57
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut, maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah sebagai berikut: a. Apa yang dimaksud dengan belajar? b. Apa saja fungsi dari teori belajar? c. Apa saja unsur-unsur belajar? d. Apa tujuan dari belajar? e. Apa saja prinsip-prinsip belajar? f. Apa saja teori-teori belajar? g. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar? h. Bagaimanakah tingkat keberhasilan belajar? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui dan memahami beberapa defenisi belajar. 1

Makalah Belajar dan Pembelajaran

  • Upload
    tya

  • View
    33

  • Download
    11

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mengupas tentang pengertian dan teori-teori belajar menurut beberapa ahli.

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan MasalahDari latar belakang tersebut, maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:a. Apa yang dimaksud dengan belajar?b. Apa saja fungsi dari teori belajar?c. Apa saja unsur-unsur belajar?d. Apa tujuan dari belajar?e. Apa saja prinsip-prinsip belajar?f. Apa saja teori-teori belajar?g. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar?h. Bagaimanakah tingkat keberhasilan belajar?

1.3 Tujuan PenulisanAdapun tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:a. Untuk mengetahui dan memahami beberapa defenisi belajar.b. Untuk mengetahui dan memahami fungsi dari teori belajar.c. Untuk mengetahui dan memahami apa saja unsur-unsur belajar.d. Untuk memahami tujuan beajar.e. Untuk mengetahui dan memahami prinsip-prinsip belajar.f. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar.g. Untuk mengetahui bagaimana tingkat keberhasilan belajar.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian BelajarBelajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.Defenisi belajar menurut beberapa ahli Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely dalam bukunya teaching & Media-A systematic Approach (1971) dalam Arsyad (2011: 3) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati. Sedangkan Menurut Gagne dalam Whandi (2007) belajar di definisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Slameto (2003: 5) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Lebih lanjut Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2010 :35) menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.Pengertian PembelajaranPembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses pembelajaran akan mencakup berbagai komponen lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran.Darsono (2002: 24-25) secara umum menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik.2.2 Fungsi Teori Belajar dalam Proses Belajar MengajarMenurut Gage & Berliner (2005: 6-8) psikologi belajar memiliki beberapa fungsi, yaitu untuk: menjelaskan, memprediksikan, mengontrol fenomena (dalam kegiatan belajar mengajar), dan dalam pengertiannya sebagai ilmu terapan juga memiliki fungsi merekomendasikan.Teori belajar berfungsi memberikan pemahaman mengenai sifat dan keterkaitan berbagai aspek dalam belajar dan pembelajaran. Dalam hal ini teori belajar mengkaji konsep mengenai aspek perilaku manusia yang terlibat dalam belajar dan pembelajaran, serta lingkungan yang terkait. Sebagaimana dijelaskan bahwa perilaku murid terkait dengan konsep-konsep tentang pengamatan dan aktifitas psikis (intelegensi, berfikir,motivasi), gaya belajar, individual defferencies, dan pola perkembangan individu. Sedangkan perilaku guru terkait dengan pengelolaan pembelajaran kelas, metode, pendekatan, dan model mengajar. Lebih lanjut, aspek lingkungan yang terkait dan berperan dalam aktifitas belajar-pembelajaran yakni lingkungan sosial dan instrumental.Di samping fungsi pemahaman, teori belajar berfungsi memberikan prediksi-prediksi berkenaan saling terlibatnya aspek-aspek dalam belajar-pembelajaran. Terjadinya perubahan dalam satu aspek akan berpengaruh pada aspek lainnya. Misalnya, tingkat intelegensi dan motivasi individu dapat dipergunakan untuk memprediksikan prestasi belajar yang akan dicapai. Selanjutnya, keadaan fisik dan kondisi psikologis anak dapat memprediksikan kemungkinan kesulitan yang akan ditemui dalam proses belajarnya. Dengan demikian, guru dapat melakukan upaya-upaya pemberian bantuannya.Fungsi pengendalian atau mengontrol terkait dengan manipulasi yang mungkin dibuat. Tentu kita memahami bahwa pengetahuan anak tentang lingkungan tempat tinggal diperoleh dari mata pelajaran Pengetahuan Sosial (PS). Bilamana ada di antara topik-topik tertentu tidak diajarkan, maka mereka tidak memiliki pengetahuan tentang topik-topik itu. Guru dapat merekayasa sekelompok anak yang diberi perlakuan tertentu (pembelajaran PS), sedangkan sekelompok yang lain tidak, sehingga dapat diketahui perbedaan hasilnya. Dengan demikian, pengetahuan murid mengenai pengetahuan sosial dikontrol dengan pembelajaran PS.Fungsi teori belajar rekomendatif. Sebagai ilmu terapan, teori belajar tidak hanya memberikan wawasan konseptual terkait dengan fenomena belajar-pembelajaran, tetapi menyediakan sejumlah rekomendasi untuk praktik pembelajaran. Meskipun rekomendasi tersebut berupa rambu-rambu umum, tidak secara akurat berkonsekuensi dengan masalah yang dihadapi guru. Rekomendasi tidak secara langsung ditujukan pada kasus per kasus masalah pembelajaran, tetapi saran dan pertimbangan rekomendatif yang diajukan diharapkan tetap dapat dijadikan pedoman bagi guru untuk mengambil keputusan instruksionalnya.Rekomendasi dalam pengambilan keputusan itu dikaitkan dengan komponen pembelajaran. Mengenai hal ini, Gage & Berliner menggolongkannya menjadi lima hal utama, yaitu: dalam menentukan dan mengorganisasikan tujuan pembelajaran; memahami karakteristik murid; memahami bagaimana belajar itu terjadi dan upaya membangkitkan motivasi murid; memilih dan melaksanakan metode pembelajaran efektif; dan melaksanakan penilaian yang tepat.Dengan demikian, psikologi belajar dapat membantu guru untuk memahami bagaimana individu belajar, yang tercakup di dalamnya adalah pengertian dan ciri-ciri belajar serta bentuk dan jenis belajar. Dengan mengetahui individu belajar maka kita dapat memilih cara yang lebih efektif untuk membantu memberikan kemudahan, mempercepat, dan memperluas proses belajar individu.Fungsi teori belajar dan pembelajaran dalam merancang kegiatan pembelajaran yaitu mensistematikkan penemuan penemuan,melahirkan hipotesis hipotesis, membuat prediksi dan memberikan penjelasan tentang apa yang akan diajarkan, bagaimana mengajarkannya, apa yang akan dipelajari dan apa yang memuaskan siswa.

