Upload
roza-nafilah
View
464
Download
64
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ppvvvii
Citation preview
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007
MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK
IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )
BAB II PEMBAHASAN
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Klinis
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
Nama penderita : Jenis Kelamin :
Alamat : Umur : 56 tahun
Telepon : Pekerjaan :
Nama Operator : NIM :
Riwayat kesehatan penderita yang perlu diperhatikan :
o Riwayat alergi obat-obatan : TAK o Riwayat penyakit menular : TAK o Riwayat penyakit yang diidap penderita : TAK
Riwayat Dental :
o Keluhan Utama : Ingin membuat gigi tiruan karena tidak dapat mengunyah makanan dan penampilan kurang menarik
o Cabut gigi terakhir 4 bulan yang lalu pada regio 23 o Tidak ada kelainan sistemik o Bila ditekan terasa sakit
Pemeriksaan Umum : - Ekstraoral :
TMJ normal
Wajah oval
Mata, hidung, bibir tidak ada kelainan
- Intraoral :
Seluruh gigi hilang
Ada tonjolan tulang (eksostosis) pada regio 13, 23, 33, dan 43
Jaringan lunak tidak ada kelainan
Vestibulum dalam
Alveolar ridge ovoid untuk semua regio
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007
MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK
IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )
Galang palatum ovoid
Torus mandibularis flat
Frenulum rendah semua regio
Relasi ridge > 80o
Torus palatinus flat
Tuber maxilla besar
Retro mylohyoid dalam 2. Kelainan Rongga Mulut Problema Prostodontik
1) Problema jaringan lunak meliputi : Jaringan lunak yang atropis
Mukosa menutupi tulang tipis sehingga resilience dari jaringan lunak
berkurang rasa sakit bila protesa digunakan.
Jaringan lunak yang hypertropi (flabby tissue)
Dijumpai pada mulut yang lama tidak bergigi dan mukosa yang menutupi
tulang pendukung tebal, shg resilience tinggi retensi, stabilitas dan
kenyamanan dari protesa berkurang.
Frenulum labial/bukal atau lingual yang abnormal
Bila frenulum melekat dekat puncak processus alveolaris dekat, maka akan mengganggu stabilitas protesa dan menimbulkan rasa sakit bila
protesa digunakan.
Palatal papillary hyperplasia
Merupakan bentukan papiler pada daerah papiler. Kondisi ini
mengganggu pada pemasangan protesa.
Jarak ridge crest dan muscle attachment pendek
Menyebabkan dangkalnya daerah vestibuler sehingga stabilitas protesa
yang dipasang kurang.
Fibromatosis gingiva tuber maksilaris
Pembesaran gingival di daerah tuber maksilaris mempersempit space
intemaksilaris yang menyulitkan pembuatan protesa (terutama dalam
penyusunan gigi) maka harus di reduksi. 2) Problema jaringan keras meliputi :
Sisa sisa gigi
Gigi gigi yang tersisa tidak efektif untuk abutment / penyangga protesa
sebaiknya dibuang karena dapat mempersulit kontruksi protesa.
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007
MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK
IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )
Sisa sisa akar
Sisa sisa akar yang tidak diambil akan menyebabkan gangguan
Under denture infection. Gigi Impaksi
Bila tidak diangkat secara pembedahan rasa sakit setempat pain
under denture proses patologis sefalgia kronis.
Exostosis, Overhanging dan osteoma
Dapat merupakan under cut sehingga mengganggu part of insertion
protesa saat dilakukan alveolectomy.
Crestal tissue yang berlebihan
Bisa pada 1 atau 2 rahang menyulitkan penyusunan gigi dalam
pembuatan protesa.
Torus Lingualis / Torus mandibularis di RB & Torus Palatinus
Penebalan tulang di antara gigi P1 & P2 rahang bawah atau pada
maksila di daerah palatum durum menimbulkan rasa sakit pada
pemakaian full denture / protesa fraktur dan mudah patah pada
daerah midline protesa rahang atas. Pada Rahang bawah menyulitkan
pada saat pemasangan protesa.
Hiperostosis dari tubermaksila
Keadaan tuber maksila yang sering membesar kearah dimensi vertical
mempersempit intermaxillary space menyulitkan kontruksi protesa.
Cleft Palate
Kelainan yang kadang membutuhkan protesa.
