Upload
citra-dwi-cahya
View
64
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Penemuan Mayat Lelaki yang Sudah Busuk Di Sungai
Citra P D C 102010307
B5
3 Desember 2013
Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat korespondensi :
Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl.Terusan arjuna no.6 Jakarta Barat 11510
PENDAHULUAN
Ilmu Kedokteran Forensik adalah salah satu cabang spesialistik yang mempelajari
pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan. Ilmu
kedokteran forensik telah dikenal sejak zaman Babilonia, yang mencatat ketentuan bahwa
dokter saat itu mempunyai kewajiban untuk memberi kesembuhan bagi para pasiennya
dengan ketentuan ganti rugi bila hal itu tidak dicapai.
Dalam perkembangannya lebih lanjut, ternyata ilmu kedokteran forensik tidak
semata-mata bermanfaat dalam urusan penegakan hukum dan keadilan di lingkup pengadilan
saja,tetapi juga bermanfaat dalam segi kehidupan bermasyarakat lain. Untuk dapat memberi
bantuan yang maksimal bagi pelbagai keperluan tersebut di atas, seorang dokter dituntut
untuk dapat memanfaatkan ilmu kedokteran yang dimilikinya secara optimal.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai dokter yang diminta untuk membantu dalam
pemeriksaan kedokteran forensik oleh penyidik, dokter tersebut dituntut oleh undang-undang
untuk melakukannya dengan sejujur-jujurnya serta menggunakan pengetahuan yang sebaik-
baiknya.
Oleh karena itu, dalam bidang ini dipelajari tata laksana mediko-legal, tanatologi,
traumatologi, toksikologi, teknik pemeriksaan dan segala sesuatu yang terkait, agar semua
1 |forensic
dokter dalam memenuhi kewajibannya membantu penyidik, dapat benar-benar memanfaatkan
segala pengetahuan kedokterannya untuk kepentingan peradilan sera kepentingan lain yang
bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.
Skenario Kasus
Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam
keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang di
bagian bawahnya digulung hingga setengan tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju
(yang kemudian diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya
terikat ke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun
leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun
masih dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan
pembuluh darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan
dan kiri yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.
Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah 2 km. TKP adalah suatu
daerah perbukitan yang berhutan cukup lebat.
Pembahasan Kasus
A. Perkiraan Kronologis Kasus
Ketika perjalan menuju ladang, pak purwadi di datangi beberapa orang yang
langsung saja melakukan penganiayaan pada pak purwadi dengan menggunakan
beberapa senjata tajam. Pak purwadi melakukan perlawanan dan melarikan diri ke
hutan tetapi pak purwadi terkejar dan tertangkap oleh para tersangka. Saat tertangkap
itu terjadi lagi perkelahian dan penganiayaan yang mengakibatkan terjadi luka di
tungkai bawah dan ketiak pak purwadi sehingga terjadi perdarahan massif pada pak
purwadi. Kemudian pak purwadi di dorong ke jurang lalu pak purwadi jatuh ke
sungai yang penuh dengan bebatuan yang banyak dan di penuhi ranting-ranting
pohon mengakibatkan pak purwadi terjerat oleh bajunya sendiri.
B. Aspek Hukum
Aspek hukum yang terkait dalam kasus pembunuhan atau penganiayaan yang
menyebabkan kematian adalah sebagai berikut.
I. Pasal 338 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam
karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
2 |forensic
II. Pasal 339 KUHP
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan
pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau
mempermudah pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri mupun
peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk
memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum,
diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,
paling lama dua puluh tahun.
III. Pasal 340 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu
merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan
rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima tahun.
IV. Pasal 354 KUHP
Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam,
karena melakukan penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama
delapan tahun.
Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana paling
lama sepuluh tahun
V. Pasal 355 KUHP
Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu,
diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.1
C. Prosedur Medikolegal
I. Penemuan
Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan
dalam keadaan mati oleh warga masyarakat atau orang yang melihat dan
menemukan.
II. Pelaporan
Dilakukan oleh orang yang menemukan ke pihak yang berwajib, contohnya
kepolisian RI.
III. Penyelidikan
3 |forensic
Dilakukan oleh penyelidik yang menindak-lanjuti suatu pelaporan, untuk
mengetahui apakah benar ada kejadian pembunuhan seperti yang dilaporkan.
IV. Penyidikan
Dilakukan oleh penyidik. Penyidikan merupakan tindak lanjut setelah
diketahui benar-benar telah terjadi pembunuhan pada kasus ini. Penyidik dapat
meminta bantuan seorang ahli. Dalam kasus pembunuhan yang mengenai
tubuh manusia, maka penyidik dapat meminta bantuan dokter untuk dilakukan
penanganan dan penyidikan dengan kedokteran forensik. Penyidik wajib
meminta sacara resmi kepada kedokteran forewnsik untuk melakukan
pemeriksaan atas korban.
