36
KEWARGANEGARAAN “DEMOKRASI” DISUSUN OLEH : AYU NARULITA

Makalah dEMOKRASI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah dEMOKRASI

KEWARGANEGARAAN

“DEMOKRASI”

DISUSUN OLEH :

AYU NARULITA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(STIKes) MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

2013

Page 2: Makalah dEMOKRASI

A. BENTUK-BENTUK DEMOKRASI

a. Dilihat dari cara penyaluran kehendak rakyat

1) Demokrasi langsung

Demokrasi langsung ialah demokrasi dimana rakyat secara langsung

mengemukakan kehendaknya dalam suatu rapat yang dihadiri seluruh rakyatnya.

Demokrasi langsung pernah dijalankan di negara-negara kota pada jaman yunani

kuno.

2) Demokrasi tidak langsung(demokrasi perwakilan)

Demokrasi perwakilan yaitu Demokrasi dimana rakyat menyampaikan

kehendakannya melalui dewan perwakilan rakyat. Demokrasi perwakilan di

jalankan oleh negara-negara pada jaman modern.

b. Dilihat dari titik berat paham yang dianut

1) Demokrasi barat(demokrasi liberal)

Demokrasi barat lebih menitikberatkan pada kebebasan bergerak,berpikir dan

mengeluarkan pendapat

-menjunjung tinggi persamaan hak pada bidang politik

Kelemahan demokrasi liberal :

- adanya kesenjanagan yang lebar antara golongan ekonomi kuat dan golongan

ekonomi lemah

- golongan ekonomi kuat dapat membeli suara rakyat dan suara DPR

2) Demokrasi timur atau komunis

Demokrasi timur lebih menitik beratkan pada paham kesamaan yg menghapuskan

perbedaan kelas diantara sesama rakyat.

Kelebihan demokrasi timur :

- kesenjangan ekonomi kecil,

- menjunjung tinggi persamaan dalam bidabg ekonomi.

Kelemahan demokrasi timur

- persamaan hak bidang politik kurang diperhatikan.

Page 3: Makalah dEMOKRASI

- Tidak adanya kompetisi dan tidak diakuinya hak milik pribadi menyebabkan

etos kerjanya kurang baik.

3) Demokrasi gabungan

Demokrasi yg berprinsip mengambil kebaikan dan membuang kelemahan dari

demokrasi barat ke timur.

Dalam demokrasi gabungan :

- hak milik pribadi diakui,namun hak milik pribadi juga berfungsi sosial

-upaya menyejahterahkan rakyat jangan sampai menghilangkan drajat dan HAM

c. Sistem demokrasi modern

1) Demokrasi dengan sistem parlementer

- kekuasaan legislatif (DPR) di atas eksekutif pemerintah

- presiden atau raja hanya sebagai kepala negara y6g kedudukannya sebagai

lambang

Kebaikan demokrasi dengan sistem parlementer

- pengaruh rakyat terhadap politik yg dijalankan pemerintah besar sekali

- kontrol rakyat terhadap pemerintah baik

Kelemahan demokrasi dalam sistem parlementer

- Sering timbul krisis kabinet

- tidak mendapat dukungan dari mayoritas anggota DPR

2) Demokrasi Dengan Pemisahan kekuasaan

Sistem ini menganut ajaran montesquieu

- kekuasaan legislatif :kekuasaan untuk membuat undang-undang

- kekuasan eksekutif : kekuasaan untuk melaksanakan UU

- kekuasaan yudikatif : kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan UU

Ciri-ciri sistem pemisahan kekuasaan

- kepala negara merupakan penguasa eksekutif yang nyata

- kekuasaan yudikatif tidak dapat di campuri kekuasaan lain

Page 4: Makalah dEMOKRASI

Keuntungan sistem pemisahan kekuasaan

- pemerintah setabil karana presiden dan mentri tidak dapat dijatuhkan oleh DPR

- pemerintah punya waktu untuk menjalankan programnya

Kelemahan sistem pemisahan kekuasaan :

- pengawasan pemerintahan kurang berpengaruh

- pengaruh rakyat terhadap kebijakan politik negara kurang mendapatkan

perhatian.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN DEMOKRASI

DI INDONESIA

1. Sejarah Demokrasi di Indonesia

Demokrasi berasal dari kata Demos dan Kratos, demos berarti Rakyat dan kratos

yang berarti kekuasaan. Jika diartikan menurut bahasa Yunani, Demokrasi adalah

kekuasaan rakyat. Sedangkan menurut mantan presiden US Abraham Lincoln,

Demokrasi berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Sejarah Demokrasi menurut WIKIPEDIA: Sebelum istilah demokrasi ditemukan

oleh penduduk Yunani, bentuk sederhana dari demokrasi telah ditemukan sejak

4000 SM di Mesopotamia. Ketika itu, bangsa Sumeria memiliki beberapa negara

kota yang independen. Di setiap negara kota tersebut para rakyat seringkali

berkumpul untuk mendiskusikan suatu permasalahan dan keputusan pun diambil

berdasarkan konsensus atau mufakat.

Barulah pada 508 SM, penduduk Athena di Yunani membentuk sistem

pemerintahan yang merupakan cikal bakal dari demokrasi modern. Yunani kala

itu terdiri dari 1,500 negara kota (poleis) yang kecil dan independen. Negara kota

tersebut memiliki sistem pemerintahan yang berbeda-beda, ada yang oligarki,

monarki, tirani dan juga demokrasi. Diantaranya terdapat Athena, negara kota

yang mencoba sebuah model pemerintahan yang baru masa itu yaitu demokrasi

langsung. Penggagas dari demokrasi tersebut pertama kali adalah Solon, seorang

penyair dan negarawan. Paket pembaruan konstitusi yang ditulisnya pada 594 SM

menjadi dasar bagi demokrasi di Athena namun Solon tidak berhasil membuat

perubahan. Demokrasi baru dapat tercapai seratus tahun kemudian oleh

Page 5: Makalah dEMOKRASI

Kleisthenes, seorang bangsawan Athena. Dalam demokrasi tersebut, tidak ada

perwakilan dalam pemerintahan sebaliknya setiap orang mewakili dirinya sendiri

dengan mengeluarkan pendapat dan memilih kebijakan. Namun dari sekitar

150,000 penduduk Athena, hanya seperlimanya yang dapat menjadi rakyat dan

menyuarakan pendapat.

