Upload
reginalisa
View
293
Download
29
Embed Size (px)
Citation preview
STATUS REKAM MEDIS PASIEN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU / RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
Laporan Kasus Gigi
ABSES PERIAPIKAL
Disusun oleh :
Andika Siswanta, S.Ked
Herry Saputra Yunior, S.Ked
Muhammida, S.Ked
Oni Masriyati, S.Ked
Putri Pratiwi, S.Ked
Rahmatul Khairiyah, S.Ked
Regina Lisa, S.Ked
Yulia Rosi, S.Ked
Tiska Adzy, S.Ked
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN COMMUNITY ORIENTED MEDICAL EDUCATION (COME)FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PUSKESMAS KAMPAR KIRI2014
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. R
Umur: 8 tahun
Pekerjaan: PelajarAlamat : Tanah Merah- Lipat Kain SelatanAgama
: Islam
No RM: 20.00.11.47
II. ANAMNESIS
1. Chief complaint: Nyeri pada gigi kiri dan kanan bawah sejak 1 bulan yang lalu
2. Present Illness History
Sejak 1 bulan yang lalu, pasien mengeluhkan gigi kiri dan kanan bawah terasa nyeri, nyeri terasa berdenyut, nyeri dirasakan hilang timbul, memberat saat mengunyah makanan, gusi bengkak dan mudah berdarah, nafas berbau busuk, sering merasa ngilu saat minum minuman dingin atau makanan panas. Pasien tidak ada mengeluhkan demam dan gigi berlubang.3. Past Dental History
Pasien sering mengeluhkan sakit gigi berulang dan pernah berobat ke dokter gigi Puskesmas, tidak disarankan untuk mencabut giginya.4. Past Medical History
Tidak ada yang berhubungan5. Past Habit History
Pasien sering mengkonsumsi permen sejak usia 2 tahun Pasien memiliki kebiasaan jarang menggosok gigi III. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. INTRA ORAL
Inspeksi: udem (+), rubor (+), caries (+), abses periapikal 74,84 (+),
Palpasi
: nyeri (+), fluktuasi (+)
Perkusi: (+)
Tes vitalitas: (+)
Status Lokalis
Nomenklatur Gigi (WHO)
55545352516162636465
85848382817172737475
Keterangan :
: Karies
: Radiks
Oklusi : normal biteTorus palatinus : tidak adaTorus Mandibularis : tidak adaPalatum : dalam/sedang/rendah
Supernumery teeth : tidak ada/ada
Diasteros/spacing:tidak ada
ODONTOGRAM
51NormalNormal61
52NormalNormal62
53karies (+)karies (+)63
54karies (+)karies (+)64
55karies (+)karies (+)65
41karies (+)karies (+)31
42karies (+)karies (+)32
83karies (+)karies (+)73
84karies (+), Abses periapikalkaries (+), Abses periapikal74
85karies (+)karies (+)75
2. EKSTRA ORAL
TD: 110/70 mmHg
Nadi: 86 x/i
T : Afebris
Perbesaran:KGB (-)IV. DIAGNOSIS: Abses periapikalV. RENCANA PERAWATAN:1. Drainase pus ( trepanasi
VI. TINDAKAN :
1. 17-02-14 ( dilakukan trepanasi dan pemberian antibiotik Amoxicilin 3x250mg, Paracetamol 3x250mg, dan Dexamethason 2x0,25 mg Gambar 1. Abses periapikal a) rahang kanan bawah, b) rahang kiri bawahABSES PERIAPIKAL
Jaringan periapikal merupakan struktur yang berdekatan dengan apeks akar gigi, termasuk di dalamnya ligamen periodontal dan tulang yang bertanggung jawab dalam menjaga integritas dan vitalitas daerah mulut.41. Lesi Periapikal
