25
TUGAS TERSTRUKTUR HAMA DAN PENYAKIT PASCA PANEN Hama Pasca Panen Komoditas Jagung Oleh : Khasnaul Azka A1L013118 Putra Andhika Rusadi A1L013125 C. Kinanti Werdiningtyas A1L013172 Ella Auliya Nurul Baity A1L013175 Novia Yudhini A1L013177 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

Makalah-Jagung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengendalian penyakit jagung

Citation preview

Page 1: Makalah-Jagung

TUGAS TERSTRUKTURHAMA DAN PENYAKIT PASCA PANEN

Hama Pasca Panen Komoditas Jagung

Oleh :

Khasnaul Azka A1L013118Putra Andhika Rusadi A1L013125C. Kinanti Werdiningtyas A1L013172Ella Auliya Nurul Baity A1L013175Novia Yudhini A1L013177

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2015

Page 2: Makalah-Jagung

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

Tanaman di budidayakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tidak semua

tanaman dapat tumbuh dengan sendirinya, oleh sebab itu tanaman perlu di budidayakan.

Dalam pembudidayaan tanaman terdapat banyak kendala yang dapat ditemui oleh para

pembudidaya kendala tersebut berupa hama serta penyakit tanaman. Tanaman tidak

selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tanaman mengalami gangguan oleh

binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama

karena mereka mengganggu tanaman dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,

wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi

hama tanaman.

Gangguan terhadap tanaman yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur

disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tanaman, tetapi mereka

merusak tanaman dengan mengganggu proses – proses dalam tubuh tanaman sehingga

mematikan tanaman. Oleh karena itu, tanaman yang terserang penyakit, umumnya,

bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat

menyebabkan kematian.

Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di

seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar. Jagung

tersebar di Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika

sekitar abad ke-16 dan orang-orang Portugal menyebarluaskan jagung ke Asia termasuk

ke Indonesia. Daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung di Indonesia adalah Jawa

Page 3: Makalah-Jagung

Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi

utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku.

Jagung memiliki nilai ekonomi yang cukup penting di Indonesia karena

merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Jagung dikonsumsi sebagai salah satu

bahan makanan pokok karena mengandung banyak gizi yang dibutuhkan manusia

seperti protein, karbohidrat, lemak dan berbagai macam mineral, dan vitamin.

Hama dan Penyakit merupakan kendala utama dalam budidaya jagung. Banyak

jenis hama dan penyakit dilaporkan pada tanaman jagung, namn ada beberapa yang

menjadi hama dan penyakit utama, yaitu yang dapat menimbulkan kerusakan secara

ekonomis. Beberapa hama utama pada jagung yaitu lalat bibit, ulat grayak, penggerek

tongkol, penggerek batang, belalang, kutu daun, kumbang bubuk. Sedangkan penyakit

utama pada jagung yaitu penyakit bulai, karat daun, bercak daun, hawar daun, hawar

upih, busuk batang, busuk tongkol/biji dan virus mosaic. Untuk membasmi hama dan

penyakit, sering kali manusia menggunakan obat – obatan anti hama. Pestisida yang

digunakan untuk membasmi serangga disebut insektisida.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana nilai ekonomi dan sosial dari komoditas jagung ?

2. Bagaimana teknik penyimpanan pasca panen komoditas jagung?

3. Bagaimana biologi dan morfologi hama gudang pada komoditas jagung?

4. Apakah kendala dari peningkatan produksi, kerusakan, dan hama gudang pada

komoditas jagung?

5. Bagaimana pencegahan serta pengendalian hama gudang komoditas jagung?

Page 4: Makalah-Jagung

II. PEMBAHASAN

1. Nilai Sosial dan Ekonomi Tanaman Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia

dan memiliki kedudukan yang sangat strategis setelah beras. Dalam perspektif ekonomi

modern, jagung tidak hanya berfungsi sebagai bahan pangan, tetapi juga merupakan

bahan baku utama bagi industri makanan dan pakan ternak (produk jagung). Secara

tekno-ekonomis, rendahnya pendapatan petani juga berkaitan dengan minimnya hasil

usaha tani yang terjual. Hingga kini, petani jagung hanya menjual produk dalam bentuk

