Upload
hafiz-ingin-berubah
View
112
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi
krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar. Keperawatan kritis merupakan
salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani respon
manusia terhadap masalah yang mengancam hidup. Seorang perawat kritis adalah
perawat profesional yang bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis dan akut
beserta keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan yang optimal.
Perawat ruang intensif/kritis harus memberikan pelayanan keperawatan yang
mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal keperawatan yang mencerminkan
pemahaman akan aspek etika dan legal kesehatan. Perawat ruang kritis harus bekerja
sesuai dengan aturan yang ada (standar rumah sakit/standar pelayanan maupun asuhan
keperawatan). Etik ditujukan untuk mengukur perilaku yang diharapkan dari manusia
sehingga jika manusia tersebut merupakan suatu kelompok tertentu atau profesi tertentu
seperti profesi keperawatan, maka aturannya merupakan suatu kesepakatan dari kelompok
tersebut yang disebut kode etik.
Status pekerjaan sebagai seorang perawat rumah sakit ataupun bagian dari staf
paramedik tidak membuat perawat bisa menghindari tanggung jawab dan kewajiban
mematuhi hukum dalam setiap tindakan/pelayanan keperawatan yang dilakukan.
Kumpulan hukum/peraturan keperawatan yang telah dikembangkan dikenal sebagai
standar pelayanan keperawatan. Standar pelayanan keperawatan ditentukan dengan
pengambilan keputusan atas tindakan profesional yang paling tepat dilakukan untuk
mengatasi masalah yang ada.
Perkembangan yang pesat di bidang teknologi dan pelayanan kesehatan cukup
berkontribusi dalam membuat orang tidak lagi dirawat dalam jangka waktu lama di rumah
sakit. Pasien yang berada di unit perawatan kritis dikatakan lebih sakit dibanding
sebelumnya. Sekarang ini banyak pasien yang dirawat di unit kritis untuk waktu 5 tahun
sudah dapat menjalani rawat jalan di rumah masing-masing. Pasien unit kritis yang ada
sekarang ini tidak mungkin bertahan hidup di masa lalu dikarenakan buruknya sistem
perawatan kritis yang ada. Sudah direncanakan di beberapa rumah sakit akan adanya unit
kritis yang lebih besar dan kemungkinan mendapatkan pelayanan perawatan kritis di
rumah atau tempat-tempat alternatif lainnya. Perawat kritis harus tetap memantau
Keperawatan Gawat Darurat 1
informasi terbaru dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki untuk mengelola
metode dan teknologi perawatan terbaru. Seiring dengan perkembangan perawatan yang
dilakukan pada pasien semakin kompleks dan banyaknya metode ataupun teknologi
perawatan baru yang diperkenalkan, perawat kritis dipandang perlu untuk selalu
meningkatkan pengetahuannya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pendekatan keperawatan kritis Pada bayi dan anak ?
Bagaimana pendekatan keperawatan kritis Pada Remaja?
Bagaimana pendekatan keperawatan kritis Pada wanita hamil ?
Bagaimana pendekatan keperawatan kritis Pada lansia ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Keperawatan kritis berdasarkan usia
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk pendekatan keperawatan kritis Pada bayi dan anak
Untuk pendekatan keperawatan kritis Pada Remaja
Untuk pendekatan keperawatan kritis Pada wanita hamil
Untuk pendekatan keperawatan kritis Pada lansia
1.4 Manfaat
Mahasiswa dapat menerapkan keperwatan kritis berdasarkan usia dan dapat memhami
keperawatan kritis
Keperawatan Gawat Darurat 2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Bayi dan Anak
Anak-anak merupakan dewasa kecil dari pada memandang anak-anak sebagai
dewasa kecil, lebih baik kita melihat orang dewasa sebagai anak-anak yang besar .
neonates ,bayi, anak-anak ,remaja, dewasa semua memiliki system fisiologik dan
psikososial yang matur. Pengetahuan tentang istem ini sangat penting bagi para
perawat kedaruratan . selain itu , tanpa memandang usia, semua pasien serta anggota
keluarga yang mencari penangannan ke UGD harus ditangani dengan penghargaan
dan berdasarkan asuhan keperawatan yang tepat bagi mereka.
2.1.1Ciri fisiologik dasar yang terdapat pada saluran nafas anak yang mempengaruhi
praktik keperawatan
Karena jalan nafas anak berukuran kecil , saluran ini mudah tersumbah oleh
darah, muntah, atau benda asing. Oleh karena itu, pengkajian dan pembersihan saluran
nafas harus diletakkan sebagai prioritas utama dalam benak perawat kedaruratan
ketika menghadapi pasien pediatric. Jika diperlakukan jalan nafas mekanis, ingat
selalu bahwa daerah kartilago krikoid merupakan bagian tersempit pada jalan nafas
anak-anak yang beruia di bawah delapan tahun ; karena bagian ini merupakan manset
alami, tidak diperlukan lagi slang endotrakea bermanset. Slang endotrakea pediatric
yang kecil memiliki berbagai ukuran pipa yang benar menurut usia anak; pipa yang
ukurannya terpilih harus disediakan bersama dua buah pipa lainnya , yaitu sebuah
pipa dengan ukuran satu angka lebih kecil dan sebuah lagi dengan ukuran satu angka
lebih besar. Gunakan tips berikut ini untuk memilih ukuran pipa endotrakea pediatric.
a. Gunakan slang endotrakea tanpa manset hingga usia delapan tahun.
b. Dalam memilih ukuran slang, gunakan salah satu strategi ini :
Hitunglah : 16 + usia dalam tahun
4
Pilihlah slang endotrakea yang ukurannya sesuia dengan diameter jari
kelingking pasien.
Pilihlah slang endotrakea yang ukurannya sesuai dengan ukuran lubang hidung
pasien.
Gunakan pita resusitasi berdasarkan panjang badan anak (seperti pita
Broselow).
Keperawatan Gawat Darurat 3
2.1.2 Ciri fisiologik dasar yang terdapat pada pernapasan anak dan mempengaruhi praktik
keperawatan.
Karena anak-anak bernapas harus melewati hidung,tindakan aspirasi nasal
perlu dilakukan dengan sering ketika produksi mukus meningkat. Anak-anak juga
bernafas dengan diafragma;karena itu,segala sesuatu yang mempengaruhi diafragma
akan menurunkan gerakan ekskursi pernapasan. Gerak pernapasan tampak jelas pada
anak kecil karena memiliki dinding dada yang lentur dan tidak banyak menyangga
jaringan paru yang ada di balik dada tersebut.Oleh karena itu, distres pernapasan
pada anak akan terlihat retraksi (substernal,interkostal,dan
subklavikular),pernapasan cuping hidung, dan bising napas tambahan (mengi,ronki).
Disters respirasi dini ditandai oleh peningkatan gerakan pernapasan dan
takipnea;bradipnea merupakan tanda lanjut gangguan atau kegagalan pernapasan.
2.1.3 Ciri fisiologik dasar apa terdapat pada sirkulasi darah anak dan mempengaruhi
praktik keperawatan.
Volume darah yang beredar dalam tubuh anak-anak adalah 80ml/kg.
Jadi,kehilangan darah dalam jumlah yang sedikit pun dapat sudah dapat
menimbulkan gangguan sirkulasi. Pengisian-kembali kapilar merupakan indikator
penting untuk menunjukkan status sirkulasi; keterlambatan pengisian- ulang
kapilar >2 detik membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Temperatur kulit yang dingin,
bercak-bercak kemerahan, dan penurunan pengisian-ulang kapilar merupakan
tanda-tanda diduga gangguan sirkulasi. Peningkatan frekuensi jantung terjadi pada
anak untuk meningkatkan curah jantung yang diperlukan, guna mengompensasi
gangguan sirkulasi. Jadi, takikardia merupakan tanda-dini renjatan. Pada mulanya
tekanan darah tetap normal atau sedikit meninggi. Jika keadaan ini tidak diketahui
atau tidak diatasi, frekuensi jantung akan menurun, curah jantung
berkurang,tekanan darah menurun, dan terjadi brakikardia yang akan di ikuti
dengan henti jantung iminen.
2.1.4 Berat badan anak mempengaruhi praktik keperawatan
Anak-anak juga memiliki rasio permukaan tubuh terhadap berat badan tubuh
yang tinggi.Berat badan anak diperlukan untuk menghitung dosis pengobatan dan
jumlah cairan infus. Perkiraan berat badan anak bisa tidak akurat. Sebuah penelitian
melaporkan bahwa perkiraan atau estimasi yang dibuat oleh dokter kedarutatan,
perawat, dan orang tua, berbeda sebesar 15% atau lebih berat badan anak yang
sebenarnya. Oleh karena itu, timbanglah selalu berat badan anak pada saat tiba di
Keperawatan Gawat Darurat 4
UGD. Kalau penimbangan tidak bisa dilakukan, gunakan ukuran yang sudah
standar, seperti pita Broselow untuk menentukan dosis pengobatan berdasarkan berat
badan.
Metode yang dapat anda gunakan pada triase untuk menentukan dengan cepat
beratnya kondisi kesehatan anak. Salah satu metode pengkajian yang sangat
membantu adalah pengkajian “lintas ruangan”. Observasi tingkat aktivitas anak
(bermain, berbaring, diam) jalan napas (pertukaran udara pernapasan yang normal
atau air liur yang menetes,crowing), pernapasan(upaya pernapasan yang
normal,peningkatan gerakan pernapasan), sirkulasi (warna kulit yang normal,pucat)
dan status neurologik (sadar,somnolen). Observasi seperti ini memungkinkan anda
untuk melakukan pemeriksaan dengan cepat di ruang tunggu triase dan menentukan
siapa yang memerlukan serta siapa saja yang menunggu. Dengan latihan dan
pengalaman, seorang perawat kedaruratan secara visual dapat menentukan anak
yang mana yang kondisinya “tampak baik dan mana yang “buruk”.
Cara penanganan pada seorang anak yang datang dan tidak didampingi oleh
orang tua atau pengasuhnya dapat melakukan triase karena tidak ada satupun
evaluasi kedaruratan yang dapat ditunda pelaksanaanya karena tidak dapat
memperoleh persetujuan orang tua atau pengesahan pembayaran biaya perawatan.
