Upload
sinta-handayani
View
209
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mm
Citation preview
ASIDOSIS DAN DEHIDRASI
Disusun Oleh :
1. Bambang Wicaksono
2. Muhammad Abrori
3. Rosiana Windri Astuti
4. Sinta Handayani
5. Vita Puput Pangestika
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JAKARTA
2011
1
PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul Asidosis dan Dehidrasi dibuat dengan maksud
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pathofisiologi semester II tahun
akademik 2010-2011. Dalam penulisan karya tulis ini penulis menggunakan
metode pustaka, yaitu dengan mengakses sumber dan mengambil data baik
media elektronik maupuan media cetak.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada keluarga, teman-teman yang selalu
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari akan kekurangan pada karya tulis yang telah dibuat.
Tidak lupa penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan, baik dalam
penulisan maupun penuturan kata-kata yang tidak berkenan di hati para
pembaca. Kritik dan saran yang membangun tetap penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat dalam perkembangan
kehidupan para pembaca.
Bekasi, Mei 2011
Penulis
2
DAFTAR ISI
PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................1
1.3 Metode Penulisan..................................................................................1
1.4 Sistematika Penulisan..........................................................................1
BAB II ASIDOSIS
2.1 Pengertian Asidosis.......................................................2
2.2 Patogenesis.....................................................4
2.3 Etiologi................8
BAB III DEHIDRASI
3.1 Pengertian Dehidrasi
3.2 Gejala Dehidrasi
3.3 Cairan Tubuh Total
3.4 Pencegahan Dehidrasi
3.5 Penanganan Dehidras
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar para pembaca
dapat mengetahui dan memahami tentang asidosis dan dehidrasi.
1.3 METODE PENULISAN
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode pendekatan
studi kepustakaan baik melalui media elektronik maupun media cetak.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi latar belakang,
tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab
kedua adalah Asidosis yang berisi Pewarisan Alel Resesif Autosomal,
Pewarisan Alel Dominan Autosomal, Pewarisan Alel Resesif Tertaut
Kromosom Seks Kelamin X, Aberaasi Struktur Kromosom, Aberasi
Jumlah Kromosom. Bab ketiga adalah adalah penutup yang berisi
kesimpulan.
BAB II
ASIDOSIS
2.1 Pengertian Asidosis
Asidosis adalah suatu keadaan dimana adanya peningkatan asam
didalam darah yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit
tertentu yang mana tubuh tidak bisa mengeluarkan asam dalam mengatur
keseimbangan asam basa. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan
4
fungsi sistem organ tubuh manusia. Gangguan keseimbangan ini dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu metabolik dan
respiratorik. Ginjal dan paru merupakan dua organ yang berperan penting
dalam pengaturan keseimbangan ini.
Asidosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan
suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis merupakan
petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius.
Asidosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik,
tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik disebabkan
oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam
atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik terutama disebabkan oleh
penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan
2.2 Patogenesis
Pada keadaan Asidosis yang berperan adalah sistem buffer
(penyangga) pada referensi ini akan dibahas tentang sistem buffer
bikarbonat. Sistem penyangga bikarbonat terdiri dari larutan air yang
mengandung bikarbonat yang terdiri dari larutan air yang mengandung
dua zat yaitu asam lemak (H2CO3) dan garam bikarbonat seperti NaHCO3.
H2CO3 dibentuk dalam tubuh oleh reaksi CO2 dengan H2O.
CO2 + H2O <—-> H2CO3
Reaksi ini lambat dan sangat sedikit jumlah H2CO3 yang dibentuk
kecuali bila ada enzim karbonik anhidrase. Enzim ini terutama banyak
sekali di dinding alveol paru dimana CO2 dilepaskan, karbonik anhidrase
juga ditemukan di sel-sel epitel tubulus ginjal dimana CO2 bereaksi
dengan H2O untuk membentuk H2CO3
H2CO3 berionisasi secara lemah untuk membentuk sejumlah kecil
H+ dan HCO3-
H2CO3 <—-> H+ + HCO3-
Komponen kedua dari sistem yaitu garam bikarbonat terbentuk
secara dominan sebagai Natrium Bicarbonat (NaHO3) dalam cairan
5
ekstraseluler. NaHCO3 berionisasi hampir secara lengkap untuk
membentuk ion-ion bicarbonat (HCO3-) dan ion-ion natrium (Na+)
sebagai berikut :
NaHCO3 <—-> Na+ + HCO3-
Sekarang dengan semua sistem bersama-sama, kita akan
mendapatkan sebagai berikut :
CO2 + H2O <—-> H2CO3 <—-> H+ + HCO3- + Na+
Akibat disosiasi H2CO3 yang lemah, konsentrasi H+ menjadi sangat
kuat bila asam kuat seperti HCl ditambahkan ke dalam larutan
penyangga bicarbonat, peningkatan ion hidrogen yang dilepaskan oleh
asam disangga oleh HCO3 :
H + + HCO3- H2CO3 CO2 + H2O
Sebagai hasilnya, lebih banyak H2CO3 yang dibentuk.
