Upload
kurnia-dewi-cahya-maulina
View
35
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia yang sudah melintasi batas-batas wilayah
teritorial Negara lain sangat membutuhkan aturan yang jelas dan tegas
agar tercipta suasana kerukunan dan kerjasa sama yang saling
menguntungkan. Kerjasama dalam bentuk hubungan antara bangsa dan
hubungan internasional, sangat memerlukan aturan-aturan hukum yang
bersifat internasional. Hukum internasional bertujuan untuk mengatur
masalah-masalah bersama yang penting dalam hubungan antara subjek-
subjek hukum internasional.
Hubungan internasional ini tidak terlepas dari hubungan antara
Negara dan warga Negara karena bangsa romawi sudah mengenal
hukum internsional sejak tahun 89 SM. Hukum ini dikenal dengan ius
civile (hukum sipil) dan ius gentium (hukum antar bangsa). Mereka
membedakan dua hukum atas dasar isi dan ruang lingkup dari hukum-
hukum tersebut. Dengan kata lain, ius gentium adalah hukum yang
mengatur hubungan antara orang-orang romawi dan orang-orang asing.
Hugo de Groot mengemukakan bahwa hukum dan hubungan
internasional didasarkan kepada kemauan bebas dan persetujuan
beberapa atau semua Negara. Ini ditunjukan demi kepentingan bersama
dari mereka yang menyatukan diri didalamnya. Dalam buku An
Introduction to International Law, J.G Starke memberikan devinisi hukum
internasional. Menurutnya hukum internasional adalah sekumpulan
hukum (body of law) yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dan
karena itu biasanya ditaati dalam hubungan antar Negara.
Hukum internasional mencakup hal berikut.
1) Hukum perdata internasional, yaitu hukum internasional yang
mengatur hubungan hukum antara warga Negara suatu negara dan
warga Negara dari Negara lain (hukum antar bangsa).
~ 1 ~
2) Hukum public internasional, yaitu hukum internasional yang mengatur
Negara yang satu dan Negara yang lain dalm hubungan
internasional. (hukum antar bangsa)
Hukum perdata internasional yang mengatur hubungan hukum
antara warga Negara suatu negara dan warga Negara dari Negara lain
(hukum antar bangsa). Tidak terlepas dari pengertian apa itu Ras. Ras
adalah sekumpulan manusia yang tinggal disuatu wilayah tertentu yang
memiliki ciri-ciri fisik yang sama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diatas maka dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan antara Negara dengan Warga Negara?
2. Bagaimana perlindungan yang diberikan negara pada warga
Negaranya dalam memperoleh kewarganegaraan?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui lebih jelas
tentang hubungan negara dan warga negara serta perlindungan yang
diberikan negara pada warga negaranya dalam memperoleh
kewarganegaraan.
~ 2 ~
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hubungan Negara Dengan Warga Negara
Hubungan Negara dan warga Negara sangat erat sekali
hubungannya karena tanpa adanya warga Negara belum tentu suatu
Negara itu akan ada, begitu juga sebaliknya apabila Negara tidak ada
maka warga Negara pun tidak akan pernah ada.
Nasionalitas sering merupakan satu-satunya hubungan antara
satu individu dan satu negara, yang menjamin diberlakukannya hak-hak
dan kewajiban menutut hukum internasional kepada individu tersebut.
Nasionalitas dapat didefinisikan sebagai status hukum
keanggotaan kolektivitas individu-individu yang tindakannya, keputusan-
keputusannya dan kebijaksaannya dijamin melalui konsep hukum
Negara yang mewakili individu-individu tersebut.nasionalitas semata-
mata hanya berkenaan dengan hukum nasional. Telah lama diakui
bahwa, adalah menjadi hak prerogative setiap Negara untuk menentukan
sendiri dan menurut konstitusi serta perundang-undangannya, kelompok
orang yang bagaimana menjadi warga negarnya.
Setiap Negara mempunyai warga Negaranya sendiri, tetapi
sebagai tambahanya terdapat status “kaula” inggris yang menunjukan
keanggotaanya pada pesemakmuran ini yang terdiri dari privilege-
privilege tertentu. Memang beragam kaidah yang berbeda-beda
mengenai nasionalitas dijumpai dalam perundang-undangan Negara,
kurang keseragaman ini sebagian besar terlihat nyata dalam perbedaan
berkenaan dengan perolehan nasionalitas yang asli.
Nasionalits haruslah dibedakan dari yang berikut ini:
1. Ras
2. Keanggotaan atau kewarganegaraan dari negara bagian atau dari
propinsi-propinsi suatu federasi.
~ 3 ~
3. Hak untuk perlindungan diplomatic.
4. Hak-hak kewarganegaraan, yang dapat dihapuskan dari orang yang
menjadi warga negara.