biji jagung. Sementara, bagian-bagian jagung lainnya seperti batang dan daun, tongkol,

dan kelobotnya yang riil memiliki banyak manfaat belum terpasarkan (belum

ekonomis). Selama ini, bagian produk jagung selain biji jagung hanya di lirik sebagai

bahan ikutan (tidak ekonomis). Oleh sebagian petani, bahan-bahan tersebut hanya di

jadikan kayu bakar atau pakan ternak. Padahal secara kuantitatif, volume bahan-bahan

yang belum termanfaatkan tersebut jauh lebih banyak. Secara spesifik, biji jagung,

tongkol jagung, dan batang pohon jagung juga dapat diolah menjadi bebagai produk

jagung.

Pentingnya peranan jagung terhadap perekonomian nasional telah menempatkan

jagung sebagai kontributor terbesar kedua terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

setelah padi dalam sub sektor tanaman pangan. Hampir seluruh bagian dari tanaman

jagung mempunyai potensi nilai ekonomis. Buah jagung pipilan, sebagai

produk utamanya merupakan bahan baku utama (50%) industri pakan, selain dapat

dikonsumsi langsung dan sebagai bahan baku industri pangan. Daun, batang, kelobot,

tongkolnya dapat dipakai sebagai pakan ternak dan pemanfaatannya lainnya. Demikian

Page 5: Makalah-Jagung

juga halnya dengan bagian lainnya jika dikelola dengan baik berpotensi mempunyai

nilai ekonomi yang cukup menarik. Dunia sangat cerah. Pasar jagung domestik masih

terbuka lebar, mengingat sampai saat ini produksi jagung Indonesia belum

mampu secara baik memenuhi kebutuhannya, yaitu baru sekitar 90%.

Meningkatnya permintaan jagung dunia terutama dari negara-negara Asia akibat

berkembang pesatnya industri peternakan di Negara tersebut dan relatif tipisnya pasar

jagung dunia (13% dari total produksi jagung dunia) menunjukkan bahwa pasar jagung

dunia sangat terbuka lebar bagi para ekspotir baru. Negara pesaing utama Indonesia

dalam merebut pasar ekspor adalah Amerika Serikat dan Argentina.

2. Teknik Penyimpanan

Mutu jagung sampai saat ini di tingkat petani pada umumnya kurang memenuhi

persyaratan kriteria mutu jagung yang baik, karena tingginya kadar air dan banyaknya

butir rusak. Pada waktu panen produksi jagung melimpah sehingga harganya murah,

sedangkan pada waktu paceklik harganya menjadi mahal. Oleh karena itu, penyimpanan

sangat diperlukan untuk mengatasi kelebihan produksi pada musim panen raya untuk

dimanfaatkan pada saat paceklik. Para petani menjual jagung hasil panennya karena

mereka mangalami kesulitan menyimpan jagung pipil untuk waktu lama. Selama

penyimpanan jagung pipil, terjadi kehilangan sekitar 9,6–20,2% karena serangan

serangga tikus dan jamur. Jagung pipil berkadar air 9,6% yang disimpan dalam karung

goni hanya tahan disimpan sampai 6 bulan dengan kerusakan 10,34% dan bila disimpan

selama 8 bulan maka kerusakannya mencapai 34,01%. Beberapa usaha untuk mencari

teknik penyimpanan dan perawatan jagung pipil terus dilakukan.

Penyimpanan jagung yang perlu diperhatikan adalah kadar air 1-2% dibawah

kadar air seimbang dengan kelembaban maksimum 80%. Usahakan wadah dapat

Page 6: Makalah-Jagung

mempertahankan bahan tetap kering dan dingin serta dapat melindungi terhadap

serangan serangga dan tikus. Biji jagung yang disimpan harus benar-benar bersih dan

mulus, hal ini dapat dilihat dari hasil sortasi bijinya, seperti yang telah disebutkan

diatas. Permasalahan yang dihadapi petani jagung salah satunya adalah proses

penyimpanan. Proses penyimpanan sangat perlu diperhatikan karena mempengaruhi

kualitas jagung sehingga akan menentukan harga jual jagung yang dihasilkan. Upaya

untuk mempertahankan kualitas jagung pada waktu penyimpanan dan pergudangan

dapat ditempuh dengan menggunakan kabon disulfida (CS2), penyimpanan diatas para-

para, penyimpanan dengan karung dan penyimpanan dengan silo bambu semen,

sedangkan untuk penyimpanan benih jagung dengan menggunakan jerigen plastik, botol

dan wadah dari logam.