1. Pemberkasan perkara
Dilakukan oleh penyidik, menghimpun semua hasil penyidikannya,
termasuk hasil pemeriksaan kedokteran forensic yang dimintakan kepada
dokter. Kemudian hasil berkas perkara ini akan diteruskan ke penuntut
umum.
2. Penuntutan
Dilakukan oleh penuntut umum di sidang pengadilan setelah berkas
perkara yang lengkap diajukan ke pengadilan.
3. Persidangan
4. Persidangan pengadilan dipimpin oleh hakim atau majelis hakim.
Dilakukan pemeriksaan terhadap terdakwa pembunuhan, para saksi dan
juga para ahli. Dan sebaiknya dokter atau pemeriksa korban dapat di
hadirkan di siding pengadilan ini sebagai saksi ahli.
5. Putusan pengadilan
6. Vonis dijatuhkan oleh hakim dengan ketentuan :
Keyakinan pada diri hakim bahwa memang telah terjadi suatu
pembunuhan di kasus ini dan terdakwa memang bersalah melakukan
tindak pidana tersebut. Kayakinan hakim ini harus ditunjang oleh
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah. 1
D. Interpretasi Temuan
Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan
dalam keadaan mati tertelungkup. Lehernya terikat lengan baju (yang kemudian
4 |forensic
diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat ke
sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun leher
memang terjerat oleh baju tersebut.
Keterangan ini menggambarkan keadaan korban yang seolah-olah mati
disebabkan karena gantung diri dengan posisi gantung berbaring tertelungkup.
Namun, masih dijumpai adanya satu luka terbuka ,tepi rata, kedua sudut
lancip, bila dasar otot dirapatkan luka membentuk garis sepanjang 7 cm, di daerah
ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus yang memiliki
ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam dan beberapa luka terbuka di
daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan
akibat kekerasan tajam.
Temuan ini menyingkirkan bahwa korban mati bunuh diri. Karena luka yang
ditemukan merupakan tanda bukti korban penganiayaan orang lain terhadap
korban yang diduga sekaligus pelaku pembunuhan. Temuan nomor satu hanya
manipulasi dari pelaku agar orang menduga korban mati bunuh diri.
Putusnya pembuluh darah ketiak merupakan mekanisme dari kematian korban,
karena pembuluh darah ketiak merupakan salah satu pembuluh darah besar dari
bagian tubuh di daerah aksila (ketiak). Dimana kekerasan tajamlah yang
menyebabkan putusnya pembuluh darah berupa luka bacok. Luka berupa bacokan
memiliki ciri-ciri, yaitu terbuka ,tepi rata, kedua sudut lancip, bila dasar otot
dirapatkan luka membentuk garis sepanjang 7 cm .
Tiga luka terbuka di daerah tungkai bawah kiri dan satu luka terbuka di tungkai
bawah kanan yang juga memiliki ciri-ciri yang sesuai akibat benda tajam
memungkinkan bahwa korban sempat melakukan perlawanan dengan kakinya
sehingga kaki ikut terluka oleh benda tajam tersebut dan menimbulkan luka sayat.
Luka berbentuk sayatan tersebut memiliki ciri-ciri, yaitu kedua sudut lancip dan
relatif superfisial, bentuk garis lurus, tak ada lecet atau memar di sekitar luka, tepi
dinding rata, folikel rambut terpotong, serta tidak ada jembatan jaringan. Dan
terdapat memar di bahu kanan depan dan batang hidung sebelah kiri.
Ia mengenakan kaos oblong warna putih, ga ada merek. Baju luar lengan
panjang, warna biru polos, tidak ada merek juga. Celana panjang warna coklat
tidak bermerek, dengan dua saku di bagian belakang. Di saku kiri belakang
ditemui dompet beserta ktp.
5 |forensic
Diduga korban adalah warga pedesaan yang sedang berjalan menuju ladangnya.
Karena kebiasaan masyarakat di pedesaan setiap kali berjalan menuju ladangnya
sering menggulung celananya dan membuka baju kemudian disandangkan di
bahu. Mungkin keadaan demikian membuatnya nyaman dan tidak gerah.
Tubuh mayat tersebut telah membusuk
Diduga korban telah meninggal lebih dari 24 jam yang lalu. Kelompok kami
sepakat 24 jam yang lalu mengingat suhu di daerah pegunungan yang dingin,
sehingga memungkinkan pembusukan mayat berlangsung lebih lama dari daerah
yang panas.
Rumah terdekat dari TKP adalah kira-kira 2 km. TKP adalah daerah suatu
perbukitan yang berhutan cukup lebat.
Keterangan ini memperkuat asumsi bahwa pembunuhan berlangsung di tempat
tersebut karena letaknya jauh dari pemukiman sehingga memberi kesempatan
serta memudahkan pelaku untuk melakukan tindak kejahatan tersebut.
