28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan penyakit yang banyak menarik perhatian karena tingkat prevalensinya yang semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi karena adanya perubahan gaya hidup dan bertambahnya populasi usia lanjut. Perubahan gaya hidup diantaranya mulai dari pola makan/jenis makanan yang dikonsumsi sampai berkurangnya kegiatan jasmani. Penyakit DM sering menimbulkan komplikasi berupa stroke, gagal ginjal, jantung, nefropati, kebutaan dan bahkan harus menjalani amputasi jika anggota badan menderita luka gangren (Annisa, 2004). Kasus diabetes melitus yang paling banyak dijumpai adalah DM tipe II yang umumnya memepunyai latar belakang kelainan berupa resistensi insulin. Pengobatan untuk DM tipe II dengan perencanaan makan (diet) atau terapi nutrisi medik, yang merupakan pengobatan utama yang diikuti dengan latihan jasmani (olahraga), namun bila tindakan tersebut tidak atau kurang efektif untuk menormalkan glukosa darah maka perlu digunakan obat antidiabetik oral. Obat antidiabetik oral merupakan senyawa yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan diberikan secara oral. Pada penggunaan obat antidiabetik oral dapat terjadi interaksi dengan obat-obat tertentu yang digunakan oleh pasien sehingga menyebabkan terjadinya gejala

makalah IO diabet

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mengenai diabete

Citation preview

Page 1: makalah IO diabet

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan penyakit yang banyak menarik perhatian karena

tingkat prevalensinya yang semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi karena adanya

perubahan gaya hidup dan bertambahnya populasi usia lanjut. Perubahan gaya hidup

diantaranya mulai dari pola makan/jenis makanan yang dikonsumsi sampai

berkurangnya kegiatan jasmani. Penyakit DM sering menimbulkan komplikasi berupa

stroke, gagal ginjal, jantung, nefropati, kebutaan dan bahkan harus menjalani

amputasi jika anggota badan menderita luka gangren (Annisa, 2004).

Kasus diabetes melitus yang paling banyak dijumpai adalah DM tipe II yang

umumnya memepunyai latar belakang kelainan berupa resistensi insulin. Pengobatan

untuk DM tipe II dengan perencanaan makan (diet) atau terapi nutrisi medik, yang

merupakan pengobatan utama yang diikuti dengan latihan jasmani (olahraga), namun

bila tindakan tersebut tidak atau kurang efektif untuk menormalkan glukosa darah

maka perlu digunakan obat antidiabetik oral. Obat antidiabetik oral merupakan

senyawa yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan diberikan secara oral.

Pada penggunaan obat antidiabetik oral dapat terjadi interaksi dengan obat-

obat tertentu yang digunakan oleh pasien sehingga menyebabkan terjadinya gejala

hipoglikemia yang merupakan efek samping paling berbahaya. Gejala hipoglikemia

berupa berkeringat, tremor, takikardia, kesemutan, pandangan kabur, konsentrasi

berkurang, ataksia, hemiplegia dan koma. Maka pada makalah ini, akan dibahas

tentang interaksi obat antidiabetes.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari interaksi obat dan diabetes ?

2. Apa saja klasifikasi diabetes ?

3. Apa saja mekanisme interaksi obat ?

4. Apa saja tingkat keparahan interaksi obat ?

5. Apa saja terapi untuk penyakit diabetes ?

6. Apa saja penggolongan obat oral antidiabetes ?

Page 2: makalah IO diabet

7. Apa saja interaksi obat oral antidiabetes dan bagaimana mekanisme kerjanya ?

8. Pada level signifikansi berapa interaksi obat oral antidiabetes dengan obat lain ?

9. Bagaimana cara penanganannya bila terjadi interaksi ?

C. Tujuan

Makalah ini dibuat sebagai bahan pembelajaran untuk mata kuliah interaksi

obat. Selain itu sebagai pemenuhan tugas.

Page 3: makalah IO diabet

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Interaksi obat merupakan peristiwa yang terjadi karena perubahan efek obat

pertama oleh pemberian obat lain sebelumnya atau secara bersamaan. Interaksi obat

dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan atau

mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi, terutama bila menyangkut obat dengan

batas keamanan yang sempit.

