54
MAKALAH SISTEM REPRODUKSI II “KANKER SERVIKS” Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem Reproduksi II Dosen Tutor : Tati Hernawati, S. Kp., M. Kep. Tutor : 9 (Sembilan) Ketua : Erik Perdian 220110120006 Scriber : Hardiyanti Rahayu 220110120027 Notulen : Panji Bhagaskara 220110120065 Siti Sandra liani 220110120015 Laura Oktavia 220110120042 Afifah Nurul 220110120106 Eva Fauziyah 220110120132 Retno Ayu 220110120130 Puji Lestari 220110120031 1

Makalah kasus 2

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH SISTEM REPRODUKSI II

KANKER SERVIKS

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem Reproduksi II

Dosen Tutor

: Tati Hernawati, S. Kp., M. Kep.

Tutor

: 9 (Sembilan)

Ketua

: Erik Perdian

220110120006Scriber

: Hardiyanti Rahayu

220110120027Notulen

: Panji Bhagaskara

220110120065Siti Sandra liani

220110120015Laura Oktavia

220110120042Afifah Nurul

220110120106Eva Fauziyah

220110120132

Retno Ayu

220110120130

Puji Lestari

220110120031

AlgiaNuruliani

220110120041

Tindo Esa Sari

220110120044

Santi Mulyasari

220110120119

Fakultas Keperawatan

Universitas Padjadjaran

2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini membahas tentang Sistem Muskuloskeletal khususnya mengenai Infeksi pada Tulang (Osteomyelitis). Dalam penulisan makalah ini, penulis menemui beberapa kendala, tetapi dapat teratasi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Urip Rahayu, S.Kp.,M.Kep.selakudosenkoordinatormatapelajaran.

2. Mira Trisyani Koeryaman, S.Kp.,MSN. selaku dosen tutorkelompok 9.

3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaianmakalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang. Akhirnya,penulisberharapsemoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Aamiin.

Jatinangor,27 April 2015

PenulisDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................2

DAFTAR ISI .........................3

DAFTAR GAMBAR ...........4

BAB 1 PENDAHULUAN ............6

1.1 Latar belakang ..........51.2 Rumusan Masalah ....................................................................................51.3 Tujuan .....................................................................................................5BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...........62.1 Definisi ..............62.2 Etiologi .............62.3 Faktor Resiko ...........................................................................................62.4 Klasifikasi .................................................................................................82.5 Tanda dan Gejala................112.6 Patofisiologi ...........................................................................................122.7 Komplikasi .........................................142.8 Pemeriksaan Diagnostik ..............152.9 Penatalaksanaan dan Pencegahan ...........18BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ............253.1 Pengkajian .............253.2 Analisa Data ...........293.3 Diagnosa Keperawatan ..............313.4 Rencana Tindakan Keperawatan .................................................................31BAB 4 PENUTUP ...........344.1 Kesimpulan ............344.2 Saran ........................................................................................................34DAFTAR PUSTAKA ............35DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1Metode Pap Smear ...............................................................16Gambar 1.2Metode IVA....................... ..17Gambar 1. 3Biopsi serviks dan kanalis servikalis.......................................18BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997). Pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal menyebabkan sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau keganasan. Tidak pernah ditemukan wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini.Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35-55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki factor risikonya.Oleh sebab itu, pengetahuan perawat mengenai proses dan hal yang berperan dalam terjadinya kanker rahim sangatlah penting untuk memberikan tatalaksana yang adekuat tanpa memberi komplikasi tambahan, serta membantu perawat lebih berhati-hati dalam melakukan perawatan pada pasien yang beresiko.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apa definisi dari kanker serviks?

1.2.2. Apa etiologi dari kanker serviks?

1.2.3. Apa saja klasifikasi dari kanker serviks?

1.2.4. Apa saja tanda dan gejala klinis dari kanker serviks?

1.2.5. Bagaimana patofisiologi dan komplikasi dari kanker serviks?

1.2.6. Bagaimana pemeriksaan dari kanker serviks?

1.2.7. Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan dari kanker serviks?

1.2.8. Bagaimana asuhan keperawatan dari kanker serviks?

1.3. Tujuan

1.3.1. Mengetahui definisi dari kanker serviks

1.3.2. Mengetahui etiologi dari kanker serviks

1.3.3. Mengetahui klasifikasi dari kanker serviks

1.3.4. Mengetahui tanda dan gejala klinis dari kanker serviks

1.3.5. Memahami patofisiologi dan komplikasi dari kanker serviks

1.3.6. Memahami pemeriksaan dari kanker serviks

1.3.7. Memahami penatalaksanaan dan pencegahan dari kanker serviksBAB 2

TINJAUAN PUSTAKA2.1 DefinisiServiks merupakan bagian dari rahim. Sel kanker tumbuh di serviks dan vagina. Dalam situasi normal, sel akan bertambah tua dan memproduksi sel baru. Tetapi pada kanker, sel membelah secara tidak terkendali dan tidak menjadi tua, kemudian mati seperti biasa. Karena sel membelah secara tidak terkendali, terbentuklah suatu tumor atau masa. Masa ini akan menginvasi jaringan daerah sekitarnya hingga sel jaringan sekitar ikut berubah fungsi.

Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di daerah skuamolokulumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis.

Kanker serviks adalah pertumbuhan sel baru yang ganas terdiri dari sel-sel epithelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kanker serviks merupakan pertumbuhan sel baru yang abnormal berasal dari metaplasia eptel di daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis yang menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan bermetastasis.2.2 Etiologi

Etiologi dari kanker serviks masih belum diketahui. Namun, infeksi dari HPV (human papilomavirus) menjadi penyebab hampir semua kanker serviks. Infeksi HPV dan factor resiko lainnya secara bersama-sama dapat meningkatkan resiko yang lebih besar.Ada sekitar 15 jenis HPV menular seksual tipe beresiko tinggi yang dapat menyebabkan kanker serviks, jenis ini diantaranya HPV 16 dan 18 yang menjadi penyebab dua pertiga kanker serviks. Virus ini ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual. Onkoprotein E6 dan E7 yang berasal dari HPV merupakan penyebab terjadinya degenerasi keganasan. Onkoprotein E6 akan mengikat p53 sehingga TSG (Tumor Supressor Gene) p53 akan kehilangan fungsinya. Sedangkan onkoprotein E7 akan mengikat TSG Rb, ikatan ini menyebabkan terlepasnya E2F yang merupakan factor transkripsi sehingga siklus sel berjalan tanpa control.2.3 Faktor predisposisia. Usia

