perawat
RTempat buang kotoran
R tempat penyimpanan barang amp obat
Sumber air Sumber listrik cadangan generator emergency lamp
Sumber O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun amp obat
instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
Alat ndashalat penunjang al Ventilator Nabulaizer Jacksion Reese
Monitor ECG tensimeter mobile Resusitato Defibrilator Termometer
electric dan manualInfus pump Syring pumpO2 transport
CVP Standart infuse Trolly EmergencyPapan resusitasiMatras anti
decubitus ICU kid Alat SPO2 Suction continous pump dll
4) Indikasi pasien masuk ICU
a) Pasien sakit berat kritis pasien tidak stabil
b) Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
c) Pasien yang mengalami komplikasi akut
5) Tidak perlu masuk ICU
1 Pasien mati batang otak
2 Pasien menolak
3 Pasien yang secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan
misalnya usila dengan gagal 3 organ lebih
6) Indikasi keluar ICU
46
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
a) Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena membaik atau
memburuk dan manfaat terapi sangat kecil
b) Bila dalam pemantauan intensif pasien telah stabil
7) Terapi intensif tidak bermanfaat pada
a) Pasien usila dengan gagal 3 organ lebih
b) Pasien mati batang otak atau koma yang menimbulkan keadaan yang
vegetatif
c) Pasien dengan bermacam diagnosis seperti PPOM jantung terminal
Ca metastasis
8) Keberhasilan terapi
a) Usia pasien
b) Riwayat penyakit sebelumnya
9) Keadaan penyakit sekarang
a) Respons terhadap terapi
b) Lingkungan sosial pasien
c) Kualitas hidup pasien di masa depan
BAB III
TINJAUAN KASUS
47
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
A Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama Ny N
No RM A140522
Umur 30 Tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Cijengkol RT 01 RW 08 Sukabumi
Agama Islam
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Tanggal Operasi 5 Januari 2013
2 Keluhan Utama Mules- mules yang berlebihan
3 Anamnesa Klien mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh mules-mules keluar air jam 0100 WIB gerakan janin
dirasakan
4 Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada
4 Keterangan Pre Operatif
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 150
DJJ 152 xmenit
5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 107 grdl 12-16 grdl
Leukosit 15100ul 4000-9000ul
Hematokrit 306 35 ndash 45
Trombosit 146000ul 150000 ndash 350000ul
48
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Golongan Darah O
6 Diagnosa Kerja G4P3A0 letak sunsang + KPD + PSR
7 Rencana Pelaksanaan Tindakan Secsio Caesaria
8 Kesimpulan
Berdasarkan status fisik pasien preanestesi pasien tersebut
diklasifikasikan kedalam ASA II Emergensi (pasien dengan kelainan sistemik
ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari) dan akan dilakukan
tindakan Secsio Caesaria
B Penatalaksanaan Anestesi
1 Preoperatif
a Persiapan dan pengecekan alat
a) Persiapan spinal anestesi
Spinal needle No 25 26 27
Spuit 5 cc
Handscoen Steril No 7
Kassa steril
Bethadine
b) Persiapan General anestesi
S Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no3)
T Tube (ETT ukuran 60 65 70 kemudian mengecek
balon apakah bocor atau tidak)
A Airway (Oroparingeal Airway)
T Tape (Plester)
I Introducer (Mandrin)
C Conector
S Suction
Spuit 10 cc kosong
Forcep magiil
Facemask (ukuran 3)
Mesin anestesi
49
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
O2 dan N2O
b Persiapan obat
a) Obat Premedikasi
Ondancentron 4 mg
Ranitidine 50 mg
b) Spinal Anestesi Bupivacaine 05
c) General anestesi
Induksi
Analgetik Petidin 50 mg
