20
Keperawatan Muskulo Page 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tulang mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai penunjang jaringan tubuh, pelindung organ tubuh, memungkinkan gerakan dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan garam miner namun fungsi tersebut biasa saja hilang dengan terjatuh, benturan atau kecelakaan. Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (20 2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karenake aan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannyaa remaja atau dewasa muda. Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis fraktur transversal dan kerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras disertai dengan penghimpitan tulan mengakibatkan garis fraktur kominutif diikuti dengan kerusakan jaringan lunak yang leb Trauma tidak langsung mengakibatkan fraktur terletak jauh dari titik trauma dan jaring sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada olahragawan, penari dan tentara pulaterjadi fraktur pada tibia, fibula atau metatarsal yang disebabkan oleh karena trauma yang berulang. Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang seperti atau pada penyakitPaget dengan energi yang minimal saja akan mengakibatkan fraktur. Se pada orang normalhal tersebut belum tentu menimbulkan fraktur Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fra radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang. Dalam penang masih banyak masyarakat yang berobat ke alternatif, akan tetapi kenyataannya tidak sem orang berhasil dengan pengobatn alternatif tersebut sehingga mengakibatkan keadaan yan lebih buruk atau terjadinya komplikasi seperti mual unioun, non union ataupun delayed pada akhirnya keadaan tersebut mendorong orang untuk berobat ke RS.

Makalah Fix

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Tulang mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai penunjang jaringan tubuh, pelindung

organ tubuh, memungkinkan gerakan dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan garam mineral, namun fungsi tersebut biasa saja hilang dengan terjatuh, benturan atau kecelakaan. Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusatpusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (20002010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karenakecelak aan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannyaadalah remaja atau dewasa muda. Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis fraktur transversal dan kerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras disertai dengan penghimpitan tulang akan mengakibatkan garis fraktur kominutif diikuti dengan kerusakan jaringan lunak yang lebih luas. Trauma tidak langsung mengakibatkan fraktur terletak jauh dari titik trauma dan jaringan sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada olahragawan, penari dan tentara dapat pulaterjadi fraktur pada tibia, fibula atau metatarsal yang disebabkan oleh karena trauma yang berulang. Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang seperti. tumor atau pada penyakitPaget dengan energi yang minimal saja akan mengakibatkan fraktur. Sedang pada orang normalhal tersebut belum tentu menimbulkan fraktur Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang. Dalam penanganannya masih banyak masyarakat yang berobat ke alternatif, akan tetapi kenyataannya tidak semua orang berhasil dengan pengobatn alternatif tersebut sehingga mengakibatkan keadaan yang yang lebih buruk atau terjadinya komplikasi seperti mual unioun, non union ataupun delayed union, pada akhirnya keadaan tersebut mendorong orang untuk berobat ke RS.Keperawatan Muskulo Page 1

1.2

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah konsep fraktur antebrachii 2. Bagaimanakah asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien dengan fraktur antebrachii?

1.3

TUJUAN

1. Tujuan Umum Untuk mendapat pengalaman nyata tentang asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur fraktur antebrachii. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian b. Mampu merumuskan data yang menunjang c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan d. Mampu memprioritaskan diagnosa keperawatan e. Mampu menyusun rencana keperawatan untuk masing-masing diagnosa keperawatan f. Mampu melaksanakan intervensi dan evaluasi keperawatan pada klien g. Mampu mengindentifikasai faktor penghambat dan faktor penunjang dalam melaksanakan asuhan keperawatan h. Mampu mengidentifikasi dalam pemberian penyelesaian masalah (solusi)

1.4

MANFAAT

Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan fraktur fraktur antebrachii.

Keperawatan Muskulo

Page 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya

tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang.

