23
Fraktur pada Regio Femur Dekstra Ivon Indriyanti Santoso NIM : 102012220. Kelompok : D5 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012, Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510, Telp : 021-56942061, Fax : 021-563173, E-mail : [email protected] Skenario Seorang laki – laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan sangat nyeri pada paha kanannya setelah mengalami kecelakaan sepeda motor 2 jam yang lalu. Menurut warga yang mengantar, saat sedang mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan sedang, pasien ditabrak oleh sepeda motor lain dari arah kanan hingga terjatuh dan terguling ke arah kiri. Pada pemeriksaan fisik, kesadaran compos mentis, tanda – tanda vital dalam batas normal. Status lokalis regio femur dekstra tampak adanya edema, hematom, deformitas, posisi abduksi dan sedikit eksorotasi, palpasi teraba fragmen tulang, nyeri tekan (+), nyeri gerak (+). Pendahuluan Fraktur / patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (trauma). Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat 1

Makalah Fraktur Femur Dextra

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: Makalah Fraktur Femur Dextra

Fraktur pada Regio Femur Dekstra

Ivon Indriyanti Santoso

NIM : 102012220. Kelompok : D5

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012, Jl. Arjuna Utara No.6

Jakarta 11510, Telp : 021-56942061, Fax : 021-563173, E-mail : [email protected]

Skenario

Seorang laki – laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan sangat nyeri

pada paha kanannya setelah mengalami kecelakaan sepeda motor 2 jam yang lalu. Menurut

warga yang mengantar, saat sedang mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan sedang,

pasien ditabrak oleh sepeda motor lain dari arah kanan hingga terjatuh dan terguling ke arah kiri.

Pada pemeriksaan fisik, kesadaran compos mentis, tanda – tanda vital dalam batas normal. Status

lokalis regio femur dekstra tampak adanya edema, hematom, deformitas, posisi abduksi dan

sedikit eksorotasi, palpasi teraba fragmen tulang, nyeri tekan (+), nyeri gerak (+).

Pendahuluan

Fraktur / patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan

yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (trauma). Trauma yang menyebabkan tulang patah

dapat berupa trauma langsung ataupun tidak langsung. Trauma langsung adalah ketika tulang

yang terkena benturan menjadi patah karena benturan tersebut, sedangkan trauma tidak langsung

adalah ketika tulang yang patah bukanlah tulang yang kontak dengan penyebab trauma (misalnya

pada orang yang menumpu tubuh dengan tangan ketika jatuh).1

Akibat dari trauma bermacam – macam tergantung jenis, kekuatan, dan arahnya. Trauma

tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka

terbuka sampai ke tulang, inilah yang disebut dengan patah tulang terbuka (open fracture).

Sedangkan, patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang

disertai luksasi sendi yang disebut dengan fraktur dislokasi.1

1

Page 2: Makalah Fraktur Femur Dextra

Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan

antara seorang dokter dengan pasiennya, yang mempunyai tujuan untuk mengetahui kondisi

pasien dan untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya. Jenis anamnesis

yang dapat dilakukan ialah autoanamnesis dan alloanamnesis. Autoanamnesis dapat dilakukan

jika pasien masi berada dalam keadaan sadar. Sedangkan bila pasien tidak sadar, maka dapat

dilakukan alloanamnesis yang menyertakan kerabat terdekatnya yang mengikuti perjalanan

penyakitnya.2

Anamnesis sendiri terdiri dari beberapa pertanyaan yang dapat mengarahkan kita untuk

dapat mendiagnosa penyakit apa yang diderita oleh pasien. Pertanyaan tersebut meliputi:3

a. Identitas

Menanyakan nama, umur, dan jenis kelamin pemberi informasi (misalnya adalah pasien,

keluarga, dll)

b. Keluhan utama

Pernyataan dalam bahasa pasien tentang permasalahan yang sedang dihadapi yang

membawanya untuk datang berobat ke dokter. Berdasarkan skenario 12, diketahui bahwa

keluhan utama pasien adalah nyeri pada paha kanannya setelah mengalami kecelakaan

sepeda motor 2 jam yang lalu.

