28
MAKALAH ETIKA PROFESI KEGURUAN Butir Pertama Kode Etik Guru Indonesia “Guru Berbakti Membimbing Peserta Didik untuk Membentuk Manusia Indonesia Seutuhnya yang Berjiwa Pancasila” Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Keguruan yang diampu oleh dosen Drs. Heru Pramono, SU Disusun oleh Anggota Kelompok 1: Faidatun Nikmah (13405241001) Afrilia Dwi Nurvitasari (13405241015) Vida Khotrunada (13405241033) Okta Via Anggraini (13405241068) Bentar Dwi Saputra Ardi (13405244022) JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL

Makalah Etika Profesi Keguruan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Etika Profesi Keguruan (Butir Pertama Kode Etik Guru Indonesia)

Citation preview

Page 1: Makalah Etika Profesi Keguruan

MAKALAH ETIKA PROFESI KEGURUANButir Pertama Kode Etik Guru Indonesia “Guru Berbakti

Membimbing Peserta Didik untuk Membentuk Manusia Indonesia

Seutuhnya yang Berjiwa Pancasila”Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Keguruan yang diampu oleh

dosen Drs. Heru Pramono, SU

Disusun oleh Anggota Kelompok 1:

Faidatun Nikmah (13405241001)

Afrilia Dwi Nurvitasari (13405241015)

Vida Khotrunada (13405241033)

Okta Via Anggraini (13405241068)

Bentar Dwi Saputra Ardi (13405244022)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2015

Page 2: Makalah Etika Profesi Keguruan

MAKALAH ETIKA PROFESI KEGURUANButir Pertama Kode Etik Guru Indonesia “Guru Berbakti

Membimbing Peserta Didik untuk Membentuk Manusia Indonesia

Seutuhnya yang Berjiwa Pancasila”Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Keguruan yang diampu oleh

dosen Drs. Heru Pramono, SU

Disusun oleh Anggota Kelompok 1:

Faidatun Nikmah (13405241001)

Afrilia Dwi Nurvitasari (13405241015)

Vida Khotrunada (13405241033)

Okta Via Anggraini (13405241068)

Bentar Dwi Saputra Ardi (13405244022)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2015

1

Page 3: Makalah Etika Profesi Keguruan

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.,

Pertama, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan rahmat, karunia, serta hidayahNya kepada kita semua.

Berkat rahmat dan karuniaNya-lah, makalah Etika Profesi Keguruan ini dapat

disusun dan diselesaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi

Keguruan tentang Butir Pertama Kode Etik Guru Indonesia “Guru Berbakti

Membimbing Peserta Didik untuk Membentuk Manusia Indonesia Seutuhnya

yang Berjiwa Pancasila” yang diampu oleh dosen Drs. Heru Pramono, SU.

Kita pasti mengetahui akan adanya peribahasa yang mengatakan bahwa

“tak ada gading yang tak retak”, peribahasa ini betul adanya. Perlu diketahui

bahwasanya penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan

kelemahan. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran yang membangun dari

berbagai pihak, baik dari kawan-kawan mahasiswa dan mahasiswi maupun dosen

pengampu mata kuliah Etika Profesi Keguruan.

Demikian makalah yang dapat kami susun. Atas perhatian dan partisipasi

dari para pembaca, saya mengucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.,

Yogyakarta, 1 Agustus 2015

Penyusun

2

Page 4: Makalah Etika Profesi Keguruan

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………................................. 1

Kata Pengantar ………………………….……………....……………… 2

Daftar Isi ……………………………….……………...…….................. 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………….….................... 4

B. Identifikasi Masalah ……………….………................................ 5

C. Rumusan Masalah ……..……………….……....….…………… 5

D. Tujuan ……….…………….………………....…......................... 5

E. Manfaat ......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Kode Etik Guru Indonesia ................................................................. 7

B. Penjabaran dari Butir Pertama Kode Etik Guru Indonesia ................ 8

C. Bentuk-bentuk Penyimpangan dari Butir Pertama

Kode Etik Guru Indonesia ……………………………………….… 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 15

B. Saran …………………………………………………………….. 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 16

3

Page 5: Makalah Etika Profesi Keguruan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fungsi dan tujuan dari pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 3) adalah

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

Guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru

mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan

berakhlak mulia serta mengusai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam

mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab. Guru

Indonesia selalu tampil secara professional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah.