E. Identifikasi Forensik
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menemukan identitas seseorang. Identitas seseorang
dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif. 2
Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode identifikasi sidik
jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan, identifikasi medik, pemeriksaan gigi,
dan pemeriksaan serologi, Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode DNA.
a. Pemeriksaan sidik jari
Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data
sidik jari ante mortem. Setelah mengambil sidik jari jenazah (cap) hasil kita
berikan kepada pihak yang berwajib.
b. Metode visual
Jenazah pak Purwadi sudah membusuk, maka metode ini kurang efektif
dilakukan, karena metode visual hanya efektif apabila didapatkan jenazah
yang belum mebusuk.
c. Pemeriksaan dokumen
6 |forensic
Ditemukannya dompet ataupun dokumen dan kartu identifikasi lainnya
pada pakaian korban.
d. Pemeriksaan pakaian dan perhiasan
Dari pakaian dan perhiasan yang dipakai jenazah, mungkin dapat
diketahi merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang
semuanya dapat membantu identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan
pada jenazah tersebut. Pada pemeriksaan didapatkan mayat berpakaian:
- Atas: kaos dalam (oblong) berwarna putih tanpa merek ukuran L yang
berlumuran darah di bagian dada dan perut kiri tubuh korban.
- Bawah: celana panjang kain berwarna hitam tidak bermerek dengan dua
buah saku di bagian belakang dan satu buah saku masing-masing pada
bagian kanan dan kiri yang dibagian bawahnya digulung hingga setengah
tungkai bawahnya.
- Celana dalam berwarna putih dengan karet berwarna abu-abu pada
pinggang dengan tulisan Rider berwarna hitam. Celana dalam ini sedikit
berlumuran darah pada bagian depan atas sebelah kiri
e. Pemeriksaan serologik
Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan golongan darah
jenazah. Pemeriksaan golongan darah yang telah membusuk dapat dilakukan
dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang. 2
F. Tanatologi
Aspek tanatologi pada kasus ini, yaitu:
Tubuh mayat ditemukan telah membusuk, sehingga perkiraan saat kematian
korban lebih dari 24 jam karena pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam
pasca mati. Pembusukan ini awalnya berupa warna kehijauan pada perut
kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan
bakteri serta terletak dekat dinding perut. Warna kehijauan ini disebabkan oleh
terbentuknya sulf-met-hemoglobin. Secara bertahap warna kehijauan ini akan
menyebar ke seluruh tubuh, dan bau busuk pun akan tercium.3
7 |forensic
Ditemukan lebam mayat tetap pada bagian dada dan perut karena korban
diketemukan dalam keadaan tertelungkup sebab setelah kematian klinis, maka
eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat gaya tarik bumi (gravitasi).
Lebam mayat yang tetap ini dikarenakan bertimbunnya sel-sel darah dalam
jumlah yang cukup banyak, sehingga sulit berpindah lagi, dan kekakuan otot-
otot dinding pembuluh darah ikut mempersulit perpindahan tersebut. Dan
lebam mayat yang menetap ini akan terjadi setelah 8-12 jam pasca kematian.
Pada korban juga terdapat penurunan suhu tubuh (algor mortis).
Pada korban tidak diketemukan kaku mayat (rigor mortis) karena korban
sudah meninggal kira-kira 24 jam, sedangkan kaku mayat akan timbul dan
menjadi lengkap pada 12 jam pertama, kemudian menetap selama 12 jam dan
akan menghilang dalam urutan yang sama.
Sebab Kematian
Cedera/luka akibat kekerasan benda tajam dan perdarahan massif di ketiak korban.
Cara Kematian
Pada kasus ini, cara kematian korban adalah tidak wajar, dengan dugaan pembunuhan
oleh seseorang di hutan dengan menggunakan kekerasan tajam. Hal ini juga
berdasarkan hasil temuan pada korban, yaitu ditemukan tanda-tanda kekerasan, yaitu
luka terbuka pada bagian ketiak dan luka benda tajam pada kedua tungkai bawah.
Mekanisme Kematian
Perdarahan masif karena putusnya pembuluh darah ketiak kiri akibat kekerasan benda tajam yang diterima korban.
G. Pemeriksaan Medis
Pemeriksaan Luar
1. Label mayat: sehelai karton berwarna merah muda dengan materai lak merah,
terikat pada ibu jari kaki kanan mayat.
2. Tutup mayat: -
3. Bungkus mayat: -
4. Pakaian:
Korban menggunakan kaos dalam (oblong) berwarna putih tanpa
merek ukuran L yang berlumuran darah di bagian dada dan perut kiri tubuh
korban dan celana panjang kain berwarna hitam tidak bermerek dengan dua
8 |forensic
buah saku di bagian belakang dan satu buah saku masing-masing pada bagian
kanan dan kiri yang dibagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai
bawahnya. Pada bagian depan atas celana terdapat bercak darah, serta celana
dalam berwarna putih dengan karet berwarna abu-abu pada pinggang dengan
tulisan Rider berwarna hitam. Celana dalam ini sedikit berlumuran darah pada
bagian depan atas sebelah kiri. Lehernya terikat lengan baju dan ujung lengan
baju lainnya terikat ke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm.