Kista 3. Diagnosa
- Edentolous Ridge dengan Exostosis
- Alasan :
Berdasarkan anamnesa
Ingin membuat gigi tiruan karena tidak dapat mengunyah dan
penampilan yang kurang menarik
Berdasarkan pemeriksaaan klinis
Seluruh gigi hilang
Tonjolan tulang (exostosis) pada regio 13 , 23 , 33, dan 43
Jaringan tidak ada kelainan
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007
MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK
IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )
Alveolar ridge ovoid untuk semua regio
4. Exostosis
- Merupakan proteberensia tulang dimana tumbuh pada area yang bervariasi
dalam.
- Etiologi : tidak diketahui, tapi diperkirakan karena faktor genetik dan faktor
lingkungan.
- Klasifikasi :
Exostosis palatinus
Exostosis mandibularis
Multiple exostosis
5. Etiopatogenesis
Ekstraksi gigi tulang tidak dihaluskan bekas luka sembuh sisa-sisa ridge
tidak teratur pada beberapa tempat / bahkan sepanjang alveolar ridge
exostosis
6. Prognosis
Baik jika dilakukan pengambilan daerah yang mengalami eksostosis secara
alveolektomi dan dibuatkan protesa lengkap untuk rahang atas dan rahang
bawah agar fungsi mengunyah dan penampilan pasien kembali normal dan
membaik.
7. Rencana Perawatan
- Mencetak untuk mengenali undercut pada edentulous ridge.
- Merujuk pasien ke bagian radiologi untuk dibuatkan foto panoramik, jika dokter
menduga ada kelainan lain yang melibatkan tulang dan jaringan lunak dalam
rongga mulut.
- Merujuk pasien ke bagian bedah mulut untuk dilakukan tindakan bedah pre-
prostetik yaitu alveolektomi terhadap eksostosisnya.
- Setelah proses penyembuhan jaringan pasca bedah yaitu 5-7 hari, dilakukan
prosedur untuk membuat gigi tiruan lengkap lepasan untuk rahang atas dan
rahang bawah pasien.
- Evaluasi kondisi rongga mulut dan gigi tiruan pasien meliputi kenyamanan,
retensi, stabilitas dan adaptasi gigi tiruan terhadap jaringan rongga mulut.
8. Perawatan Pendahuluan 1) Tindakan bedah Alveolektomi
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007
MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK
IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )
- Merupakan tindakan bedah radikal guna mereduksi / mengambil prosesus
alveolaris, sehingga dapat dilakukan oposisi mucosa guna persiapan
linger sebelum terapi radiasi.
- Bagian dari bedah preprostetik, dimana tujuan bedah preprostetik untuk
mendapatkan protesa dengan retensi, stabilisasi, estetik dan fungsi lebih
baik.
- Tujuan alveolektomi :
Membuang ridge alveolus yang tajam dan menonjol.
Untuk memudahkan penutupan luka primer.
Membuang tulang intraseptal yang sakit saat dilakukan
gingivectomy.
Menghilangkan undercut.
Menghilangkan / eksisi eksostosis.
- Prosedur :
Jika kasus salah satu gigi yang tersisa baru dicabut, mukoperiosteum
dicek untuk memastikan bahwa terdapat kedalaman minimal 10 mm
dari semua tepi gingival yang mengelillingi area yang akan
dihilangkan.
Pastikan insisi dibuka dari midpoint dari puncak alveolar pada titik di
pertengahan antara permukaan bukal dan lingual dari gigi terakhir
pada satu garis, yaitu gigi paling distal yang akan dicabut, menuju ke
lipatan mukobukal pada sudut 450setidaknya 15 mm. tarik insisi ke
area dimana gigi tersebut sudah dicabut sebelumnya.
Angkat flap dengan periosteal elevator dan tahan pada posisi tersebut
dengan jari telunjuk atau dengan hemostat yang ditempelkan pada
tepi flap.
Bebaskan tepi flap dari darah menggunakan suction apparatuo.
Letakkan bone-sheir dengan satu blade pada puncak alveolar dan
blade lainnya dibawah undercut yang akan dibuang, dimulai pada
region insisivus sentral atas/bawah dan berlanjut ke bagian paling
distal dari alveolar ridge pada sisi yang terbuka.
Bebaskan mukoperiosteal membrane dari puncak alveolar dan angkat
menuju lingual memperlihatkan banyak tulang intraseptal yang
tajam.
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007
MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK
IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )
Hilangkan penonjolan tulang intraseptal yang tajam dari end-cutting
rongours.
Haluskan permukaan bukal dan labial dari alveolar ridge dengan
bone-file. Tahan bone-file pada posisi yang sama sebagai straight
operative chisel pada posisi jari yang sama dan file area tersebut
dengan gerakan mendorong.