Meningkatkan produksi CO2 dan H2O. Dari reaksi ini kita dapat melihat
bahwa ion hidrogen dari asam kuat HCl, bereaksi dengan HCO3- untuk
membentuk asam yang sangat lemah yaitu H2CO3 yang kemudian
membentuk CO2 dan H2O. CO2 yang berlebihan sangat merangsang
pernapasan yang mengeluarkan CO2 dari cairan ekstraseluler. Ini
berpengaruh terjadinya asidosis pada tubuh.
2.3 ETIOLOGI
2.3.1 Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan,
yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.
Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH,
darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi
lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon
dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi
keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam
dalam air kemih.Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika
6
tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga
terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3
kelompok utama:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi
suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.Sebagian
besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap
beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti
beku (etilen glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan
asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui
metabolisme.
3. Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu
akibat dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah
diabetes melitus tipe I.
4. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah
lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.
5. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut,
dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
6. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk
membuang asam dalam jumlah yang semestinya.Bahkan jumlah
asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak
berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai
asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal
ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan
ginjal untuk membuang asam.
Selain itu, asidosis metabolik dapat disebabkan oleh
beberapa penyebab umum seperti :
1. Kegagalan ginjal untuk mengekresikan asam metabolik yang
normalnya dibentuk di tubuh.
2. Pembentukan asam metabolik yang berlebihan dalam tubuh.
7
3. Penambahan asam metabolik kedalam tubuh melalui makanan
4. Kehilangan basa dari cairan tubuh (faal)
Penyebab utama dari asidois metabolik:
A. Gagal ginjal
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi
organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu
bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit
tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti
sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine.
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita
penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada
ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai mereka
yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.
Penyebab Gagal Ginjal
Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit
serius yang diderita oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan
berdampak pada kerusakan organ ginjal. Adapun beberapa penyakit
yang sering kali berdampak kerusakan ginjal diantaranya :
Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)
Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor,
penyempitan/striktur)
Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
Menderita penyakit kanker (cancer)
Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada
organ ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)
Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh
infeksi atau dampak dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya
disebut sebagai glomerulonephritis.
Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan
kegagalan fungsi ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah;
8
Kehilangan carian banyak yang mendadak ( muntaber, perdarahan,
luka bakar), serta penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis,
Malaria, Hepatitis, Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis.
Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang
semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja
sebagaimana funngsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam
jenis serangan gagal ginjal, akut dan kronik.
Tanda dan Gejala Penyakit Gagal Ginjal
Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami
penderita secara akut antara lain : Bengkak mata, kaki, nyeri pinggang
hebat (kolik), kencing sakit, demam, kencing sedikit, kencing merah
/darah, sering kencing. Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel
Darah Putih / Lekosit, Bakteri.
Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya
gagal ginjal kronik antara lain : Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan,
mual, muntah, bengkak, kencing berkurang, gatal, sesak napas,
pucat/anemi. Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Lekosit. Kelainan hasil
pemeriksaan Lab. lain: Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein
selalu positif.
2.3.2 Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
Asidosis Tubulus Renalis adalah suatu penyakit dimana tubulus
renalis tidak dapat membuang asam dari darah ke dalam air kemih
secara adekuat.
Penyebab :
Asidosis tubulus renalis bisa merupakan suatu penyakit
keturunan atau bisa timbul akibat obat-obatan, keracunan logam berat
atau penyakit autoimun (misalnya lupus eritematosus sistemik atau
sindroma Sjögren).
Gejala :
Dalam keadaan normal, ginjal menyerap asam dari darah dan
9
membuangnya ke dalam air kemih.
Pada penyakit ini, tubulus renalis tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya dan hanya sedikit asam yang dibuang ke dalam
air kemih.
Sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam di dalam darah,
keadaan ini disebut asidosis metabolik, yang bisa menimbulkan
masalah berikut:
- rendahnya kadar kalium dalam darah
- pengendapan kalsium di dalam ginjal
- kecenderungan terjadinya dehidrasi
- perlunakan dan pembengkokan tulang yang menimbulkan rasa nyeri
(osteomalasia atau rakitis).
Terdapat 3 jenis asidosis tubulus renalis, yang masing-masing
memiliki gejala yang berbeda. Jika kadar kalium darah rendah, maka
terjadi kelainan neurologis seperti kelemahan otot, penurunan refleks
dan bahkan kelumpuhan. Pembentukan batu ginjal bisa menyebabkan
kerusakan pada sel-sel ginjal dan gagal ginjal kronis.
Jenis-jenis asidosis tubulus renalis
1. Bisa merupakan penyakit keturunan, bisa dipicu oleh penyakit
autoimun atau obat-obat tertentu, Penyebabnya biasanya tidak
diketahui, terutama pada wanita. Gejala dan kelainan metabolik
yang terjadi : Ketidakmampuan untuk membuang asam ke dalam
air kemih, Tingginya keasaman darah, Dehidrasi ringan,
Rendahnya kadar kalium darah, menyebabkan kelemahan otot &
kelumpuhan, Tulang yg rapuh, Nyeri tulang, Batu ginjal (endapan
kalsium), Gagal ginjal
2. Biasanya disebabkan oleh suatu penyakit keturunan seperti
sindroma Fanconi, intoleransi fruktosa yg diturunkan, penyakit
Wilson atau sindroma Lowe. Bisa juga disebabkan oleh keracunan
logam berat atau obat tertentu. Gejala dan kelainan metabolik yang
terjadi :Ketidakmampuan untuk menyerap kembali bikarbonat dari
10
air kemih, sehingga bikarbonat terbuang, Tingginya keasaman
darah, dehidrasi ringan, Kadar kalium darah yg rendah.
3. Bukan merupakan penyakit keturunan,Penyebabnya adalah
diabetes, penyakit autoimun, penyakit sel sabit atau suatu
penyumbatan pada saluan kemih. Gejala dan kelainan metabolik
yang terjadi : Kekurangan atau ketidakmampuan untuk memberikan
respon terhadap aldosterom (hormon yg membantu mengatur
pengeluaran kalium & natrium di ginjal. Tingginya keasaman darah
& kadar kalium darah yg jarang menimbulkan gejala, kecuali jika
kadar kalium sangat tinggi sehingga terjadi gangguan irama jantung
& kelumpuhan.
Diagnosa :
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya atau hasil
pemeriksaan darah yang menunjukkan tingginya keasaman darah dan
rendahnya kadar kalium darah.
Pengobatan :
Pengobatan tergantung kepada jenis asidosis yang terjadi.
Jenis 1 dan 2 diobati dengan meminum larutan bikarbonat (baking
soda) setiap hari untuk menetralkan asam di dalam darah. Pengobatan
ini akan meringankan gejala dan mencegah gagal ginjal serta penyakit
tulang atau mencegah memburuknya penyakit.Juga diperlukan
tambahan kalium. Pada jenis 3, asidosisnya bersifat ringan sehingga
tidak diperlukan bikarbonat. Kadar kalium yang tinggi bisa diatasi
dengan minum banyak air putih dan obat diuretik.
2.3.3 Ketoasidosis diabetikum
Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan
endokrinologi yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau
absolut. Ketoasidosis Diabetikum terjadi pada penderita IDDM (atau
DM tipe II)
11
Patofisiologi :
Adanya gangguan dalam regulasi Insulin, khususnya pada IDDM dapat
cepat menjadi Diabetik ketoasidosis manakala terjadi
(1) Diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa
(2) Ketidakseimbangan jumlah intake makanan dngan insulin
(3) Adolescen dan pubertas
(4) Aktivitas yang tidak terkontrol pada diabetes
(5) Stress yang berhubungan dengan penyakit, trauma, atau tekanan
emosional.
2.3.4 Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
Asidosis laktik adalah kondisi yang disebabkan oleh tingkat
laktat yang terlalu tinggi dalam aliran darah dan jaringan, sehingga
tubuh tidak mampu menguraikannya.