1. Perhiasan: tidak ditemukan
2. Benda di samping mayat: pohon perdu setinggi 60 cm dan bebatuan
3. Tanda kematian
Lebam mayat
Dilakukan pencatatan letak dan distribusi lebam. Pada kasus ini korban
ditemukan dalam posisi tertelungkup, sehingga lebam mayat akan
ditemukan pada bagian perut dan dada korban. Dan lebam mayat tidak
hilang pada penekanan dan tidak dapat berpindah. Lebam mayat biasanya
mulai tampak 20-30 menit paska mati dan akan menetap 8-12 jam.
Kaku mayat
Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis,dan
distribusinya dimulai dari kepala ke kaki. Setelah mati klinis 12 jam kaku
mayat menjadi lengkap.
Suhu tubuh
Suhu tubuh menurun akibat berhenti nya proses metabolisme , hal ini
dipengaruhi juga oleh suhu lingkungan sekitar korban dan keadaan korban
yang hanya menggunakan kaos dalam.
Pembusukan
Tanda pembusukan tampak pertama kali pada kulit perut sebelah
kanan bawah yang berwarna kehijau-hijauan. Pembusukan baru tampak
kira-kira 24 jam pasca mati. Pada kasus ini telah ditemukan adanya
pembusukan, jadi perkiraan saat kematian pada korban ini adalah lebih
dari 24 jam.
4. Identifikasi umum:
Jenis Kelamin : Laki-laki
9 |forensic
Bangsa : Indonesia
Ras : Jawa
Umur : 42 tahun
Warna Kulit : sawo matang
Keadaan gizi : cukup
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 60 kg
5. Identifikasi khusus:
Tattoo : -
Jaringan parut : -
Anomali : -
6. Pemeriksaan rambut: hitam dan keriting tipis.
7. Pemeriksaan mata: tertutup, tidak ada gambaran perbendungan mata dan tidak ada
bintik-bintik perdarahan pada konjungtiva bulbi dan palpebra.
8. Pemeriksaan daun telinga dan hidung: tidak terdapat busa/cairan dan darah.
9. Pemeriksaan terhadap daerah wajah: terdapat luka lecet jenis tekan atau geser dan
luka memar pada bagian pipi akibat dari perlawanan pasien.
10. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan: tidak ada kelainan.
11. Tanda kekerasan yang didapat
Luka akibat Kekerasan Benda Tajam
Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini
adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang
bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga keeping kaca,
gelas, logam, sembilu bahkan tepi kertas atau rumput.3
Gambaran umum luka yang diakibatkannya adalah tepi dan dinding luka yang
rata, berbentuk garism tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis
atau titik.3
Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka irirs atau luka sayat,
luka tusuk dan luka bacok.3
Selain gambaran umum luka tersebut di atas, luka iris atau sayat dan luka
bacok mempunyai kedua sudut luka lancip dan dalam luka tidak melebihi panjang
luka. Sudut luka yang lancip dapat terjadi dua kali pada tempat yang berdekatan
akibat pergeseran senjata sewaktu ditarik atau akibat bergeraknya korban. Bila
dibarengi gerak memutar, dapat menghasilkan luka yang tidak selalu berupa garis.
10 |forensic
Pada luka tusuk, sudut luka dapat menentukan perkiraan benda penyebabnya,
apakah berupa pisau bermata satu atau bermata dua. Bila satu sudut luka lancip dan
yang lain tumpul, berarti benda penyebabnya adalah benda tajam bermata satu. Bila
kedua sudut luka lancip, luka tersebut dapat diakibatkan oleh benda tajam bermata
dua. Benda tajam bermata satu dapat menimbulkan luka tusuk dengan kedua sudut
luka lancip apabila hanya bagian ujung benda saja yang menyentuh kulit, sehingga
sudut luka dibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya.3
Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak
menunjukkan adanya luka lecet atau luka memar, kecuali bila bagian gagang turut
membentur kulit.3
Pada luka tusuk, panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam
penyebabnya, demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan
panjang benda tajam tersebut. Hal ini disebabkan oleh factor elastisitas jaringan dan
gerakan korban.3
Umumnya, luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan, bunuh
diri atau kecelakaan memiliki ciri-ciri berikut:
Pembunuhan Bunuh Diri Kecelakaan
Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar
Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/banyak
Pakaian Terkena Tidak terkena Terkena
Luka tangkis Ada Tidak ada Tidak ada
Luka percobaan Tidak ada Ada Tidak ada
Cedera sekunder Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada
Ciri-ciri pembunuhan di atas dapat dijumpai pada kasus pembunuhan yang
disertai perkelahian, Tetapi bila tanpa perkelahian maka lokasi luka biasanya pada
daerah fatal dan dapat tunggal.
Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan pada
umumnya ditemukan pada telapak dan punggung tangan, jari-jari tangan, punggung
lengan bawah dan tungkai.3
Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk melihat
interaksi antara pisau-kain-tubuh, yaitu melihat letak/lokasi kelainan, bentuk robekan,
11 |forensic
adanya partikel besi (reaksi biru berlin dilanjutkan dengan pemeriksaan spektroskopi),
serat kain dan pemeriksaan terhadap bercak darahnya.
Bunuh diri yang menggunakan biasanya diarahkan pada tempat yang cepat
mematikan misalnya leher, dada kiri, pergelangan tangan, perut (harakiri) dan lipat
paha. Bunuh diri dengan senjata tajam tentu saja akan menghasilkan luka-luka pada
tempat yang terjangkau oleh tangan korban serta biasanya tidak menembus pakaian
karena umumnya korban menyingkap pakaian terlebih dahulu.
Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh diri yang menggunakan
senjata tajam, sehubungan dengan kondisi kejiwaan korban. Luka percobaan tersebut
dapat berupa luka sayat atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan biasanya sejajar.
Yang dimaksud dengan kecelakaan pada tabel di atas adalah kekerasan tajam
yang terjadi tanpa unsur kesengajaan misalnya kecelakaan industri, kecelakaan pada
kegiatan sehari-hari; sedangkan cedera sekunder adalah cedera yang terjadi bukan
akibat benda tajam penyebab, misalnya luka akibat terjatuh.
Jenis-Jenis Luka
Terdapat beberapa jenis luka yang dapat ditemukan pada tubuh korban seperti
lecet/abrasi, luka lecet tekan, hematom, laserasi, patah tulang rupture abdomen/rongga
thorax, dan perdarahan.
Lecet/abrasi
Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan
benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian
kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal, atau sebaliknya benda tersebut yang
bergerak dan bersentuhan dengan kulit.3
Manfaat interpretasi luka lecet ditinjau dari aspek medikolegal seringkali
diremehkan, padahal pemeriksaan luka lecet yang teliti disertai pemeriksaan di TKP
dapat mengungkapkan peristiwa yang sebenarnya terjadi. Misalnya suatu luka lecet
yang semula diperkirakan sebagai akibat jatuh dan terbentur aspal jalanan atau tanah,
seharusnya dijumpai pula aspal atau debu yang menempel di luka tersebut. Bila
setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti ternyata tidak dijumpai benda asing
tersebut, maka harus timbul pemikiran bahwa luka tersebut bukan terjadi akibat jatuh
ke aspal/tanah, tapi mungkin akibat tindak kekerasan.3
12 |forensic
Luka lecet tekan
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah
jaringan yang lentur, maka bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk
permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan identifikasi benda
penyebab yang mempunyai bentuk yang khas misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas
gigitan, dan sebagainya.3
Gambaran luka lecet tekan yang ditemukan pada mayat adalah daerah kulit
yang kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya
jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca mati.
Hematom
Adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya
kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar
kadangkala member petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya, misalnya jejas ban
yang sebenarnya adalah suatu perdarahan tepi (marginal haemorrhage)
Letak, bentuk dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai factor seperti
besarnya kekerasan, jenis benda penyebab (karet, kayu, besi), kondisi dan jenis
jaringan (jaringan ikat longgar, jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak dan warna
kulit, kerapuhan pembuluh darah, penyakit (hipertensi, penyakit kardio vascular,
diatesis, hemoragik).3
Pada bayi, hematom cenderung lebih mudah terjadi karena sifat kulit yang
longgar dan masih tipisnya jaringan lemak subkutis., demikian pula pada usia lanjut
sehubungan dengan menipisnya jaringan lemak subkutan dan pembuluh darah yang
kurang terlindung.
Akibat gravitasi, lokasi hematom mungkin terletak jauh dari letak benturan,
misanya kekerasan benda tumpul pada dahi menimbulkan hematom palpebra atau
kekerasan benda tumpul pada paha dengan patah tulang paha menimbulkan hematom
pada sisi lain tungkai bawah.
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan
warnanya. Pada saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi
ungu atau hitam, setelah 4 sampai 5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan
berubah menjadi kunin dalam 7 sampai 10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14
sampai 15 hari. Perubahan warna tersebut berlangsung mulai dari tepid an waktunya
dapt bervariasi tergantung derajat dan berbagai factor yang mempengaruhinya.
13 |forensic
Dengan perjalanan waktu, baik pada orang hidup maupun mati, luka memar akan
member gambaran yang makin jelas.