2% dari wanita yang berusia 40 tahun akan menderita kanker seviks dalam hidupnya. Hal ini dimungkinkan karena perjalanan penyakit ini memerlukan waktu 7 sampai 10 tahun untuk terjadinya kanker invasive sehingga sebagian besar terjadinya atau diketahuinya setelah berusia lanjut. Faktor usia berhubungan dengan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh.b. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia mudaKanker serviks cenderung timbul bila mulai aktif berhubungan seksual. Lebih dijelaskan bahwa umur antara 15-20 tahun merupakan periode yang rentan. Periode rentan ini berhubungan dengan proses metaplasia pada usia pubertas, sehingga bila ada yang menggangu proses metaplasia tersebut misalnya infeksi akan memudahkan beralihnya proses menjadi dysplasia yang lebih berpotensi untuk terjadinya keganasan.c. Jumlah paritas lebih banyakKehamilan dan persalinan yang melebihi 3 orang dan jarak kehamilan terlalu dekat akan meningkatkan kejadian kanker serviks. Multiparitas diduga menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, selain itu multiparitas dihubungkan dengan kemungkinan menikah pada usia muda, sosial ekonomi rendah dan hygiene yang buruk. d. Penggunaan jangka panjang (lebih dari 5 tahun) kontrasepsi oralPenggunaan kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim 1,5-2,5 kali. Kontrasepsi oral mungkin dapat meningkatkan resiko kanker leher rahim karena jaringan leher rahim merupakan salah satu sasaran yang disukai hormone steroid. Meskipun demikian, efek penggunaan kontrasepsi oral terhadap resiko kanker leher rahim masih controversial.e. Riwayat kanker serviks pada keluargaBila seorang wanita mempunyai saudara kandung atau ibu yang mempunyai kanker serviks, maka ia mempunyai kemungkinan 2-3 kali lebih besar untuk mempunyai kanker serviks dibandingkan orang normal. Hal ini berhubungan dengan berkurangnya kemampuan untuk melawan infeksi HPV.f. Berganti-ganti pasangan seksualPerilaku seksual menyimpang akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. HPV merupakan virus yang ditularkan melalui hubungan seksual dan hampir menjadi penyebab semua kanker serviks. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih.g. MerokokWanita perokok memiliki resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rook. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks disamping merupakan ko-karsinogen infeksi virus.h. Defisiensi zat giziDefisiensi asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya dysplasia ringan dan sedang. Risiko kanker serviks juga bisa meningkat pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).i. Terpapar karsinogenPaparan dari karsinogen, misalnya pembalut yang telah dilakukan daur ulang (pemutihan) akan meningkatkan resiko terkena kanker serviks.j. Penggunaan antisepticKebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan antiseptic maupun deodorant akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya kanker.2.4 Klasifikasi

Terdapat beberapa klasifikasi untuk tingkat kanker serviks seperti International Federation of Gyneacology and obstetrics (FIGO) dari World Health Organization(WHO) dan sistem tumor nodul dan metastasis (TNM) dari International Union Against Cancer(UICC) serta American Joint Committee on Cancer(AJCC).Stadium FIGO terbagi kepada 0, I, IA, IA1, IA2, IB, IB1,IB2, II,IIA, IIB, III, IIIA, IIIB, IV, IVA dan IVB. Stadium TMN terbagi kepada Tx, T0, Tis, T1, T1a, T1a1, T1a2, T1b, T1b1, T2, T2a, T2b, T3, T3a, T3b, T4 dan M1 seperti di tabel 2.1. Tabel 2.1 Klasifikasi Kanker serviks berdasarkan TNM Stadium menurut TNMStadium menurut FIGOKriteria

Tx-Tumor primer yang tidak dapat ditentu.

T0-Tidak ditemukan tumor primer

Tis0Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intraepitel: membran basalis masih utuh

T11Proses karsinoma serviks terbatas pada uterus

T1aIAKarsinoma invasif hanya dapat didiagnosa dengan mikroskop,

T1a1IA1Bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah memasuki stroma tidak > 3mm, tersebar ke lateral tidak > 7mm

T1a2IA2Sel tumor sudah memasuki stroma 3 5 mm dan tersebar secara horizontal < 7mm

T1bIBSecara klinis, dapat dilihat lesi pada batasan serviks atau lesi lebih tampak daripada IA2

T1b1IB1Secara klinis, lesi dapat dilihat tidak > 4cm

IB2Secara klinis,lesi dapat dilihat > 4cm

T2IIKarsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi belum sampai dinding panggul, atau karsinoma telah menjalar ke vagina, teapi belum sampai 1/3 bagian distal.

T2aIIAKarsinoma belum menginfiltrasi parametrium

T2bIIBKarsinoma telah menginfiltrasi parametrium

T3IIIKarsinoma telah melibatkan 1/3 bagian distal vagina atau telah mencapai dinding panggul

T3aIIIAPenyebaran sampai ke 1/3 bagian distal vagina, sedang ke parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding pangggul

T3bIIIBPenyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul atau proses pada tingkat klinik I atau II, teatpi sudah ada gangguan faal ginjal

-IVProes keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum dan/ atau kandung kermih( dibuktikan secara histologik), atau telah terjadi metastasis keluar panggul atau ke tempattempat yang jauh

T4IVAProses sudah keluar dari panggul kecil atau sudah menginfiltrasi mukosa rektum dan atau kandung kemih

M1IVBTelah terjadi penyebaran jauh/ metastasis

KLASIFIKASI KANKER SERVIKS

Menurut ( Novel S Sinta,dkk,2010), klasifikasi kanker dapat di bagi menjadi tiga, yaitu (1) klasifikasi berdasarkan histopatologi, (2) klasifikasi berdasarkan terminologi dari sitologi serviks, dan (3) klasifikasi berdasarkan stadium stadium klinis menurut FIGO (The International Federation of Gynekology and Obstetrics) :1). Klasifikasi berdasarkan histopatologi :

CIN 1 (Cervical Intraepithelial Neoplasia), perubahan sel-sel abnormal lebih kurang setengahnya.

CIN 2, perubahan sel-sel abnormal lebih kurang tiga perempatnya.

CIN 3, perubahan sel-sel abnormal hampir seluruh sel.2). Klasifikasi berdasarkan terminologi dari sitologi serviks :

ASCUS (Atypical Squamous Cell Changes of Undetermined Significance)

LSIL (Low-grade Squamous Intraepithelial Lesion)

HSIL (High Grade Squamous Intraepithelial Lesion)3). Klasifikasi berdasarkan stadium klinis :

Stadium 0, karsinoma in situ atau infeksi awal HPV.