Demokrasi ini kemudian dicontoh oleh bangsa Romawi pada 510 SM hingga 27

SM. Sistem demokrasi yang dipakai adalah demokrasi perwakilan dimana

terdapat beberapa perwakilan dari bangsawan di Senat dan perwakilan dari rakyat

biasa di Majelis.[4]

2. Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintah suatu negara sebagai

upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk

dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Pada intinya, yang banyaklah yang

menang dan yang banyak dianggap sebagai suatu kebenaran. Salah satu pilar

demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik

negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis

lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang

sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara

ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling

mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam

suatu negara umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica dengan

kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Prinsip semacam trias politica ini menjadi

sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat

kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk

membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut

pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya

kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk

gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan

Page 6: Makalah dEMOKRASI

aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat. Intinya, setiap

lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada

mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan

mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi

kekuasaan lembaga negara tersebut. Semenjak kemerdekaan 17 Agustus 1945,

UUD 1945 memberikan penggambaran bahwa Indonesia adalah negara

demokrasi. Dalam mekanisme kepemimpinannya Presiden harus bertanggung

jawab kepada MPR dimana MPR adalah sebuah badan yang dipilih dari Rakyat.

Sehingga secara hirarki seharusnya rakyat adalah pemegang kepemimpinan

negara melalui mekanisme perwakilan yang dipilih dalam pemilu. Indonesia

sempat mengalami masa demokrasi singkat pada tahun 1956 ketika untuk pertama

kalinya diselenggarakan pemilu bebas di Indonesia, sampai kemudian Presiden

Soekarno menyatakan demokrasi terpimpin sebagai pilihan sistem pemerintahan.

Setelah mengalami masa Demokrasi Pancasila. Selama 25 Tahun berdiri Republik

Indonesia ternyata bahwa masalah pokok yang kita hadapi adalah bagaimana,

dalam masyarakat yang beranekaragam pola budayanya, mempertinggi tingkat

kehidupan ekonomi disamping membina suatu kehidupan sosial dan politik yang

demokratis. Dipandang dari sudut perkembangan demokrasi sejarah Indonesia

dapat dibagi dalam tiga masa yaitu :

1. Masa republik Indonesia I, yaitu masa demokrasi yang menonjolkan

peranan parlemen serta partai-partai dan yang karena itu dapat dinamakan

demokrasi parlementer.

2. Masa republik Indonesia II, yaitu masa Demokrasi Terpimpin yang dalam

banyak aspek telah menimpang dari demokrasi konstitusional yang secara

fomil merupakan landasannya, dan menunjukan beberapa aspek demokrasi

rakyat.

Masa Republik Indonesia III, yaitu masa demokrasi Pancasila yang merupakan

demokrasi yang menonjolkan sistem Presidensil.

Page 7: Makalah dEMOKRASI

C. HUBUNGAN ANTARA ISLAM DAN DEMOKRASI

Islam dan Demokrasi: Suatu Nisbah

Sebelum meninjau nisbah antara Islam dan demokrasi, kiranya perlu disampaikan

terlebih dahulu setidak-tidaknya dua catatan penting yang harus diperhatikan.

Pertama, Islam dan demokrasi tidak dapat diperbandingkan dalam level yang

setingkat. Artinya, Islam sebagai kekuatan politik tidak dapat dilihat dengan

mengesampingkan aspek-aspek keagamaan yang meliputi cult, creed, code,

community. Demokrasi tidak memiliki elemen-elemen seperti itu sehingga tidak

seimbanglah kalau dibandingkan dengan Islam secara keseluruhan. Dalam hal ini,

demokrasi hanyalah bagian kecil dari sistem kepercayaan dalam Islam, kemudian,

demokrasi sendiri tidak memiliki arti yang secara tepat disetujui bersama. Kalau

demikian, artinya tidak ada basis pijakan yang mutlak wajib dipakai sebagai

penentu kajian relasi antara Islam dan demokrasi. Demokrasi tidak dapat

menentukan suatu ideal type bagi dirinya sendiri baik dalam definisi maupun

dalam implementasinya. Sebagai implikasinya, Islam pun dapat memberi

pengertian, memberi isi kepada apa yang disebut demokrasi sesuai dengan

kerangka pemahaman yang bernafaskan Islam. Dengan demikian, Islam juga

berhadapan dengan instansi lain yang juga memiliki kans untuk memberi

penafsiran atas demokrasi.

Kedua catatan ini cukup penting titik tolak untuk melihat sifat relasi antara Islam

dan demokrasi. Islam dan demokrasi bukanlah dua entitas yang dapat

dipertentangkan begitu saja atau sebaliknya, dianggap ‘satu blok’. Di satu sisi,

dapat dikatakan demokrasi itu compatible dengan Islam, tetapi, di lain sisi, harus

diberi catatan bahwa kecocokan itu ada dalam batas-batas tertentu. Islam tetap

memiliki aspek yang dapat memberi kesan ketidaksesuaian demokrasi.

Islam Vs Demokrasi

Berkenaan dengan catatan pertama, bahwa Islam dan demokrasi tidak dapat

dibandingkan dalam level yang setingkat, kiranya perlu diakui adanya pola

hubungan subordinatif dalam paradigma Islam. Pola hubungan subordinatif ini

menempatkan Islam sebagai substansi mutlak sedangkan negara menjadi relatif.

Page 8: Makalah dEMOKRASI

Di hadapan negara Islam bersifat mutlak dalam arti bahwa negara dapat menjadi

ekspresi nilai-nilai perenial Islam.

Dari pola hubungan yang demikian juga dapat dimengerti bahwa Islam menjadi

rujukan sedangkan negara merupakan sarana saja (betapapun pentingnya sarana

itu). Padahal, demokrasi hanyalah satu dari sekian piranti penyelenggaraan

negara. Karena itu, dalam batas tertentu dapat dikatakan bahwa Islam pun bersifat

mutlak terhadap demokrasi. Kemutlakan Islam kiranya terletak pada kompleksitas

dan kelengkapan (setidak-tidaknya menurut klaim agama) sistem gagasannya.