Diabetes mellitus merupakan suatu sindrom klinik yang ditandai oleh poliuri,

polidipsi dan polifagi, disertai dengan peningkatan kadar glukosa darah atau

hiperglikemia (glukosa puasa ≥126mg/dL atau postprandial ≥200mg/dL atau glukosa

sewaktu ≥200mg/dL). Hiperglikemia timbul akibat berkurangnya insulin, sehingga

glukosa darah tidak dapat masuk ke sel-sel otot, jaringan adiposa atau hepar dan

metabolismenya terganggu. Pada DM, glukosa tidak dapat masuk ke sel sehingga

energi utama diperoleh dari metabolisme lemak dan protein (Suherman, 2007).

Diabetes mellitus sering disebut sebagai the great imitator (peniru yang

handal), karena penyakit ini dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan

berbagai macam keluhan (Waspadji, 1996).

B. Klasifikasi Diabetes

American Diabetes Assosiation (ADA), memperkenalkan klasifikasi diabetes

berdasarkan pengetahuan mutakhir mengenai patogenesis sindrom diabetes dan

gangguan toleransi glukosa. Terdapat empat klasifikasi klinis gangguan toleransi

glukosa, yaitu DM tipe 1, tipe 2, diabetes gestasional (kehamilan) dan tipe lain (akibat

kelainan genetik, penyakit, obat dan infeksi) (Schteingart, 2006).

Diabetes tipe 1, merupakan akibat dari perusakan autoimun sel beta pankreas

dibuktikan dengan diagnosis pada 90% orang terdapat sejumlah kecil sel antibodi,

antibodi untuk asam glutamat dekarboksilase dan antibodi untuk insulin. Pada

umumnya diderita anak-anak dan remaja, namun dapat terjadi pada umur berapapun.

Pada usia muda terjadi laju kecepatan perusakan sel beta ditandai dengan

Page 4: makalah IO diabet

ketoasidosis, ketika dewasa sering dipelihara dengan sekresi insulin yang cukup untuk

mencegah ketoasidosis untuk beberapa tahun (Triplitt et al., 2005).

Diabetes tipe 2, karakteristik dari tipe ini adalah resisten insulin sehingga

relatif kurangnya sekresi insulin. Kebanyakan penderita tipe ini disertai obesitas, hal

ini yang menyebabkan resisten insulin. Hipertensi, dislipidemia dan peningkatan level

plasminogen aktivator inhibitor-1 (PAI-1) juga ditunjukkan pada penderita tipe ini.

Ketidaknormalan ini sering disebut ”insulin resistance syndrome” (Triplitt et al.,

2005).

Diabetes gestasional, akibat peningkatan sekresi berbagai hormon sehingga

mempunyai efek metabolik terhadap toleransi glukosa, pasien yang mempunyai

predisposisi diabetes secara genetik mungkin akan memperlihatkan intoleransi

glukosa atau manifestasi klinis diabetes pada kehamilan (Schteingart, 2006). Deteksi

klinik diabetes ini sangat penting, hal ini untuk mengurangi angka mortalitas dan

morbiditas perinatal (Triplitt et al., 2005).

Diabetes tipe lain, merupakan diabetes yang disebabkan kelainan genetik

fungsi sel beta (MODY 1, MODY 2, MODY 3 dan DNA mitokondria). Penyebab lain

yaitu penyakit pada eksokrin pankreas (pankreatitis, trauma/pankreatektomi,

neoplasma, cistic fibrosis, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus). Dapat juga

disebabkan adanya penyakit endokrin, pemakaian obat/zat kimia (glukokortikoid,

hormon tiroid, asam nikotinat, pentamidin, tiazid, dilantin dan interferon) dan akibat

infeksi (Anonim, 2005).

C. Mekanisme Interaksi Obat

Secara umum, ada tiga mekanisme interaksi obat :

1. Interaksi Farmakokinetik

Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorpsi,

distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau

mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnya

(BNF 58, 2009).