Stadium I, proses infeksi mendalam pada serviks, (1) stadium IA, kedalaman invasi lebih dari 5 mm dan perluasan tidak lebih dari 7 mm, (2) stadium IB, secara klinis luka berukuran lebih kurang 4 cm.

Stadium II, tumor menyebar keluar serviks, tetapi tidak sampai dinding panggul atau sepertiga bawah vagina, (1) stadium IIA, tidak ada invasi pada jaringan kearah samping serviks, (2) stadium IIB, invasi pada jaringan kearah samping serviks

Stadium III, tumor menyebar kedinding panggul dan atau sepertiga bawah vagina yang menyebabkan hidronefrosis, (1) stadium IIIA, sudah menyebar sepertiga dibawah vagina, tetapi tidak sampai kedinding panggul, (2) stadium IIIB, sudah menyebar kedinding panggul sehingga menyebabkan hidronefrosis.

Stadium IV, tumor sudah menyeber lebih luas, (1) stadium IVA, tumor menginvasi mukosa rektumdan keluar panggul, (2) stadium IVB, metastase sudah jauh.2.5 Tanda dan Gejala1. Keputihan

Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi prakanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.

2. Perdarahan

Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.

3. Nyeri

Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.2.6 PathofisiologiPATHWAY

2.7 KomplikasiEfek Samping Pengobatan1. Menopause Dini

Jika ovarium mengalami pembedahan, atau jika rusak selama pengobatan dengan radioterapi, maka akan memicu menopause dini. Kebanyakan wanita mengalami menopause di awal usia lima puluhan.

Menopause terjadi ketika ovarium berhenti memproduksi hormon, estrogen dan progesteron. Hal ini bisa diatasi dengan memberikan obat yang merangsang produksi estrogen dan progesteron. Perawatan ini dikenal sebagai terapi penggantian hormon (HRT).2. Penyempitan vagina

Radioterapi untuk mengobati kanker serviks sering dapat menyebabkan vagina menjadi lebih sempit. Hal ini dapat membuat hubungan seks menyakitkan atau sulit.

Ada dua pilihan pengobatan utama jika pasien mengalami vagina menyempit. Yang pertama adalah untuk mengoleskan krim hormon ke vagina pasien. Ini dapat meningkatkan kelembaban di dalam vagina pasien dan membuat hubungan seks lebih mudah.

Yang kedua adalah untuk menggunakan dilator vagina, yang merupakan perangkat berbentuk tampon yang terbuat dari plastik. Pasien memasukkannya ke dalam vagina dan dirancang untuk membantu membuat vagina lebih kenyal. Pasien biasanya dianjurkan untuk memasukkan dilator selamalima sampai 10 menit pada waktu siang hari secara teratur selama enam sampai 12 bulan.3. Limfedema

Jika kelenjar getah bening di panggul diangakat/dioperasi, kadang-kadang dapat mengganggu kerja normal dari sistem limfatik.

Salah satu fungsi dari sistem limfatik adalah untuk membuang cairan yang berlebihan dari jaringan tubuh. Kehilangan kelenjar getah bening menyebabkan penumpukan cairan dalam jaringan. Hal ini dapat menyebabkan bagian-bagian tubuh tertentu menjadi bengkak, biasanya pada lengan dan kaki.4. Dampak Emosional

Dampak emosional hidup dengan kanker serviks dapat meningkat signifikan. Banyak orang melaporkan mengalami efek roller-coaster..Akibat dari kanker servik stadium lanjut

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada kasus kanker serviks stadium lanjut, antara lain:1. Nyeri

Jika kanker menyebar ke ujung saraf, tulang atau otot sering dapat menyebabkan rasa nyeri yang luar biasa. Namun, sejumlah obat-obatan penghilang rasa sakit yang efektif biasanya dapat digunakan.2. Gagal ginjal

Ginjal menghilangkan bahan limbah dari darah. Limbah dibuang keluar dari tubuh dalam urin melalui tabung yang disebut ureter. Dalam beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, tumor kanker (pertumbuhan jaringan abnormal) dapat menekan ureter, menghalangi aliran urin keluar dari ginjal. Sehingga urin tertampung dalam ginjal dikenal sebagai hidronefrosis dan dapat menyebabkan ginjal menjadi bengkak dan rusak.3. Bekuan darah

Kanker serviks, seperti kanker lainnya, dapat membuat darah lebih lengket dan membuatnya lebih rentan terhadap penyumbatan. Istirahat di tempat tidur setelah operasi dan kemoterapi juga dapat meningkatkan risiko mengalami penggumpalan darah sehingga menyumbat aliran darah.Biasanya terjadi pada ektermitas bawah.

4. Pendarahan

Jika kanker menyebar ke usus vagina atau kandung kemih, dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan, mengakibatkan pendarahan. Perdarahan dapat terjadi pada vagina, rektum (bagian belakang), atau mungkin mengeluarkan darah ketika buang air kecil.5. Fistula

Fistula merupakan komplikasi yang jarang terjadi namun menyedihkan yang terjadi di sekitar 1 dalam 50 kasus kanker serviks stadium lanjut.

Fistula adalah saluran abnormal yang berkembang antara dua bagian tubuh. Dalam kebanyakan kasus yang melibatkan kanker serviks, fistula berkembang antara kandung kemih dan vagina. Dan kadang-kadang fistula berkembang antara vagina dan dubur.2.8 Pemeriksaan Diagnostik1. Blade cervix cytologic examination (Pap Smear) Test Pap Smear digunakan menyingkapkan infeksi, radang, atau sel-sel abnormal dalam serviks (leher rahim). Test Pap smear dapat dilakukan bila tidak dalam keadaan haid ataupun hamil. Sebaiknya tidak berhubungan intim minimal 3 hari sebelum pemeriksaan.

Gambar 1: speculum dimasukan ke dalam liang vagina untuk menahan dinding vagina tetap terbuka. Gambar 2: Cairan/lendir rahim diambil dengan mengusapkan (alat) spatula. Gambar 3: Usapan tersebut kemudian dioleskan pada obyek-glass Gambar 4 : sample siap dibawa ke laboratorium patologi untuk diperiksa.