Hipnotik Propofol 100 mg Midazolam 5 mg
Relaksan Noveron 20 mg Atracurium 105 mg
Maintanance
Isoflurance
N2O
O2
c Persiapan pasien
a) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK
b) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan perawat bedah
c) Anamnesa pasien (identitas alergi obat puasa memakai gigi
palsu atau tidak riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit
sekarang kebiasaan sehari-hari dan pekerjaan
d) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
dll
e) Memastikan inform consent SIO (+) SIA (+) yang telah
disepakati
2 Intraoperatif
50
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
a Pukul 1145 pasien masuk ke ruangan operasi diposisikan di atas
meja operasi dengan posisi supine Kemudian memastikan infus yang
terpasang pada pasien lancar
b Kemudian diukur tekanan darah nadi respirasi dan saturasi yaitu
Tekanan Darah 10564
Nadi 75 xmenit
Respirasi 22 xmenit
Saturasi (SPO2) 98
c Pasien diberikan premedikasi Ondansetron 4 mg dan Ranitidin 50 mg
secara intravena
d Pukul 1150 WIB dilakukan spinal anestesi pada lumbal 3 - 4 dengan
Bupivacaine 05 dan menggunakan spinal needle no 27
e Kemudian dilakukan pembedahan pukul 1200 WIB bayi keluar
pukul 1205 WIB Bayi keluar menangis dengan BB 301 kg TB 46
cm
f Monitoring tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali
Waktu Tekanan Darah Nadi Cairan
1145 10564 75 xmenit RL 500 cc
1200 10255 77 xmenit RL 500 cc + Chrome
50 mg + As
Traneksamat 500 mg
+ Oksitocin 10 iu
1215 9644 79 xmenit Widahes 500 cc
1230 10257 85 xmenit RL 500 cc
1245 13067 98 xmenit
Pengeluaran cairan (urin) selama operasi plusmn 300 cc
Setelah tindakan SC dilakukan ternyata ditemukan adanya
myoma uteri dan dilakukan tindakan Histerektomy maka dilakukan
inform consent tentang anestesi dan pembedahan kepada pasien dan
51
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
keluarga Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pada
pukul 1245 dilakukan tindakan general anestesi
a Induksi pukul 1245 WIB
a) Analgetik Pethidine 50 mg
b) Hipnotik Propofol 100 mg
Setelah pasien tertidur dibuktikan dengan hilangnya refleks
bulu mata dipasang sungkup yang telah tersambung dengan
mesin anestesi yang menghantarkan gas isoflurance 2 V N2O 3
lpm dan O2 4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil
melakukan bagging
c) Relaxan Noveron (rocuronium) 20 mg
Lakukan bagging selama 2 menit untuk menunggu onset dari
Noveron
d) Kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan ETT no 65
dilakukan assisted (bagging) untuk membantu nafas pasien
b Monitoring TTV
Wakt
u
TD
(mmHg)
Nadi
(xmenit)
CairanTangan
KiriTangan Kanan
Kaki Kanan
1245 13067 98 -
RL + chorme +
as traneksamat
-
1300 12060 98 Widahes - -
1315 5520 90
NaCl +
dopamine
50 mg
WidahesGelafusal +
epinefrin-
1330 9544 130 - Gelafusal RL
1345 12045 95 - -
RL + chorme + As Tra-neksamat +
vit K1400 11142 95 - RL -
52
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
1415 11950 125 - - -
1430 11548 100 - - -
1445 10342 100 - - -
1500 11755 120 - - -
c Setelah tindakan histerektomi selesai dengan perdarahan plusmn 2000 cc
Pasien masih dalam keadaan terintubasi dengan napas telah spontan
tapi belum adekuat bantuan nafas dengan kontrol menggunakan
Jackson rees dan oksigen Setelah ICU siap dengan ventilator dan alat
monitoring lainnya pasien dibawa ke ICU
3 Postoperative
a Tanggal 5 Januari 2013 pukul 1435 pasien sampai di ICU kemudian
di pasang ventilator alat- alat monitoring seperti pengukur tekanan
darah (tensi meter) pulseoxymetri dan peralatan EKG
b Instruksi pasca bedah
Pemberian O2 dengan ETT no 65
Tranfusi sampai Hb ge 8 grdl
Rl D5 2 1 30 gtt menit