Asam laktik dan laktat dibuat saat glukosa diuraikan oleh sel
tubuh untuk membangkit tenaga. Lebih banyak laktat dibuat saat
penyediaan oksigen terbatas, seperti waktu kita berolahraga, atau pada
tipe sel tertentu, atau waktu mitokondria (organel dalam sel yang pada
umumnya membangkitkan tenaga) tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat,
metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida. Kehilangan
basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare,
ileostomi atau kolostomi.
Faktor Resiko Asidosis Metabolik ( Defisit HCO3- )
1. Kondisi dimana banyak plasma dengan asam metabolik (Gangguan
ginjal, DM)
2. Kondisi tejadi penurunan bikarbonat (diare)
3. Cairan infus yang berlebihan. (NaCl)
4. Napas berbau
5. Napas Kussmaul (dalam dan cepat)
12
6. Letargi
7. Sakit kepala
8. Kelemahan
9. Disorientasi
2.3.5 Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan
karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari
fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Keadaan ini
timbul akibat ketidakmampuan paru untuk mengeluarkan CO2 hasil
metabolisme (keadaan hipoventilasi). Hal ini menyebabkan peningkatan
H2CO3 dan konsentrasi ion hidrogen sehingga menghasilkan asidosis.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah
karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul
karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang
mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan
lebih dalam.
Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat
mengeluarkan karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi
pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
1. Emfisema
Emfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik yang melibatkan
kerusakan pada kantung udara (alveoli) di paru-paru. Akibatnya, tubuh
tidak mendapatkan oksigen yang diperlukan. Emfisema membuat
penderita sulit bernafas. Penderita mengalami batuk kronis dan sesak
napas. Penyebab paling umum adalah merokok.
Gejala Emfisema ringan semakin bertambah buruk selama
penyakit terus berlangsung. Gejala-gejala emfisema antara lain:
- Sesak napas
13
- Sesak dada
- Mengurangi kapasitas untuk kegiatan fisik
- Batuk kronis
- Kehilangan nafsu makan dan berat
- Kelelahan
Pencegahan dan Pengobatan: Jika penderita adalah perokok
aktif, berhenti merokok dapat membantu mencegah penderita dari
penyakit ini. Jika emfisema sudah menjalar, berhenti merokok mencegah
perkembangan penyakit. Pengobatan didasarkan pada gejala yang
terjadi, apakah gejalanya ringan, sedang atau berat. Perlakuan termasuk
menggunakan inhaler, pemberian oksigen, obat-obatan dan kadang-
kadang operasi untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi.
2. Bronkitis kronis
Bronkitis kronis adalah penyakit peradangan dari saluran nafas
(bronkus) di paru-paru yang menahun. Ketika saluran nafas mengalami
peradangan, terbentuk dahak tebal di dindingnya, sehingga terjadilah
batuk berdahak & sesak nafas menahun, kadang disertai nyeri dada.
Bronkitis kronis paling sering disebabkan oleh merokok, selain itu dapat
juga disebabkan oleh pencemaran udara dalam waktu lama, misalnya
cemaran kimia & debu di udara. Asap rokok atau pencemaran udara
menyebabkan peradangan pada saluran nafas yang dalam waktu lama
akan menyebabkan bronkitis kronis.
Kerusakan paru yang disebabkan oleh bronkitis kronis dapat
terlihat pada pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru, foto rontgen
dada, & tes darah, yang biasanya diminta oleh dokter. Pengobatan
bronkitis kronis sebaiknya dengan petunjuk dokter. Sehingga, jika
mengalami gejala batuk berdahak & sesak nafas dalam waktu lama,
segera berkonsultasi dengan dokter langganannya. Ketika gejala-gejala
tersebut muncul, dokter biasanya akan meresepkan obat-obat yang
bersifat melebarkan saluran nafas sehingga sesak nafas dapat
14
berkurang, biasanya dapat disertai obat pengencer dahak. Kadang,
diperlukan pemberian oksigen untuk sesak nafas yang berat.
Obat antibiotik biasanya tidak diperlukan dalam pengobatan bronkitis
kronis, terkecuali jika ditemukan infeksi saluran nafas yang menyertai,
yang biasanya ditandai dengan demam & banyak dahak yang berwarna
kuning atau hijau.
Cara untuk menghindari terkena bronkitis kronis atau
kambuhnya penyakit tersebut adalah menghindari faktor pencetusnya.
Jika bronkitis kronis disebabkan oleh merokok, berhentilah merokok. Jika
disebabkan oleh pencemaran udara yang menyebabkan peradangan
saluran nafas, hindari zat pencemar udara yang menyebabkan
peradangan saluran nafas tersebut. Selain itu, berolahraga secara rutin
dapat membantu memperkuat otot-otot pernafasan sehingga penderita
bronkitis kronis dapat bernafas lebih baik.