Jenis-Jenis Test Pap Smear:

a.Test Pap smear konvensional. Seperti gambar diatas. b.Thin prep Pap.Biasanya dilakukan bila hasil test Pap smear konvensional kurang baik/kabur. Sample lendir diambil dengan alat khusus (cervix brush), bukan dengan spatula kayu dan hasilnya tidak disapukan ke object-glass, melainkan disemprot cairan khusus untuk memisahkan kontaminan, seperti darah dan lendir sehingga hasil pemeriksaan lebih akurat. c.Thin prep plus test HPV DNA Dilakukan bila hasil test Pap smear kurang baik. Sampel diperiksa apakah mengandung DNA virus HPVMetode IVA

Untuk deteksi dini kanker serviks, selain test Pap Smear, metoda lain yang dapat menjadi pilihan adalah IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).

IVA digunakan untuk mendeteksi abnormalitas sel serviks Anda setelah mengoleskan larutan asam asetat (asam cuka3-5%) pada leher rahim. Asam asetat menegaskan dan menandai lesi pra-kanker dengan perubahan warna agak keputihan (acetowhite change). Hasilnya dapat diketahui saat itu juga atau dalam waktu 15 menit.

Metode IVA mengandung kelebihan dibanding test Pap smear, karena sangat sederhana (dapat dilakukan di Puskesmas), hasilnya cukup sensitif dan harganya amat terjangkau. Pemeriksaan dengan metode IVA juga dapat dilakukan kapan saja, termasuk saat menstruasi, saat asuhan nifas atau paska keguguran. Bila hasilnya bagus, kunjungan ulang untuk tes IVA adalah setiap 5 tahun.

Yodium atau Schillen testTes Serviks atau vagina epitel skuamosa normalnya kaya akan glikogen, yang dapat menjadi warna cokelat setelah diberi cairan yodium, sedangkan serviks epitel kolumnar, erosi serviks, dan epitel skuamosa abnormal (termasuk metaplasia skuamosa, displasia, karsinoma in situ dan area karsinoma invasif) tidak ada glikogen, maka tidak berwarna. Dalam klinis serviks yang terpapar oleh spekulum vagina, setelah menyeka lendir permukaan, memoleskan larutan yodium, ke serviks dan forniks, bila ditemukan adanya daerah yodium-negatif abnormal, bisa melakukan biopsi dan pemeriksaan patologis untuk daerah ini.

Kolposkopi

Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu suatu alat seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila ditemukan pap smear yang abnormal.

Pemeriksaan dengan kolposkopi, merupakan pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak hanya terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi vulva dan vagina. Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosa histologik, tetapi untuk menentukan kapan dan dimana biopsi harus dilakukan Menurut statistik, biopsi dengan bantuan dari kolposkopi, akurasi diagnostik untuk kanker serviks dini dapat dicapai sekitar 98%.

Biopsi serviks dan kanalis servikalis

Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan kolposkopi. Biasanya , di persimpangan kolom skuamosa, serviks pada titik 6, 9, 12 dan 3. Jika kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara konisasi.

Pemeriksaan penunjang lainnya:

1 USG

2 Radiologic (foto thoraks)

3 Endoskopi (sistokopi , rektoskopi)

4 Cystoscopy: tabung tipis berlensa cahaya dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui uretra untuk mengetahui apakah kanker telah berkembang ke daerah ini. Sample biopsy juga bisa diambil sekaligus. Cystoscopy memerlukan anestesi bius total.

5 Proktoskopi: tabung tipis terang digunakan untuk memeriksa penyebaran kanker serviks ke area anus Anda.

6 Laboratorium (cek darah lengkap)

7 MRI

8 CT SCAN

9 Bone scan

10 BNO, IVP2.9 Penatalaksanaan dan PencegahanPenatalaksanaan farmakologi

Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk hamil lagi.1. PembedahanPada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat. 2. Terapi penyinaran Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi: - Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besarPenderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu. - Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping dari terapi penyinaran adalah: - iritasi rektum dan vagina - kerusakan kandung kemih dan rektum - ovarium berhenti berfungsi.3. Kemoterapi Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya. 4. Terapi biologis Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi.

a. Tahap 0Pengobatan pilihan untuk stadium 0 kanker termasuk prosedur loop eksisi electrosurgical (LEEP), terapi laser, conization, dan cryotherapyb. Tahap IA Pengobatan pilihan untuk penyakit stadium IA adalah operasi histerektomi-total, histerektomi radikal, dan conization diterima prosedur. Menurut National Comprehensive Cancer Network pedoman, terapi radiasi panggul sekarang menjadi kategori 1 rekomendasi untuk wanita dengan penyakit stadium IA dan kelenjar getah bening negatif setelah operasi yang memiliki faktor risiko tinggi, termasuk tumor primer yang besar, invasi stroma dalam dan / atau invasi ruang lymphovascular.c. Tahap IB atau IIAUntuk pasien dengan penyakit stadium IB atau IIA, pilihan pengobatan dapat berupa gabungan radiasi pancaran eksternal dengan brachytherapy atau histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul bilateral.Radikal trachelectomy dengan diseksi kelenjar getah bening panggul yang sesuai untuk pelestarian kesuburan pada wanita dengan penyakit IA2 panggung, dan orang-orang dengan penyakit stadium yang IB .Kebanyakan studi retrospektif menunjukkan tingkat ketahanan hidup setara untuk kedua prosedur, meskipun studi tersebut biasanya cacat karena bias seleksi pasien dan faktor peracikan lainnya. Namun, penelitian terbaru menunjukkan secara keseluruhan bebas penyakit sintasan dan identik.Kualitas-hidup data, terutama di daerah psikoseksual, relatif sedikit.Radiasi pascaoperasi ke panggul menurunkan risiko kekambuhan lokal pada pasien dengan faktor risiko tinggi (node panggul positif, margin operasi positif, dan penyakit parametrial sisa).Sebuah uji coba secara acak menunjukkan bahwa pasien dengan keterlibatan parametrial, node panggul positif, atau positif bedah margin keuntungan dari kombinasi pascaoperasi dari kemoterapi yang mengandung cisplatin dan radiasi pelvis.d. Tahap IIB-IVAUntuk kanker leher rahim lanjut secara lokal (stage IIB, III, dan IVA), terapi radiasi adalah terapi pilihan selama bertahun-tahun. Namun, hasil dari besar, baik dilakukan, uji klinis prospektif acak menunjukkan peningkatan yang dramatis dalam hidup dengan menggunakan kombinasi kemoterapi dan radiasi. Dengan demikian, penggunaan kemoterapi berbasis cisplatin dalam kombinasi dengan radiasi telah menjadi standar perawatan untuk pasien dengan kanker serviks lanjut secara lokal.