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazol 3 x 500
Ketoprofen 2 x 1 amp
Puasa
Observasi KU TTV Diuresis
c Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
d Pukul 1630 didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 44grdl 12-16 grdl
Leukosit 31700ul 4000-9000ul
Hematokrit 121 35 ndash 45
53
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
Trombosit 143000ul 150000 ndash 350000ul
e Pukul 1753 dilakukan tranfusi dengan whole blood segar 700 ml dan
pukul 1900 WIB whole blood biasa 750 ml
f Pukul 0900 dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali dengan
hasil
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 70 gr dl 12-16 grdl
Leukosit 19900ul 4000-9000ul
Hematokrit 21 35 ndash 45
Trombosit 155000ul 150000 ndash 350000ul
g Monitoring kesadaran observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam seperti
tekanan darah Heartrate saturasi respirasi suhu EKG dan ventilator
Pasien dipuasakan dengan terapi obat cefotaxime 2 x 1
metronidazole 3 x 500 ketoprofen 2 x 1 ampul
h Tanggal 6 Januari 2013 setelah keadaan umumnya membaik pasien di
ekstubasi
i Tanggal 7 Januari 2013 pasien dipindahkan ke ruangan Mawar Merah
j Tanggal 10 Januari 2012 pasien diperbolehkan pulang
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
BAB IV
PEMBAHASAN
A Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus yang Dikaji
Pada kasus yang telah dikaji pada Ny N dengan diagnosa pra-bedah
G4P3A0 atas indikasi letsu + KPD + PSR yang dilakukan pada tanggal 5
Januari 2013 ada kesenjangan antara teori dan kasus diantaranya
1 Persiapan Klien di Unit Perawatan
a Status Nutrisi
Pengukuran status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan lipat kulit trisep lingkar lengan atas kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
Namun pada kasus yang dikaji tidak terdapat penilaian status nutrisi
dikarenakan adanya anggapan bahwa pengecekan status nutrisi pasien
sebelum operasi kurang penting dan minimnya pemahaman mengenai
hal tersebut Hal ini merupakan kebiasaan yang harus diperbaiki dari
segi SDM-nya
b Latihan Pra-Operasi
Maksud dari latihan pra-operasi disini adalah latihan nafas dalam
batuk elektif dan gerak sendi yang tidak diberikan pada klien calon
operasi Untuk itu diharapkan melakukan latihan agar mengurangi
penumpukan sekret serta sesak pada pasien selama operasi
Ketersediaan alat seperti bengkok diharapkan mampu mendukung
tindakan ini
2 Persiapan Penunjang
Hanya terdapat pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit dan
Trombosit sedangkan untuk kepentingan operasi diperlukan juga
55
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
penilaian Ureum Kreatin Gula darah sewaktu waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah pasien Telah terlaksana akan tetapi masih
memerlukan pemahaman dan ketelitian tentang kondisi pasien
3 Persiapan Klien di Kamar Operasi
Secara umum persiapan klien di kamar operasi sudah sesuai
dengan teori yang ada namun pada kasus yang dikaji terdapat beberapa
kesenjangan yang dapat berakibat fatal pada klien di kamar operasi
diantaranya
a Pada saat pasien masuk ke kamar operasi infus yang terpasang dari
ruangan pada tangan kiri pasien masih menggunakan IV no 20 dan
tidak lancar sehingga untuk menghindari dehidrasi dilakukan
penambahan pemasangan IV catheter dengan nomor 18 pada tangan
kanan dan kaki kanan Untuk itu penting diadakan diskusi antara
perawat ruangan dengan petugas anestesi mengenai pemenuhan
kebutuhan cairan salah satunya dengan pemasangan IV catheter dan
tranfus set sehingga mampu meringankan tindakan operasi
b Pada saat operasi berlangsung terdapat kesalahan pada komunikasi
