makalah ggk interna.docx

  • Upload
    tika

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGIkterus adalah suatu keadaan dimana plasma, kulit dan selaput lendirmenjadi kuning diakibatkan pewarnaan berlebihan oleh pigmen empedu. Ikterusmerupakan gejala yang sering ditemukan dan timbul akibat gangguan ekskresibilirubin.Untuk pendekatan terhadap pasien ikterus, perlu ditinjau kembalipatofisiologis terjadinya peninggian bilirubin indirek atau direk. Pada kebanyakanpasien ikterus, dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti ditambahdengan pemeriksaan labolatorium yang sederhana, diagnosis sudah dapatditegakkan. Namun tidak jarang diagnosis pasti sulit untuk ditetapkan, sehinggaperlu dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti radiografi danpemeriksaan lanjutan lainnya.Pada saat ini ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang sangat bergunadalam mendiagnosa pasien ikterus. Cara ini tidak invasif dan dapat dilakukandengan segera serta dapat membedakan ikterus karena sumbatan ekstrahepatikdengan ikterus intrahepatik, yaitu dengan terlihatnya pelebaran saluran empedu.Pada obstruksi ekstrahepatik pemeriksaan ultrasonografi dapat mendiagnosa letaksumbatan dan sekitar 40% kasus dapat ditentukan penyebab sumbatan. Hal inisebaiknya dilakukan secepatnya agar jika diperlukan tindakan bedah dapat segeradilakukan tanpa menunggu waktu lama.Dengan organisasi yang baik dalam suatu rumah sakit dengan fasilitaspemeriksaan yang cukup, waktu yang diperlukan untuk menegakkan diagnosispasti seyogyanya tidak melebihi satu minggu. Oleh karena itu perlu sekali suatuperencanaan pemeriksaan yang terarah dan baik.

BAB IITINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN GAGAL GINJAL KRONIKGagal ginjal kronik adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus menerus. Gagal ginjal kronik dapat timbul dari hampir semua penyakit. (Elizabeth J. Corwin, 2001)5Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan irreversibel (Arif Mansjoer, 1999).8Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut (Slamet Suyono, 2001).10

B. ANATOMI DAN FUNGSI GINJALa. Anatomi Ginjal.

Secara normal, manusia memiliki dua ginjal ( ginjal kanan dan kiri ) setiap ginjal memiliki panjang 12 cm, lebar 7 cm, dan tebal maksimum 2,5 cm, dan terletak pada bagian belakang abdomen, posterior terhadap peritoneum, pada cekungan yang berjalan disepanjang sisi corpus vertebrae. Lemak perinefrik adalah lemak yang melapisi ginjal. Ginjal kanan terletak agak lebih rendah dari pada ginjal kiri karena adanya hepar pada sisi kanan. Sebuah glandula adrenalis terletak pada bagian atas setiap ginjal.Struktur ginjal meliputi, kapsula fibrosa pada bagian luar, korteks adalah bagian ginjal yang pucat dan berbercak-bercak oleh glomerulus, medula yaitu bagian ginjal yang berwarna gelap dan bergaris terdiri dari sejumlah papilla renalis yang menonjol kedalam pelvis, dan pembesaran pada ujung atas ureter. Setiap ginjal dibentuk oleh sekitar satu juta nefron. Nefron adalah unit struktural dan fungsional ginjal. Setiap nefron terdiri dari tubulus renalis, glomerulus, dan pembuluh darah yang menyertainya. Setiap tubulus renalis adalah tabung panjang yang bengkok, dilapisi oleh selapis sel kuboid. Tubulus renalis dimulai sebagai kapsula bowman, mangkuk berlapis ganda yang menutupi glomerulus, terpuntir sendiri membentuk tubulus kontortus proksimal, berjalan dari korteks ke medula dan kembali lagi, membentuk ansa henle, terpuntir sendiri kembali membentuk tubulus kontortus distal. Dan berakhir dengan memasuki duktus koligentes. Setiap duktus koligentes berjalan melalui medula ginjal, bergabung dengan duktus koligentes dari nefron lain. Dan mereka membuka bersama pada permukaan papila renalis didalam pelvis ureter.b. FungsiGinjal1) Pengaturan cairan tubuh dan mengontrol keseimbangan asam basa.2) Ekskresi produk akhir metabolisme.3) Memproduksi Hormon.Selain fungsinya sebagai pengendali keseimbangan air dan kimia tubuh, ginjal menghasilkan renin dan eritropitin. Renin diproduksi oleh sel-sel tertentu dalam dinding arteriol yang dilalui darah menuju glomerulus. Renin disekresi bila tekanan darah sangat menurun sehingga jumlah darah yang melewati ginjal tidak cukup. Hormon ini meningkatkan tekanan darah. Hormon lain yang disekresi ginjal adalah eritropoetin. Eritropoeitin disekresi oleh ginjal sebagai respon terhadap penurunan tekanan oksigen normal. Hormon ini merangsang pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang dan meningkatkan jumlah darah yang tersedia untuk pengangkutan oksigen. Fungsi ginjal yang lain memproduksi vitamin D yang aktif secara biologis. (J Gibson, 2001).