Interaksi farmakokinetik terdiri dari beberapa tipe :

a) Imteraksi pada absorpsi obat

Absorpsi obat tergantung pada formulasi farmasetik, pKa dan kelarutan obat

dalam lemak, pH, flora usus, dan aliran darah dalam organ pencernaan. Dalam

hal ini perlu dibedakan antara interaksi yang mengurangi kecepatan absorpsi

Page 5: makalah IO diabet

dan interaksi yang mengurangi jumlah obat yang diabsorpsi. Sebagian besar

interaksi yang berkaitan dengan absorpsi, tidak bermakna secara klinis dan

dapat diatur dengan memisahkan waktu pemberian obat (Fradgley, 2003).

b) Interaksi pada distribusi obat

Interaksi pendesakan obat terjadi bila dua obat berkompetisi pada tempat

ikatan dengan protein plasma yang sama dan satu atau lebih obat didesak dari

ikatannya dengan protein tersebut. Hal ini mengakibatkan peningkatan

sementara konsentrasi obat bebas (aktif), biasanya peningkatan tersebut diikuti

dengan peningkatan metabolisme atau ekskresi. Konsentrasi total obat turun

disesuaikan dengan peningkatan fraksi obat bebas. Interaksi ini melibatkan

obat-obat yang ikatannya dengan protein tinggi (Fradgley, 2003).

c) Interaksi pada metabolisme obat

Banyak obat dimetabolisme di hati, terutama oleh sistem enzim sitokrom P450

monooksigenase. Induksi enzim oleh suatu obat dapat meningkatkan

kecepatan metabolisme obat lain dan mengakibatkan pengurangan efek.

Induksi enzim melibatkan sintesis protein, jadi efek maksimum terjadi setelah

dua atau tiga minggu. Sebaliknya, inhibisi enzim dapat mengakibatkan

akumulasi dan peningkatan toksisitas obat lain. Waktu terjadinya reaksi akibat

inhibisi enzim merupakan efek langsung, biasanya lebih cepat daripada

induksi enzim (Fradgley, 2003).

d) Interaksi pada proses eliminasi

Obat dieliminasi melalui ginjal dengan filtrasi glomerulus dan sekresi tubular

aktif. Jadi, obat yang mempengaruhi ekskresi obat melalui ginjal dapat

mempengaruhi konsentrasi obat lain dalam plasma. Hanya sejumlah kecil obat

yang cukup larut dalam air yang mendasarkan ekskresinya melalui ginjal

sebagai eliminasi utamanya, yaitu obat yang tanpa lebih dulu dimetabolisme di

hati (Fradgley, 2003).

2. Interaksi Farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang memiliki

efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama. Interaksi ini

dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat – obat yang

berkerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diprediksi

dari pengetahuan tentang farmakologi obat – obat yang berinteraksi (BNF 58,

2009).

Page 6: makalah IO diabet

Interaksi farmakodinamik terdiri dari beberapa tipe :

a) Interaksi aditif atau sinergis

Interaksi farmakodinamik yang paling umum terjadi adalah sinergisme antara

dua obat yang bekerja pada sistem organ, sel atau enzim yang sama dengan

efek farmakologi yang sama.

b) Interaksi antagonis atau berlawanan

Antagonis terjadi bila obat yang berinteraksi memiliki efek farmakologi yang

berlawanan, sehingga mengakibatkan pengurangan hasil yang diinginkan dari

satu atau lebih obat.

3. Interaksi farmasetik / inkompatibilitas

Inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat yang

tidak dapat campur (inkompatibel). Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat

(Setiawati, 2005).

D. Tingkat Keparahan Interaksi Obat

Keparahan interaksi diberi tingkatan dan dapat diklasifikasikan kedalam tiga level,

yaitu :

1. Keparahan minor

Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan minor jika interaksi mungkin

terjadi tetapi dipertimbangkan signifikan potensial berbahaya terhadap pasien jika

terjadi kelalaian. Contohnya adalah penurunan absorbsi ciprofloxacin oleh

antasida ketika dosis diberikan kurang dari dua jam setelahnya (Bailie, 2004).

2. Keparahan moderate

Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan moderate jika satu dari bahaya

potensial mungkin terjadi pada pasien dan beberapa tipe intervensi/monitor sering

diperlukan. Efek interaksi moderate mungkin menyebabkan perubahan status

klinis pasien, menyebabkan perawatan tambahan, perawatan di rumah sakit dan

atau perpanjangan lama tinggal di rumah sakit. Contohnya adalah dalam

kombinasi vankomisin dan gentamisin perlu dilakukan monitoring nefrotoksisitas

(Baile, 2004).

3. Keparahan major

Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan major jika terdapat probabilitas

yang tinggi kejadian yang membahayakan pasien termasuk kejadian yang

menyangkut nyawa pasien dan terjadinya kerusakan permanen (Baile, 2004).

Page 7: makalah IO diabet

E. Penatalaksanaan

Menurut Persatuan Endrokinologi Indonesia (PERKENI) terdapat dua macam

penatalaksanaan DM, yaitu :

a. Terapi Tanpa Obat

1) Pengaturan diet, diet yang baik merupakan kunci keberhasilan terapi diabetes.

Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang terkait

dengan karbohidrat, protein, dan lemak. Jumlah kalori disesuaikan dengan

pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan fisik yang pada

dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.

Penuruan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan

memperbaiki respon sel –sel beta terhadap stimulus glukosa.

2) Olahraga, berolahraga secara teratur akan menurunkan dan menjaga kadar

gula darah tetap normal.

b. Terapi Obat

Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat belum berhasil mengendalikan kadar

glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah berikutnya berupa

penatalaksanaan terapi obat. Terapi obat dapat dilakukan dengan antidiabetes oral,

tetapi insulin atau kombinasi keduanya (Anonim, 2006).

Menurut American College of Clinical Pharmacymerekomendasikan beberpa

parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan DM.

Page 8: makalah IO diabet

BAB III

PEMBAHASAN

A. Penggolongan Obat Anti Diabetes Oral

1. Golongan Sulfonilurea

a. Mekanisme Kerja : Mengikat reseptor pada sel β pankreas, membentuk

membran depolarisasi dengan stimulasi sekresi insulin.

b. Generasi pertama yaitu seperti tolbutamide, chlorpropamide

c. Generasi kedua sulfonilurea seperti gliburid, glipizid, glimepirid,

glibenklamid.

d. Efek Merugikan

Umum : Hipoglikemia, penambahan berat badan

Jarang terjadi : Ruam kulit, sakit kepala, nausea, vomiting,

fotosensitivitas.

e. Kontraindikasi

Hipersensitivitas dengan sulfonamide, Pasien dengan tidak sadar menderita

hipoglikemi, Fungsi ginjal tidak berfungsi dengan baik (glipizid merupakan

pilihan yang lebih baik daripada gliburid atau glimepirid pada pasien yang

geriatri atau memiliki kelemahan pada ginjal karena obat atau metabolit aktif

tidak dapat dieliminasi di dalam ginjal.

f. Interaksi Obat

Banyak obat yang dapat berinteraksi dengan obat-obatan sulfonilurea,

sehingga resiko terjadinya hipoglikemia harus diwaspadai. Obat atau senyawa-

senyawa yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia sewaktu pemberian

obat-obatan hipoglikemik sulfonilurea antara lain : alkohol, fonformin,

sulfonamida, salisilat, fenilbutazon, oksifenbutazon, probenezide, dikumarol,

kloramfenikol, penghambat MAO, guanetidin, steroid anabolitik, fenfluramin,

dan klofibrat.

Tabel. Obat Antidiabetes Oral Golongan Sulfonilurea

Obat Antidiabetes Oral Keterangan

Gliburid Memiliki efek Hipoglikemik yang peten

Page 9: makalah IO diabet

(Glibenklamid)

Contoh Sediaan :

Glibenklamid (generik)

Abenon (Heroic)

Clamega

Condiabet

Daonil (Aventis)

sehingga pasien perlu diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat. Gliburid

di metabolisme dalam hati, hanya 25%

metabolit di ekskresi melalui empedu dan

dikeluarkan bersamaan dengan tinja. Gliburid

efektif dengan pemberian dosis tunggal. Bila

pemberian dihentikan, obat akan bersih keluar

dari serum setelah 36 jam. Diperkirakan

mempunyai efek terhadap agregasi trombosit.

Dalam batas-batas tertentu masih dapat

diberikan pada pasien gangguan ginjal dan hati (

Handoko dan Suharto, 1995)

Gliklazid

Contoh Sediaan :

Diamicron (Darya Varia)

Glibet (Dankos)

Glicab

Mempunyai efek hipoglikemik sedang sehingga

tidak begitu sering menyebabkan efek

hipoglikemik. Mempunyai efek anti agregasi

trombosit yang lebih poten. Dapat diberikan

pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal

(Soegondo, 1995)

Glimepirid

Contoh Sediaan :

Amaryl

Memiliki waktu mula kerja yang pendek dan

waktu kerja yang lama. Sehingga umum

diberikan dengan cara pemberian dosis tunggal.

Untuk pasien yang beresiko tinggi, yaitu pasien

usia lanjut, pasien dengan gangguan ginjal atau

yang melakukan aktivitas berat dapat diberikan

obat ini. Dibandingkan dengan glibenklamid,

glimepirid lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik pada awal pengobatan

( Soegondo, 1995)

Glikuidon Mempunyai efek hipoglikemik sedang dan

jarang menimbulkan serangan hipoglikemik.