tentang ketersediaan darah transfusi pasien yang seharusnya telah
disiapkan ketika pasien masuk ke kamar operasi Hal ini akan
teratasi jika ada pendokumentasian mengenai sedia darah
4 Pasien Post-Operasi
Letak antara PACU OK dan ICU yang biasanya berdekatan dan
berada dalam satu komplek untuk mempermudah akses bagi perawat
dalam pemindahan dan monitoring pasien pasca operasi Disini letak
PACU dan OK memang telah sesuai dengan teori namun letak OK
dengan ICU masih cukup jauh sehingga kesulitan dalam pemindahan
pasien pasca operasi terutama bagi pasien dengan keadaan yang gawat
Jalan menuju PACU maupun ICU diusahakan datar sehingga tidak
mengganggu hemodinamik pasien terutama pasien dalam keadaan syok
berat yang akan memperberat kerja tubuh pasien
56
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
- Penanganan perioperatif pada kasus emergensi yakni sectio caesaria
dengan indikasi KPD+PSR+adanya mioma uteri (diketahui setelah
tindakan pembedahan sectio caesaria berlangsung) telah terwujud dengan
baik sebagian besar sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
pengalaman masing-masing tenaga yang berkompeten dibidangnya tentu
disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang telah tersedia
- Hal- hal yang harus diperhatikan Dilakukan perbaikan keadaan umum
seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu Dilakukan pemeriksaan
laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin
dapat dilakukan Pada operasi darurat dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif
dengan cara memasang pipa nasogastrik Dilakukan induksi dengan
metode rapid squence induction Pemeliharaan anestesi dan monitoring
- Komplikasi dari post operatif jarang terjadi hal ini didukung dengan
kerjasama yang baik antara tenaga medis dan bagian penyedia layanan
B Saran
- Akan lebih baik lagi jika dari ruang perawatan pemenuhan kebutuhan
cairan pasien diperhatikan dari hal-hal yang pokok seperti pemasangan IV
Catether no18 beserta tranfus set Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti syok hipovolemik pasien mampu bertahan dengan baik
sampai kebutuhan pokok serta tindakan operasinya terpenuhi dengan
segera
- Komunikasi dengan memaksimalkan pendokumentasian dan keterangan
yang jelas mengenai kondisi pasien dari masing-masing bidang garapnya
harus diketahui setiap tenaga medis dan perawat agar terjadi
57
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58
kesinambungan yang baik Hal ini berhubungan dengan kondisi pasien
yang gawat
DAFTAR PUSTAKA
1 Prawiharjo Sarwono Ilmu kebidanan Ed4 Jakarta Bina Pustaka
2 Yumizone Histerektomi November 2008 Diakses tanggal 20 Januari 2013
httpyumizonewordpresscom20081123histerektomi
3 Said A Latief Kartini M Ruswan Dachlan Petunjuk Praktis Anestesiologi
ed 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas indonesia Jakarta 2002
4 Marc Wrobel Marco Werth Pokok-Pokok Anestesi Penerbit buku
kedoktean EGCHomburg 2008
5 Soerasdi H Erassmus dr SpAn KIC ldquo Buku Saku Obat ndash Obat Anesthesia
Sehari ndash hari ldquo Bandung 2011
6 Sota Omoigui Obat-obatan Anestesi edisi 2 Penerbit buku kedokteran
EGC2008
7 Yuswana2005Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan
Dalam AnestesiBandung
8 Ashadi T 2001 Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok
Hipovolemik online (terdapat pada)
httpwwwtempocoidmedikaarsip012001sek-1htm
9 Materi Pelatihan perawat intensive Care Unit (ICU) tingkat dasar Instalasi
Rawat Intensif amp Reaminasi SMF Anestesiologi amp Reaminasi RSU Dr
Soetomo bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur RSU Dr
Soetomo Surabaya
58