3. Pneumonia berat
Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan
paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali
bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut
bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas
sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat
adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada
anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau
lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak
dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia. Pneumonia
Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran
bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke
dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang
dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pnemonia sangat
berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis
15
sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan,
pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali
permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada
sebelah bawah ke dalam.
4. Asma.
Asma adalah keadaan saluran napas yang mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara.
Penyebab:
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan
respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan
memengaruhi saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh
berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap,
udara dingin dan olahraga.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami
kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami
pembengkakan karena adanya peradangan (inflamasi) dan pelepasan
lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari
saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini
menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat
bernapas.
Sel-sel tertentu di dalam saluran udara, terutama mastosit
diduga bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan
ini. Mastosit di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan
leukotrien yang menyebabkan terjadinya: - kontraksi otot polos -
peningkatan pembentukan lendir - perpindahan sel darah putih tertentu
ke bronki. Mastosit mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon
terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen),
seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu
binatang.
16
Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi
tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah
raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa
memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien.
Sel lainnya yakni eosinofil yang ditemukan di dalam saluran
udara penderita asma melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang
juga menyebabkan penyempitan saluran udara.
Asma juga dapat disebabkan oleh tingginya rasio plasma
bilirubin sebagai akibat dari stres oksidatif yang dipicu oleh oksidan.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit
dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme
pernafasan. Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik
akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
GEJALA
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk.
Jika keadaannya memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi
stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi
dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan
sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu
terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan
menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam
bahkan beberapa hari.
DIAGNOSA
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah
dan pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
PENGOBATAN
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi
dari paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa
diberikan kepada penderita penyakit paru-paru seperti asma dan
emfisema. Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang
17
berat, mungkin perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan
ventilator mekanik.
Beberapa masalah respiratorik dibagi berdasarkan sebabnya :
1. Penurunan pernapasan
Penurunan pernapasan melibatkan perubahan fungsi neuron dalam
menstimulus inhalasi dan ekhalasi. Neuron mengurangi pada tingkat
sel tubuh melalui zat/agen kimia dan kerusakan fisik. Penurunan kimia
pada neuron dapat terjadi sebagai hasil agen anastesi, obat-obatan
(narkotik) dan racun dimana merintangi darah menuju ke otak dan
langsung menghalangi depolarisasi. Disamping itu ketidakseimbangan
elektrolit (hiponatrium, hiperkalsemia dan hiperkalami) juga secara
lambat menghalangi depolarisasi neural. Akibat neuron respiratorik
juga akan mengurangi keadaan fisik. Trauma sebagai hasil
langsung kerusakan fisik untuk neuron respirasi atau menimbulkan
hypoksia sampai iskemik yang dapat mengganggu atau
menghancurkan kemampuan neuron untuk membangkitkan dan
mengirimkan impuls ke otot skeletal yang membantu dalam respirasi.
Neuron respirasi dapat rusak atau hancur secara tidak langsung
apabila terdapat masalah di area otak karena meningkatnya tekanan
intrakranial. Meningkatnya tekanan intrakranial ini karena adanya
edema jaringan, dimana menekan pusat pernapasan (batang otak).
Trauma spinal cord, penyakit tertentu seperti polio adalah sebab yang
aktual bagi kerusakan diaxon dan penyakit lain seperti mistenia gravis,
dan syndrom Guillain-Barre yang mengganggu tranmisi impuls
nervous ke otot skeletal)
2. Inadequatnya ekspansi dada
Karena ekspansi ini penting untuk mengurangi tekanan di dalam
rongga dada sehingga terjadi pernapasan. Beberapa kondisi
membatasi ekspansi dada sehingga menghasilkan inadequatnya
pertukaran gas walaupun jaringan paru sehat dan pusat pesan sudah
dimulai dan transmisi yang tepat. Beberapa orang mengalami
18
masalah dalam ekspansi dada dapat mencukupi pertukaran gas
selama periode istirahat sehingga retensi CO2 tidak terjadi pada waktu
itu. Bagaimanapun meningkatnya aktivitas atau kerusakan pada
jaringan paru menghasilkan permintaan untuk pertukaran gas dimana
seseorang tidak dapat memenuhinya, hasilnya acidemia. Tidak
adekuatnya ekspansi dada dapat dihasilkan dari trauma skeletal atau
deformitas, kelemahan otot respirasi. Masalah skeletal yang
membatasi perpindahan pernapasan dalam dinding dada jika terdapat
kerusakan tulang atau malformasi tulang yang menyebabkan distorsi
dalam fungsi dada. Struktur tulang dada yang tidak berbentuk serasi
dapat membentuk deformasi pada rongga dada dan mencegah
penuhnya ekspansi pada satu atau kedua paru. Deformitas skeletal
mungkin congenital: hasil dari kesalahan pertumbuhan tulang ( seperti
skoliosis, osteodistropii renal, osteogenesis imperfecta dan syndrom
Hurler’s) atau hasil yang tidak seimbang dari degenerasi jaringan
tulang (osteoporosis, metastase sel kanker).