Karena hampir seluruhnya diekskresi melalui

Page 10: makalah IO diabet

Contoh sediaan :

Gluronerm ( Boehringer

ingelhem)

empedu dan usus, maka dapat diberikan pada

pasien gangguan ginjal dan hati yang agak

berat. (Soegondo, 1995)

2. Golongan Meglitinid

a. Mekanisme Kerja

Repaglinid dan nateglinid merupakan golongan meglitinid, mekanisme

kerjanya sama dengan sulfonilurea yaitu meningkatkan sekresi insulin dari

pankreas tetapi onset lebih cepat dan waktu durasi lama.

Pada pemberian oral absorpsinya cepat dan kadar puncaknya dicapai dalam

waktu 1 jam. Masa paruhnya 1 jam, karena harus diberikan beberapa kali

sehari sebelum makan. Metabolisme utamanya di hepar dan metabolitnya

tidak aktif. Sekitar 10% di metabolisme di ginjal. Pada pasien dengan

gangguan fungsi hepar atau ginjal harus diberikan secara berhati-hati. Efek

samping utamanya hipoglikemia dan gangguan saluran cerna. Reaksi alergi

juga pernah dilaporkan.

b. Efek Merugikan

Hipoglikemia (lebih kecil dibandingkan dengan sulfonilurea) berat badan

berkurang, infeksi pernapasan meningkatkan.

c. Kontraindikasi

Hipersensitivitas, Penggunaan repaglinid dengan gemfibrozil dapat

meningkatkan konsentrasi repaglinid

Tabel Obat Antidiabetes Oral Golongan Meglinitid

Obat Antidiabetes Oral Keterangan

Repaglinid Merupakan turunan asam benzoat.

Mempunyai efek hipoglikemik

rinagn sampai sedang. Diabsorpsi

Page 11: makalah IO diabet

Contoh Sediaan :

Prandin/Novo Norm? Gluco

Nom

dengan cepat setelah pemberian per

oral, dan diekskresi secara cepat

melalui ginjal. Efek samping yang

mungkin terjadi adalah keluhan

saluran cerna (Soegondo 1995)

Neteglinid

Contoh Sediaan ;

Starlix

Merupakan turunan asam benzoat.

Mempunyai efek hipoglikemik

ringan sampai sedang. Diabsorpsi

dengan cepat setelah pemberian per

oral dan di eksresi trutama melalui

ginjal. Efek samping yang dapat

terjadi pada penggunaan obat ini

adalah keluhan infeksi saliran nafas

atas (ISPA) (Soegondo 1995)

3. Binguanid (Metformin)

a. Mekanisme Kerja

Mereduksi glukoneogenesis hati, juga menimbulkan efek yang

menguntungkan sehingga meningkatkan sensitivitas insulin

b. Efek Merugikan

Umum : Nausea, vomiting, diare

Jarang terjadi : Menurunkan konsentrasi vitamin B12, asidosis

laktat

Gejala asidosis lektat termasuk nausea, vomiting, meningkatkan

laju respirasi, sakit perut, syok, takikardia

c. Kontaindikasi

Kelemahan pada ginjal, Usia 80 tahun atau lebih, Resiko tinggi mengalami

kardiovaskular, Kelemahan hati

d. Interaksi Obat :

Mengganggu absorpsi vit B12, berinteraksi dengan simetidin dengan

menurunkan klirens metformin di ginjal.

Page 12: makalah IO diabet

Tabel. Obat Antidiabetes Oral Golongan Biguanid

Obat Antidiabetes Oral Keterangan

Metformin

Contoh Sediaan :

Metformin (generik)

Bonoformin

Bestab

Satu-satunya golongan biguanid yang

masih digunakan sebagai obat

antidiabetes oral. Bekerja menurunkan

kadar glukosa darah dengan

memperbaiki transport glukosa ke dalam

sel-sel otot. Obat ini dapat memperbaiki

uptake glukosa sampai sebesar 10-40%.