Pada kejadian darurat, hukum selalu mencantumkan persetujuan orang tua terhadap
penanganan anaknya; namun, hidup dan kesehatan anak tidak boleh terterganggu
karena penanganan yang ditunda untuk memperoleh persetujuan orang tua. Langkah
yang aman adalah dengan mengamsumsikan terjadinya suatu kasus kedaruratan
sehingga diperlukan tindakan segera untuk menyelamatkan jiwa anak atau untuk
mencegah disabilitas permanen. Demikian juga penanganan segera yang dilakukan
untuk mengurangi nyeri dan penderitaan, dapat ditentukan sebagai suatu tindakan
kedaruratan. Jika anak perlu pengkajian dan penanganan segera,tindakan perawatan
harus dimulai segera sambil berusaha menghubungi keluarganya.
2.1.5 Cara melakukan pemeriksaan pada anak pasien
a. Sebelum melakukan pengkajian, perkenalkan diri anda kepada anak dan
keluarganya. Panggil anak dengan namanya merupakan suatu tindakan yang
memperlihatkan penghormatan terhadap anak sebagai seorang individu
penyebutan nama anak juga membantu dalam pengkajian fungsi neurologik.
Fasilitasi anak bersama keluarganya sedapat mungkin. Pemisahan dari orang atau
suara dikenal merupakan hal yang menakutkan bagi anak yang mungkin merasa
Keperawatan Gawat Darurat 5
nyeri atau merasa tidak nyaman. Anak yang lebih tua atau remaja mungkin ingin
diperiksa tanpa didampingi orang tua, tawarkan pilihan ini. Neonatus, bayi, dan
anak kecil dapat diperiksa di atas pangkuan orang tuanya,sedangkan anak yang
besar dan remaja dapat di kursi atau meja periksa. Tawarkan benda-benda yang
dapat duduk di kursi atau meja periksa. Tawarkan benda-benda yang dapat
mengalihkan perhatian anak,seperti mainan yang sesuai dengan usianya.
b. Sehingga perhatian anak terfokus pada benda tersebut. Jaga agar suhu ruangan
tetap hangat agar anak merasa nyaman dan tidak menggigil. Akhirnya,
beritahukan selalu apa yang anda kerjakan pada dirinya, untuk membuatnya tidak
terkejut dan meningkatkan kepercayaannya. Anda juga dapat menawarkan pilihan
lain,seperti “saya akan menghitung detak jantungmu dan mengukur tekanan
darahmu. Apa yang kamu inginkan untuk diperiksa dahulu ?” pilihan semacam
ini akan membuat anak merasa bahwa dirinya juga memiliki hak untuk mengatur
pemeriksaan dalam lingkungan yang asing.
c. Gunakan bahasa yang tidak mengandung ancaman ketika berbicara dengan
seorang anak. Anak kecil, khususnya anak prasekolah , memiliki pemahaman
harfiah yang terbatas tentang kata kata dan maknanya. Misalnya, kalimat
“mengambil” suhu dapat membuat anak percaya akan ada sesuatu yang diambil
darinya. Kalimat, “saya akan mengukur suhu tubuhmu” lebih sedikit mengandung
ancaman bagi anak dan sebenarnya kalimat ini merupakan interpretasi yang tepat
pada tindakan keperawatan tersebut.
d. Umumnya anak anak lebih merasa tidak berdaya jika berbaring terlentang, jika
mungkin, lakukan pemeriksaan dalam posisi duduk atau berdiri. Minta anak
berdiri di atas meja periksa dan memeluk orangtuanya selama pengukuran suhu
rektalnya,tindakan ini akan membuat anak lebih kooperatif dan sekaligus
memungkinkan orangtua untuk memegang serta menenangkan anaknya.
Gejala demam harus dikhawatirkan demam merupakan keadaan naiknya suhu
tubuh yang dibutuhkan tubuh untuk melawan infeksi. Fokus perhatian yang harus
diberikan di UGD adalah pada penyebab yang mendasari demam tersebut dan bukan
hanya pada penangannya. Pada bayi yang berusia tiga bulan,suhu tubuh 38,5C
memerlukan evaluasi lebih lanjut. Penampakan fisik anak, tingkat aktivitasnya
(tampak sakit) dan tanda tanda lain harus dipertimbangkan ketika terjadi demam.
Mengkaji demam pada anak-anak dengan meraba dahi dan menilai apakah
panas yang dihasilkan rendah ,sedang , atau tinggi adalah tindakan yang dapat
Keperawatan Gawat Darurat 6
diterima bagi orangtua. Asetaminofen atau ibuprofen dapat diberikan untuk
mengatasi demam dan membuat anak merasa lebih baik, namun, deman akan terus
berlangsung sampai infeksi yang menyebabkannya teratasi. Kenaikan suhu tubuh
yang tiba-tiba dapat mencetuskan kejang demam dan menakutkan orangtua. Orangtua
harus diyakinkan bahwa suhu tubuh tinggi yang berlangsung lama dan kejang demam
tidak akan menimbulkan kerusakan otak. Penyuluhan kepada orangtua tentang demam
dan cara pengendaliannya,sama pentingnya seperti penanganan anak di UGD.
Akhirnya, ingat bahwa sponging pada anak untuk mengurangi panas sudah
ketinggalan jaman. Tidak ada satupun bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa
sponging efektif untuk penatalaksanaan demam pada anak. Disamping menambah
kerepotan di UGD, tidak ada efek fisiologik langsung yang ditimbulkan oleh
sponging.
Penyebab dehidrasi danIndikator klinis yang paling sensitive untuk mendeteksi
dehidras. Retavirus merupakaan penyebab yang paling sering menimbulkan dehidrasi
pada anak kecil di Amerika Serikat.Indikator untuk dehidrasi di jelaskan di bawah ini:
Penurunan berat badan merupakan indicator dehidrasi yang paling sensitive pada
anak kecil,khusus nya bayi.Jadi,penimbangan bayi dalam keadaan telanjang serta
pengukuran berat badan setiap anak dengan riwayat muntah dan diare merupakan
pemeriksaan yang penting.
Ketika mengkaji riwayat penyakit,tanyakan pada pasien tentang jumlah haluran
urin.Bayi yang buang air kecil >6-8 jam atau bagi anak yang lebih besar .12 jam
harus meningkatkan dugaan kita terhadap kemungkinan dehidrasi .
Indicator lain meliputi tidak keluarnya air mata,membran mukosa kering ,bibir
pecah pecah serta kering,mata cekung ,ubun ubun depan cekung pada bayi ,dan
turgor kulit menurun.Letakkan bayi terlentang dengan kedua lengan disamping
tubuhnya dan cubit lipatan kulit pada linea midaksilaris .Kulit harus kembali
dengan cepat ke posisi semula ,kelambatan menunjukkan dehidrasi.
Yang perlu diberikan untuk dehidrasi pada anak anak yang menderita diare
Larutan rehidrasi oral(oralit ) dapat diberikan di UGD dengan dosis 60-80ml/kg
lebih dari 4 jam dengan evaluasi teratur terhadap pemulihannya( frekuensi
jantung,frekuensi pernafasan,tekanan darah,tingkat kesadaran,asupan dan
haluran).Pendekatan ini memberikan hasil yang baik Jika pasien hanya mengalami
diare dan tidak muntah-muntah. Jika anak muntah-muntah. Rehidrasi intravena
dianjurkan dimulai dengan 20 ml/kg yang diberikan dalam waktu 45-60 menit.
Keperawatan Gawat Darurat 7
Mulailah pemberian infuse dengan larutan salin normal dan ringer laktat dan
kemudian jika diperlukan, gantilah larutan tersebut berdasarkan hasil laboratorium.
Anak kecil tidak menyukai imobilisasi yang harus dilakukan selama
pemberian infus. Dan saran-saran agar infuse dapat diberikan secara efisien dan
tanpa rasa nyeri yaitu karena berapapun usianya sukar untuk tetap berdiam diri dan
bersikap kooperatif selama beberapa waktu, kendati kita sudah melakukan upaya
yang terbaik. Tanyakan kepada orang tua tentang pengalaman anak yang
sebelumnya sehubungan dengan penanganan dan prosedur infus. Selain itu, minta
usulan dari orang tua untuk memperoleh kepercayaan dan kerja sama anak. Sebagai
contoh, apabila si anak senang memeluk mainannya atau selimutnya, letakkan
barang-barang itu di dekat tubuh anak tersebut.
Bersikaplah jujur kepada anak. Jika prosedur atau penanganan menimbulkan
ketidaknyamanan, katakanlah demikian. Juga ingatkan anak bahwa anda dapat
membantu menghilangkan nyeri atau rasa nyerinya hanya berlangsung dalam waktu
yang singkat. Anak yang lebih besar dan remaja sudah memiliki pengertian tentang
waktu, dan penjelasan bahwa prosedur memerlukan waktu lima menit dapat
dimengerti oleh mereka. Bagi anak kecil yang belum memiliki konsep waktu,
sebaiknya kita memberikan tugas yang harus dikerjakan oleh anak tersebut. Sebagai
contoh, “cubitan (karena penyuntikan) akan selesai setelah menghitung sampai 10”.
Berikan pujian yang di ungkapkan dengan kata-kata dan hadiah yang dapat
dirasakan, seperti stiker atau minuman sari buah, setelah prosedur tersebut selesai
dikerjakan.
Anda harus jujur dengan lamanya waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
suatu prosedur. Waktu lima menit tidak boleh mulur menjadi 20 menit, pada saat ini,
anak dan keluarganya bisa merasa jengkel dan frustasi sehinggal dapat timbul
amarah serta pertengkaran antara keluarga dan staf UGD. Anak-anak harus
mendapatkan terapi sedasi dan anastesi untuk prosedur yang memakan waktu lama,
pemberian kaset video, kaset audio, permainan busa sabun, dan berbagai teknik
pengalihan perhatian lainnya dapat membantu dalam pelaksanaan prosedur yang
memerlukan waktu singkat. Pengaturan posisi dan pengamanan yang tepat selama
pelaksanaan prosedur juga membantu anak untuk tetap diam. Tidak ada orang lain
yang lebih penting dari “orang yang memegang anak” pada saat suatu prosedur
dilakukan karena perawat yang paling berpengalaman sekalipun akan mengalami
kesulitan jika harus memasang infus pada objek yang selalu bergerak!