Dalam menjalankan tugasnya, guru menjadikan Kode Etik Guru

Indonesia sebagai pedoman. Kode Etik Guru Indonesia terdiri atas sembilan

butir yang saling berkesinambungan. Salah satunya adalah butir pertama yang

berbunyi “Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk

manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila”. Dari butir pertama

tersebut sudah tentu memiliki makna yang dapat dijabarkan sesuai dengan

oeran guru dalam menjalankan tugasnya. Akan tetapi, dalam praktiknya tidak

semua guru mampu untuk menjalankan apa yang menjadi pedoman dalam

butir tersebut. Penyimpangan-penyimpangan masih saja terjadi dan memberi

dampak yang negatif bagi guru serta siswa.

4

Page 6: Makalah Etika Profesi Keguruan

B. Identifikasi Masalah

1. Kode Etik Guru Indonesia.

2. Penjabaran dari butir pertama Kode Etik Guru Indonesia.

3. Bentuk-bentuk penyimpangan dari butir pertama Kode Etik Guru

Indonesia.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diambil rumusan

masalah dari makalah ini sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Kode Etik Guru Indonesia?

2. Bagaimana penjabaran dari butir pertama Kode Etik Guru Indonesia?

3. Apa saja bentuk-bentuk penyimpangan dari butir pertama Kode Etik Guru

Indonesia?

D. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini, adalah:

1. Menjelaskan makna Kode Etik Guru Indonesia.

2. Memaparkan penjabaran dari butir pertama Kode Etik Guru Indonesia.

3. Memberikan contoh bentuk-bentuk penyimpangan dari butir pertama

Kode Etik Guru Indonesia.

E. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara

teoritis maupun secara praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat secara teoritis

Makalah mengenai Kode Etik Guru Indonesia butir pertama ini

diharapkan dapat berguna bagi penelitian-penelitian dengan tema sama

atau relevan.

5

Page 7: Makalah Etika Profesi Keguruan

2. Manfaat secara praktis

a. Bagi Penulis

Melalui makalah ini, penulis dapat memahami mengenai Kode Etik

Guru Indonesia butir pertama.

b. Bagi Mahasiswa

Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi Kode Etik Guru

Indonesia butir pertama.

c. Bagi Masyarakat

Makalah ini diharapkan dapat mengedukasi masyarakat tentang Kode

Etik Guru Indonesia butir pertama.

6

Page 8: Makalah Etika Profesi Keguruan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kode Etik Guru Indonesia

Sebagai salah satu profesi, guru melalui Persatuan Guru Republik

Indonesia (PGRI) menyusun sendiri kode etik profesinya dengan nama Kode

Etik Guru Indonesia”. Hingga saat ini, salah satu yang menjadi pedoman guru-

guru di Indonesia dalam mendidik peserta didik adalah Kode Etik Guru

Indonesia.

Yang dimaksud dengan Kode Etik Guru Indonesia adalah pedoman/

aturan-aturan/ norma-norma tingkah laku yang harus ditaati dan diikuti oleh

guru profesional di Indonesia dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya sehari-hari sebagai guru profesional.

Kode Etik Guru di Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan

nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik,

sistematik dalam suatu sistem yang utuh. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi

sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI

dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun

di luar sekolah serta dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat. Dengan

demikian, Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk

pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan. Seperti halnya

profesi lain, Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang

dihadiri oleh seluruh utusan. Cabang dan Pengurus Daerah PGRI dari seluruh

penjuru tanah air, pertama dalam Kongres ke XIII di Jakarta tahun 1973, dan

kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI ke XVI tahun 1989 juga di

Jakarta.

Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi (2009), rumusan lengkap dari

Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai berikut:

KODE ETIK GURU INDONESIA

Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan negara, serta kemanusiaan pada

7

Page 9: Makalah Etika Profesi Keguruan

umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-

undang Dasar 1945, turut bertanggungjawab atas terwujdunya cita-cita

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab

itu, Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan

mendominasi dasar-dasar sebagai berikut:

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia

Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan

melakukan bimbingan dan pembinaan.

4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang

berhasilnya proses belajar-mengajar.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat

di sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggungjawab bersama

terhadap pendidikan.

6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan

meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan

kesetiakawanan sosial.

8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi

PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

9. Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah dalam bidang

pendidikan. (Sumber: Kongres Guru ke XVI, 1989 di Jakarta)

B. Penjabaran Butir Pertama Kode Etik Guru Indonesia

Butir pertama dari Kode Etik Guru Indonesia adalah “Guru berbakti

membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya

yang berjiwa Pancasila”.