C. ETIOLOGI GAGAL GINJAL KRONIKMenurut Price dan Wilson (2005) klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut :91. Penyakit infeksi tubulointerstitial : Pielonefritis kronik atau refluks nefropati2. Penyakit peradangan : Glomerulonefritis3. Penyakit vaskuler hipertensif : Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis maligna, Stenosis arteria renalis4. Gangguan jaringan ikat : Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif5. Gangguan congenital dan herediter : Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal6. Penyakit metabolik: Diabetes mellitus, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis7. Nefropati toksik : Penyalahgunaan analgesi, nefropati timah8. Nefropati obstruktif : Traktus urinarius bagian atas (batu/calculi, neoplasma, fibrosis, retroperitineal), traktus urinarius bawah (hipertropi prostat, striktur uretra, anomaly congenital leher vesika urinaria dan uretra)Menurut Guyton (1997) penyebab GGK adalah :7a. Gangguan Imunologi Glomerulonefritis Poliarteritis Nodusa. Lupus Eritematosus.b. Gangguan Metabolik Diabetes mellitus. Amiloidosis.c. Gangguan Pembuluh Darah Ginjal. Arterosklerosis. Nefrosklerosis.d. Infeksi. Pielonefritis. Tuberkulosis.e. Obstruksi traktur Urinarius. Batu Ginjal Hipertropi Prostat. Konstriksi Uretra.f. Kelainan Kongenital Penyakit polikistik. Tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat kongenital ( hipoksia renalis ).D. PATOFISIOLOGI GAGAL GINJAL KRONIKBerdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab yaitu infeksi, vaskuler, zat toksik, obstruksi saluran kemih yang pada akhirnya akan terjadi kerusakan nefron sehingga menyebabkan penurunan GFR (Glomelular Filtration Rate) dan menyebabkan CKD (cronic kidney disease), yang mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan fungsi non-eksresi. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).3Dari proses sindrom uremia terjadi pruritus, perubahan warna kulit. Sindrom uremia juga bisa menyebabkan asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu menyekresi asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu menyekresi ammonia (NH3-) dan mengapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3-). Penurunan eksresi fosfat dan asam organik yang terjadi, maka mual dan muntah tidak dapat dihindarkan. Sekresi kalsium mengalami penurunan sehingga hiperkalemia, penghantaran listrik dalam jantung terganggu akibatnya terjadi penurunan COP (cardiac output), suplai O2 dalam otak dan jaringan terganggu. Penurunan sekresi eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang menyebabkan produk hemoglobin berkurang dan terjadi anemia sehingga peningkatan oksigen oleh hemoglobin (oksihemoglobin) berkurang maka tubuh akan mengalami keadaan lemas dan tidak bertenaga. Gangguan clerence renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi. Penurunan laju filtrasi glomerulus di deteksi dengan memeriksa clerence kretinin dalam darah yang menunjukkan penurunan clerence kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin serum. Retensi cairan dan natrium dapat megakibatkan edema. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolisme. Kadar kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkat maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal maka meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathhormon dari kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh tidak dapat merspons normal terhadap peningkatan sekresi parathormon sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang.5