Dengan klaim ini Islam memiliki legitimasi untuk memberikan kerangka hidup

yang lebih menyeluruh daripada demokrasi. Perbedaan keluasan ini akan

menempatkan demokrasi di hadapan hukum dan ajaran Islam. Dengan kata lain,

demokrasi dihadapkan pada teologi Islam.

Relasi antara demokrasi dan gagasan teologis Islam (konsisten dengan prinsip

tauhid) juga bersifat subordinatif. Artinya, aspek teologis Islam menjadi otoritas

tertinggi dan itu berarti demokrasi pun harus menyesuaikan diri dengan “jiwa dari

hukum yang diwahyukan”.” Kalau demikian, memang harus diakui bahwa antara

Islam dan demokrasi ada perbedaan esensial. Demokrasi yang muncul sebagai

hasil olah pikir manusia membuka peluang besar bagi perubahan nilai oleh

masyarakat dan dapat saja perubahan ini justru merongrong nilai abadi dalam

Islam.”

Kiranya di sinilah letak potensi pertentangan antara Islam dan demokrasi, yaitu

ketika gagasan-gagasan teologis dalam Islam sendiri berhadapan dengan gagasan

demokrasi (yang tentunya tidak dilandasi perwahyuan transendental). Kasus

Mahmud Mohamed Taha (yang dihukum gantung karena menyuarakan hak untuk

berpindah agama) dapat menjadi contoh jelas untuk menggambarkan betapa

institusi keagamaan, biar bagaimanapun, memiliki sistem kepercayaan yang dapat

bertentangan dengan gagasan demokrasi.

Demokrasi Islamiah

Berkenaan dengan catatan kedua, bahwa demokrasi tidak memiliki arti secara

tepat yang disetujui bersama, dapat dikatakan bahwa demokrasi compatible

dengan Islam. Hal ini dapat dimengerti karena adanya kemungkinan bagi Islam

Page 9: Makalah dEMOKRASI

untuk memberi pemaknaan terhadap demokrasi. Memberi makna kepada

demokrasi berarti menginklusikan demokrasi dalam Islam atau lebih tepatnya

memberi warna islamiah pada demokrasi. Di sini dapat dipahami bahwa syari’ah

demokratis menjadi deep driving force yang menentukan pola tingkah laku

manusia.

Demokrasi tidak dipandang sebagai satu ‘budaya’ luar (Barat misalnya) tetapi

memang secara internal ada dalam Islam sehingga harus diekstemalisasikan

menurut syari’ah Islam. Dengan demikian, mungkin akan tampak bahwa

demokrasi diberi atribut Islam: demokrasi islamiah.

Dalam hal ini, demokrasi tidak lagi menjadi kutub yang dihadapi Islam sehingga

tidak ada konflik antara keduanya. Kalau ada konflik, hal itu hanya akan

memposisikan demokrasi sebagai medium antara Islam dan kekuasaan politik

lainnya. Hal ini misalnya ditunjukkan dalam pergumulan Islam dengan kekuatan

militer di Indonesia.” Demokrasi menjadi medium pergulatan interpretasi antara

aspek- aspek teologis Islam dan aspek-aspek kekuatan politik yang lain. Kedua

kekuatan politik ini memang memiliki hak untuk menginterpretasikan demokrasi

dan dengan interpretasi itulah keduanya dapat bersitegang.

Dengan demikian, letak konflik bukan antara Islam dan demokrasi, melainkan

antara Islam dan kekuatan politik lain. Islam dan demokrasi, biara bagaimanapun,

dalam batas catatan kedua tadi, bertalian kuat sehingga dapat dikatakan bahwa

Islam compatible dengan demokrasi dan sebaliknya. Syari’ah demokratis

memberi legitimasi pada demokrasi untuk disebut sebagai sistem gagasan yang

islamiah. Selain itu, secara historis Islam sendiri memiliki tradisi yang

menunjukkan ciri-dri demokrasi. Keadaan bahwa kepemimpinan ditetapkan atas

dasar achievement, proses pemilihan terbuka, hak dan kewajiban rakyat yang

sama/ pengakuan hak pada golongan agama lain, secara historis menunjukkan

keunggulan Islam sebagai kekuatan politik yang luar biasa pada masanya.

Keadaan ini menjadi salah satu gambaran bagaimana Islam mewujudkan

demokrasi dengan ciri-ciri demokratis yang dimilikmya. Aspek historis yang

menjadi tradisi pada masa awal perkembangan Islam itu menunjukkan peluang

adanya Islam demokratis.

Islam Demokratis: Suatu Antisipasi

Page 10: Makalah dEMOKRASI

Dari uraian tersebut di atas, dapatlah dilihat bahwa sebenamya potensi

pertentangan antara Islam dan demokrasi terletak pada bagaimana kedua substansi

itu ditafsirkan. Tentu saja tidak dapat disangkal bahwa menyebut Islam berarti

menunjukkan unsur teologis, sedangkan menyebut demokrasi (sebagai istilah

umum tanpa atribut Barat atau pun Islam) berarti mengacu pada sistem gagasan

‘sekular’ yang tanpa gagasan teologis pun dapat bertahan. Jika salah satu, apalagi

keduanya, substansi itu dibatasi secara kaku, terjadilah kontradiksi antara Islam

dan demokrasi.

Demokrasi memang menimbulkan banyak pertanyaan rilosons untuk menentukan

batasan-batasannya. Kerumitan titik pijak diskusi demokrasi ini memberi kesan

bahwa demokrasi memang tidak dapat diidentikkan dengan atribut-atribut

tertentu. Dalam hal ini, demokrasi memang kiranya tidak perlu diidentikkan

dengan demokrasi liberal Barat (walaupun dalam banyak kesempatan diklaim

bahwa peradaban yang mutakhir dewasa ini adalah demokrasi lib- eral Barat).