Kegunaan Teori Belajar Dan Pembelajaran Bagi GuruGuru adalah teknisi pengajaran yang berurusan dengan produk produk pembelajaran. Guru bisa menggunakan prosedur yang telah dibuat oleh teknolog pembelajaran tanpa mementingkan intuisi dan tidak perlu lagi melakukan validasi empiric. Hal ini karena prosedur yang dibuat telah diawali oleh intuisi dan telah diuji secara empiric. Dalam menyusun prosedur tersebut teknolog pembelajaran telah menggunakan teori/prinsip yang dihasilkan ilmuwan. Dalam menghasilkan teori, ilmuwan telah melakukan pengujian interaktif dan utuh. Dengan adanya teori belajar dan pembelajaran guru bisa memanfaatkan teori belajar dan pembelajaran untuk menjadi guru yang professional. Misalnya dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang tepat, memilih strategi yang sesuai, memberikan bimbingan atau konseling, memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik, menciptakan iklim belajar yang kondusif, berinteraksi dengan siswa secara tepat dan memberi penilaian secara adil terhadap hasil pembelajaran2.3 Unsur-unsur BelajarMenurut Cronbach (2005 : 157-158) mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar yaitu :1. TujuanBelajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan itu muncul untuk memenuhi suatu kebutuhan. Perbuatan belajar diarahkan kepada pencapaian sesuatu tujuan dan untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan berarti bagi individu.2. KesiapanUntuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu perlu memiliki kesiapan baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarnya.3. Situasi Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam situasi belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar. Kelancaran dan hasil dari belajar banyak dipengaruhi oleh situasi ini, walaupun untuk individu dan pada waktu tertentu sesuatu aspek dari situasi belajar ini lebih dominan sedang pada individu atau waktu lain, aspek lain yang lebih berpengaruh. 4. Interpretasi.Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat dukungan diantara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan. Berdasarkan interpretasi tersebut mungkin individu sampai kepada kesimpulan dapat atau tidak dapat mencapai tujuan. 5. Respons Berpegang dari hasil interpretasi apakah individu mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respons. Respons ini mungkin berupa suatu usaha coba-coba (trial and error), atau usaha yang penuh dengan perhitungan dan perencanaan atau pun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut. 6. KonsekuensiSetiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi entah itu keberhasilan ataupun kegagalan, demikian juga dengan respons atau usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa senang, puas, dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha-usaha belajar berikutnya. 7. Reaksi terhadap kegagalanSelain keberhasilan, kemungkinan lain yang diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan. Peristiwa ini akan menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi siswa terhadap kegagalan dalam belajar bisa bermacam-macam. Kegagalan bisa menurunkan semangat, dan memperkecil usaha-usaha selanjutnya, tetapi bisa juga sebaliknya, kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan menutupi kegagalan tersebut.Dan Menurut Gagne (dalam Catharina Tri Ani, 2006:4) unsur-unsur yang saling berkaitan sehingga menghasilkan perubahan perilaku yakni:1. PembelajarPembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta pelatihan. Pembelajar memiliki organ pengindraan yang digunakan untuk menangkap rangsangan otak yang digunakan untuk menstransformasikan hasil penginderaannya ke dalam memori yang kompleks dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari.2. Rangsangan / StimulusPeristiwa yang merangsang penginderaan pembelajar disebut situasi stimulus. Contoh dari stimulus tersebut adalah suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman, gedung, dan orang. Agar pembelajar mampu belajar optimal maka harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.3. MemoriMemori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya.4. ResponRespon merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori. Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada didalam dirinya kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut.