Hematom ante mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian biasanya
akan menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam jaringan sehingga dapat
dibedakan dari lebam mayat dengan melakukan penyayatan kulit. Pada lebam mayat
darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat bila dialiri air,
penampang sayatan akan tampak bersih, sedangkan pada hematom, penampang
sayatan akan berwarna merah kehitaman. Tetapi harus diingan bahwa pada
pembusukan juga terjadi ekstravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan
ini.3
Laserasi
Adalah luka terbuka kekerasan benda tumpul. Bentuk daripada laserasi dapat
menunjukkan sifat benda penyebabnya dan dampak patofisiologi dapat sebagai
sumber perdarahan yang fatal dan menimbulkan suatu infeksi.
Ciri-ciri daripada suatu laserasi adalah tepi/dindin tidak rata, kadang ditemukan
jembatan jaringan, dan lecet mungkin ditemukan di sekitar luka.3
Patah tulang
Bentuk daripada patah tulang dapat menentukan sifat benda penyebab.
Perubahan terjadi berdasarkan waktu. Dampak patofisiologi yang dapat ditimbulkan
oleh patah tulang adalah antara lain, perdarahan, disfungsi, kerusakan jaringan sekitar,
emboli lemak dan sumsum tulang. 3
Cedera kepala
Selain kelainan pada kulit kepala dan patah tulang tengkorak, cedera kepala
dapat pula mengakibatkan perdarahan dalam rongga tengkorak berupa perdarahan
epidural, subdural dan subarakhnois, kerusakan selaput otak dan jaringan otak.
Perdarahan epidural sering terjadi pada usia dewasa sampai usia pertengahan,
dan sering dijumpai pada kekerasan benda tumpul di daerah pelipis (kurang lebih
50%) dan belakang kepala akibat garis paah yang melewati sulcus arteriea meningea
tetapi perdarahan epidural tidak selalu disertai patah tulang.
Perdarahan subdural terjadi karena robeknya sinus, vena jembatan (bridging
vein), arteri basilaris atau berasal dari perdarahan subarachnoid.3
Perdarahan subarakhnois biasanya berasal dari focus kontusio/laserasi jaringan
otak. Perlu diingat bahwa perdarahan ini juga bisa terjadi spontan pada sengatan
matahari (heat stroke), leukemia, tumor, keracunan CO dan penyakit infeksi tertentu.
14 |forensic
Lesi otak tidak selalu terjadi hanya pada daerah benturan (coup), tetapi dapat
terjadi di seberang titik benturan (contre coup) atau di antara keduanya (intermediate
lesion).
Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan :
a) Letak luka: ditemukan adanya satu luka terbuka didaerah ketiak kiri dan
beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri.
b) Jenis luka: luka terbuka yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang
putus dan luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang
memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.
c) Arah luka: melintang
d) Tepi luka: rata dan teratur
e) Sudut luka: kedua sudut luka lancip
f) Dasar luka: dalam luka tidak melebihi panjang luka
g) Ukuran luka: ± 10 cm
12. Pemeriksaan terhadap patah tulang: tidak ada tanda patah tulang
Pemeriksaan Dalam
1. Lidah : tidak ada bekas gigitan dan masih utuh
2. Tonsil : tidak ada kelainan
3. Kerongkongan : tidak ditemukan benda asing
4. Batang tenggorok : tidak ditemukan busa
5. Rawan gondok : terdapat sedikit resapan darah
6. Arteria karotis interna : tidak terdapat kerusakan
7. Kelenjar timus : ditemukan adanya thymic fat body
8. Paru-paru : tidak tampak adanya edema
9. Jantung : sebesar kepalan tangan kanan mayat. Selaput luar tampak
licin, tidak terdapat bintik perdarahan.
10. Aorta thorakalis : tidak ada kelainan
11. Aorta abdominalis: tidak ada kelainan
12. Ginjal:
Bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata dan licin,
berwarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal sebelah kanan sembilan puluh
gram dan yang kiri seratus gram.
13. Hati, kandung empedu, dan pankreas:
15 |forensic
Hati berwarna coklat, permukaan rata, tepi tajam dan perabaan kenyal.
Penampang hati berwarna merah-coklat dan gambaran hati tampak jelas.
Berat hati adalah seribu dua ratus lima puluh gram. Kandung empedu berisi
cairan berwarna hijau coklat, selaput lendir berwarna hijau. Saluran empedu
tidak menunjukkan penyumbatan.
14. Limpa dan kelenjar getah bening:
Limpa penampang berwarna merah hitam dengan gambaran limpa
jelas. Berat limpa seratus sepuluh gram.
15. Lambung dan Usus: lambung selaput lendir berwarna putih dan menunjukkan
lipatan yang biasa , tidak terdapat kelainan. Usus tidak ada kelainan.
16. Otak besar, otak kecil, dan batang otak: tidak ada kelainan
17. Alat kelamin dalam: tidak ada kelainan.3
Pada autopsi semua organ harus diperiksa secara menyeluruh untuk
dapat mengetahui kemungkinan-kemungkinan lain penyebab kematian.