3. Biologi dan Morfologi Hama Gudang

1. Ahasverus sp.

Gambar Ahasverus sp.

(Sumber Jurnal Rahman, Muskina Dj, dkk)

a. Taksonomi

Serangga ini diklasifikasikan ke dalam phylum Arthropoda, Sub-phyllum

Mandibulata, Kelas Insecta, Sub-klas Pterygota, Ordo Coleoptera, Famili

Cucujidae, Genus Ahasverus.

Page 7: Makalah-Jagung

b. Biologi

Imago berwarna coklat kemerah-merahan dan berukuran panjang kira-kira

2 – 3 mm. Kedua tepi anterior dari protoraks terdapat tonjolan seperti gigi. Antena

terdiri dari 11 ruas dengan bentuk gada dan memiliki tarsi 5 ruas. Hama ini

ditemukan pada setiap lokasi sampel dengan ratarata populasi 7,45 individu..

Hama minor dan pemakan cendawan pada serealia dan serealia olahan terutama

pada daerah yang hangat dan lembab.

c. Siklus hidup

Siklus hidup 17-23 hari, kondisi optimum temperatur 27 oC, RH 75%.

Telur: diletakkan secara acak. Larva: bergerak dengan cepat, adanya jamur

membentuk kelangsungan hidup. Dewasa: berumur panjang, aktif makan dan

terbang, serta berlari cepat. Komoditas yang diserangnya: beras, tepung beras,

dedak halus, biji gandum, tepung terigu, jagung, kacang tanah, biji kakao

Hama pasca panen Ahasverus sp, meskipun tidak ditemukan pada bijian

jagung, namun hama ini dapat menyerang bijian jagung yang bercendawan.

Haines (1991) serta Syarif dan Halil (1996) menyatakan bahwa hama ahasverus

sp lebih menyukai bijian atau bahan setelah ada serangan cendawan. Dengan

demikian bahwa bijian jagung merupakan jembatan bagi hama pasca panen

lainya untuk menyerang bijian jagung, kecuali Ahaverus sp.

2. Oryzaephilus sp.

Page 8: Makalah-Jagung

Gambar Oryzaephilus mercator

(Sumber http://bp.ub.ac.id/)

a. Taksonomi

Serangga ini diklasifikasikan ke dalam phylum Arthropoda, Sub-phyllum

Mandibulata, Kelas Insecta, Sub-klas Pterygota, Ordo Coleoptera, Famili

Silvanidae, Genus Oryzaephilus.

b. Biologi

Imago berwarna coklat tua kemerahan berukuran panjang kira-kira 1-2

mm dan lebar 0,5- 0,6 mm. Tubuh agak langsing dan pipih, terdapat gerigi

sebanyak 6 pasang pada masing-masing samping prothoraks. Kepala berbentuk

menyerupai segitiga, terdapat garis membujur pada elytra dan prothoraxnya.

Antenna yang berbentuk Clavate. Hama ini ditemukan di setiap lokasi sampel

dengan populasi rata-rata 11,26 Individu. Elytra menutup semua abdomen.

Perbedaan kedua spesies pada bagian belakang matanya. Merupakan hama

sekunder. O. surinamensis menyerang serealia dan produknya, sedangkan O.

Page 9: Makalah-Jagung

mercator menyerang kacang-kacangan, juga pd buah-buahan yg dikeringkan

(dried fruit ).

c. Siklus hidup

Kebiasaan hidup kedua spesies mirip. Telur yg dihasilkan per betina 300

butir dalam waktu 10 minggu, telur menetas menjadi larva berwarna pucat dan

bentuknya silindris. Pupa terbentuk dalam cocon sutera. Larva dan imago aktif

makan, dan imago dpt hidup sampai 3 tahun. Kondisi optimum temperatur 30-

35 oC dan RH 70-90%Perkembangan dari telur sampai imago pd kondisi

optimum + 25 hari. Lamanya stadia telur antara 3-17 hari. Lamanya stadia larva

antara 12-15 hari, sedangkan stadia pupa 10-12 hari. kemampuan hidup serangga

dewasa 6-10 bulan namun ada yang hingga 3 tahun. Oryzaephilus surinamensis :

Serangga hidup pada suhu minimum 18° C, suhu maksimum 38° C, dan

suhu optimum 35° C, kelembaban minimum 10 %, kelembaban maksimum 90

%, kelembaban optimum 90 %.