E. STADIUM GAGAL GINJAL KRONIKTahap cronic kidney disease (CKD) menurut kidney.org/professionals (2007) dan Kidney.org.uk (2007)adalah :a. Stadium I : kerusakan ginjal dengan GFR normal arau meningkat, GFR > 90 ml/menit/1,73 m.b. Stadium II : penurunan GFR ringan, GFR 60-89 ml/menit/1,73 m.c. Stadium III : penurunan GFR sedang yaitu 30-59 ml/menit/1,73 m.d. Stadium IV : penurunan GFR berat yaitu 15-29 ml/menit/1,73 m.e. Stadium V : gagal ginjal dengan GFR < 15 ml/menit/1,73 m.Tahap cronic kidney disease (CKD) menurut JNC VIIa. Stadium I : Cr > 90 + albumin persisten b. Stadium II :Cr 60 89 + albumin persisten c. Stadium III :Cr 30 59 d. Stadium IV :Cr 15 29 e. Stadium V :Cr < 15

Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate)/CCT (Clearance Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus :Clearance creatinin (ml/menit) = (140-umur) x berat badan (kg) 72 x creatinin serumPada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85Stadium gagal ginjal kronik didasarkan pada tingkat penurunan GFR ,Corwin (2000) meliputi :5a. Penurunan cadangan ginjal : terjadi apabila GFR turun 50 % dari normal.b. Insufisiensi ginjal : terjadi apabila GFR turun menjadi 20 50 % dari normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang diterima.c. Gagal ginjal : terjadi apabila GFR kurang dari 20 % dari normal, semakin banyak nefron yang mati.d. Penyakit ginjal stadium akhir : terjadi apabila GFR menjadi 200 mg/dl ), hiperkalemia ( > 7 mEq/l), asidosis (pH darah)

J. PENCEGAHANPrinsip-prinsip pencegahan penyakit ginjal adalah sebagai berikut12:1. Pada orang dengan ginjal normalPada individu beresiko yaitu ada keluarga yang: berpenyakit ginjal turunan seperti batu ginjal, ginjal polikistik, atau yang berpenyakit umum seperti DM, Hipertensi, Dislipidemia (Cholesterol tinggi), obesitas, Gout. Pada kelompok ini ikuti pedoman yang khusus untuk menghindari penyakit tersebut di atas, sekali-kali kontrol periksa ke dokter atau laboratorium.Individu tanpa resiko (hidup sehat), pahami tanda-tanda sakit ginjal seperti: BAK terganggu, nyeri pinggang, bengkak mata/kaki, infeksi di luar ginjal (leher dan tenggorokan) kemudian berobat/kontrol untuk menghindari fase kronik/berkepanjangan.2. Pada orang dengan ginjal terganggu ringan/sedang.Hati-hati dengan obat rematik, antibiotik tertentu, infeksi harus segera diobati, hindari kekurangan cairan dan kontrol secara periodik.

3. Ginjal terganggu berat/terminalTerapi pengganti ginjal (renal replacement treatment).

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULAN Cronic Renal Failure atau gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahanka nmetabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, yang menyebabkan uremia (retensi uretra dan sampah nitrogen lain dalamdarah)Penyebab dari gagal ginjal kronis yaitu diabetes mellitus, glomeronefritis, hipertensi, yang tidakterkontrol, pielonefritis, obstruksi traktus urinarius, lesi herediter seperti penyakit ginjal polikistik, gangguan faskuler, infeksi, medikasi ataua gentoksi. Lingkungan dan agen berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal kronis mencakup timah kadar natrium, merkuri dan kromium.

DAFTAR PUSTAKA

1. H. M. Syarfuliah Noer dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Balai Penerbit FK UI Jakarta, 1996.2. Syaifudin. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta : 1997.3. Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3 Volume 8. Jakarta : EGC4. Carpenito, Lynda Juall. 2001. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.Edisi 2, Jakarta ; EGC5. Corwin, Elizabeth. J. 2000. Buku Saku Phatofisiologi. Jakarta ; EGC6. Doengoes, E. Marylinn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi I, FKUI : Media Aesculapius7. Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC8. Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3. Volume II. Jakarta : Media Aesculapius9. Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiologi. Jakarta : EGC10. JNC 8 (Join National Commite).amerika serikat.2013.11. Suyono, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta : FK12. Tim dokter RS Mediros. Konsultasi Mencegah Gagal Ginjal. Didapat dari www.sinarharapan.co.id . 2005.13. Anonymous. Gagal Ginjal Kronik. Didapat dari www.medicastore.google.com. 2004.

1