Kuret dan buang tiap spikula kecil hilang / struktur gigi yang masuk
dalam soket.
Kembalikan posisi flap ke semula.
Hilangkan mukoperiosteum yang sebelumnya terlihat overlap.
Ratakan jaringan lunak kembali ke tempatnya dengan jari, perkirakan
tepi dari mukoperiosteum. Catat apakah ada penonjolan tajam yang
tersisa pada alveolar ridge.
Jahit mukoperiosteum kembali ke tempatnya.
9. OBAT-OBATAN PASCA BEDAH ANTIBIOTIK PENISILIN 1) Aktivitas dan mekanisme kerja
- Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk
sintesis dinding sel mikroba.
- Terhadap mikroba yang sensitif, penisilin akan menghasilkan efek
bakterisid.
- Mekanisme kerja antibiotika betalaktam dapat diringkas dengan urutan
sebagai berikut :
Obat bergabung dengan penisilin-bindingprotein (PBPs) pada kuman.
Terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses
transpeptidasi antar rantai peptidoglikan terganggu.
Kemudian terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel. 2) Efek Samping
- Efek samping dari penisilinalam maupun sintetik dapat terjadi pada semua
cara pemberian, dapat melibatkan berbagai organ dan jaringan secara
terpisah maupun bersama-sama dan dapat muncul dalam bentuk yang
ringan sampai fatal.
3) Sediaan
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007
MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK
IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )
- Ampisilin untuk pemberian per oral tersedia dalam bentuk tablet atau
kapsul sebagai ampisilin trihidrat atau ampisilin anhidrat 125mg, 250mg,
500mg, dan 1000mg, sedangkan untuk bubuk suspensi sirup mengandung
125mg atau 500mg / 5ml.
- Selain itu, ampisilin juga tersedia untuk suntikan 0.0;0.25;0.5;1g per vial.
- Dosis ampisilin tergantung dari beratnya penyakit, fungsi ginjal dan umur
pasien. Garis dasar penentuan dosis ialah:
Dewasa, penyakit ringan sampai sedang diberikan 2 4 g sehari, dibagi
untuk 4 kali pemberian.
Dewasa penyakit berat sebaiknya diberikan preparat parenteral
sebanyak 4 8 g sehari.
Pada meningitis bahkan dibutuhkan dosis lebih tinggi lagi.
Untuk anak dengan berat badan kurang dari 20 kg diberikan :
* Per oral 50 100 mg / kg BB sehari yang dibagi dalam 4 dosis.
* IM 100 200 mg / kg BB sehari yang dibagi dalam 4 dosis.
Bayi berumur kurang dari 7 hari diberi 50mg / kg BB sehari dalam
2 dosis.
Bayi berumur lebih dari 7 hari diberi 75mg / kg BB sehari dibagi
dalam 3 dosis.
- Amoksilin tersedia sebagai kapsul atau tablet berukuran 125,250 dan
500mg; sirup 125mg / 5ml. Dosis sehari dapat diberikan lebih kecil daripada
ampisilin karena absorbsinya lebih baik daripada ampisilin yaitu: 3 kali 250
500 mg sehari.
4) Penghambat Betalaktamase Dengan Kombinasinya
- Penghambat betalaktamase yang telah lama digunakan dalam pengobatan
ialah asam klavulanat, sulbaktan dan tazobaktam.
- Penghambat tersebut tidak memperlihatkan aktivitas antibakteri, sehingga
tidak dapat digunakan sebagai obat tunggal untuk menanggulangi penyakit
infeksi. Bila dikombinasikan dengan antibiotik betalaktam, penghambat ini
akan mengikat enzim betalaktamase, sehingga antibiotik pasangannya
bebas dari pengrusakan oleh enzim tersebut dan dapat menghambat
sintesis dinding sel bakteri yang dituju.
KOMBINASI AMOKSILIN / KALIUM KLAVULANAT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007
MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK
IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )
* Amoksilin tunggal in vitro aktif terhadap berbagai kuman aerobik dan
anaerobik gram positif dan gram negatif bukan penghasil
betalaktamase.
* Kombinasi amoksilin / kalium klavulanat tidak meningkatkan aktivitas
in vitro terhadap kuman yang sensitif tersebut, tetapi memperluas
spektrum aktivitasnya terhadap kuman penghasil betalaktamse yang
intrinsik termasuk strain sensitif. Kombinasi ini tidak aktif terhadap S,
aureus yang resisten terhadap metisilin.