2.4. Tujuan BelajarBelajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat mengusai atau memperoleh sesuatu. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan keterampilan, dan sebagainya. Untuk itu, ada beberapa tujuan belajar antara lain sebagai berikut.1. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku. Misalnya seorang anak kecil yang belum memasuki sekolah bertingkah laku manja, egois, cengeng, dan sebagainya. Kemudian setelah beberapa bulan masuk sekolah dasar,tingkah lakunya berubah menjadi anak yang tidak lagi cengeng, lebih mandiri, dan dapat bergaul dengan baik dengan teman-temannya. Hal ini menunjukkan bahwa anak tersebut telah belajar dari lingkungan yang baru.2. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik. Contohnya mengubah kebiasaan merokok menjadi tidak merokok, menghilangkan ketergantungan pada minum-minum keras, atau mengubah kebiasaan anak yang sering keluyuran, dapat dilakukan dengan suatu proses belajar.3. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap dari negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang, dan sebagainya. Misalnya seorang remaja yang tadinya selalu bersikap menentang orang tuanya dapat diubah menjadi lebih hormat dan patuh pada orangtua.4. Belajar bertujuan untuk meningkatkan keterampilan atau kecakapan. Misalnya dalam hal olahraga, kesenian, jasa, tehnik, pertanian, perikanan, pelayaran, dan sebagainya. Seorang yang terampil main bulu tangkis, bola, tinju, maupun cabang olahraga lainnya sebagian besar ditentukan oleh ketekunan belajar dan latihan yang sungguh-sungguh. Demikian pula halnya dengan keterampilan bermain gitar, piano, menari, melukis, bertukang, membuat barang-barang kerajinan, semua perlu usaha dengan belajar yang serius, rajin dan tekun.5. Belajar bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu. Misalnya seorang anak yang awalnya tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung, menjadi bisa karena belajar.Dari uraian diatas dapat diketahui belajar adalah kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar manusia dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup. Dengan kata lain, dengan belajar manusia dapat memperbaiki nasib, mencapai cita-cita, dan memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk berkarya.Pengertian belajar yang secara umum disepakati secara luas adalah bahwa pada dasarnya belajar merujuk pada suatu perubahan. Akan tetapi tidak semua perubahan dalam tingkah laku, sikap, ataupun kebiasaan dapat disebut sebagai hasil belajar. Contohnya keadaan mabuk akibat minum minuman keras dapat menyebabkan perubahan tingkah laku dan sikap, tetapi tidak dapat disebut sebagai hasil belajar.Tujuan belajar juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup. Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan belajar atas tiga ranah, yakni:1) Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif menurut Bloom, et.al (Winkel, 1999; Dimyati & Modjiono, 1994) dibedakan atas 6 tingkatan dari yang sederhana hingga yang tinggi, yakni:a) Pengetahuan (knowledge), meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.b) Pemahaman (comprehension), meliputi kemampuan menangkap arti dan makna dari hal yang dipelajari. Ada tiga subkategori dari pemahaman, yakni: Translasi, yaitu kemampuan mengubah data yang disajikan dalam suatu bentuk ke dalam bentuk lain. Interpretasi, yaitu kemampuan merumuskan pandangan baru. Ekstrapolasi, yaitu kemampuan meramal perluasan trend atau kemampuan meluaskan trend di luar data yang diberikanc) Penerapan (aplication), meliputi kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.d) Analisis (analysis), meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Analisis dapat pula dibedakan atas tiga jenis, yakni: Analisis elemen, yaitu kemampuan mengidentifikasi dan merinci elemen-elemen dari suatu masalah atau dari suatu bagian besar. Analisis relasi, yaitu kemampuan mengidentifikasi relasi utama antara elemen-elemen dalam suatu struktur. Analisis organisasi, yaitu kemampuan mengenal semua elemen dan relasi dari struktur kompleks.e) Sintesis (synthesis), meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru dengan memperhatikan unsur-unsur kecil yang ada atau untuk membentuk struktur atau sistem baru. Dilihat dari segi produknya, sintesis dapat dibedakan atas: Memproduksi komunikasi unik, lisan atau tulisan Mengembangkan rencana atau sejumlah aktivitas Menurunkan sekumpulan relasi-relasi abstrakf) Evaluasi (evaluation), meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang sesuatu atau beberapa hal dan pertanggungjawabannya berdasarkan kriteria tertentu.2) Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan penyesuaian perasaan sosial. Ranah efektif menurut Karthwohl dan Bloom (Bloom.,et.al,1971) terdiri dari 5 jenis perilaku yang diklasifikasikan dari yang sederhana hingga yang kompleks, yakni: Penerimaan (reseving) yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena atau stimuli tertentu, meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan kesediaan untuk memperhatikan hal tersebut. Pemberian respon (responding) yakni kemampuan memberikan respon secara aktif terhadap fenomena atau stimuli. Penilaian atau penentuan sikap (valuing) yakni kemampuan untuk dapat memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu objek atau kejadian tertentu. Organisasi (organization), yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk menentukan keterhubungan diantara nilai-nilai. Karakterisasi, yakni kemampuan yang mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang.3) Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual dan motorik. Ranah psikomotor menurut Simpson (Winkel, 1999;Fleishman & Quaintance, 1984) dapat diklasifikasikan atas: Persepsi (perception), meliputi kemampuan memilah-milah 2 perangsang atau lebih berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing perangsang. Kesiapan melakukan suatu pekerjaan (set), meliputi kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Gerakan terbimbing (mechanism), meliputi kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerak peniruan. Gerakan terbiasa, meliputi kemampuan melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar, karena sudah dilatih sebelumnya. Gerakan kompleks (complex overt response), meliputi kemampuan untuk melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari beberapa komponen secara lancar, tepat, dan efisien. Penyesuaian pola gerakan (adaptation), meliputi kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Kreativitas, meliputi kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