Fraktur radius-ulna adalah terputusnya hubungan tulang radius dan ulna yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah baik trauma langsung ataupun trauma tidakn langsung. Pada trauma tidak langsung, daya pemuntir (biasanya jatuh pada tangan) menimbulkan fraktur spiral dengan kedua tulang patah pada tingkat yang berbeda. Pukulan langsung atau daya tekukan menyebabkan fraktur melintang kedua tulang pada tingkat yang sama. Pukulan langsung atau daya tekukan menyebabkan fraktur melintang kedua tulang pada tingkat yang sama. Deform itas rotasi tambahan dapat menimbulkan oleh tarikan otot-otot yang melekat pada radius. Otot tersebut adalah biseps dan otot supinator pada sepertiga bagian atas, pronator teres pada sepertiga pertengahan, dan pronator quadrates pada sepertiga pertengahan, dan pronator quadrates pada sepertiga bagian bawah. Perdarahan dan pembengkakan kompartemen otot pada lengan bawah dapat menyebabkan gangguan peredaran darah.

2.2

Klasifikasi

Menurut Mansjoer (2000), ada empat jenis fraktur antebrachii yang khas beserta penyebabnya yaitu : 1. Fraktur Colles Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi). 2. Fraktur Smith

Keperawatan Muskulo

Page 3

Fraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular. 3. Fraktur Galeazzi Fraktur Galeazzi merupakan fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi. 4. Fraktur Montegia Fraktur monteggia adalah terputusnya hubungan sepertiga bagian proksimal ulna dan dislokasi kaput radius disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal yang disebabkan oleh cedera akibat jatuhatau karena trauma langsung.

3.3

Patofisiologi Apabila tulang hidup normal mendapat tekanan yang berlebihan, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan tersebut mengakibatkan jaringan tidak mampu menahan kekuatan yang mengenainya. Maka tulang menjadi patah sehingga tulang yang mengalami fraktur akan terjadi perubahan posisi tulang, kerusakan hebat pada struktur jaringan lunak dan jaringan disekitarnya yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan persyarafan yang mengelilinginya (Long, B.C, 1996). Periosteum akan terkelupas dari tulang dan robek dari sisi yang berlawanan pada tempat terjadinya trauma. Ruptur pembuluh darah didalam fraktur, maka akan timbul nyeri. Tulang pada permukaan fraktur yang tidak mendapat persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua millimeter. Setelah fraktur lengkap, fragmen-fragmen biasanya akan bergeser, sebagian oleha karena kekuatan cidera dan bias juga gaya berat dan tarikan otot yang melekat. Fraktur dapat tertarik dan terpisah atau dapat tumpang tindih akibat spasme otot, sehingga terjadi pemendekkan tulang (Apley, 1995), dan akan menimbulkan derik atau krepitasi karena adanya gesekan antara fragmen tulang yang patah (Long, B.C, 1996).

Keperawatan Muskulo

Page 4

3.4

Manifestasi Klinis

Berikut adalah manifestasi klinik dari fraktur antebrachii menurut Mansjoer (2000) : 1. Fraktur Colles a. Fraktur metafisis distal radius dengan jarak _+ 2,5 cm dari permukaan sendi distal radius b. Dislokasi fragmen distalnya ke arah posterior/dorsal c. Subluksasi sendi radioulnar distal d. Avulsi prosesus stiloideus ulna. 2. Fraktur Smith Penonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal di sisi volar pergelangan, dan deviasi ke radial (garden spade deformity). 3. Fraktur Galeazzi Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna. 4. Fraktur Montegia Terdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang terjadi mendorong ulna ke arah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi, gaya mendorong dari depan ke arah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasi ke posterior.

3.5

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi. Lihat kesegarisan antara kondilus medialis, kaput radius, dan pertengahan radius. Pemeriksaan penunjang menurut (Doenges, 2000) adalah : 1. Pemeriksaan rontgen 2. Scan CT/MRI 3. Kreatinin 4. Hitung darah lengkap 5. Arteriogram