Lesi periapikal adalah suatu lesi di daerah periapikal seperti periodontis apikalis, granuloma periapikal, kista periapikal, dan abses periapikal. Periodontis apikalis merupakan permulaan keadaan dari eksudatif jaringan periapikal, dimana terjadi hiperemi jaringan periapikal. Apabila keadaan periodontitis apikalis ini berlanjut terus selama pulpa mengalami kontaminasi atau iritasi, gigi itu akan bertambah rusak sampai terjadi keadaan yang hebat yang disebut abses periapikal.1Granuloma periapikal merupakan bentuk lain yang lebih berat dari periodontis apikalis yang kronis ditandai dengan terbentuknya jaringan granulomatous periapikal sebagai reaksi terhadap iritasi pulpa yang terus menerus dan dijumpai kapsul jaringan kolagen di pinggirnya. Abses periapikal merupakan keadaan yang berkepanjangan dari reaksi peradangan dalam tingkat yang lebih rendah dari jaringan connective periapikal terhadap iritasi pulpa. Karakteristik keadaan ini dapat dilihat adanya pembentukan pus yang aktif. Abses ini biasanya dimulai dari regio periapikal dari akar gigi dan sebagai akibat dari pulpa yang non vital atau pulpa yang mengalami degenerasi.1
Gambar 2. Lesi periapikal42. Abses Periapikal
Abses periapikal adalah proses supuratif yang terlokalisasi pada regio perapikal baik akut maupun kronik. Pada daerah abses dapat dijumpai eksudat, jaringan nekrotik. Abses periapikal terbentuk oleh karena periodontitis periapikal akut atau karena granuloma periapikal kronik.2,4
Gambar 3. Abses periapikal4a. Anamnesis31. Keadaan saat itu
Sejumlah informasi rutin yang berkaitan dengan data pribadi, riwayat medis dan riwayat dental serta keluhan utama.
2. Aspek nyata dari nyeri
Nyeri yang intensitasnya tinggi biasanya bersifat intermiten sedangkan yang intensitasnya rendah sering bersifat terus menerus dan berlarut-larut. Sejumlah aspek nyeri merupakan petunjuk kuat bagi adanya penyakit endodonsi yang ireversibel dan perlunya dilakukan perawatan. Aspek-aspek ini adalah intensitas, spontanitas, dan kontinuitas nyeri.
3. Intensitas nyeri
Makin intens nyerinya (misalnya makin mengganggu nyeri tersebut terhadap gaya hidup pasien), makin besar kemungkinan adanya penyakit yang ireversibel. Nyeri intens adalah nyeri baru yang terjadi yang tak dapat diredakan oleh analgesik dan telah menyebabkan pasien mencari pertolongan. Nyeri intens dapat timbul dari pulpitis ireversibel atau dari periodontitis.Orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah memiliki risiko tinggi terhadap penyakit abses periapikal. Pada abses periapikal akut pasien biasanya mengeluhkan nyeri yang sangat pada gigi. Nyeri biasanya berdenyut pada daerah abses. Gigi akan menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan panas, dingin, dan tekanan pada pengunyahan. Dapat ditemukan demam pada pasien ini.
b. Pemeriksaan objektif31. Pemeriksaan Ekstra Oral
Penampilan umum, tonus otot, asimetris wajah, pembengkakan, perubahan warna, kemerahan dan jaringan limfe servikal / wajah membesar, merupakan indikator status fisik pasien. Pemeriksaan ekstra oral yang hati-hati akan membantu mengidentifikasi sumber keluhan pasien serta adanya dan luasnya reaksi inflamasi rongga mulut. Pada abses periapikal dapat ditemukan perbesaran kelenjer limfe regional dengan nyeri tekan pada pembesaran kelenjar getah bening tersebut.
2. Pemeriksaan Intra OralPemeriksaan ini meliputi tes visual dan digital jaringan rongga mulut yang lengkap dan teliti. Bibir, mukosa oral, pipi, lidah, palatum dan otot-otot serta semua keabnormalan yang ditemukan di periksa. Diperiksa pula mukosa alveolar dan gingiva sekatnya untuk melihat apakah daerah tersebut mengalami perubahan warna, terinflamasi, mengalami ulserasi atau mempunyai saluran sinus.