Kembali ke awal tulisan ini, sebagai prinsip dasar cukuplah diandaikan bahwa

demokrasi adalah perimbangan politik.

Dalam pelaksanaannya, variasi akan terjadi di mana-mana sehingga memang tidak

dapat ditentukan model negara demokrasi yang akurat. Dengan demikian, Islam

dapat berinteraksi dengan demokrasi. Akan tetapi, interaksi itu pun akan

mengalami stagnasi kalau Islam ditafsirkan secara kaku atau tradisional. Dengan

kata lain, dialog Islam dan demokrasi akan mengalami kebuntuan kalau teologi

Islam sendiri tidak mengalami transformasi. Kebuntuan ini disebabkan bukan oleh

sifat statisnya demokrasi, melainkan oleh kemacetan Islam dalam merumuskan

kembali identitasnya, yang dalam hal ini teologinya.

Masa depan Islam sedikit banyak akan ditentukan oleh bagaimana teologi Islam

dapat memberi makna pada arus kemajuan. Untuk itulah Islam tidak dapat tidak

mengupayakan suatu teologi transformatif sehingga Islam memberikan ruang

kebebasan yang diperlukan untuk menanggapi perkembangan zaman . Di sini/

Islam perlu merumuskan pandangan-pandangan terhadap misalnya sekularisasi,

martabat manusia, solidaritas, kerja sama antar agama mengingat adanya

pluralitas agama.

Page 11: Makalah dEMOKRASI

Termasuk di dalamnya juga Islam perlu menjadi terbuka untuk memegang

syari’ah secara wajar. Artinya, sumber-sumber syari’ah itu perlu dilihat secara

proporsional, yang berarti mempertimbangkan aspek historis. Dengan demikian,

dapatlah ditemukan mana vang sungguh-sungguh perenial dan mana yang bersifat

spasial dan temporal. Jadi, dapat dibedakan antara yang mutlak dan relatif

sehingga tidak ada pemutlakan antara keduanya (yang cenderung menimbulkan

ciri ideologis dalam Islam).

Usaha ini akan menghindarkan Islam dari bahaya stagnasi dan arogansi

sebagaimana pemah dialami oleh institusi Gereja. Sebut saja salah satu gagasan

teologisnya yang seringkali dijadikan contoh landasan kemandegan Katolik, yaitu

gagasan extra ecclesiam nullasa us. Aksioma teologis semacam ini memandulkan

Gereja sebelum Konsili Vatikan II secara resmi memberi angin segar keterbukaan.

Gereja lambat laun memperbaharui diri menggumuli hidup bermasyarakat,

berbangsa, bernegara. Keadaan kondusif itu memerlukan suatu reinterpretasi

terhadap gagasan-gagasan dasar teologis maupun gagasan-gagasan dasar

sekularisasi dunia.

Usaha reinterpretasi terhadap Islam atau membuat semacam teologi transformatif

itu juga akan memantapkan kekuatan politis Islam baik dalam tataran teori

maupun dalam implementasinya. Secara teoritis dapatlah disimpulkan bahwa

Islam tetap memandang demokrasi sebagai bagian penting peradaban manusia.

Dalam ungkapan yang lebih lugas bahkan dapat dikatakan Islam dan demokrasi

tidak dapat dipisahkan (meskipun tentu saja dapat dibedakan), sebagaimana

doktrin Islam menunjuk adanya keterkaitan yang begitu kuat antara Islam dan

negara. Karena itu, secara teoritis hubungan Islam dan demokrasi tidak pemah

dicemaskan. Relasi antara Islam dan demokrasi juga lebih bersifat positif.

Setidak-tidaknya, syari’ah demokratis lebih menonjol jika dibandingkan dengan

syari’ah non-demokratis. Hal inilah yang seharusnya dikembangkan oleh

masyarakat Islam secara umum.

Praktik Islam Demokratis

Lain halnya kalau pola hubungan Islam dan demokrasi ditilik dari sisi politik

praktis. Kadang kala yang terjadi justru syari’ah yang nondemokratis lebih

Page 12: Makalah dEMOKRASI

menonjol. Setidak-tidaknya penghayatan syari’ah itu tidak sesuai dengan

semangat demokrasi. Kalau sudah pada taraf implementasi, biasanya

pertimbangan pragmatis akan lebih banyak berperan. Usaha teoritis untuk secara

murni menghayati Islam dapat saja direduksi sebagai suatu kegiatan politik

belaka. Padahal, sebagaimana ditekankan sebagai prinsip tawhid, kegiatan politik

sebenamya menjadi manifestasi Islam sebagai gejala teologis.

Dalam hal ini, dapat dimengerti bahwa manifestasi Islam tersebut memang tidak

dapat dibakukan dalam satu wadah. Sejarah Indonesia menyaksikan bahwa Islam

di Indonesia memiliki kekayaan wadah yang seringkali oleh pengamat

disederhanakan sebagai Islam cultural dan Islam skriptural. Lepas dari polemik

penyederhanaan itu, dapat dikatakan di sini bahwa praktik yang dilakukan oleh

Islam memiliki implikasi yang besar bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.

Tentu saja/ pertama-tama karena Islam memiliki basis masa yang sangat besar.

Dapat dikatakan bahwa perkembangan demokrasi di Indonesia bergantung pada

solidaritas Islam. Kalaupun dimasukkkan juga unsur militer, militer pun (karena

sebagai angkatan bersenjata secara teoritis tidak memiliki legitimasi untuk suatu

demokrasi) akan bergantung juga pada gerak Islam. Kalau demikian/ tidak dapat

tidak Islam harus menjadi promoter bagi perjuangan demokrasi. Akan tetapi,

peran ini tidak akan efektif selama Islam tidak membuka dialog dengan kekuatan

politik lainnya. Karena itu, Islam tetap dituntut menjadi Islam yang demokratis.