Keperawatan Muskulo

Page 5

3.6

Penatalaksanaan 1. Fraktur Colles Pada fraktur Colles tanpa dislokasi hanya diperlukan imobilisasi dengan pemasangan gips sirkular di bawah siku selama 4 minggu. Bila disertai dislokasi diperlukan tindakan reposisi tertutup. Dilakukan dorsofleksi fragmen distal, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi, deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah pronasio (untuk mengoreksi supinasi). Imobilisasi dilakukan selama 4 6 minggu. 2. Fraktur Smith Dilakukan reposisi dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi ulnar, dan supinasi maksimal (kebalikan posisi Colles). Lalu diimobilisasi dengan gips di atas siku selama 4 6 minggu. 3. Fraktur Galeazzi Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral untuk dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi. 4. Fraktur Montegia Dilakukan reposisi tertutup. Asisten memegang lengan atas, penolong melakukan tarikan lengan bawah ke distal, kemudian diputar ke arah supinasi penuh. Setelah itu, dengan jari kepala radius dicoba ditekan ke tempat semula. Imobilisasi gips sirkuler dilakukan di atas siku dengan posisi siku fleksi 90 dan posisi lengan bawah supinasi penuh. Bila gagal, dilakukan reposisi terbuka dengan pemasangan fiksasi interna (plate-screw).

Berikut adalah penatalaksanaan fraktur antebrachii menurut Mansjoer (2000) :

3.7

Komplikasi

Menurut Long (2000), komplikasi fraktur dibagi menjadi : 1. Immediate complication yaitu komplikasi awal dengan gejala. a. Syok neurogenik b. Kerusakan organ syaraf 2. Early complication. a. Kerusakan arteri b. Infeksi c. Sindrom kompartemen d. Nekrosa vaskulereKeperawatan Muskulo Page 6

e. Syok hipovolemik 3. Late complication a. Mal union b. Non union c. Delayed union 3.8 WOC

Keperawatan Muskulo

Page 7

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN

3.1

Pengkajian 1. Identitas klien : meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang di gunakan, satus perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no register, tanggal dan jam masuk rumah sakit(MRS), dan diagnosis medis. Pada umumnya, Keluhan utama pada kasus fraktur radius-ulna adalah nyeri, bersifat menusuk,dan menggunakan metodePQRS unruk mengkajinya. a. Proovoking Incident: Hal yang menjadi presipitasi nyeri adalah trauma karena lengan bawah dalam keadaan Outstretched, sendi siku dalam posisi ekstensi, dan lengan bawah dalam posisi supinasi. b. Quality of pain : Klien merasakan nyeri yang bersifat menusuk. c. Region, Radiation, Relief : Nyeri terjadi di lengan bawah,bisa reda dangan mobilisasi atau istirahat dan tidak bisa menjalar tau menyebar. d. Severity(Scale)of pain: Secara subjectif, klien merasakan nyeri dengan skala 2-4 pada rentang 0-4. e. Time : Berapa lama nyeri berlangsung,kapan,apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari. 2. Riwayat penyakit sekarang Pengkajian yang didapat adalah adanya riwayat trauma pada lengan bawah atau adanya trauma jatuh dengan posisi outstretched. 3. Riwayat penyakit dahulu Pengkajian yang didapat adalah dapat mengetahui penyebab fraktur dan penyakit apa yang dapat menyebabkan tulang sulit menyambung. 4. Riwayat penyakit keluarga Riwayat penyakit dari keluarga : diabetes, osteoporosis yang terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik. 5. Riwayat psikososial spirtual Mengkaji emosi klien terhadap penyakit yang diderita,meliputi peran klien di keluarga dan masyarakat di dehidupan sehari-hari.

Keperawatan Muskulo

Page 8

3.2

Pemeriksaan fisik.