Keperawatan Gawat Darurat 8
anak berusia dua tahun yang menendang, mengigit dan menjeri-jerit pada saat
pemasangan infus dilakukan
Berita baiknya adalah bahwa anak itu memiliki jalan napas yang paten, system
kardiovaskuler yang bekerja baik dan system neurologi yang masih utuh! Bagaimana
ibu menjawab pertanyaan anda tentang pengalaman anak dengan penanganan dan
prosedur sebelumnya? Anak mungkin pernah mengalami hal-hal menyakitkan
sehingga terbentuk perilaku yang bermasalah ini, atau mungkin anak tesebut
memperlihatkan perilaku yang serupa di rumah ketika kemauannya tidak dituruti.
Sangat jarang bagi anak-anak untuk memperlihatkan perilaku yang sama sekali baru
ketika ia berada di UGD, kecuali jika anak tersebut baru meminum obat legal atau
terlarang. Sebagai acuan di kemudian hari, cobalah saran-saran ini.
a. Tentukan batasan dengan anak yang menggigit atau menendang,menjerit di
perbolehkan.
b. Bersikaplah dengan sangat tenang. Semakin anak kuat meronta serta
melawan, semakin keras suara kita, semakin beasar frustasi yang dialami
ibu dan situasi ini bisa dengan cepat lepas kendali.
c. Fokuskan perhatian pada pekerjaan yang sedang dilakukan dari pada
perilaku anak.
d. Katakan dengan tegas, “slang ini akan dipasang pada lenganmu supaya
kamu bisa minum. “sandarkan tubuh anda pada anak, sanggalah berat
tubuh anda dengan siku dan palingkan wajah serta tubuh anak dari bagian
yang akan di pasang infus.
Orang kedua, mungkin diperlukan untuk memegang kedua tungkai
anak dengan mengambil sikap tubuh yang sama. Pegang lengan anak yang
akan dipasan infus itu dengan tangan anda. Minta ibu untuk berdiri atau duduk
di dekat anda, menghadap ke anaknya dan memberikan dukungan lewat kata-
kata. Cara-cara ini akan memungkinkan ibu dan anak untuk saling
memandang, sedangkan orang yang memegangi tubuh anak itu menahannya
dengan kuat agar tidak membahayakan orang lain, pada saat ini, perawat dapat
memasang infus dengan baik. Mendengar jeritan anak memang bukan
pengalaman yang menyenangkan namum, dengan cara ini anak akan dapat
menyalurkan emosinya ketika menghadapi situasi yang juga tidak
menyenangkan baginya. Memegang dengan cara ini menghindari
Keperawatan Gawat Darurat 9
“memaksanya tetap berbaring” karena akan membuat anak lebih sulit untuk
dikendalikan.
Penyusun Troli pediatric dilakukan menurut keperluan dan ketersediaan
peralatan serta obat-obatnya.Troli ini dapat disusun menurut usia dan berat
badan.Sebagai Contoh,Anda dapat memberikan kode warna pada troli yang
cocok dengan pita Broselow.Beberapa perusahaan sudah menjual
barang,seperti ini;untuk mempelajari rinciannya,periksalah dadalam
catalog.Sistem ini sangat membantu karena memfokuskan perhatian Anda
pada tindakan mendapatkan Instrumen yang diperlukan.Atau,anda dapat
menyimpan obat-obatandan peralatan dalam lacia atau lemariyang dirancang
khusus untuk memudahkan pengambilan obatatau alat yang diperlukan.Karen
obat dan alat ini tidak terlalu sering digunakan,pengevekan yang berkala harus
dilakukan untuk menyingkirkan barang-barang yang sudah kedaluwarsa atau
tidak terpakai lagi.Anda harus menyiapkan Paddle defabrilator pediatric serta
alat Pacemaker eksternal yang masing-masing sudah ditandai dan diletakkan
didekat alat defabrilator.Buku petunjuk pemakaian alat yang bisa dibaca
dengan cepat,harus dapat dijangkau dengan mudah untuk membantu
mengarahkan pemilihan alat.
Ketika seorang bayi berusia 6 bulan dengan henti jantung-paru
dijadwalkan tiba diUGD dalam waktu 3 menit.Resusitasi tengah dilakukan dan
cara melakukan persiapan terbaik adalah :
a. Pertama-tama,hitunglah berat badan pasien (7kg) sehingga Anda dapat
mempersiapkan sejumlah spurt.Siapkan spurt yang berisi larutan
epinefrin dosis-rendah (0,7 ml larutan 1:10000) dan dosis-tinggi (0,7 ml
larutan 1:1000),atropine (0,14 ml),dan salin normal (3ml yang akan
digunakan sebagai flush solution).Siapkan alat-alat dengan ukuran yang
sesuai bagi pasien tersebut dan hangatkan ruang tindakan.Tugaskan
seorang staf untuk mendampingi keluarga pasien dan memberikan
dukungan emosional kepada mereka.
b. Keika pasien tiba,lanjutkan resusitasi jantung-paru yang sudah
dilakukan.Siapkan peralatan untuk intubasi endotrakea.Epinefrin dapat
diberikan lewat selang endotrakea (0,7 ml dalam larutan 1;1000) sampai
pemasangan infuse dapat dilakukan.jika pemasangan infuse tidak berhasil
dilakuakan dalam tempo 90 detik atau setelah tiga kali
Keperawatan Gawat Darurat 10
mencobanya,siapkan alat untuk pemasangan jarum intraoseus.Catat semua
obat,prosedur,dan respons pasien.Siapkan admisi pasien untuk dirawat
dirumah sakit atau dipindahkan kepusat perawatan tertier.
c. Sayangnya,prognosisi untuk kasus-kasus henti jantung yang terjadi diluar
rumah sakit kerap kali sangat jelek.Oleh karena itu,Anda harus sudah siap
untuk memberikan dukungan kepada anggota keluarga dan staf jika anak
yang sedang ditolong itu meninggal dunia.
2.2 Remaja
2.2 1 Cara melakukan pemeriksaan pada pasien remaja
Remaja harus diizinkan untuk memilih siapa yang dapat mendampinginya
selama pemeriksaan. Mereka dapat memilih orangtua atau temannya. Hindarilah
pertanyaan menyelidik tentang kehamilan, hubungan seks, atau penggunaan obat bius
dan masalah kesehatan jiwa di depan orangtua atau walinya , pertanyaan semacam itu
sebaiknya ditanyakan secara pribadi. Biarkan remaja sendiri yang memutuskan untuk
membagi informasi tersebut dengan orangtuanya.
2.3 Wanita Hamil
2.3.1Riwayat yang harus didapatkan dalam triase pasien hamil
Wanita yang diduga dalam keadaan hamil harus ditanyakan hal-hal berikut:
Alergi obat
Obat yang digunakan sehari-hari
Tanggal haid terakhir, durasi, dan jumlah keluaran
Penggunaan kontrasepsi
Kehamilan sebelumnya, abortus (bedakan antara yang spontan dan terapeutik),
kehamilan ektopik
Disminore lampau, perdarahan disfungsional uterus, atau dipareunia (sakit
waktu senggama)
Perdarahan yang terjadi sekarang (durasi, adanya jaringan, bekuan, lamanya
waktu untuk saturasi tampon atau pembalut )
Nyeri yang kini dialami
Trauma akibat senggama, kekerasan rumah tangga, atau kekerasan seksual
(tanyakan secara pribadi)
Wanita yang diketahui hamil harus ditanyakan hal-hal berikut:
Komplikasi pada kehamilan yang sekarang atau sebelumnya
Kelainan yang diperkirakan lebih dari satu janin
Keperawatan Gawat Darurat 11
Kontraksi yang terjadi sekarang
Keberadaan gerakan janin
2.3.2Cara mendiagnosa kehamilan di UGD
Semua tes kehamilan kulitatif yang kini digunakan bergantung pada
keberadaan hormone human chorionic gonadotrophin (hCG) dalam serum atau urin.
Teknologi mutakhir memungkinkan pendeteksian hormone hCG dalam waktu 2 atau
3 hari sesudah implantasi. Pastikan visual aktifitas jantung dapat dilakukan sekitar 6
minggu dengan menggunakan alat sonografi Doppler juga merupakan petunjuk
kehamilan.
2.3.3Denyut jantung janin (DJJ) dapat dideteksi Dan cara mulai mencari
DJJ dapat didengar dengan alat ultrasonografi Doppler sekitar 10-12 minggu
masa gestasi dan dengan fetoskop sekitar 18-20 minggu. DJJ harus dibedakan
dengan suara jantung ibu. Perbedaan ini dapat dilakukan dengan merasa denyut nadi
ibu sementara auskultasi DJJ dilakukan. Suara “mendesis” menunjukkan sirkulasi
plasenta.
Untuk mengetahui dimana DJJ harus dicari, pertama-tama tanyakan kepada
pasien dibagian mana suara detak jantung terdengar terakhir kalinya ketika
dilakukan pemeriksaan. Jika pemeriksaan ini meruoakan pemeriksaan pertama untuk
menilai DJJ, palpasi abdomen untuk memastikan posisi janin. Gunakan gel
penghantar yang hangat pada abdomen. Mulai dari garis rambut suprapubik, dan
gerakkan alat Doppler secara perlahan-lahan sampai DJJ terdengar. Pemeriksaan ini
akan memberikan hasil yang paling baik jika arah sudut probe diubah sementara
kepala Doppler digerakkan secara perlahan-lahan. Hitunglah DJJ selama 1 menit
penuh, perhatikan setiap peningkatan atau penurunan frekuensi jantung. Jika DJJ
tidak dapat diauskultasi, berikan penenangan pada pasien bahwa kesulitan untuk
menentukan lokasi DJJ adalah hal yang biasa. Kemudian, konsultasikan segera
kepada perawat atau dokter obstetric.
2.3.4Frekuensi normal DJJ dan yang menyebabkan peningkatan atau penurunannya
Nilai dasar DJJ normal berkisar antara 120-160 denyut permenit. Aktifitas
janin dapat meningkatkan frekuensi nilai dasar jantung untuk sesaat hingga di atas
160 denyut/menit. Demam pada ibu, frekuensi intra-amnion, anemia, atau hipoksia
pada janin, dapat menyebabkan takikardia fetal yang lama. Obat-obat tertentu yang
Keperawatan Gawat Darurat 12
meningkatkan frekuensi jantung ibu, seperti obat parasimpatolitik, juga dapat
mengakibatkan takikardia fetal.