Berdasarkan temuan dari pemeriksaan luar berupa adanya satu luka
terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang
putus, maka kemungkinan sebab kematian korban adalah akibat kekerasan tajam
dan bukan karena akibat penjeratan karena dalam kasus ini tidak ditemukan
adanya tanda-tanda kematian akibat jeratan berupa tanda-tanda asfiksia maupun
resapan darah pada otot-otot leher sebelah dalam. Sedangkan mekanisme
kematian korban adalah syok karena perdarahan masif akibat putusnya pembuluh
darah ketiak kiri.
Visum et Repertum
Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik
yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun
mati, ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di
bawah sumpah untuk kepentingan peradilan. 4
Penegak hukum mengartikan Visum et Repertum sebagai laporan tertulis yang dibuat
dokter berdasarkan sumpah atas permintaan yang berwajib untuk kepentingan peradilan
tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan menurut pengetahuan yang sebaik-
baiknya.
Perbedaan Visum et Repertum dengan Catatan Medis
16 |forensic
Catatan medis adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medis beserta
tindakan pengobatan atau perawatan yang dilakukan oleh dokter.Catatan medis disimpan oleh
dokter atau institusi dan bersifat rahasia, tidak boleh dibuka kecuali dengan izin dari pasien
atau atas kesepakatan sebelumnya misalnya untuk keperluan asuransi.Catatan medis ini
berkaitan dengan rahasia kedokteran dengan sanksi hukum seperti yang terdapat dalam pasal
322 KUHP.4
Sedangkan Visum et Repertum dibuat berdasarkan Undang-Undang yaitu pasal 120,
179 dan 133 KUHAP dan dokter dilindungi dari ancaman membuka rahasia jabatan
meskipun Visum et Repertum dibuat dan dibuka tanpa izin pasien, asalkan ada permintaan
dari penyidik dan digunakan untuk kepentingan peradilan.
Jenis Visum et Repertum
Ada beberapa jenis Visum et Repertum, yaitu:
1. Visum et Repertum Perlukaan atau Keracunan
2. Visum et Repertum Kejahatan Susila
3. Visum et Repertum Jenazah
4. Visum et Repertum Psikiatrik
Tiga jenis visum yang pertama adalah Visum et Repertum mengenai tubuh atau raga
manusia yang berstatus sebagai korban, sedangkan jenis keempat adalah mengenai mental
atau jiwa tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu tindak pidana. Visum et
Repertum perlukaan, kejahatan susila dan keracunan serta Visum et Repertum psikiatri
adalah visum untuk manusia yang masih hidup sedangkan Visum et Repertum jenazah adalah
untuk korban yang sudah meninggal. Keempat jenis visum tersebut dapat dibuat oleh dokter
yang mampu, namun sebaiknya untuk Visum et Repertum psikiatri dibuat oleh dokter
spesialis psikiatri yang bekerja di rumah sakit jiwa atau rumah sakit umum.5
Format Visum et Repertum
Meskipun tidak ada keseragaman format, namun pada umumnya Visum et Repertum
memuat hal-hal sebagai berikut:
Visum et Repertum terbagi dalam 5 bagian:
1. Pembukaan:
* Kata “Pro Justisia” artinya untuk peradilan
* Tidak dikenakan materai
17 |forensic
* Kerahasiaan1
2. Pendahuluan: berisi landasan operasional ialah obyektif administrasi:
* Identitas penyidik (peminta Visum et Repertum, minimal berpangkat Pembantu
Letnan Dua)
* Identitas korban yang diperiksa, kasus dan barang bukti
* Identitas TKP dan saat/sifat peristiwa
* Identitas pemeriksa (Tim Kedokteran Forensik)
* Identitas saat/waktu dan tempat pemeriksaan1
3. Pelaporan/inti isi:
* Dasarnya obyektif medis (tanpa disertai pendapat pemeriksa)
*Semua pemeriksaan medis segala sesuatu/setiap bentuk kelainan yang terlihat dan
diketahui langsung ditulis apa adanya (A-Z)
4. Kesimpulan: landasannya subyektif medis (memuat pendapat pemeriksa sesuai dengan
pengetahuannya) dan hasil pemeriksaan medis (poin 3)
* Ilmu kedokteran forensik
* Tanggung jawab medis
5. Penutup: landasannya Undang-Undang/Peraturan yaitu UU no. 8 tahun 1981 dan LN no.
350 tahun 1937 serta Sumpah Jabatan/Dokter yang berisi kesungguhan dan kejujuran
tentang apa yang diuraikan pemeriksa dalam Visum et Repertum tersebut.5
Kesimpulan
Pada mayat laki-laki ini ditemukan luka terbuka dan pembuluh darah yang putus pada
daerah ketiak kiri dan beberapa luka terbuka pada tungkai bawah kanan dan kiri yang
memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam. Luka pada ketiak kiri
menunjukkan ciri-ciri yang sesuai dengan luka bacok yaitu kedua sudut luka lancip dan
dalamnya luka tidak melebihi panjang luka. Sebab mati orang ini adalah kekerasan tajam
pada ketiak kiri yang menyebabkan terjadinya perdarahan yang banyak sehingga
menimbulkan terjadinya syok dan kematian. Perkiraan saat kematian korban adalah lebih dari
24 jam dikarenakan tubuh korban telah mengalami pembusukan saat ditemukan di TKP.