Dalam praktik sehari-hari, agaknya Islam demokratis bukanlah realitas semua di

kalangan grass-root. Nilai-nilai demokratis sudah dihayati oleh kelompok besar

Islam. Kalau pada kenyataannya suasana demokrasi itu tidak terjadi dalam

percaturan politik di Indonesia, itu berarti bahwa di tingkat elitlah Islam

mengalami kemacetan. Elit Islam tidak perlu dibatasi pada pimpinan di

pemerintahan, karena termasuk juga dalam kelompok ini para kaum terpelajar,

pers, maupun tokoh (pemimpin) umat local. Dengan mengandaikan bahwa budaya

politik demokratis (bukan sekedar penghayatan nilai-nilai demokrasi, melainkan

juga soal institusi) lahir dari atas, kiranya dapatlah ditegaskan perlunya

konsolidasi di tingkat elit Islam. Tentu saja, karena begitu ragamnya eUt Islam

ini, konsolidasi bukanlah sesuatu yang mudah dan cepat dicapai. Pada

Page 13: Makalah dEMOKRASI

kenyataannya, konsolidasi itu juga perlu dilakukan justru dengan membangun

jaringan lintas agama. Di sini, diperlukanlah suatu dialog antar agama.

Dialog itu tidak cukup dilakukan dalam tataran teologis (sehingga yang berdialog

hanyalah para teolog) tetapi juga perlu mencakup tingkat politis. Dalam hal ini,

diperlukan semacam koalisi yang dapat menunjang penyelenggaraan demokrasi di

Indonesia sebagai Negara yang mau tidak mau dikategorikan sebagai negara

Dunia Ketiga. Dengan strategi ini, Islam tetap memiliki peluang untuk

mewujudkan syari’ah demokratis, sambil sendiri mengembangkan Islam yang

demokratis. Dengan demikian, semakin berterimalah bahwa jalan menuju

demokrasi bagi Islam di Indonesia adalah jalan yang sangat panjang, yang tidak

mungkin ditempuh dengan semangat eksklusif. Karena itu, wanted. Islam inklusif,

Islam demokratis.

D. MENDESKRIPSIKAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM

KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Perilaku budaya demokrasi harus terus dikembangkan dalam kehidupan

demokrasi, baik dalam suprastruktur maupun infrastruktur. Perilaku budaya

demokrasi yang dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara akan menghasilkan demokrasi yang berbudaya dan peradaban. Kondisi

demikian merupakan iklim yang cukup mendukung terwujudnya masyarakat

madani.

Untuk membentuk suatu negara yang demokratis, maka negara tersebut harus

melaksanakan prinsip demokrasi yang didukung oleh warga negara.

Membiasakan diri melaksanakan budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari

dapat dilakukan di lingkungan keluarga ,maupun lingkungan sekolah, di

organisasi masyarakat (ormas) dan partai politik (parpol), serta di DPR sebagai

lembaga pembuat Undang-Undang.

1. Di Lingkungan Keluarga

Dalam kehidupan keluarga, budaya demokrasi juga memegang peranan penting.

Setiap anggota keluarga mempunyai kebebasan yang sama. Kebebasan ini

hendaknya dihormati oleh masing-masing anggota keluarga. Oleh karena itu,

tindakan sesuka hati sendiri hendaknya dihindari. Mereka hendaknya saling

Page 14: Makalah dEMOKRASI

bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan dan masalah yang ada. Dengan

demikian, semua anggota keluarga akan merasa betah di rumah.

Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan keluarga dapat diwujudkan dalam

bentuk sebagai berikut:

· Kesediaan untuk menerima kehadiran sanak saudara;

· Menghargai pendapat anggota keluarga lainya;

· Senantiasa musyawarah untuk pembagian kerja;

· Terbuka terhadap suatu masalah yang dihadapi bersama.

· Membiasakan diri untuk menempatkan anggota keluarga sesuai dengan

kedudukannya.

· Membiasakan mengatasi dan memecahkan masalah dengan jalan musyawarah

mufakat.

· Mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.

2. Di Lingkungan Masyarakat

Dalam kehidupan bermasyarakat, sangat diperlukan kerjasama untuk menciptakan

kesejahteraan bersama. Untuk itu, sikap saling menghormati sangat diperlukan.

Jika masing-masing oranghanya menonjolkan kepentingan, urusan, dan kehiduoan

pribadinya, niscaya upaya pencapaian tersebut akan terhambat.

Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan masyarakat dapat diwujudkan dalam

bentuk sebagai berikut:

· Bersedia mengakui kesalahan yang telah dibuatnya;

· Kesediaan hidup bersama dengan warga masyarakat tanpa diskriminasi;

· Menghormati pendapat orang lain yang berbeda dengannya;

· Menyelesaikan masalah dengan mengutamakan kompromi;

· Tidak terasa benar atau menang sendiri dalam berbicara dengan warga lain.

· Bersama-sama menjaga kedamaian masyarakat.

· Berusaha mengatasi masalah yang timbul dengan pemikiran yang jernih.

· Mengikuti kegiatan rembug desa.

· Mengikuti kegiatan kerja bakti.

· Bersama-sama memberikan usulan demi kemajuan masyarakat.

Page 15: Makalah dEMOKRASI

3. Di Lingkungan Sekolah

Penerapan demokrasi di sekolah hendaknya mengutamakan musyawarah dalam

menyelesaikan persoalan bersama. Hal ini bertujuan, untuk membentuk rasa

solidartas bersama.

Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan sekolah dapat diwujudkan dalam

bentuk sebagai berikut:

· Bersedia bergaul dengan teman sekolah tanpa membeda-bedakan cantik

jeleknya seseorang;

· Menerima teman-teman yang berbeda latar belakang budaya, ras dan agama;

· Menghargai pendapat teman meskipun pendapat itu berbeda dengan kita;

· Mengutamakan musyawarah, membuat kesepakatan untuk menyelesaikan

masalah;

Sikap anti kekerasan.

· Ikut serta dalam kegiatan politik di sekolah seperti pemilihan ketua OSIS,

ketua kelas, maupun kegiatan yang lain yang relevan.

· Berani mengajukan petisi (saran/usul).

· Berani menulis artikel, pendapat, opini di majalah dinding.

· Selalu mengikuti jenis pertemuan yang diselenggarakan OSIS.

· Berani mengadakan kegiatan yang merupakan realisasi dari program OSIS.