Menurunkan produksi gula hati dengan

jalan mengurangi glikogenesis dan

glukogenesis (Soegondo 1995)

4. Golongan Tiazolidindion

a. Mekanisme Kerja

Proliferator peroksisom mengaktifkan reseptor gamma antagonis

Meningkatkan sensitivitas insulin dan produksi metabolisme glukosa

b. Dua golongan : Pioglitazon dan Rosiglitazon

c. Efek merugikan

Kehilangan berat badan, retensi cairan, fraktur tulang, meningkatkan resiko

gagal jantung, mengingkatkan infark miokardia

d. Kontaindikasi

Kelemahan ginjal

Gagal jantung

5. Penghambat Enzim -Glikosidase

a. Mekanisme Kerja

Obat ini dapat memperlambat absorpsi polisakarida, dekstrin, dan disakarida

di intestin. Dengan menghambat kerja enzim -glikosidase di brush border

intestin, dapat mencegah peningkatan glukosa plasma pada orang normal dan

Page 13: makalah IO diabet

pasien DM. Karena kerjanya tidak mempengaruhi sekresi insulin, maka tidak

akan menyebabkan efek samping hipoglikemia. Akarbose dapat digunakan

sebagai monoterapi pada DM usia lanjut atau DM yang glukosa

postprandialnya sangat tinggi. Obat golongan ini diberikan pada waktu mulai

makan dan absorpsi buruk.

Akarbosa paling efektif bila diberikan bersama makanan yang berserat

mengandung polisakarida, dengan sedikit kandungan glukosa dan sukrosa.

Bila akarbosa diberikan bersama insulin, atau dengan golongan sulfonilurea,

dan menimbulkan hipoglikemia, pemberian glukosa akan lebih baik daripada

pemberian sukrosa, polisakarida, dan maltose (Departemen Farmakologi dan

Terapi Universitas Indonesia).

b. Dua obat : Akarbosa dan miglitol

c. Efek Merugikan

Diare, sakit perut

Meningkatkan enzim di hati dengan meningkatnya dosis akarbosa

d. Kontraindikasi : Inflamasi pada perut, ulserasi usus kecil, obstruksi

pencernaan

e. Interaksi Obat

Acarbose : Diperlemah oleh kolestiramin, absorben, usus, enzim

pencernaan

Tabel Obat Antidiabetes Oral Golongan Inhibitor Enzim -Glikosidase

Obat Antidiabetes Oral KeteranganAkarbosa

Contoh sediaan :Glucobay (Bayer)Precose

Akarbosa dapat diberikan dalam terapi kombinasi dengan sulfonilurea, metformin, atau insulin.

Miglitol

Contoh sediaan :Glycet

Miglitol biasanya diberikan dalam etrapi kombinai dengan obat-obat antidiabetik oral golongan sulfonylurea

Page 14: makalah IO diabet

6. Inhibitor Dipeptidyl Peptidase – 4

a) Mekanisme kerja : menghambat kerusakan glukagon – like – peptide – 1 (GLP

1), dapat meningkatkan sekresi insulin

b) Dua golongan : sitagliptin dan saxagliptin

c) Efek merugikan :

Infeksi saluran urin, sakit kepala

Hipoglikemia

Sitagliptin pada beberapa kondisi dapat menyebabkan pankreatitis

akut, angioderma, sindrom steven – johnson dan anafilaksis

d) Kontraindikasi :

Hipersensitivitas

Memiliki riwayat pankreatitis

7. Sekuestran Asam Empedu

a) Mekanisme kerja :

Menurunkan konsentrasi glukosa belum diketahui

Asam empedu digunakan untuk managemen kolesterol

b) Efek merugikan : Konstipasi, dispepsia, nausea, vomiting

c) Kontraindikasi :

Pada pasien obstruksi perut, serum TG lebih besar dari 5oo mg/dL

Pasien dengan keadaan tidak dapat menelan, disfasia, serum TG

dengan konsentrasi lebih dari 300 mg/dL

8. Bromokriptin

a) Mekanisme kerja : belum diketahui

b) Efek merugikan : nausea, vomiting, malas, sakit kepala, hipotensi, kelaparan

c) Kontraindikasi : sebaiknya tidak digunakan pada pasien migrain.

9. Produk Kombinasi

a) Metformin dengan : gliburid, glibuzid, sitagliptin, repaglinid, pioglitazon,

rosiglitazon

b) Glimepirid dengan pioglitazon atau rosiglitazon

Tabel. Penggolongan Obat Antidiabetika Oral (Anonim, 2005)

Page 15: makalah IO diabet

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Glibenklamid

Glipizid

Glikazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas,

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes

yang se – sel β pankreasnya masih berfungsi

dengan baik

Meglitinida Repaglinid Merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas

Biguanide Metformin Bekerja langsung pada hepar, menurunkan

produksi glukosa hati. Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Troglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekatan tubuh terhadap insulin.