c. Riwayat penyakit sekarang (RPS)

Menjelaskan penyakit berdasarkan kualitas, kuantitas, latar belakang, waktu (kapan

penyakitnya dirasakan, faktor – faktor apa yang membuat penyakitnya membaik /

memburuk, apakah keluhan konstan / hilang timbul. Informasi harus dalam susunan yang

kronologis, termasuk test diagnostic yang dilakukan sebelum kunjungan pasien. Riwayat

penyakit dan pemeriksaan apakah ada demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,

mual, muntah, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada

skenario didapatkan status lokalis region femur dekstra tampak adanya edema, hematom,

deformitas, posisi abduksi dan sedikit eksorotasi, palpasi teraba fragmen tulang, terdapat

nyeri tekan dan terdapat nyeri gerak.

2

Page 3: Makalah Fraktur Femur Dextra

d. Riwayat penyakit dahulu (RPD)

Pernahkah pasien mengalami gejala yang sama sebelumnya.

e. Riwayat keluarga

Menanyakan umur, status anggota keluarga ( hidup / meninggal), dan apakah ada

masalah kesehatan pada anggota keluatga.

f. Riwayat psychosocial (sosial)

Stressor (lingkungan kerja / sekolah, tempat tinggal), faktor resiko gaya hidup (makan –

makanan sembarangan / tidak)3

Pemeriksaan Fisik

Konsep dari suatu pemeriksaan secara luas yang diterapkan lebih sedikit daripada

terhadap region anatomis atau sistem tubuh. Hal ini juga dicek paling sedikit setiap hari dan

sering lebih kerap kali pada setiap penderita rumah sakit akut. Banyak situasi memerlukan

pemantauan yang sering terhadap tanda – tanda vital.4

Pengkajian tanda vital (suhu, nadi, pernafasan, dan tekanan darah) adalah tanggung jawab

dasar keperawatan dan merupakan metode yang penting untuk memantau fungsi tubuh yang

vital. Tanda – tanda vital memberi gambaran tentang fungsi organ – organ spesifik terutama

jantung, paru – paru dan juga seluruh sistem tubuh. Perawat mengobservasi tanda – tanda vital

untuk membentuk pengukuran dasar, mengamati kecenderungan, mengidentifikasi masalah

fisiologis dan memantau respons klien terhadap terapi.5

Pada pemeriksaan fisik pula yang umumnya dilakukan ialah antara lain, inspeksi, palpasi

dan auskultasi. Inspeksi dilakukan hanya dengan melihat tubuh pasien secara teliti dan

menyeluruh untuk menemukan kelainan yang Nampak jelas (misalnya benjolkan, bercak –

bercak, dsb) dan kelainan yang tersembunyi (misalnya pucat, fasikulasi). Palpasi dilakukan

dengan meraba tubuh pasien untuk mengetahui adanya nyeri atau nyeri tekan. Pemeriksaan

dimulai dengan penekanan yang ringan dan lembut, lalu dilanjutkan dengan penekanan yang

lebih kuat. Perkusi dilakukan dengan mengketuk – ketuk tubuh pasien dan membandingkan

suara – suara yang terdengar di setiap daerah tubuh pasien. Terakhir, auskultasi dilakukan

dengan menggunakan alat bantu stetoskop untuk mendengarkan suara seperti suara detakan

jantung atau suara saat melakukan inspirasi / ekspirasi.1

3

Page 4: Makalah Fraktur Femur Dextra

Dalam skenario 12 didapatkan tanda – tanda vital pasien dalam keadaan normal, akan

tetapi status lokalis region femur dekstra tampak adanya edema, hematom, deformitas, posisi

abduksi dan sedikit eksorotasi, palpasi teraba fragmen tulang, terdapat nyeri tekan dan terdapat

nyeri gerak.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang dapat membantu dokter untuk

menyingkirkan diagnosis pembanding, untuk menegakkan diagnosis, maupun untuk memilih

terapi yang tepat untuk dijalankan oleh pasien. Dalam memilih pemeriksaan penunjang, dokter

haruslah bijaksana dan haruslah mempertimbangkan berbasgai faktor yang terlibat, selain itu

pemeriksaan penunjang yang akan di jalankan oleh pasien haruslah informative untuk dokter

tersebut. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan oleh pasien tersebut adalah:6,7