4. Di Lingkungan Kehidupan Bernegara

Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan kehidupan bernegara dapat

diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut:

· Besedia menerima kesalahan atau kekalahan secara dewasa dan ikhlas;

· Kesediaan para pemimpin untuk senantiasa mendengar dan menghargai

pendapat warganya;

· Memiliki kejujuran dan integritas;

· Memiliki rasa malu dan bertanggung jawab kepada publik;

· Menghargai hak-hak kaum minoritas;

· Menghargai perbedaan yang ada pada rakyat;

· Mengutamakan musyawarah untuk kesepakatan bersama untuk

menyelesaikan masalah-masalah kenegaraan.

Page 16: Makalah dEMOKRASI

E. MENJELASKAN HAKIKAT DEMOKRASI DAN UNSUR-UNSUR

TEGAKNYA DEMOKRASI

1. Hakikat Demokrasi

Secara etimologis “demokrasi” terdiri atas dua kata “demos” yang berarti rakyat

atau penduduk suatu tempat, dan “cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan,

kedaulatan atau pemerintahan. Gabungan dari kedua kata tersebut memiliki arti

suatu keadaan Negara dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada

di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat.

Rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.

Sedangkan pengertian demokrasi secara istilah atau terminologi adalah seperti

yang di nyatakan oleh para ahli sebagai berikut :

Ø Joseph A. Schmeter mengatakan demokrasi suatu perencanaan yang

institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu – individu

memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara

rakyat.

Ø Sidney Hook mengatakan demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana

keputusan – keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak

langsung di dasarkan kepada mayoritas yang di berikan secara bebas dari rakyat

dewasa.

Ø Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl menyatakan demokrasi sebagai

suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung jawab atas

tindakan – tindakan mereka di wilayah publik oleh warga Negara, yang bertindak

secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama poara wakil mereka yang

telah terpilih.

Ø Henry B. Mayo menyatakan demokrasi sebagai suatu sistem yang menunjukan

bahwa kebijakan umum di tentukan atas dasar mayoritas oleh wakil – wakil yang

diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan – pemilihan berkala yang di

dasari prinsip kesamaan politik dan di selenggarakan dalam suasana terjaminnya

kebebasan politik.

Page 17: Makalah dEMOKRASI

Sedikit berbeda denan para ahli di dunia, pakar politik Indonesia, Affan Gaffar

memaknai demokrasi dalam dua bentuk yaitu :

Ø Normatif ( Demokrasi Normatif ) Adalah demokrasi yang secara ideal di

lakukan oleh sebuah Negara.

Ø Empirik ( Demokrasi Empirik ) Adalah demokrasi yang dalam perwujudannya

pada dunia politik praktis.

Terdapat titik temu dari berbagai pengertian di atas yaitu bahwa sebagai landasan

hidup bermasyarakat dan bernegara, demokrasi meletakan rakyat sebagai

komponen penting dalam proses dan praktik – praktik berdemokrasi. Rakyatlah

yang memiliki hak dan kewajiban untuk melibatkan dan untuk tidak melibatkan

diri dalam semua urusan sosial dan politik, termasuk di antaranya menilai

kebijakan Negara.

Dengan demikian Negara yang meganut sistem demokrasi adalah Negara yang di

selenggarakan bedasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Jika di lihat dari sudut

pandang organisasi, demokrasi berarti pengorganisasian Negara yang di lakukan

oleh Rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di

tangan rakyat.

Tiga faktor yang merupakan tolak ukur umum dari suatu pemerintahan yang

demokrasi adalah :

Ø Pemerintahan dari rakyat.

Ø Pemerintahan oleh rakyat.

Ø Pemerintahan untuk rakyat.

2. UNSUR –UNSUR BUDAYA DEMOKRASI

1. KEBEBASAN

Kebebasan adalah keleluasan untuk membuat pilihan terhadap beragam pilihan

atau melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan bersama atas kehendak

sendiri, tanpa tekanan dari pihak manapun. Namun, kebebasan bukan keleluasan

untuk melakukan segala hal tanpa batas. Kebebasan harus digunakan untuk hal-

Page 18: Makalah dEMOKRASI

hal yang bermanfaat bagi masyarakat,dan dengan cara yang tidak melanggar tata

aturan yang sudah disepakati bersama.

Sebagai nilai, kebebasan merupakan pedoman prilaku rakyat berdaulat. Nilai ini

tercermin dalam kemampuan menghargai kebebasan orang lain dan

memanfaatkan kebebasan diri sendiri secara bertanggung jawab. Nilai ini juga

tercermin dalam tanggung jawab pribadi dan kesedian menerima tanggung jawab

bagi dirinya sendiri serta konsekuensi dari tindakan- tindakannya.

2. PERSAMAAN

Tuhan menciptakan setiap manusia sebagai pribadi yang unik. namun, demokrasi

berpandangan bahwa manusia yang berbeda-beda itu hakikatnya sama sederajat.

demokrasi tidak berpendirian bahwa manusia itu semuanya sama, melainkan

berbeda satu sama lain. Tetapi disamping perbedaanya, manusia itu sesungguhnya

sama derajat di depan Allah, sama derajat dalam nilainya dan harga keluhurannya

sebagai manusia (dignity of man as human being) dalam masyarakat,sama

kedudukan di dalam hukum, politik, dan sebagainya. Dalam demokrasi, diakui

kesamaan kesempatan rakyat untuk menggembangkan kepribadian masing-

masing,dan untuk menduduki jabatan pemerintah. Jadi, persamaan itu berarti

tiadanya keistimewaan bagi siapa pun dan pemberian kesempatan yang sama

kepada setiap dan semua orang.

Sebagai nilai, persamaan menjadi pedoman perilaku rakyat berdaulat sehingga

mereka mampu menghargai harkat dan martabat sesamanya, selain itu, memiliki

kesediaan untuk berkompromi dan menerima kenyataan bahwa nilai-nilai dan

prinsip-prinsip kadang kala saling bertentanggan.