Oryzaephilus. mercator :

Serangga hidup pada suhu minimum 18° C, suhu maksimum 38° C, dan

suhu optimum 30° C, kelembaban minimum 10 %, kelembaban maksimum 90

%, kelembaban optimum 70 %.

Gambar Oryzaephilus mercator

(Sumber http://bp.ub.ac.id/)

3. Cryptolestes sp.

Page 10: Makalah-Jagung

Gambar Cryptolestes sp.

(Sumber http://bp.ub.ac.id/)

a. Taksonomi

Serangga ini diklasifikasikan ke dalam phylum Arthropoda, Sub-phyllum

Mandibulata, Kelas Insecta, Sub-klas Pterygota, Ordo Coleoptera, Famili

Cucujidae, Genus Cryptolestes.

b. Biologi

Imago berbentuk pipih berwarna coklat kemarahan dengan ukuran tubuh

panjang kira-kira 2,5 mm dan lebar 0,5 mm. Kepala berukuran hampir sama

besar dengan thorax. Memiliki antenna yang berbentuk serrate. Tarsi pada

masing-masing tungkai berjumlah 4. Hama ini ditemukan pada penampungan

jagung di semua lokasi sampel dengan rata-rata populasi sebesar 13,30

individu.Merupakan hama sekunder.

c. Siklus Hidup

Siklus hidup pada kondisi optimum. yaitu temperature 33 0C dan RH

70% adalah 17 – 23 hari. Laju pertumbuhan maksimum populasi perbulan: 55

kali. Telur : diletakkan secara acak. Larva: bergerak bebas, tidak terkungkung.

Page 11: Makalah-Jagung

Dewasa: berumur panjang, aktif makan, dapat terbang, berjalan cepat, mampu

memasuki makanan yang dikemas melalui celah yang kecil.

Penyebaran hama pasca panen lainya seperti Cryptoplestes sp. muncul

setelah adanya serangan hama S. zeamais pada bijian jagung. Pada jagung yang

masih utuh sulit ditemukan populasi Cryptoplestes.

Beberapa jenis parasitoid yang diketahui menyerang serangga hama gudang

diantaranya Anisopteromalus sp., Habrobracon sp., dan Braconhebetor

(Brower, 2003, Ghimire and Thomas, 2002).

4. Kendala peningkatan produksi, kerusakan, dan hama komoditasnya.

Selama penyimpanan, biji jagung dapat terserang oleh berbagai spesies

serangga hama gudang dan tikus. Ada 13 spesies serangga hama yang dapat

beradaptasi dengan baik dalam penyimpanan jagung, 10 spesies di antaranya

sebagai hama utama yang tergolong ke dalam ordo Coleoptera, sedangkan tiga

spesies masuk ke dalam ordo Lepidoptera (Granados 2000). Selain itu, sekitar

175 spesies serangga dan kutu (mites) merupakan hama minor. Kehilangan hasil

oleh jasad pengganggu di penyimpanan diperkirakan 30%. Biji rusak mencapai

100% bila disimpan selama enam bulan di daerah tropis Meksiko (Bergvinson

2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyusutan bobot jagung mencapai

17% bila disimpan selama enam bulan dengan kerusakan biji 85% (Tandiabang

et al. 1996).

Kerusakan biji jagung oleh hama sering diikuti oleh organisme lain seperti

cendawan Aspergillus sp. yang menyebabkan kualitas biji menurun, karena

cendawan tersebut memproduksi senyawa beracun yang disebut aflatoksin.

Hama gudang dapat dikategorikan ke dalam hama utama (primary pest) yaitu

Page 12: Makalah-Jagung

hama yang mampu makan keseluruhan biji yang sehat dan menyebabkan

kerusakan. Selain itu, dikenal hama sekunder yaitu hama yang menyerang dan

bertahan pada biji yang telah rusak.