Terapi radiasi dimulai dengan kursus radiasi berkas eksternal untuk mengurangi massa tumor untuk mengaktifkan aplikasi intracavitary berikutnya. Brachytherapy dikirim menggunakan afterloading aplikator yang ditempatkan di dalam rongga rahim dan vagina.

e. Tahap IVB dan berulang kankerPasien-pasien ini diobati dengan kemoterapi. Selama bertahun-tahun, single-agent cisplatin mewakili standar perawatan. Baru-baru ini, penggunaan kombinasi cisplatin dan topotecan terbukti secara signifikan meningkatkan kelangsungan hidup dibandingkan dengan single-agent cisplatin.

Radiasi paliatif sering digunakan secara individual untuk mengendalikan pendarahan, nyeri panggul, atau kencing atau gangguan pencernaan sebagian besar dari penyakit panggul. Upaya khusus harus dilakukan untuk menjamin perawatan paliatif yang komprehensif, termasuk pengendalian nyeri yang memadai untuk pasien.Penatalaksanaan Non-farmakologiTatalaksana non farmakologi untuk pasien kanker serviks meliputi penatalaksanaan nutrisi dan cairan, pemeliharaan aktivitas, vulva higiene, serta manajemen efek samping kemoterapi.1. NutrisiPasien kanker yang berada dalam masa pengobatan atau pemulihan harus memenuhi intake nutrisi yang cukup.Kalori

Dapat ditentukan dengan dengan menghitung BMR (Laju Metabolisme Basal). Namun di klinik dapat ditentukan dengan melihat keadaan pasien.

Pasien kanker dengan obesitas: 21-25 kal/KgBB

Pasien dewasa tirah baring (normal): 25-30 kal/KgBB

Pasien yang mengalami sedkit hipermetabolisme atau underweight: 30-35 kal/KgBB

Pasien hipermetabolisme atau stres berat atau malabsorbsi: 35 kal/KgBB

Protein

Pasien kanker mengalami keseimbangan negatif nitrogen sehingga penting untuk memenuhi kebutuhan tubuh untuk sintesi dan menurunkan degradasi protein.

Mempertahankan kadar normal: 0,8-1,0 gr/KgBB

Asupan aman untuk pasien tanpa stress: 1,0-1,5 gr/KgBB

Untuk pasien transplantasi sumsum tulang: 1,5 gr/KgBB

Pasien enteropati atau hipermetabolisme atau wasting: 1,3-2,5 gr/KgBB

Lemak

Kebutuhan lemak 30-50% dari jumlah kalori total.

Cairan

Pasien yang menjalani kemoterapi dan radiasi akan mudah mengalami dehidrasi. Kebutuhan cairan pasien kanker sama dengan pasien non kanker yang tidak mengalami ginjal yatu 30-35 ml/KgBB.

Vitamin dan Mineral

Pasien kanker akan mengalami defisiensi vitamin (khususnya folat, vitamin C, dan retinol) dan mineral (Mg, Zn, Fe). Tambahan vitamin dan mineral dapat diberikan < 150% dari rekomendasi harian yang dianjurkan.2. Pemeliharaan AktivitasRiset yang dilakukan tim peneliti dari Macmillan Cancer Support menunjukkan beraktivitas/olahraga bisa mengurangi risiko kematian akibat kanker dan menurunkan efek samping dari terapi pengobatan yang dilakukan, seperti kelelahan atau kegemukan. Penderita kanker yang lebih aktif selama proses penyembuhan tidak akan mengalami kelelahan yang parah. Dengan olahraga akan memberikan efek positif pada mood dan kesehatan.Program rehabilitasi dan aktivitas pasien kanker harus disesuaikan dengan kekuatan individu. Olahragatidak bolehmenyebabkanrasa sakitatautidak nyaman. Penderita juga dapat kembali ke aktivitas sehari-hari lebih cepat dibandingkan dengan penderita yang tidak melakukan olahraga.3. Vulva HigieneKebersihan vulva harus dijaga untuk mencegah infeksi yang lebih lanjut. Prinsip tindakan perawatan ini dilakukan dengan perlahan dan hati-hati. Perdarahan diukur dan diidentifikasi jenis keluarannya. Daerah vulva dibersihkan menggunakan kapas dengan air hangat. Tiap bagian dibersihkan dengan teknik sekali pakai. Setelah bersih pasangkan pembalut yang baru.4. Manajemen Efek Kemoterapi

a. Kelelahan

Kelelahan ini terjadi pada 14% sampai 96% pasien kanker, terutama mereka yang sedang menjalankan pengobatan kanker. Meningkatkan istirahat dan memberikan dukungan emosional akan menurunkan kelelahan pasien.

b. Nyeri

Disamping kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik. Perawat dapat memberikan terapi nyeri dengan berbagai teknik mulai dari relaksasi, distraksi, gate kontrol. Penelitian menyebutkan bahwa salah satu teknik yang paling efektif untuk menurunkan nyeri adalah teknik distraksi.

c. Komplikasi Saluran Pencernaan

Komplikasi saluran pencernaan seperti sembelit, sulit buang air, gangguan usus besar, diare, dapat disebabkan oleh kanker itu sendiri maupun karena efek pengobatan kanker.

KonstipasiDengan meningkatkan konsumsi cairan, sayur, dan buah akan melancarkan eliminasi pasien. Jika pasien mengalami konstipasi parah, dapat dilakukan enema atau diberikan obat laksatif.Mual dan Muntah

Makan dan minum sedikit tapi sering

Minum setiap muntah

Hindari makanan yang berbau, berminyak, berlemak, berbumbu, pedas, terlalu manis, panas, dan beraroma sitrus

Makan makanan yang dingin, kering dan pada temperatur ruangan

Minum teh beraorama mint atau jahe.

Sariawan

Kumur air garam/baking soda jangan mouthwash yang mengandung alkohol.

Makan makanan yang lunak, tidak mengiritasi, asin, asam dan pedas.

Banyak minum dan makan makanan dingin atau pada suhu ruangan.