Visum Et Repertum
Bagian Ilmu Kedokteran ForensikFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no 6 Telp 021 56942061 Jakarta Barat 11470
18 |forensic
Jakarta, 2 Desember 2013PROJUSTITIA
Visum Et Repertum
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, dr.citra , dokter umum pada Bagian Ilmu Forensik
Fakultas Kedokteran Ukrida Jakarta, menerangkan bahwa pada tanggal empat Desember
tahun dua ribu tigabelas, pukul enam belas lewat tiga puluh menit waktu Indonesia bagian
Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Forensik Kedokteran Ukrida telah
melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan adalah:
Nama : Purwadi ----------------------------------------------------------------
Bangsa : Indonesia--------------------------------------------------------------
Jenis Kelamin : Pria----------------------------------------------------------------------
Umur : 42 tahun----------------------------------------------------------------
Tempat Tinggal : Desa Palalangon, Cianjur--------------------------------------------
Pekerjaan : Petani-------------------------------------------------------------------
Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah, dengan materai lak
merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.
Hasil Pemeriksaan
I. Pemeriksaan Luar
1. Mayat terbungkus plastik berwarna hitam. -----------------------------------------
2. Mayat berpakaian sebagai berikut: ---------------------------------------------------
i. Kaos putih polos tanpa merk, kaos berlumuran darah di daerah ketiak sebelah
kiri, sedangkan kaos daerah sebelah kanan, lima sentimeter di bawah jahitan bahu
robek membentuk garis patah melintang.----------------
ii. Celana panjang kain berwarna coklat dengan dua saku di bagian belakang, dan
satu buah saku pada sisi kanan dan kiri, bagian bawah di gulung hingga setengah
tungkai bawah. Pada saku kiri belakang celana panjang korban, ditemukan
dompet yang berisi kartu identitas dan uang berjumlah duapuluh ribu rupiah.
Terdapat bercak darah pada bagian luar atas---------
3. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia, umur kurang lebih empatpuluh
tahun, kulit berwarna sato matang, gizi sedang, panjang badan seratus tujuh puluh
sentimeter dan berat badan enam puluh kilogran, dan zakar disunat.---------------------
4. Terjadi proses pembusukan pada seluruh tubuh korban.--------------------------
19 |forensic
5. Pada tubuh terdapat luka-luka sebagai berikut: ------------------------------------
i. Terdapat memar pada batang hidung kiri----------------------------------------
ii. Terdapat jejas jerat di daerah leher depan,---------------------------------------
iii. Terdapat memar di bahu sebelah kanan,-----------------------------------------
iv. Terdapat luka terbuka di ketiak kiri, tepi rata, kedua sudut lancip, dasar otot bila
dirapatkan akan membentuk garis sepanjang 7 cm, yang memperlihatkan
pembuluh darah ketiak yang putus----------------------------
v. Terdapat 3 luka sayat di tungkai bawah kiri dan 1 luka sayat di tungkai kanan,----
II. Pemeriksaan dalam (bedah jenazah)
1. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat. Selaput luat jantung tampak licin, tidak
terdapat bintik pendarahan. Pada jantung tidak nampak kelainan.----------
2. Paru tidak nampak kelainan.-----------------------------------------------------------
3. Hati, kandung empedu, dan limpa tidak nampak kelainan.-------------------------
4. Lambung dan usus tidak nampak kelainan.-------------------------------------------
5. Ginjal kanan dan kiri tampak rata dan licin, tidak nampak kelainan.-------------
Kesimpulan
Pada mayat laki-laki ini ditemukan luka terbuka pada ketiak kiri yang menunjukan ciri-ciri
yang sesuai dengan tusukan benda tajam.--------------------------------------------
Sebab mati orang ini adalah kekerasan tajam pada ketiak kiri yang memutuskan pembuluh
darah di daerah tersebut yang menyebabkan pendarahan hebat yang berujung pada
kematian.--------------------------------------------------------------------------
Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang
sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP. -------------------
Dokter Pemeriksa,
Dr. Citra
Daftar Pustaka
1. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-undangan
Bidang Kedokteran. Hukum Acara Pidana, Prosedur Medikolegal, dan Kejahatan
terhadap Tubuh dan Jiwa Manusia. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1994.
20 |forensic
2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik FKUI; 1997.
3. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta:
Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 2000.
4. Moore KL, Agur AMR. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002.
5. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam proses
penyidikan. Jakarta: Sangung Seto; 2008.
21 |forensic