3. SOLIDARITAS

Soridaritas atau kesetiakawanan adalah kesediaan untuk memperhatikan

kepentingan dan bekerja sama dengan orang lain. Nilai solidaritas mengikat

manusia yang sama-sama memiliki kebebasan untuk mempertimbangkan

kepentingan pihak lain. Dalam kehidupan demokratis di kenal ‘agree to disagree’

yang berarti ’setuju untuk tidak setuju’. Ungkapan itu menunjukan adanya prinsip

solidaritas ; sebab, walau berbeda pandangan atau kepentingan, para pihak tetap

Page 19: Makalah dEMOKRASI

sepakat untuk mempertahankan kesatuan/ikatan bersama. Solidaritas ini

merupakan perekat bagi para pendukung demokrasi agar tidak jatuh ke dalam

perpecahan akibat terlalu menggutakan kebebasan pribadi tanpa menggian adanya

persamaan hak maupun semangat kebersamaan.

Sebagai nilai, solidaritas ini dapat menumbuhkan sikap batin dan kehendak untuk

menempatkan kebaikan bersama di atas kepentingan pribadi, mengasihi sesame

dan murah hati terhadap sesame warga masyarakat.

4. TOLERANSI

Toleransi adalah sikap atau sifat toleran.Bersikap toleran artinya bersikap

menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,

pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya)yang bertentangan

atau berbeda dengan pendirian sendiri.toleransi dengan semikian menunjukan

tingkat tingkat penerimaan kita terhadap sesuatu yang tidak kita setujui,karena

kebutuhan untuk bertoleransi akan muncul jiks ada penolakan satu pihak terhadap

pihak lain.Didalam konsep toleransi terkandung baik penolakan maupun

kesabaran.

Dalam masyarakat demokratis seseorang berhak memiliki pandangan nya sendiri ,

tetapi,ia akan memenganng teguh pendiriannya itu dengan cara yang toleran

terhadap pandangan orang lain yang berbeda atau balikan bertentangan dengan

pendirian nya.

Toleransi berbeda dengan sikap permisif,yaitu sikap serba membolehkan sesuatu.

Sebaga nilai, toleransi dapat mendorong tumbuh nya sikap toleran terhadap

keanekaragaman, sikap saling percaya dan kesediaan untuk bekerja sama antar

pihak yang berbeda – beda keyakinan, prinsip, pandangan dan kepentingan nya

5. MENGHORMATI KEJUJURAN

Kejujuran adalah keterbukaan untuk menyatakan kebenaran.Kejujuran diperlukan

agar hubungan antar pihak berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan benih –

benih konflik di masa depan.Kejujuran dalam komunikasi antar warga negara

amat diperlukan bagi terbangunnya solidaritas yang kokoh antar sesama

pendukung masyarakat demokratis.

Page 20: Makalah dEMOKRASI

Pemerintah juga harus jujur dan terbuka kepada rakyat . Pemerintah harus terbuka

kepada rakyat tentang bagaimana semua keputusan pemerintah dibuat,dan atas

pertimbangan apa sebuah kebijakan dipilih di antara sejumlah alternatif kebijakan

yang ada . Walaupun demi alasan keamanan dan memang ada hal – hal yang tidak

perlu dinnyatakan kepada rakyat ,namun hal itu harus dianggap sebagai sebuah

pengecualian.Sebab,pada prinsipnnya rakyat mempunyai hak untuk mengetehui

apa yang dikerjakan pemerintah dan bagaimana pemerintah mengerjakan

tugasnya.

Sebagai nilai,penghormatan terhadap kejujuran akan menumbuhkan integritas

diri,sikap disiplin diri ,dan kesetiaan pada aturan – aturan. Sikap – sikap ini

diperlukan untuk memelihara pemerintah demokratis.

6. MENGHORMATI PENALARAN

Penalaran adalah penjelasan mengapa seseorang memiliki pandangan

tertentu,membela tindakan tertentu,dan menuntut hal serupa dari orang

lain.kebiasaan memberi penalaran akan membutuhkan kesadaran bahwa ada

banyak alternatif sumber informasi dan ada banyak kemungkinan cara untuk

mencapai tujuan. Sama seperti kejujuran,penalaran juga amat di perlukan bagi

terbangun nya solidaritas yang kokoh antarsesama pendukung masyarakat

demokratis.

Pemberian penalaran oleh pemerintah terhadap kebijakan yang ditetapkan nya

tidak akan melemahkan wibawa pemerintah. Sebaliknya,jika pemerintah menolak

memberi penalaran terhadap kebijakannya,hal itu justru akan mendorong sikap

pasif atau pemberontakan rakyat.

Sebagai nilai,penghormatan pada penalaran dapat mendorong tumbuhnya

keterbukaan pikiran,termasuk sikap skepatis yang sehat dan pengakuan terhadap

sifat ambiguitas (kemenduaartian) kenyataan sosial dan politik.

7. KEADABAN

Keadaban adalah ketinggian tingkat kecerdasan lahiir – batin atau kebaikan budi

pekerti.Perilaku yang beradab adalah prilaku yang mencerminakan penghormatan

terhadap dan mempertimbangkan kehadiran pihak lain sebagaimana dicerminkan

Page 21: Makalah dEMOKRASI

oleh sopan santun dalam bertindak,termasuk penggunaan bahasa tubuh dan

berbicara yang beradap.

Sebagai nilai,keadaban akan menjadi pedoman prilaku warga negara demokrasi

yang serba santun,mengutamakan musyawarah untuk mencapai

mufakat,menghindari kekerasan seminimal mungkin dalam menyelesaikan

persoalan bersama,dan kepatuhan dalam norma-norma yang berlaku dalam

kehidupan bersama.