Bradikardia fetal, yaitu keadaan frekuensi jantung di bawah 120 denyut/menit,
dapat menyertai hiposia fetal dan memerlukan pelahiran bedah darurat. Kompresi
kepala janin, kompresi tali pusat, hipotermia maternal, hipoglikemia yang lama, atau
penggunaan beta-bloker oleh ibu, dapat menyebabkan bradikardia fetal.
2.3.5Waktu untuk monitoring janin yang kontinu harus dilakukan di UGD
Ketika pasien hamil masuk UGD dengan trauma, khususnya pada abdomen,
monitoring DJJ dan kontraksi uterus harus dilakukan secara kontinu. Pasien hamil
harus dipindahkan ke bagian persalinan dan pelahiran untuk menjalani monitoring
lebih lanjut, jika ditanyakn “ aman secara medic”. Baik di UGD maupun dibagian
persalinan dan pelahiran, perawat yang dinyatakan kompeten dalam hal monitoring
janin harus mengawasi monitor.
2.3.6Obat pereda nyeri yang di anggap aman bagi ibu hamil
Obat-obat kategori A atau B (dianggap aman bagi kehamilan) meliputi
asetaminofen, meperidin, morfin, fentanil, dan hidrokodon. Obat-obat kategori C
(digunakan dengan hati-hati) meliputi kodein, ibuprofen, salisilat, dan indometasin.
2.3.7 Hal hal atau keadaan yang menyebabkan pendarahan pervaginam pada trimester
pertama kehamilan
Pendarahan pada trimester pertama sering terjadi ; 20-25% dari seluruh ibu hamil
akan mengalami spotting (bercak darah) atau pendarahan ringan pada trimester
pertama. Penyebab pendarahan mencakup hal-hal berikut :
Pendarahan implantasi sering dijumpai dan terdiri atas pendarahan minimal di
sekitar haid pertama yang tidak di ketahui. Setelah pemeriksaan pelvic, dapat
ditemukan mukus dengan bercak kecoklatan. Pendarahan yang berkelanjutan
tidak terjadi, dan pendarahan yang melampaui haid normal jarang ditemukan.
Abortus iminens diartikan sebagai peristiwa pendarahan pada usia gestasi 20
minggu pertama tanpa pengeluaran isi uterus ataupun dilatasi serviks. Kram
abdomen biasanya menyertai pendarahan tersebut.
Abortus insipiens terjadi ketika serviks berdilatasi dan hasil pembuahan telah
melewati ostium interna, atau ketika pendarahannya terjadi dalam jumlah yang
sangat banyak.
Keperawatan Gawat Darurat 13
Abortus komplet adalah keluarnya seluruh jaringan janin dari uterus pada usia
gestasi sebelum 20 minggu, penutupan ostium interna, dan pendarahan serta
kram perut yang berkurang.
Abortus inkomplet terjadi jika sebagian hasil pembuahan sudah dikeluarkan ;
peristiwa ini mungkin terjadi pada usia gestasi antara 6 sampai 14 minggu.
Missed abortion diartikan sebagai kematian janin pada usia gestasi kurang dari
20 minggu, tanpa keluarnya jaringan tubuh janin tersebut. Pendarahan
pervaginam yang terjadi mungkin hanya sedikit serta berwarna coklat atau
merah gelap, dan tes kehamilan dapat menunjukkan hasil yang tetap positif
selama beberapa waktu.
Kehamilan ektopik terjadi apabila implantasi berlangsung diluar rongga
uterus. Yang paling sering, kehamilan ektopik terletak di dalam tuba falopii
yang menimbulkan gejala pada 12 minggu pertama kehamilan. Keadaan ini
biasa mengancam jiwa ibu jika terjadi rupture.
2.3.8Cara menangani pendarahan pervaginam pada trimester pertama
Ada beberapa cara untuk menangani perdarahan di trisemster pertama diantaranya
adalah:
a. Pengkajian pendahuluan dengan memeriksa tanda-tanda vital lengkap dan
serial jika diperlukan
b. Hidrasi intravena, menggunakan angiokateter dengan ukuran minimal 18G,
dengan salin normal atai Ringer laktat.
c. Pemeriksaan laboratorium meliputi nilai dasar hematokrit, golongan (ABO)
serta rhesus, dan tes serum kehamilan, jika hematokrit <30% atau bila anda
menduga bahwa pasien nantinya akan dibawa ke karma bedah, lakukan
pemeriksaan golongan darah dan pencocokan silang untuk 2-4 unit darah
lengkap.
d. Siapkan pasien untuk pemeriksaan pelvis ; Kndung kemih harus sudah
dikosongkan sebelum pemeriksaan.
e. Siapkan pasien untuk ultrasonografi diagnostic.
f. Periksa adan ganti pembalut wanita dengan sering.
g. Jaga privasi pasien.
h. Tunjukkan sikap yang suportif dalam mengatasi ekspresi ketakutan atau rasa
bersalah, dan berikan kesempatan pada klien untuk berinterkasi dengan
anggota keluarga atau temannya jika ia menghendaki.
Keperawatan Gawat Darurat 14
i. Berikan dukungan tambahan bila diperlukan, seperti dengan mengundang
ahli agama.
j. Jika pasien dipulangkan dari UGD, sampaikan petunjuk tertulis yang
berisikan intruksi saat pulang, intruksi medikasi, dan informasi tidak lanjut.
2.3.9Tanda dan gejala apa yang terdapat pada kehamilan ektopik ? bagaimana keadaan ini
di diagnosis.
Tanda dan gejala yang lazim ditemukan adalah pendarahan per vaginam dan
nyeri tekan abdomen. Takikardi dan hipotensi dapat menjadi tanda kehamilan ektopik
yang sudah mengalami rupture ; gejala ini biasanya ditemukan menyertai nilai
hematokrit yang kurang dari 30%. Pemeriksaan bimanual akan memperlihatkan nyeri
tekan di daerah adneksa dan pada setengah dari wanita dengan kehamilan ektopik
akan teraba massa di daerah tersebut.
Siapkan pasien untuk pemberian cairan infus, pemeriksaan pelvic, dan
ultrasonografi. Jika ultrasonografi diagnostic tidak tersedia, diagnosis kehamilan
ektopik dapat ditegakkan dengan tindakan kuldosintesis. Kuldosintesis dinyatakan
negative jika hasil aspirasinya berupa cairan serosa, dan dinyatakan positif jika hasil
aspirasinya berupa darah yang tidak membeku.
2.3.10 Tindakan yang harus dilakukan setelah diagnosis kehamilan ektopik ditegakkan
Bagi pasien dengan hemodinamika yang stabil, ada dua pilihan tindakan:
laparoskopi operatif dan metotreksat sistemik.
Jika laparoskopi operatif akan di lakukan, pasang infuse dengan diameter bear,
kirim sampel darah untuk pemriksaan laboratorium Seperti yang diminta,
dansiapkanpasienuntukdibawakekamaroperasiberdasarkanprotokolrumahsakit.
Berikanpenenangan pada pasien dan anggota keluarganya.
Metotreksat merupakan sebuah pilihan bagi pasien stabil dengan
kehamilanektopiktidak rupture yang berdiameter kurang dari 4 cm.
Metotreksat menghambat sintesis asam folat sehingga menghentikan
pertumbuhan kehamilan. Ikuti protokol rumah sakit anda untuk pemberian
metotreksat, dan siapkan instruksi tertulis saat pasien dipulangkan. Pasien
harus memahami tindakan pencegahan untuk kehamilan ektopik (lihat
pertanyaan 11 di bawah ini) secara mengenali efek samping metotreksat (nyeri
abdomen ringan, mual, muntah, indigesti, dankeletihan) dan apa saja yang
Keperawatan Gawat Darurat 15
perlu dihindarinya (alcohol, aspirin, obat anti-inflamasinonsteroid, dan vitamin
yang mengandung asamfolat). Bagi pasien hemodinamika yang tidakstabil,
terapi meliputi pemberian oksigen, pemberian cairan angiokateter dengan
diameter besar, pemeriksaan golongan darah jika diperlukan, dan dengan
segera konsultasi ginekologi untuk tindakan pembedahan.
2.3.11 Banyak wanita di pulangkan kerumah dengan “tindakan pencegah nektopik.”
hCG kuantitatif serial harus dilakukan dalam 48 jam. Pada kehamilan
intrauteri normal akan terjadi kenaikan kadar hCG sekitar 66% setiap dua hari.
Kenyataan ini membuat pemeriksaan serial kuntitatif hCG sering digunakan di
klinik pada pasien stabil untuk menilai apakah terdapat kenaikan sebesar 66%
dalam waktu dua hari. Kehamilan ektopik memiliki kenaikan titer hCG lebih
lambat. Oleh karena itu, wanita tersebut dianjurkan kembali ke UGD atau menemui
petugas kesehatan setelah dua hari untuk hCG kuantitatif serial .Tanda-tanda
peringatan yang mengharuskan pasien segera kembali ke UGD adalaha witan akut
nyeri abdomen bagian bawah, pusing atau sinkop, sesak napas, atau keletihan yang
ekstrim.
Pasien yang dipulangkan dengan dicurigai kehamilan ektopik atau
abortusiminen harus diinstruksikan untuk kembali ke UGD jika perdarahan
meningkat, keluar bekuan darah atau jaringan, atau terdapat peningkatan kram.
Biasanya wanita tersebut diminta menyimpan dan membawa ke UGD apa saja
yang keluar dari vagina. Di samping itu, ia juga harus diberitahu untuk tidak
melakukan senggama dan tidak menggunakan tampon.
2.3.12 Tindakan untuk menangani hyperemesis gravidarum
Ketika seorang pasien hamil dating ke UGD dengan gejala muntah yang sulit
diatasi, dehidrasi, penurunan berat badan dan hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan hipokalemia atau ketonuria, sudah terpenuhi kriteria diagnostik
untuk hiperemesis gravidarum. Asuhan keperawatan harus meliputi tindakan
beriku tini:
Hentikan semua bentuk asupan oral.
Pemberian infus larutan D5-salin normal atau D5-ringer laktat, diberikan 30-
40 ml/kg (biasanya 2-5 liter).