Rendahnya hasil jagung disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor

fisik (iklim, jenis tanah dan lahan) dan faktor biologis (varietas, hama, penyakit

dan gulma), serta faktor sosial ekonomi. Menurut Baco dan Tandiabang (1988)

dalam Surtikanti (2011), tidak kurang dari 50 spesies serangga telah

diketemukan dapat menyerang tanaman jagung di Indonesia. Hama dan penyakit

merupakan kendala dalam peningkatan produksi jagung.

Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas

jagung antara lain adalah serangan hama dan penyakit. Hama yang sering

dijumpai menyerang tanaman jagung adalah ulat penggerek batang jagung, kutu

daun, ulat daun, ulat penggerek tongkol, ulat grayak, lalat bibit, ulat tanah.

5. Pencegahan dan Pengendalian Hama Gudang

a. Pengelolaan Gudang

Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan

hibernasi sesudah gudang tersebut kosong. Oleh karena itu pengendalian hama

di dalam gudang difokuskan pada kebersihan gudang. Higienis adalah

komponen penting dalam strategi pengendalian terpadu yang bermaksud untuk

mengeliminasi populasi serangga yang dapat terbawa pada periode penyimpanan

berikutnya. Taktik yang digunakan termasuk membersihkan semua struktur

gudang dan membakar semua biji yang terkontaminasi dan membuang dari area

gudang. Selain itu karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji harus

Page 13: Makalah-Jagung

dibuang. Semua struktur gudang harus diperbaiki, termasuk dinding yang retak-

retak dimana serangga dapat bersembunyi, dan memberi perlakuan insektisida

baik pada dinding maupun plafon gudang. Semua pekerjaan ini harus

diselesaikan dua minggu sebelum penyimpanan dari hasil panen yang baru

dilakukan

b. Fumigasi

Fumigan adalah bahan kimia yang pada temperatur dan tekanan tertentu

dalam bentuk gas, yang konsentrasinya cukup untuk mengendalikan hama.

Untuk efektifnya fumigasi ini, maka wadah penyimpanan harus kedap udara.

Gudang atau wadah penyimpanan yang telah difumigasi, tidak boleh diganggu

selama paling kurang satu minggu. Fumigan yang paling banyak digunakan

yaitu metil bromid (CH3Br) dan phosphine (PH3) (Anonim 2000). Beberapa

alasan seperti kesehatan dan wadah penyimpanan yang dipunyai petani tidak

kedap udara, menyebabkan cara fumigasi ini tidak popular ditingkat petani.

c. Struktur gudang dan wadah penyimpanan

Wadah penyimpanan yang tidak memungkinkan adanya pertukaran

udara (kedap udara), seperti silo metal, kumbang bubuk tidak dapat berkembang.

Jika silo penuh dengan biji, respirasi dari serangga mengakibatkan konversi O2

menjadi CO2. Hama gudang akan mati dalam 10 hari pada silo yang tertutup

rapat (Bergvinson 2002). Pada silo kayu yang dilapisi seng, serangan kumbang

bubuk lebih rendah daripada wadah penyimpanan lain seperti karung (Baco et

al. 2000). Pada wadah kedap udara seperti aluminium foil berlapis plastik dan

jerigen plastik yang ditutup rapat dilapisi parafin serangan kumbang bubuk pada

biji jagung sangat rendah. Pada gudang biasa yang terdiri dari bangunan tembok

Page 14: Makalah-Jagung

atau kayu, serangan kumbang bubuk sangat tergantung dari wadah yang

digunakan, tetapi pada gudang tertutup yang dapat diatur temperatur dan

kelembaban, serangan kumbang bubuk dapat dieliminir.