2.5. Prinsip-Prinsip BelajarSalah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar trtentu agar bisa bertindak secara tepat. Oleh karenanya, sebagai calon guru perlu mempelajari teori dan prinsip-prinsip belajar yang dapat membimbing aktivitas dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.Banyak teori dan pinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan.dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mngajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/ berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.A. Prinsip Siswa AktifAktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Partisipasi aktif siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari, dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa partisipasi aktif ini harus dapat diterapkan oleh siswa dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik juga dibutuhkan.Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka berfikir setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya siswa adalah makhluk yang aktif. Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki siswa secara kodrati itu akan berkembang kearah yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan tersebut. Keadaan ini menyebabkan setiap guru perlu menggali potensi-potensi keberagaman siswa melalui keaktifan yang mereka aktualisasikan dan selanjutnya mengarahkan aktifitas mereka kearah tujuan yang positif atau tujuan pembelajaran. Hal ini pula yang mendasari pemikiran bahwa kegiatan pembelajaran harus dapat memberikan dan mendorong seluas-luasnya partisipasi aktif siswa. Ketidaktepatan pemilihan pendekatan pembelajaran sangat memungkinkan partisipasi aktif siswa menjadi tidak subur, bahkan mungkin justru menjadi kehilangan keaktifannya.Contoh penerapan prinsip partisipasi Aktif dalam Pembelajaran Kemampuan Guru Kegiatan Pembelajaran Guru merancang/ mendesain pesan pembelajaran dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran , Guru menegaskan siswa dengan kegiatan yang beragam , misalnya: Percobaan, Diskusi kelompok, Memecahkan masalah. Mencari informasi, Menulis laporan/cerita/puisi, Berkunjung keluar kelas Bambang Warsita (2008) menyatakan bahwa Penerapan prinsip partisipasi aktif dalam rancangan bahan ajar dan aktifitas dari guru didalam proses pembelajaran adalah dengan cara:1. Memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreativitas dalam proses belajarnya.2. Memberi kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan atau inkuiri dan eksperimen.3. Memberi tugas individual atau kelompok melalui kontrol guru.4. Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan respon terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.5. Menggunakan multi metode dan multi media di dalam pembelajaran.B. Prinsip MotivasiTujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajagan dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogianya didorong dan bukan dihambat dengan memberikan aturan yang sama untuk semua anak.Berkenaan dengan motivasi ini ada beberapa prinsip yang seyogianya kita perhatikan.1. Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi, soaial dan emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini.2. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak citra diri siswa dapat memperkuat kemampuan memelihara kesungguhannya dalam belajar. 3. Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa. Contohnya seorang murid yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisa berubah lebih dari itu, karena kebutuhan emosi terpenuhi daripada karena keinginan untuk mencapai seauatu.4. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan diri. Seorang anak yang temasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi masalah.5. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa setiap siswa diberi dorongan yang sama untuk melakukan sesuatu. 6. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.7. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terhadap motivasi dan perilaku.8. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena ingin belajar.9. Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bila kesempatan untuk menang begitu kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan.10. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang memuaskan.11. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi.C. Prinsip Perbedaan IndividuProses belajar bercorak ragam bagi setiap orangProses pengajaran seyogianya memperhatikan perbedaan indiviadual dalam kelas sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa. Karena itu seorang guru perlu memperhatikan latar belakang, emosi, dorongan dan kemampuan individu dan menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut.Berkenaan dengan perbedaan individual ada beberapa hal yang perlu diingat:1. Para pelajar harus dapat dibantu dalam memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan, tugas belajar dan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda.2. Para pelajar perlu mengenal potensinya dan seyogianya dibantu untuk merenncanakan dan melaksanakan kegiatannya sendiri.3. Para pelajar membutuhkan variasi tugas, bahan dan metode yang sesuai dengan tujuan , minat dan latarbelakangnya.4. Pelajar cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalamannya masa lampau yang ia rasakan bermakna untuknya. Setiap pelajar biasanya memberi respon yang berbeda-beda karena memang setiap orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai pengalamannya.5. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar lebih diperkuat bila individu tidak merasa terancam lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian secara aktif dalam kegiatan belajar. Manakala para pelajar memiliki kemerdekaan untuk berpikir dan berbuat sebagai individu, upaya untuk memecahkan masalah motivasi dan kreativitas akan lebih meningkat.6. Pelajar yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih giat dan sungguh-sungguh. Tetapi sebaliknya bila kelemahannya yang lebih ditekankan maka ia akan menunjukkan ketidakpuasannya terhadap belajarD. Prinsip Kesiapan (Readiness)Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:1. Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat dan latar belakangnya.2. Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal ini mengandung arti bila seseorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan muridnya untuk mempelajari sesuatu, ia harus melakukan pengetesan kesiapan.3. Jika seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas, kemudian tugas itu seyogianya ditunda sampai dapat dikembangkannya kesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan kesiapan siswa.4. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya dua orang siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat berbeda dalam pola kemampuan mentalnya.5. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogianya divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor dari berbagai individu.E. Prinsip Persepsi Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu. Seseorang guru akan dapat memahami murid-muridnya lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu.Berkenaan dengan persepsi ini ada beberapa hal-hal penting yang harus kita perhatikan:1. Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang lainnya karena setiap pelajar memiliki lingkungan yang berbeda. Semua siswa tidak dapat melihat lingkungan yang sama dengan cara yang sama.2. Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan, pengalaman, kesehatan, perasaan dan kemampuannya.3. Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam sesuatu situais seorang pelajar cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri..4. Para pelajar dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan menilai dirinya sendiri. Guru dapat menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik bergantung pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi. Guru dan pihak lain dapat membantu pelajar menilai persepsinya.5. Persepsi dapat berlanjut dengan memberi para pelajar pandangan bagaimana hal itu dapat dilihat .6. Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana untuk mengklasifikasi persepsi mereka.7. Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi pandangannya terhadap dirinya.