Sikat gigi minimal 4 kali sehari dengan menggunakan sikat lembut.Pencegahan kanker serviksSelama masih dalam fase pra-kanker, ada 2 cara yang dapat ditempuh untuk mencegah penyakit ini untuk berkembang menjadi kanker serviks. Cara pertama adalah bagaimana cara untuk mengetahui pra-kanker sebelum menjadi kanker serviks, dan yang lainnya adalah bagaimana cara pertama kali untuk mencegah munculnya pra-kanker untuk pertama kali. Menemukan pra-kanker serviks

Cara yang terbaik untuk mencegah kanker serviks adalah dengan melakukan testing (skrining) untuk menemukan pra-kanker sebelum berubah menjadi kanker yang invasif. Tes yang ditempuh yaitu Pap Smear dan tes HPV (Human Papilloma Virus). Jika pra-kanker ditemukan, maka akan dilakukan pengobatan untuk memberhentikan perkembangan kanker serviks. Selama wanita telah divaksin HPV, bukan berarti wanita tersebut terbebas dari kanker serviks. Oleh karena itu sangat penting bagi wanita yang telah divaksin untuk melakukan skrining secara berkala.

Hal-hal yang harus dilakukan untuk pencegahan pra-kanker dan kanker serviks

1. Jauhi kontak dengan Human Papilloma Virus (HPV)Selama HPV masih menjadi penyebab utama dalam timbulnya kanker serviks, maka menjauhi penyebab utama ini akan membantu untuk mencegah terjadinya pra-kanker. HPV berpindah melalui satu orang ke orang lainnya dengan cara sentuhan kulit ke kulit dengan area tubuh yang terinfeksi. Meskipun virus juga dapat berpindah melalui hubungan seksual (vaginal, anal, maupun oral), hubungan seksual tidak membuat infeksi itu menyebar. Yang terpenting adalah virus ini berpindah dan menyebar jika bersentuhan dengan bagian tubuh yang terinfeksi. Artinya, virus ini dapat menyebar melalui genital ke genital (tampa melakukan hubungan). Tidak menutup kemungkinan infeksi genital menyebar melalui kontak tangan ke genital karena virus ini mulanya berada di serviks lalu menyebar ke vagina dan vulva. Hal ini dapat dicegah dengan tidak melakukan hubungan seks sebelum waktunya, tidak berganti-ganti pasangan, tidak melakukan hubungan seks dengan orang yang suka berganti-ganti pasangan, dan menggunakan kondom.2. Tidak merokokMerokok dapat meningkatkan resiko resiko kanker 2 kali lipat. 3. Vaksinasi

Vaksin dapat memproteksi infeksi-infeksi dari HPV. Semua jenis vaksin HPV membantu melawan infeksi yang disebabkan oleh HPV 16 dan 18. Agar lebih efektif, vaksin HPV sebaiknya diberikan sebelumorang tersebut terkena HPV. Vaksin ini diberikan sebanyak 3 injeksi selama periode 6 bulan. The American Cancer Society Guidelines untuk pencegahan dan deteksi dini kanker serviks1. Semua wanita wajib melakukan skrining pada usia 21 tahun. Wanita usia 21-29 tahun harus melakukan Pap Smear setiap 3 tahun. Tes HPV tidak diharuskan kecuali tes Pap menunjukkan hasil yang abnormal.2. Awal usia 30 tahun, skrining dilakukan dengan tes Pap dikombinasikan dengan tes HPV setiap 5 tahun. Tes ini harus dilakukan sampai usia 65 tahun.3. Pilihan yang lain untuk usia 30-65 tahun adalah tes Pap setiap 3 tahun.4. Wanita yang berisiko tinggi kanker serviks karena supresi sistem imun membutuhkan skrining lebih sering dan harus mengikuti rekomendasi tim pelayanan kesehatan.5. Wanita diatas 65 tahun yang telah melakukan skrining selama 10 tahun terakhir harus menghentika. Skrining kanker serviks selama mereka tidak memiliki pra-kanker serius yang ditemukan selama 20 tahun terakhir. 6. Wanita yang memiliki hysterectomy total diharuskan memberhentikan skrining, karena hysterectomy telah dilakukan sebagai tindakan untuk menghilangkan pra-kanker atau kanker serviks. Wanita yang melakukan hysterectomy tapi tidak menghilangkan serviksnya, diwajibkan untuk melakukan skrining seperti aturan yang telah disebutkan diatas.7. Wanita dalam usia berapapun tidak diharuskan melakukan skrining setahun sekali. 8. Wanita yang telah divaksin HPV diharuskan mengikuti aturan ini.BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

Ny. T usia 38 tahun dirawat diruang kemuning Lt.3. Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan keluar darah disertai nyeri saat/setelah melakukan hubungan suami istri sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya, keluar cairan keputihan yang encer, keputihan seperti krem tidak gatal, kemudian menjadi merah muda lalu kecoklatan dan sangat berbu busuk bahkan sampai dapat tercium oleh seisi rumah. Saat dikaji ibu tampak pucat, tidak mau makan tampak murung, sedih, dan bingung dengan penyakitnya, dokter hanya menjelaskan jika ibu harus kemoterapi. Ibu didampingi oleh anaknya, karena suami bekerja sebagai pelaut yang pulang hanya 1 tahun sekali. Ibu takut ditinggalkan suami karena penyakitnya. Rencana pasien akan dilakukan terapi 3 siklus, radioterapi eksternal, dan brachytherapi. Pemeriksaan didapatkan hasil Hb 8 mg%, TD 90/60 mmHg, akral dingin, CRT 4 detik. Pemeriksaan USG sel kanker sudah menginfiltrasi parametrium.3.1 PengkajianIdentifikasi Klien

Nama

:

Jenis kelamin : PerempuanUsia

: 38 tahun

Alamat :

Diagnosa : Ca. Serviks

TTV

TD : 90/60 mmHg

HR : tidak terkajiRR: tidak terkajiSuhu: tidak terkajiRiwayat Kesehatan Sekarang

P: nyeri saat/setelah melakukan hubungan suami istri

Q: tidak terkaji

R: genitalS: tidak terkaji

T: tidak terkaji

Riwayat Kesehatan Masa Lalu

keluar cairan keputihan yang encer dari area genital keluaran cairan berbau busuk kaji apakah klien pernah mengalami perdarahanRiwayat Psikososial

ditemukan pasien merasa takut ditinggal suami karena penyakit yang dideritaPemeriksaan Fisik

nyeri

akral dingin CRT 4 detikPemeriksaan Lab

Hb 8 mg% sel kanker sudah menginfiltrasi parametrium.Hal yang harus dikaji

1. Aktivitas/Istirahat

Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, keringat malam. Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi. 2. Integritas Ego

Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan putus asa.3. Eliminasi

Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi, perubahan eliminasi urinarius misalnya : nyeri. 4. Makanan dan Minuman

Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet, rasa).5. Neurosensori

Gejala : pusing, sinkope6. Nyeri/Kenyamanan

Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit) 7. Pernafasan

Gejala : Merokok, Pemajanan abses8. Keamanan

Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogenTanda : Demam, ruam kulit, ulserasi9. Seksualitas

Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau), perdarahan sehabis senggama (pada kanker serviks), Nullgravida lebih besar dari usia 30 tahun multigravida pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.

