14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia yang sudah melintasi batas- batas wilayah teritorial Negara lain sangat membutuhkan aturan yang jelas dan tegas agar tercipta suasana kerukunan dan kerjasa sama yang saling menguntungkan. Kerjasama dalam bentuk hubungan antara bangsa dan hubungan internasional, sangat memerlukan aturan-aturan hukum yang bersifat internasional. Hukum internasional bertujuan untuk mengatur masalah-masalah bersama yang penting dalam hubungan antara subjek- subjek hukum internasional. Hubungan internasional ini tidak terlepas dari hubungan antara Negara dan warga Negara karena bangsa romawi sudah mengenal hukum internsional sejak tahun 89 SM. Hukum ini dikenal dengan ius civile (hukum sipil) dan ius gentium (hukum antar bangsa). Mereka membedakan dua hukum atas dasar isi dan ruang lingkup dari hukum- hukum tersebut. Dengan kata lain, ius gentium adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang-orang romawi dan orang-orang asing. Hugo de Groot mengemukakan bahwa hukum dan hubungan internasional didasarkan kepada kemauan bebas dan persetujuan beberapa atau semua Negara. Ini ditunjukan demi kepentingan bersama dari mereka yang ~ 1 ~

Makalah Hukum Internasional

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Hukum Internasional

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia yang sudah melintasi batas-batas wilayah

teritorial Negara lain sangat membutuhkan aturan yang jelas dan tegas

agar tercipta suasana kerukunan dan kerjasa sama yang saling

menguntungkan. Kerjasama dalam bentuk hubungan antara bangsa dan

hubungan internasional, sangat memerlukan aturan-aturan hukum yang

bersifat internasional. Hukum internasional bertujuan untuk mengatur

masalah-masalah bersama yang penting dalam hubungan antara subjek-

subjek hukum internasional.

Hubungan internasional ini tidak terlepas dari hubungan antara

Negara dan warga Negara karena bangsa romawi sudah mengenal

hukum internsional sejak tahun 89 SM. Hukum ini dikenal dengan ius

civile (hukum sipil) dan ius gentium (hukum antar bangsa). Mereka

membedakan dua hukum atas dasar isi dan ruang lingkup dari hukum-

hukum tersebut. Dengan kata lain, ius gentium adalah hukum yang

mengatur hubungan antara orang-orang romawi dan orang-orang asing.

Hugo de Groot mengemukakan bahwa hukum dan hubungan

internasional didasarkan kepada kemauan bebas dan persetujuan

beberapa atau semua Negara. Ini ditunjukan demi kepentingan bersama

dari mereka yang menyatukan diri didalamnya. Dalam buku An

Introduction to International Law, J.G Starke memberikan devinisi hukum

internasional. Menurutnya hukum internasional adalah sekumpulan

hukum (body of law) yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dan

karena itu biasanya ditaati dalam hubungan antar Negara.

Hukum internasional mencakup hal berikut.

1) Hukum perdata internasional, yaitu hukum internasional yang

mengatur hubungan hukum antara warga Negara suatu negara dan

warga Negara dari Negara lain (hukum antar bangsa).

~ 1 ~

Page 2: Makalah Hukum Internasional

2) Hukum public internasional, yaitu hukum internasional yang mengatur

Negara yang satu dan Negara yang lain dalm hubungan

internasional. (hukum antar bangsa)

Hukum perdata internasional yang mengatur hubungan hukum

antara warga Negara suatu negara dan warga Negara dari Negara lain

(hukum antar bangsa). Tidak terlepas dari pengertian apa itu Ras. Ras

adalah sekumpulan manusia yang tinggal disuatu wilayah tertentu yang

memiliki ciri-ciri fisik yang sama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diatas maka dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan antara Negara dengan Warga Negara?

2. Bagaimana perlindungan yang diberikan negara pada warga

Negaranya dalam memperoleh kewarganegaraan?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui lebih jelas

tentang hubungan negara dan warga negara serta perlindungan yang

diberikan negara pada warga negaranya dalam memperoleh

kewarganegaraan.