2.6. Teori BelajarAda beberapa teori belajar, antara lain:A. Teori Belajar BehaviorismeBehaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike. Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons. Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.2. Classical Conditioning menurut Ivan PavlovDari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.3. Operant Conditioning menurut B.F. SkinnerDari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.4. Social Learning menurut Albert BanduraTeori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.B. Teori Belajar Kognitif Piaget Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme [lihat: TeoriBelajarKonstruktivisme]. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah the process by which a person takes material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit dan akomodasi adalah the difference made to ones mind or concepts by the process of assimilation Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.C. Teori Belajar Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.D. Teori Belajar Gestalt Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai bentuk atau konfigurasi. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :1. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.2. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.3. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.4. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.5. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan6. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:1. Perilaku Molar hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku Molecular. Perilaku Molecular adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku Molar adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku Molar. Perilaku Molar lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku Molecular.2. Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).3. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.4. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

2.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses BelajarPrestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi dari berbagai macam faktor yang mempengaruhinya. Menurut Slameto (2003:5-7) faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor intern yang terdiri dari faktor jasmani, psikologis dan kelelahan sedangkan faktor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.Dalam penelitian ini faktor yang akan diteliti atau menjadi variable adalah faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri dari intelegensi, minat, bakat dan motivasi sedangkan faktor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. 1. Faktor InternFaktor intern adalah kondisi dan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran, yang terdiri dari:a. IntelegensiDalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang memiliki tingkat intelegensi yang rendah. Walaupun begitu, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor diantara faktor-faktor yang lain. Menurut Bischor, (1954:1) intelegensi adalah kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah.Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis kecakapan, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat (Slameto, 2003:56).Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki seorang siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasi lain sesuai macam-macam kecerdasan yang menonjol yang ada pada dirinya (Tuu, 2004:78).b. MinatMinat adalah sesuatu yang timbul karena keinginan sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain. Menurut Hilgard adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus disertai dengan rasa senang dan dari situ diperoleh kepuasan (Slameto, 2003:57).Minat diartikan sebagai kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau mengamati sementara situasi yang dibutuhkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhannya sendiri (Sardiman, 2005:76)Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu (Tuu, 2004:79). Jadi minat adalah sesuatu yang timbul karena ada keinginan sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain atau kecenderungan jiwa seorang pada sesuatu yang disertai dengan perasaan senang. c. BakatBakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik misalnya, akan lebih cepat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang atau tidak berbakat dibidang itu.Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisan dari orang tua (Tuu, 2004:79). Sedangkan menurut Thomas F Staton dalam (Sadirman, 2005:46) bakat adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada.Jadi bakat adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa sejak lahir diperoleh melalui proses genetic yang akan terealisasi menjadi kecakapan sesudah belajar,d. MotivasiMotivasi yaitu suatu tenaga atau faktor yang terdapat didalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat akan melaksanakan kegiatan dengan sungguh-sungguh, penuh semangat. Dan sebaliknya motivasi yang lemah akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.Motivasi menurut Mc Donald adalah suatu perubahan energy didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Djamarah, 2008:148).Motivasi Erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Motivasi berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan dan perbuatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi merupakan daya penggerak/pendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.2. Faktor EksternFaktor ekstern adalah aspek lingkungan luar siswa yang menentukan hasil belajar, faktor ekstern tersebut terdiri dari:a. Faktor Lingkungan KeluargaFaktor lingkungan keluarga ini merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap siswa. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga merupakan pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan seseorang(Slameto, 2003:61). Hal ini disebabkan karena keluarga merupakan orang-orang terdekat bagi seorang anak (Tuu, 2004:16-17). Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.Keluarga yang sehat sangat berperan dalam pendidikan untuk ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan ukuran besar, yaitu pendidikan bangsa, Negara dan dunia. Cara orang tua mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya (Slameto, 2003:60).Keluarga adalah wadah yang sangat penting diantara individu dan grup, dan merupakan kelompok social yang pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya. Dan tentunya keluarga yang menjadi wadah bersosialisasi anak-anak untuk pertama kalinya (Ahmadi, 2007: 108)Didalam rumah atau lingkungan keluarga seorang anak mempunyai banyak kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi dengan sesama anggota keluarga lainnya. Frekuensi bertemu dan berinteraksi dengan sesama tersebut sangat besar pengaruhnya bagi prilaku dan prestasi seseorang. Keluarga yang mempunyai hubungan yang harmonis antar sesama anggotanya akan memberikan stimulus yang baik terhadap anak sehingga memberikan dampak prilaku dan prestasi yang baik pula. Faktor keluarga yang mempengaruhi prestasi belajar, seperti: Orang TuaDalam belajar anak membutuhkan adanya dukungan dan perhatian dari orang tua, adanya dukungan dan perhatian dari orang tua tentu sangat berpengaruh terhadap perilaku dan prestasi anak. Salah satu dukungan dan perhatian orang tua terhadap anak adalah dengan memperhatikan dan mengingatkan anak untuk belajar dengan rajin, hal ini merupakan bukti bahwa orang tua peduli terhadap tugas anak yaitu belajar untuk mencapai hasil yang optimal. Suasana RumahSuasana rumah yang dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar (Slameto, 2003:63). Suasana rumah yang tenang dan hubungan yang harmonis antar sesama anggota keluarga akan senantiasa membuat anak betah untuk belajar di rumah. Dan sudah pasti ini member pengaruh yang baik terhadap prestasi belajar anak, sebaliknya apabila suasana rumah terlalu ramai, sering terjadi ketegangan dan pertengkaran tidak mungkin anak akan dapat belajar dengan baik karena konsentrasinya terganggu dan akibatnya prestasi belajar bisa menurun. Kedaan Ekonomi KeluargaKeadaan ekonomi keluarga sangat erat hubungannya dengan kegiatan belajar anak. Keadaan ekonomi keluarga siswa yang serba kekurangan akan menghambat kemajuan seorang anak dalam belajar, karena banyak kebutuhan belajar yang tidak terpenuhi. Keadaan semacam ini bisa membuat anak menjadi kurang semangat dalam belajar, sehingga berpengaruh terhadap situasi belajarnya.b. Faktor Lingkungan SekolahSekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar member pengaruh pada prestasi belajar siswa (Tuu, 2004:81). Faktor sekolah yang mempengaruhi mencakup guru, alat/media, kondisi gedung dan kurikulum. GuruGuru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik. Dengan ilmu yang dimilikinya seorang guru dapat menjadikan anak didik menjadi seorang yang pintar. Didalam mengajar seorang guru mempunyai cara yang berbeda-beda, hal ini sesuai dengan kepribadian masing-masing dan latar belakang kehidupan mereka. Kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan mengajar dikelas. Ada guru yang menyampaikan materi dengan sangat jelas sehingga mudah diterima oleh siswanya begitu pula sebaliknya ada guru yang menyampaikan materi kurang jelas sehingga siswa kurang mampu memahami dan cenderung bingung, penyampaian materi yang kurang baik ini tentu akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Alat/Media PengajaranAlat pelajaran erat hubungannya dengan prestasi belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan maju.Kenyataan yang saat ini dengan banyaknya tuntutan dan masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar siswa dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media baik dalam segi kuantitas maupun kualitasnya.Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap perlu agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula (Slameto, 2003:67). Kondisi GedungKondisi gedung sekolah merupakan keseluruhan ruang yang ada disekolah yang dapat menunjang ataupun menghambat belajar anak disekolah. Kondisi gedung yang kokoh, kuat dan memenuhi syarat kesehatan yang baik, diantaranya ventilasi udara yang baik, sinar matahari yang dapat masuk, serta penerangan yang cukup menjadikan siswa merasa nyaman didalam belajar, kondisi gedung yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula terhadap proses dan prestasi belajar siswa yang menempatinya. Udara segar dapat masuk ruangan, dinding yang bersih, lantai tidak becek atau kotor, jauh dari keramaian (pasar, bengkel, pabrik dan lain-lain), sehingga anak lebih konsentrasi dalam belajarnya (Slameto, 2003:69). KurikulumKurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa (Slameto, 2003:65). Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran, agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh yang tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang kurang baik itu misalnya komposisi materi yang terlalu padat, tidak seimbang dan tingkat kesulitan diatas kemampuan siswa. Disinilah peran guru untuk menyampaikan materi dalam kurikulum yang sesuai dengan kubutuhan siswa sehingga akan membawa keberhasilan dalam belajar.c. Faktor Lingkungan MasyarakatMasyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa di dalam masyarakat. Lingkungan masyarakat yang dapat menghambat kemajuan belajar anak yaitu: (Slameto, 2003:70-71) Media MassaMedia massa seperti bioskop, televisi, surat kabar, majalah dan sebagainya. Media massa yang baik akan memberikan pengaruh yang baik terhadap siswa dan belajarnya. Sebaliknya media massa yang jelek akan berpengaruh jelek bagi siswa. Teman BergaulTeman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk ke jiwa anak. Teman bermain yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang tidak baik akan berpengaruh buruk terhadap siswa. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik. Lingkungan TetanggaLingkungan tetangga juga mempengaruhi belajar siswa. Corak kehidupan misalnya main judi, suka minum-minuman keras, menganggur, tidak suka belajar akan berpengaruh negative bagi anak-anak yang sekolah. Namun sebaliknya jika lingkungan anak adalah lingkungan orang-orang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya antusias dengan cita-cita dan masa depan anaknya, pengaruh itu akan mendorong semangat anak untuk belajar lebih giat lagi. Aktivitas di MasyarakatAktivitas siswa dimasyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan social, keagamaan dan lain-lain, maka belajarnya akan terganggu lebih-lebih jika tidak pandai dalam mengatur waktu.Pendapat Roestiyah (1994:2) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan sebagai berikut:1. Faktor internal adalah faktor yang timbul dalam diri anak itu sendiri, seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, kebiasaan, minat, cara belajar, dan sebagainya. Faktor ini terwujud sebagai kebutuhan dari anak itu sendiri.2. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri anak, seperti kebersihan rumah, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya.Pendapat Winkel (1984:2) mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu sebagai berikut:1. Faktor Intern, meliputi cara belajar, kebiasaan belajar, aktivitas belajar, motivasi belajar, sikap, minat, kondisi psikis dan keadaan kultur.2. Faktor Ekstern, meliputi:a. Faktor yang berupa proses belajar disekolah, seperti disiplin belajar, fasilitas belajar dan efektivitas guru.b. Faktor social ekonomi, interaksi guru dan murid.c. Faktor keadaan politik, keadaan ekonomi, keadaan waktu dan keadaan iklim tempat tinggal.Banyak faktor yang menyebabkan tercapainya suatu prestasi belajar dengan baik dalam proses belajar mengajar. Faktor yang terkait tersebut baik berasal dari siswa, guru maupun sekolah itu sendiri.2.8. Tingkat Keberhasilan Belajar