1. Rontgen foto rontgen harus memenuhi beberapa syarat:

a. Letak patah tulang di pertengahan foto dan sinar harus menembus tempat ini

secara tegak lurus.

b. Dibuat 2 lembar foto dengan arah yang saling tegak lurus. (AP/ lateral)

c. Pada tulang panjang, persendian proksimal dan distal harus turut difoto.

d. Bila sanksi, buat foto anggota gerak yang sehat sebagai pembanding.

e. Bila tidak diperoleh kepastian adanya kelainan, seperti fisura sebaiknya foto

diulang setelah 1 minggu karena daerah yang retak akan mengalami

hyperemia sehingga terlihat sebagai dekalsifikasi.

2. CT – Scan kepala untuk menghindari keterlambatan penanganan apabila ada

trauma di kepala, pada pasien sebaiknya dilakukan CT – Scan untuk memastikan

benturan yang terjadi tidak sampai menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan.

3. Arteriografi untuk memastikan tidak ada sendi yang rusak.

4. Laboratorium selain ketiga pemeriksaan tersebut, ada pula pemeriksaan

laboratorium yaitu:

a. Kalsium serum dan fosfar serum yang akan meningkat pada tahap

penyembuhan tulang

b. Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukan kegiatan

osteoblastik dalam membentuk tulang

4

Page 5: Makalah Fraktur Femur Dextra

c. Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehidrogenase (LDH – 5), aspartat

amino transferase (AST), aldolase akan meningkat pada tahap penyembuhan

luka

d. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 dapat digunakan mengidentifikasi

kerusakan jaringan lunak6,7

Diagnosis Kerja

Fraktur tertutup regio femur dekstra

Os Femur

Os femur merupakan tulang panjang dalam tubuh yang dibagi atas Caput Corpus dan

Collum dengan ujung distal dan proximal. Tulang ini bersendi dengan acetabulum dalam struktur

persendian panggul dan bersendi dengan tulang tibia pada sendi lutut. Tulang paha atau tungkai

atas merupakan tulang terpanjang dan terbesar pada tubuh yang termasuk seperempat bagian dari

panjang tubuh. Tulang paha terdiri dari 3 bagian yaitu epiphysis proximal, diaphysis, dan

epiphysis distalis.8

Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang. Fraktur dapat berbentuk transversa, obliqe,

atau spiral. Pada fraktur patahan dahal (greenstick), hanya satu sisi tulang yang mengalami

fraktur, sisi lainnya menekuk (biasanya tulang imatur). Pada fraktur komunutif terdapat dua atau

lebih fragmen tulang. Pada fraktur komplikata, beberaapa struktur organ lain juga rusak

(misalnya saraf atau pembuluh darah). Pada fraktur compound, terdapat robekan kulit diatasnya

(atau visera di dekatnya) dengan potensi kontaminasi pada ujung tulang. Fraktur patologis

merupakan fraktur yang terjadi karena kelemahan tulang oleh suatu penyakit, misalnya suatu

metastasis.9

Jenis – jenis fraktur:9,10,11

a. Fraktur tertutup (closed) bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan

dunia luar.

5

Page 6: Makalah Fraktur Femur Dextra

b. Fraktur terbuka (open / compound) bila terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi 3

derajat, yaitu:

i. Derajat I

Luka kurang dari 1 cm

Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk

Fraktur sederhana, tranversal, obliqe atau kumulatif ringan

Kontaminasi ringan

ii. Derajat II

Laserasi lebih dari 1 cm

Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse

Fraktur komuniti sedang

iii. Derajat III terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit,

otot, dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.