Pantau ketonurin dan berat jenis urin sampai rehidrasi pasien terpenuhi.
Keperawatan Gawat Darurat 16
Berikan antiemetik sesuai dengan instruksi. Dimen hidrinat (Dramamine)
“dianggapaman” bagikehamilan (kategori A/B). Prometazin (Phenergen),
prokloperazin (Compazine), difenhidramin (Benadryl), dan trimetobenzamid
(Tigan) harus “digunakan dengan hati-hati” (kategori C).
Sebelum dipulangkan, pasien harus dapat minum cairan atau makan biskuit.
a. Instruksi yang perlu disampaikan kepada wanita hyperemesis gravidarum saat
pulang
Menghindari hal-hal yang memicu muntah (mis, bau yang kuat, seperti
asap rokok, masakan, atau gas).
Mengurangi ukuran makan dan meningkatkan frekuensi makan.
Menghentikan suplemen vitamin dan besi prenatal.
Menghindari campuran zat padat dan cairan.
Menghindari makanan yang berlemak atau pedas.
Mempertahankan hidrasi oral dengan minuman yang kaya elektrolit, seperti
Gatorade atau kuah sup; hindari minuman manis.
Memulai asupan oral dengan cairan atau sup; lanjutkan dengan makanan
yang mengandung zat tepung seperti mie, pasta, kentang, dan nasi;
kemudian tambahkan protein, seperti daging ayam, kalkun, atau sapi.
b. Yang dapat menyebabkan perdarahan pada trimester ketiga.
Plasenta previa, solusi plasenta, bloody show (pengeluaran darah), trauma lokal, atau
lesi pada serviks.
2.3.13 Plasenta previa dapat dibedakan dengan solusi plasenta dan peranan perawat
kedaruratan adalah :
Plasentaprevia terjadi jika plasenta tertanam pada atau di dekat ostium
servikal. Tertutupnya seluruh ostium servikal oleh plasenta dinamakan plasenta
previatotalis, dan tertutupnya sebagian ostium servikal disebut plasenta previa
parsialis. Pemeriksaan ultrasonografi merupakan cara yang tanpa rassa nyeri
dengan darah yang berwarna merah terang. Solusio plasenta terjadi spontan atau
sesudah trauma. Pasien biasanya merasakan nyeri yang dialami pada stadium
kehamilan dini atau pada solusio yang kecil nyeri mungkin tidak begitu hebat.
Perdarahan pervaginam dapat tidak terjadi. Jika terdapat perdarahan pervaginam,
biasanya darah yang keluar berwarna merah gelap.
Asuhan keperawatan, baik untuk plasenta previa maupun solusio plasenta,
meliputi pemberian infuse dengan diameter besar, terapi oksigen, pemantauan
Keperawatan Gawat Darurat 17
denyut jantung janin (DJJ), pemantauan anda vital ibu, pemeriksaan laboratorium,
dan ultrasonografi segera dilakukan, pasien yang tidak stabil harus dibawa
langsung ke kamae operasi atau ke ruang pelahiran.
2.3.14 Keadaan yang harus dicari ketika menghadapi ibu hamil dengan hipertensi.
Pre-eklamsia atau hipertensi yang ditimbukan oleh kehamilan merupakan
kkondisi pasien mengalami edema, proteinuria hampir selalu terjadi setelah usia
gestasi 20 minggu. Eklamsia terjadi dengan awitan kejang pada pasien haml
dengan pre-eklasia dan dapat berlangsung hingga satu minggu setelah pelahiran.
Tanda-tanda peringatan eklamsia meliputi hiper-refleksi, gangguan visual, nyeri
abdomen kuadran kanan atas, dan sakit kepala hebat. Teapi pilihannya adlah
magnesium sulfat. Dosis muatan 5-10 menit. Dosis rumatannya adalah 1-2
gm/jam yang diberikan secara intravena. Risiko terapi magnesium adalah
hilangnyarefleks, hipotensi, hipokalsemia, dan henti napas.
2.3.15 Sindrom HELLP
HELLP (hemolisis elevated liver enzymes (kenaikan kadar enzim hepar) dan
lao platelet count (jumlah trombosit yang rendah) bias merupakan suatu bentuk
varian dari pre-eklamsia berat atau komplikasi kehamilan yang terpisah. Selain
hpertensi, biasanya wanita haml mengeluhkan nyeri di daersh epigastrium atau
kuadran kanan atas, mual atau muntah, dan gejala nonspesifik mirip infeksi virus.
Pasien dapat melaporkan adanya malaise selama beberapa hari sebelum
timbulnya gejala tersebut. Kadar enzim (aspartat aminotransferase dan alanin
aminotransferase) meninggi. Trombositopenia dengan jumlah < 150.000 / mm
juga bias di jumpai. Proteinuria tidak ada atau minimal.
2.3.16 Cara mendeteksi ketuban pecah adalah sebagi berikut:
Jika seorang ibu hamil dating dengan kemungkinan peccah ketuban, secret
vagina dengan pH 7-7,5 merupakan tanda perembesan cairan amnion. Kertas
nitrazin untuk pemeriksaan pH kerap kali digunakan. Kertas tersebut akan
berubah menjadi hitam jika terkena cairan ketuban / amnion.
a. Peralatan yang harus disiapkan untuk menghadapi persalinan presipitus.
Banyak UGD memiliki paket peralatan “ partus presipitatus ”berikut ini.
Sarung tangan steril
Alat pengisap lender (bilb syringe)
Dua buah klem tali pusat yang steril atau klem Kelly
Gunting steril
Keperawatan Gawat Darurat 18
Selimut bayi
Handuk kering
Baskom untuk tempat plasenta
2.3.17 Cara untuk menangani pelahiran presipitus
Penting bagi anda untuk tetap tenang dan terkendali sehingga membantu
menenangkan perasaan ibu. Jika sudah dipastikan bahwa pelahiranakan terjadi,
lakukan tindakan berikut ini.
a. Dapat informasi penting tentang kehamilan. Informasi ini harus meliputi
tanggal taksiran partus, pecahnya ketuban serta warna cairan, komplikasi
selama kehamilan, riwayat kehamilan kambar, dan adanya gerakan janin.
b. Jelaskan kepada ibu apa ang akan terjadi selama proses melahirkan bayinya.
c. Bantu ibu dalam menggunakan teknik pernafasan sehingga ibu bias
mengontrol dan mengatur kecepatan pelahiran. Imtruksikankepada ibu untuk
melakukan pernapasa perut yang dalam. Ibu harus menarik napas lewat ulut
kemudian mengeluarkan napasnya secara perlahan-lahan dengan bibir
mencucu. Jika perlu bernapaslah bersamanya.
d. Setelah kepala bayi dilahirkan, suruh ibu untuk”bernapas terengah-engah”
karena gerakan napas ini akan mengendalikan ekspulsi bayi dan menyangga
kepala.
e. Hisap mulut bayi, kemudian hidung, meggunakan alat pengisap lender (bulb
syringe). Jangan sampai mulut dan hidung bayi terluka karena tindakan ini.
f. setelah kedua bahunya dilahirkan, bayi akan mengelincir ke luar dengan
cepat dan tubuhnya cukup licin. Perhatikan dan catat waktu kelahiran bayi.
g. hisap kembali hidung dan mulut bayi
h. kerinngkan bayi secepat mungkin, dan letakkan bayi di atas perut ibu; tutup
bayi dan ibunya dengan selimut kering. Pastikan agar kepala bayi juga
terbungkus selimut.
i. klem tali pusar dengan jarak 5,08 atau 7,62 cm dari perut ibu begitu tali
pusar sudah berhenti berdenyut. Pasang klem kedua sejauh 5,08 atau 7,62 cm
dari klem yangpertama. Gunakan gunting steril untuk memotong tali pusar di
antara kedua klem tersebut.
j. gunakan tekanan lembut pada umbilicus, mintalah ibu mengejan untuk
mempermudah pelahiran plasenta ke dalam baskom steril yang akan
menampungnya. Simpanlah plasenta.
Keperawatan Gawat Darurat 19
k. kaji keadaan fundus dengan meletakkan telapak telapak tangan yang terbuka
tepat di atas simfisis pubis, sedangkan tangan lainnya pada umbilicus.
Lakukan penekanan perlahan pada umbilicus sehingga fundus uteri berada di
antara kedua tangan. Jika fundus terasa berukuran dan konsistensi seperti
buah anggur. Masase tidak perlu dilakukan. Jika fundus terasa lembek atau
“kenyal”, masase dengan kedua belah tangan anda sampai uterus terasa
kencang.periksa kekencangan uterus setiap lima menit untuk memastikan
bahwa fundus uteri tetep kencang. Pasang pembalut streil setelah darah
dibersihkan. Periksa tanda-tanda vital ibu, dan lanjutkan pengkajian bayi
sampai mereka dipndahkan ke unit pelahiran dan persalinan.
l. Jangan lupa nilai apgar.
2.3.18 Kriteria nilai apgar
kriteria skoring apgar
Kriteria 0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada <100 denyut per
menit
>100 denyut per
menit
Upaya respirasi Tidak ada Lambat atau tidak
teratur
Normal
Tonus otot Falid Fleksi sebagian
ekstremitas
Gerakan aktif
Iritabilitas reflek Tidak ada Menyeringai Menangis
Warna reaksi pucat atau biru Badan berwarna
merah
muda,ekstremitas
biru
Seluruh tubuh
berwarna merah
muda
*Nilai Apgar harus diambil pada 1 dan 5 menit sesudah pelahiran
2.3.19 Cara untuk memfasilitasi proses berduka dari kehilangan bayi akibat keguguran
atau lahir mati di UGD
Keperawatan Gawat Darurat 20
Hubungan orang tua denagn anak yang mereka harapkan sudah terbentuk
sejak awal kehamilan; ketika menyadari untuk pertama kalinya bahwa anaknya
sudah meninggal, sebagian besar orang tua akan mengalami syok, penumpuka
emosi, dan tidak memercayainya dengan mengaggap, “keadaan ini tidak mungkin
terjadi”. Perlu disadari bahwa reaksi semacam ini tidak hanya terjadi pada orang
tua yang sudah merencanakan kehamilan. Reaksi kesedihan terhadap kematian
bayi yang tidak diperkirakan itu, harus diantisipasi pula pada wanita yang baru
mengetahui bahwa dirinya tengah hamil setelah diperiksa di UGD atau pada
wanita yang mengatakan bahwa kehamilannya itu tidak direncanakan.