B. Perlindungan Yang Diberikan Negara Pada Warga Negaranya Dalam
Memperoleh Kewarganegaraan.
Asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan antara:
1. Ius soli. Asas ius soli adalah yang menentukan kewarganegaraan
seseorang menurut daerah atau Negara tempat ia dilahirkan.
Contohnya:
Seseorang yang dilahirkan di Negara A maka ia akan menjadi wrga
negara A, walaupun orang tuanya adalah warga Negara B.
2. Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang menurut pertalian darah atau keturunan dari orang yang
bersangkutan jadi yang menentukan kewarganegaraan seseorang
ialah kewarganegaraan orangtuanya, dengan tidak mengindahkan
dimana ia sendiri dan orang tuanya berada dan dilahirkan .
Contohnya:
Seseorang yang dilahirkan di Negara A, tetapi orang tuanya warga
Negara B, maka orang tersebut tetap menjadi warga Negara B.
Perbedaan dalam menentukan kewarganegaraan dibeberapa
Negara, baik yang menerapakan asas ius soli maupun asas iun
sanguinis, dapat menimbulkan dua kemungkinan yaitu:
1. Apatride
apatride adalah adanya seseorang penduduk yang sama sekali tidak
mempunyai kewarganegaraan.
Contoh:
Seorang yang keturunan bangsa a (ius soli) lahir di Negara b (ius
sanguinis). Maka orang tersebut tidaklah menjadi warga Negara a dan
juga tidak dapat menjadi warga Negara b, dengan demkian orang
tersebutv tidak mempunyai kewarganegaraan.
~ 4 ~
2. Bipatride
Bipatride adalah adanya seorang penduduk yang mempunyai dua
macam kewarganegaraan sekaligus.
Contoh:
Seorang keturunan bangsa b (ius sanguinis) lahir di Negara A (ius
soli). Oleh karena itu keturunan bangsa b maka dianggap sebagai
warga Negara B. akan tetapi, Negara A juga menganggap warga
negarnya karena berdasarkan tempat lahirnya.
Sehingga perlindungan yang diberikan Negara pada warga
negaranya dalam menentukan status kewarganegaraan suatu Negara,
pemerintah lazim menggunakan stelsel aktif dan stelsel pasif. Menurut
stelsel aktif, orang yang akan menjadi warga Negara suatu negara harus
mempunyai tindakan-tindakan hukum tertentu secara aktif, dalam stelsel
pasif, orang yang berada dalam suatu negara sudah dengan sendirinya
dianggap menjadi warga Negara, tanpa/ harus melakukan suatu tindakan
hukum tertentu.
Warga Negara dalam suatu Negara pada dasarnya mempunyai hak
opsi dan hak repudiasi. Hak opsi adalah hak untuk memilih sesuatu
kewarganegaraan ( dalam stelsel aktif. Sedangkan hak repudiasi adalah
hak untuk menolak sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel pasif).
Adanya kenyataan social tentang penentuan kewarganegaraan
sekarang, maka setiap negara perlu membuat ketentuan-ketentuan tegas
guna mencegah timbulnya penduduk, baik yang apatride maupun
bipatride.
Untuk memberikan perlindungan terhadap warganegara maka
Negara mengaturnya dalam UU No 3 Tahun 1946, KMB 27 Desember
1949, dan UU No 62 Tahun 1958. menurut UU RI No 3 Tahun 1946, yang
menjadi warga Negara Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Penduduk asli dalam daerah RI, termasuk anak-anak dari penduduk
asli itu.
~ 5 ~
2. Isteri seorang warga Negara.
3. Keturunan dari seorang warga Negara yang kawin dengan wanita
Negara asing.
4. Anak yang lahir dalam daerah RI yang oleh orangtuanya tidak
diketahui dengan cara yang sah.
5. Anak-anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya, yang
mempunyai kewarganegaraan Indonesia, meninggal.
6. Orang bukan penduduk asli yang paling akhir bertempat tinggal di
Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut, dan telah berumur 21
tahun atau telah kawin.
7. Masuk menjadi warga negara Indonesia dengan jalan
pewarganegaraan (naturalisasi).
Dalam persetujuan kmb dikatakan bahwa yang menjadi warga Negara RI
adalah sebagai berikut.
1. Penduduk asli indonesia, yaitu mereka yang dahulu termasuk
golongan bumiputera dan berkedudukan diwilayh RI.
2. Orang Indonesia, kawulanegara belanda yang bertempat tinggal di
suriname atau antilen.
3. Orang cina dan arab yang lahir di Indonesia atau sedikitnya bertempat
tinggal enam bulan di wilayah RI dalam waktu dua tahun sesudah
tanggal 27 desember 1949 menytakan memilih menjadi warga Negara
Indonesia.