Berikatan dengan PPARγ di otot, jaringan lemak

dan hati untuk menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim – enzim pencernaan

yang mencerna karbohidrat, sehingga

memperlambat absorbsi glukosa ke dalam darah

B. Interaksi Obat Antidiabetes Oral

Penggunaan antidiabetik glikuidon dengan amlodipin secara bersamaan akan

menyebabkan kadar glukosa darah meningkat karena amlodipin dapat menginhibisi

sekresi insulin dan menghambat sekresi glukagon, sehingga terjadi perubahan ambilan

glukosa dari hati dan sel – sel lain.

Penggunaan antidiabetik nevaroid dan lantus secara bersamaan serta

penggunaan ascardia secara bersamaan dapat menimbulkan efek aditif (ascardia/fibrat

salisilat dalam dosis yang besar dapat menurunkan kadar gula darah) yang

menyebabkan hipoglikemia.

Interaksi obat antara golongan sulfonilurea yaitu glibenklamid, glimepirid dan

gliklazid dengan golongan penghambat Angiotensin Converting enzym (ACE), yaitu

ramipril dan kaptoprilyang menimbulkan efek hipoglikemik sulfonilurea meningkat.

Interaksi ini terjadi karena penghambat ACE meningkatkan sensitivitas insulin.

Page 16: makalah IO diabet

Obat antidiabetik oral golongan biguanid yaitu metformin juga memiliki

interaksi obat dengan golongan penghambat ACE (kaptopril dan ramipril) yang

mengakibatkan peningkatan efek hipoglikemik metfromin. Interaksi obat yang dapat

meningkatkan efek hipoglikemik lainnya adalah interaksi obat glibenklamid,

glimepirid dan gliklazid dengan ranitidin. Mekanisme interaksi obat yang terjadi yaitu

ranitidin menginhibisi metabolisme dari glibenklamid dan gliklazid di hati sehingga

menyebabkan kecepatan metabolisme glibenklamid, glimepirid dan gliklazid

berkurang sehingga terjadi akumulasi dari obat-obat tersebut didalam tubuh. Interaksi

obat tersebut umumnya jarang terjadi dikarenakan adanya interval waktu penggunaan

antara glibenklamid yang diberikan sebelum makan dengan ranitidin yang diberikan

sesudah makan.

Interaksi obat glibenklamid dan gliklazid dengan antasida (aluminium

hidroksida dan magnesium karbonat) melalui mekanisme peningkatan pH lambung

sehingga kelarutan glibenklamid dan gliklazid meningkat, dengan demikian absorpsi

glibenklamid dan gliklazid di usus akan meningkat.

Interaksi antara glibenklamid, glimepirid dan gliklazid dengan golongan AINS

(diklofenak, asam mefenamat, meloksikam, tenoksikam, dexketoprofen) terjadi

melalui mekanisme pergeseran ikatan protein. Hal ini terjadi akibat meningkatnya

konsentrasi glibenklamid, glimepirid dan gliklazid dalam kondisi bebas (tidak terikat

oleh protein plasma). Interaksi obat antara glibenklamid, glimepirid dan gliklazid

dengan asam asetil salisilat terjadi melalui mekanisme aditif.

Interaksi obat glibenklamid, glimepirid dan gliklazid dengan kotrimoksazol,

dapat terjadi akibat sulfonamida menginhibisi metabolisme sulfonilurea sehingga

meningkatkan kadar serum sulfonilurea, akibatnya efek hipoglikemik meningkat.

Mekanisme lain yang mungkin terjadi adalah sulfonamida dapat menggeser

ikatan protein sulfonilurea dari tempat ikatannya. Peningkatan efek hipoglikemik

yang disebabkan karena interaksi obat-obat tersebut diatas dalam batas tertentu dapat

menguntungkan pasien dengan kadar glukosa darah yang tinggi, namun kadar glukosa

darah pasien harus tetap dimonitor untuk menjaga agar tidak terjadi kondisi yang

tidak diinginkan seperti hipoglikemia.