Pola fungsi kesehatan Gordon

1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.

Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina yang mengandung zat zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya kanker serviks. 2. Pola istirahat dan tidur.

Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas dari kanker serviks ataupun karena gangguan pada saat kehamilan.gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh ibu.3. Pola eliminasi

Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan kandung kemih. Dapat pula terjadi disuria serta hematuria. Selain itu biisa juga terjadi inkontinensia alvi akibat dari peningkatan tekanan otot abdominal4. Pola nutrisi dan metabolik

Asupan nutrisi pada Ibu hamil dengan kanker serviks harus lebih banyak jika dibandingkan dengan sebelum kehamilan. Dapat terjadi mual dan muntah pada awal kehamilan. Kaji jenis makanan yang biasa dimakan oleh Ibu serta pantau berat badan Ibu sesuai dengan umur kehamilan karena Ibu dengan kanker serviks juga biasanya mengalami penurunan nafsu makan. Kanker serviks pada Ibu yang sedang hamil juga dapat mengganggu dari perkembangan janin.5. Pola kognitif perseptual

Pada Ibu hamil dengan kanker serviks biasanya tidak terjadi gangguan pada pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap.6. Pola persepsi dan konsep diri

Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit kanker serviks, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari kanker serviks adalah akibat dari sering berganti ganti pasangan seksual. 7. Pola aktivitas dan latihan.

Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).Ibu hamil wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi yang berkurang akibat dari harus berbagi dengan janin yang dikandungnya. Namun pada ibu hamil yang disertai dengan kanker serviks ibu akan merasa sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas kanker serviks sehingga harus beristirahat total.8. Pola seksualitas dan reproduksi

Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk dari vagina.9. Pola manajemen koping stress

Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit. Ibu hamil dengan kanker serviks biasanya mengalami gangguan dalam manajemen koping stres yang diakibatkan dari cemas yang berlebihan terhadap risiko terjadinya kematian janin serta keselamatan dirinya sendiri.10. Pola peran - hubungan

Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan hubungannya. Ibu hamil dengan kanker serviks harus mendapatkan dukungan dari suami serta orang orang terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatan Ibu serta janin yang dikandungnya. Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota keluarganya ada yang menderita penyakit kanker serviks.11. Pola keyakinan dan nilaiKaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.3.2 Analisa Data

Data yang MenyimpangEtiologiMasalah

Data Objektif : Hb 8 mg% TD 90/60 mmHg Akral dingin CRT 4 detikibu tampak pucat, tidak mau makankeluhan keluar darah disertai nyeri saat/setelah melakukan hubungan suami istriData Subjektif : Klien tampak pucat Klien tidak mau makan Klien mengeluh nyeri saat/setelah melakukan hubungan suami istriFaktor perilaku Faktor Biologis Faktor lainnya

Proliferasi sel abnormal pada seviks

Neoplasma

Maligna Kanker

Karsinoma (Ca Serviks)

Metastase ke Jaringan Sekitar

Menekan saraf perifer

Nyeri

Nyeri akut

Nyeri Akut

Data Objektif : Hb 8 mg% TD 90/60 mmHg Akral dingin CRT 4 detikData Subjektif : Klien tampak pucat Klien tidak mau makan Klien mengeluh nyeri saat/setelah melakukan hubungan suami istriFaktor perilaku Faktor Biologis Faktor lainnya

Proliferasi sel abnormal pada seviks

Neoplasma

Maligna Kanker

Karsinoma (Ca Serviks)

Metastase ke Jaringan Sekitar

Pendarahan intraservikal

Anemia

Klien tampak pucat, Akral dingin, CRT 4 detik

Gangguan Perfusi Jaringan

Gangguan Perfusi Jaringan

Data Objektif : Hb 8 mg% TD 90/60 mmHg Akral dingin CRT 4 detikData Subjektif : Klien tampak pucat Klien tidak mau makan Klien mengeluh nyeri saat/setelah melakukan hubungan suami istriFaktor perilaku Faktor Biologis Faktor lainnya

Proliferasi sel abnormal pada seviks

Neoplasma

Maligna Kanker

Karsinoma (Ca Serviks)

Penurunan Nafsu Makan

Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan TubuhResiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

3.3 Diagnosa Keperawatan1. Nyeri akut berhubungan dengan infiltrasi sel saraf oleh sel kanker ditandai dengan klien mengeluh nyeri saat senggama

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan ditandai dengan akral dingin

3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan aktivitas metabolic terhadap kanker3.4 Rencana AsuhanDIAGNOSA : Nyeri akut berhubungan dengan infiltrasi sel saraf oleh sel kanker ditandai dengan klien mengeluh nyeri saat senggama

TUJUAN : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam, nyeri pada klien berkurang dengan kriteria

1. Klien tidak mengeluh nyeri saat senggama

2. Nyeri berkurang atau hilang

3. Klien tidak gelisah dan ekspresi wajah klien tidak tegang

INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji skala nyeri dan intensitas nyeri

2. Pantau tanda tanda vital

3. Ajarkan klien teknik manajemen nyeri

Teknik relaksasi

Teknik distraksi

Teknik sentuhan terapeutik4. Berikan lingkungan yang aman, tenang, dan nyaman

5. Kolaborasi pemberian analgetikSkala dan intensitas nyeri yang tinggi membutuhkan intervensi lanjut

Peningkatan nyeri akan berpengaruh terhadap tanda tanda vital

Dengan teknik teknik manajemen nyeri, rasa nyeri dapat berkurang sampai dengan hilang

Lingkungan yang tenang memungkinkan klien untuk beristirahat

Pemberian analgetik bersifat mengurangi nyeri

DIAGNOSA : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan ditandai dengan akral dingin

TUJUAN : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam, perfusi jaringan kembali adekuat dengan kriteria

1. TTV pasien dalam batas normal

2. Pasien tidak tampak lemas

3. Pengisian kapiler (< 3 detik)

4. Denyut nadi teraba

5. Tidak tampak kebiruan pada kulit

INTERVENSIRASIONAL

1. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler dan warna dasar kuku

2. Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi, dan volume darah

3. Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri

4. Kolaborasi pemberian transfuse darah dan terap osigen bila diperlukanIdentifikasi ketidakadekuatan derajat perfusi jaringan dan membantu dalam menentukan intervensi

Gangguan perfusi jaringan sering kali dihubungkan dengan kekurangan volume cairan