IIIA luka lebih dari 10cm, tulang kominutif, otot banyak yang rusak,

kulit masi dapat menutup luka

IIIB kulit tidak dapat menutup luka (skin loss)

c. Fraktur complete dimana patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya

mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal)

d. Fraktur incomplete dimana patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah

tulang9,10,11

Jenis khusus fraktur dibagi menjadi:9,10,11

a. Bentuk garis patah

Garis patah melintang

Garis patah obliqe

Garis patah spiral

Fraktur kompresi

Fraktur avulse

b. Jumlah garis patah

Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan

6

Page 7: Makalah Fraktur Femur Dextra

Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling berhubungan

Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan

c. Bergeser – tidak bergeser

Fraktur tidak bergeser, garis patah komplit, tetapi kedua fragmen tidak bergeser

Fraktur bergeser, terjadi pergesertan fragmen – fragmen fraktur yang juga disebut

lokasi fragmen9,10,11

Patofisiologi

Tulang bersifat selalu rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya tahan pegas

untuk menahan tekanan, tulang yang mengalami fraktur, biasanya diikuti dengan kerusakan

jaringan sekitarnya. Fraktur ini suatu permasalahan yang kompleks karena pada fraktur tersebut

tidak dilukai luka terbuka sehingga dalam meresponi fraktur tersebut perlu pertimbangan dengan

fiksasi yang baik agar tidak timbul komplikasi selama reposisi. Penggunaan fiksasi yang tepat

yaitu dengan internal fiksasi jenis plate dan screw. Dilakukan operasi terhadap tulang ini

bertujuan mengembalikan posisi tulang yang patah ke normal atau posisi tulang sudah dalam

keadaan sejajar sehingga akan terjadi proses penyambungan tulang.11

Tahapan penyembuhan fraktur tulang melalui beberapa tahap antara lain:11

a. Hematoma

i. Tulang patah mengenai pembuluh darah

ii. Terbentuk hematoma di sekitar pepatahan

iii. Hematoma dibentuk jaringan lunak di sekitarnya

7

Page 8: Makalah Fraktur Femur Dextra

iv. Permukaan tulang yang patah tidak mendapat supplay

v. Berlangsung selama 24 jam setelah terjadi perpatahan

b. Proliferasi

i. Sel – sel periosteum dan endosteum paling menonjol pada tahap ini

ii. Proliferasi dari sel – sel dalam periosteum yang menutupi fraktur, sel – sel ini

merupakan tumbuhnya osteoblast

iii. Akan melepaskan unsure – unsure intraseluler dan kemudian menjadi fragmen

lain.

iv. Berlangsung selama 3 – 4 hari

c. Kalsifikasi

i. Jaringan seluler yang keluar dari masing – masing fragmen yang sudah matang

ii. Sel – sel memberi perlengkapan untuk osteoblast

iii. Condoblast membentuk callus yang belum masak dan membentuk jendolan

iv. Ada rigiditas pada fraktur

v. Berlangsung selama 6 – 12 mgg

d. Konsolidasi

i. Callus yang belum masak akan membentuk callus

ii. Berlangsung bertahap dan berubah – ubah

iii. Adanya aktivitas osteoblast menjadi tulang yang lebih kuat dan massa strukturnya