Ada dua macam pemeriksaan fisik secara umum (general) dan pemeriksaan setempat (lokal). Keadaan Umum a. Kesadaran klien : apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis b. Keadaan penyakit: akut, kronis, ringan, sedang, berat c. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan local Review of system (ROS) 1. B1(breathing) : Didapatkan bahwa klien fraktur radius ulna tidak mengalami kelainan pernapasan 2. B2(blood) : Inspeksi: tidak ada iktus jantung, Palpasi: nadi meningkat, iktus tidak teraba, Auskultasi : suara S1 dan S2 tunggal, tidak murmur 3. B3(brain) : Tingkat kesadaran, biasanya kompos mentis. Kepala : tidak gangguan, normosefalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak sakit kepala Leher :simetris, tidak menonjol, adanya reflek menelan Wajah : terlihat manahan sakit dan tidak ada perubahan Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal dan tidak lesi serta nyeri tekan Hidung : tidak ada deformitas dan pernapasan cuping hidung Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak pendarahan, mukusa mulut tidak pucat. Pemeriksaan fungsi serebral, Status mental : Observasi penampilan dan tinggkah laku klien Pemeriksaan saraf kranial: a. Saraf I, Pada klien fraktur radius ulna, fungsi saraf tidak ada kelainan b. Saraf II, Setelah dilakukan tes,pengelihatan dalam kondisi normal. c. Saraf III,IV,dan VI. Biasanya tidak mengalami gangguan mengangkat kelopak mata dan pupil isokor. d. Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah dan bisanya reflek kornea tidak ada kelainan. e. Saraf VII, Persepsi pencegahan dalam batas normal dan wajah. f. Saraf VIII, Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.Keperawatan Muskulo Page 9

g. Saraf IX dan X, Kemampuan menelan baik. h. Saraf XI, Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. i. Saraf XII, Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, indra pengecap normal. Pemeriksaan reflek, biasanya tidak didapatkan reflek reflek patologis. Pemeriksaan sensorik, biasanya fungsi sensorik tidak ada fasikulasi.Indra pengecapan normal. 4. B4(Bladder). Kaji keadaan urine yang meliputi warna,jumlah,dan karakteristik urin/berat jenis urin. 5. B5(Bowel) Inspeksi abdomen:bentuk datar,simetris,tidak ada hernia. Palpasi: turgor baik Perkusi: suara timpani Auskultasi: peristaltik usus normal 20kali/menit Inguinal genitalia-anus: tidak ada hernia,pembesaran limfe. 6. B6(bone).adanya fraktur pada radius ulna akan mengganggu secara lokal. a. Look.pada sistem integumen terdapat eritema,suhu disekitar daerah trauma meningkat, bengkak, edama b. Feel.kaji adanya nyeri tekan (tenderness) dan krepitasi pada daerah lengan bawah. c. Move.setelah dilakukan pemeriksaan feel,pemeriksaan dilanjutkan dengan

menggerakkan ekstremitas,kemudian mencatat keluhan nyeri pada pergerakkan. d. Pola aktivitas.Karena timbulnyeri,gerak menjadi terbatas. e. Pola tidur dan istirahat,semua klien fraktur merasakan nyeri dan geraknya terbatas sehingga dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. 3.3 Pemeriksaan laboratorium : 1. Klasium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang. 2. Fosfatase alkali meningkat pada tulang yang rusak dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang. 3. Enzim otot seperti kreatinin kinase,laktat dehidrogenase (LDH-5),aspartat amino transferase (AST),dan aldolase meningkatkan pada tahap penyembuhan tulang.Keperawatan Muskulo Page 10

3.4 3.5

Analisa Data Diagnosis keperawatan :

1. Nyeri 2. Hambatan mobilitas fisik 3. Defisit perawatan diri 4. Resiko tinggi trauma 5. Resiko tinggi infeksi 6. Kerusakan integritas fisik 7. Ansietas 3.6 Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, kompresi saraf, cedera neuromuscular,trauma jaringan, dan reflex spasme otot sekunder Tujuan : Nyeri berkurang, hilang atau teratasi

Kriteria Hasil : Secara subjektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi, mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri Klien tidak gelisah Skala nyeri 0 1 atau teratasi Intervensi MANDIRI 1. Kaji nyeri dengan skala 0 4 Rasional Nyeri merupakan respons subjektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera

2. Atur imobilisasi pada lengan bawah

Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsure utama penyebab nyeri pada lengan bawah

Keperawatan Muskulo

Page 11

3. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus

Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih, dan berbaring lama.

4. Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasive

Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya efektif dalam mengurangi nyeri

5. Ajarkan relaksasi: teknik-teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri. Tingkatkan relaksasi masase 6. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut

Teknik ini akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan O2 pada jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang

Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal-hal yang menyenangkan

KOLABORASI 7. Kolaborasi tindakan operatif untuk klien fraktur Monteggia Operasi terbuka dengan fiksasi internal yang rigid harus segera dilakukan pada orang dewasa yang mengalami semua jenis fraktur Monteggia karena fraktur ini juga mengenai sendi siku sehingga perlu dilakukan mobilisasi secepatnya.

8. Kolaborasi pemasangan gips untuk klien fraktur diafisis

Pengobatan fraktur yang tidak bergeser berupa pemasangan gips di atas siku dengan meletakkan lengan bawah dalam posisi pronasi pada fraktur 1/3 distal, posisi netral pada fraktur 1/3 tengah, dan pada fraktur 1/3proksimal dengan pemasangan gips diatas siku dalam posisi supinasi.

Keperawatan Muskulo

Page 12

9. Kolaborasi reposisi dan imobilisasi dengan fiksasi K-Wire untuk klien fraktur Galeazzi

Reposisi secara akurat dan mobilisasi segera harus dilakukan pada fraktur Galeazzi karena bagian distal mengalami dislokasi. Dengan reposisi yang akurat dan cepat dislokasi semdi ulna distal juga tereposisi dengan sendirinya.

10. Kolaborasi pemasangan traksi untuk klien fraktur Smith

Fraktur Smith tanpa pergeseran diobati dengan menggunakan traksi dan dapat juga dilakukan pemasangan gips sirkuler di bawah siku, lengan bawah dalam keadaan pronasi, deviasi ulna, serta fleksi

11. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik

Analgesic memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang, nyeri sekunder akibat pergerakan fragmen tulang. Tujuan : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya

Kriteria Hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan Tidak mengalami kontraktur sendi Kekuatan otot bertambah Klien menunjukkan kegiatan untuk meningkatkan mobilitas Intervensi MANDIRI 1. Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik. 2. Atur posisi imobilisasi pada lengan bawahKeperawatan Muskulo

Rasional

Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas

Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulangPage 13

yang menjadi unsure utama penyebab nyeri pada lengan bawah 3. Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit 4. Bantu klien melakukan latihan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi KOLABORASI 5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk melatih fisik klien Kemampuan mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan. Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampuan

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, penurunan kekuatan lengan bawah Tujuan : Perawatan diri klien dapat terpenuhi

Kriteria hasil : Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri Dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kemampuan Mengidentifikasi individu / masyarakat yang dapat membantu Intervensi 1. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0 4 untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari 2. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu Hal tersebut dilakukan untuk mencegah frustasi dan menjaga harga diri klien karena klien dalam keadaan cemas dan membutuhkan bantuan orang lain 3. Rencanakan tindakan untukKeperawatan Muskulo

Rasional Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan untuk kebutuhan individual

Klien akan lebih mudah mengambilPage 14

mengurangi pergerakan pada sisi lengan yang sakit, seperti menempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat yang berlawanan dengan sisi yang sakit 4. Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkan klien untuk minum dan meningkatkan latihan.

peralatan yang diperlukan karena lebih dekat dengan lengan yang sehat

Meningkatkan latihan dapat mencegah konstipasi

4. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik Tujuan : Resiko trauma tidak terjadi

Kriteria Hasil : Klien mau berpartisipasi dalam pencegahan trauma Intervensi MANDIRI 1. Pertahankan imobilisasi pada lengan bawah Meminimalkan rangsang nyeri akibat gesekan antara fragmen tulang dan jaringan lunak disekitarnya 2. Bila klien menggunakan gips, pantau adanya penekanan setempat dan sirkulasi perifer 3. Bila terpasang bebat, sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut untuk mempertahankan posisi yang netral 4. Evaluasi bebat terhadap resolusi edema KOLABORASIKeperawatan Muskulo Page 15

Rasional

Mendeteksi dan menilai secara dini adanya gangguan sirkulasi pada bagian distal lengan bawah Mencegah perubahan posisi dengan tetap mempertahankan kenyamanan dan keamanan