Menurunkan tekanan vena cava inferior dan superior serta meningkatkan pertukaran oksigen

Meningkatkan jumlah mediator transport oksigen ke sel-sel tubuh. Meningkatkan ketersediaan dan kapasitas oksigen

DIAGNOSA : Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan aktivitas metabolic terhadap kanker

TUJUAN : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam lebutuhan nutrisi pasien terpenuhi secara optimal dan seimbang, dengan kriteria

1. Berat badan pasien stabil (Sesuai dengan BB pasien dalam kondisi normal)

2. Pasien menunjukan adanya nafsu makan

3. Tidak terjadi mual ataupun muntah

4. Pasien tidak tampak pucat atau lemas

INTERVENSIRASIONAL

1. Pantau masukan makanan setiap hari

2. Ukur tinggi dan berat badan. Pastikan jumlah penurunan berat badan saat ini

3. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori tinggi protein dengan masukan cairan yang adekuat

4. Lakukan oral hygiene pada pasien

5. Kolaborasi pemberian gizi seimbangMengidentifikasi defisiensi nutrient

Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein dan kalori khususnya bila berat badan kurang dari normal

Kebutuhan jaringan metabolic ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa

Kebersihan mulut yang terjaga dapat meningkatkan sensasi pengecapan dan nafsu makan

Diet khusus diperlukan untuk memenuhi kebutuhan klien serta menurunkan potensial komplikasi yang terjadi berkenaan dengan malnutrisi

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan.Kanker serviks merupakan kanker kedua terbanyak yang menyebabkan kematian pada perempuan. Angka prevalensi kanker serviks di dunia, termasuk di kawasan Asia Tenggara, masih sangat tinggi.

Akhir-akhir ini di indonesia jumlah perempuan yang meninggal karena kanker serviks meningkat hingga lebih dari 250.000 jiwa setiap tahunnya. Kanker serviks terjadi karena tidak banyak perempuan yang mengenal organ reproduksinya dengan baik. Mereka tidak mengerti bagaimana kanker serviks itu bisa terjadi, apa saja faktor resikonya, dan bagaimana pengobatannya. Lebih dari 70% pasien datang pada stadium lanjut sehingga umumnya berakhir dengan kematian karena terlambatnya penanganan.

4.2 SaranPemahaman mengenai konsep penyakit serta tatalaksana kanker serviks sangatlah penting untuk tenaga medis, terlebih perawat. Diadakannya inovasi dalam perawatan kanker serviks yang lebih menguntungkan bagi pasien dan tenaga medis haruslah dikaji lebih lanjut dan diteliti lebih dalam sebagai upaya untuk menurunkan angka morbiditas khususnya penyakit kanker.

DAFTAR PUSTAKAAmerican Cancer Society Journal, 2015. Cervical cancer and early detectionAziz, Farid. 2008. Panduan Pelayanan Medik: Model InterdisiplinPenatalaksanaan Kanker Serviks Dengan Gangguan Ginjal. Jakarta: EGCBaughman, Diane C. 2000. Keperawatan medical-bedah: buku saku untukBrunner dan Suddarth. Jakarta : EGCDavey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga

Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :EGCEd. Anna, Lusia Kus. 2011. Pasien Kanker Juga Disarankan Berolahraga. DiaksesTanggal 26 April 2015 dari:http://health.kompas.com/read/2011/08/08/15134958/Pasien.Kanker.Juga.Disarankan /BerolahragaGuyton and Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGCHamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6.Jakarta : EGCHaryani, Ririn. 2007. Kecukupan Nutrisi pada Pasien Kanker. Indonesian Journalof Cancer Volume 4 Hal. 140-143Heffner, J. Linda dan Danny J. Schust. 2005. At a Glance Sistem Reproduksi.Jakarta : ErlanggaIlyas, Muhammad. 2014. Efektifitas Metode Penanganan Nyeri Pada Pasien Post Op Ca Mammae di Ruang Perawatan Rumah Sakit Universitas HasanuddinMakassar Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 3Manfaat Olahraga Bagi Penderita Kanker. 2015, Diakses Tanggal 26 April 2015dari:-olahraga-bagi-penderita-kanker" http://www.rsi.co.id/artikel/artikel-umum/content/444-manfaat

-olahraga-bagi-penderita-kanker

Manuaba, Ida. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric Dan Ginekologi. Jakarta: EGC Mengatasi Efek Samping Kanker. 2012. Diakses Tanggal 26 April2015 dari:

samping.kemoterapi/001/005/193/1/1" http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/keluarga/tips/mengatasi.efek.

samping.kemoterapi/001/005/193/1/1

Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Rineka CiptaSukaca E. Bertiani. 2009. Cara Cerdas Menghadapi KANKER SERVIK (LeherRahim).Yogyakarta : Genius PrintikaWijaya Delia. 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Servik. Yogyakarta :Sinar KejoraYatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan. Myoma, kanker rahim/leher rahim danindung telur, kista, serta gangguan lainnya. Jakarta : Pustaka Populer OborEtiologi

Faktor Biologis

Infeksi virus

virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks

Genetik

Faktor lainnya

Lingkungan

Sosial Ekonomi

idiopatik

Faktor perilaku

Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)

Umur pertama kali melakukan hubungan seksual

Jumlah kehamilan dan partus

Jumlah perkawinan

Hygiene dan sirkumsisi

Proliferasi sel abnormal pada seviks

Neoplasma

non-neoplasma

Maligna

kanker

Benigna

hipertrofi

Kista

Radang

Nyeri

Karsinoma (ca serviks)

heterektomi

Pembedahann

Stadium lanjut

Metastase

Resiko infeksi

Penekanan kanker pada dinding serviks

Supresi sumsum tulang belakang

Kemoterapi

Ke organ- organ lain

Rambut rontok, kulit kusam

trombositopenia

Mual muntah

Penekan pada syaraf- syaraf serviks

Perdarahan dari serviks

Gangguan Citra Tubuh

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Nyeri

Kekurangan volume cairan

Ke organ- organ lain

Mengenai tuba , terjadi perlekatan

limfogen

Dapat menekan ureter

infertilitas

Mermbat ke atas ke kavum uteri

Menjalar ke vagina

Ansietas

gg. eliminasi urine

Disfungsi Seksual

Kematian.

Menyebar pada oragan paru, hati, ginjal, tulang, otak, kulit

Penyebaran melalui limfe

Obstruksi ureter

Penyebaran kavum peritoneal

Menembus kavum uteri

hematogen

1