berlapis – lapis

iv. Berlangsung setelah 12 – 14 minggu

e. Remodeling

i. Tulang menyambung atau membentuk baik dari luar maupun dari dalam canalis

medularis

ii. Osteoblast mengabsorbsi pembentukan tulang yang lebih

iii. Berlangsung selama 24 minggu sampai 1 tahun11

8

Page 9: Makalah Fraktur Femur Dextra

Tahapan / proses penyembuhan jaringan lunak antara lain:11

a. Peradangan

Siklus perlukaan menyebabkan reaksi dari jaringan mengakibatkan merusak sel

karena trauma, infeksi, ischemia sekunder atau agen fisik

Reaksi radang untuk memulai proses healing, tetapi proses healing tidak terjadi

sampai reaksi peradangan reda

Dengan dimulainya respon peradangan maka siklus perlukaan telah terlihat

Dalam persendian dan struktur peri artikuler reaksi jaringan mengarah kepada

reaksi yang berlebihan, synovial menjadi hipertensi, kadang hematrosis dan

akhirnya proses ini tidak terlewati akan terjadi degenerasi

Jaringan lunak lainnya reaksi salah satunya adalah oedem dan kadang disertai

hemorage

Perubahan ini membuat peradangna mengarah pada nyeri dan protektif spastic

9

Page 10: Makalah Fraktur Femur Dextra

b. Pembekuan

Dengan adanya luka yang diikuti pendarahan dan vasokonstriksi pada pembuluh

darah, mekanisme pembekuan biasanya selesai selama 5 menit tetapi dapat

memakan 24 sampai 38 jam

Tromboplastin (plasma protein) menjadi thrombin dibantu enzim trombo plastin

dan lonca thrombin serta fibrinogen bergabung membentuk fibrin yang akhirnya

fibrin bersama platelest menjadi bekuan darah

c. Reconstitution of community

Dengan istirahat dan terapi yang adekuat akan mempercepat penanganan sehingga

respon penyembuhan dapat terjadi

Berpengaruh terhadap perbaikan, regenerasi, hypertrophy, pengurangan nyeri,

pengembalian ROM, menjadikan jaringan normal, perbaikan kekuatan, perbaikan

gerakan normal11

Gejala klinis

Gejala klinis fraktur adalah didapatkan adanya riwayat trauma, hilangnya fungsi, tanda –

tanda inflamasi yang berupa nyeri akut dan berat, pembengkakan local, merah / perubahan

warna, dan panas pada daerah tulang yang patah. Selain itu ditandai juga dengan deformitas,

dapat berupa angulasi, rotasi, atau pemendekan, serta krepitasi. Apabila fraktur terjadi pada

ekstremitas atau persendian, maka akan ditemui keterbatasan LGS (lingkup gerak sendi).

Pseudoartrosis dan gerakan abnormal.7

10

Page 11: Makalah Fraktur Femur Dextra

Adanya fraktur tulang menimbulkan tanda – tanda seperti berikut:7

a. Angulasi

b. Rotasi

c. Pemendekan (shortening)

d. False movement

Selain itu ada juga tanda – tanda yang tidak pasti, yakni oedem, nyeri (nyeri gerak dan nyeri

sumbu), dan memar. Ketika dilakukan pemeriksaan fisik perabaan di bagian fraktur, pasien

dengan sengaja atau tidak sengaja menggerakan bagian yang fraktur akan terdapat

krepitasi.1,7

Etiologi dan Epidemiologi

Dimana kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya trauma

rata – rata setiap penduduk. Penduduk Amerika Serikat juga mengalami trauma dan 50%

memerlukan tindakan medis, 3.6 juta (12%) membutuhkan perawatan tumah sakit didapatkan

300 juta orang diantaranya menderita kecacatan yang menetap (1%) dan 8.7 juta orang menderita

kecacatan sementara (30%). Sedangkan di Indonesia tercatat kurang lebih 12.000 orang

pertahunnya mengalami kecelakaan lalu lintas. Dilihat dari banyaknya kecelakaan sebagai

akibatnya selain kematian adalah kondisi patah tulang atau fraktur.11

Penatalaksanaan

Perlu diketahui bahwa pada dasarnya yang harus diperhatikan dalam menangani patah

tulang adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan

mempertahankan posisi itu selama proses penyembuhan patah tulang (imobilisasi).1,7