Bertolak dari nilai-nilai dasar itulah masyarakat pendukung demokrasi

mengembangkan budaya politiknya.Nilai-nilai dasar itu kemudian dijabarkan

lebih rinci dan oprasional dalam kehidupan demokrasi.Menurut Hendry B Mayo

(Budiardjo; 1980),ada sejumlah nilai operasional yang menjadi landasan

pelaksanaan demokrasi,yaitu:

a.Menyelesaikan perselisihan secara damai dan melembaga.dalam kehidupan

masyarakat wajar jika terdapat perselisihan pendapat dan kepentingan.Yang

penting bahwa dalam alam demokrasi perselisihan – perselisihan itu harus di

selesaikan melalui perundingan serta dialog terbuka agar tercapai

kompromi,konsensus atau mufakat.

b.Menjamin terselanggaranya perubahan masyarakat secara damai.kehidupan

masyarakat selalu berubah; oleh karena itu,pemerintah harus dapat menyesuaikan

kebijakan publik nya dengan perubahan – perubahan itu.Pemerintah itu juga perlu

menjaga agar perubahan – perunbahan dalam masyarakat tetap terkendali .

c.Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur.cara – cara pergantian

pimpinan memalalui kekerasan,penunjukan diri sendiri,atau pewarisan tidak

sesuai dengan demokrasi.

d. Membatasi penggunaa Kekerasan seminimal mungkin. Demokrasi

mengutamakan konsensus atau mufakat dalam menyelesaikan perbedaan

kepentingan warga negara. Oleh karena itu, penggunaan kekerasan sejauh

mungkin harus dihindarkan.

e. Mengakui dan menganggap wajar adanya keanekaragaman dalam masyarakat,

yang tercermin dalam keanekaragaman pendapat, keanekaragaman kepentingan

dan tingkah laku. Walaupun demikian, keanekaragaman itu perlu dijaga agar tidak

melampaui batas karena demokrasi juga memerlukan kesatuan dan integrasi.

Page 22: Makalah dEMOKRASI

f. Menjamin tegaknya keadilan. Keadilan menjadi penting dalm demokarasi

karena adanya mayoritas dan minoritas dalam pengambilan keputusan secara

demokrasi. Hubungan antar mayoritas dan minoritas harus dijaga sedemikian rupa

agar demokrasi tidak berubah menjadi tirani mayoritas.

Nilai-nilai itulah yang dijadikan pedoman bertindak baik oleh para pejabat

pemerintah dan lembaga negara, maupun juga seluruh warga negara yang

bersangkutan. Dengan demikian, akan terwujud budaya demokratis dalam

kehidupan masyarakat negara yang bersangkutan.

Nilai-nilai itu berlawanan dengan nilai-nilai yang melandasi masyarakat komunis.

Menurut Budiardjo (1980), nilai-nilai yang terkandung dalam komunisme antara

lain adalah :

1) Monisme, yaitu pandangan yang menolak adanya golongan-golongan

keanekaragaman dalam masyarakat .

2) Kekerasan merupakan alat yang sah untuk mencapai tujuan negara, yaitu

terwujudnya masayarakat tanpa kelas,

3) Negara merupakan alat untuk mencapai komunisme sehingga semua alat

negara (polisi, tentara, kejaksaan, dan sebagainya) digunakan untuk mewujudkan

komunisme.

Tantangan terberat bagi sebuah bangsa yang hendak membangun demokrasi

adalah bagaimana mengembangkan budaya demokrasi dalam kehiduoan bangsa

yang bersangkutan. Dalam pembangunan demokrasi paling tidak ada empat

bidang yang harus mendapat perhatian.

Pertama, lembaga-lembaga negara termasuk birokrasi pemerintah didalamnya.

Lembaga-lembaga negara harus dibangun agar menjadi lembaga pelaksanaan

kedaulatan rakyat. Cara pengisian jabatan lembaga – lembaga negara harus

demokratis,melalui pemilu atau pemilihan oleh wakil rakyat. Semua pejabat

negara harus mempertanggung jawabkan penggunaan kekuasaannya kepada

rakyat. Aparat birokrasi harus mampu mewujudkan pemerintahan yang bersih.

Mereka harus menerapkan asas keterbukaan atau transparan,akuntabel / fapat

dipertanggung jawabkan partisipatif. Lebih daripda itu birokrasi pemerintah harus

mampu bekerja secara efektif dan efisien.

Page 23: Makalah dEMOKRASI

Termasuk dalam pembangunan lembaga-lembaga negara ini adalah pembangunan

aparat penegak hukum. Mental dan keahlian aparat penegak hukum harus

dibangun sehingga benar-benar mampu menerapkan prinsip rule of law yang

sangat dibutuhkan dalam negara demokrasi. Jika pada pemeritahan otoriter hukum

dibuat dan ditegakan untuk mengabdi kepentingan pemnguasa, dalam proses

demokratisasi hukum harus dikembalikan ke fungsi dasarnya sebagai pelindung

dan pengayom rakyat, dan sarana mewujudkan dan kedamaian dalam kehidupan

bersama.

Kedua, partai-partai politik. Partai-partai harus dibangun agar benar-benar mampu

berperan sebagai perumus dan pemadu aspirasi rakyat untuk kemudian

memperjuangkan melalui wakil-wakil rakyat di lembaga pemerintah. Partaipolitik

pun harus mampu melakukan kaderisasi sehingga mampu memasok calo-calon

memimpin bangsa yang benar-benar mewujudkan aspirasi rakyat berdaulat.

Ketiga, pelaku ekonomi. Para pelaku ekonomi harus juga mambangun dirinya

agar mampu melakukan kegiatan ekonomi dalam suasana kehidupan demokrasi.

Perilaku ekonomi yang merusak, seperti suap, korupsi, kolusi, dan nepotisme

harus dihindari agar kegiatan ekonomi benar-benar menyejahterakan rakyat

banyak, bukan hanya segelintir konglomerat dan para penguasa negara.

Keempat, civil society / masyarakat madani. Kehidupan masyarakat juga harus

dibangun agar mampu menjadi kekuatan pengontrol terhadap penyelenggara

negara. Jika di masa pemerintaha otoriter rakyat sama seklai takut menghadapi

penguasa, sehingga penguasa tidak terkontrol sama sekali, maka dalam proses

demokratisasi masyarakat jalannya pemerintahan negara kesadarannya untuk

selalu mengawasssi jalannya pemerintahan negara melalui civil soiety.

Mmbangun masyarakat madani merupakan bagian dari upaya melewati masa

transisi menuju demokrasi melalui pengembangan budaya politik demokratis. Jika

budaya demokratis mengakar pada sanubari setiap warga negara, ita-cita akan

adanya civil society yang kuat dan efektif dapat diwujudkan.