Dari bunyi butir pertama di atas, kiranya dapat dikelompokkan

menjadi dua komponen yaitu bahwa guru berbakti membimbing anak

seutuhnya dan guru membimbing anak agar menjadi manusia pembangunan

8

Page 10: Makalah Etika Profesi Keguruan

yang ber-Pancasila. Menurut Sutomo (1993), yang dimaksud dengan manusia

seutuhnya adalah manusia dewasa jasmani dan rohani, selain itu juga

mempunyai intelektual, sosial maupun segi-segi lainnya pada pribadi anak

didik yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Sedangkan manusia

pembangunan yang ber-Pancasila ini dijelaskan dalam tujuan pendidikan

nasional yaitu UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab

II pasal 3 bahwa, ”Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Pada bagian yang pertama di atas masih memerlukan perincian lebih

lanjut dan karena itu maka teks lengkap dari kode etik guru Indonesia bagian

pertama oleh Purwanto (1995) diberi penjelasan sebagai berikut:

1. Guru menghormati hak individu dan kepribadian anak didiknya masing-

masing.

2. Guru berusaha mensukseskan pendidikan yang serasi (jasmaniah dan

rohaniah) bagi anak didiknya.

3. Guru harus menghayati dan mengamalkan Pancasila.

4. Guru dengan bersungguh-sungguh mengintensifkan Pendidikan Moral

Pancasila bagi anak didiknya.

5. Guru melatih dalam memecahkan masalah-masalah dan membina daya

kreasi anak didik agar kelak dapat menunjang masyarakat yang sedang

membangun.

6. Guru membantu sekolah di dalam usaha menanamkan pengetahuan,

ketrampilan kepada peserta didik.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia tentu saja di

dalamnya termuat berbagai nilai-nilai dari masing-masing sila. Nilai-nilai

yang termuat sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia sendiri.

9

Page 11: Makalah Etika Profesi Keguruan

Untuk itu, peserta didik sudah seharusnya menjiwai nilai-nilai Pancasila yang

ada karena peserta didik merupakan bagian dari manusia Indonesia. Dalam

menjiwainya, peran guru dibutuhkan untuk membimbing peserta didik. Dalam

membimbing, tiga prinsip dari Ki Hajar Dewantara “ing ngarsa sung tuladha,

ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” masih menjadi yang relevan

untuk digunakan hingga saat ini. Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa

pendidikan harus memberi contoh, harus dapat memberikan pengaruh, dan

harus dapat mengendalikan peserta didik.

Pancasila juga merupakan dasar pendidikan dan pengajaran Nasional.

Sila-sila dari Pancasila di samping merupakan norma-norma fundamental juga

merupakan norma-norma praktis, sila-sila tersebut menyatakan adanya dua

macam interaksi antara hubungan secara horizontal (manusia dengan sesama

makhluk) dan hubungan secara vertikal (antara manusia dengan Tuhan).

Hubungan horizontal tersebut merupakan realisasi dari sila-sila sampai dengan

kelima. Sedangkan hubungan vertikal adalah merupakan realisasi dari sila

pertama. Pancasila merupakan dasar dari pada Kode Etik Guru Indonesia,

yang harus ditanamkan dan menjiwai setiap pendidik dan profesinya baik

sebagai manusia, sebagai warga negara yang bertanggung jawab.

Penjabaran peran guru yang dapat diterapkan dari masing-masing sila

adalah sebagai berikut:

1. Sila pertama yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”, di sini peran guru untuk

membimbing peserta didiknya agar meyakini bahwa kekurangan yang

diberikan Tuhan kepadanya semata-mata bentuk kecintaanNya. Oleh

karena itu, guru wajib membimbing peserta didik untuk dapat selalu

bersyukur terhadap apa yang diberikan kepadanya.

2. Sila kedua berbunyi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, di sini peran

guru untuk mendidik anak agar mengerti arti penting kesopanan,

keramahan, kebaikan dan kejujuran serta menanamkan tata krama dengan

memberi suri tauladan yang baik. Hal ini penting dilakukan karena peserta

didik nantinya juga akan kembali dalam masyarakat, hidup bersama di

dalam masyarakat yang tentunya mempunyai suatu aturan (etika) tertentu

10

Page 12: Makalah Etika Profesi Keguruan

yang wajib ditaati sehingga jika peserta didik sadari di sekolah sudah

dibimbing untuk terbiasa menaati sebuah etika dan ditanamkan sebuah tata

krama yang baik maka nanti jika di masyarakat juga akan bertata krama

baik sesuai dengan aturan yang ada di masyarakat.