Reposisi tidak harus sempurna, karena tulang memiliki kemampuan menyesuaikan

bentuknya kembali seperti bentuk semula (proses remodeling). Kelayakan reposisi dinilai dari

angulasi seminimum mungkin (20 – 30 derajat masing dapat diremodelling), rotasi seminimum

mungkin (tidak dapat dikoreksi oleh remodeling), dan pemendekan seminimum mungkin.1,7

11

Page 12: Makalah Fraktur Femur Dextra

Medica Mentosa

Nyeri yang seringkali timbul akibat fraktur dapat diberikan parasetamol 500mg hingga

dosis maksimum 3000mg per hari, bila respon tidak kuat dapat ditambahkan kodein 10mg.

langkah selanjutnya adalah dengan menggunakan NSAIDs seperti ibuprofen 400mg 3x sehari.

Pada keadaan sangat nyeri (terutama bila terdapat osteoporosis) berikan kalsitonin 50 – 100 IU

subkutan malam hari. Golongan narkotik hendaknya dihindari karena dapat menyebabkan

delirium. 1,7

Tatalaksana terhadap infeksi dapat menggunakan antimikroba, dimana antimikroba harus

dapat menembus tulang, nontoksik, mudah didapat, dan murah. Antimikroba harus dipilih

berdasarkan kemungkinan bakteri yang menyebabkan (dibuktikan secara in – vitro) atau sesuai

kebutuhan pasien. Direkomendasikan pemberian IV selama setidaknya 2 minggu pertama.1,7

Non Medica Mentosa

1. Perawatan tertutup biasanya jarang diindikasikan untuk fracture batang femur pada orang

dewasa. Bentuk yang paling efektif dalam perawatan ini adalah traksi skeletal selama 2 – 3

bulan, diikuti balutan eksternal dan balutan penyangga (brace). Posisi yang baik mungkin

sulit untuk dipertahankan, dan seringkali ditemukan kekakuan sendi. Fraktur femur distal

lebih cocok menggunakan metode gips – penyangga. Setelah 6 minggu ditraksi, pasien dapat

menggunakan gips kaki panjang berengsel untuk dapat melakukan pergerakan dini.1,7

2. Perawatan operatif kebanyakan menggunakan pen intrameduler yang memungkinkan

mobilisasi pasien, reposisi yang lebih anatomis, peningkatan fungsi genu dengan mengurangi

waktu traksi, dan mengurangi biaya rumah sakit.1,7

Dapat dilakukan dengan cara:1,7

a. Memasukkan nail dari area fraktur ke fragmen proksima, kemudian mereposisi area

fraktur tersebut sehingga nail masuk ke frakmen distal. Metode ini menyebabkan

hilangnya banyak darah. Sedangkan metode lain adalah dengan mereposisi fraktur

dengan manupulasi tertutup di atas meja fraktur di bawah kontrol fluoroskopi.1,7

12

Page 13: Makalah Fraktur Femur Dextra

b. Menginsisi proksimal trochanter major, dan memasukkan nail melalui lubang trochanter

ke canalis medularis. Metode ini mengurangi resiko infeksi dan non – union dengan

mengurangi jumlah jaringan lunak yang dibuka dan membiarkan lokasi fraktur tetap

tertutup. Apabila fraktur kominutif atau tidak stabil (misalnya fraktur batang femur

distal), dapat dipergunakan interlocking nails yang dikombinasi dengan pelat untuk

netralisasi posisi. Pen boleh dilepaskan setelah 1 – 1.5 tahun. Namun fiksasi eksternal

tidak sufisien untuk mengendalikan posisi fraktur yang mendapat tarikan yang besar dari

otot atau pada fraktur yang tidak stabil. Fiksasi dengan pelat biasanya hanya digunakan

untuk keadaan tertentu misalnya lempeng epifiseal yang masi terbuka, fraktur collum

femur ipsilateral, dan untuk mengkoreksi osteotomi.1,7

Komplikasi

Komplikasi yang mungkin dapat terjadi akibat fraktur tersebut ialah:1,7

1. Cedera pembuluh darah dan saraf

2. Delayed – union, mal – union, non – union

a. Non – union lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma

kecepatan tinggi dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak diantara fragmen.