Bila fase edema telah lewat, kemungkinan bebat longgar dapat terjadi

5. Kolaborasi pemberian obat antibiotic

Antibiotic bersifat bakterisidat/bakteriostatik untuk membunuh atau menghambat perkembangan kuman

6. Evaluasi tanda / gejala perluasan cedera ringan (peradangan local/sistemik, seperti peningkatan nyeri, edema dan demam)

Menilai perkembangan masalah klien

5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya port de entre luka operasi di lengan bawah. Tujuan : infeksi tidak terjadi selama perawatan Klien mengenal faktor faktor resiko Mengenal tindakan pencegahan/ mengurangi faktor resiko infeksi Menunjukkan / mendemonstrasikan teknik-teknik untuk meningkatkan lingkungan yang aman Intervensi MANDIRI 1. Kaji dan pantau luka operasi setiap hari Mendeteksi secara dini gejala-gejala inflamasi yang mungkin timbul secara sekunder akibat adanya luka pascaoperasi 2. Lakukan perawatan luka secara steril 3. Pantau atau batasi kunjungan Teknik perawatan luka secara steril dapat mengurangi kontaminasi kuman Mengurangi resiko kontak infeksi dari orang lain 4. Bantu perawatan diri dan keterbatasan aktivitas sesuaiKeperawatan Muskulo

Kriteria Hasil : -

Rasional

Menunjukkan kemampuan secara umum, kekuatan otot, dan merangsangPage 16

toleransi. Bantu program latihan KOLABORASI 5. Berikan antibiotic sesuai indikasi

pengembalian system imun

Satu atau beberapa agens diberikan yang tergantung pada sifat pathogen dan infeksi yang terjadi

6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, akan menjalani operasi, status ekonomi dan perubahan fungsi peran. Tujuan : ansietas hilang atau berkurang

Kriteria Hasil : Klien mengenal perasaannya Dapat mengidentifikasi penyebab / faktor yang mempengaruhinya Menyatakan ansietas berkurang atau hilang Intervensi 1. Kaji tanda verbal dan nonverbal ansietas Rasional Reaksi verbal / nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi marah dan gelisah. 2. Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerjasama, dan mungkin memperlambat penyembuhan 3. Mulai lakukan tindakan untuk mengurangi ansietas. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat 4. Tingkatkan control sensasi klien Kontrol sensasi klien dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan penghargaan terhadap sumber koping positif, membantu latihan relaksasi dan teknik pengalihan 5. Orientasikan klien terhadapKeperawatan Muskulo

Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu

Orientasi tahap-tahap prosedur operasiPage 17

tahap-tahap prosedur operasi dan aktivitas yang diharapkan 6. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan ansietasnya

dapat mengurangi ansietas

Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan

7. Berikan privasi klien dan orang terdekat

Member waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan ansietas, dan perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman yang dipilih klien untuk melakukan aktivitas dan pengalihan perhatian

Keperawatan Muskulo

Page 18

BAB 4 PENUTUP

4.1

Kesimpulan Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya

tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang. Ada empat jenis fraktur antebrachii yang khas beserta penyebabnya yaitu Fraktur Colles adalah ketika paasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi), tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar , Fraktur Smith adalah fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture fraktur ini biasa terjadi pada orang muda passien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. , Fraktur Galeazzi adalah fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi, Fraktur Montegia adalah fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal. Terjadi karena trauma langsung. 4.2 Saran Mahasiswa keperawatan sebaiknya dapat memahami tentang konsep fraktur antebrachii, bagaimana cara perawatan yang benar pada pasien fraktur antebrachii. Dapat memahami masalah keperawatan apa saja yang dapat terjadi pada pasien dengan fraktur antebrachii.

Keperawatan Muskulo

Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Doenges.

2001.

Rencana

Asuhan

Keperawatan

Pedoman

untuk

Perencanaan

dan

Pemdokumentasian Perawatan pasien, Edisi III. EGC : Jakarta. Long, B.C, 2000. Perawatan Medikal Bedah, Edisi VII. Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran:Bandung Mansjoer, A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III. Jilid II. Media Aesculapius : Jakarta

Keperawatan Muskulo

Page 20