Kondisi kelemahan otot respirasi berhubungan dengan
ketidakseimbangan elektrolit dan kelelahan.
3. Obstruksi jalan napas
Pencegahan perpindahan masuk dan keluarnya udara pada paru
melalui bagian atas dan bawah pada obstruksi jalan napas dapat
menimbulkan pertukaran gas yang tidak efektif, retensi CO2 dan
acidemia. Jalan napas bagian atas dan bawah dapat terobstruksi
secara internal dan eksternal. Kondisi eksterna yang menyebabkan
obstruksi jalan napas atas termasuk tekanan yang kuat pada daerah
leher, pembesaran nodus lympa regional. Sedangkan kondisi internal
yang menyebabkan obstruksi jalan napas atas termasuk masuknya
benda asing pada saat bernapas, konstriksi otot halus bronkial dan
pembentukan edema pada jaringan luminal.
Obstruksi jalan napas bagian bawah terjadi melalui kontriksi otot
halus, pembentukan jaringan luminal, pembentukan lendir yang
19
berlebihan. Kondisi umum yang berhubungan dengan obstruksi jalan
napas bagian bawah yaitu karena terlalu lama menderita penyakit
inflamasi (bronchitis, emphysema dan asma) dan dan masuknya
bahan-bahan iritan seperti asap rokok, debu batu bara, serat asbes,
serat kapas, debu silikon dan beberapa partikel yang mencapai jalan
napas bagian bawah.
4. Gangguan difusi alveolar-kapiler
Pertukaran gas pulmonal terjadi oleh difusi di persimpangan alveolar
dan membran kapiler. Beberapa kondisi dimana mencegah atau
mengurangi proses difusi karena dapat meretensi CO2 dan terjadi
asidemia. Masalah difusi dapat terjadi pada membran alveolar,
membran kapiler atau area diantara keduanya.
Asidosis respiratorik sering terjadi akibat kondisi patologis yang
merusak pusat pernapasan atau yang menurunkan kemampuan paru
untuk mengeliminasikan CO2. Ada beberapa hal yang menyebabkan
keadaan asidosis respiratorik yaitu :
- gangguan sentral pada pusat pernapasan.
- penyakit otot-otot bantu pernapasan misal mistenia gravis,
sindrom Guillain- Barre dan akibat obat yang merelaksasi otot.
- gangguan eksfisitas saluran napas seperti fibrosis
pulmonal, penyakit intestinal paru.
- obstruksi (empisema, asma, bronkitis, bronkhiolitis).
Faktor Resiko Asdidosis Respiratorik yang lain :
1. Kondisi paru yang akut dimana merubah O2 atau CO2 pada saat
terjadi pertukaran gas di alveolar (seperti pnemonia, edema
pulmonar akut, aspirasi pada tubuh luar, tenggelam)
2. Penyakit paru kronik (asma, kista fibrosis atau empisema)
3. Overdosis pada narkotik atau sedatif sehingga menekan tingkat
dan kedalaman pernapasan
4. Cidera kepala sehingga mempengaruhi pusat pernapasan.
20
Tanda Klinik ( Akut )
1. Meningkatnya nadi dan tingkat pernapasan
2. Pernapasan dangkal.
3. Dyspnea
4. Pusing
5. Convulsi
6. Letargi
Tanda Klinik ( Kronik )
1. Kelemahan
2. Sakit kepala
PENATALAKSANAAN ASIDOSIS
Pengobatan yang paling baik untuk asidosis adalah mengoreksi
keadaan yang telah menyebabkan kelainan, seringkali pengobatan ini
menjadi sulit terutama pada penyakit kronis yang menyebabkan gangguan
fungsi paru atau gagal ginjal.