CARA-CARA PENGENDALIAN HAMA GUDANG

1.      Preventif (mencegah terjadinya serangan)

2.      Fisik-mekanik

3.      Cara hayati

4.      Cara kimiawi

a. Preventif

Mencegah datangnya hama lebih mudah daripada membasmi atau mengeliminasi

serangga yang sudah masuk

1.   Membuat konstruksi kedap serangga: bangunan dari beton atau logam lebih

baik daripada kayu

2.   Sanitasi gudang: ceceran bahan simpanan di lantai harus dibersihkan sebelum

dilakukan penyimpanan selanjutnya, celah-celah atau retakan pada lantai,

dinding, dsb. harus ditutup (sealed)

3.   Tidak menyimpan alat pertanian, seperti alat pemanenan di ruang penyimpanan

karena biji-biji yang tertinggal dapat menjadi sumber infestasi

4.   Jangan memakai karung bekas yang belum di”disinfestasi” untuk menyimpan

5.   Menggunakan wadah yang tidak mudah dimasuki oleh serangga

6.   Jangan menyimpan wadah bekas di ruang penyimpanan

Page 15: Makalah-Jagung

7.   Menggunakan protektan untuk melindungi bahan simpanan (khusus untuk

penyimpanan benih) seperti abu sekam dan serbuk tanaman yang diketahui

mengandung insektisida

8.   Menyimpan bahan dalam bentuk yang lebih resisten, misal yang masih

dilengkapi dengan polong, terutama kacang tanah

b. Cara Fisik/Mekanik

1.      Manipulasi lingkungan fisik untuk menekan pertumbuhan populasi hama

2.      Faktor fisik yang dimanipulasi adalah: temperatur, kelembapan relatif,

kadar air, tempat penyimpanan (silo, elevator, karung, wadah lain),

memberi tekanan pada bahan simpan (kompresi), dan iradiasi

3.      Prinsip utama pelaksanaan penyimpanan: jagalah bahan simpanan tetap

dingin dan kering

Page 16: Makalah-Jagung

DAFTAR PUSTAKA

Brower, J. 2003. Stored Product Management. Oklahoma Cooperative Extension Service Division of Agricultural Sciences and Natural Resources Oklahoma StateUniversity.

Fitria, Y., F. Farhanny., M. Bakhrir., B. Andrixinata., dan F.A.N. Sidig. 2009. Preferensi Makan dan Berkembang biak Serangga Hama Gudang. Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB.

Ghimire, M. N and W.P. Thomas. 2002. Host Suitability of Various Stored Product Insects for Two Strains of the Parasitoid Anisopteromalus calandrae (Hymenoptera: Pteromalidae). Oklahoma State University, Entomology and Plant Pathology, 127 Noble Research Center, Oklahoma State University, Stillwater, OK.

Haines, C. P. 1991. Insect and arachinids of tropical stored product their biology and identification. Natural resource institue, central avenue chatam maritime kent mey 4 TB. United kingdom.

Harahap, L. H. 2003. Mengenal Lingkungan dan Perkembangan Hama Pascapanen. Balai Besar Karantina Pertanian Belawan.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. Revised and Translated byP.A Van der Laan. P.T. Ichtiar Baru –van Hoove, Jakarta.

Mangoendihardjo, S. 1978. Hama – Hama Hasil Tanaman Pertanian di Indonesia Jilid III. Yayasan Pembina Fakultas PertanianUniversitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Rahman, Muskina Dj, dkk. 2012. Kecamatan Mootilango, Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Eugenia Volume 18 No. 3

Ridwan, M. 2009. Pengenalan Serangga Hama Gudang. Program Sudi Agroteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Tadulako.

Rimbing, S.C. 2015. Keanekaragaman Jenis Serangga Hama Pasca Panen Pada Beberapa Makanan Ternak Di Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 35 No. 1 : 164 – 177

Saenong, M. S dan A. Hipi. 2005. Hasil-hasil Teknologi Pengelolaan Hama Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motch (Coleoptera; Curculionida) pada Tanaman Jagung.

Sembel, D.T., F. Kaseger, dan D.S. Kandowangko. 1992. Diktat Hama-Hama Pascapanen Hasil Pertanian. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi. UNSRAT. Manado.

Page 17: Makalah-Jagung

Surtikanti. 2011.Hama Dan Penyakit Penting Tanaman Jagung Dan Pengendaliannya. Seminar Nasional Serealia 2011.

Tandiabang, J., A. Tenrirawe dan Surtikanti. 2009. Pengelolaan Hama Pasca Panen Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Wulan P, Tri Utami. 2011. Kualitas Sensoris dan Penghambatan Kontaminasi Insekta Beras Organik Mentikwangi dengan Berbagai Jenis Pengemas Selama Penyimpanan. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.