Ibu harus beri dukugan jika ingin melihat hasil konsepsi atau bayi nya yanh
sudah meninggal. Mereka sebaiknya di anjurkan untuk melihat dan memegang
bayi mereka yang lahir mati; hanya ini waktu yang mereka miliki bersama
anaknya. Perawat kedaruratan dapat memfasilitasi prosesberduka orang tua
dengan memberika waktu kepada mereka untuk menyadarinya ralitas kematian.
Jenazah bayi dapat difoto jika orang tua menghendakinya. Prifasi orang tua dan
anggota keluarga lainnya harus dijaga diruangan yang tenag. Layanan keagamaan
ataupun layanan suportif lainnya (misalnya., layanan psikologi, layanan social)
dapat memberikan dukungan emosional tambahan.
Kebanyakan kota besar sudah memiliki kelompok-kelompok pendukung untuk
kematian perinata, dan orang tua harus diberikan daftar kelompok tersebut
sebelum mereka pulang dari UGD. Wanita yangpernah dirawat di ruang UGD
karena keguguran merasa sangatterbantu saatia mendapat telepon tindak lanjut.
Dalam salah satu penelitian terhadap pasien yang dirawat di UGD karena
keguguran, pertanyaan berikut ini sering diajukan.
Apa yang terjadi pada diri saya selam ada di UGD?
Apakah keguguran ini terjadi karena kesalahan saya?
Bisakah saya mempunyai kehamilan normal?
Bagaimana saya harus menghadapi kehilangan ini?
Tindakan suportif yang diberikan kepada keluarga dalam menghadapi proses
berduka, dapat menjadi pengalaman emosional yang berharga bagi perawat
kedaruratan.
2.4 Lansia
Keperawatan Gawat Darurat 21
2.4.1 Lansia merupakan bagian utama dari populasi pasien UGD.
Hingga 19 % dari populasi pasien yang datang ke klinis UGD merupakan
kelompok orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun, dan angka ini lebih tinggi
dari pada angka 12 % dalam populasi masyarakat umum. Tiga puluh enam persen
dari semua pasien yang menggunakan ambulance, 43 % dari semua pasien yang
masuk rumah sakit, dan 48 % dari semua pasien yang masuk Unit Perawatan
Intensif merupakan lansia. Seiring meningkatnya usia harapan hidup masyarakat,
warga usia lanjut in akan terus menjadi bagian yang signifikan dalam populasi
pasien di UGD.
2.4.2 Lansia secara signifikan berbeda dari dewasa muda dengan masalah yang sama
Lansia cenderung lebih tampak sakit, lebih lama tinggal di UGD, lebih sering
masuk ke rumah sakit, dan lebih tinggi biaya perawatan UGD jika di bandingkan
dengan dewasa muda. Kedaruratan geriatrik merupakan kejadian multi fokus
yang memerlukan perawatan kedaruratan dengan tingkat keterampilan yang
tinggi.
2.4.3 Aspek yang paling menantang dalam perawatan lansia di UGD
Lansia yang hidup mandiri rata-rata memiliki tiga permasalahan medis kronis.
Jumlah ini meningkat menjadi 10 bagi lansia yang hidup di lembaga perawatan.
Permasalahan kronis ini semakin memperumit pengevaluasian terhadap
permasalahan akut. Hal yang sering menjebak adalah perhatian yang terlalu
terfokus pada permasalahan yang dikemukakan pasien, tanpa mencari latar
belakang kondisi medis dan sosial yang menyebabkan permasalahan akut.
2.4.4 Efek perubahan psikologis normal proses penuaan pada status kesehatan yang
fungsional dan proses penuaan mengubah proses pengkajian
Pengkajian lansia merupakan pekerjaan yang lebih kompleks dan memerlukan
pemahaman tentang perbedaan antara perubahan fisiologik normal yang
berhubungan usia dan patologis. Sebagai contoh, setelah usia 75 tahun, curah
jantung akan menurun sampai 50 % sementara penurunan fungsi paru mencapai
30 %. Perubahan fisiologik normal karena proses dan hubungannya dengan hasil
akhir pengkajian keperawatan di gambarkan berikut ini
Perubahan Fisik dan Psikologis Normal pada Proses Penuaan
Perubahan Normal pada Proses Penuaan Implikasi dalam Pengkajian
Sistem Kardiovaskular
Keperawatan Gawat Darurat 22
Kehilangan elastisitas dan kekuatan
miokardium
Fibrosis pada lumen pembuluh darah;
kalsifikasi arteri
Penebalan pembuluh darah; penurunan
elastisitas
Peningkatan perivaskular
Penebalan dan peningkatan rigiditas pada
katup jantung
Sitem pernafasan
Peningkatan volume residual paru-paru
Atrofi dan regiditas otot
Penebalan membran, alvioli, dan kapilar
paru-paru
Jaringan kulit dan subkutan
Atrofi kelenjar keringat, kelenjar sebasea,
jaringan subkutan
Timbunan melanin tidak merata
Penurunan curah jantung dan aliran darah ke
otak, jantung, ginjal, hati; adaptasi yang lebih
lambat terhadap penurunan aktivitas
Peningkatan tekanan darah sistolik (155/90
mmHg), hipertensi,denyut nadi
Edema, peningkatan tekanan diastolik,
penurunan sensivitas baroreseptor
Peningkatan resistensi perifer terhadap aliran
darah, edema, ekstremitas menjadi dingin
Penurunan curah jantung; 65% lansia memiliki
bising diastolik, khususnya pada katup mitral
atau aorta
Distres pernafasan; rasa takut, cemas;
pernafasan dangkal; retensi karbon dioksida
Gangguan ventilasi, penurunan kapasitas vital,
penurunan kemampuan batuk dan menarik
nafas dalam-dalam
Peningkatan diameter anteroposterior,
gangguan fungsi oksigen, hipoksia jaringan,
dan gangguan sirkulasi paru
Penurunan perspirasi; kulit menjadi kering,
tipis; peningkatan kerentanan trauma dan
ekskoriasi; ketidakmampuan untuk mengatur
suhu tubuh
Keperawatan Gawat Darurat 23
Penurunan elastisitas jaringan
Sistem sensorik
Penurunan kemampuan indra pecium
Penurunan sensasi taktil dan tubuh
Peningkata jumlah dan ketebalan serumen
Penurunan jumlah sel kerucut dan
batang,penebalan lensa
Atrofi dan sklerosis membrane timpani
Sistem retikuloendotel
Penurunan produksi komponen sel dalam
darah
Penurunan fungsi sistem urin
Sistem gastrointestinal
Atrofi lapisan mukosa,penurunan produksi
asam hidroklorida dan enzim pencernaan
lainnya
Kelemahan otot polos,atrofi otot
Lentigenosis, kertosis, dan bercak pigmentasi
Kulit mengeriput, lebih rapuh; jaringan
subkutan dan lemak lunak
Kehilangan selera makan, penurunan produksi
air liur, ancaman keselamatan pada kebocoran
gas, kebakaran
Tendensi untuk menjatuhkan barang-barang,
mengalami cidera, dan lebih mudah jatuh
Penyumbatan saluran telinga, pendengaran
berkurang
Penurunan ketajaman penglihatan,gangguan
pada penglihatan tepi,pres-biopia,dan
penurunan adaptasi gelap
Penurunan ketajaman pendengaran,khususnya
terhadap suara tinggi dan konsonan
Anemia ringan,leukopenia ringan,peningkatan
waktu perdarahan
Penurunan resistansi terhadap
penyakit,infeksi,dan respons inflamasi yang
melambat
Tertundanya pengosongan
lambung,melambatnya pecernaan,gangguan
absorpsi,dan peningkatan pembentukan gas
Penurunan efisiensi,
Keperawatan Gawat Darurat 24
Peningkatan kecenderungan terdesak saat
menelan makanan
Sistem musculoskeletal
Kalsifikasi ligamentum vertebra
Atrofi Fibrokartilago,atrofi otot
Perubahan osteoporotik tulang
Oksifikasi kartilago persendian
Penurunan kekuatan dan ketahanan otot
Nutrisi dan hidrasi
Penurunan lajau metabolisme-diperkirakan
sebesar 1% per tahun yang dimulai sejak
usia 25 tahun
Deplesi cairan
ekskresi,inkontinensia,konstipasi,berkurangnya
peristalsis,kecenderungan untuk mengalami
hemia hiatus
Resiko aspirasi
Perubahan postur-kifosis-
skoliosis,kifoskoliosis
Penurunan kekuatan
otot,kontraktur,fleksi,paralisis,penurunan
pertukaran respiratorik
Peningkatan kerapuhan tulang,fraktur spontan
Kekakuan sendi,ankilosis,kisaran gerak yang
terganggu
Pelambatan dan penurunan ketahanan fisik
Perubahan status gizi,reaksi
obat,hipotermi,penurunan kebutuhan kalori
yang betkaitan dengan aktivitas fisik
Peningkatan resiko dehidrasi,konstipasi,infeksi
saluran kemih
Perubahan fisik dan psikologis nomal pada proses penuaa-lanjutan
Perubahan normal Implikasi dalam pengkajian
Keperawatan Gawat Darurat 25
Pada proses penuaan
Persoalan psikososial
Peningkatan perasaan rendah diri dan
refleksifitas
Penurunan citra diri karena sejumlah
kehilangan dan perubahan
Intrrospeksi kesenangan mengingat masa
lalu
Kecendrungan kea rah depresi, paranoid,
kehilangan semangat
2.4.5 Nilai normal pemeriksaan laboratorium dan gas darah sama bagi semua orang
dewasa.
Pada dasarnya terjadinya penurunan fungsi ginjal, paru dan kekebalan
berkaitan dengan pertambahan usia maka hasil pemeriksaan LED, kadar ureum
darah, kreatinin, hormone yang menstimulasi steroid, dan alkali fosfatase akan
mengalami sedikit peningkatan. Di samping itu, sedikit penurunan dapat terlihat
pada kadar hemoglobin, zat besi, dan bersihan kreaatinin. Pada pengukuran gas
darah arteri, tekanan parsial karbon dioksida di dalam darah arteri akan sedikit
meningkat, sedangkan tekanan parsial oksigen sedikit menurun. Abnormalitas
hasil laboraturium tidak boleh langsung dikaitkan dengan proses pertambahan
usia, sebelum kita melakukan pemeriksaan kondisi pasien dengan teliti terlebih
dahulu.