Pada suatu penelitian, ditemukan sejumlah obat yang memiliki efek antagonis

dengan obat antidiabetik oral yaitu hidroklortiazid, furosemid dan obat kortikosteroid

(deksametason dan prednison). Obat – obat tersebut dapat menghambat sekresi

Page 17: makalah IO diabet

insulin, sehingga meningkatkan kadar glukosa darah dan dengan demikian

memperlemah kerja obat antidiabetik oral.

Interaksi obat yang terjadi antara metformin dengan ranitidin mengakibatkan

terjadinya asidosis laktat, mekanisme yang terjadi adalah kompetisi pada sistem

transport yang sama sehingga ranitidin menurunkan eliminasi metformin di tubulus

ginjal sehingga konsentrasi plasma metabolit metformin meningkat. Interaksi

metformin dengan golongan AINS juga dapat menyebabkan terjadinya asidosis laktat

yang diakibatkan karena terjadinya gangguan fungsi ginjal.

No. Obat Antidiabetes Obat yang

Berinteraksi

Mekanisme Interaksi

Obat

Efek Klinis/Hasil

Interaksi

1 Obat golongan

sulfonilurea

Amlodipin Amlodipin dapat

menginhibisi sekresi

insulin dan menghambat

sekresi glukagon, terjadi

perubahan ambilan

glukosa dari hati dan sel-

sel lain,

Kadar gula dalam

darah

meningkatmengikuti

pengeluaran

katekolamin

sesudah terjadinya

vasodilatasi

2 Metformin Nifedipin Nifedipin meningkatkan kadar metformin dengan meningkatkan penyerapan metformin di gastro intestinal

Meningkatkan kadar

metformin

3 Metformin Ranitidin Ranitidin mengurangi

pembersihan ginjal

metformin dengan

menghambat sekresi

metformin di tubular

ginjal

Kadar plasma

metformin

meningkat dan efek

farmakologi

meningkat

4 Sulfonilurea Nifedipin Nifedipin dapat

menginhibisi sekresi

insulin dan menghambat

sekresi glukagon, terjadi

perubahan ambilan

glukosa dari hati dan sel-

Kadar gula dalam

darah

meningkatmengikuti

pengeluaran

katekolamin

sesudah terjadinya

Page 18: makalah IO diabet

sel lain, vasodilatasi

5 Sulfonilurea HCT Diuretik tiazid dapat menurunkan sensitivitas jaringan insulin, menurunkan sekresi insulin, atau meningkatkan kehilangan kalium

Hiperglikemia

6 Sulfonilurea

- Glibenklamid

- Glimepirid

- Gliklazid

ACE inhibitor

(ramipril atau

kaptopril)

Terjadi peningkatan sensitivitas insulin oleh ACE inhibitor sehingga resiko hipoglikemia meningkat

resiko hipoglikemia

meningkat

7 Sulfonilurea

- Glibenklamid

- Glimepirid

- Gliklazid

Ranitidin Ranitidin dapat menghambat metabolism hepatik sulfonilurea dengan menghambat enzim sitokrom P450 hati.

Meningkatkan efek

sulfonilurea

8 - Glibenklamid

- Gliklazid

Antasida Peningkatan pH lambung yang disebabkan oleh antasida dapat meningkatkan kelarutan sulfonilurea dan karenanya dapat meningkatkan absorpsi sulonilurea

Meningkatkan

absorpsi

sulfonilurea

(glibenklamid &

gliklazid)

9 - Glibenklamid

- Glimepirid

- Gliklazid

Kotrimoksazol Sulfonamida menginhibisi metabolisme sulfonilurea sehingga meningkatkan kadar serum sulfonilurea

Efek hipoglikemik

meningkat

10 - Glikazid Acarbose Adanya acarbose, akan memperlambat absorpsi dan penguraian disakarida

Meningkatkan efek

hipoglikemi

C. Level Signifikansi

D. Cara Penanggulangan

Penanggulangan bila terjadi interaksi obat, diantaranya :

1. Penambahan senyawa dari makanan. Contohnya, seorang penderita diabetes harus

selalu siap sedia dengan membawa permen seperti monojel atau glutose apabila

terjadi penurunan darah secara drastis.

2. Mengeluarkan obat dari saluran cerna dengan cara merangsang muntah atau

emesis, lavage, laksansia dan adsorben.

Page 19: makalah IO diabet

3. Dialisis adalah suatu proses untuk membersihkan darah berguna untuk

menghilangkan atau mengurangi zat-zat sisa metabolisme yang berbahaya.