Fraktur yang tidak menyatu memerlukan bone grafting dan fiksasi interna

b. Mal – union disebabkan oleh abductor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi

antagonis pada fragmen atas untuk abductor dan fragmen distal untuk aduktor.

Deformitas varus diakibatkan oleh kombinasi gaya ini.

3. Pseudoarthrosis non – union yang disebabkan sendi yang salah

4. Osteomyelitis

5. Emboli lemak

6. Infeksi

7. Sindrom kompartemen perharikan pada siang malam hari pertama pascaceder atau

pascabedah, yakni terdapat rasa sakit pada saat istirahat, parestesia karena rangsangan

saraf perasa, pucat karena iskemia, paresis atau paralisis akibat gangguan saraf motorik

dan denyut nadi tidak teraba. Selain itu terdapat juga jari – jari dalam posisi fleksi,

gangguan diskriminasi 2 titik, dan tekanan intrakompartemen yang tinggi.1,7

13

Page 14: Makalah Fraktur Femur Dextra

Komplikasi yang mungkin terjadi apabila ada kesalahan tatalaksana adalah:1,7

1. Infeksi pascabedah

2. Delayed – union, mal – union, non – union

3. Refraktur

4. Cedera neurovascular

5. Resiko operasi kedua untuk melepas alat fiksasi

Prognosis dan pencegahan

Usia tua juga mempengaruhi prognosisnya karena semakin tua usia, proses penyembuhan

akan semakin lambat dan tidak se – efektif pada usia muda. Dan apabila tatalaksananya tepat,

maka prognosisnya baik. Bila terjadi emboli lemak, maka prognosisnya buruk.

Pencegahan dapat melakukan olahraga yang teratur, jangan sampai terjadi kecelakaan

yang dapat menyebabkan fraktur, dan bisa ditambah dengan mengkonsumsi suplemen calcium.

Kesimpulan

Pasien mengalami fraktur tertutup incomplete pada regio femur dekstra. Penanganan

fraktur terutama perlu memperhatikan prinsip reposisi dan imobilisasi supaya fungsi bagian yang

patah dapat menyambung kembali dan berfungsi dengan baik, dan debridement merupakan

langkah awal yang sangat penting dalam penanganan fraktur.

14

Page 15: Makalah Fraktur Femur Dextra

Daftar Pustaka

1. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku – ajar ilmu bedah. Edisi ke – 2. Jakarta: EGC;

2004.h.840 – 54.

2. Supartondo, Setiyohadi B. Buku ajar ilmu penyakit dalam: Anamnesis. Edisi ke – 5.

Vol.1. Jakarta : Interna Publishing. 2009.h.25 – 7.

3. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005.h. 12 –

52.

4. Janice L, Willms, Henry S. Paula S, Algranti. Diagnosis fisik. Jakarta: EGC; 2003.h.50.

5. Morton PG. Penduan pemeriksaan kesehatan dengan dokumentasi soapie. Edisi ke – 2.

Jakarta: EGC; 2003.h. 56.

6. Ekayuda I. Trauma skelet. In: Sjahriar Rasad. Radiologi diagnostik. Edisi ke – 2. Jakarta:

Badan Penerbit FKUI; 2011.h.31 – 2

7. Sabiston DC. Sabiston textbook of sugery : the biological basis of modern surgical

practice. 19th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier; 2012.p. 441, 480 – 91.

8. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemila. Jakarta: EGC; 2003.h.146 – 8.

9. Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medical bedah dari Brunner & Suddarth.

Edisi ke – 8. Jakarta: EGC; 2001.h.373 – 87.

10. Patel PR. Radiologi. Edisi ke – 2. Jakarta: Erlangga; 2006.h.222 – 3.

11. Brinker. Review of orthopaedic trauma. Pennsylvannia: Saunders Company; 2001.p.127

– 35.

15