* Efek Samping
- Amoksilin / kalium klavulanat paling sering menimbulkan efek
samping diare, terutama pada dosis KV > 250 mg.
- Jenis efek samping A / KV sama dengan amoksilin tunggal, dapat
mengganggu fungsi hati yaitu berupa peningkatan transaminase
serum. Kelainan ini dapat kembali normal bila obat dihentikan.
Alergi terhadap penisiliin merupakan kontraindikasi pemberian A /
KV.
Natrium Ampisilin / Natrium Sulbaktam
- In vitro ampisilin (AP) aktif terhadap berbagai kuman gram positif
dan gram negatif dan beberapa jenis kuman anaerob. Kombinasi
dengan sulbaktam (SB) tidak mengubah aktivitas AP, tetapi
memperluas spektrumnya mencakup kuman penghasil betalaktamase
yang intrinsik, termasuk galur peka terhadap AP dan kuman anaerob
termasuk B, fragilis.
OBAT ANTIINFLAMASI NON STEROID (NSAID) / OBAT MIRIP ASPIRIN a. Mekanisme kerja
Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi
asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat
siklooksigenase dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda. Enzim
siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform disebut KOKS-1 dan KOKS-2.
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007
MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK
IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )
Bagan biosintesis prostaglandin :
Rangsang
Gangguan pada membran sel
Fosfolipid Dihambat kortikosteroid enzim fosfolipase
Asam arakidonat
Enzim lipoksigenase enzim siklo-oksigenase Dihambat NSAID
Hidroperoksid Endoperoksid
PGG2 / PGH Leukotrien
PGE2, PGF2, PGD2 Prostasiklin Tromboksan A2
b. Efek farmakodinamik
1) Efek analgesik
Sebagai analgesik, NSAID hanya efektif terhadap nyeri dengan
intensitas rendah sampai sedang, seperti sakit kepala, mialgia, artralgia, dan
nyeri yang berasal dari integument, juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan
dengan inflamasi
Efek analgesiknya jauh lebih lemah daripada opiat, tapi tidak
menimbulkan ketagihan. NSAID hanya mengubah persepsi modalitas
sensorik nyeri, tidak mempengaruhi sensorik lain. Nyeri akibat terpotongnya
saraf aferen tidak teratasi dengan obat ini. Sebaliknya, nyeri kronis pasca
bedah dapat diatasi dengan obat mirip aspirin.
2) Efek antipiretik
Sebagai antipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkan suhu badan
hanya pada keadaan demam. Walaupun kebanyakan obat ini memperlihatkan
efek antipiretik in vitro, tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena
bersifat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu lama. Fenilbutazon dan
antireumatik lainnya tidak dibenarkan digunakan sebagai antipiretik.
3) Efek antiinflamasi
Kebanyakan obat mirip aspirin, terutama yang baru, lebih banyak
digunakan sebagai anti-inflamasi pada pengobatan kelainan muskuloskeletal,
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007
MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK
IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )
seperti arthritis rheumatoid, osteoarthritis, dan spondilitis ankilosa. Tetapi
harus diingat, obat mirip aspirin hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi
yang berkaitan dengan penyakitnya secara simptomatik, tapi tidak
menghentikan, memperbaiki, atau mencegah kerusakan jaringan pada
kelainan muskuloskeletal ini.
c. Efek samping
Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung, yang
kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. Dua
mekanisme terjadinya iritasi lambung ialah :
1) Iritasi yang bersifat lokal yang menimbulkan difusi kembali asam lambung ke
mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan.
2) Iritasi atau perdarahan lambung yang bersifat sistemik melalui penghambatan
biosintesis PGE2 dan PGI2. Kedua PG ini banyak ditemukan di mukosa
lambung dengan fungsi menghambat sekresi asam lambung dan merangsang
sekresi mukus usus halus yang bersifat sitoprotektif. Mekanisme kedua ini
terjadi pada pemberian parenteral.
Naproksen, ibuprofen, dan diklofenak termasuk NSAID yang kurang
menimbulkan gangguan lambung daripada piroksikam dan indometasin pada
dosis terapi.
Efek samping lain ialah gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan
biosintesis tromboksan A2 (TXA2) dengan akibat perpanjangan waktu
perdarahan.