3. Sila ketiga berbunyi “Persatuan Indonesia”, berarti peran guru di sini

adalah untuk mendidik peserta didik agar mereka mempunyai konsep diri

bahwa mereka hidup bersama di tengah masyarakat yang harus tetap

dipertahankan keutuhannya walaupun masing-masing dari mereka

mempunyai kelebihan dan kekurangan. Jika guru mampu membimbing

peserta didiknya untuk mempunyai rasa persatuan maka minimal akan

tumbuh rasa kekeluargaan di lingkungan sekolah sehingga akan tercipta

lingkungan yang nyaman untuk menimba ilmu.

4. Sila keempat berbunyi “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat

Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan”, dalam sila ini

mengandung makna bahwa guru berperan mendidik peserta didik untuk

selalu bermusyawarah dalam menghadapi setiap masalah, berdiskusi setiap

menemui persoalan baik itu kecil maupun besar agar dapat terselesaikan

dengan benar, cepat dan tepat. Guru disini juga berperan menjembatani

jika ada masalah di antara diri peserta didiknya. Guru membimbing,

artinya mengarahkan peserta didik itu untuk memecahkan sebuah masalah.

5. Sila kelima berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, di

sini peran guru adalah mendidik peserta didik untuk berlaku adil terhadap

sesamanya sehingga tercipta masyarakat yang saling menghargai. Peserta

didik berlaku adil di manapun, kapanpun, dan dalam keadaan apapun di

dalam kehidupan sosialnya. Ini akan berhubungan dengan kodrat peserta

didik sebagai makhluk sosial.

Di samping penerapan yang dipaparkan di atas, menjadi salah satu

tugas guru dalam rangka membimbing peserta didik adalah memberi contoh

yang baik dan menegur serta memperbaiki tingkah laku peserta didik saat

mereka salah. Internalisasi Pancasila dilakukan melalui berbagai penerapan

pembelajaran inovatif, kreatif, dan kontekstual secara utuh melalui pendidikan

11

Page 13: Makalah Etika Profesi Keguruan

nilai dan moral, pendekatan lingkungan meluas, pembelajaran aktif, terpadu,

berkelompok, keteladanan, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah yang

berkarakter Pancasila (Winaputra, 2014).

Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengemukakan beberapa hal yang

harus diperhatikan guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan

fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:

1. Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai

individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta

mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.

2. Sikap positif dan wajar terhadap siswa.

3. Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, dan

menyenangkan.

4. Pemahaman terhadap siswa secara empatik.

5. Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.

6. Penampilan diri (guru) secara asli tidak berpura-pura di depan siswa.

7. Konkrit dalam menyatakan diri.

8. Penerimaan terhadap siswa secara apa adanya.

9. Perlakuan terhadap siswa secara permissive.

10. Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu

siswa untuk menyadari perasaannya itu.

11. Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa

terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan

siswa menjadi individu yang lebih dewasa.

12. Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.

Dengan berpedoman pada nilai-nilai Pancasila diharapkan peserta

didik dapat menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Artinya bahwa mereka

memiliki etika yang bagus sehingga dapat menjunjung tinggi nilai kesopanan,

kesantunan, kejujuran dan kebaikan. Jika kesemuanya itu ada maka tidak akan

ada lagi masalah-masalah di Indonesia khususnya yang menyangkut krisis

moral.

12

Page 14: Makalah Etika Profesi Keguruan

C. Bentuk-bentuk Penyimpangan dari Butir Pertama Kode Etik Guru

Indonesia

Dalam menjalankan perannya, masih ada guru yang melakukan

penyimpangan terhadap kode etik yang seharusnya menjadi pedoman. Salah

satunya adalah penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan guru terhadap

butir pertama Kode Etik Guru Indonesia. Contoh bentuk penyimpangan-

penyimpangan tersebut antara lain:

1. Guru bersikap fanatik terhadap salah satu agama dan tidak menerapkan

toleransi antar umat beragama.

2. Guru melakukan doktrin terhadap peserta didiknya dalam hal kepercayaan.

3. Guru  tidak menunjukan kejujuran sehingga tidak pantas untuk ditiru.

misalnya: memanipulasi nilai, mencuri waktu mengajar, pilih kasih.

4. Guru bersikap diskriminatif terhadap peserta didik yang satu dengan yang

lainnya.

5. Guru bersikap pilih kasih kepada peserta didik.

6. Guru tidak objektif (subjektif) dalam melakukan penilaian hasil belajar

peserta didik.

7. Guru bersikap tidak sopan santun sehingga memberi contoh yang buruk

bagi peserta didiknya.

8. Hubungan antara guru dan peserta didik yang tidak harmonis. Misal:

saling menjatuhkan.