~ 2 ~

Page 3: Makalah Hukum Internasional

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Negara Dengan Warga Negara

Hubungan Negara dan warga Negara sangat erat sekali

hubungannya karena tanpa adanya warga Negara belum tentu suatu

Negara itu akan ada, begitu juga sebaliknya apabila Negara tidak ada

maka warga Negara pun tidak akan pernah ada.

Nasionalitas sering merupakan satu-satunya hubungan antara

satu individu dan satu negara, yang menjamin diberlakukannya hak-hak

dan kewajiban menutut hukum internasional kepada individu tersebut.

Nasionalitas dapat didefinisikan sebagai status hukum

keanggotaan kolektivitas individu-individu yang tindakannya, keputusan-

keputusannya dan kebijaksaannya dijamin melalui konsep hukum

Negara yang mewakili individu-individu tersebut.nasionalitas semata-

mata hanya berkenaan dengan hukum nasional. Telah lama diakui

bahwa, adalah menjadi hak prerogative setiap Negara untuk menentukan

sendiri dan menurut konstitusi serta perundang-undangannya, kelompok

orang yang bagaimana menjadi warga negarnya.

Setiap Negara mempunyai warga Negaranya sendiri, tetapi

sebagai tambahanya terdapat status “kaula” inggris yang menunjukan

keanggotaanya pada pesemakmuran ini yang terdiri dari privilege-

privilege tertentu. Memang beragam kaidah yang berbeda-beda

mengenai nasionalitas dijumpai dalam perundang-undangan Negara,

kurang keseragaman ini sebagian besar terlihat nyata dalam perbedaan

berkenaan dengan perolehan nasionalitas yang asli.

Nasionalits haruslah dibedakan dari yang berikut ini:

1. Ras

2. Keanggotaan atau kewarganegaraan dari negara bagian atau dari

propinsi-propinsi suatu federasi.

~ 3 ~

Page 4: Makalah Hukum Internasional

3. Hak untuk perlindungan diplomatic.

4. Hak-hak kewarganegaraan, yang dapat dihapuskan dari orang yang

menjadi warga negara.

B. Perlindungan Yang Diberikan Negara Pada Warga Negaranya Dalam

Memperoleh Kewarganegaraan.

Asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan antara:

1. Ius soli. Asas ius soli adalah yang menentukan kewarganegaraan

seseorang menurut daerah atau Negara tempat ia dilahirkan.

Contohnya:

Seseorang yang dilahirkan di Negara A maka ia akan menjadi wrga

negara A, walaupun orang tuanya adalah warga Negara B.

2. Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan

seseorang menurut pertalian darah atau keturunan dari orang yang

bersangkutan jadi yang menentukan kewarganegaraan seseorang

ialah kewarganegaraan orangtuanya, dengan tidak mengindahkan

dimana ia sendiri dan orang tuanya berada dan dilahirkan .

Contohnya:

Seseorang yang dilahirkan di Negara A, tetapi orang tuanya warga

Negara B, maka orang tersebut tetap menjadi warga Negara B.

Perbedaan dalam menentukan kewarganegaraan dibeberapa

Negara, baik yang menerapakan asas ius soli maupun asas iun

sanguinis, dapat menimbulkan dua kemungkinan yaitu:

1. Apatride

apatride adalah adanya seseorang penduduk yang sama sekali tidak

mempunyai kewarganegaraan.

Contoh:

Seorang yang keturunan bangsa a (ius soli) lahir di Negara b (ius

sanguinis). Maka orang tersebut tidaklah menjadi warga Negara a dan

juga tidak dapat menjadi warga Negara b, dengan demkian orang

tersebutv tidak mempunyai kewarganegaraan.

~ 4 ~

Page 5: Makalah Hukum Internasional

2. Bipatride

Bipatride adalah adanya seorang penduduk yang mempunyai dua

macam kewarganegaraan sekaligus.