2.4.6 Cara yang dilakukan perawat untuk dapat memproleh informasi yang paling
akurat
Untuk mempermudah komunikasi, pasien harus berada dalam keadaan
nyaman. Lingkungan yang tenang dan hangat dengan gangguan dan lalu lalang
yang minimal sangat penting. Lansia cendrung menolak mencritakan persoalan
pribadinya dan memerlukan kepercayaan untuk dapat berkomunikasi terbuka.
Hindari ungkapan-ungkapan medis, dan bicaralah dengan lambat, nada rendah,
serta suara jelas. Secara langsung tatap pasien untuk mengurangi efek gangguan
pendengaran. Pertanyaan dengan jawaban tertutup dapat menfokuskan
wawancara tersebut. Keterbatasan fungsional atau ketidakmampuan dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari harus dinilai. Khususnya bagi pasien dengan
Keperawatan Gawat Darurat 26
gangguan kognitif, keluarga, catatan medic pasien, dokter utama, dan apotik
merupakan sumber informasi penting untuk mendapatkan riwayat yang memadai.
2.4.7 Adanya permasalahan medis yang serius pada lansia harus lebih dicurigai karena
Gambaran penyakit yang tidak khas lebih sering dijumpai pada lansia. Perawat
kedaruratan yang berpengalaman tentunya mengetahui bahwa seorang infark
miokard pada lansia bias terjadi tanpa nyeri, sepsis terjadi tanpa demam,
bakteriuria tidak memberikan gejala, peneumonia dapat terlihat sebagai konfusi,
dan apenditis sering dijumpai hanya dengan beberapa gejala local. Animia,
tuberculosis, penyakit tiroid, dan AIDS sering tidak terdiagnosa pada pasien
lansia.
2.4.8 Diagnose yang paling umum pada lansia yang dating ke UGD
Ada perbedaan yang sangat besar antara diagnosis diruang praktek umum dan
keadaan yang terlihat pada keadaan darurat. Diagnosis utama di UGD adalah
kerusakan pada system pernafasan meliputi bronchitis, influenza, infeks saluran
nafas atas, aspirasi, dan pneumonia. Diagnosis lain yang juga sering ditemukan
mencakup nyeri abdomen, infark miokad, gagal jantung kongestif, dan gangguan
keseimbangan elektrolit.
2.4.9 Yang dapat menimbulkan perubahan status mental pada lansia yang datang ke
UGD
Perubahan status mental bukan suatu bagian dalam penuaan yang normal.
Pasien berusia lanjut dapat ditemukan dengan salah satu dari tiga perubahan
status mental. Demensia merupakan perubahan yang kronis dan progresif pada
status mental. Kombinasi penurunan kadar dopamine dan serotonin dengan
kematian karena proses penuaan, membuat depresisebagi kelainan pesikiatrik
yang paling umu pada lansia. Sebenarnya angaka bunuh diri pada laki-laki
berusia 85 tahun atau lebih adalah 5,5 kali lebih besar daripada angka dalam
populasi umum. Delirium atau konfusi akut memiliki prevalensi yang tinggi dan
merupakan permasalahan kesehatan yang mengancam jiwa pada lansia. Perawat
kedaruratan harus memahami bahwa delirium kerap kali mempunyai penyebab
yang reversible atau bias diobati. Berbagai macam luas penyebab delirium
tercantum pada daftar di bawah ini
Metabolic Infeksi Kardiak Ssp Obat-obatan Lain-lain
Keperawatan Gawat Darurat 27
Dehidrasi Pneumonia Infak
miokard
Status
postikal
Digitalis Kehilangan
sensorik
Hioernatremia Infesi saluran
kemih
Aritmia Tumor Antikolinerg
ik
Gizi
Hiponatremia Bakterimia Gagal
jantung
kongestif
Cerebro
vascular
accident
(CVA)
Antidepresan Hipotermia
Hiperglikemia Meningitis Aneurisma Transient
ishcaemic
attack (TIA)
Antihiperten
si
Retensi urin
Penyebab Konfusi Akut
1. Penyebab konfusi akut-lanjut
Metabolik Infeksi Kardiak Ssp Obat-obatan Lain-lain
Hipiglikemia
Asidosis
Alkalosis
Hipoksia
Hiperklasemia
Azotemia
Kegagalan
hepar
Hipertiroidism
e
Hipotiroidisme
Sinusitis
Selulitis
Tamponade Diuretik
Antihistamin
Opiat
Sedatif
Transquilizer
Antipsikotik
NSAID
Antikonvulsa
n
Preparat
Antiparkinson
Gejala putus
obat
Impaksi
fekal
Dehidrasi
imobilisasi
Keperawatan Gawat Darurat 28
SIADH Interaksi obat
2. NSAID = Nonsteroidal antiinflammatory drugs (preparat anti inflamasi
nonsteroid),
3. SIADH = Syndrome of inappopriate of antidiuretik hormone (sindrom
ketidakselarasan sekresi hormon antidiuretik.
2.4.10 Efek apa yang ditimbulkan poliferasi pada penanganan kedaruratan lansia.
Perawat kedaruratan harus menyadari bahwa obat-obatan yang
digunakan pasiien lansia dapat menjadi penyebab permasalahan medis yang
sekarang dialami. Pemakaian obat lebih dari satu macam pada lannsia dapat
meningkatkan kesalahan dalam pemberiannya, mengurangi kepatuhan, dan
meningkatkan interaksi obat serta efek smping. Ada empat macam obat yang
paling sering menimbulkan permasalahan, yaitu aspirin, digoksin, warfarin,
dan diuretik. Banyak gejala, seperti kelemahan, anoreksia, vertigo, sinkop,
atau riwayat terjatuh, harus segera dilakukan pengkajian medikasi dengan
seksama. Empat puluh persen pasien geriatrik meninggalkan UGD dengan
resep baru. Bertambah kompleksitas medikai semakin mempertegas
pentingnya penyuluhan tentang medikasi dan konseling bagi pasien lansia
yang dipulangkan dari UGD. Pasien lansia perlu mengerti bagaiman obat yang
baru disatukan denagn program pengobatannya yang sekarang.
2.4.11 Bagaiman infark miokard bisa berbeda pada lansia
Infark miokard tanpa gejala sam sekali jarang ditemukan, tetapi dapat
terjadi pada lansia yang berusia lebih dari 85 tahun, khususnya wanita.
Umumnya, lansia datang dengan awitan dispnea yang mendadak. Keluhan
lainnya meliputi sinkop, “flu”, mual, muntah, konfusi, dan kelemahan.
Meskipun banyak ;ansia mungkin mengeluhkan nyeri dada klasik, perawat
harus waspada terhadap gambaran klinis tidak khas pada 25 % lansia dengan
infark miokard. Kesalahan triase atau keterlambatan didalam mengenali
penyakit jantung, menyebabkan peningkatan angka kematian akibat infark
miokard pada lansia.
2.4.12 lansia lebih cenderung mengalami infeksi dari pada dewasa muda
Meskipun penurunan respons imun yang berkaitan dengan usia
merupakan faktor yang memberi konstribusi, penyakit kronis dan perawatan
dalam lembaga menjadi penyebab yang paling signifikan untuk peningkatan
rsiko infeksi. Permasalahan signifikan ini bisa saja berlangsng
Keperawatan Gawat Darurat 29
tanplllllllllll,lll,lllffaaa disadari karena lansia dapat menderita infeksi tanpa
demam. Disamping itu, peningkatan jumlah sel darah putih dan neutrofil
dapat tidak ditemukan pada lansia dengan sepsis. Beberapa jenis infeksi,
seperti pneumonia dan infeksi saluran kemih, lebih sering dijumpai dikalangan
lansia.
2.4.13 Keadaan yang paling sering menimbulkan nyeri abdomen akut pada lansia
Dua keadaan yang paling sering menyebabkan nyeri abdomen akut
pada lansia, Yitu diverkulitis dan apendisitis. Inflamasi diverkulum terlihat
pada 9 % dari semua kasu akut yang masuk kebagian bedah, dan keadaan ini
jarang dijumpai pada orang-orang yang berusia dibawah 40 tahun. Nyeri
abdomen dengan diverkulitis, umumnya terasa pada sis sebelah kiri dan
sifatnya ringan hingga sedang, tumpul sakit, serta persisten atau kram.
Meskipun apendisitis paling sering dijumpai pada usia 20-an dan 30-an,
namun apendiks sering menjadi lokasi prnyakit yang penting dikaji dan
diagnosinya acap kali terlewatkan pada lansia. Sebagian besar lansia akan
memperlihatkan gejala apendisitis yang klasik. Akan tetapi, nyeri mungkin
tidak terlalu hebat, tanda defens muskular serta nyeri tekan lepas tidak jelas,
demam kurang nyata, dan kenaikan jumlah leukositnya kurang sensitif. Lansia
dapat tidak memperlihatkan bising usus yang berkurang, nyeri tekan rektal,
atau tanda psoas. Perbedaan pertama manifestasi klinis antara pasien lansia
dengan yang muda, yaitu apendisitis pada lansia cenderung berjalan progresif
dan lebih cepat mengalami porforasi tanpa disertai gejala nyata yang
menunjukkan bahwa penyakit tersebut sudah memasuki stadium lanjut.
Insiden perforasi pada ansia kurang lebih 65 % dan menyebabkan tingginya
angka morbiditas serta mortalitas. Sebagian alasan mengapa diagnosisnya
terlambat ditegakkan terletak pada penyakit kronis yang dapat mengaburkan
gambaran penyakitnya. Konstipasi, divertikulosis, penyakit hepar, obesitas,
obstruksi, dan diabetes akan mempersulit manifestasi klinisnya. Empat puluh
perse penyebab nyeri abdomen pada lansia berupa pembedahan
2.4.14 Trauma mayor biasa di jumpai pada lansia
Trauma mayor relative jarang terjadi pada lansia,dan setiap tahunnya
terdapat 8-15% kasus trauma mayor.Akan tetapi,trauma pada lansia
menyebabkan mortalitas yang lebih tinggi dan pemulihan fungsi yang lebih
buruk bila di bandingkan dengan pasien yang berusaha lebih muda.kecelakaan
Keperawatan Gawat Darurat 30
kendaraan bermotor pada lansia dapat di sebabkan oleh kondisi medis,seperti
infark miokard,disritmiasinkop,efek samping obat,serangan iskemia
sepintas,stroke,atau komplikasi diabetes.berbagai problema medis ini
memerlukan penegakan diagnosis dan penanganan secara simultan dalam
situasi terjadinya trauma.