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanPancasila inti kebudayaan Indonesia yang dijadikan dasar pengembangan kebudayaan karena di dalam sila sila tersebut terkandung nilai nilai kebudayaan yang menjadi pedoman kita sebagai bangsa Indonesia. Kebudayaan nasional Indonesia harus dibangun atas dasar Moral Pancasila, maka dalam evaluasi dan seleksi unsur-unsur yang digunakan untuk menyusun dan menyempurnakan kebudayaan nasional Indonesia. Moral Pancasila adalah norma tertinggi. Unsur-unsur yang melanggar atau merugikannya harus ditolak dan secara berangsur-angsur disingkirkan. Pancasila harus menjiwai segala bidang kehidupan masyarakat dan negara dan dituangkan dalam peraturan-peraturan perundangan yang mengaturnya.Kebudayaan Nasional Indonesia berorientasi pada manusia dengan menempatkannya sebagai subjek dan tujuan kehidupan masyarakat dan negar. Kebudayaan kita harus memungkinkan setiap dan semua warga masyarakat hidu wajar sebagai manusia, mengembangkan dirinya dan mencapai kesejahteraan lahir dan batinnya selengkap mungkin secara merdeka sesuai dengan kata hatinya.Masyarakat Pancasila yang kita cita-citakan pada hakikatnya adalah masyarakat manusiawi, suatu masyarakat dimana martabat dan hak-hak asasi setiap warganya dijunjung tinggi dan tersedia baginya barang-barang dan jasa-jasa keperluan hidup secukupnya.3.2 Saran Jadikanlah Pancasila sebagai pedoman hidup kita agar kebudayaan kita tetap lestari dan berkembang sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dengan selalu berpedoman pada Pancasila kita tunjukkanlah kembali identitas dan nilai-nilai kebudayaan masing-masing suku-suku bangsa di tiap daerah di seluruh Indonesia yang sudah mulai luntur, bahkan menghilang. Jadikanlah Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa yang merajut kebhinnekaan di Indonesia, sehingga akan memperkuat persatuan bangsa kita dan konflik antarbudaya dapat teratasi.

DAFTAR PUSTAKA

Darji, Darmodiharjo. 1989. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Malang: Lab. Pancasila IKIP Malang.

Kaelan, 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma Yogyakarta.

http://farahzhaqia.blogspot.com/2012/10/pancasila-sebagai-paradigma.htmlhttp://www.gunadarma.ac.id/

34