9. Guru menimbulkan adanya perpecahan antar peserta didik.

10. Guru tidak mengajarkan pentingnya bermusyawarah dalam memecahkan

suatu persoalan.

11. Guru memperlakukan peserta didiknya secara tidak tepat sehingga

membentuk perilaku yang menyimpang.

12. Guru memposisikan diri sebagai penguasa yang memberikan sanksi dan

mengancam murid apabila melanggar peraturan  atau tidak mengikuti

kehendak guru.

13

Page 15: Makalah Etika Profesi Keguruan

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya antara lain:

1. Menindak tegas dan memberikan sanksi berat pada oknum-oknum guru

yang melakukan kasus etika profesi guru karena sangat merugikan guru

sebagai salah satu profesi yang salah satu tugasnya adalah memberi

keteladanan yang baik terhadap peserta didik.

2. Sebelum menjadi guru, seorang calon guru seharusnya diberi tes psikologi

yang ketat,agar mampu menghadapi setiap karakter peserta didik.

3. Mewajibkan seorang guru untuk membaca dan menjalankan profesinya

sesuai kode etik keguruan.

4. Mengadakan pelatihan-pelatihan bagaimana seorang guru menghadapi

peserta didik yang berbeda karakter. Sehingga seorang guru, mampu

menangani siswa yang karakternya nakal atau bandel.

5. Guru seharusnya memahami perkembangan tingkah laku peserta didiknya.

Apabila guru memahami tingkahlaku peserta didik dan perkembangan

tingkah laku itu, maka strategi, metode, media pembelajaran dapat

dipergunakan secara lebih efektif.

6. Tugas yang penting bagi guru dalam melakukan pendekatan kepada

peserta didik adalah menjadikan peserta didik mampu mengembangkan

keyakinan dan penghargaan terhadap dirinya sendiri, serta membangkitkan

kecintaan terhadap belajar secara berangsur-angsur dalam diri peserta

didik.

7. Pembelajaran harus sesuai konsep HMM (Harkat dan Martabat Manusia).

Antara guru dan peserta didik terjalin hubungan yang menimbulkan situasi

pendidikan yang dilandasi dua pilar kewibawaan dan kewiyataan.

Pengaruh guru terhadap peserta didik didasarkan pada konformitas

internalisasi.

14

Page 16: Makalah Etika Profesi Keguruan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman/ aturan-aturan/

norma-norma tingkah laku yang harus ditaati dan diikuti oleh para guru

profesional di Indonesia dalam tugasnya sehari-hari.

2. Butir pertama menjelaskan bahwa guru membimbing anak didiknya

dengan seutuhnya, yaitu manusia yang sehat jasmani, rohani dan memiliki

kemampuan intelektual maupun sosial. Serta guru membimbing anak didik

agar menjadi manusia yang ber-Pancasila, yaitu manusia yang menjunjung

tinggi asas Pancasila dalam kehidupan sehari-harinya.

3. Dari Kode Etik Guru Indonesia pada butir pertama dapat dijumpai

beberapa penyimpangan yang dilakukan guru, yaitu berupa ketidakjujuran,

keberpihakan, dan kriminalitas.

B. Saran

1. Guru yang ada di Indonesia sudah sebaiknya berpedoman pada Kode Etik

Guru Indonesia yang telah disepakati bersama. Seluruh butir yang ada

sudah selayaknya menjadi pedoman dalam menjalankan tugasnya dan

sebisa mungkin menghindari penyimpangan-penyimpangan yang mungkin

terjadi.

2. Pemerintah sudah saatnya memperhatikan profesi guru melalui upaya-

upaya yang dapat mensejahterakan guru. Di sisi lain, pemerintah harus

bertindak tegas terhadap guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia.

3. Masyarakat hendaknya menjadi pihak yang ikut mengawasi jalannya tugas

guru dan mendukung kebijakan pemerintah berkaitan dengan penerapan

Kode Etik Guru Indonesia demi terwujudnya pendidikan yang berkualitas

di Indonesia.

15

Page 17: Makalah Etika Profesi Keguruan

DAFTAR PUSTAKA

Natawidjaja, Rochman dan Moh. Surya. 1985. Buku Materi Pokok Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan, Modul 1-3. Jakarta: Universitas Terbuka.

Purwanto, Ngalim. 1995. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutomo, dkk. 1997. Profesi Kependidikan. Semarang: CV IKIP Semarang Press.

Winaputra, Udin S. 2014. “Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam Konteks Kurikulum 2013”. Jurnal PPKn, Vol. 2, No.1, Januari 2014.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

16