Pada beberapa orang dapat terjadi reaksi hipersensitivitas terhadap aspirin
dan obat mirip aspirin. Reaksi ini dapat berupa rhinitis vasomotor, udem
angioneurotik, urtikaria luas, asma bronchial, hipotensi, sampai keadaan presyok
dan syok.
d. Sediaan dan dosis Aspirin : 325 650 mg diberikan secara oral tiap 3 4 jam. Untuk anak 15 20
mg / kg BB, diberikan tiap 4 6 jam dengan dosis total tidak melebihi
3,6 gram per hari.
Asam mefenamat : sifat antiinflamasinya lebih rendah dibanding aspirin,
pemberiannya 2 3 kali 250 500 mg per hari.
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007
MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK
IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )
Diklofenak : diakumulasi di cairan synovial yang menjelaskan efek terapi di
sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat, dosisnya 100 150
mg sehari yang terbagi dalam 2 3 dosis.
Piroksikam : 10 20 mg sehari diberikan pada pasien yang tidak memberi
respon cukup dengan NSAID yang lebih aman.
Meloksikam : cenderung menghambat KOKS-2 dibanding KOKS-1, sehingga
efek samping terhadap saluran cerna lebih kurang, dosis 7,5
15 mg sekali sehari karena waktu paruh yang panjang.
KOKS-2 selektif : etorikoksib bersifat paling selektif dalam menghambat KOKS-
2, namun belum ada bukti klinis yang menyebutkan KOKS-2
selektif lebih efektif. Dosisnya 60 mg sekali sehari.
10. Instruksi Pasca Bedah
- Kompres es selama 20 30 menit perjam nya, pada hari pertama guna
mengurangi rasa sakit dan bengkak
- Pasien sebaiknya tidak menarik bibir ke atas untuk mengintip jahitannya
karena dapat membuat jahitan lepas
- Tidak menggosok gigi dekat area bedah
- Diet lunak dan kumur saline setelah makan
- Minum obat paca bedah (analgesik dan antibiotik)
Instruksi tambahan :
Bila ada perdarahan, kompres dengan es
Pada keadaan darurat, cepat panggil dokter dan segera ke RS
Pasien diminta kembali 7 hari kemudian untuk buka jahitan 11. Proses Pembuatan Protesa
1) Mencetak dengan alginate pada rahang dengan sendok cetak tidak bersudut
2) Pencatatan hubungan antar tahang
- Pencatatan dimensi vertical istirahat
- Galangan gigit
- Post dam menekan mukosa palatal ketika GT dipasang, untuk
menghasilkan penutupan tepi
- Pembentukan galangan gigit
- Pencatatan relasi sentrik
- Pemilihan gigi dan penyusunan gigi : bentuk, ukuran, warna
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007
MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK
IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )
- Menciptakan kontak oklusi yang seimbang
3) Prosedur mencoba gigi tiruan malam :
- Pembuatan di articulator : permukaan cetakan, poles, oklusal.
- Pembuatan didalam mulut : retensi fisik, perluasan basis, oklusi ,
penampilan dalam mulut dll.
4) Pembuatan GTL pada bahan akrilik
5) Pemasangan GTL
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007
MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK
IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Anamnesis didapatkan dari keluhan pasien yang ingin membuat gigi tiruan
karena tidak dapat mengunyah makanan dan penampilan kurang menarik
Riwayat dental telah dilakukan pencabutan gigi terakhir 4 bulan lalu pada
region 23, dan tidak ada kelainan sistemik.
Diagnosis untuk kasus tersebut adalah Edentolous Ridge dengan Eksostosis,
karena :
Sesuai dengan pemeriksaan klinis pada gigi sudah tidak ada gigi, bekas
pencabutan meninggalkan tulang-tulang yang membentuk undercut, ada
eksostosis, dan daerah undercut nyeri bila ditekan.
Prognosis pada kasus ini adalah baik jika dilakukan pengambilan daerah yang
mengalami eksostosis secara alveolektomi
Dengan demikian tindakan bedah untuk kasus ini adalah Alveolektomi.
Obat obatan yang disarankan pasca bedah adalah antibiotik, analgesik, dan
antipiretik.
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007
MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK
IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )
DAFTAR PUSTAKA
1. Howe, G.L. 1994. Minor Oral Surgery.3rd edition. CV Mosby co : St Louis., p 297
298.
2. Itjiningsih, W.H. 1998. Geligi Tiruan Lengkap Lepasan edisi 3.hal 3 12
3. Prayitno. 1998. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan dan Mahkota.
4. Zarb et al. 2002. Bouchers Prostodontic Treatment for Edentulous Patients.
5. Widaningsih. 2010. Kulia Bedah Preprostetik.