Untuk menetralkan kelebihan asam sejumlah besar natrium
bicarbonat dapat diserap melalui mulut. Natrium bicarbonat diabsorbsi dari
traktus gastroinstestinal ke dalam darah dan meningkatkan bagian
bicarbonat pada sistem penyangga bicarbonat sehingga meningkatkan pH
menuju normal. Natrium bicarbonat dapat juga diberikan secara intravena.
Untuk pengobatan asidosis respiratorik dapat diberikan O2 dan juga obat-
obatan yang bersifat broncodilator.
Intervensi keperawatan yang bisa dilakukan pada Asidosis
Metabolik :
1. Monitor nilai Arterial Gas Darah
2. Jika diperintah berikan IV sodium bicarbonat
3. Koreksi masalah pokok yang terjadi.
Intervensi keperawatan yang bisa dilakukan pada Asidosis
Respiratorik :
1. Perbaiki ventilasi pernapasan ( melakukan dilator bronkial, antibiotik,
O2 sesuai perintah.
21
2. Jaga keadequatan hidrasi (2 – 3 L cairan perhari)
3. hati-hati dalam mengatur ventilator mekanik jika digunakan.
4. Monitor intake dan output cairan, TTV, arteri gas darah dan pH.
PENGUKURAN KLINIS DAN ANALISIS ASIDOSIS
Seseorang dapat membuat diagnosa dari analisis terhadap tiga
pengukuran dari suatu contoh darah arterial : pH, konsentrasi bikarbonat
plasma dan PCO2.
Dengan memeriksa pH seseorang dapat menentukan
apakah ini bersifat asidosis jika nilai pH kurang dari 7,4. Langkah kedua
adalah memeriksa PCO2 plasma dan konsentrasi bicarbonat. Nilai normal
untuk PCO2 adalah 40 mmHg dan untuk bicarbonat 24 mEq/L Bila
gangguan sudah ditandai sebagai asidisis dan PCO2 plasma meningkat.
Oleh karena itu nilai yang diharapkan untuk asidosis respiratorik
sederhana adalah penurunan pH plasma, peningkatan PCO2 dan
peningkatan konsentrasi bicarbonat plasma setelah kompensasi ginjal
sebagian.
Untuk asidosis metabolik akan terdapat juga penurunan pH
plasma. Gangguan utama adalah penurunan konsentrasi bicarbonat
plasma. Oleh karena itu pada asidosis metabolik, seseorang dapat
mengharapkan nilai pH yang rendah. Konsentrasi bicarbonat plasma
rendah dan penurunan PCO2 setelah kompensasi respiratorik sebagian.
22
BAB III
DEHIDRASI
3.1 Pengertian Dehidrasi
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa
hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau
hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik)
atau hilangnya natrium yang lebih banyak dari air (dehidrasi hipotonik).
Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya keadaan natrium
serum dan peningkatan osmolalitas efektif serum. Dehidrasi isotonik
ditandai dengan normalnya kadar natrium serum dan osmolalitas efektif
serum, sedangkan dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar
natrium serum dan osmolalitas efektif serum.
Penting diketahui perubahan fisiologis pada usia lanjut. Secara
umum dehidrasi dapat menyebabkan penurunan kemampuan homeostatik
23
seiring dengan bertambahnya usia. Secara khusus terjadi penurunan
respon rasa haus terhadap kondisi hipovolemik dan hiper osmolalitas.
Disamping itu juga terjadi penurunan laju filtrasi glomerolus.
Agar fungsi tubuh berjalan normal diperlukan adanya keseimbangan
yang masuk dan keluar tubuh. Jalan masuknya air berupa cairan ke dalam
tubuh melalui minuman (800-1500 ml/hari), makanan (475-725 ml/hari), air
oksidasi (250ml/hari), total 1525-2475ml/hari.
Jalan keluarnya berupa cairan dalam tubuh melalui : urin (800-
1500ml/hari), tinja (125ml/hari), kehilangan air yang tak disadari melalui
paru-paru (250-375ml/hari), kulit (250-375ml/hari), dan keringat
(100ml/hari), total (1525-2475ml/hari).