Contoh:

Seorang keturunan bangsa b (ius sanguinis) lahir di Negara A (ius

soli). Oleh karena itu keturunan bangsa b maka dianggap sebagai

warga Negara B. akan tetapi, Negara A juga menganggap warga

negarnya karena berdasarkan tempat lahirnya.

Sehingga perlindungan yang diberikan Negara  pada warga

negaranya dalam menentukan status kewarganegaraan suatu Negara,

pemerintah lazim menggunakan stelsel aktif dan stelsel pasif. Menurut

stelsel aktif, orang yang akan menjadi warga Negara suatu negara harus

mempunyai tindakan-tindakan hukum tertentu secara aktif, dalam stelsel

pasif, orang yang berada dalam suatu negara sudah dengan sendirinya

dianggap menjadi warga Negara, tanpa/ harus melakukan suatu tindakan

hukum tertentu.

Warga Negara dalam suatu Negara pada dasarnya mempunyai hak

opsi dan hak repudiasi. Hak opsi adalah hak untuk memilih sesuatu

kewarganegaraan ( dalam stelsel aktif. Sedangkan hak repudiasi adalah

hak untuk menolak sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel pasif).

Adanya kenyataan social tentang penentuan kewarganegaraan

sekarang, maka setiap negara perlu membuat ketentuan-ketentuan tegas

guna mencegah timbulnya penduduk, baik yang apatride maupun

bipatride.

Untuk memberikan perlindungan terhadap warganegara maka

Negara mengaturnya dalam UU No 3 Tahun 1946, KMB 27 Desember

1949, dan UU No 62 Tahun 1958. menurut UU RI No 3 Tahun 1946, yang

menjadi warga Negara Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Penduduk asli dalam daerah RI, termasuk anak-anak dari penduduk

asli itu.

~ 5 ~

Page 6: Makalah Hukum Internasional

2. Isteri seorang warga Negara.

3. Keturunan dari seorang warga Negara yang kawin dengan wanita

Negara asing.

4. Anak yang lahir dalam daerah RI yang oleh orangtuanya tidak

diketahui dengan cara yang sah.

5. Anak-anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya, yang

mempunyai kewarganegaraan Indonesia, meninggal.

6. Orang bukan penduduk asli yang paling akhir bertempat tinggal di

Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut, dan telah berumur 21

tahun atau telah kawin.

7. Masuk menjadi warga negara Indonesia dengan jalan

pewarganegaraan (naturalisasi).

Dalam persetujuan kmb dikatakan bahwa yang menjadi warga Negara RI

adalah sebagai berikut.

1. Penduduk asli indonesia, yaitu mereka yang dahulu termasuk

golongan bumiputera dan berkedudukan diwilayh RI.

2. Orang Indonesia, kawulanegara belanda yang bertempat tinggal di

suriname atau antilen.

3. Orang cina dan arab yang lahir di Indonesia atau sedikitnya bertempat

tinggal enam bulan di wilayah RI dalam waktu dua tahun sesudah

tanggal 27 desember 1949 menytakan memilih menjadi warga Negara

Indonesia.

4. Orang belanda yang dilahirkan di wilayah RI atau sedikitnya

bertempat tinggal enam bulan diwilayah RI dan yang dalam waktu dua

tahun sesudah tanggal 27 Desember 1949 menyatakan memilih

warga negara Indonesia.

5. Orang asing bukan orang belanda yang lahir di Indonesia dan

bertempat tinggal di RI dan yang dalam waktu dua tahun sesudah

tanggal 27 desember 1949 tidak menolak kewarganegaraan.

~ 6 ~

Page 7: Makalah Hukum Internasional

Dalam UU No 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan republic

Indonesia dikatakan bahwa yang menjadi warga Negara indonesia

adalah:

1. Mereka yang telah menjadi warga Negara berdasarkanUU / peraturan/

perjanjian yang berlaku surut.

2. mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan dalam

UU NO. 62 tahun 1958yakni sebagai berikut.