Cedera yang paling sering dialami lansia adalah hematoma
subduralsetelah trauma yang relative ringan,fraktur fertebra servikalis akibat
penurunan densitas tulang,kontusio paru karena kelainan patologi paru yang
ad sebelumnya,dan tulang iga yang muda patah serta fraktur skeletal.Di antara
para lansia,fraktur pangkal paha sering menyebabkan kmatian;sekitar 30%
pasien fraktur ini meninggal dunia dalam waktu 6 bulan karena komplikasi
yang berhubungan.Jika mereka tidak meninggal,kemampuannya untuk tidak
bergantung pada orang lain akan hilang dan cara hidupnya akan mengalami
perubahan yang drastis.
Jatuh merupakan mekanisme cedera yang paling sering antara para
lansia.Terjatuh merupakan pemeriksaan yang lebih teliti terhadap keadaan-
keadaan berbahaya yang mungkin menjadi penyebabnya.Lingkungan rumah
yang tidak aman dapat di perbaiki dan kondisi fisiologik,seperti hipotensi
ortostatik,aritmia,kehilangan darah yang tersembunyi,atau efek samping obat
dapat diindentifikasi serta diatasi.
2.4.15 Pengkajian dan penyebab sinkop pada lansia.
Vertigo dan sinkop merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh
lansia.Kerap kali sinkop pada lansia bersifat multifakturial dan memerlukn
pengkajian terhadap lebih dari satu sistem.Riwayat penyakit yang cermat
dapat menetukan arah pengkaijian dan apa yang mendesak untuk di periksa
terlebih dahulu.Perawat harus menentukan lingkungan di sekitar
kejadian.Lansia sering menjelaskan keluhan ini dengan
istilah”pusing”,”kepala berkunang-kunag”,atau “berputar”.Kelemahan,jika
timbulnya sepintas,mungkin sebenarnya merupakan episode sinkop.
Pada lansia,penyebab sinkop yang paling sering meliputi aritmia,infark
miokard,hipovolemia sekunder akibat perdarahan gastrointestinal, muntah,
diarepemakain obat dioretik, kejang stroke dan infusiensi vertebrobasila.Selain
itu,perawat harus mencari buktiadanya trauma yang terjadi akibat serangan
sinkop. Selalu pertimbangkan medikasi sebagai penyebab sinkop.Obat-obat
Keperawatan Gawat Darurat 31
yang paling sering menyebabkan sinkop adalah beta bloker,preparat penyekat
kanal-kalsium, fenotiazin, obat-obat antihepertensi, dan vasodilator.
2.4.16 Perawat kedaruratan membantu keluarga pasien lansia di dalam situasi krisis
Ketika krisis, baik fisik maupun social muncul, anggota keluarga lansia
sering datang ke UGD untuk meminta bantuan. Perawat kedaruratan dapat
menjadi anggota yang sangat bermanfaat dalam tim pelayanan kesehatan,
dengan memberikan perhatian, nasehat, serta harapan secara professional.
Kesedihan di dalam keluarga dapat terjadi pada penyakit akut . Anggota
kluarga akan terlibat langsung dalam pengambilan keputusan tentang
persoalan, seperti penolakan terhadap tindakan mempertahankan kehidupan
pasien dan permintaan untuk tidak melakukan resusitasi. Konflik antar
anggota keluarga bisa terlihat jelas. Sebagian anggota dapat menyalakan diri
mereka sendiri karna tidak melihat tanda-tanda sakit atau penurunan fungsi
lebih cepat. Anggota keluarga lain mungkin berasa bersalah karna tidak
mengunjungi lebih sering atau karna tidak memberikan perhatian yg lebih
besar. Ada rasa takut yang besar bahwa lansia akan meninggal atau
memerlukan perawatan khusus di kemudian hari. Anggota keluarga dapat
mengungkapkan eksperesi kemarahan kepada staf jika penyakit pasien tidak
dapat di diagnosis dan di atasi dengan cepat.
Perawat harus menentukan siapa yang akan menjadi juru bicara
keluarga dan pengambil keputusan sejak awal interaksi. Bersama keluarga,
pengambilan keputusan yang sulit mengenai perawatan di kemudian hari bagi
lansia dapat di lakukan. Warisan budaya dapat memengaruhi pengambilan
keputusan. Sebagai contoh, kelompok etnik tertentu seperti masyarakat kulit
hitam, meksiko, atau penduduk asli amerika mungkin tidak bersedia untuk
merawat orang tuanya. Perawat harus memikirkan keseimbangan antara
melakukan apa yang diperlukan dan melakukan lebih dari apa yang
sebenarnya diperlukan.”Mengambil alih semua pekerjaan” berarti menjadikan
lansia sebagai bayi kembali. Di samping itu, hak-hak legaldan sipil lansia
tidak selalu di pertimbangkan atau di hormati. Dalam situasi krisis, pekerja
social bidang kesehatan serta menijer oprasional kasus bekerja sebagai
konsultan dan memainkan peranan kolaboratif untuk meningkatkan
kemampuan keluarga dalam memecahkan sendiri permasalahannya. Perawat
Keperawatan Gawat Darurat 32
kedaruratan harus memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada untuk
membantu, baik keluarga maupun pasien sendiri selama masa krisis.
2.4.17 Persoalan etika yang ada di sekitar perawatan lansia di UGD
Penatalaksanaan lansia di UGD menjadi persoalan yang kontrafersial
dan tidak dapat di definisikan dengan baik. Persoalan seperti petunjuk tentang
perawatan kesehatan lanjutan dan pendistribusian perawatan kesehatan,
berdasarkan usia kronologis mengandung kontrofersi. Efekti fitas tindakan
resusitasi UGD yang kontino pada henti jantung di luar rumah sakit, ternyata
tidak banyak manfaatnya kendati tindakan ini masih terus dipraktikkan. Beban
ekonomin masyarakat dan perorangan yang ditimbulkan. Oleh perawatan
kedaruratan dengan teknologi tinggi bagi lansia juga sudah menjadi sebuah
topic yang diperdebatkan. Pedoman ketat tentang criteria admisi turut
memberikan kontribusi pada konflik tersebut. Persoalan etika yang kompleks
ini memerlukan pembahasan yang jujur antara professional kesehatan
kliennya. Dengan semakin bertambahnya usia harapan hidup masyarakat, pada
perawat kedaruratan akan lebih bnyak merawat lansia yang dapat menjadi
pasien dengan fisik yang sudah amat rpuh serta sulit di tangani. Kita harus
mempersiapkan diri sendiri untuk menjawab persoalan etika yang ditimbulkan
oleh pasien lansia.
\
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anak-anak merupakan dewasa kecil dari pada memandang anak-anak sebagai
dewasa kecil, lebih baik kita melihat orang dewasa sebagai anak-anak yang besar .
Keperawatan Gawat Darurat 33
neonates ,bayi, anak-anak ,remaja, dewasa semua memiliki system fisiologik dan
psikososial yang matur. Remaja harus diizinkan untuk memilih siapa yang dapat
mendampinginya selama pemeriksaan. Mereka dapat memilih orangtua atau
temannya. Hindarilah pertanyaan menyelidik tentang kehamilan, hubungan seks, atau
penggunaan obat bius dan masalah kesehatan jiwa di depan orangtua atau walinya.
Lansia yang hidup mandiri rata-rata memiliki tiga permasalahan medis kronis.
Jumlah ini meningkat menjadi 10 bagi lansia yang hidup di lembaga perawatan.
Permasalahan kronis ini semakin memperumit pengevaluasian terhadap permasalahan
akut. Penatalaksanaan lansia di UGD menjadi persoalan yang kontrafersial dan tidak
dapat di definisikan dengan baik. Persoalan seperti petunjuk tentang perawatan
kesehatan lanjutan dan pendistribusian perawatan kesehatan, berdasarkan usia
kronologis mengandung kontrofersi. Efekti fitas tindakan resusitasi UGD yang
kontino pada henti jantung di luar rumah sakit, ternyata tidak banyak manfaatnya
kendati tindakan ini masih terus dipraktikkan. Beban ekonomin masyarakat dan
perorangan yang ditimbulkan. Oleh perawatan kedaruratan dengan teknologi tinggi
bagi lansia juga sudah menjadi sebuah topic yang diperdebatkan. Pedoman ketat
tentang criteria admisi turut memberikan kontribusi pada konflik tersebut.
3.2 Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok
mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama
mahasiswa.
Keperawatan Gawat Darurat 34
KEPUSTAKAAN
1. Berkauskas VH, et al: Health and Physical Assesment. St. Louis, Mosby, 1994, pp
722-738
2. Dildy G: Preeclampsia / eclampsia. In Pearlman MD, Tintinanli JE (ed): Emergency
Care of the Woman. New York, McGraw-Hill, 1998, pp 59-68.
3. Hopper B: Precipitous delivery. In Mancini ME: Decision Making in Emergency
Nursing. St. Louis, Mosby, 1987, pp 130-131.
4. Howell JM: Third trimester vaginal bleeding. In Markovchick VJ, Pons PT, Wolfe RE
(eds): Emergency Medicine Secrets. Philadelphia, Hanley & Belfus, 1997, pp 348-
353.
5. Koziol-McLain J, Whitehill CS, Stepens L, et al: An investigation of emergency
departement patient percetions of their miscarriage experience. J Emerg Nurs 18:501-
504, 1992.
6. Mishell DR: ectopic pregnacy. In Mishell DR, et al (eds): Comprehensive
Gynecology. 3rd ed. Louis Mosby, 1997, pp 431-44.
7. Rossoll LW: Assessing fetal heart tones. In Proehl JA (ed): Emergency Nursing
Procedures, 2nd ed. Philadelphia, W.B. Saunders, 1999, PP 363-365.
Keperawatan Gawat Darurat 35