3. Gigi geligiGigi geligi di periksa untuk mengetahui adanya perubahan warna, fraktur, abrasi, erosi, karies, restorasi yang luas atau abnormalitas lain. Mahkota yang berubah warna sering merupakan tanda adanya penyakit pulpa atau merupakan akibat perawatan saluran akar yang telah di lakukan sebelumnya. Pada abses periapikal gigi tidak berespon terhadap tes suhu atau tes elektrik.
4. Tes klinis. Tes klinis meliputi tes dengan menggunakan kaca mulut dan sonde serta tes periodontium selain tes pulpa dan jaringan periapeks.5. Tes PerkusiPerkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler. Cara melakukan perkusi adalah dengan mengetukkan ujung kaca mulut yang di pegang paralel atau tegak lurus terhadap mahkota pada permukaan insisal atau oklusal mahkota.Terdapat dua metode perkusi yaitu: tes perkusi vertikal dan tes perkusi horizontal. Jika tes perkusi vertikal positif berarti terdapat kelainan di daerah periapikal, dan jika tes perkusi horizontal positif berarti terdapat kelainan di periodonsium.
Tes perkusi dilakukan dengan cara sebagai berikut ini :
Pukulan cepat dan tidak keras pada gigi, mula-mula memakai jari dengan intensitas rendah kemudian intensitas ditingkatkan dengan menggunakan tangkai suatu instrumen, untuk mengetahui apakah gigi terasa sakit Gigi tetangga sebaiknya di perkusi lebih dahulu dan kemudian diikuti gigi yang menjadi keluhan. Reaksi yang lebih valid didapat dari pergerakan tubuh pasien, reaksi reflek, bahkan reaksi yang tidak bisa dikatakan.Nilai diagnostik pada pemeriksaan perkusi adalah untuk mengetahui apakah daerah atau jaringan apikal gigi mengalami inflamasi. Pada abses periapikal biasanya ditemukan nyeri ketok yang hebat pada daerah abses disebabkan karena penekanan ujung saraf oleh pus, ekstrudasi gigi dari soketnya4. Pemeriksaan Penunjang
Gambaran radiografi pasien ini biasanya berupa gambaran radiolusen berbatas difus di periapikal. Pada pemeriksaan patologi anatomi pada sediaan abses periapikal akut dapat ditemukan area supuratif (kavitas) yang berisi jaringan yang telah mati (nekrosis) dan sel sel PMN. Sedangkan gambaran patologi anatomi pada abses periapikal kronis dapat ditemukan rongga abses dikelilingi oleh lapisan padat sel-sel inflamasi kronis (limfosit dan plasma sel).45. Penatalaksanaan2,4Jika keseimbangan dibentuk antara iritasi & pertahanan tubuh, abses menjadi kronis & tetap terlokalisir (tidak menyebar), namun pada sebagian kasus, terperangkapnya pus yang dihasilkan terus menerus akan meningkatkan tekanan hidrostatik dalam abses dan pus akan menyebar. Penyebaran bisa menyebar ke bagian lain di mulut, ke kepala, dan leher. Untuk mencegah penyebaran pus ini maka perlu dilakukan tindakan evakuasi pus dengan jalan membuat drainase dan pemberian antibiotik yang sensitif terhadap kuman penyebab abses tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nurliza C, Perawatan Lesi Periapikal Secara Bedah Endodontik dengan Teknik Kuretase Periapikal, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. 2012
2. Yan TM, The Management Of Periapical Lesions In Endodontically Treated Teeth, Private Endodontic Practice, Sydney, New South Wales, Australia, 20063. Walton and Torabinajed. 1996. Prinsip dan Praktik Endodonsi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.
4. Lecture Diseases Of The Periapical Tissues, available at http://www.pua.edu.eg/PUASite/uploads/file/Dentistry/Courses/Fall%202013/OPTH%20311/Lec%201%20-Diseases%20of%20the%20Periapical%20T.%20fall%202013-2014.pdf [cited in February 19, 2014]STATUS REKAM MEDIS PASIEN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU / RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
3