1. Pada waktu lahirnya mempunyai hubungan kekeluargaan

dengan seorang warga Negara Indonesia.

2. Lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia,

dan ayahnya merupakan warganegara Indonesia.

3. Lahir dalam wilayah RI selama orangtuanya tidak diketahui.

4. Memperoleh kewarganegaraan RI menurut UU NO. 62 tahun

1958.

Selain Negara memberikan jaminan bagaimana cara memperoleh

kewarganegaraan  negara juga memberikan hak-hak warga Negara

diantaranya sebagai berikut:

1. Pemberian hak dan perlindungan diplomatic diluar negeri merupakan

suatu sifat penting dari nasionalitas.

2. Negara yang menjadi kebangsaan seseorang tertentu akan

bertanggung jawab kepada Negara lain apabila Negara itu melalaikan

kewajibanya mencegah tindakn-tindakan melanggar hukum yang

dilakukan oleh orang yang bersangkutan itu atau Negara itu tidak

menghukumnya setelah tindakan melanggar hukum dilakukan.

3. Pada umumnya, suatu Negara tidak boleh menolak untuk menerima

kembali warga negarnya sendiri di wilayahnya.

4. Nasionalitas membawa serta kesetian dan salah satu hak utama dari

kesetiaan adalah kewajiban untuk melaksanakan dinas wajib militer

dinegara terhadap mana kesetaian mana ibuktikan.

5. Suatu Negara mempunyai hak luas, dalam hal tidak adanya sutu

traktat khususnya yang mengikatnya guna melakukan hak itu, untuk

~ 7 ~

Page 8: Makalah Hukum Internasional

menolak pengekstradisian warganya kepada Negara lain yang

meminta penyerahanya.

6. Status musuh pada masa perang dapat ditentukan oleh nasionalitas

orang tersebut.

7. Negara-negara sering melaksanakan yurisdiksi pidana dan yuridiksi

lain atas dasar nsionalitas.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Perkembangan dunia yang sudah melintasi batas-batas wilayah

teritorial Negara lain sangat membutuhkan aturan yang jelas dan

tegas agar tercipta suasana kerukunan dan kerja sama yang saling

menguntungkan. Kerjasama dalam bentuk hubungan antara bangsa

dan hubungan internasional, sangat memerlukan aturan-aturan hukum

yang bersifat internasional. Hukum internasional bertujuan untuk

mengatur masalah-masalah bersama yang penting dalam hubungan

antara subjek-subjek hukum internasional.

2. Ius soli. Asas ius soli adalah yang mennyatukan kewarganegaraan

seseorang menurut daerah atau Negara tempat ia dilahirkan Asas ius

sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan

seseorang menurut pertalian darah atau keturunan dari orang yang

bersangkutan jadi yang menentukan kewarganegaraan seseorang

ialah kewarganegaraan orangtuanya, dengan tidak mengindahkan

dimana ia sendiri dan orang tuanya berada dan dilahirkan .

3. Apatride adalah adanya seseorang penduduk yang sama sekali tidak  

mempunyai kewarganegaraan. Bipatride adalah adanya seorang

penduduk yang mempunyai dua macam kewarganegaraan sekaligus.

~ 8 ~

Page 9: Makalah Hukum Internasional

2. SARAN

1. penulis berharap kepada pemerintah agar lebih memperhatikan warga

negaranya agar tidak terjadi apatride dan bipatride

2. penulis berharap pemerintah membuat Undang-Undang yang

menjamin hak kewarganegaraan seseorang secara jelas.

3. Dengan adanya undang-undang yang jelas tentang kewarganegaran

akan membuat warga negara merasa tenang, dan terlindungi.

~ 9 ~

Page 10: Makalah Hukum Internasional

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, 2003, Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara Untuk SMU, Erlangga,

Jakarta,  Hlm 227

T. May Rudy, 2001, Hukum Internasional, Refika, Bandung, Hlm35

www. Google.com

~ 10 ~