4. Orang belanda yang dilahirkan di wilayah RI atau sedikitnya
bertempat tinggal enam bulan diwilayah RI dan yang dalam waktu dua
tahun sesudah tanggal 27 Desember 1949 menyatakan memilih
warga negara Indonesia.
5. Orang asing bukan orang belanda yang lahir di Indonesia dan
bertempat tinggal di RI dan yang dalam waktu dua tahun sesudah
tanggal 27 desember 1949 tidak menolak kewarganegaraan.
~ 6 ~
Dalam UU No 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan republic
Indonesia dikatakan bahwa yang menjadi warga Negara indonesia
adalah:
1. Mereka yang telah menjadi warga Negara berdasarkanUU / peraturan/
perjanjian yang berlaku surut.
2. mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan dalam
UU NO. 62 tahun 1958yakni sebagai berikut.
1. Pada waktu lahirnya mempunyai hubungan kekeluargaan
dengan seorang warga Negara Indonesia.
2. Lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia,
dan ayahnya merupakan warganegara Indonesia.
3. Lahir dalam wilayah RI selama orangtuanya tidak diketahui.
4. Memperoleh kewarganegaraan RI menurut UU NO. 62 tahun
1958.
Selain Negara memberikan jaminan bagaimana cara memperoleh
kewarganegaraan negara juga memberikan hak-hak warga Negara
diantaranya sebagai berikut:
1. Pemberian hak dan perlindungan diplomatic diluar negeri merupakan
suatu sifat penting dari nasionalitas.
2. Negara yang menjadi kebangsaan seseorang tertentu akan
bertanggung jawab kepada Negara lain apabila Negara itu melalaikan
kewajibanya mencegah tindakn-tindakan melanggar hukum yang
dilakukan oleh orang yang bersangkutan itu atau Negara itu tidak
menghukumnya setelah tindakan melanggar hukum dilakukan.
3. Pada umumnya, suatu Negara tidak boleh menolak untuk menerima
kembali warga negarnya sendiri di wilayahnya.
4. Nasionalitas membawa serta kesetian dan salah satu hak utama dari
kesetiaan adalah kewajiban untuk melaksanakan dinas wajib militer
dinegara terhadap mana kesetaian mana ibuktikan.
5. Suatu Negara mempunyai hak luas, dalam hal tidak adanya sutu
traktat khususnya yang mengikatnya guna melakukan hak itu, untuk
~ 7 ~
menolak pengekstradisian warganya kepada Negara lain yang
meminta penyerahanya.
6. Status musuh pada masa perang dapat ditentukan oleh nasionalitas
orang tersebut.
7. Negara-negara sering melaksanakan yurisdiksi pidana dan yuridiksi
lain atas dasar nsionalitas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Perkembangan dunia yang sudah melintasi batas-batas wilayah
teritorial Negara lain sangat membutuhkan aturan yang jelas dan
tegas agar tercipta suasana kerukunan dan kerja sama yang saling
menguntungkan. Kerjasama dalam bentuk hubungan antara bangsa
dan hubungan internasional, sangat memerlukan aturan-aturan hukum
yang bersifat internasional. Hukum internasional bertujuan untuk
mengatur masalah-masalah bersama yang penting dalam hubungan
antara subjek-subjek hukum internasional.
2. Ius soli. Asas ius soli adalah yang mennyatukan kewarganegaraan
seseorang menurut daerah atau Negara tempat ia dilahirkan Asas ius
sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang menurut pertalian darah atau keturunan dari orang yang
bersangkutan jadi yang menentukan kewarganegaraan seseorang
ialah kewarganegaraan orangtuanya, dengan tidak mengindahkan
dimana ia sendiri dan orang tuanya berada dan dilahirkan .
3. Apatride adalah adanya seseorang penduduk yang sama sekali tidak
mempunyai kewarganegaraan. Bipatride adalah adanya seorang
penduduk yang mempunyai dua macam kewarganegaraan sekaligus.
~ 8 ~
2. SARAN
1. penulis berharap kepada pemerintah agar lebih memperhatikan warga
negaranya agar tidak terjadi apatride dan bipatride
2. penulis berharap pemerintah membuat Undang-Undang yang
menjamin hak kewarganegaraan seseorang secara jelas.
3. Dengan adanya undang-undang yang jelas tentang kewarganegaran
akan membuat warga negara merasa tenang, dan terlindungi.
~ 9 ~
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, 2003, Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara Untuk SMU, Erlangga,
Jakarta, Hlm 227
T. May Rudy, 2001, Hukum Internasional, Refika, Bandung, Hlm35
www. Google.com
~ 10 ~