3.2 Gejala Dehidrasi
Gejala klasik dehidrasi seperti: rasa haus, lidah kering, penurunan
turgor dan mata cekung sering tidak jelas, tidak ada air mata dan sedikit
sekali air mata yang keluar, air seni yang keluar kurang dari 6 kali/hari
pada bayi kurang dari 1 tahun, pada bayi dibawah 6 bulan tidak adanya air
seni lebih dari 4-6 jam, tidak buang air kecil pada anak selama 6-8 jam.
Gejala klinis paling spesifik yang dapat dievaluasi adalah penurunan
berat badan akut lebih dari 3 %.
Tanda klinis objektif lainnya yang dapat membantu mengidentifikasi
kondisi dehidrasi adalah hipotensi ortostatik.
3.3 Cairan Tubuh Total
Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan. Pada orang
dewasa cairan tubuh total sebesar 50%-60% dari berat badan.
Kandungan air didalam sel lemak lebih rendah dari pada kandungan air
didalam sel otot, sehingga cairan tubuh total pada orang yang gemuk
(obesitas) lebih rendah daripada mereka yang tidak gemuk.
Cairan didalam tubuh dibagi dalam dua kompartemen utama yaitu
cairan intrasel dan cairan ekstrasel. Didalam dua kompartemen cairan
24
tubuh ini terdapat beberapa kation dan anion yang penting dalam
mengatur keseimbangan cairan dan fungsi sel.
Kation dalam cairan ekstrasel adalah natrium (kation utama), dan
kalium, kalsium dan magnesium dengan anion seperti klorida, bikarbonat
dan albumin. Sedangkan kation utama didalam cairan intrasel adalah
kalium dan sebagai anion utama adalah fosfat.
3.4 Pencegahan Dehidrasi
Dehidrasi dapat terjadi pada berbagai jenis kulit dan usia,khususnya
terjadi pada jenis kulit yang kering dan biasanya terjadi pada anak-anak
dan lansia.
Dehidrasi ini disebabkan oleh hilangnyua cairan dari kulit dan terjadi
pada saat kulit kehilangan lebih banyak kelembabannya.Sehingga kulit
menjadi tipis dan mudah mengkerut.
Beberapa cara untuk mencegah dehidrasi sebagai berikut :
a. Meminum banyak cairan, normalnya disarankan untuk mengkonsumsi
minimal 8 gelas cairan sehari.
b. Menghindari minuman yang berenergi dapat mendorong orang-orang
aktif lebih banyak meminum cairan karena kandungan rasa dan kadar
sodium yang cukup tinggi.
c. Menghindari meminum minuman yang mengandung kafein dan yang
mengandung alkohol karena dengan meminum minuman tersebut
dapat menyebabkan dehidrasi.
d. Menghindari meminum minuman yang mengandung carbonat karena
pembakaran dapat menyebabkan penggelembungan atau perasaan
penuh untuk pemenuhan konsumsi cairan.
e. Mengenakan pakaian yang berwarna terang, menyerap keringat dan
berukuran pas.
25
f. Diusahakan berada ditempat yang sejuk,terlindung dari matahari dan
melindungi kulit dengan menggunakan sunblock agar kulit tetap lembab.
g. Menghentikan aktivitas dan beristirahatlah jika telah mengalami pertanda
dehidrasi.
3.5 Penanganan Dehidrasi
Penanganan dehidrasi dilakukan agar tidak terjadi dehidrasi yang
lebih berat lagi.ada berbagai cara untuk penanganan dehidrasi yaitu
sebagai berikut:
a. Diberikan air putih selama 1-2 jam pertama saat terjadi
dehidrasi,setelah itu diberikan minuman yang mengandung gula
dan elektrolit (garam) atau sering disebut juga suspensi rehidrasi
oral (ORS).
b. Ditempatkan penderita dehidrasi ditempat yang sejuk dan nyaman.
c. Bila dehidrasi terjadi pada balita tetap diberikan ASI dan diselingi
dengan meminum minuman suspensi rehidrasi oral (ORS).
d. Bila dehidrasi masih berlanjut maka segera dibawa ke dokter.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak
mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering
menyebabkan turunnya pH darah.
Asidosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu
akibat dari sejumlah penyakit.
Terjadinya asidosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalh
metabolisme yang serius.
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa
hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya
26
air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik) atau hilangnya
natrium yang lebih banyak dari air (dehidrasi hipotonik).
Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya keadaan natrium serum
dan peningkatan osmolalitas efektif serum. Dehidrasi isotonik ditandai
dengan normalnya kadar natrium serum dan osmolalitas efektif serum,
sedangkan dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium
serum dan osmolalitas efektif serum.
27